PAPER Jusuf Tjahjo P, Rini D Pengasuhan dalam Bentuk fulltext
Pengasuhan dalam Bentuk Pendampingan
sebagai Strategi Literasi Media pada Masyarakat Samin
Jusuf Tjahjo Purnomo
(Pusat Studi Literasi Media UKSW)
[email protected]
Rini Darmastuti
(Pusat Studi Literasi Media UKSW)
[email protected]
Abstrak
Peran pengasuhan oranngtua pada anak dalam masyarakat Samin memiliki
kedudukan yang penting dalam perkembangan anak. Masyarakat Samin ini
merupakan masyarakat tradisional yang unik, yang memiliki budaya dan
cara hidup yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Samin
tidak menyekolahkan anak-anaknya di sekolah formal, karena takut
mendapat pengaruh dari masyarakat di luar komunitas mereka, sehingga
pendidikan anak sangatlah tergantung pada keterlibatan orangtua.
Hubungan primer dengan orangtua menjadi instrumen penting dimana
anak-anak akan menginternalisasi nilai dan sikap kultural. Disisi lain,
masyarakat ini sangat terbuka terhadap informasi yang disampaikan oleh
televisi. Uniknya, pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi tidak
mempengaruhi cara pandang dan cara hidup mereka. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana peran pengasuhan dalam bentuk
pendampingan yang dilakukan orangtua untuk menghadapi terpaan media.
Keyperson dalam penelitian ini orangtua dan sesepuh masyarakat Samin di
Kecamatan Sukolilo Pati Jawa Tengah. Pengumpulan data melalui
wawancara mendalam. Hasil temuan penelitian ini adalah keterlibatan dan
pendampingan orangtua dalam pengasuhan anak sebagai strategi literasi
media televisi. Kearifan lokal menjadi filter ketika masyarakat
mengkonsumsi pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi melalui
pendampingan oleh orangtua.
Kata kunci : pengasuhan, pendampingan, Samin, literasi media televisi
PENDAHULUAN
Pengasuhan anak dan peran orangtua berlangsung dalam kondisi yang tidak sama dalam
berbagai budaya. Kondisi ini akan menghasikan proses sosialisasi yang berbeda antara budaya
satu dengan budaya yang lain. Pada kenyataannya, praktek pendidikan dan pengasuhan anak
akan berbeda dari satu budaya budaya lain, karena adanya perbedaan keyakinan .
Orangtua memiliki peran penting dalam perkembangan anak. Pengasuhan yang
dilakukan orangtua akan membentuk kondisi psikologis anak yang sehat, mandiri dan memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk hidup. Peran tersebut ternyata tidak menjadi hal yang
dominan ketika anak bersekolah. Sebagian besar waktu anak menjadi makin banyak di sekolah
dibanding di rumah, sehingga peran pendidikan dan pengasuhan lebih banyak diserahkan ke
sekolah melalui guru di sekolah. Namun tidak demikian dengan masyarakat Samin, karena
masyarakat Samin memang tidak menyekolahkan anaknya. Ketika anak mereka tidak
bersekolah bagaimana dengan perkembangan anak? apakah mereka akan tumbuh dengan baik
tanpa dukungan instrumen yang dianggap penting oleh sebagian masyarakat untuk membentuk
dan mencerdaskan anak. Bagi masyarakat Samin, fungsi guru tidak dilakukan ditempat formal
seperti sekolah. Peran mendidik dan mengasuh ini menjadi tugas utama orangtua. Proses
sosialisasi tetap menjadi tugas utama orangtua. Pertanyaannya adalah sejauh apa peran orangtua
dalam mendidik dan mengasuh anak-anak mereka sehingga anak bertumbuh dan cerdas?
Bagaimana anak-anak menginternalisasi nilai-nilai, sikap yang ada pada orangtuanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model pengasuhan orangtua
masyarakat Samin kepada anak-anak mereka yang tidak bersekolah? Proses sosialisasi seperti
apa yang digunakan orangtua masyarakat Samin. Bagaimanaa memahami perkembangan anak
dalam sebuah konteks kultural
KAJIAN LITERATUR
Literasi Media
Untuk membantu memahami tentang konsep dan pengertian literasi media, penelitianpenelitian terdahulu tentang literasi media dapat kita gunakan sebagai referensi. Beberapa
penelitian yang menjadi ide dasar dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Gerbner (1972). Berdasarkan pada analisis isi televisi Amerika, Gerbner berpendapat bahwa
televisi telah memperoleh tempat yang sedemikian penting dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mendominasi ‘lingkungan simbolik’ kita. Akibatnya, televisi menggantikan pesannya
tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya. Dari analisis isi
yang dilakukan Gerbner ini, ada distorsi realitas yang konsisten dalam hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan dan peran, usia lanjut, mati dan kematian, pendidikan, kekerasan dan
kejahatan. Pesan yang disampaikan oleh televisi ini membawa pengaruh bagi pemirsa terhadap
pandangan yang mereka miliki. Pandangan mereka terhadap dunia ini ditentukan oleh pesan
yang disampaikan oleh televisi. Penelitian ini memberikan pemahaman yang sangat jelas
tentang bagaimana media massa mampu mengkonstruksi suatu realitas semu menjadi realitas
yang sesungguhnya.
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rini
Darmastuti dengan judul Pola Komunikasi Masyarakat Samin, Khususnya Komunitas Di
Sukolilo, Pati dan Pengaruh Terpaan Televisi. Penelitian yang dibiayai oleh Dikti ini dilakukan
pada tahun 2006. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa televisi mampu hadir dalam
kehidupan masyarakat Samin. Dikatakan mampu hadir karena selama ini Komunitas Samin
terkenal sebagai komunitas yang menutup diri dari pengaruh luar, bahkan karena menghindari
pengaruh dari luar masyarakat Samin sampai tidak menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah
formal. Pendidikan mereka lakukan dengan cara mendidik anak-anak mereka dalam lingkungan
mereka sendiri. Model ”two way communication’ merupakan model yang mereka pilih dalam
proses pendidikan untuk anak-anak mereka, demi menghindari dari pengaruh luar (Darmastuti,
2010 : 204-216).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Darmastuti pada tahun 2006, televisi ternyata mampu
hadir dalam kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman yang kuat terhadap ideologi dan
falsafah hidup dalam komunitas mereka. Hanya saja kehadiran televisi ini tidak membawa
pengaruh ketika masyarakat Samin menghidupi ideologi dan falsafah hidup mereka. Padahal
kalau kita melihat fakta yang ada di masyarakat, televisi mempunyai pengaruh yang sangat kuat
dalam kehidupan masyarakat kita. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rini Darmastuti dengan judul Pengaruh Terpaan Berita Kriminal Di Televisi Terhadap
Perubahan Perilaku Anak SD di kecamatan Banjarsari, Solo yang dibiayai oleh Dikti tahun
2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku anak-anak SD di Kecamatan
Banjarsari sangat dipengaruhi oleh televisi.Tidak hanya pada diri siswa, penelitian
Theodosiadou & Markos (2013) menunjukkan bahwa sikap guru menjadi negatif terhadap pada
perilakudankehidupan sehari-harisiswanya karena karena efekmenonton TV. Demikian juga
penelitian Yoo, Jo dan Jung (2014) serta Sari dan Purnomo (2015) menemukan bahwa terpaan
televisi membentuk sikap yang kuat pada masyarakat. Semakin sering dan intensif dalam
menonton televisi menjadikan sikap mereka semakin positif terhadap apa yang dihadirkan
melalui televisi.
Pengasuhan
Orangtua memiliki peran penting dalam perkembangan seorang anak Ada beberapa gaya
pengasuhan yang bisa amat berbeda-beda. Pada umumnya ada tiga pola umum pengasuhan
orangtua (Baumrid, 1971). Orangtua yang otoriter mengharapkan kepatuhan yang mutlak dan
melihat anak bahwa anak butuh untuk dikontrol. Sebaliknya, orangtua yang permisif
membolehkan anak mengatur hidup mereka sendiri dan hanya menyediakan sedikit panduan
baku. Orangtua yang otoritatif bersifat tegas, adil dan logis. Gaya pengasuhan ini dipandang
akan membentuk anak secara psikologis sehat, kompeten, mandiri, bersifat kooperatif dan
nyaman dalam menghadapi situasi sosial (Matsumoto, 2004). Peneliti lain (Maccoby & Matin,
1983) menemukan tipe gaya pengasuhan keempat yang disebut “tak terlibat atau uninvolved.
Orangtua yang tidak terlibat seringkali terlalu larut dalam kehidupan mereka sendiri untuk bisa
memberikan respon yang tepat pada anak-anak mereka dan seringkali terlihat tidak peduli.
Peran orangtua dan pengasuhan pada anak seingkali berlangsung pada kondisi-kondisi
yang sangt berbeda di sebuah negara atu budaya. Kondisi ini paad giirannya akan menghasilkan
proses sosialisasi yang berbeda jauh dari satu budaya ke budaya lain. Praktek-praktek
pengasuhan anak juga akan berbeda bukan hanya karena adanya perbedaan dalam keyakinan,
tetapi juga karena perbedaan yang nyataa dalam taraf kehidupan. Menilai pengasuhan anak
dalam negara dan budaya yang berbeda dengan menggunakan tolok ukur pengasuhan budaya
sendiri bisa mengarah pada kesimpulan-kesimpulan yang kejam (Matsumoto, 2004).
Levine (1977) mengajukan teori bahwa lingkungan pengasuhan merupakan ceminan
dari seperangkat tujuan yang tersusun berdasarkan urutan nilai pentingnya. Yang pertama
adalah kesehatan fisik dan bertahan hidup; yang berikutnya adalah didukungnya perilakuperilaku yang akan mengarah pada pemenuhan diri; dan yang terakhir adalah perilaku-perilaku
yang mendukung nilai-nilai kultural.
METODE PENELITIAN
Partisipan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini orangtua dan
sesepuh masyarakat Samin di Kecamatan Sukolilo Pati Jawa Tengah.
Pengumpulan data
Pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Hasil temuan penelitian ini adalah
keterlibatan dan pendampingan orangtua dalam pengasuhan anak sebagai strategi literasi media
televisi. Kearifan lokal menjadi filter ketika masyarakat mengkonsumsi pesan-pesan yang
disampaikan oleh televisi melalui pendampingan oleh orangtua.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cara Pandang masyarakat Samin terkait dengan keluarga
Mbak Gn, sebagai salah satu generasi muda yang sudah dituakan dalam kehidupan
masyarakat Samin dalam wawancara mendalam, menjelaskan “Mergo nitik janji sepisan
kanggo saklawase” (Karena prinsip yang digunakan oleh masyarakat Samin adalah
membuktikan janji sekali untuk selamanya). Mbah Wrn Kakung, salah satu sesepuh masyarakat
Samin, dalam wawancara mendalam mengatakan, “Mboten, dulur sikep ora nduwe cara rapak”
(Tidak, di dalam kehidupan masyarakat Samin tidak ada istilah cerai).
Makna Pendidikan
Mbah Bd dalam wawancara mendalam dengan mbak Bd, “Sekolah dulur kene kuwi yo
sekolah macul.” (Sekolahnya saudara di sini itu ya sekolah mencangkul).
Lingkugan belajar anak
Mas Al, salah satu anggota masyarakat Samin yang tinggal di Nggawen, dalam
wawancara mendalam mengatakan, “Yo sekolah ki yo sekolah, ning sekolahe koyo ning formal
ora. Sing ngajar sopo? Pak’e mbek buk’e. Lha ning ndi? Yo ning mondokane dewe” (Ya kalau
sekolah itu ya sekolah, tapi bukan sekolah yang formal. Siapa yang mengajar? Ya bapak dan
ibunya sendiri. Dimana? Ya di rumahnya sendiri).
Dalam perkembangannya, masyarakat Samin mengadakan proses belajar mengajar yang
rutin, yang diadakan setiap hari senin pada jam 13.00 di omah Kendeng. Yang menjadi mentor
dalam proses belajar ini adalah mbak Gn. Terkait dengan hal ini, mbak Gn dalam wawancara
mendalam mengatakan,
“Bab sinau nulis lan maca kuwi awal-e yo dianakno no ngawen, ana mondokane dhe
Ksr. Terus tahun 2013 pindah no omah kendeng. No omah kendeng ora mung sinau nulis lan
maca, tapi yo sinau nembang lan ngamel. Sing ngajari mbak Ttr saka Purwodadi. ” (Masalah
belajar menulis dan membaca itu pada awalnya diadakan di Ngawen di rumahnya dhe Ksr.
Kemudian pada tahun 2013 pindah ke Omah Kendeng. Di rumah Kendeng tidak hanya belajar
membaca dan mennulis, tapi juga belajar nembang dan karawitan. Pengajarnya adalah mbak
Ttr, dari Purwodari).
Cara orang tua mendidik dan mengasuh
Mbah Bd dalam wawancara mendalam dengan mbak Bd, “Sekolah kuwi yo sekolah
soko pak-ane lan mbok-ane.” (Sekolah itu ya sekolah dari bapak dan ibunya). Hal ini seperti
yang dikatakan mbak Gn, dalam wawancara mendalam “Guru saktemene ki rak yo wong tuwo.
Wong tuwo kuwi kan sangu sing utama. Dulur sikep kuwi ben dino sekolah karo wong tuwane ”.
(Guru yang sebenarnya itu kan orang tua. Orang tua itu kan bekal yang utama. Orang Samin itu
setiap hari sekolah sama orang tuanya).Pengasuhan orangtua terhadap anak pada masyarakat
Samin juga didukung oleh struktur keluarga yang diperluas, yaitu keterlibatan keluarga besar
termasuk kakek nenek dan keluarga dalam satu keturunan. Dalam budaya Samin ini, keluarga
besar atau extended family memiliki peran penting. Struktur keluarga ini memiliki dampak yang
besar pada pengasuhan dan perawatan anak. Masyarakat Samin memandang bahwa pengasuhan
anak dalam keluarga besar sebagai bagia integral dan penting dari budaya mereka. Hal ini
merupakan proses penting karena melalui keluarga besar ini warisan-warisan kultural
disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Orangtua pada dasarnya adalah guru yaitu digugu lan ditiru. Orangtua sangat terlibat
dalam proses pengasuhan dari anak masih kecil bahkan setelah anak-anak mereka menikah.
Bahkan saat orangtua mereka sudh menjadi kakek nenek, tanggungjawab pengasuhan ini masih
melekat dibahu mereka.
Seperti yang diketahui, masyarakat Samin adalah masyarakat petani. Pertanian menjadi
pilihan mata pencaharian utama. Saat bertani, menanam padi dan palawijo dilaksanakan dalam
proses waktu 4 bulan. Pada masa bertani ini ada keterlibatan anak dan orangtua untuk bekerja di
sawah. Orangtua akan melibatkan anak di usia kuranglebih 7 tahun keatas untuk pergi ke sawah.
Sementara anak-anak yang masih kecil akan berada di rumah bersama dengan nenek mereka.
Orangtua akan berangkat ke sawah pada saat subuh dan bekerja hingga siang hari. Praktis anak
akan di rumah bersama keluarga yang lain yaitu kakek dan mereka.Pengasuhan pada anak
dilakukan oleh kakek nenek, saudara kandung dan sanak saudara lainnya.
KESIMPULAN
Dalam masyarakat Samin, ibu adalah pengasuh utama, namun keluarga besar seringkali
berinteraksi , dimana anak-anak akan terus berada dalam pegawasan kakek, nenek, saudara
kandung, saudara sepupu dan keluarga dalam garis keturunan mereka. Bagi masyarakat Samin,
orangtua dipandang sebagai model penting yang akan dicontoh dalam berperilaku. Demikain
juga keluarga besar juga dipandang sebagai sumber dukugan dalam proses pengasuhan. Rumah
tangga yang lan dengan sanak saudaranya sebagai keluarga besar dipandang oleh masyarakat
Samin sebagai cara yang baik untuk mendapatkan dukungan optimal sebagai sumber daya
keluarga untuk mendukung keberhasilan pengasuhan anak
REFERENSI
Darmastuti, R. (2006). Pengaruh terpaan televisi terhadap pola komunikasi komunitas Samin.
Jurnal Kritis, Vol. XVIII, No. 3 Des 2006, hal. 325-341. ISSN 0215 – 4765
Darmastuti, R. (2010). Two ways Communication: Sebuah Model Pembelajaran dalam
Komunitas Samin di Sukolilo, Pati. Tulisan bersama. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 8,
No. 2, Mei-Agustus 2010, hal. 204-216. ISSN. 1693-3029.
Matsumoto, D. (2004). Pengantar Psikologi Lintas Budaya . Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sari, Y.N., & Purnomo, J.T. (2015). Hubungan Antara Terpaan Drama Korea Di Televisi
Dengan Sikap Terhadap Produk Korea Pada Mahasiswa. Laporan Penelitian : Psikologi
UKSW.
Theodosiadou, S. & Markos, A. (2013). Attitudes of preschool teachers in Northern Greece on
children and TV viewing. Australasian Journal of Early Childhood . Vol. 38, 3, 36-44.
Yoo, Jae-Wong, Samsup Jo and Jaemin Jung. (2014). The Effects of Television Viewing,
Cultural Proximity and Ernocentrism on Country Image. Social Behavior and
PersonalityJournal, 42(1), 89-96.
sebagai Strategi Literasi Media pada Masyarakat Samin
Jusuf Tjahjo Purnomo
(Pusat Studi Literasi Media UKSW)
[email protected]
Rini Darmastuti
(Pusat Studi Literasi Media UKSW)
[email protected]
Abstrak
Peran pengasuhan oranngtua pada anak dalam masyarakat Samin memiliki
kedudukan yang penting dalam perkembangan anak. Masyarakat Samin ini
merupakan masyarakat tradisional yang unik, yang memiliki budaya dan
cara hidup yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Samin
tidak menyekolahkan anak-anaknya di sekolah formal, karena takut
mendapat pengaruh dari masyarakat di luar komunitas mereka, sehingga
pendidikan anak sangatlah tergantung pada keterlibatan orangtua.
Hubungan primer dengan orangtua menjadi instrumen penting dimana
anak-anak akan menginternalisasi nilai dan sikap kultural. Disisi lain,
masyarakat ini sangat terbuka terhadap informasi yang disampaikan oleh
televisi. Uniknya, pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi tidak
mempengaruhi cara pandang dan cara hidup mereka. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana peran pengasuhan dalam bentuk
pendampingan yang dilakukan orangtua untuk menghadapi terpaan media.
Keyperson dalam penelitian ini orangtua dan sesepuh masyarakat Samin di
Kecamatan Sukolilo Pati Jawa Tengah. Pengumpulan data melalui
wawancara mendalam. Hasil temuan penelitian ini adalah keterlibatan dan
pendampingan orangtua dalam pengasuhan anak sebagai strategi literasi
media televisi. Kearifan lokal menjadi filter ketika masyarakat
mengkonsumsi pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi melalui
pendampingan oleh orangtua.
Kata kunci : pengasuhan, pendampingan, Samin, literasi media televisi
PENDAHULUAN
Pengasuhan anak dan peran orangtua berlangsung dalam kondisi yang tidak sama dalam
berbagai budaya. Kondisi ini akan menghasikan proses sosialisasi yang berbeda antara budaya
satu dengan budaya yang lain. Pada kenyataannya, praktek pendidikan dan pengasuhan anak
akan berbeda dari satu budaya budaya lain, karena adanya perbedaan keyakinan .
Orangtua memiliki peran penting dalam perkembangan anak. Pengasuhan yang
dilakukan orangtua akan membentuk kondisi psikologis anak yang sehat, mandiri dan memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk hidup. Peran tersebut ternyata tidak menjadi hal yang
dominan ketika anak bersekolah. Sebagian besar waktu anak menjadi makin banyak di sekolah
dibanding di rumah, sehingga peran pendidikan dan pengasuhan lebih banyak diserahkan ke
sekolah melalui guru di sekolah. Namun tidak demikian dengan masyarakat Samin, karena
masyarakat Samin memang tidak menyekolahkan anaknya. Ketika anak mereka tidak
bersekolah bagaimana dengan perkembangan anak? apakah mereka akan tumbuh dengan baik
tanpa dukungan instrumen yang dianggap penting oleh sebagian masyarakat untuk membentuk
dan mencerdaskan anak. Bagi masyarakat Samin, fungsi guru tidak dilakukan ditempat formal
seperti sekolah. Peran mendidik dan mengasuh ini menjadi tugas utama orangtua. Proses
sosialisasi tetap menjadi tugas utama orangtua. Pertanyaannya adalah sejauh apa peran orangtua
dalam mendidik dan mengasuh anak-anak mereka sehingga anak bertumbuh dan cerdas?
Bagaimana anak-anak menginternalisasi nilai-nilai, sikap yang ada pada orangtuanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model pengasuhan orangtua
masyarakat Samin kepada anak-anak mereka yang tidak bersekolah? Proses sosialisasi seperti
apa yang digunakan orangtua masyarakat Samin. Bagaimanaa memahami perkembangan anak
dalam sebuah konteks kultural
KAJIAN LITERATUR
Literasi Media
Untuk membantu memahami tentang konsep dan pengertian literasi media, penelitianpenelitian terdahulu tentang literasi media dapat kita gunakan sebagai referensi. Beberapa
penelitian yang menjadi ide dasar dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Gerbner (1972). Berdasarkan pada analisis isi televisi Amerika, Gerbner berpendapat bahwa
televisi telah memperoleh tempat yang sedemikian penting dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mendominasi ‘lingkungan simbolik’ kita. Akibatnya, televisi menggantikan pesannya
tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya. Dari analisis isi
yang dilakukan Gerbner ini, ada distorsi realitas yang konsisten dalam hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan dan peran, usia lanjut, mati dan kematian, pendidikan, kekerasan dan
kejahatan. Pesan yang disampaikan oleh televisi ini membawa pengaruh bagi pemirsa terhadap
pandangan yang mereka miliki. Pandangan mereka terhadap dunia ini ditentukan oleh pesan
yang disampaikan oleh televisi. Penelitian ini memberikan pemahaman yang sangat jelas
tentang bagaimana media massa mampu mengkonstruksi suatu realitas semu menjadi realitas
yang sesungguhnya.
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rini
Darmastuti dengan judul Pola Komunikasi Masyarakat Samin, Khususnya Komunitas Di
Sukolilo, Pati dan Pengaruh Terpaan Televisi. Penelitian yang dibiayai oleh Dikti ini dilakukan
pada tahun 2006. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa televisi mampu hadir dalam
kehidupan masyarakat Samin. Dikatakan mampu hadir karena selama ini Komunitas Samin
terkenal sebagai komunitas yang menutup diri dari pengaruh luar, bahkan karena menghindari
pengaruh dari luar masyarakat Samin sampai tidak menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah
formal. Pendidikan mereka lakukan dengan cara mendidik anak-anak mereka dalam lingkungan
mereka sendiri. Model ”two way communication’ merupakan model yang mereka pilih dalam
proses pendidikan untuk anak-anak mereka, demi menghindari dari pengaruh luar (Darmastuti,
2010 : 204-216).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Darmastuti pada tahun 2006, televisi ternyata mampu
hadir dalam kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman yang kuat terhadap ideologi dan
falsafah hidup dalam komunitas mereka. Hanya saja kehadiran televisi ini tidak membawa
pengaruh ketika masyarakat Samin menghidupi ideologi dan falsafah hidup mereka. Padahal
kalau kita melihat fakta yang ada di masyarakat, televisi mempunyai pengaruh yang sangat kuat
dalam kehidupan masyarakat kita. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rini Darmastuti dengan judul Pengaruh Terpaan Berita Kriminal Di Televisi Terhadap
Perubahan Perilaku Anak SD di kecamatan Banjarsari, Solo yang dibiayai oleh Dikti tahun
2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku anak-anak SD di Kecamatan
Banjarsari sangat dipengaruhi oleh televisi.Tidak hanya pada diri siswa, penelitian
Theodosiadou & Markos (2013) menunjukkan bahwa sikap guru menjadi negatif terhadap pada
perilakudankehidupan sehari-harisiswanya karena karena efekmenonton TV. Demikian juga
penelitian Yoo, Jo dan Jung (2014) serta Sari dan Purnomo (2015) menemukan bahwa terpaan
televisi membentuk sikap yang kuat pada masyarakat. Semakin sering dan intensif dalam
menonton televisi menjadikan sikap mereka semakin positif terhadap apa yang dihadirkan
melalui televisi.
Pengasuhan
Orangtua memiliki peran penting dalam perkembangan seorang anak Ada beberapa gaya
pengasuhan yang bisa amat berbeda-beda. Pada umumnya ada tiga pola umum pengasuhan
orangtua (Baumrid, 1971). Orangtua yang otoriter mengharapkan kepatuhan yang mutlak dan
melihat anak bahwa anak butuh untuk dikontrol. Sebaliknya, orangtua yang permisif
membolehkan anak mengatur hidup mereka sendiri dan hanya menyediakan sedikit panduan
baku. Orangtua yang otoritatif bersifat tegas, adil dan logis. Gaya pengasuhan ini dipandang
akan membentuk anak secara psikologis sehat, kompeten, mandiri, bersifat kooperatif dan
nyaman dalam menghadapi situasi sosial (Matsumoto, 2004). Peneliti lain (Maccoby & Matin,
1983) menemukan tipe gaya pengasuhan keempat yang disebut “tak terlibat atau uninvolved.
Orangtua yang tidak terlibat seringkali terlalu larut dalam kehidupan mereka sendiri untuk bisa
memberikan respon yang tepat pada anak-anak mereka dan seringkali terlihat tidak peduli.
Peran orangtua dan pengasuhan pada anak seingkali berlangsung pada kondisi-kondisi
yang sangt berbeda di sebuah negara atu budaya. Kondisi ini paad giirannya akan menghasilkan
proses sosialisasi yang berbeda jauh dari satu budaya ke budaya lain. Praktek-praktek
pengasuhan anak juga akan berbeda bukan hanya karena adanya perbedaan dalam keyakinan,
tetapi juga karena perbedaan yang nyataa dalam taraf kehidupan. Menilai pengasuhan anak
dalam negara dan budaya yang berbeda dengan menggunakan tolok ukur pengasuhan budaya
sendiri bisa mengarah pada kesimpulan-kesimpulan yang kejam (Matsumoto, 2004).
Levine (1977) mengajukan teori bahwa lingkungan pengasuhan merupakan ceminan
dari seperangkat tujuan yang tersusun berdasarkan urutan nilai pentingnya. Yang pertama
adalah kesehatan fisik dan bertahan hidup; yang berikutnya adalah didukungnya perilakuperilaku yang akan mengarah pada pemenuhan diri; dan yang terakhir adalah perilaku-perilaku
yang mendukung nilai-nilai kultural.
METODE PENELITIAN
Partisipan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini orangtua dan
sesepuh masyarakat Samin di Kecamatan Sukolilo Pati Jawa Tengah.
Pengumpulan data
Pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Hasil temuan penelitian ini adalah
keterlibatan dan pendampingan orangtua dalam pengasuhan anak sebagai strategi literasi media
televisi. Kearifan lokal menjadi filter ketika masyarakat mengkonsumsi pesan-pesan yang
disampaikan oleh televisi melalui pendampingan oleh orangtua.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cara Pandang masyarakat Samin terkait dengan keluarga
Mbak Gn, sebagai salah satu generasi muda yang sudah dituakan dalam kehidupan
masyarakat Samin dalam wawancara mendalam, menjelaskan “Mergo nitik janji sepisan
kanggo saklawase” (Karena prinsip yang digunakan oleh masyarakat Samin adalah
membuktikan janji sekali untuk selamanya). Mbah Wrn Kakung, salah satu sesepuh masyarakat
Samin, dalam wawancara mendalam mengatakan, “Mboten, dulur sikep ora nduwe cara rapak”
(Tidak, di dalam kehidupan masyarakat Samin tidak ada istilah cerai).
Makna Pendidikan
Mbah Bd dalam wawancara mendalam dengan mbak Bd, “Sekolah dulur kene kuwi yo
sekolah macul.” (Sekolahnya saudara di sini itu ya sekolah mencangkul).
Lingkugan belajar anak
Mas Al, salah satu anggota masyarakat Samin yang tinggal di Nggawen, dalam
wawancara mendalam mengatakan, “Yo sekolah ki yo sekolah, ning sekolahe koyo ning formal
ora. Sing ngajar sopo? Pak’e mbek buk’e. Lha ning ndi? Yo ning mondokane dewe” (Ya kalau
sekolah itu ya sekolah, tapi bukan sekolah yang formal. Siapa yang mengajar? Ya bapak dan
ibunya sendiri. Dimana? Ya di rumahnya sendiri).
Dalam perkembangannya, masyarakat Samin mengadakan proses belajar mengajar yang
rutin, yang diadakan setiap hari senin pada jam 13.00 di omah Kendeng. Yang menjadi mentor
dalam proses belajar ini adalah mbak Gn. Terkait dengan hal ini, mbak Gn dalam wawancara
mendalam mengatakan,
“Bab sinau nulis lan maca kuwi awal-e yo dianakno no ngawen, ana mondokane dhe
Ksr. Terus tahun 2013 pindah no omah kendeng. No omah kendeng ora mung sinau nulis lan
maca, tapi yo sinau nembang lan ngamel. Sing ngajari mbak Ttr saka Purwodadi. ” (Masalah
belajar menulis dan membaca itu pada awalnya diadakan di Ngawen di rumahnya dhe Ksr.
Kemudian pada tahun 2013 pindah ke Omah Kendeng. Di rumah Kendeng tidak hanya belajar
membaca dan mennulis, tapi juga belajar nembang dan karawitan. Pengajarnya adalah mbak
Ttr, dari Purwodari).
Cara orang tua mendidik dan mengasuh
Mbah Bd dalam wawancara mendalam dengan mbak Bd, “Sekolah kuwi yo sekolah
soko pak-ane lan mbok-ane.” (Sekolah itu ya sekolah dari bapak dan ibunya). Hal ini seperti
yang dikatakan mbak Gn, dalam wawancara mendalam “Guru saktemene ki rak yo wong tuwo.
Wong tuwo kuwi kan sangu sing utama. Dulur sikep kuwi ben dino sekolah karo wong tuwane ”.
(Guru yang sebenarnya itu kan orang tua. Orang tua itu kan bekal yang utama. Orang Samin itu
setiap hari sekolah sama orang tuanya).Pengasuhan orangtua terhadap anak pada masyarakat
Samin juga didukung oleh struktur keluarga yang diperluas, yaitu keterlibatan keluarga besar
termasuk kakek nenek dan keluarga dalam satu keturunan. Dalam budaya Samin ini, keluarga
besar atau extended family memiliki peran penting. Struktur keluarga ini memiliki dampak yang
besar pada pengasuhan dan perawatan anak. Masyarakat Samin memandang bahwa pengasuhan
anak dalam keluarga besar sebagai bagia integral dan penting dari budaya mereka. Hal ini
merupakan proses penting karena melalui keluarga besar ini warisan-warisan kultural
disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Orangtua pada dasarnya adalah guru yaitu digugu lan ditiru. Orangtua sangat terlibat
dalam proses pengasuhan dari anak masih kecil bahkan setelah anak-anak mereka menikah.
Bahkan saat orangtua mereka sudh menjadi kakek nenek, tanggungjawab pengasuhan ini masih
melekat dibahu mereka.
Seperti yang diketahui, masyarakat Samin adalah masyarakat petani. Pertanian menjadi
pilihan mata pencaharian utama. Saat bertani, menanam padi dan palawijo dilaksanakan dalam
proses waktu 4 bulan. Pada masa bertani ini ada keterlibatan anak dan orangtua untuk bekerja di
sawah. Orangtua akan melibatkan anak di usia kuranglebih 7 tahun keatas untuk pergi ke sawah.
Sementara anak-anak yang masih kecil akan berada di rumah bersama dengan nenek mereka.
Orangtua akan berangkat ke sawah pada saat subuh dan bekerja hingga siang hari. Praktis anak
akan di rumah bersama keluarga yang lain yaitu kakek dan mereka.Pengasuhan pada anak
dilakukan oleh kakek nenek, saudara kandung dan sanak saudara lainnya.
KESIMPULAN
Dalam masyarakat Samin, ibu adalah pengasuh utama, namun keluarga besar seringkali
berinteraksi , dimana anak-anak akan terus berada dalam pegawasan kakek, nenek, saudara
kandung, saudara sepupu dan keluarga dalam garis keturunan mereka. Bagi masyarakat Samin,
orangtua dipandang sebagai model penting yang akan dicontoh dalam berperilaku. Demikain
juga keluarga besar juga dipandang sebagai sumber dukugan dalam proses pengasuhan. Rumah
tangga yang lan dengan sanak saudaranya sebagai keluarga besar dipandang oleh masyarakat
Samin sebagai cara yang baik untuk mendapatkan dukungan optimal sebagai sumber daya
keluarga untuk mendukung keberhasilan pengasuhan anak
REFERENSI
Darmastuti, R. (2006). Pengaruh terpaan televisi terhadap pola komunikasi komunitas Samin.
Jurnal Kritis, Vol. XVIII, No. 3 Des 2006, hal. 325-341. ISSN 0215 – 4765
Darmastuti, R. (2010). Two ways Communication: Sebuah Model Pembelajaran dalam
Komunitas Samin di Sukolilo, Pati. Tulisan bersama. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 8,
No. 2, Mei-Agustus 2010, hal. 204-216. ISSN. 1693-3029.
Matsumoto, D. (2004). Pengantar Psikologi Lintas Budaya . Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sari, Y.N., & Purnomo, J.T. (2015). Hubungan Antara Terpaan Drama Korea Di Televisi
Dengan Sikap Terhadap Produk Korea Pada Mahasiswa. Laporan Penelitian : Psikologi
UKSW.
Theodosiadou, S. & Markos, A. (2013). Attitudes of preschool teachers in Northern Greece on
children and TV viewing. Australasian Journal of Early Childhood . Vol. 38, 3, 36-44.
Yoo, Jae-Wong, Samsup Jo and Jaemin Jung. (2014). The Effects of Television Viewing,
Cultural Proximity and Ernocentrism on Country Image. Social Behavior and
PersonalityJournal, 42(1), 89-96.