S KOM 0902084 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Bahkan perilaku dan aktivitas
manusia kini banyak tergantung pada teknologi informasi dan
komunikasi. Aspek pendidikan juga tidak lepas dari pengaruh
perkembangan teknologi. Salah satu dampaknya adalah dikenalkannya
mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai salah
satu mata pelajaran pokok di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2004, tepatnya saat
diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kemudian
pada 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai
diberlakukan.
Inansyah (2009) menyatakan bahwa bahan kajian teknologi
informasi dan komunikasi dalam standar isi mencakup 3 aspek yaitu
1. Konsep, pengetahuan, dan operasi dasar,
2. Pengolahan informasi untuk produktivitas,
3. Pemecahan suatu masalah, eksplorasi dan komunikasi.
Lebih lanjut, Inansyah (2009) menyatakan bahwa aspek-aspek
standar kompetensi tersebut saling mendukung dalam membentuk suatu
kompetensi. Cara mengajarkan aspek 1 dan 2 tidak harus berurutan,
boleh juga dimulai dari aspek 2 ke aspek 1, atau disajikan secara
serentak. Kompetensi siswa yang terbentuk dari aspek konsep,
pengetahuan, dan operasi dasar atau aspek pengolahan informasi untuk
produktifitas akan membangun kompetensi dari aspek pemecahan
masalah, eksplorasi dan komunikasi.
Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa salah satu aspek utama
dalam pembelajaran TIK adalah pemahaman siswa terhadap konsep,
1
2
pengetahuan, dan operasi dasar. Jika siswa tidak memahami suatu
permasalahan, tentu ia tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.
Menurut Bloom (1956), pemahaman adalah suatu kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman lebih
dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental
yang dinamis.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru perlu mencari cara mengajar
yang dapat merangsang siswa lebih aktif secara mandiri ataupun
kelompok untuk memahami suatu materi. Sayangnya, dari hasil survei
yang dilakukan oleh Syamsuri (2010), masih banyak guru yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah yang membuat siswa
cenderung hanya menjadi pendengar yang pasif. Padahal sejatinya siswa
lah yang seharusnya aktif dalam proses pembelajaran.
Hal ini juga yang terjadi saat peneliti melakukan PPL di sebuah
sekolah swasta di Bandung pada tahun 2012. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang mengajar di sekolah tersebut kebanyakan
masih menggunakan metode yang membuat siswa pasif. Akibatnya,
banyak siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan
dan tugas yang diberikan guru.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif
dalam proses pembelajaran adalah metode Discovery. Dengan metode
ini, siswa tidak hanya bertindak sebagai penerima pengetahuan dari guru,
tetapi bertindak sebagai penemu pengetahuan itu sendiri. Dalam metode
ini, guru bertindak hanya sebagai pembimbing siswa dalam mencapai
pengetahuan tersebut.
Ruseffendi (Astuti, 2006) menyatakan bahwa metode Discovery
merupakan metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri oleh siswa. Sejalan dengan Ruseffendi,
Oemar Hamalik (Ilahi, 2012) mengartikan metode Discovery sebagai
3
proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para
anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi,
sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat
ditemukan di lapangan. Dengan kata lain, jika mental siswa lemah dan
mudah menyerah, maka pembelajaran Discovery tidak akan berhasil
dengan baik. Artinya, guru harus menyusun kegiatan pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa tertarik dan bersemangat melakukan
kegiatan pembelajaran Discovery hingga hasil yang diinginkan dapat
tercapai.
Menurut Gorman (Effendi, 2012), pembelajaran menggunakan
metode penemuan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu free
discovery
(penemuan
bebas)
dan
guided
discovery (penemuan
terbimbing). Dalam penemuan bebas, siswa benar-benar dilepas dalam
mengidentifikasi masalah, dan menguji hipotesis dengan konsep-konsep
dan prinsip yang sudah ada, dan berusaha menarik pada situasi baru.
Pada penemuan terbimbing, guru berperan sebagai pembimbing siswa
dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang
dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data,
mengkomunikasikan, memecahkan masalah, dan menyusun kembali
data-data sehingga membentuk konsep baru.
Markaban (Wulandari, 2012) mengatakan bahwa metode
penemuan bebas kurang tepat digunakan karena pada umumnya siswa
masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.
Selain itu, penemuan bebas dapat memakan waktu berhari-hari atau
bahkan siswa tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka metode penemuan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan
terbimbing (Guided Discovery).
Selain penerapan metode pembelajaran yang tepat, media
pembelajaran yang baik dan menarik juga dapat digunakan untuk
menunjang proses pembelajaran. Hasil penelitian Jacobs dan Schade
4
(Munir, 2008) menunjukkan, bahwa daya ingat orang yang hanya
membaca saja memberikan persentase terrendah, yaitu 1%. Daya ingat
ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain,
seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan
media 3 dimensi seperti multimedia, hingga 60%. Penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2011) didapatkan data sebanyak 81% siswa
menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam proses
pembelajaran memudahkan siswa dalam menerima pelajaran. Sebanyak
86% siswa menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam
pembelajaran membantu meningkatkan minat belajar. Dari hasil
penelitian di atas, penggunaan multimedia interaktif dalam proses
pembelajaran memberikan motivasi belajar yang baik serta membantu
siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti akan mengangkat judul penelitian “Penerapan Metode
Pembelajaran Guided Discovery Berbantuan Multimedia Interaktif
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMA Dalam Mata
Pelajaran TIK”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah peneliti
paparkan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini dirumuskan sebagi berikut:
“Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas XI dalam
pembelajaran TIK melalui penerapan metode pembelajaran Guided
Discovery berbantuan multimedia interaktif?”
Untuk
menjawab
pertanyaan
tersebut,
diajukan
beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana perbedaan kemampuan pemahaman antara siswa
kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah yang
5
dalam pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran
Guided Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif?
2.
Bagaimana
respon
siswa
terhadap
pembelajaran
dengan
menggunakan metode Guided Discovery berbantuan multimedia
interaktif?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman antara
siswa
kelompok
atas,
tengah,
dan
bawah
yang
dalam
pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Guided
Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif.
2.
Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
Guided
Discovery
berbantuan multimedia interaktif.
1.4. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka masalah
dalam penelitian ini dibatasi sebagain berikut:
1.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pokok bahasan
pengenalan internet dengan materi yang diberikan yaitu perangkat
keras internet dan cara akses internet.
2.
Indikator kemampuan pemahaman yang dinilai pada penelitian ini
adalah translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.
3.
Multimedia interaktif yang dibuat pada penelitian ini hanya
sebagai bahan ajar atau alat penunjang pada kegiatan belajar.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
6
1.
Bagi siswa, metode pembelajaran Guided Discovery diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan.
2.
Bagi guru, metode pembelajaran Guided Discovery dapat menjadi
salah satu alternatif pilihan pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
3.
Bagi peneliti, mengetahui peningkatan pemahaman siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery.
1.6. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah:
1.
Metode pembelajaran Guided Discovery merupakan metode
pembelajaran
yang
mengajak
siswa
untuk
memperoleh
pengetahuan secara mandiri, tanpa proses pemberitahuan secara
langsung oleh guru. Pada penemuan terbimbing (Guided
Discovery), guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam
belajar. Tahapan pembelajaran Guided Discovery yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: merumuskan masalah, membuat
dugaan, mencari informasi yang diperlukan untuk memeriksa
dugaan, menarik kesimpulan, dan mengaplikasikan kesimpulan
dalam situasi baru. Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan
diukur dari lembar observasi.
2.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan
yang mencakup tiga
aspek,
yaitu translasi,
interpretasi, dan ekstrapolasi. Ketiga aspek tersebut diukur dengan
menggunakan tes tertulis.
3.
Multimedia yang digunakan adalah gabungan dari beberapa unsur
yaitu teks, grafis, suara, dan video yang menghasilkan presentasi
yang menarik. Multimedia interaktif yaitu multimedia yang dapat
berinteraksi dengan penggunanya. Kelayakan multimedia yang
digunakan divalidasi oleh seorang ahli multimedia.
7
1.7. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Hipotesis nol (H0) : “Tidak terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman siswa kelas XI dalam pembelajaran TIK melalui
penerapan metode pembelajaran Guided Discovery berbantuan
multimedia interaktif.”
2.
Hipotesis kerja (H1) : “Terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman siswa kelas XI dalam pembelajaran TIK melalui
penerapan metode pembelajaran Guided Discovery berbantuan
multimedia interaktif.”
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Bahkan perilaku dan aktivitas
manusia kini banyak tergantung pada teknologi informasi dan
komunikasi. Aspek pendidikan juga tidak lepas dari pengaruh
perkembangan teknologi. Salah satu dampaknya adalah dikenalkannya
mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai salah
satu mata pelajaran pokok di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2004, tepatnya saat
diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kemudian
pada 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai
diberlakukan.
Inansyah (2009) menyatakan bahwa bahan kajian teknologi
informasi dan komunikasi dalam standar isi mencakup 3 aspek yaitu
1. Konsep, pengetahuan, dan operasi dasar,
2. Pengolahan informasi untuk produktivitas,
3. Pemecahan suatu masalah, eksplorasi dan komunikasi.
Lebih lanjut, Inansyah (2009) menyatakan bahwa aspek-aspek
standar kompetensi tersebut saling mendukung dalam membentuk suatu
kompetensi. Cara mengajarkan aspek 1 dan 2 tidak harus berurutan,
boleh juga dimulai dari aspek 2 ke aspek 1, atau disajikan secara
serentak. Kompetensi siswa yang terbentuk dari aspek konsep,
pengetahuan, dan operasi dasar atau aspek pengolahan informasi untuk
produktifitas akan membangun kompetensi dari aspek pemecahan
masalah, eksplorasi dan komunikasi.
Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa salah satu aspek utama
dalam pembelajaran TIK adalah pemahaman siswa terhadap konsep,
1
2
pengetahuan, dan operasi dasar. Jika siswa tidak memahami suatu
permasalahan, tentu ia tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.
Menurut Bloom (1956), pemahaman adalah suatu kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman lebih
dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental
yang dinamis.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru perlu mencari cara mengajar
yang dapat merangsang siswa lebih aktif secara mandiri ataupun
kelompok untuk memahami suatu materi. Sayangnya, dari hasil survei
yang dilakukan oleh Syamsuri (2010), masih banyak guru yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah yang membuat siswa
cenderung hanya menjadi pendengar yang pasif. Padahal sejatinya siswa
lah yang seharusnya aktif dalam proses pembelajaran.
Hal ini juga yang terjadi saat peneliti melakukan PPL di sebuah
sekolah swasta di Bandung pada tahun 2012. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang mengajar di sekolah tersebut kebanyakan
masih menggunakan metode yang membuat siswa pasif. Akibatnya,
banyak siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan
dan tugas yang diberikan guru.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif
dalam proses pembelajaran adalah metode Discovery. Dengan metode
ini, siswa tidak hanya bertindak sebagai penerima pengetahuan dari guru,
tetapi bertindak sebagai penemu pengetahuan itu sendiri. Dalam metode
ini, guru bertindak hanya sebagai pembimbing siswa dalam mencapai
pengetahuan tersebut.
Ruseffendi (Astuti, 2006) menyatakan bahwa metode Discovery
merupakan metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri oleh siswa. Sejalan dengan Ruseffendi,
Oemar Hamalik (Ilahi, 2012) mengartikan metode Discovery sebagai
3
proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para
anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi,
sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat
ditemukan di lapangan. Dengan kata lain, jika mental siswa lemah dan
mudah menyerah, maka pembelajaran Discovery tidak akan berhasil
dengan baik. Artinya, guru harus menyusun kegiatan pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa tertarik dan bersemangat melakukan
kegiatan pembelajaran Discovery hingga hasil yang diinginkan dapat
tercapai.
Menurut Gorman (Effendi, 2012), pembelajaran menggunakan
metode penemuan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu free
discovery
(penemuan
bebas)
dan
guided
discovery (penemuan
terbimbing). Dalam penemuan bebas, siswa benar-benar dilepas dalam
mengidentifikasi masalah, dan menguji hipotesis dengan konsep-konsep
dan prinsip yang sudah ada, dan berusaha menarik pada situasi baru.
Pada penemuan terbimbing, guru berperan sebagai pembimbing siswa
dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang
dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data,
mengkomunikasikan, memecahkan masalah, dan menyusun kembali
data-data sehingga membentuk konsep baru.
Markaban (Wulandari, 2012) mengatakan bahwa metode
penemuan bebas kurang tepat digunakan karena pada umumnya siswa
masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.
Selain itu, penemuan bebas dapat memakan waktu berhari-hari atau
bahkan siswa tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka metode penemuan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan
terbimbing (Guided Discovery).
Selain penerapan metode pembelajaran yang tepat, media
pembelajaran yang baik dan menarik juga dapat digunakan untuk
menunjang proses pembelajaran. Hasil penelitian Jacobs dan Schade
4
(Munir, 2008) menunjukkan, bahwa daya ingat orang yang hanya
membaca saja memberikan persentase terrendah, yaitu 1%. Daya ingat
ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan bantuan media lain,
seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan penggunaan
media 3 dimensi seperti multimedia, hingga 60%. Penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2011) didapatkan data sebanyak 81% siswa
menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam proses
pembelajaran memudahkan siswa dalam menerima pelajaran. Sebanyak
86% siswa menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif didalam
pembelajaran membantu meningkatkan minat belajar. Dari hasil
penelitian di atas, penggunaan multimedia interaktif dalam proses
pembelajaran memberikan motivasi belajar yang baik serta membantu
siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti akan mengangkat judul penelitian “Penerapan Metode
Pembelajaran Guided Discovery Berbantuan Multimedia Interaktif
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMA Dalam Mata
Pelajaran TIK”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah peneliti
paparkan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini dirumuskan sebagi berikut:
“Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas XI dalam
pembelajaran TIK melalui penerapan metode pembelajaran Guided
Discovery berbantuan multimedia interaktif?”
Untuk
menjawab
pertanyaan
tersebut,
diajukan
beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimana perbedaan kemampuan pemahaman antara siswa
kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah yang
5
dalam pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran
Guided Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif?
2.
Bagaimana
respon
siswa
terhadap
pembelajaran
dengan
menggunakan metode Guided Discovery berbantuan multimedia
interaktif?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman antara
siswa
kelompok
atas,
tengah,
dan
bawah
yang
dalam
pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Guided
Discovery dengan berbantuan multimedia interaktif.
2.
Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
Guided
Discovery
berbantuan multimedia interaktif.
1.4. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka masalah
dalam penelitian ini dibatasi sebagain berikut:
1.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pokok bahasan
pengenalan internet dengan materi yang diberikan yaitu perangkat
keras internet dan cara akses internet.
2.
Indikator kemampuan pemahaman yang dinilai pada penelitian ini
adalah translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.
3.
Multimedia interaktif yang dibuat pada penelitian ini hanya
sebagai bahan ajar atau alat penunjang pada kegiatan belajar.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
6
1.
Bagi siswa, metode pembelajaran Guided Discovery diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan.
2.
Bagi guru, metode pembelajaran Guided Discovery dapat menjadi
salah satu alternatif pilihan pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
3.
Bagi peneliti, mengetahui peningkatan pemahaman siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery.
1.6. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah:
1.
Metode pembelajaran Guided Discovery merupakan metode
pembelajaran
yang
mengajak
siswa
untuk
memperoleh
pengetahuan secara mandiri, tanpa proses pemberitahuan secara
langsung oleh guru. Pada penemuan terbimbing (Guided
Discovery), guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam
belajar. Tahapan pembelajaran Guided Discovery yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: merumuskan masalah, membuat
dugaan, mencari informasi yang diperlukan untuk memeriksa
dugaan, menarik kesimpulan, dan mengaplikasikan kesimpulan
dalam situasi baru. Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan
diukur dari lembar observasi.
2.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan
yang mencakup tiga
aspek,
yaitu translasi,
interpretasi, dan ekstrapolasi. Ketiga aspek tersebut diukur dengan
menggunakan tes tertulis.
3.
Multimedia yang digunakan adalah gabungan dari beberapa unsur
yaitu teks, grafis, suara, dan video yang menghasilkan presentasi
yang menarik. Multimedia interaktif yaitu multimedia yang dapat
berinteraksi dengan penggunanya. Kelayakan multimedia yang
digunakan divalidasi oleh seorang ahli multimedia.
7
1.7. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Hipotesis nol (H0) : “Tidak terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman siswa kelas XI dalam pembelajaran TIK melalui
penerapan metode pembelajaran Guided Discovery berbantuan
multimedia interaktif.”
2.
Hipotesis kerja (H1) : “Terdapat peningkatan kemampuan
pemahaman siswa kelas XI dalam pembelajaran TIK melalui
penerapan metode pembelajaran Guided Discovery berbantuan
multimedia interaktif.”