Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

MAKALAH
KEBAKARAN HUTAN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Lingkungan
Dosen Pengasuh Hudayah Ssi, M.Si.

Disusun oleh :

Adinda Rachma Azzahra
Edward Setya Pratama
Muhammad Oddy Bagastriadi
Rahmayanti
Yoga Ahmad Hanafi

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur dinaikkan hanya bagi Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan
kekuatan dan segala pengertian sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan

judul “Kebakaran Hutan”.
Dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, cinta kasih dan
kerja sama serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang yang ada di sekitar penulis yang telah membantu dalam doa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini.
Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai pedoman di
masa mendatang. Maka penulis dengan penuh rasa syukur mempersembahkan Makalah ini
semoga bermanfaat untuk kita semua.

Bekasi, Maret 2016
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii .
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................................iv

A.


Latar Belakang..........................................................................................................iv

B.

Tujuan Penulisan……………………………….…...................................................v

C.

Manfaat Penulisan …………………………………………………….................iv

BAB II TUJUAN TEORI…………………………………………………………………..
A.

Pengertian Hutan ……..……………………………………………............................3

B.

Unsur-unsur Lingkungan Hidup.................................................................................4


C.

Arti penting Lingkungan Hidup Bagi Kehidupan ……………………………….

D.

Bentuk-Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup dan Faktor Penyebabnya...................7

E.

Usaha-Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup ……………………......................16

5

BAB III PENUTUP
A.

Kesimpulan…………………………………………………………………......18

B.


Saran ……………………………………………………....................................18

DAFTAR PUSTAKA......…………………………………………………….........................iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas di
dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia,
karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi
dan banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu, hutan dapat memberikan
manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di
Indonesia. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45,
UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985
dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan
Dirjen Pengusahaan Hutan.
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan
memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup
mencenangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia

guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi
tahunan tercepat di dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan
1.8 juta hektar hutan dirusakan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, sebuah tingkat
kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak
memperhatikan manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga
kelestarian lingkungan hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan adalah
kebakaran hutan. Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam
upaya pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian.
selain itu, kebakaran didukung oleh pemanasan global, kemarau ekstrim yang seringkali
dikaitkan dengan pengaruh iklim memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran
hutan.

B. Tujuan Penulisan
1.3.1

Mengetahui pengertian dan manfaat hutan di Indonesia.

1.3.2


Mengetahui kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia dan penyebabnya.

1.3.3

Mengetahui pengertian dan jenis-jenis kebakaran hutan.

1.3.4

Mengetahui penyebab dan dampak kebakaran hutan.

1.3.5

Mengetahui cara pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan.

1.3.6

Mengetahui beberapa kasus kebakaran hutan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hutan
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan). Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia, hutan adalah suatu areal yang
dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya dipelihara bagi keuntungan tidak
langsung atau dapat pula bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama.
Pemanfaatan sekaligus perlindungan hutan di Indonesia diatur dalam UUD 45, UU
No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan. Menurut beberapa peraturan tersebut,hutan merupakan sumberdaya alam
yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber
plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya.

B. Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki
dampak negatif. Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah

kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan
pertanian disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai pembakaran
yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan mengonsumsi bahan bakar yang tersedia
di hutan,antara lain terdiri dari serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, dan lain-lain.
Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api Hutan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi
di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3
macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai
hutan dan membakar seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api
permukaan cepat merambat, nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam
kenyataannya semua tipe kebakaran berasal dari api permukaan.
2. Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk
tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar.
Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk
ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak
saling bersentuhan.
3. Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan.
Oleh karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai

dengan adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan
dalam waktu yang lama pada suatu tempat.
C. Kebakaran dan Pembakaran
Kebakaran dan pembakaran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang sama
tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran indentik dengan kejadian yang tidak
disengaja sedangkan pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja diinginkan tetapi
tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu kebakaran. Penggunaan

istilah kebakaran hutan dengan pembakaran terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda.
Penggunaan istilah ini sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap
dampak yang ditimbulkannya.
Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi digeneralisasi sebagai kebakaran hutan,
padahal sebagian besar (99,9%) kebakaran tersebut adalah pembakaran yang sengaja
dilakukan maupun akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah ataupun oleh pelaku binis
kehutanan atau perkebunan, sedangkan sisanya (0,1%) adalah karena alam (petir, larva
gunung berapi). Saharjo (1999) menyatakan bahwa baik di areal HTI, hutan alam dan
perladangan berpindah dapat dikatakan bahwa 99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia
adalah berasal dari ulah manusia, entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang
terjadi akibat kelalaian pada saat penyiapan lahan. Bahan bakar dan api merupakan faktor
penting untuk mempersiapkan lahan pertanian dan perkebunan (Saharjo, 1999). Pembakaran

selain dianggap mudah dan murah juga menghasilkan bahan mineral yang siap diserap oleh
tumbuhan. Banyaknya jumlah bahan bakar yang dibakar di atas lahan akhirnya akan
menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan yang luas. Untuk itu, agar dampak
lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka penggunaan api dan bahan bakar pada
penyiapan lahan haruslah diatur secara cermat dan hati-hati. Untuk menyelesaikan masalah
ini maka manajemen penanggulangan bahaya kebakaran harus berdasarkan hasil penelitian
dan tidak lagi hanya mengandalkan dari terjemahan textbook atau pengalaman dari negara
lain tanpa menyesuaikan dengan keadaan lahan di Indonesia (Saharjo, 2000).
D.

Penyebab Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa

mematikan api di perkemahan.
3. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.

5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat

menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

E.

Dampak Kebakaran Hutan
Dampak Kebakaran Hutan terhadap Lingkungan Biologis

Yang dimaksud dengan lingkungan biologi yaitu segala sesuatu di sekitar manusia yang
berupa organisme hidup selain dari manusia itu sendiri seperti hewan, tumbuhan, dan
decomposer. Dampak yang ditimbulkan dari adanya kebakaran hutan khususnya terhadap
lingkungan biologis antara lain sebagai berikut:
1.

Terhadap flora dan fauna

Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam
sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu,
terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora,
kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies
endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. Selain itu,
kebakaran hutan dapat mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik
karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan
banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
Beberapa dampak kebakaran tehadap hewan dan tumbuhan antara lain sebagai berikut:
 BANGSA BINATANG
Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang yang akan kehilangan tempat tinggal
yang digunakan untuk berlindung serta tempat untuk mencarimakan. Dengan demikian,
hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru setelah terjadinya kebakaran
tersebut akan mengalami penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan.
Contoh dampak kebakaran hutan bagi beberapa hewan antara lain sebagai berikut:


Geobin : seluruh daur hidupnya di dalam tubuh tanah (Ciliophora, Rhizopoda &
Mastigophora, dll)



Geofil : sebagian daur hidupnya di dalam tubuh tanah (serangga)

 BANGSA TUMBUHAN
Kehidupan tumbuhan berhubungan erat dengan hutan yang merupakan tempat hidupnya.
Kebakaran hutan dapat mengakibatkan berkurangnya vegetasi tertentu.

Contoh dampak kebakaran hutan terhadap tumbuhan adalah sebagai berikut:


Tumbuhan tingkat tinggi (akar pohon, semak atau rumput)



Tumbuhan tingkat rendah (bakteri, cendawan dan Ganggang)

Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga apabila
terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga
mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi
penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah:
1. Terhadap keanekaragaman hayati
Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman hayati. Hutan yang
terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan.
Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan
tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana
banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir
tersebut juga sulit diperhitungkan.
2. Terhadap mikroorganisme
Kebakaran hutan dapat membunuh organisme (makroorganisme dan mikroorganisme) tanah
yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah. Makroorganisme tanah misalnya:
cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan drainase tanah, dan mikroorganisme tanah
misalnya: mikorisa yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan
Fe akan terbunuh. Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada bintil-bintil akar
tumbuhan Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi ntrogen akan menurun.
Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan serasah saat kebakaran
pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal akan membuat mikroorganisma
mati, karena sebagian besar mikroorganisma tanah memiliki adaptasi suhu yang sempit.
Namun demikian, apabila mikroorganisme tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka
ancaman berikutnya adalah terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat
membunuhnya. Dengan terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah
dijelaskan di atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi
terhenti.

3. Terhadap organisme dalam tanah
Kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak langsung terhadap kematian populasi dan
organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi yaitu merusak habitat dari
organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya lapisan serasah, juga bisa
menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat dan iklim mikro. Kebakaran hutan
menyebabkan bahan makanan untuk organisme menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah
mudah mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini
kemungkinan menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang sangat besar dalam
habitat. Efek negatif ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme tanah akhirnya
kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisika, kimia dan biologi tanah pada
hutan dan hutan yang sudah dibuka pada daerah Buffer Zone dan Resort Sei Betung pada
Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan April hingga Mei 2011. Penelitian ini
mengambil 12 titik sampel tanah sebagai bahan penelitian, yaitu 6 sampel pada hutan asli dan
6 sampel pada hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian. Metode yang digunakan
adalah Survei Bebas tingkat survei semi detail dan analisis data kandungan bahan organik
tanah dengan metode Walkley and Black, hara Nitrogen total tanah dengan metode
Kjeldhalterm, Tekstur tanah dengan metode Hidrometer, pH tanah dengan metode
Elektrometri, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan metode Ekstraksi NH4OAc pH 7 serta
nisbah C/N tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik
digolongkan dalam 4 kriteria, yakni sangat rendah dan rendah (pada tanah hutan yang sudah
dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan), sedang dan tinggi (pada tanah
hutan alami). N-total tanah digolongkan dalam 3 kriteria, yakni rendah (pada tanah hutan
alami), sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami dan hutan yang sudah dibuka untuk lahan
pertanian tanaman musiman dan tahunan). Rasio C/N tanah digolongkan dalam 4 kriteria,
yakni sangat rendah (pada tanah hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman
musiman dan tahunan), rendah, sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami). pH tanah
digolongkan dalam 3 kriteria, yakni sangat masam, masam dan agak masam. Tekstur tanah
lebih dominan lempung berpasir. Kapasitas Tukar Kation tanah digolongkan dalam 1 kriteria,
yakni rendah (pada tanah hutan alami dan hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian
tanaman musiman dan tahunan)

Menteri Kesehatan RI, 2003 menyatakan bahwa kebakaran hutan menimbulkan
polutan udara yang dapat menyebabkan penyakit dan membahayakan kesehatan manusia.
Berbagai pencemar udara yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan, misalnya : debu dengan
ukuran partikel kecil (PM10 & PM2,5), gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran
pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
Selain itu juga dapat menimbulkan gangguan jarak pandang/ penglihatan, sehingga dapat
menganggu semua bentuk kegiatan di luar rumah. Gumpalan asap yang pedas akibat
kebakaran yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998 meliputi wilayah Sumatra dan
Kalimantan, juga Singapura dan sebagian dari Malaysia dan Thailand. Sekitar 75 juta orang
terkena gangguan kesehatan yang disebabkan oleh asap. (Cifor,2001).
Gambut yang terbakar di Indonesia melepas karbon lebih banyak ke atmosfir daripada
yang dilepaskan Amerika Serikat dalam satu tahun. Hal itu membuat Indonesia menjadi salah
satu pencemar lingkungan terburuk di dunia pada periode tersebut (Applegate, G. dalam
CIFOR, 2001).
Dampak kebakaran hutan 1997/98 bagi ekosistem direvisi karena perubahan
perhitungan luas kebakaran yang ditemukan. Taconi, 2003 menyebutkan bahwa kebakaran
yang mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar 1,62-2,7
miliar dolar. Biaya akibat pencemaran kabut asap sekitar 674-799 juta dolar; biaya ini
kemungkinan lebih tinggi karena perkiraan dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di
Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon menunjukkan bahwa
kemungkinan biayanyamencapai2,8 miliar dolar.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu
dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan
sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan
peraturan pemerintah.
Kebakaran merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumberdaya hutan dan akhirakhir ini makin sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan
dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan
pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh
karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan
masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.
B. Saran
Melihat dari akibat kebakaran hutan diatas, maka dari itu kita sebagai manusia hendaknya
bisa menjaga hutan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan