MAKALAH KEPERAWATAN MICROTEACHING TENTAN docx

MAKALAH KEPERAWATAN
MICROTEACHING
TENTANG TEORI BELAJAR

Di Susun oleh :
1. Dicky firman S
2. Febriana Nutriasih
3. Hengki Hermawan
4. Hexa Ariani
5.Rizky Utomo P
6. Rosdiana Putri A.
7. Sri Diana R.

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam
bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang TEORI BELAJAR

( MICROTEACHING ) dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita.
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan
belajar teman-teman.selain itu juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang
materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim,sehinggasaran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih diharapkan
demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kudus, Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori tingkah laku
2.2 Teori kognitif
2.3 Teori Humanistik
2.4 Teori Sibernetik
2.5 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar
2.6 Tipe-tipe belajar
BAB 111PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah

suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya
reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi, belajar adalah suatu proses yang aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan suatu proses
yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada peserta didik.
Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir,
merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk
menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya
dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri
individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti
adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana metode teori tingkah laku ?
2. Bagaimana teori kognitif ?
3. Bagaimana teori humanistik ?
4. Bagaimana teori sibernetik ?
5. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar ?
6. Bagaimana tipe-tipe belajar ?


1.3 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui metode teori tingkah laku
2

Mengetahui teori kognitif

3

Mengetahui teori humanistik

4

Mengetahui teori sibernetik

5

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar


6

Mengetahui tipe-tipe belajar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Tingkah Laku
Belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
Misalnya: seorang siswa belum dapat membaca. Maka, betapapun ia keras belajar,
betapapun gurunya beusaha sebaik mengajar, atau bahkan ia sudah hafal huruf A
sampai Z di luar kepala, namun bila ia gagal mendemonstrasikan kemampuanya
dalam membaca, maka siswa itu belum di anggap belajar. Ia di anggap telah
belajar jika ia telah menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku (dari tidak
bisa membaca menjadi bisa membaca).
Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulus dan
keluaran/output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan
respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons.
Menurut teori Behaviorisme, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja

yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus bisa diamati, diukur, dan tidak
oleh hanya tersirat (implicit).
Faktor lain yang juga penting adalah factor penguatan (reinforcement). Penguatan hal
yang memperkuat respon. Apabila responya positif maka respon akan semakin kluat,
apabila responya negative maka dikurangi supaya tetap menguatkan respon.
Pelopor teori ini adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, dan Gutrie.



Contoh aplikasi dalam kegiatan pembelajaran

Teori Behaviorisme dalam aplikasinya seperti teori belajar lainya yang tergantung
beberapa hal seperti: sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar, media belajar, dan
fasilitas belajar yang tersedia.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan intruksional

2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi “entry
behavior” pembelajar (pengetahuan awal pembelajar)
3. Menentukan bahan pelajaran (pokok bahasan, topic, dan subtopic).

4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil.
5. Menyajikan materi pelajaran.
6. Memberikan stimulus berupa:
7. Pertanyaan (lisan atau tertulis); Tes, Latihan, Tugas-tugas.
8. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan.
9. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif atau penguatan
negative).
10. Memberikan stimulus baru.
11. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar).
12. Memberikan penguatan dan seterusnya.


Modifikasi Perilaku

Perilaku adalah segala sesuatu yang seseorang katakan dan kerjakan.
Tata laksana perilaku (ABA) Appied Behaviour Analysis
Operant-Conditioning – skinner: “perilaku dapat diubah menurut konsekuensinya”.
Respondent Conditioning Pavlow Stimulus berkondisi Respon Kaidah yang mendasari:
Perilaku atau Behavior adalah semua tingkah laku atau tindakan/kelakuan seseorang yang
dapat dilihat, didengar, atau dirasakan oleh orang lain/diri sendiri Timbulnya perilaku

menimbulkan sebab (antecedent) dan akibat (consequence).
Rumus: antecedent – behavior – consequence.
Perilaku + imbalan = terus dilakukan.
Perilaku – imbalan = akan terhenti.

Konkret (tangible)
Intruksi: singkat-jelas-tegas-tuntas-sama.
Promt: bantuan/arahan diberikan kepada nak jika tidak memberikan respon terhadap
instruksi.
Hand of hand: tangan terapis memegang tangan anak dan mengarahkan perilaku yang
diinstruksikan.
Reinforcement/ imbalan: tepat, konsisten dan terkesan upah tetapi bukan suap atau
sogokan seperti makanan kecil, mainan, pelukan, ciuman, tepukan, elusan. Sedangkan
yang bersifat verbal berupa pujian seperti “pintar, bagis, pandai, dsb”.


Aktivitas Target

Aktivitas: mengambil bola merah diatas meja.
Bila dipecah menjadi aktivitas kecil sbb:


Diajarkan konsep “ambil”
Konsep bentuk “bola”
Konsep warna “merah”
Konsep “di atas” dan “di bawah”
“meja”
“ambil bola”
“ambil bola merah”
R+ITEMS: semua benda (makanan, minuman, mainan, barang) kesukaan anak.
Situasi, aktivitas yang disukai anak dan dapat dijadikan IMBALAN.
ITEMS: semua benda, situasi, dan aktivitas yang tidak disukai anak.

Teknik Applied Behaviou Analysis
Kepatuhan (compliance) dan kontak mata
On one one
Siklus dari Discrete Trial Training
Siklus DTT:
Instruksi 1 – (tunggu 3-5 detik) bila respon tidak ada, lanjutkan.
Instruksi 2 – (tunggu 3-5 detik) bila respon tidak ada, lanjutkan.
Instruksi 3 – (langsung lakukan promt dan diberi imbalan.


Promt: isyarat yang digunakan untuk membetulkan respon. Sebuah isyarat juga bentuk
dari promt. Modeling mendemonstrasikan respon yang betul. Modeling dapat dilakukan
guru atau siswa lain.
Fading: mengarahkan anak ke perilaku target dengan promt penuh, setelah itu berangsurangsur promt dikurangi secara bertahap sampai anak mampu melakukan tanpa promt.
Shaping: mengajarkan suatu perilaku melalui tahap-tahap pembentukan yang semakin
mendekati (seuccessive approximation) respon yang dituju yaitu PERILAKU TARGET.
Reinforcement: menunjukkan peningkatan frekuensi respon jika respon tersebut diikuti
dengan konsekuensi tertentu.
2.2 Teori Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan

pengetahuan ( Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)

dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi. Pembelajaran menurut Teori Belajar Kognitif adalah cara guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang
sedang dipelajari. Ini sesuai dengan pengertian belajar menurut aliran kognitif yang
menekankan pada kemampuan mengenal pada individu yang belajar
Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk
pada peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu justru
merencakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa membantu dia
mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih berarti. Teori belajar yang
berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari
konsep dan menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori
belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Teori ini juga menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen kecil dan
mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan makna belajar. Teori ini juga
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain. (Asri, 2005 : 34). Belajar adalah
aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar di sini antara
lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima (faktor eksternal) dan menyesuaikan
dengan struktur kognitif yang sudah terbentuk di dalam pikiran seseorang (background
knowledge) berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya (faktor internal). Teori
kognitif lebih menekankan pada struktur internal pembelajar dan lebih memberi perhatian
pada bagaimana seseorang menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dari
perbendaharaan ingatan. Ada beberapa kelompok penganut teori kognitif, namun fokus dari
penganut teori ini sama yaitu pada soal bekerjanya pikiran manusia (Mukminan, 1998:53).
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah
pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa
yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian,
dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses
belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset
terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan
dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang
baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.

Ciri-ciri aliran kognitif:
1.

mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

2.

mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian

3.

mementingkan peranan kognitif

4.

mementingkan kondisi waktu sekarang

5.

mementingkan pembentukan struktur kognitif

6.

mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia

7.

mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)



JENIS PENGETAHUAN MENURUT TEORI PEMBELAJARAN
KOGNITIF

Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk
kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya
dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya
“pengetahuan bagaimana”.
Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan
deklaratif dan prosedural digunakan.
Pengetahuan deklaratif rentangnya sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta
(misalnya, bumi berputar mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi
(setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi),
pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan
(untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang
harus disamakan terlebih dahulu).
Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan
pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia
sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal
melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan
pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya
tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain
penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan.
Sedangkan pengetahuan kondisional adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kedua
jenis pengetahuan di atas. Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya, siswa
harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan
deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural). Pengetahuan
kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan
penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat

melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya
mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.
Hal yang sangat penting jadinya untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru
ketika mengajar. Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu
menyebabkan siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan
banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu prinsip
lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural penyelesaian masalah
serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan tersebut adalah hasil belajar yang
berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu diajarkan dengan cara yang berbeda pula.
Model Pengolahan Informasi
Untuk menggunakan tiga jenis pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingatnya
dengan baik. Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah
tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam
proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan informasi merupakan
salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang menjelaskan kerja memori manusia
sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan:
memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang.
Memori Sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis persepsi
dapat terjadi.
Memori Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai sembilan informasi pada
satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama untuk pengolahan informasi terjadi.
Informasi yang dikodekan (decode) serta persepsi tiap individu akan menentukan apa yang
perlu disimpan di memori kerja ini.
Memori Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.
Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara verbal dan visual.
Memori Sensori
Memori sensori adalah sistem yang bekerja seketika melalui alat indera dinama kita
memberikan arti kepada stimuli yang datang dinamakan persepsi. Arti yang diberikan berasal
dari realitas objektif serta dari pengetahuan kita sebelumnya. Contohnya, suatu symbol ‘l’
akan dipersepsi sebagai huruf alpabet tertentu kalau kita menggolongkannya dalam urutan j,
k. l, m; namun dalam kesempatan berbeda seperti l, 2, 3, 4 maka symbol yang sama
bermakna angka satu. Memori sensori akan menangkap stimuli dan mempersepsi, atau
memberikan makna; dalam hal ‘l’ konteks dan pengetahuan kita akan menentukan makna
yang akan diberikan, bagi seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang angka atau
huruf, maka symbol itu kemungkinan tidak bermakna apapun. Misalnya teks yang Anda baca
saat ini akan dipersepsi berbeda oleh orang lain yang tidak mengerti bahasa Indonesia
ataupun yang buta huruf, walaupun matanya melihat deretan simbol yang sama seperti Anda;
ataupun saat kita membaca huruf kanji dari koran berbahasa Jepang dimana kita tidak punya
kemampuan untuk memahaminya. Memori sensori tidak hanya bekerja untuk simbol saja
namun juga dalam hal warna, gerakan, suara, bau, suhu dan lainnya yang semuanya harus
dipersepsi secara simultan. Namun karena keterbatasan kemampuan, kita hanya dapat
memfokuskan pada beberapa stimuli saja dan mengingkari yang lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa perhatian sangatlah selektif; dengan kata lain saat perhatian penuh
sangat diperlukan, biasanya stimuli lainnya akan ditolak.
Perhatian adalah tahap pertama dalam belajar. Siswa tidak dapat memahami apa yang mereka
tidak kenali atau tidak dapat dipersepsi. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi
perhatian siswa. Tampilan atau aksi yang dramatis dapat mencuri perhatian siswa pada awal
pembelajaran. Cara lainnya adalah melalui perlakuan pada kata yang diucapkan atau ditulis
oleh guru dengan warna yang kontras, digaris bawahi atau ditandai; memangil siswa secara
acak, memberikan kejutan siswa, menanyakan hal yang menantang, memberikan masalah
yang dilematis, mengubah metoda mengajar dan tugas, mengubah frekuensi suara dan
jedanya akan dapat membantu menarik perhatian dari siswa. Namun menarik perhatian siswa
adalah hal pertama, membuat mereka untuk tetap fokus pada pelajaran dan tugasnya juga hal
yang kritis berikutnya harus dilakukan oleh guru.
Memori Kerja
Saat stimulus dipersepsi dan diubah menjadi suatu pola gambar atau suara, informasi yang
didapat menjadi tersedia untuk proses selanjutnya. Memori kerja adalah tempat dimana
informasi baru ini berada dan digabungkan dengan pengetahuan yang berasal dari memori
jangka panjang. Kapasitas memori kerja ini sangat terbatas, dari berbagai eksperimen
kapasitas yang dapat disimpan sekitar lima sampai sembilan hal baru dalam satu waktu. Satu
nomor telepon sepanjang tujuh desimal dapat diingat oleh rata-rata manusia dewasa, namun
hal yang berbeda bila disuruh untuk mengingat dua buah nomor telepon (14 desimal). Kita
tidak dapat memanggil kedua nomor telepon tadi karena terbatasnya kapasitas memori kerja
ini. Hal lainnya dari memori kerja ini adalah waktu yang digunakannya pun hanya sekitar 5
sampai 20 detik saja. Namun walaupun begitu waktu tersebut sangat cukup misalnya untuk
mengingat dan memahami apa yang anda baca dalam bagian awal kalimat ini sebelum
mencapai akhir kalimat. Tanpa adanya memori kerja, kita tidak bisa memahami susunan kata
dalam satu kalimat dan gabungan antara kalimat yang berdekatan.
Karena sedikit dan sempitnya memori ini bekerja, maka jenis memori ini harus terus
diaktifkan, kalau tidak maka informasi yang didapat menjadi hilang. Supaya apa yang diingat
bisa lebih panjang dari 20 detik, kebanyakan orang memakai strategi tertentu untuk
mengingatnya. Cara yang pertama adalah strategi latihan yang terbagi menjadi pengelolaan
dan elaboratif. Latihan pengelolaan dilakukan dengan pengulangan informasi di pikiran anda.
Sepanjang anda terus melakukan pengulangan informasi, hal itu akan berada di memori kerja.
Cara ini dapat berguna untuk mengingat sesuatu, seperti nomor telepon, yang kemudian
untuk dipergunakan dan setelah itu tidak perlu diingat lagi. Cara latihan elaboratif adalah
dengan menghubungkan sesuatu yang baru dengan apa yang sudah diketahui, yaitu informasi
yang sudah terdapat di memori jangka panjang. Latihan elaboratif ini tidak hanya
meningkatkan memori kerja, tetapi membantu memindahkan informasi memori jangka
pendek ke memori jangka panjang. Cara kedua adalah dengan pengelompokkan (chunking)
yang dipergunakan untuk menanggulangi terbatasnya kapasitas memori kerja. Banyaknya bit
informasi, bukannya ukuran setiap bit, adalah sisi keterbatasan memori kerja. Kita dapat
mengingat informasi lebih banyak jika dapat mengelompokkan tiap-tiap bit menjadi unit
yang berarti. Deretan enam angka seperti 1, 5, 1, 8, 2, dan 0 akan lebih mudah diingat dalam
bentuk dua digit (15, 18 dan 20) atau tiga digit (151, 820). Jika dilakukan cara ini, maka kita
cukup perlu mengingat dua atau tiga informasi saja dalam satu waktu dibanding enam buah.

Memori Jangka Panjang
Informasi memasuki memori kerja dengan cepat, namun untuk dapat disimpan di memori
jangka panjang membutuhkan usaha tertentu. Dalam memori jangka panjang inilah berbagai
informasi disimpan dan dihubungkan dalam bentuk gambaran dan skema, suatu pola struktur
data yang membuat kita bisa menggabungkan informasi kompleks yang sangat besar,
membuat kesimpulan dan memahami informasi baru. Bila kapasitas memori kerja sangat
terbatas, namun kapasitas memori jangka panjang dapat dikatakan hampir tak terbatas.
Kebanyakan kita tidak pernah menghitung kapasitasnya, dan saat satu informasi secara aman
sudah disimpan, akan tetap ada disana dalam waktu yang tak terbatas. Secara teoritis
walaupun kita mampu untuk mengingat sebanyak yang kita mau namun tantangannya justru
adalah memanggilnya yaitu mendapatkan informasi yang tepat sesuai keinginan. Akses pada
informasi membutuhkan waktu dan usaha karena kita harus mencarinya dalam lautan
informasi yang luas dalam memori jangka panjang, dan informasi yang jarang dipakai
biasanya akan makin sulit untuk ditemukan.
Terdapat tiga jenis memori jangka panjang, yaitu: episodik, prosedural dan semantik.
Episodik adalah jenis memori yang berhubungan dengan informasi pada waktu dan tempat
tertentu, khususnya ingatan yang bersifat pribadi. Memori jenis ini bersifat teratur, contohnya
kita bisa menceritakan detail percakapan, atau jalannya cerita dari satu film. Memori yang
berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu disebut memori prosedural. Untuk
mempelajari suatu prosedur seperti mengendarai sepeda, namun setelah dipelajari,
pengetahuan ini dapat terus diingat dalam waktu yang lama. Biasanya makin sering satu
prosedur dilakukan, maka makin otomatis reaksi yang dilakukan. Sedangkan semantik
memori adalah memori untuk pemahaman, yaitu memori untuk konsep, prinsip dan
hubungannya; dua hal yang disimpan dalam semantik memori disebut dengan imaji dan
skema. Imaji adalah representasi yang didasarkan pada persepsi visual terhadap struktur
informasi. Pada saat kita membentuk bayangan tertentu kita mengingat atau mengkreasi
kembali karakteristik fisik dan struktur spasial dari informasi. Imaji dapat berguna misalnya
dalam menyusun keputusan praktis bagaimana menempatkan meja di satu ruangan atau jalur
yang akan di tempuh ke satu lokasi. Sedangkan skema adalah stuktur pengetahuan abstrak
yang mengatur sejumlah besar informasi. Skema adalah pola atau panduan untuk memahami
kejadian, konsep atau keterampilan.
Untuk memanggil dan menambah informasi di memori jangka panjang, kita dibantu dengan
elaborasi, organisasi dan penggunaan konteks. Elaborasi adalah memberikan arti pada
infrormasi baru dengan menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan
kata lain, kita menerapkan skema yang ada dan melukiskannya pada pengetahuan
sebelumnya untuk membentuk pemahaman yang baru saat kita memperbaiki pengetahuan
yang ada. Terkadang elaborasi terjadi secara otomatis, misalnya saat guru menerima info baru
tentang pengalaman yang sudah dipahaminya, maka dia akan langsung mengaktifkan
pengetahuan yang ada dan memberikan pemahaman yang lebih baik serta lengkap. Informasi
yang dielaborasi ketika pertama dipelajari mudah untuk dipanggil karena elaborasi adalah
bentuk pengaktifan memori kerja yang membuat informasi terus aktif untuk kemudian
disimpan di memori jangka panjang. Elaborasi juga membangun hubungan tambahan pada
pengetahuan yang sudah dipunyai. Makin banyak informasi dihubungan dengan hal lainnya,
makin banyak peta jalan tersedia untuk diikuti dalam mencari sumber pengetahuan aslinya.
Makin sering seorang individu mengelaborasi ide baru, maka dia akan membuatnya dengan

bahasa dia sendiri yang menyebabkan makin baiknya pemahamannya dia tentang
pengetahuan tersebut. Kita membantu siswa dalam elaborasi dengan menyuruh mereka
menuliskan informasi sesuai dengan kata yang mereka susun sendiri atau dengan membuat
contoh yang relevan. Hal yang sebaliknya bisa terjadi, saat siswa melakukan elaborasi
informasi baru dengan menghubungkannya ke hal yang tidak tepat dan mengembangkan
penjelasan yang rancu, maka miskonsepsi ini pun akan disimpan dan terus diingat oleh siswa.
Organisasi pengetahuan yang dimiliki juga meningkatkan belajar. Bahan ajar yang
terorganisir dengan baik tentunya akan lebih mudah dipelajari dibandingkan yang tidak



METODE PEMBELAJARAN KOGNITIF

A. Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek
belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu
kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan
sendiri, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya
sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
B. Belajar lewat interaksi social
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara
subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang
yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa
kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan
khasanah kognitif anak akan semakin beragam. Hal ini memperkuat pendapat dari JL.
Mursell.
C. Belajar lewat pengalaman sendiri
Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih
baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting
untuk berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka
perkembangan kognitif seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme.
D. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar
Pembelajaran dari segi siswa adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam hal mencari
alternative pemecahan masalah. Dalam mencari pemecahan masalah melalui penyelidikan
dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan
pengarahan. Artinya dalam pembelajaran dibutuhkan pengalaman-pengalaman untuk
melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan pengalaman-pengalaman yang positif.
Karena itulah diperlukan arahan dari guru agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan.
Maka guru harus memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh
pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
E. Perstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal

Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang
dipelajari anak-anak.
F. Perincian urutan penyajian materi pelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing melalui urutan masalah,
sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan
dalam menerima, mengubah dan mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi sangat
berpengaruh pada tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Yang
mempengaruhi dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar sebelumnya, tingkat
perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
G. Cara pemberian “reinforcement”
Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran yang digunakan
sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner mengakui bahwa suatu ketika hadiah
ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari
guru adalah dorongan bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi
dorongan yang bersifat intrinsic.
H. Diferensiasi Progresif
Di dalam proses belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep.
Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan lebih dahulu kemudian baru
yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.
I. Belajar Superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah
deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat
ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
J. Penyesuaian Integratif
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama
konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan
pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausuble juga mengajukan
konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian
rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah
selama informasi disajikan teratur, khususnya bila informasi didalamnya juga kompleks.
Menempatkan konsep dalam suatu struktur membantu anda belajar dan mengingat baik untuk
definisi umum dan contoh spesifiknya.
Konteks adalah elemen lainnya dari proses yang mempengaruhi belajar. Aspek fisik dan
emosional dari konteks dipelajari bersamaan degan informasi lainnya. Ketika anda mencoba
mengingat satu informasi, hal itu akan dibantu jika konteks yang ada mirip dengan dengan
kondisi kita mendapat informasinya. Sehingga mengkondisikan suasana test sebelum ujian
yang sesungguhnya akan berpengaruh memperbaiki kinerja. Tentu saja kita tidak bisa selalu
pergi ke tempat yang sama saat anda mulai memahami suatu hal, namun kalau anda dapat
menggambarkannya secara mental hal tersebut anda dapat meningkatkan daya ingat anda.

B. PERKEMBANGAN TEORI KOGNITIF
Kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsepsi
manusia menurut behaviorisme. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu
berfikir (Homo Sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum
rasionalisme.Banyak ahli telah memberikan pandangan menganai Teori Kognitif.
Berikut ini teori belajar menurut para tokoh aliran kognitif:
1)Teori Belajar Menurut Piaget
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai
1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara
berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah
pengetahuan , tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahaptahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi
kemampuan belajar individu.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu
kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata
ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur
kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahawa kemampuan kognitif merupakan
sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan
kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri
pengetahuan mereka tentang dunia.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot,
dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak
mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan
perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berfikir dalam
konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia
sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia
peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan
konsepsi mengenai dunia yang telah ia punyai.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau priodeperiode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan
melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak
melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian struktur berfikir.

Untuk menunjukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisir
Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwa
kognisi merupakan sistem yang selalu diorganisir dan diadaptasi, sehingga memungkinkan
individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah
pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :
-

Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum.

Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation. ( pola
tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati
Jika schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang
dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium
(equilibrium), namu ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan
pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi
yang tidak menyenangkan.
Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang anak yang baru
pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru memiliki
konsep cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam skemanya dan
ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep cecaklah yang paling dekat dengan
stimulus. Peristiwa ini pun bisa terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya
perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep tersebut jarang ditemui.
Misalnya : seringkali orang menyebut kuda laut itu sebagai singa laut, padahal kedua
binatang itu jauh berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya
dengan kuda ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya
yang hampir sama.
Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan
lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran
anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat
intelegensi anak itu.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
1.

Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas

2.

Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu

3.
Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang
mencapai kemajuan intelektul.
Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan
psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren.
Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya. Skema (struktur
kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Dengan
kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi

pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai
tantangan dan jenis situasi. Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang
digunakan oleh Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan
lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari
dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1.
Asimilasi dari sudut biologi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari
luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif meliputi objek
eksternal menjadi struktur pengetahuan internal. Proses asimilasi ini didasarkan atas
kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang
sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokan kedalam istilahistilah yang sebelumnya telah mereka ketahui.
2.
Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabunggabungakn istilah lama untuk menghadapin tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti
mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek
stimulus eksternal. Jadi kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada
akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaiakan diri denagn
objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang
mengalami perubahan suapaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan objeknya.
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan penyesuaian
(adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara
aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu
(akomodasi). Agar terjadi ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwaperistiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan
komplementer.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi dengan
akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan
yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada
dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang
diperolehnya.
Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium –
disequilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya equilibrium, individu akan dapat
mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi. Piaget adalah tokoh psikologi
kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif
lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Semakin
bertambah umur pebelajar, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat
kemampuannya (Asri, 2005:35). Proses peningkatan kemampuan tersebut melalui proses
yang disebut adaptasi. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara stimulan,
yaitu asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi adalah proses penerimaan informasi baru dan
kemudian disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam diri masing-masing
pembelajar.

Proses akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif yang sudah dimiliki dengan
informasi yang diterima. Proses asimilasi dan akomodasi akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya
sekarang. Proses ketidakseimbangan ini harus disesuaikan melalui proses ekuilibrasi. Proses
ekuilibrasi ini merupakan proses yang berkesinambungan antara proses similasi dan
akomodasi. Proses ini akan menjaga stabilitas mental dalam diri pebelajar dan pebelajar akan
dapat terus
mengembangkan dan menambah
pengetahuannya.
Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut melalui tahaptahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hirarkhis. Seseorang harus
melalui urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu (Asri, 2005 :37)
a.Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang
sederhana seperti:
- mencari rangsangan melalui sinar lampu
- suka memperhatikan sesuatu lebih lama
- memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4
tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya,
walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek.
Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang sudah abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman
yang luas.
c. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Anak telah memiliki kecapakan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang
bersifat konkrit. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau
gambaran yang ada di dalam dirinya. Dalam tahap ini, anak tidak perlu coba-coba dan
membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model
“kemungkinan” dalam melakukan kegiatan.
d. Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Anak mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki
anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang, akan semakin teratur dan semakin
abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif
murid-muridnya agar dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai.

2) Teori Belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang di sebut free discovery learning, ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner berpendapat
bahwa perkembangan bahasa seseorang besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
Pandangan Bruner ini berbeda dengan pendapat Piaget yang menyatakan bahwa
perkembangan bahasa dipengaruhi oleh perkembangan kognitif
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan
oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
a. Tahap enaktif, yaitu seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami
lingkungan.
b. Tahap ikonik, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal.
c. Tahap simbolik, seseorang mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi
oelh kemampuan dalam berbahasa dan logika.
Gagasan yang terkenal dari Bruner adalah spiral curriculum, yaitu cara mengorganisasikan
materi pelajaran dari tingkat makro (secara umum) kemudian mulai mengajarkan materi yang
sama dengan cakupan yang lebih rinci. Selain itu juga, Bruner menjelaskan bahwa
pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan yang berbeda. Dalam
pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan
konsep tindakan dilakukan untuk membentuk kategori-kategori baru. Bruner memandang
bahwa suatu konsep memiliki lima unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep
apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi :
a. Nama
b. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif
c. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
d. Rentangan karakteristik
e. Kaidah
Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak
menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan
berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang
matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik
untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
3) Teori Belajar menurut Ausubel
Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau
belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya

merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Advance organizers yang oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur
kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai
kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru,
maka advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru,
serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.
4) Teori Belajar menurut Gagné
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful,
2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi.
Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang
memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut
terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum.
Gagné mengemukakan pendapat mengenai delapan tipe belajar dari yang paling sederhana
sampai paling kompleks yang disebut dengan Hirarkhi Belajar. Delapan tipe tersebut adalah :
a. Signal learning
Signal learning merupakan tipe belajar dalam bentuk pemberian respon terhadap tanda-tanda.
b. Stimulus response learning
Dalam tipe ini respon diperkuat dengan adanya imbalan. Dengan belajar tipe ini, seseorang
belajar mengucapkan kata-kata dan dalam bahasa asing.
c. Chaining learning
Chaining learning terjadi jika terbentuk hubungan antara beberapa stimulus-respon. Sebab
yang satu terjadi setelah yang satu lagi. Sebagai contohnya adalah setelah pulang kantor,
ganti baju, makan, dan sebagainya.
d. Verbal association
Tipe ini bersifat asosiatif tingkat tinggi karena fungsi nalar yang menentukan. Sebagai
contohnya bila anak melihat gambar bentuk bujur sangkar dan dia bisa mengatakan bahwa
gambar tersebut adalah bujur sangkar.
e. Discrimination learning

Tipe ini menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala seperti siswa bisa
membedakan manusia satu dengan yang lain.
f. Concept learning
Belajar konsep adalah corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas
yang ada dan memberikan sifat tertentu pada berbagai objek. Dengan menguasai konsep, ia
dapat menggolongkan manusia menurut hubungan kekeluargaan, dll.
g. Rule learning
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian
tersusun dalam macam-macam aturan. Misalnya, aturan seperti logam jika dipanaskan akan
memuai, angin berhembus dari daerah maksimum ke daerah minimum.
h. Problem solving
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks. Dalam tipe belajar ini diperlukan proses
penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama.
5) Teori Belajar menurut Gestalt
Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama
Thordike, yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori Gestalt ini
memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada
dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan