Perpres Nomor 191 Tahun 2014

 

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 191 TAHUN 2014
TENTANG
PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN
BAHAN BAKAR MINYAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa

dengan

mempertimbangkan

perkembangan

kebutuhan nasional atas Bahan Bakar Minyak dan dalam
rangka pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran kepada
konsumen pengguna tertentu serta guna meningkatkan
efisiensi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara,

perlu

penyediaan,

menata

kembali

pendistribusian,

kebijakan

harga

jual

mengenai


eceran

dan

konsumen pengguna jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu
dan mengatur penyediaan, pendistribusian dan harga
Bahan Bakar Minyak lainnya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan sesuai dengan ketentuan Pasal 66 dan
Pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004
tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga
Jual Eceran Bahan Bakar Minyak;
Mengingat

: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;


 
2. Undang-Undang ...
 

 

 
 

-2-

 

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang

Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5069);
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4152);
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4746);
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4866);
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun


2009

Nomor

130,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik Indonesia Nomor 5049);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);

8. Peraturan ...


 

-3-

 
 

8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4436)

sebagaimana

telah

diubah


dengan

Peraturan

Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4996);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN

PRESIDEN

PENDISTRIBUSIAN

DAN

TENTANG

HARGA


JUAL

PENYEDIAAN,
ECERAN

BAHAN

BAKAR MINYAK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu yang selanjutnya
disebut Jenis BBM Tertentu adalah bahan bakar yang
berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi dan/atau bahan
bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi yang
telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu
(spesifikasi), harga, volume, dan konsumen tertentu dan

diberikan subsidi.

2. Jenis …

 

-4-

 

2. Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan yang
selanjutnya disebut Jenis BBM Khusus Penugasan adalah
bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak
Bumi dan/atau bahan bakar yang berasal dan/atau diolah
dari Minyak Bumi yang telah dicampurkan dengan Bahan
Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dengan
jenis,

standar


dan

mutu

(spesifikasi)

tertentu,

yang

didistribusikan di wilayah penugasan dan tidak diberikan
subsidi.
3. Jenis Bahan Bakar Minyak Umum yang selanjutnya
disebut Jenis BBM Umum adalah bahan bakar yang
berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi dan/atau bahan
bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi yang
telah dicampurkan dengan Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
sebagai Bahan Bakar Lain dengan jenis, standar dan mutu
(spesifikasi) tertentu dan tidak diberikan subsidi.
4. Terminal BBM Depot/Penyalur adalah tempat penimbunan

dan

penyaluran

BBM

yang

dimiliki

atau

dikuasai

PT Pertamina (Persero) dan/atau badan usaha lainnya yang
mendapat

penugasan

Penyediaan

dan

Pendistribusian

Jenis BBM Tertentu.
5. Sistem Pendistribusian Tertutup Jenis BBM Tertentu
adalah metode pendistribusian Jenis BBM Tertentu untuk
pengguna

tertentu

dan/atau

volume

tertentu

dengan

mekanisme penggunaan alat kendali.

6. Usaha …

 

-5-

 

6. Usaha Mikro adalah Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
7. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang

menjalankan

jenis

usaha

bersifat

tetap,

terus-

menerus dan didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta bekerja dan berkedudukan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Badan Pengatur adalah badan pengatur sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi.
9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang minyak dan gas bumi.

Pasal 2

Jenis Bahan Bakar Minyak yang diatur dalam Peraturan
Presiden ini terdiri atas:
a. Jenis BBM Tertentu;
b. Jenis BBM Khusus Penugasan; dan
c. Jenis BBM Umum.

Pasal 3

(1) Jenis BBM Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a terdiri atas Minyak Tanah (Kerosene) dan Minyak
Solar (Gas Oil).

(2) Jenis …

 

-6-

 
(2) Jenis

BBM Khusus Penugasan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 huruf b merupakan BBM jenis Bensin
(Gasoline) RON minimum 88 untuk didistribusikan di
wilayah penugasan.
(3) Wilayah penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi

seluruh

Wilayah

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia kecuali di wilayah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Provinsi Bali.
(4) Jenis BBM Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf c terdiri atas seluruh jenis BBM di luar jenis BBM
Tertentu dan jenis BBM Khusus Penugasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf b dan huruf c.
Pasal 4
Penyediaan dan pendistribusian atas volume kebutuhan
tahunan Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus
Penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
dan huruf b, dilaksanakan oleh Badan Usaha melalui
penugasan oleh Badan Pengatur.
BAB II
PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN
JENIS BBM TERTENTU
Pasal 5
Pengaturan

penyediaan

dan

pendistribusian

Jenis

BBM

Tertentu dalam Peraturan Presiden ini meliputi perencanaan
volume kebutuhan, perencanaan volume penjualan dari Badan
Usaha, penyediaan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
(Biofuel), ketentuan impor dan sistem pendistribusian secara
tertutup Jenis BBM Tertentu.
Pasal 6...

 

-7-

 

Pasal 6

Perencanaan volume kebutuhan Jenis BBM Tertentu dan
perencanaan

penjualan

dari

Badan

Usaha

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan melalui mekanisme
sebagai berikut:
a. Badan Pengatur mengusulkan kepada Menteri mengenai
perencanaan

volume

kebutuhan

tahunan

dan

volume

penjualan tahunan Jenis BBM Tertentu;
b. Menteri berdasarkan usulan Badan Pengatur menetapkan
perencanaan

volume

kebutuhan

tahunan

dan

volume

penjualan tahunan Jenis BBM Tertentu;
c. Menteri

menyampaikan

kepada

Menteri

Keuangan

mengenai penetapan perencanaan volume kebutuhan
tahunan

dan

volume

penjualan

tahunan

untuk

penyusunan perkiraan subsidi Jenis BBM Tertentu dan
proses penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 7

Jenis BBM Tertentu dan perencanaan volume kebutuhan
tahunan serta perencanaan volume penjualan sebagaimana
dimaksud

dalam

Pasal

6

digunakan

sebagai

dasar

penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu.
Pasal 8
(1) Penugasan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM
Tertentu kepada Badan Usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dapat dilakukan melalui penunjukan
langsung dan/atau melalui seleksi.
(2) Penunjukan...

 

-8-

 

(2) Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib memenuhi ketentuan:
a. perlindungan aset kilang dalam negeri termasuk
pengembangannya dalam jangka panjang;
b. jaminan ketersediaan Jenis BBM Tertentu dalam
negeri;
c. untuk mengatasi kondisi kelangkaan Bahan Bakar
Minyak;
d. kondisi daerah terpencil dan daerah yang mekanisme
pasarnya belum berjalan; atau
e. apabila hanya terdapat 1 (satu) Badan Usaha pemegang
Izin Usaha Niaga Umum (Wholesale) Bahan Bakar
Minyak

untuk

melaksanakan

penyediaan

dan

pendistribusian Jenis BBM Tertentu dalam satu Wilayah
Distribusi Niaga.
(3) Ketentuan

mengenai

dan/atau seleksi

tata

cara

penunjukan

langsung

ditetapkan dengan Peraturan Badan

Pengatur.

Pasal 9

Penugasan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada Badan
Usaha yang telah memiliki Izin Usaha Niaga Umum, fasilitas
penyimpanan dan fasilitas distribusi.

Pasal 10...

 

-9-

 

Pasal 10
(1) Dalam rangka penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM
Tertentu, Badan Usaha yang mendapatkan penugasan
penyediaaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu wajib
mencampurkan

Bahan

Bakar

Nabati

(Biofuel)

yang

dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Badan Usaha dalam melakukan pencampuran Bahan
Bakar Nabati (Biofuel) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memanfaatkan dan mengutamakan produksi Bahan
Bakar Nabati (Biofuel) dalam negeri.
(3) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa biodiesel, bioetanol, dan minyak
nabati murni dengan jenis, standar, dan mutu (spesifikasi)
sesuai dengan yang ditetapkan Menteri.

Pasal 11
Dalam rangka pencampuran Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), Pemerintah
menjamin ketersediaan dan pendistribusian Bahan Bakar
Nabati

(Biofuel)

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.

Pasal 12

(1) Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat
melakukan impor Jenis BBM Tertentu apabila produksi
kilang minyak dalam negeri belum mencukupi kebutuhan
nasional Jenis BBM Tertentu.
(2) Pelaksanaan...

 

- 10 -

 
(2) Pelaksanaan

impor

Jenis

BBM

Tertentu

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan Badan Usaha setelah
mendapatkan

rekomendasi

Menteri

dan

izin

Menteri

Perdagangan.
Pasal 13

(1) Penyediaan

dan

pendistribusian

Jenis

BBM

Tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilaksanakan
dengan

Sistem

Pendistribusian

Tertutup

Jenis

BBM

Tertentu.
(2) Sistem

Pendistribusian

Tertutup

Jenis

BBM

Tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
bertahap meliputi konsumen pengguna, wilayah, harga jual
eceran dan volume tertentu yang pelaksanaannya dilakukan
oleh Badan Pengatur.

BAB III
HARGA JUAL ECERAN JENIS
BAHAN BAKAR MINYAK

Pasal 14
(1) Dalam rangka penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar
Minyak, Menteri menetapkan harga dasar dan harga jual
eceran Bahan Bakar Minyak.
(2) Harga dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas

biaya

perolehan,

biaya

distribusi,

dan

biaya

penyimpanan serta margin.

(3) Biaya...

 

- 11 -

 

(3) Biaya perolehan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan biaya penyediaan Bahan Bakar Minyak dari
produksi kilang dalam negeri dan impor sampai dengan
terminal

bahan

bakar

minyak/depot

dengan

dasar

perhitungan menggunakan harga indeks pasar.
(4) Harga jual eceran Bahan Bakar Minyak sebagaimana
dimaksud

pada

ayat

(1)

merupakan

harga

dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditambah dengan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBBKB).
(5) Besaran Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk :
a. harga jual eceran Jenis BBM Tertentu dan harga jual
eceran Jenis BBM Khusus Penugasan sebesar 5% (lima
persen);
b. harga jual eceran Jenis BBM Umum sesuai dengan
peraturan daerah provinsi setempat.

Pasal 15
(1) Harga indeks pasar bahan bakar minyak dan harga indeks
pasar Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang dicampurkan ke
dalam Jenis BBM Tertentu dan Jenis BBM Khusus
Penugasan ditetapkan oleh Menteri.
(2) Harga indeks pasar bahan bakar minyak dan harga indeks
pasar Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang dicampurkan ke
dalam Jenis BBM Umum ditetapkan oleh Badan Usaha dan
dilaporkan kepada Menteri.

Pasal 16...

 

- 12 -

 

Pasal 16
(1) Jenis BBM Tertentu untuk Minyak Tanah (Kerosene)
diberikan subsidi per liter yang merupakan pengeluaran
negara yang dihitung dari selisih kurang antara harga jual
eceran per liter Jenis BBM Tertentu untuk Minyak Tanah
(Kerosene) setelah dikurangi pajak-pajak, dengan harga
dasar per liter jenis BBM Tertentu untuk Minyak Tanah
(Kerosene).
(2) Jenis BBM Tertentu untuk Minyak Solar (Gas Oil) diberikan
subsidi tetap dari selisih kurang harga dasar per liter jenis
BBM Tertentu untuk Minyak Solar (Gas Oil) setelah
ditambah pajak-pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 17
(1) Harga jual eceran Jenis BBM Tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) hanya berlaku untuk
konsumen

pengguna

pada

titik

serah

sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(2) Perubahan rincian Konsumen Pengguna dan titik serah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri berdasarkan hasil rapat koordinasi yang dipimpin
oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Pasal 18...

 

- 13 -

 

Pasal 18

(1) Jenis BBM Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) dilarang diangkut dan/atau diperdagangkan ke
luar negeri.
(2) Badan Usaha dan/atau masyarakat dilarang melakukan
penimbunan dan/atau penyimpanan serta penggunaan
Jenis BBM Tertentu yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Badan

Usaha

dan/atau

masyarakat

yang

melakukan

pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 19
(1) Untuk

pertama

pendistribusian

kali,
Jenis

penugasan
BBM

penyediaan

Khusus

dan

Penugasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, untuk tahun 2015
diberikan kepada PT Pertamina (Persero).
(2) Besarnya

alokasi

pendistribusian

volume
Jenis

penugasan
BBM

penyediaan

Khusus

dan

Penugasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Badan Pengatur.

Pasal 20…

 

- 14 -

 

Pasal 20
(1) Badan

Pengatur

menugaskan

Badan

Usaha

untuk

melaksanakan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM
Khusus Penugasan pada wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3).
(2) Badan Usaha pelaksana penugasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memiliki izin usaha niaga umum dan
memiliki

fasilitas

pengolahan,

penyimpanan,

dan

pendistribusian Bahan Bakar Minyak.

Pasal 21
(1) Menteri dan Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut
ketentuan yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan
Presiden ini sesuai tugas dan kewenangan masing-masing.
(2) Badan Pengatur melakukan pengaturan, pengawasan, dan
verifikasi terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan
pendistribusian bahan bakar minyak.
(3) Dalam melakukan pengawasan Jenis BBM Tertentu dan
Jenis BBM Khusus Penugasan, Badan Pengatur dapat
bekerja sama dengan instansi terkait dan/atau pemerintah
daerah.
(4) Kerja

sama

dengan

pemerintah

daerah

sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dikoordinasikan oleh Menteri
Dalam Negeri.

(5) Penetapan …

 

- 15 -

 

(5) Penetapan alokasi volume Jenis BBM Tertentu untuk
masing-masing konsumen pengguna Jenis BBM Tertentu
ditetapkan oleh Badan Pengatur.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:
1. Peraturan

Presiden

Nomor

71

Tahun

2005

tentang

Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak
Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 45 Tahun 2009;
2. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga
Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar
Minyak Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 41);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 23

Peraturan

Presiden

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

diundangkan.

Agar …

 

- 16 -

 
Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 399

Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Perekonomian,
ttd.
Ratih Nurdiati

 

- 17 -

 

LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 191 TAHUN 2014
TENTANG
PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA
JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH
JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

Jenis Bahan
Bakar Minyak

Konsumen Pengguna

Titik Serah

1. Untuk Memasak:

Terminal

Tertentu
Minyak Tanah Rumah
(Kerosene)

Tangga

Rumah tangga pada wilayah
yang

belum

terkonversi

Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Rumah tangga pada wilayah
belum

dialiri

listrik

Usaha Mikro pada wilayah yang
belum terkonversi LPG.
Untuk memasak dan penerangan

Perikanan

di

nelayan

Bahan Bakar
Minyak

kecil

Terminal
BBM/Depot

Usaha

perahu

(BBM)/Depot

(BBM)/Depot

(distribusi tertutup).
Usaha Mikro

Minyak

Terminal

2.Untuk Penerangan:

yang

Bahan Bakar

pada

Terminal
BBM/Depot

wilayah yang belum terkonversi

Jenis …

 

- 18 -

 
Jenis Bahan
Bakar Minyak

Konsumen Pengguna

Titik Serah

Tertentu
LPG.
Minyak Solar

Usaha Mikro

(Gas Oil)

Mesin-mesin perkakas yang motor
penggeraknya

Penyalur

menggunakan

Minyak Solar untuk keperluan
usaha

mikro.

Pembelian

dilakukan dengan verifikasi dan
surat rekomendasi dari Kepala
SKPD

Kabupaten/Kota

yang

membidangi Usaha Mikro.
Usaha
Perikanan

1. Nelayan

yang

menggunakan

Penyalur

kapal ikan Indonesia dengan
ukuran

maksimum

30

(tiga

puluh) GT yang terdaftar di
Kementerian

Kelautan

Perikanan,

dan
SKPD

Provinsi/Kabupaten/Kota yang
membidangi perikanan dengan
verifikasi
rekomendasi

dan
dari

surat
Pelabuhan

Perikanan atau Kepala SKPD
Provinsi/ Kabupaten/Kota yang
membidangi perikanan sesuai
dengan

kewenangannya

masing-masing.
2. Pembudi Daya Ikan Skala Kecil

Penyalur

(kincir) dengan verifikasi dan
surat rekomendasi dari SKPD
Kabupaten/Kota

yang

membidangi perikanan.
Jenis …

 

- 19 -

 
Jenis Bahan
Bakar Minyak

Konsumen Pengguna

Titik Serah

Tertentu
Usaha

Petani/kelompok

Pertanian

Pelayanan

tani/Usaha

Jasa

Alat

Penyalur

Mesin

Pertanian yang melakukan usaha
tani

tanaman

pangan,

holtikultura, perkebunan dengan
luas maksimal 2 (dua) Hektare,
dan

peternakan

menggunakan
dengan

dengan

mesin

pertanian

verifikasi

dan

rekomendasi dari Lurah/Kepala
Desa/Kepala SKPD Kabupaten/
Kota yang membidangi pertanian.
Minyak Solar
(Gas Oil)

Transportasi

1. Kendaraan

bermotor

perseorangan
angkutan

di

orang

jalan

untuk

atau

barang

Penyalur

dengan tanda nomor kendaraan
berwarna dasar hitam dengan
tulisan putih.

2. Kendaraan bermotor umum di
jalan

untuk

angkutan

orang

atau

barang

dengan

tanda

nomor

kendaraan

Penyalur

berwarna

dasar kuning dengan tulisan
hitam,
untuk
kegiatan

kecuali

mobil

barang

pengangkutan

hasil

perkebunan

dan

pertambangan

dengan

jumlah

roda lebih dari 6 (enam) buah.
Jenis …
Jenis …

 

- 20 -

 
Jenis Bahan
Bakar Minyak

Konsumen Pengguna

Titik Serah

3. Semua jenis kendaraan untuk

Penyalur

Tertentu

pelayanan umum antara lain
mobil ambulance, mobil jenazah,
mobil pemadam kebakaran dan
mobil pengangkut sampah.
4. Transportasi

air

yang

Penyalur

menggunakan motor tempel dan
diusahakan oleh Warga Negara
Indonesia atau Badan Hukum
Indonesia
untuk

yang

digunakan

angkutan

umum/

perseorangan dengan verifikasi
dan

rekomendasi

Lurah/Kepala
SKPD

dari

Desa/Kepala

Kabupaten/Kota

yang

membidangi transportasi.
5. Sarana transportasi laut berupa
kapal

berbendera

dengan

trayek

berupa

Penyalur

Indonesia

dalam

angkutan

negeri
umum

penumpang berdasarkan kuota
yang

ditetapkan

oleh

Badan

Pengatur.
6. Sarana transportasi angkutan
umum berupa kapal berbendera
Indonesia
sungai,

untuk

angkutan

danau

penyeberangan

Penyalur/
Terminal
BBM/Depot

dan

berdasarkan
Jenis …

 

- 21 -

 
Jenis Bahan
Bakar Minyak

Konsumen Pengguna

Titik Serah

Tertentu
kuota

yang

ditetapkan

oleh

Badan Pengatur.

Penyalur/
Terminal

7. Sarana transportasi angkutan

BBM/Depot

umum berupa kapal pelayaran
rakyat/
kuota

perintis
yang

berdasarkan

ditetapkan

oleh

Badan Pengatur.
8. Sarana

BBM/Depot

transportasi

berupa

kereta

api

penumpang

dan

berdasarkan

kuota

ditetapkan

Terminal

oleh

darat
umum
barang
yang
Badan

Pengatur.
Minyak Solar

Pelayanan

(Gas Oil)

Umum

1. Krematorium
ibadah

dan

untuk

pembakaran

tempat

Penyalur/

proses

Terminal

dan/atau

penerangan

dengan

dan

rekomendasi

surat

BBM/Depot

verifikasi
dari

Kepala SKPD Kabupaten/Kota
yang membidanginya.
2. Panti asuhan dan panti jompo
untuk

penerangan

verifikasi

dan

rekomendasi
Kabupaten/Kota

dari

dengan
surat

Terminal
BBM/Depot
dan Penyalur

SKPD
yang

membidanginya.

Jenis …

 

- 22 -

 
Jenis Bahan
Bakar Minyak

Konsumen Pengguna

Titik Serah

Tertentu
3. Rumah sakit tipe C dan tipe D,
dan

puskesmas

untuk

penerangan

dengan

dan

rekomendasi

surat

verifikasi

Terminal
BBM/Depot
dan Penyalur

dari

SKPD Kabupaten/ Kota yang
membidanginya.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO

Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Perekonomian,
ttd.
Ratih Nurdiati