Peningkatan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak melalui Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Kelas VIII-1 di Sekolah MTs. Negeri Balang-Balang Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING KELAS VIII-1 DI

SEKOLAH MTS. NEGERI BALANG-BALANG GOWA

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

  

OLEH:

SUMARNI

NIM 20100112146

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

2016

KATA PENGANTAR

  Segala puja dan puji bagi Allah, seru sekalian alam, Shalawat dan salam

semoga tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad saw, para sahabat,

keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

  Penulis menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian hingga

pelaporan hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang

dihadapi namun berkat ridha dari Allah swt dan bimbingan berbagai pihak maka

segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat

tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan permohonan maaf

dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada Ayahanda Muh. Asing dan

Ibunda Asia tercinta yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang

dalam membesarkan serta mendidik penulis, yang tak henti-hentinya

memanjatkan doa demi keberhasilan kebahagiaan penulis. Serta kepada saudara-

saudari saya yang tercinta yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  

1. Prof. Dr. H. Musafir, M.Si., Rektor UIN Alauddin Makasar, beserta Wakil

Rektor I Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A., Wakil Rektor III Prof. Hj. Siti Aisyah, M.A., Ph.D., dan Wakil Rektor IV Prof. Hamdan, M.A., Ph.D. yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

  

2. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar, beserta Wakil Dekan I Dr. Muljono Damopolii, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Misykat Malik Ibrahim, M.Si., dan Wakil Dekan

  III Dr. H. Syaharuddin Usman, M.Pd., yang telah membina peneliti selama kuliah.

  

3. H. Erwin Hafid, Lc., M.Th.I., M.Ed., dan Usman, S.Ag., M.Pd., Ketua dan

Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah, beserta staf jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan pelayanaan yang baik.

  

4. Dr. Sulaiman Saat, M.Pd. dan Dr. Hj. Rosmiaty Azis, M.Pd.I. Pembimbing I

dan II, yang telah memberikan arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing peneliti sampai pada tahap penyelesaian skripsi.

  

5. H. Abd. Latif. R, S.Ag. M.Pd. I. Kepala Sekolah MTs Negeri Balang-Balang

dan Dra. Nurhayati, guru mata pelajaran aqidah akhlak serta adik-adik di kelas

VIII-1 terima kasih atas segala pengertian dan kerjasamanya selama peneliti melaksanakan penelitian.

  

6. Seluruh teman seperjuangan di jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 012

khususnya sahabat-sahabatku tercinta di kelas PAI 5-6, seluruh sahabat di LDK Al-Jami’, LDF Al-Uswah, sahabat-sahabat yang ada di Rusunawa UIN Alauddin Makassar, Sahabat-sahabat di Pondok Lembayung yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang selalu memberi semangat dan nasehat kepada penulis.

  7. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada peneliti selama kuliah hingga penelitian skripsi ini selesai.

  Akhirnya hanya kepada Allah jugalah penyusun serahkan segalanya, semoga

semua pihak yang membantu penyusun mendapat pahala di sisi Allah swt. serta

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penyusun

sendiri.

  Makassar, Oktober 2016 Penyusun Sumarni NIM. 20100112146

DAFTAR ISI

  

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………………………………. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. ix

ABSTRAK ……………………………………………………………………….. x

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………

  1 A. Latar belakang …………………………………………………………..

  1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………..

  5 C. Definisi Operasional …………………………………………………….

  5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………

  7 BAB II TINJAUAN TEORETIS ……………………………………………………..

  10 A. Motivasi Belajar …….……………………………………………………….

  10 B. Model Pembelajaran Role Playing ..…………………………………………

  14 C. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. ..…………………………………….

  18 D. Penelitian yang relevan …………………………………………………...

  22 E. Hipotesis …….…………………………………………………………………

  24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………………

  26 A. Jenis dan Desain Penelitian …………………………………………………

  26 B. Populasi dan Sampel …………………………………………………………

  26 C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ………………………………….

  28 D. Teknik Analisis Data ………………………………………………………..

  32 BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………………….

  39 A. Selayang Pandang Sekolah MTs. Negeri Balang-Balang ……………………. 39

B. Hasil Penelitian ………………………….…………………………………..

  48 C. Pembahasan ………………………………………………..……………….. 56

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 53

  B. Saran ………………………………………………………………………… 53

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………... 55

LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL NO.

  Hal 1. Tabel 4.1 Luas tanah dan ruang yang tersedia………………………………..

  43

  2. Tabel 4.2 Jumlah kelas dan peserta didik……………………………………

  44

  

3. Tabel 4.3 Data peserta didik dalam 5 tahun terakhir…………………………. 45

  

4. Tabel 4.4 Data motivasi belajar pretest peserta didik………………………… 45

  

5. Tabel 4.5 Tabel descriptive statistics pretest.………........................................ 46

  6. Tabel 4.6 Tabel Klasifikasi Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Balang-Balang Gowa. ……... 47

  7. Tabel 4.7 Tabel frekuensi dan persentase pretest…………………..

  47

  

8. Tabel 4.8 Data motivasi belajar posttest peserta didik ………………………. 48

  

9. Tabel 4.9 Tabel descriptive statistics posttest………………………………… 49

  10. Tabel 4.10 Tabel Klasifikasi Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas

  

VIII dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Balang-Balang

Gowa.…….....................................................................................................

  50

  

11. Tabel 4.11 Tabel frekuensi dan persentase posttest .………………………… 50

  

12. Tabel 4.12 Tabel paired samples statistics …………………………………... 52

  

13. Tabel 4.13 Tabel paired samples correlations……………………………….. 52

  14. Tabel 4.14 Tabel paired samples test………………………………………

  52

  

ABSTRAK

Nama : Sumarni NIM : 20100112146

Judul Skripsi : “Peningkatan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak melalui

Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Kelas

VIII-1 di Sekolah MTs. Negeri Balang-Balang Gowa.”

  Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana motivasi belajar

aqidah akhlak peserta didik sebelum penerapan model pembelajaran role playing

kelas VIII-1 di MTs. Negeri Balang-balang Gowa? Bagaimana motivasi belajar

aqidah akhlak peserta didik sesudah penerapan model pembelajaran role playing

kelas VIII-1 di MTs. Negeri Balang-balang Gowa? Apakah model pembelajaran

role playing dapat meningkatkan motivasi belajar aqidah akhlak kelas VIII-1 di

Sekolah MTs. Negeri Balang-Balang Gowa?.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Experimental Design. Sedangkan

desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest Posttest Design.

Penelitian ini menggunakan kelas percobaan tanpa kelas pembanding yang

sebelum perlakuan diberikan tes awal (pretest) untuk memperoleh data motivasi

peserta didik, kemudian diberikan perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran role playing dan pada pertemuan akhir diberikan tes akhir (posttest).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di sekolah

MTs. Negeri Balang-Balang Gowa yaitu 209 orang, dengan sampel kelas VIII-1

dengan jumlah peserta didik 34 orang.

  Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan

analisis statistik inferensial. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif

diperoleh rata-rata motivasi belajar peserta didik kelas VIII-1 pada mata pelajaran

aqidah akhlak pretest yaitu 68,00 dan rata-rata motivasi belajar peserta didik kelas

  

VIII-1 pada mata pelajaran aqidah akhlak posttest yaitu 74,38. Sedangkan

berdasarkan hasil statistik inferensial diperoleh Sig. (2-tailed) < 0,05 yakni 0,000

< 0,05, sehingga di dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran role playing dapat meningkatkan motivasi belajar peserta

didik kelas VIII-1 di sekolah MTs. Negeri Balang-Balang Gowa. Oleh karena itu,

hipotesis dalam penelitian ini dapat dikatakan terbukti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt. yang istimewa dan memiliki

  bentuk sempurna diantara ciptaan Allah yang lain. Dikatakan Manusia yang istimewa dan sempurna karena manusia diberikan oleh Allah Swt. Akal untuk berpikir. Kemampuan berpikir itulah manusia dapat mengetahui wujud dan hakikat dirinya serta tidak semata mata memikirkan di luar dirinya. Kemampuan berpikir itu pula harus dilandasi dengan Iman. Sehingga manusia mampu membedakan antara yang baik dan buruk serta antara yang hak dan batil sesuai dengan ajaran Islam.

  Kalau kita perhatikan, memang banyak sekali nilai-nilai ajaran moral terdapat dalam al-Qur’an maupun hadits Nabi. Ambil contoh: adil, amanah, terpuji, bermanfaat, respect (menghargai orang lain), tanggung jawab, dan lain-lain. Semua ini merupakan perilaku moralitas individual terhadap kehidupan sosial atau berdampak pada kehidupan sosial

  1 (beretika sosial) dengan landasan nilai-nilai ajaran Islam.

  Pada zaman ketika Nabi Muhammad diutus terjadi kebobrokan akhlak pada masyarakat Arab. Sudah barang tentu yang dimaksudkan akhlak yang merujuk pada masa ketika Nabi diutus adalah dalam pengertian yang luas, termasuk etika sosial. Akhlak mulia adalah tujuan diutusnya Rasulullah Muhammad saw. seperti sabda Nabi dalam sebuah hadits berikut ini :

1 A. Qodri A. Azizy, Pendidikan [Agama] untuk Membangun Etika Sosial, (cet. kedua,

  

ﺎَﱠﳕَإ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ,َلﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﺿَر َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ِﰊَأ ْﻦَﻋ

  2 (ﻲﻘﻬﻴﺒﻟا ﻩاوَر) ِق َﻼْﺧَْﻷا َمِرﺎَﻜَﻣ َﻢﱠَﲤُِﻷ ُﺖْﺜِﻌُﺑ

  Artinya : Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesunggguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

  Hadits tersebut jelas sekali menyatakan tujuan kerasulan Muhammad saw. Beliau sendiri menjelaskan bahwa kerasulan beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Bukan untuk meningkatkan intelektualitas, kekayaan, kejayaan, atau kekuasaan dominasi manusia atas manusia yang lain seperti misi agama nasrani saat itu.

  Akhlak suatu bangsa adalah penentu sikap hidup dan perbuatan- perbuatannya. Segi intelektualitas sebuah bangsa tidak banyak berpengaruh terhadap perkembangan atau keruntuhannya. Sejarah memberikan banyak informasi kepada kita bahwa tidak pernah ada sebuah bangsa yang jatuh karena krisis intelektual, tetapi sebuah bangsa dapat runtuh karena krisis akhlak. Bangsa Indonesia berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dengan mental juang yang tinggi. Bangsa Indonesia berhasil dalam perjuangan tersebut hanya dengan semangat juang tinggi dan senjata yang sangat sederhana yaitu bambu

  3 runcing.

  Keberhasilan tersebut adalah salah satu bukti nyata bahwa sikap mental (akhlak) merupakan penentu kehidupan sebuah bangsa.

  Arti penting pendidikan disadari oleh para praktisi di dunia pendidikan. Kesadaran tersebut tertuang dalam sebuah perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sistem pendidikan di Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan 2 bahwa pendidikan bukan hanya diarahkan pada kecerdasan intelektual

  Abu Bakar Ahmad bin Husain bin Ali Al-Baihaqi. Sunan Al-Baihaqi Al-Kubra, (Jilid 10, Mekah: Maktabah Darul Al-Baz, 1994 M / 1414 H) h. 191. 3 Moh. Amin, 10 Induk Akhlak Terpuji Kiat Membina dan Mengembangkan Sumber Daya

  melainkan juga yang diarahkan pada pembentukan akhlak mulia atau

  4 akhlak terpuji.

  Sementara itu krisis akhlak yang menimpa pada masyarakat umum terlihat pada sebagian sikap mereka yang dengan mudah merampas hak orang lain, main hakim sendiri, melanggar peraturan tanpa merasa bersalah, mudah terpancing emosinya dan sebagainya. Sedangkan krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dari banyaknya keluhan orang tua, ahli pendidik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang, bahkan sudah melakukan pemerkosaan, pembunuhan dan perilaku kriminal lainnya. Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut. Hal ini bisa dimengerti, karena pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian.

  Pendidikan memang harus dilakukan sejak dini. Pendidikan, khususnya pendidikan aqidah dan akhlak yang mengarah pada terbentuknya keluhuran rohani dan keutamaan jiwa harus mulai ditanamkan sejak anak duduk di sekolah dasar. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak-anak di sekolah dasar yang masih sangat tinggi daya rekamnya atas pelajaran dan pengalaman hidup. Ilmu Agama merupakan pintu utama interaksi antara Tuhan dan makhluk-Nya yang 4 harus diupayakan sejak dini. Ilmu pengetahuan yang lain juga dapat

  Undang-undang No.20 tahun 2003, bab VI (Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan), bagian mengantarkan manusia untuk lebih dekat dengan Tuhan. Segala ilmu pengetahuan yang memberikan kebaikan di dunia dan akhirat penting untuk dipelajari. Al-Ghazali sendiri menekankan perlunya manusia memberikan skala prioritas dengan menempatkan ilmu agama dalam posisi paling penting.

5 Implementasinya, pendidikan agama Islam di jenjang sekolah menengah

  seharusnya menjadi prioritas paling penting dibandingkan dengan ilmu yang lain. Perhatian tentang prestasi belajar pendidikan agama Islam di sekolah merupakan permasalahan paling urgen sebelum mata pelajaran yang lain. Kenyataan yang banyak ditemui tidaklah demikian, banyak permasalahan di dalam mata pelajaran ini, khususnya kurangnya kualitas pemahaman peserta didik dan pengamalan ajaran agama yang kurang mendapatkan solusi yang tepat serta kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran agama. Umumnya peserta didik sangat membutuhkan metode yang sederhana, dan mudah diterapkan untuk dapat belajar secara efektif. Berkenaan dengan itu telah diisyaratkan. Allah SWT berfirman Q.S. Al-Nahl/16:125 yang berbunyi: B .

  

                

            Terjemahnya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

  6 5 Sholeh, Asrorun Ni’am. Reorientasi Pendidikan Islam.(Jakarta: eLSAS, 2006) h. 81. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta Timur: CV. Darus Sunnah, 2012) h. 282 . Dalam ayat ini bahwa cara pembelajaran yang baik antara lain dengan cara hikmah. Hikmah ini dapat diartikan bahwa seorang guru harus mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka penulis akan meneliti mengenai perkembangan pembelajaran aqidah akhlak pada peserta didik sekolah tingkat menengah dengan rumusan masalah sebagai berikut.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah yang ada di dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana motivasi belajar aqidah akhlak peserta didik sebelum penerapan model pembelajaran role playing kelas VIII-1 di MTs. Negeri Balang-Balang Gowa?

  2. Bagaimana motivasi belajar aqidah akhlak peserta didik sesudah penerapan model pembelajaran role playing kelas VIII-1 di MTs. Negeri Balang-Balang Gowa?

  3. Apakah penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan motivasi belajar aqidah akhlak kelas VIII-1 di Sekolah MTs. Negeri Balang- Balang Gowa?

  C. Definisi Operasional

  Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang penulis maksud dalam draft ini, penulis merasa perlu adanya definisi operasional yang bisa memberikan gambaran secara singkat kepada penulis agar interpretasi yang penulis maksudkan sama dengan pembaca pahami setelah membaca draft ini.

  Adapun definisi operasional variabel yang penulis maksud yaitu sebagai berikut:

  1. Motivasi belajar, yang peneliti maksud adalah keadaan peserta didik apakah setelah diterapkannya model pembelajaran role playing ada perubahan dalam dirinya yang awalnya mungkin malas menjadi rajin dan aktif dalam mengerjakan tugas, kemudian memiliki keantusiasan dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran dapat terarah dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun indikator yang digunakan sebagai cara untuk mengukur motivasi belajar peserta didik yaitu sebagai berikut:

  a. Hasrat dan keinginan berhasil/antusiasme peserta didik dalam belajar

  b. Kemauan mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru

  c. Kemauan mendengarkan penjelasan guru

  d. Keberanian mengajukan pertanyaan e. Keberanian menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

  Berdasarkan beberapa indikator di atas dapat dipahami bahwa peserta didik yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang rendah menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindari dari kegiatan belajar.

  Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan belajar yang

  2. Penerapan model pembelajaran role playing, yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Role playing adalah cara mengajar pendidik, dimana pendidik memerintahkan kepada peserta didik untuk memainkan peran tertentu yang ada dalam materi pelajaran aqidah akhlak kelas VIII-1. Melalui role playing peserta didik diharapkan mampu memahami dan menghayati suatu konsep serta mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, model role playing ini digunakan dengan tujuan agar suasana kelas tetap hidup dan memperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan definisi operasional variabel di atas, maka dapat dipahami bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan motivasi belajar peserta didik kelas VIII-1 melalui penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran aqidah akhlak di MTs.

  Negeri Balang-Balang Gowa.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  a. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui motivasi belajar aqidah akhlak peserta didik sebelum penerapan model pembelajaran role playing kelas VIII-1 di MTs. Negeri Balang-Balang Gowa?

  2. Untuk mengetahui motivasi belajar aqidah akhlak peserta didik sesudah penerapan model pembelajaran role playing kelas VIII-1 di MTs. Negeri Balang-Balang Gowa?

  3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan motivasi belajar aqidah akhlak kelas VIII-1 di Sekolah MTs. Negeri Balang-Balang Gowa?

  b. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Secara Ilmiah Penelitian ini dilakukan dengan berpedoman pada kaidah ilmiah, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam dunia pendidikan.

  2. Secara Praktis

  a. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Role Playing

  (bermain peran) serta dapat memotivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

  b. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

  c. Bagi peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan melatih diri dalam melaksanakan penelitian serta menambah wawasan, pengetahuan dalam pembelajaran dengan menerapkan model role playing.

  d. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi lembaga pendidikan yang diteliti, dalam artian dapat digunakan sebagai pedoman penyempurnaan terhadap kegiatan pendidikan pada lembaga yang diteliti.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Motivasi Belajar

  a. Pengertian Motivasi Belajar Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa:

  “Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah yang kita

  1 sebut motif”.

  Sedangkan menurut Nyanyu Khodijah dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa: “Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai. Jika individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka individu tersebut

  2 akan mencapai prestasi yang baik”.

  Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam diri individu yang mempengaruhi gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

  Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,

  1 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (cet. ke-20, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 70. 2 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (cet. ke-2, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

  3 merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

  Robert M. Gagne dan John Travers mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha yang disengaja. Sementara itu, Muhn berpendapat bahwa belajar itu ialah upaya modifikasi tingkah laku sebagai perolehan suatu aktivitas, latihan

  4 khusus, atau hasil observasi.

  Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan yang lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan kemampuan dalam menggerakkan diri seseorang yang mengakibatkan kegiatan belajar dimana menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut, sehingga tujuan yang diinginkan oleh individu atau subyek belajar itu bisa tercapai.

  3 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. ke-21,Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 20. 4 Astim Riyanto, Proses Belajar Mengajar Efektif di Perguruan Tinggi, (Cet. ke-2, Bandung: b. Macam- macam Motivasi Belajar Menurut Ginting Abdurrakhman bahwa motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

  (1) Motivasi intrinsik, adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Motivasi intrinsik ini diantaranya ditimbulkan oleh faktor-faktor yang muncul dari pribadi siswa itu sendiri terutama kesadaran akan manfaat materi pelajaran bagi siswa itu sendiri. (2) Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi untuk belajar dari luar diri siswa itu sendiri. motivasi ekstrinsik ini diantaranya ditimbulkan oleh faktor-faktor yang muncul dari luar pribadi itu sendiri termasuk dari

  5 guru.

  Berdasarkan definisi ini dapat dipahami bahwa ekstrinsik yang pada hakikatnya adalah suatu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Jadi berdasarkan motivasi ekstrinsik tersebut anak yang belajar sepertinya bukan karena ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan pujian dan nilai yang baik. Walaupun demikian, dalam proses pembelajaran motivasi ekstrinsik tetap berguna bahkan dianggap penting.

  Berdasarkan uraian di atas maka penulis berpendapat bahwa untuk dapat menumbuhkan motivasi instrinsik maupun ekstrinsik adalah suatu hal yang tidak mudah, maka dari itu pendidik perlu dan mempunyai kesanggupan untuk menggunakan bermacam-macam cara yang dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat belajar dengan baik.

5 Ginting Abdorrakhman, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Humaniora, 2010), h. 88.

  c. Fungsi Motivasi Belajar Menurut E.Koeswara, fungsi motivasi adalah:

  1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. 3) Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu.

  6 Motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang

  penting, karena dengan adanya motivasi, peserta didik akan cenderung mempunyai kemauan untuk belajar. Oleh karena itu membangkitkan motivasi merupakan salah satu tugas pendidik dalam setiap pembelajaran.

  d. Aspek-aspek Motivasi Belajar

  a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa suka yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek sehingga rasa suka tersebut menimbulkan suatu aktifitas yang positif tanpa ada yang menyuruh.

  7

  6 E. Koeswara. Motivasi Teori dan Penelitiannya, (Bandung: Angkasa, 1995), h. 76 7 Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,1995), h. 57.

  Kegiatan belajar mengajar akan semakin efektif jika siswa mempunyai minat dan perhatian terhadap pelajaran. Siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran akan terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

  b. Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya Setiap siswa diharapkan mempunyai semangat belajar yang tinggi baik di rumah maupun di sekolah karena semangat belajar siswa memegang peranan penting dalam belajar. Siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi akan aktif bertanya kepada guru atau siswa lain apabila tidak

  8

  memahami persoalan yang dihadapinya. Ketika guru menyampaikan materi pelajaran, siswa terkadang belum dapat langsung memahami apa yang disampaikan guru. Demikian pula apabila guru memberikan suatu tugas kepada siswa dan siswa kurang paham tentang tugasnya. Siswa yang memiliki semangat belajar tinggi akan langsung bertanya kepada guru atau temannya yang lebih mengerti tentang materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Bila siswa yang memiliki semangat belajar tinggi, biasanya selama mengerjakan tugas-tugas, ia akan langsung bertanya kepada guru atau kawannya tentang tugas tersebut.

  c. Tanggung jawab siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajarnya juga 8 penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab tanpa adanya tanggung

Dimyati dan Moedjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 51. jawab maka tujuan belajar tidak akan tercapai dengan optimal. Dalam proses belajar mengajar guru berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah siswa untuk belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan tanggung jawab adalah dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan guru merupakan salah satu cara untuk menilai proses belajar siswa. Munculnya tanggung jawab karena ada kemauan untuk mencapai tujuan belajar.

  d. Rasa senang dalam mengerjakan tugas dari guru Bagi siswa, tugas dari guru terkadang merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan. Hal tersebut bisa disebabkan karena tugas tersebut terlalu banyak atau sulit bagi siswa, sehingga siswa merasa enggan mengerjakannya. Salah satu upaya guru untuk membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, guru harus membuat soal sesuai dengan kemampuan siswa dan tugas tersebut menarik atau merupakan suatu hal yang baru bagi siswa sehingga timbul perasaan senang pada diri siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

  e. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru Proses interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena guru memberikan stimulus pada siswa dan siswa memberikan reaksi terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut Haryanto bahwa interaksi aktif dengan guru dapat dilihat pada saat guru mengajar di depan kelas, siswa bertanya dan guru menjawab.

  9 Dari

  pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru dapat dilihat bila guru bertanya kepada siswa kemudian siswa memberikan respon balik dengan menjawab pertanyaan dari guru, dan bertanya kepada guru apabila ada suatu hal yang belum dimengerti.

  e. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hasrat dan keinginan berhasil/antusiasme peserta didik dalam belajar.

  1) Keinginan mempelajari materi aqidah akhlak yang diajarkan oleh guru 2) Keinginan untuk berusaha mengerjakan sendiri setiap tugas aqidah akhlak yang diberikan oleh guru 3) Keinginan untuk mencari sumber pelajaran yang lain untuk bidang studi aqidah akhlak selain buku paket yang diberikan oleh sekolah 4) Keinginan yang kuat untuk belajar aqidah akhlak 5) Ketertarikan dalam setiap pokok pembahasan dalam pelajaran aqidah akhlak 6) Keinginan untuk mengikuti jam tambahan atau les privat untuk bidang studi aqidah akhlak.

  b. Kemauan mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru 1) Usaha mengerjakan soal aqidah akhlak yang sulit sampai bisa 9 Haryanto. Perencanaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 259.

  2) Merasa tidak puas jika belum bisa mengerjakan soal aqidah akhlak yang dikerjakan 3) Merasa malas mengerjakan soal-soal aqidah akhlak yang ada di buku atau LKS 4) Mengerjakan pekerjaan rumah untuk bidang studi aqidah akhlak 5) Tidah menyontek pekerjaan rumah teman.

  6) Merasa pekerjaan rumah mendorong untuk mendalami pelajaran aqidah akhlak c. Kemauan mendengarkan penjelasan guru

  1) Mengkondisikan diri untuk tidak membuat kegaduhan yang dapat mengganggu teman saat proses belajar mengajar berlangsung 2) Memperhatikan guru ketika ia sedang mengajar 3) Mengikuti aturan belajar dalam belajar aqidah akhlak.

  d. Keberanian mengajukan pertanyaaan 1) Mengajukan pertanyaan dalam proses belajar mengajar 2) Berani bertanya jika ada materi yang tidak dipahami 3) Mempersiapkan pertanyaan sebelum pelajaran berlangsung

  e. Keberanian menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 1) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 2) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman

  10 3) Menjawab pertanyaan guru dan teman dengan cepat dan tepat.

B. Model Pembelajaran Role Playing

  a. Pengertian Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya dalam bukunya mengatakan bahwa :

  “Bermain peran (role playing) dikutip dari wikipedia adalah permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditentukan.Asal tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi

  11

  membentuk arah dan hasil akhir permainan ini.” Martinis Yamin mengatakan bahwa :

  “Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Menurut Martinis Yamin model bermain peran (role playing) adalah model yang melibatkan interaksi antara

  12

  dua atau lebih tentang suatu topik atau situasi.” Model pembelajaran role playing memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memerankan diri mereka atau tokoh lain sesuai dengan situasi sejarah yang disajikan. Dalam penerapan model tersebut peserta didik tidak hanya diarahkan unutk mampu melakukan pemeranan, namun peserta didik juga diarahkan untuk lebih kreatif dan imajinatif dengan menugaskan mereka dalam 10 Habib Ahmad Alhabsyi, “Penerapan Model Jigsaw dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

  

Peserta Didik pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Muallimin

Muhammadiyah Makassar (Skripsi)” (Makassar : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2015), h. 33. 11 Alamsyah Said, Andi Budimanjaya, 95 strategi mengajar multiple intelligences (mengajar

sesuai kerja otak dan gaya belajar siswa), (cet. pertama, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) h.247.

12 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta, Gaung Persada

  15

  pembuatan naskah drama. Melalui role playing peserta didik diharapkan mampu memahami dan menghayati suatu konsep serta mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa role playing adalah model pembelajaran yang melibatkan interaksi antara dua peserta didik atau lebih tentang topik atau situasi. Peserta didik melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang dilakoni, mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran.

  b. Langkah-langkah model pembelajaran role playing Model pembelajaran Role Playing mempunyai langkah-langkah menurut Saminanto sebagai berikut : 1) Guru menyusun / menyiapkan skenario yang akan ditampilkan 2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Congruence Evaluation Model pada Siswa Kelas VIII MTs. Miftahul Ulum Guppi Datara Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 94

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Point Cunter Point Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Wonomulyo Kab Polewali Mandar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 85

Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Ballard and Clandchy pada Siswa Kelas VII MTs. Madani Alauddin Pao-pao Kab. Gowa. - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 64

Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru Matematika Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Negeri Balang-Balang Kec. Bontomarannu Kab. Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 89

Peningkatan Daya Serap Kognitif Siswa melalui Pembelajaran Remedial Mata Pelajaran Fisika Kelas VII MTs. Madani Alauddin Pao-Pao Kab. Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 77

Hubungan Antara Fasilitas, Lingkungan, dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTs. Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 71

Penerapan Model Pembelajaran Pair Checks Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII MTsN Model Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 3 182

Peningkatan Motivasi Belajar Vocabulary Peserta Didik Kelas VI melalui Metode Pembelajaran Kartu Kata di SDS Terpadu Bani Rauf Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 90

Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas XI MA DDI Gusung Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 52

Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The power of Two Pada Peserta Didik Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) I Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 102