Jurnal UNY coping 2016

Strategi Coping Korban (Muhammad Iqbal Tri Utomo) 590

STRATEGI COPING KORBAN BULLYING VERBAL PADA SISWA
KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA
VERBAL BULLYING VICTIMS COPING STRATEGY IN CLASS XI IN SMA STATE 11
YOGYAKARTA
Oleh: Muhammad Iqbal Tri Utomo, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Yogyakarta
mohiqbaltriutomo17@gmail.com
Abstrak
Pentingnya strategi coping bagi korban bullying yaitu dapat membantu dalam mentoleransi
dan menerima situasi menekan yang tidak dapat dikuasainya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
gambaran strategi coping yang digunakan korban bullying verbal pada siswa kelas XI di SMA Negeri
11 Yogyakarta. Penelitian menggunakan metode studi kasus. Setting penelitian di SMA Negeri 11
Yogyakarta. Subjek adalah dua siswa kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta, berusia 15-18 tahun,
pernah menerima tindakan bullying, lebih sering menerima tindakan bullying verbal, dan bersedia
menjadi subyek penelitian. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur dan
observasi. Teknik analisis data menggunakan konsep Miles & Huberman yaitu pengumpulan data,
reduksi data, display data, dan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Strategi coping yang dipilih oleh
subjek AR adalah kontrol diri dan penerimaan. Subjek AR lebih cenderung menerima dan tidak

menyalahkan keadaan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penolakan dan tindakan bully terulang
kembali; dan (2) Strategi coping yang dipilih oleh subjek FD adalah keaktifan diri, dan religiusitas.
Subjek FD lebih cenderung membaur dan bergaul dengan baik terhadap pelaku bullying. Sikap
membaur dan bergaul dengan baik ini merupakan salah satu bentuk pertahanan diri supaya FD tidak
diintimidasi dan diperlakukan kurang baik oleh temannya.
Kata Kunci: Strategi Coping, Korban Bullying Verbal
Abstract
The importance of coping strategies for victims of bullying that can help to tolerate and accept
the pressing situation that can not be mastered. The study aims to reveal the coping strategies used
bullied verbally in class XI student at SMA Negeri 11 Yogyakarta. Research using the case study
method. Setting research in SMA 11 Yogyakarta. The subject is two class XI SMA Negeri 11
Yogyakarta, aged 15-18 years, had received bullying, more often received verbal bullying, and willing
to be the subject of research. Methods of data collection using structured interviews and observation.
Data were analyzed using the concept of Miles & Huberman, namely data collection, data reduction,
data display, and conclusion. Technique authenticity of data using triangulation techniques and
methods. The results showed that: (1) Coping strategies chosen by the subject AR is self-control and
acceptance. AR subjects are more likely to accept and do not blame circumstances. This is done to
prevent rejection and bullying actions reoccur; and (2) coping strategies chosen by the subject FD is
a self liveliness, and religiosity. FD subjects were more likely to blend and mix well to bullying.
Attitude mingle and get along well this is one form of self-defense so that the FD is not intimidated

and treated poorly by his friend.
Keywords: Self-Efficacy, and Cheating Behavior

PENDAHULUAN

(Coloroso,

2006:

51).
yang

Bullying adalah

Secara umum bullying adalah aktivitas

perilaku

agresif


dilakukan

secara

sadar, disengaja dan yang bertujuan untuk

sengaja

terjadi

berulang-ulang

untuk

melukai atau menanamkan ketakutan melalui

menyerang seorang target atau korban yang

ancaman lebih lanjut dan menciptakan teror


lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela

591 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 tahun ke-5 2016

diri

sendiri

(SEJIWA,

24).

kekerasan. Sekolah merupakan salah satu

Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan

tempat yang strategis dalam melakukan

fisik dan psikologis jangka panjang yang


tindakan bullying. Akhir-akhir

dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap

akibat kekerasan di sekolah makin sering

seseorang

mampu

ditemui baik melalui informasi di media cetak

mempertahankan dirinya dalam situasi di

maupun yang kita saksikan di layar televisi

mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti

diantaranya


orang

pemalakan, penindasan, dsb. Banyak kasus

yang

itu

atau

2008:

tidak

membuat

dia

tertekan


(SEJIWA, 2008: 77).
Perilaku

adalah

ini

tawuran,

kasus

pengucilan,

dari berbagai macam bentuk bullying yang
Muncul

terjadi, faktanya belum ada tindakan konkrit

dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, baik


yang dapat menghentikan berbagai macam

faktor internal maupun faktor eksternal.

bullying yang terjadi dinegara ini, meskipun

Faktor internal muncul dari dalam diri pelaku,

diketahui bahwa bullying mempunyai dampak

seperti karakteristik individu. Selanjutnya,

negatif pada korbannya.

bullying

faktor eksternal merupakan faktor yang

Korban bullying memiliki karakteristik


muncul disebabkan adanya interaksi pelaku

mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya

dengan lingkungan seperti faktor keluarga

sendiri dan cenderung berdiam diri di rumah

dan faktor sekolah (Wahyuni, 2011: 29).

setelah pulang dari sekolah. Bullying juga

Rigby (2005: 39) menyatakan bahwa

memiliki pengaruh secara jangka panjang dan

terdapat tiga bentuk tentang jenis bullying.

jangka pendek terhadap korban bullying.


Pertama, verbal bullying seperti mengejek/

Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan

mencela, menyindir, memanggil nama dan

akibat perilaku bullying adalah depresi karena

menyebarkan

Kedua,

physical

mengalami penindasan, menurunnya minat

menendang,

memukul,


untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang

mendorong, merusak atau mencuri barang

diberikan oleh guru, dan menurunnya minat

milik orang lain atau menyuruh orang lain

untuk

untuk menyerang korban. Ketiga, non verbal/

Sedangkan, akibat yang ditimbulkan dalam

non physical bullying seperti mengancam dan

jangka panjang dari penindasan ini seperti

menunjukkan sikap yang janggal/ tidak

mengalami

seperti biasanya, melarang orang lain untuk

hubungan baik terhadap lawan jenis, selalu

masuk kedalam kelompok, memanipulasi

memiliki

persahabatan dan mengancam via e-mail.

perlakuan yang tidak menyenangkan dari

bullying

fitnah.

seperti

Usia remaja merupakan usia yang
paling rentan untuk melakukan tindakan

mengikuti

kesulitan

kecemasan

teman-teman sebayanya.

kegiatan

dalam

akan

sekolah.

menjalin

mendapatkan

Strategi Coping Korban (Muhammad Iqbal Tri Utomo) 592

Observasi ini dilakukan pada siswa
kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta.

atau menambah memberikan cap atau atribut
negatif pada korban bullying.

Observasi ini dilakukan karena penulis

Berdasarkan hasil observasi tersebut

tertarik dengan beberapa kasus bullying yang

diketahui

terjadi dan semakin tampak di kalangan siswa

bullying dalam bentuk verbal pada siswa

SMA. Perilaku bullying biasanya terjadi

kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan

selama jam sekolah atau setelah jam sekolah

yang menjadi korban adalah siswa yang

berakhir. Berdasarkan hasil observasi yang

mempunyai cacat fisik serta siswa laki-laki

dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2015

yang mempunyai suara kewanita-wanitaan.

diketahui

Siswa dengan cacat fisik berinisial “AR”

bahwa

terjadi

perilaku

bahwa

terjadi

perilaku

bullying dalam bentuk verbal yang dinilai

berjenis

cukup tinggi sebesar 30% dibandingkan

kemampuan akademik yang biasa seperti

dengan perilaku kekerasan fisik sebesar 18%

anak

pada siswa kelas XI di SMA Negeri 11

menonjol), pendiam, tertutup, dan kurang

Yogyakarta.

aktif dalam kegiatan organisasi sekolah.

Berdasarkan temuan tersebut peneliti
tertarik

untuk

normal

perempuan,

lainnya

(tidak

memiliki

ada

yang

Bentuk bullying verbal yang dilakukan

penelitian

oleh pelaku bullying kepada siswa yang cacat

kecenderungan bullying verbal pada siswa,

fisik juling diantaranya seperti memanggil

dimana korban

menjadi fokus

dengan nama julukan yang kurang bagus,

penelitian daripada pelaku. Alasan utama

mengejek, merendahkan, malu berteman dan

adalah karena seringkali terjadi anak yang

bergaul

menjadi

mengintimidasi siswa tersebut dalam berbagai

korban

melakukan

kelamin

bullying

cenderung

dijauhi

dan

dengan

siswa

tersebut,

dan

diisolasi. Persepsi masyarakat yang keliru

tugas

terhadap bullying yang dianggap wajar justru

terakhir. Salah satu bentuk bullying verbal

secara tidak disadari akan menyebabkan

yang di ucapkan adalah menyebut dengan

pandangan negatif pada anak yang menjadi

kata-kata atau julukan yang kurang bagus

korban,

seperti si cacat, si bogel, si “kero” dan

pemurung,

diantaranya
malas

adalah

belajar,

lebih

menjadi
sering

kelompok

ungkapan-ungkapan

selalu

menjadi

menjijikkan

pilihan

lainnya

membolos sekolah, dan diacuhkan serta

seperti “hiiii”, “idih”, “amit-amit”. Dampak

dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya. Hal

yang ditimbulkan adalah siswa menjadi

ini tentunya harus menjadi perhatian yang

pemalu, pendiam, minder, dan tidak banyak

serius dari berbagai pihak, namun sebaliknya

teman.

guru atau orang tua cenderung memahami

Sedangkan,

siswa

laki-laki

yang

mempunyai suara bawaan kewanita-wanitaan

593 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 tahun ke-5 2016

berinisial “FD” berjenis kelamin laki-laki,

bullying. Selain itu, guru BK menindak

memiliki kemampuan akademik yang lebih

lanjuti baik pelaku maupun korban bullying

tinggi dari siswa lainnya, ceria, aktif dalam

ke ruangan BK untuk memberikan konseling

kegiatan sekolah. Bentuk bullying verbal

individual. Hal ini dilakukan supaya pelaku

yang dilakukan oleh pelaku bullying kepada

bullying dapat segera memperbaki sikap dan

siswa tersebut adalah berupa menghina,

kesalahannya, serta untuk korban bullying

mengejek, menyindir, menyebarkan opini

sebagai bentuk motivasi dan perhatian dari

negatif, dan mengitimidasi teman lain supaya

lingkungan sekolah supaya tidak merasa

tidak bergaul dengan siswa tersebut.

diabaikan

Salah satu bentuk bullying verbal yang
di ucapkan adalah menyebut dengan kata-kata
atau julukan yang kurang bagus seperti si

dan

supaya

dapat

mengelola

perilaku bullying tersebut dengan cara yang
positif.
Pada

saat

kedua

siswa

tersebut

bencong, si bencis, si lekong dan ungkapan-

mengalami bullying, mau tidak mau para

ungkapan lainnya seperti “LGBT”, dan

siswa dituntut untuk mampu beradaptasi

“melambai”.

terhadap situasi dan kondisi yang tidak

Dampak

yang

ditimbulkan

adalah siswa menjadi kurang percaya diri,

menyenangkan

lebih suka menyendiri, melibatkan diri dalam

yang terjadi pada korban bullying tersebut

berbagai kegiatan sekolah, cuek dan tidak

apabila tidak diatasi dan mendapat perhatian

mau ikut campur terhadap urusan orang lain,

serius dari berbagai pihak maka dapat

serta cenderung mengabaikan dan tidak

menimbulkan stress, depresi, emosi, dan

menghiraukan julukan yang diberikan teman-

tekanan psikis pada korban bullying. Oleh

temannya meskipun siswa tersebut tidak

karena

menyukai julukan tersebut.

kemampuan untuk mengatasi permasalahan,

itu,

tersebut.

sangat

Dampak-dampak

diperlukan

suatu

Berdasarkan hasil wawancara ringan

atau strategi coping. Strategi coping sebagai

dengan guru bimbingan konseling (BK) di

suatu proses dimana individu mencoba untuk

SMA Negeri 11 Yogyakarta, dijelaskan

mengelola stres yang ada dengan cara

bahwa pada dasarnya guru tahu akan adanya

tertentu. Reaksi setiap orang berbeda dalam

bullying di sekolah tersebut. Tindakan konkrit

menghadapi stres, maka strategi coping yang

yang

dengan

dilakukan akan berbeda pada tiap individu.

memberikan bimbingan konseling secara

Hal ini tergantung dari bagaimana individu

klasikal bergantian dari satu kelas ke kelas

itu memandang permasalahan atau peristiwa

lainnya. Tindakan konkrit lainnya adalah guru

yang sedang mereka hadapi dan dukungan

BK

yang mereka dapatkan.

dilakukan

bekerjasama

guru

adalah

dengan

guru

kelas

memantau kondisi korban maupun pelaku

Strategi Coping Korban (Muhammad Iqbal Tri Utomo) 594

Dampak-dampak yang terjadi pada

tekanan

yang

tidak

dapat

dikuasainya.

korban bullying tersebut apabila tidak diatasi

Sebaliknya, apabila strategi coping tidak

dan mendapat perhatian serius dari pihak

efektif maka respon yang muncul seperti

sekolah maka dapat menimbulkan stress,

kemarahan yang berlebihan, perilaku agresif,

depresi, emosi, dan tekanan psikis pada

depresi, bahkan bunuh diri (Riauskina, 2001:

korban bullying. Strategi coping sebagai suatu

56).

proses dimana individu mencoba untuk

mengetahui gambaran strategi coping yang

mengelola stres yang ada dengan cara

digunakan korban bullying verbal pada siswa

tertentu.

kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta.

Menurut

Yenjeli

(2001:

53),

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

strategi coping adalah upaya yang ditujukan
untuk penatalaksanaan stres, termasuk upaya

METODE PENELITIAN

penyelesaian masalah secara langsung dan

Jenis Penelitian

mekanisme pertahanan ego yang digunakan

Metode

yang

digunakan

dalam

untuk melindungi diri. Strategi coping terbagi

penelitian ini adalah metode studi kasus (case

menjadi dua yaitu problem solving focused

study). Jenis penelitian ini adalah penelitian

coping dan emotion focused coping (Yenjeli,

deskriptif

2001: 55).

menyebutkan bahwa penelitian deskriptif

dengan

pendekatan

kualitatif.

Problem solving focused coping adalah

kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan

strategi dimana individu secara aktif mencari

atau menggambarkan fenomena-fenomena

penyelesaian

untuk

yang ada, baik bersifat alamiah ataupun

menghilangkan kondisi atau situasi yang

rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan

menimbulkan stress. Sedangkan, emotion

mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan

focused coping adalah suatu strategi dimana

antar kegiatan (Lexy J. Moleong, 2007: 6).

individu

Setting Penelitian

dari

usaha-usaha

untuk

dalam

rangka

Penelitian ini akan dilakukan pada

menyesuaikan diri dengan dampak yang akan

bulan April tahun 2016. Lokasi penelitian

ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi

berada di SMA Negeri 11 Yogyakarta.

yang penuh tekanan (Yenjeli, 2001: 55).

Subjek dan Objek Penelitian

mengatur

melibatkan

masalah

emosinya

Kedua reaksi dari strategi coping ini

Subjek penelitian ini adalah dua siswa

dapat memunculkan reaksi yang berbeda,

kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta yang

apabila strategi coping yang digunakan

menjadi korban bullying¸satu subjek karena

efektif maka strategi coping dapat membantu

memiliki cacat fisik dan subjek lainnya

seseorang dalam mentoleransi dan menerima

karena seorang laki-laki dan mempunyai

situasi menekan serta tidak merisaukan

suara bawaan kewanita-wanitaan. Adapun

595 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 tahun ke-5 2016

beberapa data dan informasi yang dibutuhkan

berbagai tugas kelompok selalu menjadi

akan peneliti cari dari sumber informasi lain

pilihan terakhir. Salah satu bentuk bullying

yaitu guru bimbingan konseling dan teman

verbal yang di ucapkan adalah menyebut

sebaya subjek. Objek penelitian tentang

dengan kata-kata atau julukan yang kurang

strategi coping pada siswa kelas XI korban

bagus seperti si cacat, si bogel, si “kero” dan

bullying

verbal

di

SMA

Negeri

11

“idih”, “amit-amit”.

Yogyakarta.
Teknik Pengumpulan Data dan Teknik
Analisis Data
Teknik

pengumpulan

data

menggunakan observasi dan wawancara.
Teknik

ungkapan-ungkapan lainnya seperti “hiiii”,

akademik korban yang jauh berbeda dengan
prestasi kakak subjek yang diketahui ternyata
satu sekolah dengan subjek “AR”. Subjek

pengumpulan data, reduksi data, penyajian

“AR” lebih banyak diam pada saat menerima

dan

data

dikarenakan masalah fisik dan karena nilai

menggunakan

data

analisis

Subjek “AR” mendapatkan bullying

penarikan

kesimpulan

serta

Teknik

Keabsahan

data

verifikasi.

menggunakan triangulasi. Triangulasi yang
digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

triangulasi sumber dan metode.
Hasil Penelitian
analisis

data

teman-teman sekelasnya. Hal ini dilakukan
supaya tidak memicu perlakuan lain dari
teman-teman sekelasnya. Cara lain yang
dilakukan oleh subjek “AR” dalam mengatasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil

perlakuan yang kurang menyenangkan dari

penelitian

akan

stress

yang

mendengarkan

dihadapi
musik.

adalah

dengan

Musik

tersebut

dianggap oleh subjek “AR” sebagai korban

diuraikan sebagai berikut:
Subjek AR
Siswa berinisial “AR” berjenis kelamin

bullying sebagai salah satu cara yang mampu

menyenangkan dirinya setelah mendapat

perempuan, merupakan siswa dengan cacat

perlakuan yang kurang menyenangkan yang

fisik.

diterimanya.

Siswa

berinisial

“AR”

memiliki

kemampuan akademik yang biasa seperti

Dalam menghadapi situasi yang penuh

yang

tekanan tersebut subjek “AR” melakukan

menonjol), pendiam, tertutup, dan kurang

berbagai macam cara yang positif diantaranya

aktif dalam kegiatan organisasi sekolah.

adalah mengikuti kegiatan les bahasa Jepang

Bentuk bullying verbal yang sering diterima

dengan siswa yang jumlahnya sedikit. Hal ini

“AR” adalah mendapat nama julukan yang

dilakukan untuk menghindari tindakan dan

kurang bagus, mengejek, merendahkan, malu

perlakuan bullyng di luar jam pelajaran.

berteman dan bergaul dengan siswa tersebut,

Selain itu, subjek “AR” mulai menarik diri

dan mengintimidasi siswa tersebut dalam

dari lingkungan. Salah satu contohnya adalah

anak

normal

lainnya

(tidak

ada

Strategi Coping Korban (Muhammad Iqbal Tri Utomo) 596

subjek “AR” tidak melibatkan diri kembali

Subjek AR selalu mempunyai mindset

dalam urusan kelompok. Hal ini dilakukan

bahwa AR hanya akan berhubungan dengan

karena subjek “AR” tidak mau mendapatkan

teman sekelasnya ketika ada benefit saja,

penolakan

meskipun tindakan bully tersebut sudah

kembali

dari

teman-teman

kelompoknya. Hal lain yang dilakukan oleh

jarang

subjek “AR” dalam mengatasi permasalahan

mengantisipasi

tersebut adalah mulai membatasi diri bergaul

kembali. Meskipun AR pernah melakukan

seperlunya dengan teman sekelas. Subjek

perlawanan secara frontal dengan cara marah

“AR” hanya bergaul dengan teman-teman

dan memukul temannya, namun AR lebih

yang mau menerima saja. Itu pun sifatnya

banyak diam, karena diam dianggap sebagai

hanya dalam bentuk kerjasama dalam hal

solusi terbaiknya.

kepentingan

sekolah.

Selebihnya

terjadi,

akan
supaya

tetapi

AR

tidak

hanya
terulang

subjek

Pada dasarnya tidak menerima dengan

“AR” tidak mau melibatkan diri jika tidak ada

baik perlakuan teman-teman di kelas yang

kepentingan dalam bentuk kerjasama tugas

kurang menyenangkan. Subjek AR juga

sekolah.

pernah merasa tertekan dan stress hingga

Kontrol diri yang dilakukan subjek

pernah menyalahkan diri sendiri dan Tuhan

“AR” dalam mengatasi situasi dan kondisi

terhadap peristiwa yang di alami. Meskipun

yang kurang menyenangkan tersebut dengan

demikian namun subjek AR selalu berpikir

cara membatasi diri dalam bergaul, bicara

positif terhadap setiap kejadian yang dialami.

dan bergaul seperlunya, lebih banyak diam

Hal ini dilakukan karena AR tidak mau

karena tindakan tersbut dianggap subjek AR

apabila kegagalan dalam bergaul tersebut

sebagai tindakan efektif dan supaya tidak

berdampak pada kegagalan dalam belajar.

memperkeruh suasana. Subjek AR tidak

Sedangkan dampak negatif yang terjadi

mencari dukungan secara khusus baik dari

setelah mendapat perlakuan tersebut adalah

orang tua, kakak, maupun teman lainnya.

AR

Pihak keluarga AR mengetahui secara pasti

mempercayai lingkungan bermainnya. AR

jika AR di bully oleh teman-temannya setelah

selalu menganggap bahwa apapun yang

perlakuan kurang menyenangkan tersebut

dilakukannya bersama teman pasti selalu

mereda. Belum ada tindakan konkrit dari

akan menimbulkan dampak negatif terhadap

pihak orang tua seperti mendatangi sekolah

diriya. Oleh karena itu, meskipun AR

atau melaporkan kejadian ke sekolah. Akan

menerima kejadian terbaik dengan cara

tetapi, orang tua pernah berinisiatif membawa

berpikir positif dan mengembalikan lagi

subjek ke psikiater untuk mengobati trauma

semua kejadian kepada Tuhan akan tetapi AR

psikis yang diterima oleh subjek.

masih membatasi diri bergaul dengan teman

menjadi

siswa

yang

tidak

bisa

597 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 tahun ke-5 2016

kelasnya sebagai bentuk antisipasi supaya

badannya laki-laki. Tindakan bullying yang

peristiwa kurang menyenangkan tersebut

diterima subjek yaitu menghina, mengejek,

tidak terulang kembali.

menyindir,

Ditinjau dari segi religiusitas subjek AR

menyebarkan

opini

negatif.

Subjek “FD” merupakan anak yang cuek dan

menjadi sosok yang lebih dekat dengan

masa

Tuhan,

memiliki

perlakuan teman-teman. Cara lain yang

semangat belajar tinggi, berani mengahadapi

dilakukan oleh subjek “FD” dalam mengatasi

apapun persolan yang dihadapi tanpa perlu

stress

menghindarinya. Informan dalam penelitian

mendengarkan musik dan ikut kegiatan

ini juga berpendapat yang sama. Kejadian

sekolah yang menguras fisik. Hal tersebut

tersebut membuat AR menjadi sosok yang

dilakukan untuk mengalih perhatian dan

lebih dekat dengan religius, berpikir positif,

sebagai

hati-hati, memiliki semangat belajar tinggi,

menyenangkan dirinya setelah mendapat

dan berani menghadapi persolan apapun

perlakuan yang kurang menyenangkan yang

tanpa pernah mengorbankan sekolahnya.

diterimanya.

menjadi

siswa

yang

yang

salah

dalam

setiap

dihadapi

satu

cara

menghadapi

adalah

yang

dengan

mampu

Meskipun subjek “FD” diperlakukan

Subjek FD
Subjek “FD” diketahui bahwa subjek
“FD”

bodoh

memperoleh

tindakan

kurang menyenangkan akan tetapi FD tidak

bullying

pernah menarik diri dari lingkungan. Hal lain

semenjak “FD” memasuki jenjang SMA.

yang dilakukan oleh subjek “FD” dalam

Bentuk bullying verbal yang dilakukan oleh

mengatasi permasalahan tersebut adalah lebih

pelaku bullying kepada siswa tersebut adalah

banyak mendekatkan diri kepada Tuhan

berupa

dengan cara berdoa dan beribadah, serta FD

menghina,

mengejek,

menyindir,
dan

lebih cenderung diam dan bicara seperlunya

tidak

saja. Kontrol diri yang dilakukan subjek “FD”

bergaul dengan siswa tersebut. Salah satu

dalam mengatasi situasi dan kondisi yang

bentuk bullying verbal yang di ucapkan

kurang menyenangkan tersebut dengan cara

adalah menyebut dengan kata-kata atau

membiarkan saja dan tetap bergaul dengan

julukan

si

baik karena FD mempertimbangkan dampak-

bencong, si bencis, si lekong dan ungkapan-

dampak yang akan terjadi jika FD melakukan

ungkapan lainnya seperti “LGBT”, dan

perlawanan.

menyebarkan
mengitimidasi

yang

opini
teman

kurang

negatif,
lain

supaya

bagus

seperti

“melambai”.

FD tidak mencari dukungan secara
yang dialami oleh subjek

khusus baik dari orang tua, maupun teman

“FD” dikarenakan masalah fisik yaitu subjek

lainnya. Pihak keluarga FD mengetahui

“FD” memilki suara seperti wanita meskipun

secara pasti jika FD di bully oleh teman-

Bullying

Strategi Coping Korban (Muhammad Iqbal Tri Utomo) 598

temannya. FD selalu terbuka dan bercerita

Subjek FD juga pernah merasa tertekan dan

tentang semua hal yang dialami disekolah.

stress hingga pernah merasa tidak adil

Orang tua FD tidak melibatkan diri secara

terhadap peristiwa yang di alami. Meskipun

langsung dalam mengatasi permasalahan FD.

demikian namun subjek FD selalu berpikir

Orang tua FD lebih banyak memberikan kata-

positif dan hanya menyerahkan sepenuhnya

kata motivasi dan semangat serta nasihat

kepada Tuhan terhadap setiap kejadian yang

kepada FD. Dukungan orang tua tersebut

dialami. Hal ini dilakukan karena FD tidak

yang membuat FD selalu bisa menghadapi

mau berdampak pada prestasi belajarnya.

persoalan di sekolahnya. Melalui nasihat

Sedangkan dampak negatif yang terjadi

orang tuanya FD tidak menjadi anak yang

setelah mendapat perlakuan tersebut adalah

pendemdam,

dari

FD menjadi minder dan kurang percaya diri.

lingkungan, dan menjadi anak yang berhati-

Sedangkan, dampak positifnya adalah FD

hati dalam mengambil keputusan, menjadi

menjadi orang yang professional dalam

anak yang selalu penuh pertimbangan dalam

menempatkan dirinya dan dapat lebih dekat

setiap keputusan, dan menjadikan FD lebih

dengan Tuhan.

tidak

menarik

diri

Ditinjau dari segi religiusitas subjek FD

religius.
Selain itu, FD juga bercerita tentang

menjadi sosok yang lebih dekat dengan

teman

Tuhan, sabar, dan menjadi orang yang pandai

dekatnya yang beda sekolah. Reaksi yang

bergaul serta bijaksana dalam mengambil

berbeda dari teman sekolah ternyata tidak

setiap keputusan dan menyimpulkan sesuatu.

cukup ampuh melunturkan nasihat-nasihat

Informan

yang sudah diberikan oleh orang tuanya. FD

berpendapat yang sama. Kejadian tersebut

justru

kepada

membuat AR menjadi sosok yang lebih dekat

temannya, dan teman FD pun mampu

dengan religius, berpikir positif, hati-hati,

menerima sikap dan pemikiran FD.

Subjek

sabar, dan berani mengahadapi persolan

FD

mampu

apapun

masalah

yang

dihadapi

memberikan

merupakan

kepada

penjelasan

siswa

yang

dalam

tanpa

menempatkan diri dengan baik. Sebagai

sekolahnya.

contohnya pada saat mengerjakan tugas

Pembahasan

penelitian

pernah

ini

juga

mengorbankan

kelompok FD selalu bersikap professional

Berdasarkan hasil penelitian diketahui

meskipun satu kelompok dengan teman yang

bahwa dari kedelapan aspek berdasarkan hasil

membulinya.

penelitian

subjek

AR

lebih

cenderung

tidak

menggunakan aspek pada kontrol diri dan

menerima dengan baik perlakuan teman-

penerimaan. Aspek kontrol diri dilakukan

teman di kelas yang kurang menyenangkan.

oleh subjek AR sebagai upaya untuk tidak

Subjek

FD

pada

dasarnya

599 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 tahun ke-5 2016

memperkeruh suasana. Aspek kontrol diri ini

cenderung membaur dan bergaul dengan baik

dilakukan

AR dengan bersikap diam dan

terhadap pelaku bullying. Tindakan ini dipilih

membatasi diri terhadap teman sekelas.

oleh subjek karena FD merupakan orang yang

Tindakan yang dipilih subjek AR tersebut

penuh pertimbangan dan selalu memikirkan

sejalan dengan teori Sarafino (2006: 76) yang

dampak jangka panjang. Sikap membaur dan

menyatakan

adalah

bergaul dengan baik ini merupakan salah satu

individu membatasi keterlibatannya dalam

bentuk pertahanan diri supaya FD tidak

aktivitas kompetensi atau persaingan dan

diintimidasi dan diperlakukan kurang baik

tidak

oleh temannya.

bahwa

bertindak

sehingga

layak

kontrol

terburu-buru,
untuk

diri

menunggu

melakukan suatu

mendapat

Sebagai contoh pada saat

tugas

sekolah

dalam

bentuk

kelompok, FD tidak menarik diri dari

tindakan dengan mencari alternatife lain.
Selain itu, pada aspek penerimaan

lingkungan.

Akan

tetapi

FD

menerima

subjek AR lebih cenderung menerima dan

pembagian kelompok dikelas tersebut dengan

tidak menyalahkan keadaan. Salah satu

patuh. Hal ini menunjukkan FD mampu

bentuk penerimaan yang dilakukan subjek

menempatkan diri dengan baik meskipun FD

adalah dengan menghimpun kepercayaan diri

mengalami

dan kekuatan untuk menarik diri dari

menyenangkan

lingkungan dengan cara tidak melibatkan diri

perlakuan dari teman-temannya. Tindakan

terlalu jauh dengan teman. Hal ini dilakukan

yang diambil oleh FD tersebut sejalan dengan

untuk mencegah penolakan dan tindakan

teori yang dikemukakan Sarafino (2006: 76)

bully terulang kembali. Tindakan AR tersebut

yang menyatakan bahwa keaktifan diri adalah

sejalan teori Sarafino (2006: 76) yang

suatu tindakan yang mencoba menghilangkan

menyatakan bahwa penerimaan diri adalah

atau mengelabuhi penyebab stres atau untuk

suatu situasi yang penuh dengan tekanan

memperbaiki

akibat

sehingga keadaan ini memaksanya untuk

dengan

lain

mengatasi masalah tersebut. Dalam kondisi

seseorang untuk melakukan coping, antara

ini individu lebih bersifat realistis dan

lain dengan bertindak langsung.

bersikap berani menghadapi permasalahan

situasi

kata

kondisi

selama

di

yang

yang
kelas

tidak
akibat

ditimbulkan,

bertambahnya

usaha

Ditinjau dari aspek religiusitas subjek
FD lebih cenderung mendekatkan diri kepada

yang sedang dihadapi.
oleh

Tuhan dalam setiap permasalahan yang

subjek FD. Berdasarkan hasil penelitian

dihadapi. FD juga meminta nasihat dari kedua

subjek FD lebih cenderung memilih pada

orang tua terhadap permasalahan tersebut dan

aspek keaktifan diri, dan religiusitas. Pada

sejalan dengan pemikiran FD tersebut bahwa

keaktifan diri yang dilakukan subjek FD lebih

orang tua menyarankan supaya FD bersabar

Tindakan

berbeda

dilakukan

Strategi Coping Korban (Muhammad Iqbal Tri Utomo) 600

dan meluruskan niat bahwa FD datang ke

secara bertahap ataupun pendekatan secara

SMA

langsung, sehingga dengan demikian BK

11

Yogyakarta

untuk

bersekolah

sehingga FD tidak perlu memikirkan hal-hal

dapat

yang dianggap tidak penting. Selain itu,

menjadi

bentuk religiusitas ini ditunjukkan dari sikap

terjadinya fenomena bullying yang dialami

FD yang lebih banyak melakukan kegiatan

oleh peserta didiknya, dan peran BK pun akan

ibadah dan berdoa yang merupakan salah satu

berusaha

sikap dalam mengatasi permasalahan supaya

permasalahan yang terjadi. Sehingga dengan

FD lebih tenang dan lebih bijak dalam

demikian hubungan antara BK dan peserta

menyikapi permasalahan tersebut. Tindakan

didik semakin dekat dan bisa mengurangi

yang dipilih oleh subjek FD tersebut sejalan

atau bahkan mencegah terjadinya fenomena

dengan

Bullying ini.

teori

Taylor

(2009:

55)

yang

untuk

menyelesaikan

permasalahn

untuk

apa

sehingga

menjadi

solusi

yang
sampai

dari

dan

karena dalam hal ini BK akan melakukan

secara

berbagai pendekatan baik itu pendekatan

menenangkan

masalah-masalah

mengetahui

Disini peran dari BK sangat dibutuhkan

menyatakan bahwa religiusitas adalah sikap
individu

setidaknya

ini,

secara bertahap ataupun pendekatan secara

individu lebih banyak mendekatkan diri

langsung, sehingga dengan demikian BK

dengan

dapat

keagamaan.

Pada

pengklasifikasian

perilaku-perilaku

yang

bersifat

setidaknya

mengetahui

menjadi

sebagai upaya dalam menenangkan diri dalam

terjadinya fenomena bullying yang dialami

mengontrol emosinya.

oleh peserta didiknya, dan peran BK pun akan

di

sekolah

merupakan

berusaha

untuk

sehingga

yang

religius untuk mengalihkan masalahnya dan

Bullying

permasalahn

apa

menjadi

solusi

sampai

dari

fenomena yang terjadi pada seorang peserta

permasalahan yang terjadi. Sehingga dengan

didik

dirinya

demikian hubungan antara BK dan peserta

diperlakukan secara tidak sewajarnya atau

didik semakin dekat dan bisa mengurangi

adanya

atau bahkan mencegah terjadinya fenomena

yang

merasa

diskriminasi

bahwa

terhadap

dirinya.

Permasalahn Bullying yang terjadi di sekolah

Bullying ini.

ini biasanya akan mengakibatkan dampak

Guru BK di SMA 11 Yogyakarta

yang tidak baik, bahkan dapat menggangu

melakukan pendekatan kepada para siswa

kondisi kejiawaan siswa itu sendiri dari

secara

kekerasan atau diskriminasi yang dialami.

langkah ini dimaksudkan untuk mencegah

Disini peran dari BK sangat dibutuhkan

timbulnya masalah bullying selanjutnya di

karena dalam hal ini BK akan melakukan

sekolah dan dalam diri siswa sehingga dapat

berbagai pendekatan baik itu pendekatan

menghambat perkembangannya. Oleh karena

preventif

(pencegahan).

Dalam

601 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 tahun ke-5 2016

itu, guru BK melakukan orientasi tentang

dilakukan untuk mencegah penolakan dan

layanan bimbingan dan konseling kepada

tindakan bully terulang kembali.

setiap siswa. Guru BK juga membuat
program-program

efektif

dalam

FD adalah keaktifan diri, dan religiusitas.

Misalnya

dengan

Subjek FD lebih cenderung membaur dan

menanamkan pendidikan tanpa kekerasan di

bergaul dengan baik terhadap pelaku

sekolah, guru

melakukannya

bullying. Sikap membaur dan bergaul

dengan menjalin komunikasi yang efektif

dengan baik ini merupakan salah satu

dengan siswa, mengenali potensi-potensi

bentuk pertahanan diri supaya FD tidak

siswa, menempatkan siswa sebagai subjek

diintimidasi dan diperlakukan kurang baik

pembelajaran, guru memberikan kebebasan

oleh temannya.

memberantas

pada

siswa

yang

2. Strategi coping yang dipilih oleh subjek

bullying.

BK dapat

untuk

berkreasi

dan

guru

menghargai siswa sesuai dengan talenta yang

SARAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

dan

dimiliki siswa. Atau saat awal masuk sekolah

kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka

guru BK menjelaskan peraturan sekolah yang

dapat diberikan beberapa saran sebagai

melarang keras bullying di sekolah dan

berikut.

hukumannya, agar siswa berfikir dua kali

Bagi Siswa

sebelum melakukan bullying. Guru BK juga

Siswa diharapkan lebih membuka diri

bisa bekerjasama dengan orang tua siswa

baik kepada keluarga, teman, maupun guru

untuk

apabila mengalami tindakan bullying.

menanggulangi

bullying

atau

mendeteksi dini perilaku bullying di sekolah.

Bagi Guru
Guru diharapkan lebih peka dalam

SIMPULAN DAN SARAN

mengenali permasalahan siswanya sehingga

SIMPULAN
Berdasarkan

dan

apabila mengetahui adanya tindakan bullying

strategi

segera mengambil tindakan tegas kepada para

coping yang digunakan korban bullying

pelaku dan penanganan yang tepat bagi

verbal pada siswa kelas XI di SMA Negeri 11

korban supaya tindakan bullying tersebut

Yogyakarta”, maka dapat ditarik kesimpulan

tidak menggangu aktivitas belajarnya.

sebagai berikut.

Bagi Guru BK

pembahasan

hasil

tentang

analisis

“gambaran

1. Strategi coping yang dipilih oleh subjek

Guru BK diharapkan agar melakukan

AR adalah kontrol diri dan penerimaan.

treatment/tindakan pelatihan atas hasil ini.

Subjek AR lebih cenderung menerima dan

Serta bekerjasama dengan guru lain dan

tidak menyalahkan keadaan. Hal ini

Kepala Sekolah untuk mengurangi perilaku
bullying. Salah satunya dengan melakukan

Strategi Coping Korban (Muhammad Iqbal Tri Utomo) 602

pendekatan individual atau personal dan
diadakannya layanan bimbingan pribadi bagi
para siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Coloroso,
Barbara.
2006. Penindas,
Tertindas, dan Penonton. Resep
Memutus Rantai Kekerasan Anak dari
Prasekolah Hingga SMU. Jakarta:
Serambi.
Lexy J. Moleong. 2007. Metodelogi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Lusi
Yenjeli.
2001.
Strategi Coping Pada Single
Mother Yang
Bercerai.
Jurnal
Psikologi. Vol.7. No. 2. Fakultas
Psikologi. Gunadarma.
Riauskina,
Djuwita
dan
Soesetro.
2001. Psikologi
Remaja
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Rigby, Ken. 2005. Bullying in School and The
Mental Health of Children. Australian
Journal of Guidance & Counselling.
Australia: University of South
Australia.
Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology:
Biopsychosocial
Interactions. Fifth
Edition. USA: John Wiley & Sons.
SEJIWA.
2008.
Bullying: Mengatasi
Kekerasan
Di
Sekolah
Dan
Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta:
Grasindo.
Taylor,
E
Shelley.
2009. Health
th
Psychology (7 edition). New York:
Mc Graw Hill Inc.
Wahyuni.
2011. Corelation
Between
Perception
Toward
Parents’
Authoritarian Parenting and Ability to
Empathize with Tendency of Bullying
Behavior
on
Teenagers. Jurnal
Psikologi. Vol.7. No. 2. Fakultas
Psikologi. Riau: UIN SUSKA.