HUBUNGAN ANTARA SENSITIVITAS TERHADAP PENOLAKAN DENGAN AGRESI ELEKTRONIK PADA MAHASISWA PENGGUNA MEDIA SOSIAL SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA SENSITIVITAS TERHADAP PENOLAKAN
DENGAN AGRESI ELEKTRONIK PADA MAHASISWA PENGGUNA
MEDIA SOSIAL

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
Monica Candra Dewi
149114077

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Matius 6:34)

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang
tiada berdaya (Yesaya 40:29)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan yang selalu menyertai dan menolongku dalam kehidupan ini,
Alm. Ibuku Heriberta Sarijah
Ayahku (Fx. Sukindar) dan Ibuku (Elisabeth Erna)
Kakakku (Lucia Nurmalia S.)
Kekasihku (Lukas Andrianto)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA SENSITIVITAS TERHADAP PENOLAKAN
DENGAN AGRESI ELEKTRONIK PADA MAHASISWA PENGGUNA
MEDIA SOSIAL
Monica Candra Dewi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara sensitivitas terhadap penolakan
dengan agresi elektronik pada mahasiswa pengguna media sosial. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara sensitivitas terhadap penolakan dengan
agresi elektronik pada mahasiswa pengguna media sosial. Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa berumur 18-22 tahun berjumlah 203 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan
berupa skala sensitivitas terhadap penolakan dan skala agresi elektronik. Skala sensitivitas
terhadap penolakan memiliki 25 item dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,830, sedangkan skala
agresi elektronik memiliki 35 item dengan koefisien reliabilitas rxx = 0,913. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian
menunjukkan koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,139 dan p=0,048. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sensitivitas terhadap
penolakan dengan agresi elektronik pada mahasiswa pengguna media sosial.
Kata Kunci: agresi elektronik, mahasiswa, media sosial, sensitivitas terhadap penolakan

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE CORRELATION BETWEEN REJECTION SENSITIVITY AND
ELECTRONIC AGRESSION AMONG COLLEGE STUDENTS USING
SOCIAL MEDIA
Monica Candra Dewi

ABSTRACT

This study aimed to examine the correlation between rejection sensitivity and electronic
aggression among the college students using social media. The hypothesis proposed in this
research was that there was a positive relationship between rejection sensitivity and electronic
aggression among the college students using social media. The subjects of this research were 203
students aged 18-22 years old. Data were collected used rejection sensitivity scale and electronic
aggression scale. There were 25 items of rejection sensitivity scale with a reliability coefficient of
rxx=0.830. Meanwhile, there were 35 items of electronic aggression scale with a reliability
coefficient of rxx=0.913. The data analysis was conducted using Pearson Product Moment
correlation test. The result showed that the correlation coefficient was 0.139 and p=0.048. These
results indicated that there was a positive and significant relationship between rejection
sensitivity and electronic aggression among the college students using social media.
Keywords: college students, electronic aggression, rejection sensitivity, social media

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala tuntunan dan penyertaan-Nya selama proses penulisan skripsi ini sehingga
penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Y. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ibu Monica Eviandaru M., M.Apss. Psych., Ph.D. selaku Kepala Program
Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dhama
3. Bapak Y.B. Cahya Widiyanto, M.Si., Ph.D. dan Ibu Dr. M. Laksmi
Anantasari, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan
arahan selama penulis menjalani perkuliahan.
4. Ibu Ratri Sunar Astuti M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan saran, waktu, dan arahan yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Agung Santoso, M.A. dan Bapak Albertus Harimurti, S.Psi., M.Hum.
selaku dosen penguji yang telah membagi ilmunya.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi selama masa studi di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
8. Ayah, ibu, dan kakak, terimakasih atas doa, dukungan, dan saran yang selalu
kalian berikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
9. Lukas Andrianto, terimakasih atas doa, dukungan, dan saran yang telah
diberikan kepadaku sehingga aku semakin semangat untuk mengerjakan dan
menyelesaikan skripsi. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk
mendengarkan keluh kesah ku selama ini.
10. Dr. Philip Boyce selaku pembuat skala The Interpersonal Sensitivity
Measure (IPSM) versi asli yang telah bersedia memberikan ijin untuk
adaptasi skala ke dalam Bahasa Indonesia sehingga dapat digunakan penulis

dalam penyusunan skripsi ini.
11. Pus, Yoan, Ruth, Tita, dan Cila, terimakasih telah memberi warna dalam
hidupku selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
12. Seluruh subjek penelitian, terimakasih atas waktu yang diberikan untuk
mengisi kuesioner penelitian saya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
mendukung penulis selama ini
Yogyakarta, 1 September 2018
Penulis,

Monica Candra Dewi
xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 7
2. Manfaat Praktis ........................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 8
xii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Agresi Elektronik .............................................................................. 8
1. Definisi Agresi Elektronik .......................................................... 8
2. Karakteristik Agresi Elektronik .................................................. 10
3. Tipe-Tipe Agresi Elektronik ....................................................... 12
4. Faktor-Faktor Agresi Elektronik ................................................. 14
B. Sensitivitas Terhadap Penolakan ...................................................... 16
1. Definisi Sensitivitas Terhadap Penolakan ................................... 16
2. Dimensi-Dimensi Sensitivitas Terhadap Penolakan ................... 17
3. Dampak Sensitivitas Terhadap Penolakan .................................. 19
C. Media Sosial ...................................................................................... 20
1. Definisi Media Sosial .................................................................. 20
2. Fungsi-Fungsi Media Sosial........................................................ 21
D. Mahasiswa sebagai Remaja Akhir .................................................... 22
E. Dinamika Sensitivitas Terhadap Penolakan Dengan Agresi
Elektronik Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial ....................... 23
F. Skema ................................................................................................ 26
G. Hipotesis............................................................................................ 27
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 28

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 28
B. Identifikasi Variabel .......................................................................... 28
1. Variabel Bebas ............................................................................ 28
2. Variabel Tergantung.................................................................... 28
C. Definisi Operasional.......................................................................... 28
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Agresi Elektronik ........................................................................ 28
2. Sensitivitas Terhadap Penolakan ................................................ 29
D. Subjek Penelitian............................................................................... 30
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 31
1. Skala Agresi Elektronik .............................................................. 31
2. Skala The Interpersonal Sensitivity Measure (IPSM)................. 32
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................. 33
1. Validitas ...................................................................................... 33
2. Seleksi Item ................................................................................. 37
3. Reliabilitas .................................................................................. 40
G. Analisis Data ..................................................................................... 41

1. Uji Asumsi .................................................................................. 41
a. Uji Normalitas ....................................................................... 41
b. Uji Linearitas ......................................................................... 42
2. Uji Hipotesis ............................................................................... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 43
A. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 43
B. Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................. 44
1. Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 44
2. Data Subjek Berdasarkan Usia .................................................... 44
3. Data Media Sosial Yang Paling Sering diakses Subjek .............. 45
4. Data Frekuensi Subjek Mengakses Media Sosial ....................... 46
5. Data Durasi Setiap Mengakses Media Sosial ............................. 47
xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Deskripsi Data Penelitian .................................................................. 48
D. Uji Hipotesis ..................................................................................... 49
1. Uji Asumsi .................................................................................. 49
a. Uji Normalitas ....................................................................... 49
b. Uji Linearitas ......................................................................... 50
2. Uji Korelasi ................................................................................. 52
E. Pembahasan ....................................................................................... 53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 57
A. Kesimpulan ....................................................................................... 57
B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 57
C. Saran .................................................................................................. 57
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................ 57
2. Bagi Mahasiswa Pengguna Media Sosial ................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................. 66

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Blue Print Distribusi Item Skala Agresi Elektronik (Try Out) .. 32

Tabel 2.

Blue Print Distribusi Item Skala The Interpersonal Sensitivity
Measure (IPSM) (Try Out)........................................................ 33

Tabel 3.

Distribusi Item Skala Agresi Elektronik Setelah Seleksi Item ... 39

Tabel 4.

Distribusi Item Skala The Interpersonal Sensitivity Measure
Setelah Seleksi Item ................................................................... 40

Tabel 5.

Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 44

Tabel 6.

Data Subjek Berdasarkan Usia ................................................... 44

Tabel 7.

Data Media Sosial yang Paling Sering di Akses Subjek ............ 45

Tabel 8.

Data Frekuensi Subjek Setiap Mengakses Media Sosial ........... 46

Tabel 9.

Data Durasi Setiap Mengakses Media Sosial ............................. 47

Tabel 10. Kategorisasi untuk Sensitivitas Terhadap Penolakan................. 48
Tabel 11. Kategorisasi Sensitivitas Terhadap Penolakan pada Subjek ...... 48
Tabel 12. Kategorisasi untuk Agresi Elektronik ........................................ 49
Tabel 13. Kategorisasi Agresi Elektronik pada Subjek .............................. 49
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas................................................................... 50
Tabel 15. Hasil Uji Linearitas .................................................................... 51
Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 52

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penilaian Validitas Isi Peer Judgement .................................. 67
Lampiran 2. Skala The Interpersonal Sensitivity Measure (IPSM) ............ 81
Lampiran 3. Hasil Terjemahan Skala The Interpersonal Sensitivity
Measure (IPSM) ke Bahasa Indonesia ................................... 84
Lampiran 4. Back Translation Skala The Interpersonal Sensitivity
Measure (IPSM) ..................................................................... 87
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Skala The Interpersonal Sensitivity
Measure (IPSM) ..................................................................... 90
Lampiran 6. Skala The Interpersonal Sensitivity Measure (IPSM) dan
Skala Agresi Elektronik Uji Coba .......................................... 94
Lampiran 7. Skala The Interpersonal Sensitivity Measure (IPSM) dan
Skala Agresi Elektronik untuk Pengambilan Data ................. 105
Lampiran 8. Hasil Uji Relabilitas dan Seleksi Item Skala The
Interpersonal Sensitivity Measure (IPSM) Uji Coba ............. 114
Lampiran 9. Hasil Uji Relabilitas dan Seleksi Item Skala Agresi
Elektronik Uji Coba ................................................................ 117
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas The Interpersonal Sensitivity Measure
(IPSM) dan Agresi Elektronik ................................................ 121
Lampiran 11. Hasil Uji Linearitas ................................................................. 123
Lampiran 12. Hasil Uji Korelasi ................................................................... 126

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku agresi merupakan perilaku yang sengaja dilakukan untuk
menyakiti orang lain dan pelaku percaya bahwa perilakunya akan menyakiti
orang lain sehingga korban akan berusaha menghindari perilaku tersebut
(Anderson & Bushman, 2002). Contoh dari perilaku agresi adalah menendang
dan memukul orang lain. Dengan hadirnya perilaku agresi tersebut, individu
akan menyadari dampak negatif dari perbuatannya karena pelaku dapat
langsung melihat reaksi emosi korbannya.
Dengan

hadirnya

teknologi,

berkembang

pula

konsep

agresi

elektronik. Pada agresi elektronik, pelaku tidak menyadari dampak negatif
atau konsekuensi dari perilakunya karena tidak ada reaksi emosi dari
korbannya yang berfungsi sebagai pengontrol perilaku (Pyzalski, 2011).
Agresi elektronik merupakan semua perilaku menganggu, bermusuhan, atau
menindas yang dilakukan melalui teknologi komunikasi (internet dan telepon
seluler) dan pelaku tidak menyadari konsekuensi yang mereka lakukan
(David-Ferdon & Hertz, 2007; David-Ferdon & Hertz, 2009; Pyzalski, 2011).
Agresi elektronik rentan terjadi di media sosial karena sifat penggunaan media
sosial yang bisa sewaktu-waktu dan di berbagai tempat (Kellerman, Margolin,
Borofsky, Baucom, & Iturralde, 2013). Misalnya seorang pengguna media
sosial ditahan oleh polisi setelah melakukan ujaran kebencian (Qodar, 2017),

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

pencemaran nama baik di media sosial (Purbaya, 2017), dan penyebaran
konten porno (Khumaini, 2018).
Karena agresi elektronik ini membutuhkan ruang dalam dunia maya,
maka masalah agresi elektronik ini tidak lepas dari banyaknya pengguna
media sosial di Indonesia. Menurut riset We Are Social (2017) perkembangan
media sosial di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 27 juta pengguna
baru sejak tahun 2016 (Kemp, 2017). Selain itu, survei Tetra Pak Index
menunjukkan bahwa pengguna media sosial tahun 2017 di Indonesia telah
mencapai 40% atau 106 juta dari jumlah masyarakat seluruh Indonesia
(Yudhianto, 2017).
Survei APJII menunjukkan mahasiswa menjadi pengguna media sosial
dengan intensitas cukup tinggi (APJII, 2012). Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin tinggi pula intensitas menggunakan media sosial (Soliha,
2015). Ellison, Steinfield, dan Lampe (dalam Na, Dancy, & Park, 2015)
mengatakan bahwa media sosial menjadi sarana utama bagi mahasiswa untuk
berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari. Mahasiswa tergolong remaja akhir
dengan rentang usia 18-22 tahun (Santrock, 2007). Minat mahasiswa sebagai
remaja akhir mengarah ke eksplorasi identitas diri untuk menunjukan siapa
dirinya (Santrock, 2007).
Dalam mencapai tugas perkembangannya, mahasiswa sebagai remaja
akhir dinilai memiliki emosi yang stabil (Batubara, 2010). Emosi yang stabil
dapat disebut juga emosi yang matang dikarenakan memiliki nilai yang sama
dalam menghargai orang lain, lebih memikirkan masa depan, dan bertanggung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

jawab (Batubara, 2010).
mahasiswa

diharapkan

Anderson (dalam Mappiare, 1983) mengatakan
memiliki

emosi

yang

lebih

matang

karena

pengalamannya yang diperoleh selama menempuh pendidikan formal
mempengaruhi emosi yang matang.
Emosi yang matang dapat menghasilkan emosi positif. Sedangkan
emosi yang tidak matang ditandai dengan kurang mampu mengendalikan
emosi, kurang bertindak dengan pertimbangan terlebih dahulu, dan kurang
mampu menyalurkan sumber emosi dengan baik. Dampak negatif dari emosi
yang kurang matang dapat menghasilkan emosi negatif (Hurlock, 1994) dan
individu akan kesulitan membina hubungan interpersonal yang baik (Herlena,
2007).
Emosi negatif dapat mendorong individu melakukan agresi
elektronik (Bennett et al., 2011). Emosi negatif tersebut dapat berupa
frustrasi, depresi, dan marah (Thaxton & Agnew, 2004). Emosi negatif
dihasilkan dari stressor atau ketegangan (Agnew, 2001). Penolakan dari oarng
lain menimbulkan ketegangan (Wright & Li, 2013). Salah satu hal yang
menimbulkan ketegangan adalah individu mengalami penolakan dari orang
lain dalam hidupnya (Downey, Mougios, Ayduk, London, & Shoda, 2004).
Penolakan dari orang lain contohnya diabaikan orang lain, tidak direspon
dalam percakapan, dan di jauhi orang lain (Watson & Nesdale, 2012). Levy et
al. (dalam Watson & Nesdale, 2012) mengatakan bahwa penolakan yang
pernah dialami individu dapat membentuk sensitivitas terhadap penolakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Downey dan Feldman (1996) menyatakan bahwa sensitivitas terhadap
penolakan merupakan kecenderungan seseorang untuk menyangka bahwa ia
akan mendapat penolakan dari orang lain, mudah merasakan penolakan, dan
bereaksi berlebihan terhadap penolakan. Levy et al. (dalam Watson &
Nesdale, 2012) mengatakan bahwa dugaan akan mendapat penolakan dari
orang lain muncul dalam situasi yang memungkinkan terjadinya penolakan,
dan mendorongnya untuk menerima tanda-tanda tidak berbahaya di
lingkungan sebagai bukti penolakan. Dugaan akan mendapat penolakan dari
orang lain tersebut mudah muncul sewaktu-waktu akibat individu pernah
mengalami penolakan dalam hidupnya (Watson & Nesdale, 2012).
Sensitivitas terhadap penolakan dinilai penting bagi mahasiswa karena
dapat mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal mereka di masa remaja
akhir (Buhrmester, Harris, dalam Marston, Hare, & Allen, 2010). Sensitivitas
terhadap penolakan dapat menganggu mahasiswa dalam menjalin hubungan
dengan orang lain di berbagai situasi sosial (Butler, Doherty, & Potter, 2007;
Marston et al., 2010). Padahal, pada tahap perkembangan mentalnya,
mahasiswa diharapkan lebih bertanggung jawab, menghargai orang lain, dan
lebih memikirkan masa depan untuk mempersiapkan diri di tahap
perkembangan selanjutnya (Batubara, 2010).
Mahasiswa diharapkan dapat mengantisipasi dampak sensitivitas
terhadap penolakan yang menyebabkan munculnya kemarahan, permusuhan,
kecemburuan, murung, depresi, dan peningkatan masalah interpersonal
(Downey & Feldman, 1996; Marston et al., 2010). Selain dampak tersebut,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Watson dan Nesdale (2012) menyatakan bahwa sensitivitas terhadap
penolakan juga menyebabkan kesepian, menarik diri secara sosial dan
cenderung menekan pendapat orang lain yang berbeda-beda (Harper, Dickson,
& Welsh, 2006). Dengan antisipasi sensitivitas terhadap penolakan, maka
individu diharapkan mampu mengelola ketegangan dan sehat secara
psikologis (Park, 2007).
Penelitian tentang sensitivitas terhadap penolakan hanya ditemukan
beberapa penelitian saja di Indonesia dan penelitian tersebut berupa skripsi.
Penelitian tentang sensitivitas terhadap penolakan yang telah dilakukan di
Indonesia antara lain korelasi sensitivitas terhadap penolakan dengan
performasi kerja agen asuransi jiwa (Zebua, 2016), rasa bangga sebagai
mediator dalam hubungan antara kelekatan dengan ibu dan sensitivitas
terhadap penolakan pada remaja (Damanik, 2014), perbedaan frekuensi
aktivitas seksual antara remaja dengan sensitivitas terhadap penolakan yang
tinggi dan rendah di SMA X (Sutandi, 2015). Pada penelitian di Indonesia
tersebut, belum digali lebih jauh mengenai sensitivitas terhadap penolakan
dengan perilaku menyimpang berupa agresi elektronik yang dilakukan
mahasiswa dan sering terjadi di media sosial. Padahal sensitivitas terhadap
penolakan dapat menjelaskan perilaku menyimpang pada mahasiswa dalam
mempersiapkan dirinya menjalani peran orang dewasa (Marston et al., 2010),
namun

hal

sebelumnya.

tersebut

belum

dieksplorasi

dalam

penelitian-penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Berdasarkan uraian di atas, peneliti hendak mengetahui apakah ada
hubungan antara sensitivitas terhadap penolakan dengan agresi elektronik
pada mahasiswa pengguna media sosial. Pertanyaan tersebut penting sebab
realitanya agresi elektronik mudah terjadi di media sosial misalnya
pencemaran nama baik dan penghinaan melalui media sosial. Pelaku agresi
elektronik tersebut tidak menyadari dampak negatif dari perbuatan mereka
karena tidak ada reaksi emosi dari korbannya yang berfungsi sebagai
pengontrol perilaku. Hal ini menyebabkan individu mudah melakukan agresi
elektronik, sehingga mereka dapat terjerat hukum dan merugikan orang lain.
Agresi elektronik tersebut merupakan perilaku menyimpang (Rosyidah, 2015)
dan peneliti tertarik mengambil sensitivitas terhadap penolakan sebagai
variabel dalam penelitian karena sensitivitas terhadap penolakan dapat
menjelaskan perilaku menyimpang yang terjadi dalam kehidupan (Marston et
al., 2010).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, rumusan masalah
yang ingin diuji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara
sensitivitas terhadap penolakan dengan agresi elektronik pada mahasiswa
pengguna media sosial?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara sensitivitas terhadap penolakan dengan agresi elektronik pada
mahasiswa pengguna media sosial.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam ilmu
Psikologi, terutama Psikologi Klinis dan Psikologi Sosial mengenai
sensitivitas individu terhadap penolakan dan agresi elektronik.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa untuk
mengenali dirinya terkait sensitivitas individu terhadap penolakan
sehingga menghindari agresi elektronik yang dapat merugikan diri sendiri
atau orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Agresi Elektronik
1. Definisi Agresi Elektronik
Agresi

elektronik

merupakan

semua

perilaku

menganggu,

bermusuhan, atau menindas yang dilakukan melalui teknologi komunikasi
(internet dan telepon seluler) seperti email, ruang obrolan, pesan teks,
pesan instan, dan situs web (David-Ferdon & Hertz, 2007; David-Ferdon
& Hertz, 2009). Contoh dari agresi elektronik adalah memberikan
komentar kasar atau tidak sopan, berbohong, mengejek, menggoda,
menyebarkan isu, dan menulis komentar untuk mengancam orang lain
(David-Ferdon & Hertz, 2007).
Karakteristik agresi elektronik menunjukkan perbedaan dengan
agresi pada umumnya. Agresi merupakan perilaku yang sengaja dilakukan
untuk menyakiti orang lain dan pelaku menyadari konsekuensi
perbuatannya dan ia percaya bahwa perilakunya akan menyakiti orang lain
sehingga korban akan berusaha menghindari perilaku tersebut (Anderson
& Bushman, 2002). Berbeda dengan perilaku agresi, pelaku agresi
elektronik tidak merasa bersalah dan tidak menyadari dampak negatif dari
perbuatannya karena tidak ada reaksi emosi dari korbannya yang berfungsi
sebagai pengontrol perilaku (Pyzalski, 2012). Perbedaan perilaku agresi
dan agresi elektronik misalnya Budi kehilangan teman setelah memukul
8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

temannya yang telah mengambil uangnya (agresi). Budi menyadari
konsekuensi dari perbuatannya setelah memukul temannya. Sedangkan
contoh agresi elektronik, seorang mahasiswi menulis status di media sosial
bahwa dosennya cabul (pencemaran nama baik) (Purbaya, 2017).
Mahasiswi tersebut tidak merasa bersalah dan tidak menyadari dampak
negatif perbuatannya, tetapi dosennya menganggap hal tersebut sebagai
pencemaran nama baik, lalu melaporkannya ke polisi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa agresi
elektronik merupakan berbagai perilaku mengganggu atau bermusuhan
yang dilakukan melalui internet atau telepon seluler sebagai teknologi
komunikasi. Agresi elektronik berbeda dengan agresi pada umumnya
yakni pelaku agresi elektronik tidak menyadari dampak negatif dari
perbuatannya dan tidak merasa bersalah karena tidak ada reaksi emosi
korbannya akibat agresi elektronik yang dilakukan. Sedangkan agresi
ditandai

dengan

perbuatannya.

pelaku

menyadari

kerugian

dan

konsekuensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

2. Karakteristik Agresi Elektronik
Pyzalski (2011) menyatakan bahwa karakteristik agresi elektronik
yang membedakannya dengan agresi yaitu anonimitas, ketidaksengajaan,
dan kontinuitas.
a. Anonimitas (Anonimyty)
Pyzalski

(2011)

menyatakan

bahwa

anonimitas

sebagai

karakteristik agresi elektronik menunjukkan bahwa ketiadaan atau
hilangnya isyarat nonverbal (perubahan mimik wajah) untuk
mengenali emosi orang lain dalam komunikasi dapat menimbulkan
masalah. Juvonen & Gross (dalam Pyzalski, 2011) mengatakan
anonimitas merupakan dasar utama perilaku bermusuhan melalui
internet. Pyzalski (2011) menyatakan bahwa anonimitas menunjukkan
bahwa individu mengalami masalah dalam mengontrol perilakunya
dan cenderung bereaksi dengan cepat tanpa membuat keputusan
rasional dalam berkomunikasi. Isyarat nonverbal penting dalam
berkomunikasi untuk mengenal emosi orang lain. Isyarat nonverbal
yang terbatas menyebabkan pelaku tidak menyadari dampak dari
perilaku online yang dilakukannya dapat merugikan orang lain.

b. Ketidaksengajaan (Unintentionality)
Ketidaksengajaan menunjukkan bahwa pelaku agresi elektronik
tidak sadar akan kerugian dan dampak negatif bagi orang lain dari
komunikasi online yang mereka lakukan atau pernyataan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

disampaikan melalui media elektronik karena tidak bisa mengetahui
emosi dari korbannya sebagai pengontrol perilaku. Pelaku akan
terkejut ketika muncul masalah dan dampak negatif pada orang lain
melalui komunikasi online yang telah dilakukan karena pelaku tidak
dapat memperkirakan konsekuensi dari perilakunya. Ketidaksengajaan
dalam agresi elektronik juga dipengaruhi oleh kurangnya isyarat
nonverbal dalam komunikasi misalnya perubahan mimik wajah. Hal
ini menyebabkan pelaku sulit melihat tanda-tanda emosi negatif
korban lebih awal dan membuat pelaku melanjutkan secara tidak sadar
serangan yang berbahaya (Pyzalski, 2011).

c. Kontinuitas (Continuity)
Boyd (dalam Pyzalski, 2011) menyatakan bahwa publikasi
konten yang agresif di media elektronik akan menetap dan mudah
ditemukan oleh pengguna internet. Kontinuitas sebagai karakteristik
agresi elektronik menunjukkan bahwa konten yang memuat agresi
elektronik di media elektronik akan menetap, mudah ditemukan, dan
mudah diperbanyak, sehingga korban tidak bisa melepaskan diri dari
konten yang memuat agresi elektronik yang ditujukan kepadanya
selama ia masih mampu menjangkaunya melalui media elektronik.
Agresi elektronik muncul tanpa batas waktu dan tempat sehingga
membuat individu rentan menjadi korban (Pyzalski, 2011). Bentukbentuk perilaku agresi elektronik akan mudah ditemukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

pengguna media sosial sehingga orang yang menjadi korban agresi
elektronik memungkinkan untuk menjangkau konten yang memuat
agresi elektronik tersebut (Pyzalski, 2011). Misalnya seorang
mahasiswi melakukan pencemaran nama baik dosen pembimbing
KKN dengan menulis status di media sosial bahwa dosennya cabul
(Purbaya, 2017). Dosen tersebut melihat pernyataan yang ditulis oleh
mahasiswi tersebut di media sosial, lalu melaporkannya ke polisi atas
pencemaran nama baik yang telah dilakukannya.

3. Tipe-tipe Agresi Elektronik
Morgan, King, Weis, dan Schapler (dalam Prasetio & Hartosujono,
2013) menyatakan agresi terdiri dari fisik, aktif, langsung (misalnya
menikam); fisik, aktif, tidak langsung (misalnya menyewa seorang
pembunuh); fisik, pasif, langsung (misalnya aksi duduk dalam
demonstrasi); fisik, pasif, tidak langsung (misalnya menolak berpindah
ketika melakukan aksi duduk); verbal, pasif, langsung (misalnya menolak
menjawab pertanyaan); verbal, pasif, tidak langsung (misalnya menolak
berbicara pada orang lain).
Berbeda dengan tipe-tipe agresi, tipe-tipe agresi elektronik antara
lain (Bennett, Guran, Ramos, & Margolin, 2011) :
a. Permusuhan (Hostility)
Permusuhan adalah perilaku yang menyakiti dan mengancam
melalui pesan yang ditujukan kepada orang lain secara langsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Bentuk permusuhan

dalam agresi elektronik bisa berupa pesan

mengancam melalui SMS dan email yang berisi perkataan yang
menyakitkan.
b. Pengusikan (Instrusiveness)
Pengusikan adalah perilaku yang melibatkan media elektronik
untuk memantau, memeriksa, atau memperdaya seseorang untuk
mengetahui informasi pribadi di internet. Bentuk pengusikan dalam
agresi elektronik dapat berupa mencuri password akun orang lain dan
mengirim pesan kepada orang lain untuk memantau dirinya.
c. Penghinaan (Humiliation)
Penghinaan adalah perilaku yang menampilkan gambar atau
komentar yang menghina atau memalukan, dan menyebarkan berita
yang tidak benar di hadapan publik melalui media elektronik. Bentuk
penghinaan dalam agresi elektronik misalnya mengunggah foto yang
memalukan.
d. Pengucilan (Exclusion)
Pengucilan

adalah

perilaku

yang

bertujuan

untuk

menghilangkan atau memblokir seseorang dalam komunikasi melalui
media elektronik. Bentuk pengucilan dalam agresi elektronik dapat
berupa memblokir akun orang lain, menghapus akun orang lain, dan
mengeluarkan seseorang dari daftar pertemanan melalui media
elektronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

4. Faktor-faktor Agresi Elektronik
a. Keluarga
Faktor yang mempengaruhi agresi elektronik yaitu lingkungan
keluarga. Repetti, Taylor, dan Seeman (2002) mengatakan bahwa
lingkungan keluarga yang berisiko ditandai dengan adanya konflik,
hubungan di dalam keluarga yang dingin dan tidak mendukung.
Individu yang dibesarkan di dalam keluarga yang berisiko tersebut
akan mengalami pengabaian, penolakan, lebih mudah depresi dan
munculnya perilaku yang agresif. Individu yang dibesarkan di dalam
keluarga yang berisiko tersebut juga akan menganggap pesan media
elektronik ambigu yang ditujukan kepadanya sebagai konten negatif
atau menyakitkan dan ia menganggapinya dengan agresif melalui
media elektronik sehingga dapat terjadi agresi elektronik (Kellerman
et al., 2013).
Individu yang tumbuh di dalam keluarga yang tidak
mendukung dan hubungan keluarga yang dingin dapat berdampak
bagi individu. Hal itu dapat menyebabkan individu cemas dan sulit
merasakan kepuasan dari kelekatan di masa dewasa karena tidak ada
kelekatan aman saat kanak-kanak (Boyce dan Parker, 1989).

b. Teman sebaya
Collins dan Van Dulmen (dalam Kellerman et al., 2013)
menyatakan bahwa remaja yang menghabiskan waktu dengan teman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

sebaya akan mempengaruhi pembentukan keintiman atau keakraban
dalam hubungan mereka. Hartup dan Stevens (dalam Kellerman et al.,
2013) mengatakan bahwa dukungan teman sebaya dapat menciptakan
keintiman dan strategi yang positif dalam pemecahan masalah.
Penolakan dari orang lain misalnya teman, dapat menjadi sumber
ketegangan sehingga menghasilkan emosi negatif yang memicu
seseorang berperilaku agresi elektronik (Wright & Li, 2013).

c. Prososial
Pyzalski

(2012)

berpendapat

bahwa

individu

yang

mengabaikan perilaku prososial cenderung dapat melakukan agresi
elektronik karena perilaku prososial dapat menjadi faktor yang
menghalangi pelaku dalam melakukan agresi elektronik. Eisenberg dan
Fabes (dalam Padilla-Walker & Christensen, 2011) mengatakan bahwa
perilaku prososial merupakan tindakan sukarela yang bermaksud untuk
membantu atau menguntungkan individu atau kelompok. Carlo dan
Randall (2002) menyatakan 6 kecenderungan perilaku prososial yaitu
kecenderungan untuk membantu ketika orang lain meminta bantuan
(compliant), membantu dalam situasi yang darurat (dire), membantu
orang lain di depan umum agar dihormati orang (public), membantu
dalam situasi emosional (emotional), membantu orang yang tidak
dikenal (anonymous), dan membantu tanpa mengharapkan imbalan
(altruism).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

B. Sensitivitas Terhadap Penolakan
1. Definisi Sensitivitas Terhadap Penolakan
Baumeister dan Leary (dalam Watson & Nesdale, 2012)
menyatakan bahwa salah satu motivasi manusia yang besar adalah
kebutuhan untuk diterima oleh orang lain. Penerimaan dari orang lain
menjadi hal yang penting bagi manusia dan penolakan dapat memberikan
pengaruh yang kuat bagi mereka (Watson & Nesdale, 2012). Penolakan
dapat berasal dari teman sebaya, keluarga atau pasangan (Watson &
Nesdale, 2012). Levy et al. (dalam Watson & Nesdale, 2012) menyatakan
penolakan dari orang lain tersebut dapat membentuk sensitivitas terhadap
penolakan.
Boyce dan Parker (1989) mengatakan sensitivitas terhadap
penolakan merupakan kepekaan berlebihan terhadap perilaku dan perasaan
orang lain

sehingga

individu

dapat

mempersepsikannya

sebagai

penolakan. Levy et al. (dalam Watson & Nesdale, 2012) menyatakan
bahwa dugaan terhadap penolakan muncul ketika individu berada di
situasi yang memungkinkan dirinya untuk ditolak, dan mendorongnya
untuk menerima tanda-tanda tidak berbahaya sebagai bukti penolakan.
Downey dan Feldman (1996) menambahkan bahwa sensitivitas terhadap
penolakan merupakan kecenderungan seseorang merasa cemas akan
mendapat penolakan dari orang lain, mudah merasakan penolakan, dan
bereaksi berlebihan terhadap penolakan. Sensitivitas terhadap penolakan
merupakan kekhawatiran terhadap penolakan dari orang lain, ketakutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

terhadap hal-hal yang nyata atau imajinasi, dan mudah merasakan tandatanda penolakan (Sloman, 2000). Individu dapat merasakan bahwa dirinya
mengalami penolakan dari orang lain meskipun sesungguhnya tidak ada
penolakan (Sloman, 2000).
Berdasaran uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
sensitivitas terhadap penolakan merupakan kecenderungan seseorang
untuk menduga bahwa ia akan mendapat penolakan dari orang lain,
bereaksi berlebihan terhadap penolakan, dan cepat merasa tertolak akibat
individu mempersepsikan perilaku orang lain sebagai penolakan.

2. Dimensi sensitivitas terhadap penolakan
Boyce dan Parker (1989) menyatakan 5 dimensi yang dapat
menggambarkan sensitivitas individu terhadap penolakan antara lain :
a. Interpersonal awareness (Kesadaran Interpersonal)
Interpersonal awareness adalah kewaspadaan terhadap perilaku
orang lain dan cemas terhadap sesuatu yang akan terjadi dalam
berinteraksi dengan orang lain. Individu memiliki kewaspadaan akibat
kerapuhan diri dan membutuhkan dukungan dari orang lain.
Interpersonal awareness menunjukkan kepekaan individu dalam
berinteraksi dengan orang lain, termasuk merasa bahwa ia mempunyai
pengaruh yang kuat pada pandangan orang lain terhadap dirinya dan
respon negatif dari orang lain akan berdampak bagi dirinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

b. Need for approval (Kebutuhan akan Penerimaan)
Need for approval adalah keinginan seseorang agar orang lain
tidak menolaknya, keinginan untuk membuat orang lain bahagia, dan
menjaga hubungan dengan orang lain. Individu yang memiliki need
yang tinggi menunjukkan bahwa ia menghargai

for approval

keinginan-keinginan orang lain.

c. Separation Anxiety (Kecemasan akan Perpisahan)
Bowlby (dalam Boyce & Parker, 1989) menyatakan bahwa
separation

anxiety

adalah

kecemasan

individu

terhadap

keberlangsungan kelekatan saat dewasa karena tidak ada kelekatan
aman pada masa kanak-kanak sehingga sulit merasakan kepuasan dari
kelekatan di masa dewasa. Boyce dan Parker (1989) mengatakan
bahwa individu akan memiliki kepekaan yang berlebihan terhadap
berbagai ancaman dalam menjaga keutuhan hubungan yang terjalin
dengan orang lain. Bowlby (dalam Boyce & Parker, 1989)
mengatakan bahwa kecemasan berpisah dengan orang lain menjadi
karakteristik individu yang depresi.

d. Timidity (Takut)
Timidity merupakan ketidakmampuan dalam berperilaku secara
asertif dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Khan (2012)
menyatakan bahwa orang yang mampu berperilaku asertif adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

orang yang menghargai pendapat dan perasaan orang lain, mampu
menyatakan pikiran dan perasaannya secara jujur, dan menjalin
hubungan yang akrab dengan orang lain.

e. Fragile inner-self (Kerapuhan diri)
Fragile inner-self menjelaskan bahwa ada bagian inti dalam diri
yang tidak disukai dan butuh disembunyikan dari orang lain. Fragile
inner-self yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang memiliki harga
diri yang rapuh sehingga membutuhkan dukungan dari orang lain.

3. Dampak Sensitivitas Terhadap Penolakan
Sensitivitas terhadap penolakan menyebabkan munculnya depresi
(Downey & Feldman, 1996). Sensitivitas terhadap penolakan juga memicu
munculnya kemarahan, permusuhan, menarik diri, kecemburuan, dan
murung (Downey & Feldman, 1996). Selain itu, sensitivitas terhadap
penolakan juga berhubungan dengan kesepian dan menarik diri secara
sosial (Watson & Nesdale, 2012). Marston,

Hare, dan Allen (2010)

menambahkan bahwa sensitivitas terhadap penolakan menyebabkan
peningkatan masalah interpersonal. Sensitivitas terhadap penolakan dapat
menyebabkan individu cenderung menekan pendapat orang lain yang
berbeda-beda (Harper et al., 2006).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
sensitivitas terhadap penolakan menyebabkan munculnya masalah mental

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

dan perilaku yang terdiri dari depresi, murung, kesepian, kecemburuan,
kemarahan, permusuhan, dan menarik diri secara sosial.

C. Media Sosial
1. Definisi Media Sosial
Media sosial merupakan saluran yang melibatkan internet untuk
berinteraksi dan mempresentasikan diri dengan selektif, dengan khalayak
sempit atau luas yang memperoleh nilai dari isi yang disampaikan oleh
para penggunanya dan memfasilitasi orang untuk berinteraksi (Carr &
Hayes, 2015). Jalonen (2014) mengatakan bahwa media sosial merupakan
sarana untuk melakukan interaksi antarindividu dengan membagikan,
menciptakan atau bertukar informasi melalui jaringan internet. Media
sosial merupakan media untuk berbagi informasi, berpartisipasi, dan
menciptakan konten berupa blog, forum, jejaring sosial, dan dunia virtual
yang didukung oleh teknologi yang canggih (Kementrian Perdagangan RI,
2014).
Kemp (2017) menyatakan bahwa media sosial yang populer
misalnya Instagram, Whatsapp, Facebook, Line, dan Twitter. Dampak
positif media sosial yaitu pengguna dapat mengurangi, menambahkan,
menyebarkan gambar atau tulisan, dan mempercepat penyebaran informasi
(Kementrian Perdagangan RI, 2014). Dampak negatif media sosial yaitu
timbul kecanduan terhadap media sosial, interaksi secara bertatap muka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

dengan orang lain berkurang, dan timbul masalah hukum akibat melanggar
peraturan, privasi, dan moral (Kementrian Perdagangan RI, 2014).
Berdasarkan uraian tentang media sosial tersebut, media sosial
merupakan sarana komunikasi yang terhubung dengan internet untuk
berinteraksi dengan orang lain.

2. Fungsi-fungsi Media Sosial
Jalonen (2014) mengatakan bahwa media sosial memiliki fungsifungsi antara lain :
a. Media Komunikasi
Media sosial sebagai media komunikasi digunakan untuk
menyimpan, membagikan, mempublikasikan konten, berdiskusi,
menyampaikan pendapat, dan mempengaruhi orang lain (Jalonen,
2014). Bentuk media sosial untuk komunikasi yaitu pesan instan
(misalnya skype), blog (misalnya blogger), mikroblog (misalnya
twitter) (Jalonen, 2014).

b. Media kolaborasi
Media sosial sebagai media kolaborasi digunakan untuk
menciptakan konten dan menyunting tanpa batas lokasi dan waktu.
Media sosial yang digunakan sebagai media kolaborasi yaitu Wikis
(misalnya Wikipedia) (Jalonen, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

c. Media penghubung
Media sosial sebagai media penghubung digunakan untuk
berhubungan dengan orang lain dan bersosialisasi dalam suatu
komunitas. Media sosial sebagai media penghubung misalnya
facebook dan Linkedin (Jalonen, 2014).

d. Media untuk melengkapi
Media sosial digunakan untuk melengkapi konten dengan
mendeskripsikan, menambah, menyaring informasi, dan menunjukkan
hubungan antar konten (Jalonen, 2014). Misalnya Pinterest digunakan
untuk mendeskripsikan kualitas tas Charles & Keith.

e. Media penggabung
Jalonen (2014) mengatakan bahwa media sosial sebagai media
penggabung digunakan untuk menggabungkan dan membandingkan
konten dari aplikasi yang berbeda. Misalnya Google Maps digunakan
untuk menampilkan lokasi tempat ibadah, hotel, perbandingan jarak
dan prediksi waktu tempuh Uber, Gojek, atau transportasi lain.

D. Mahasiswa sebagai Remaja Akhir
Takwin (dalam Fadillah, 2013) menyatakan bahwa mahasiswa adalah
orang yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dan belajar di
perguruan tinggi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, mahasiswa adalah peserta didik
yang belajar dan terdaftar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa umumnya
menempuh pendidikan selama 8 semester atau 4 tahun.
Mahasiswa tergolong remaja akhir dengan rentang usia 18-22 tahun
(Santrock, 2007). Mahasiswa merupakan remaja akhir yang memiliki emosi
lebih stabil, lebih menghargai orang lain, mampu memikirkan gagasan, lebih
memikirkan masa depan, lebih konsisten, dan bertanggung jawab (Batubara,
2010). Anderson (dalam Mappiare, 1983) mengatakan mahasiswa diharapkan
memiliki emosi yang lebih matang karena pengalamannya yang diperoleh
selama menempuh pendidikan formal mempengaruhi emosi yang matang.
Mahasiswa di masa remaja akhir juga mulai mampu menentukan pilihan dan
mengambil keputusan (Paramitasari & Alfian, 2012). Selain itu, mahasiswa
berada di tahap remaja akhir memiliki minat yang mengarah ke eksplorasi
identitas diri (Santrock, 2007). Pembentukan identitas menjadi tugas
perkembangan yang penting bagi mereka (Morsunbul, 2015).

E. Dinamika Sensitivitas terhadap Penolakan dengan Agresi Elektronik
pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial
Baumeister dan Leary (dalam Watson & Nesdale, 2012) menyatakan
bahwa salah satu motivasi manusia yang besar adalah kebutuhan untuk
diterima oleh orang lain. Gemilang, Yuliadi, dan Lilik (2015) menyatakan
bahwa motivasi mahasiswa berupa kebutuhan akan penerimaan orang lain
menjadi hal yang penting karena mahasiswa sedang mengalami fase keintiman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

yang berarti membutuhkan relasi yang melibatkan pemikiran, perasaan, dan
tindakan secara lebih mendalam. Mahasiswa diharapkan mampu menjalin
hubungan dengan orang lain secara mendalam karena mereka harus masuk ke
lingkungan yang lebih luas lagi untuk mempersiapkan dirinya menjalani peran
orang dewasa (Rumini & Sundari, 2004).
Penolakan dari orang lain akan menghambat mahasiswa untuk
menjalin hubungan yang lebih luas di lingkungan sosial (Butler et al., 2007).
Sumber penolakan dapat berasal dari ras atau etnis, disabilitas, dan orientasi
seksual (Downey, Bonica, & Rincon, 1999). Penolakan dari teman sebaya,
keluarga atau pasangan dapat menimbulkan pembentukan dugaan akan
tertolak orang lain (Watson & Nesdale, 2012). Levy et al. (dalam Watson &
Nesdale, 2012) menyatakan bahwa individu yang mengalami penolakan
menyebabkan munculnya sensitivitas terhadap penolakan pada dirinya.
Sensitivitas terhadap penolakan merupakan kecenderungan seseorang untuk
menduga bahwa ia akan mendapat penolakan dari orang lain, bereaksi
berlebihan terhadap penolakan, dan cepat merasa tertolak akibat individu
mempersepsikan perilaku orang lain sebagai penolakan.
Sensitivitas terhadap penolakan terdiri dari high rejection sensitivity
dan low rejection sensitivity. Downey dan Feldman (dalam Ayduk et al.,
2000)

mengatakan

bahwa

high

rejection

sensitivity

merupakan

kecenderungan yang tinggi untuk lebih cemas dalam menduga bahwa dirinya
mendapat penolakan dari orang lain, lebih mudah merasa tertolak, dan
bereaksi berlebihan terhadap penolakan secara intensif. High rejection

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

sensitivity menyebabkan individu merasa tertolak dengan lebih mudah
menganggap tanda-tanda ambigu di lingkungan sebagai bukti penolakan
(Sloman, 2000). Individu dengan high rejection sensitivity menggunakan hot
system yaitu memunculkan respon refleks dengan merespon penolakan tanpa
penyelesaian (Metcalfe & Mischel dalam Ayduk et al., 2000). Hal ini
menyebabkan agresi elektronik di media sosial cenderung lebih tinggi karena
munculnya respon refleks mendorong individu bereaksi dengan lebih cepat
dan sulit mengontrol perilaku.
Low rejection sensitivity merupakan tingkat sensitivitas yang rendah
sehingga memiliki rasa cemas yang rendah terhadap penolakan dan tenang
dalam menduga munculnya p