RPJP kabupaten probolinggo
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
I–1
1.2 Maksud dan Tujuan
I–3
1.3 Landasan Hukum
I–3
1.4 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan
I–5
Lainnya
I–6
1.5 Sistematika Penulisan
B AB
KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
II
2.1 Kondisi dan Analisis
II – 1
2.1.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.1.1 Geomorfologi
II – 1
II – 1
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah
II – 1
B. Topografi
II – 2
C. Hidrologi
II – 5
D. Klimatologi
II – 6
2.1.1.2 Lingkungan Hidup
II – 6
A. Kawasan Budidaya
II – 9
B. Kawasan Lindung
II – 11
C. Kawasan Rawan Bencana
II – 12
2.1.2 Demografi
II – 13
2.1.3 Ekonomi dan Sumberdaya Alam
II – 18
II – 18
2.1.3.1 Ekonomi
A. Industri
II – 20
B. Pariwisata
II – 22
2.1.3.2 Sumberdaya Alam
II – 24
A. Sumber Daya Alam Tidak Terbarukan
II – 24
B. Sumberdaya Alam Terbarukan
II – 25
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
Hasil Pertanian
II – 25
Hasil Perkebunan
II – 28
Hasil Kehutanan
II – 31
Hasil Peternakan
II – 31
i
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Hasil Perikanan dan Kelautan
2.1.4 Sosial Budaya dan Politik
2.1.4.1 Sosial Budaya
II – 32
II – 33
II – 33
A. Agama
II – 35
B. Pendidikan
II – 36
C. Kesehatan
II – 39
D. Sosial Lainnya
II – 42
II – 43
2.1.4.2 Politik
2.1.5 Prasarana dan Sarana
2.1.5.1 Transportasi dan Perhubungan
II – 44
2.1.5.2 Telekomunikasi dan Informasi
II – 45
2.1.5.3 Listrik, Air Bersih, dan Drainase
II – 46
2.1.6 Pemerintahan
II – 48
2.1.7 Tata Ruang dan Kewilayahan
II – 52
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah
II – 54
II – 57
BAB
VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
III
3.1 Visi
III – 1
3.2 Misi
III – 2
3.3 Arah Pembangunan Daerah
III – 4
3.3.1 Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Tahun
III – 4
2005–2025
3.3.2 Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–
III – 8
2025
3.3.3 Tahapan dan Skala Prioritas
BAB
IV – 1
PENUTUP
IV
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
III – 17
ii
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, lebih
mengutamakan
pelaksanaan
desentralisasi
yang
memberikan
keleluasaan dan sebagian besar kewenangan kepada daerah untuk
penyelenggaraan otonomi daerah, kewenangan untuk menentukan dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi.
Terselenggaranya kepemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita
bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas,
dan
nyata
sehingga
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna,
berhasilguna, bersih, dan bertanggungjawab (akuntabel).
Pelaksanaan
desentralisasi
dilakukan
dalam
rangka
pengintegrasian Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Sistem
Pembangunan Nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam hal ini
setiap Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun dokumen perencanaan
daerah, yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah.
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
(RPJP)
Daerah
Kabupaten Probolinggo disusun dalam upaya mengantisipasi arah
pembangunan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun kedepan, yaitu
periode 2005
2025 berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta
kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
Nasional.
Oleh
karena
itu,
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Kabupaten Probolinggo harus disusun secara terencana, terarah, terpadu,
sistematis, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dengan
memperhatikan kondisi, potensi dan proyeksi kemampuan sumber daya
daerah,
mengoptimalkan
partisipasi
masyarakat,
serta
menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar fungsi pemerintahan
dan antara Daerah serta Pusat.
Dokumen RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo bersifat makro
yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah,
yang proses penyusunannya dilakukan secara partisipasif dengan
melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo periode
2005
2025 adalah sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan
daerah
guna
mewujudkan
visi,misi,
tujuan,
sasaran
dan
arah
pembangunan jangka panjang sesuai kewenangan daerah. RPJP Daerah
juga
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
penyusunan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan penyusunan
pembangunan tahunan Kabupaten Probolinggo.
Sedangkan
tujuan
penyusunan
RPJP
Daerah
Kabupaten
Probolinggo adalah:
1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan;
2. Menciptakan sinkronisasi dan sinergi antar fungsi dan antar daerah
baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Nasional;
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
4. Meningkatkan penggunaan sumber daya yang efektif, efisien,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan secara merata;
5. Menjaga keberlanjutan pembangunan yang dilaksanakan per-lima
tahunan.
1.3 Landasan Hukum
Landasan
hukum
dan
operasional
penyusunan
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Probolinggo
adalah:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
4. Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2004
tentang
tentang
Sistem
Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
5. Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004,
Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
8. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005
2025;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 19 Tahun 2000
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo
Tahun 2000 – 2010;
10. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tahun
2005 Tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan
RPJM Daerah.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1.4 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Penggambaran keterkaitan RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo
dengan dokumen perencanaan lainnya mengacu pada Undang - Undang
Pemerintah Pusat
Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 5, seperti ditunjukkan Gambar 1.1 berikut ini:
Visi misi& program
presiden
Renstra
KL
Pedoman
Renja
KL
Pedoman
RPJM
Nasional
Jabaran
RKP
RPJMP
Nasional
Pemerintah Daerah
Acuan
RPJMP
Daerah
Penyerasian melalui
musrenbang
Diperhatikan
Pedoman
RPJM
Daerah
Visi, misi & program
kepala daerah
Renstra
SKPD
Jabaran
RKPD
Pedoman
Renja
SKPD
Gambar 1.1.
Keterkaitan RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo
dengan dokumen perencanaan lainnya
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. RPJP
Daerah Kabupaten Probolinggo periode 2005 - 2025
mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Timur;
2. RPJP
Daerah
memperhatikan
Kabupaten
Probolinggo
keterkaitan
dengan
disusun
dengan
dokumen-dokumen
perencanaan pembangunan lainnya baik dokumen milik pemerintah
daerah sendiri maupun dokumen di tingkat Provinsi;
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
3. RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo merupakan penjabaran dari
visi,
misi,
dan
program
Kabupaten
Probolinggo
yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Propinsi Jawa Timur;
4. RPJM Daerah Kabupaten Probolinggo merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM
Nasional;
5. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu
pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
1.5 Sistematika Penulisan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
(RPJP)
Daerah
Kabupaten Probolinggo disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I
:
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
landasan hukum, hubungan RPJP Daerah dengan dokumen
perencanaan lainnya, dan sistematika penulisan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-6
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB II
:
KONDISI,
ANALISIS,
DAN
PREDIKSI
KONDISI
UMUM DAERAH
Bab ini berisi tentang kondisi dan analisis dari masingmasing aspek kehidupan seperti geomorfologi, lingkungan
hidup,
demografi,
ekonomi,
sumberdaya
alam,
sosial
budaya, politik, prasarana dan sarana daerah, pemerintahan,
serta tata ruang dan kewilayahan dengan menyertakan
prediksi kondisi umum daerah.
BAB III
:
VISI, MISi, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini berisi tentang visi, misI, dan arah pembangunan
daerah
Kabupaten
Probolinggo
dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yang ingin dicapai
BAB IV
:
PENUTUP
Bab ini berisi tentang penegasan kembali pentingnya RPJP
Daerah
sebagai
pedoman
bagi
seluruh
pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah
dan pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-7
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB II
KONDISI, ANALISIS
DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
2.1 Kondisi dan Analisis
2.1.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.1.1
Geomorfologi
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu Kabupaten yang
terletak di Provinsi Jawa Timur berada pada posisi 7º40΄ - 8º10΄ Lintang
Selatan (LS) dan 112º50΄ - 113º30΄ Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah
mencapai 1.696,17 km2. Batas-batas wilayah Kabupaten Probolinggo,
adalah:
- Sebelah Utara (7º40΄ LS)
: Selat Madura.
- Sebelah Timur (113º30΄ BT)
: Kabupaten Situbondo.
- Sebelah Barat (80º10΄ LS)
: Kabupaten Pasuruan.
- Sebelah Selatan (112º50΄ BT) : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Jember.
- Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat Daerah Otonom,
yaitu Kota Probolinggo.
Dari luas wilayah yang ada, pemanfaatan paling besar 513,80 Km
untuk tegal, 426,46 Km2 untuk hutan dan 373,13 Km2 untuk persawahan.
Sedangkan sisanya sebesar 383,38 Km2 bagi peruntukan lainnya yaitu
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
permukiman, perkebunan, tambak/kolam, sempadan sungai dan
pantai. Dalam jangka waktu 20 tahun yang akan datang distribusi
pemanfaatan tata ruang ini bisa berubah dengan adanya peningkatan
kebutuhan permukiman dengan perkembangan jumlah penduduk, untuk
kawasan industri (manufaktur maupun jasa) yang bisa mendesak turunnya
proporsi untuk pertanian. Dengan demikian perlu dipikirkan kualitas dari
rencana tata ruang yang lebih baik serta diterapkannya perundangan
penataan ruang sebagai payung kebijakan pemanfaatan ruang bagi semua
sektor. Oleh karena jika terjadi perubahan tata guna lahan perlu mengikuti
perencanaan tata ruang daerah/wilayah Kabupatan Probolinggo sampai 20
tahun kedepan.
B. Topografi
Secara topografi Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri-ciri fisik
yang menggambarkan kondisi geografis terdiri dari dataran rendah pada
bagian Utara, lereng-lereng gunung pada bagian Tengah dan dataran tinggi
pada bagian Selatan dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah
yang berbeda. Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung
membujur dari Barat ke Timur, yaitu Gunung Semeru, Gunung Argopuro,
Gunung Tengger dan Gunung Lamongan. Kabupaten Probolinggo terletak
pada ketinggian 0 – 2500 m di atas permukaan laut dengan temperatur
rata-rata 27ºC - 30ºC, sedangkan bagian Selatan yaitu Kecamatan
Sukapura, Sumber, Tiris dan Krucil udaranya relatif bertemperatur rendah.
Tanahnya berupa tanah vulkanis yang banyak mengandung mineral berasal
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dari ledakan gunung berapi yang berupa pasir dan batu, lumpur bercampur
dengan tanah liat yang berwarna kelabu kekuning-kuningan. Sifat tanah
semacam ini mempunyai tingkat kesuburan tinggi dan sangat cocok untuk
jenis tanaman sayur-sayuran (hortikultura) seperti di sekitar pegunungan
Tengger yang mempunyai ketinggian antara 750 – 2.500 m di atas
permukaan laut. Meskipun demikian perlu diwaspadai kemungkinan terjadi
bencana meletusnya gunung berapi, mengingat gunung Semeru masih aktif
dan kadang kala menyemburkan pasir seperti hujan pasir yang dapat
dirasakan juga oleh masyarakat Kabupaten Probolinggo.
Tanah yang membujur dari Barat ke Timur di bagian Selatan yang
berada di kaki pegunungan Argopuro dan berketinggian antara 150 – 750 m
di atas permukaan laut sangat cocok untuk tanaman kopi, buah-buahan
seperti durian, alpukat dan mangga. Wilayah Kecamatan yang sangat tepat
untuk tanaman buah-buahan ini adalah Kecamatan Krucil dan Tiris.
Kabupaten Probolinggo memang terkenal dengan buah mangga yang
merupakan tanaman musiman, sehingga kalau sedang musim, produksi
buah mangga sangat melimpah. Oleh karena buah ini tidak tahan lama,
maka perlu dipikirkan upaya untuk menggunakan buah mangga sebagai
bahan dasar untuk membuat berbagai makanan dan minuman yang
mempunyai nilai jual lebih tinggi, seperti selai, kripik, jus, dan dodol.
Bentuk permukaan daratan di kabupaten Probolinggo diklasifikasikan
atas tiga (3) jenis, yaitu:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1. Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 - 100 m diatas
permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai
Utara mulai dari Barat ke arah Timur. Dengan demikian keberadaan
laut
tersebut
cukup
potensi
untuk
meningkatkan
ekonomi
masyarakat, namun juga perlu mengamankan wilayah pesisir pantai
supaya tidak terjadi abrasi, yaitu dengan cara menanami bakau
sepanjang tepi pantai dan tidak diperkenankan adanya reklamasi
untuk lahan bangunan.
2. Daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 1.000 m diatas
permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah
sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta
pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.
3. Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari
permukaan air laut, daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu
sekitar Pegunungan Tengger dan di sebelah Tenggara yaitu disekitar
Pegunungan Argopuro.
Kondisi yang bervariasi tersebut telah memperkaya sumberdaya
alam, baik yang terdapat di darat, laut, dan udara dalam bentuk
keanekaragaman flora, fauna, sumberdaya mineral, dan sumberdaya air
yang diharapkan dapat didayagunakan secara optimal, bertanggung jawab
dan berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan pola penggunaan tanah menggambarkan mayoritas
untuk lahan pertanian dan sebagian untuk permukiman dan industri. Namun
perlu diperhatikan tata ruang yang disusun jangan sampai dalam
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
prakteknya
terjadi
perubahan
fungsi
lahan
yang
tidak
sesuai
peruntukkannya.
Selain itu di Kabupaten Probolinggo juga terdapat kawasan rawan
bencana berupa tanah longsor, seperti kawasan pantai, tanah gundul di
kawasan hutan lindung dan kawasan berkelerengan lebih dari 40 %. Hal ini
perlu diantisipasi supaya tidak menimbulkan bencana dikemudian hari.
Dengan
demikian, sebagian besar daratan digunakan untuk
penyediaan pangan dan kegiatan pertanian lainnya, hal ini menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor andalan masyarakat
Kabupaten Probolinggo.
C. Hidrologi
Menurut Dinas Pengairan Kabupaten Probolinggo, terdapat 25
sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang
adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 km sedangkan sungai terpendek
adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 km. Sungai yang paling lebar
adalah sungai Pancarlagas dengan lebar 50 m dan panjang 85,70 Km.
Sungai-sungai yang mempunyai debit air terkecil adalah sungai Pekalen
dengan debit 3.300 (ml/dt), panjang 35,10 Km dan lebar 35 m serta baku
lahan paling luas diairi 6.983 Ha. Sementara itu, terdapat areal irigasi yang
cukup luas, yaitu 35.031 Ha, sehingga membuka peluang bagi petani untuk
meningkatkan hasil produksinya. Namun untuk mempertahankan kondisi
tersebut perlu menjaga debit air yang stabil. Kenyataanya debit air
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
tergantung pada kemampuan tangkapan air di musim hujan dan kondisi
hutan di daerah hulu sungai. Untuk keperluan tersebut pemeliharaan sungai
perlu lebih diperhatikan, jangan sampai sempadan sungai dimanfaatkan
untuk kegiatan yang tidak selayaknya, misalnya adanya bangunan hunian di
kawasan yang seharusnya untuk peruntukan tanaman.
Selain sungai, di Kabupaten Probolinggo juga terdapat Danau/Ranu,
yaitu Danau/Ranu Segaran, Danau/Ranu Agung, dan Danau/Ranu Gedang,
yang sampai saat ini belum didayagunakan sebagaimana mestinya.
Danau/Ranu tersebut dapat meningkatkan aset Kabupaten Probolinggo jika
dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan sebagai daerah wisata maupun
untuk budidaya perikanan air tawar.
D. Klimatologi
Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis
khatulistiwa berarti daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap
tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau
berkisar pada bulan April hingga bulan Oktober dengan rata-rata curah
hujan ± 29,5 mm per hari hujan, sedangkan musim penghujan dari bulan
Oktober hingga April dengan rata-rata curah hujan ± 229 mm per hari hujan.
Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan
Maret dengan rata-rata ± 360 mm per hari hujan. Melihat rentang curah
hujan yang sangat besar perlu diwaspadai timbulnya banjir pada bulanbulan dengan curah hujan tertinggi. Diantara dua musim tersebut
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 6
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
terdapat musim pancaroba yang biasanya ditandai dengan tiupan angin
kering yang cukup kencang yang biasa disebut Angin Gending.
2.1.1.2
Lingkungan Hidup
Pembangunan
meningkatkan
bidang
pengelolaan
lingkungan
lingkungan
hidup
hidup
diarahkan
untuk
berkelanjutan.
Untuk
mewujudkan arah pembangunan bidang lingkungan hidup tersebut
ditetapkan strategi dan prioritas pembangunan bidang lingkungan hidup,
yaitu pengendalian dan pemulihan pencemaran udara, tanah, air pada
daerah yang memiliki industri bsar dan sedang sampai ke hilir.
Pembangunan yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia termasuk
di Kabupaten Probolinggo masih sering mengutamakan pencapaian tujuan
jangka pendek dan kurang mempertimbangkan keberlanjutannya dan
adanya daya dukung lingkungan. Keinginan untuk memperoleh keuntungan
ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan eksploitasi sumberdaya
alam (SDA) secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas
SDA dan lingkungan hidup termasuk terjadinya konflik pemanfaatan ruang
untuk berbagai peruntukannya. Penyebab terjadinya permasalahan tersebut
adalah (1) pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum
menggunakan
rencana
tata
ruang
sebagai
acuan
koordinasi
dan
sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah; (2) pemanfaatan
dan pengendalian tata ruang yang tidak konsisten, dan (3) belum adanya
kesepahaman
serta
komitmen
antar
pelaku
pembangunan
dalam
pengelolaan tata ruang.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 7
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Pengelolaan lingkungan hidup di wilayah pedesaan kabupaten
Probolinggo yang diarahkan melalui lima macam pengembangan, yaitu (1)
pengembangan
agropolitan
terutama
bagi
kawasan
yang
berbasis
pertanian; (2) peningkatan kapasitas SDM di pedesaan khususnya dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya; (3) pengembangan jaringan
infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan pedesaan dalam
upaya
menciptakan
keterkaitan
fisik,
sosial,
dan
ekonomi
yang
komplementer serta saling menguntungkan; (4) peningkatan akses
informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan
teknologi serta (5) pengembangan social capital dan human capital yang
belum tergali potensinya, sehingga kawasan pedesaan tidak semata-mata
mengandalkan sumberdaya alamnya saja.
Permasalahan yang dihadapi dari sektor lingkungan hidup, antara
lain (1) terbatasnya SDM aparatur yang berkualifikasi lingkungan hidup; (2)
adanya instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang belum
dapat diterapkan secara menyeluruh; (3) masih rendahnya kesadaran
masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup; (4)
belum optimalnya peran organisasi lingkungan hidup; (5) terjadinya
fenomena pembangunan oleh masyarakat yang tidak serasi dengan
rencana tata ruang, dan (6) masih adanya pelanggaran di bidang
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sedangkan permasalahan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup lainnya dibedakan menjadi pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup.
Penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan hidup, antara lain (1) aktifitas pembuangan air limbah industri di
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 8
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), namun demikian pada beberapa industri (pada saat tertentu) pernah
terjadi kualitas air limbahnya untuk beberapa parameter masih diatas
ambang baku mutu, antara lain pabrik tahu dan pabrik gula; (2) aktivitas
pembuangan air limbah dan sampah domestik ke sungai. Sedangkan
penyebab
terjadinya
kerusakan
lingkungan
hidup,
antara
lain
(1)
penebangan mangrove secara liar; (2) perusakan mangrove oleh pada
pencari cacing rofus; (3) aktivitas penambangan Bahan Galian Golongan C
yang tidak berwawasan lingkungan; (4) aktivitas penangkapan ikan dengan
menggunakan jaring pukat harimau yang menyebabkan kerusakan terumbu
karang; (5) aktivitas pengangkutan batu bara PLTU yang menimbulkan
ceceran di pantai secara akumulatif berpotensi mengganggu kehidupan
terumbu karang; (6) aktivitas produksi biomasa tanaman semusim pada
lahan dengan kelerengan > 45 % tanpa diikuti usaha konservasi lahan
(terasering).
Berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup, Kabupaten
Probolinggo terpisah menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan budidaya,
kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Terdapat juga satu
kawasan yang disebut dengan kawasan khusus, yaitu kawasan PLTU
Paiton, kawasan Pulau Gili Ketapang dan kawasan hortikultura (mangga
estate). Luas kawasan khusus ini adalah 1.550,00 Ha atau 0,91 % dari luas
wilayah Kabupaten Probolinggo
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 9
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
A. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya
alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Klasifikasi kawasan
budidaya meliputi kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan dengan jenis
peruntukan hutan 426,46 Km2, tegalan 513,80 Km2, serta persawahan
373,13 Km2. Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan
terbangun hanya meliputi 147,74 Km2 dari seluruh luas lahan. Pengaturan
zoning kawasan budidaya diarahkan untuk mengendalikan perkembangan
pemanfaatan ruang yang cenderung dapat berpengaruh negatif terhadap
lingkungan sekitar. Pengaturan zoning kawasan budidaya ini mencakup
pengembangan lokasi/kawasan industri, kawasan pertanian, kawasan
pariwisata,
kawasan
permukiman
perkotaan
dan
pedesaan.
Arah
pengembangan perindustrian direncanakan menyebar. Pengendalian untuk
kawasan ini dilakukan secara ketat agar tidak menimbulkan masalah
lingkungan (pencemaran). Pengembangan untuk kawasan ini hanya
diizinkan untuk kegiatan penunjang industri. Antara industri dan kegiatan
penunjang diberi jalur hijau yang berfungsi sebagai pemisah (barrier) dan
KDB maksimum sebesar 40 % dari tanah yang dimiliki.
Pengaturan zoning kawasan pertanian yang terdiri pertanian basah
dan pertanian kering adalah (1) untuk sawah pertanian basah perubahan
tidak boleh melebihi 50 % dari tanah yang ada di setiap kecamatan; (2)
untuk pertanian kering peralihan diijinkan untuk kegiatan yang memberi nilai
ekonomis tinggi dan tidak menimbulkan pencemaran, dan (3) untuk
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 10
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
perkebunan peralihan fungsinya diizinkan maksimum 5 % dari luas wilayah
perkebunan yang ada.
Pengaturan zoning kawasan pariwisata pada berbagai wilayah
kecamatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan atas kondisi dan
keindahan wisata tanpa perubahan fungsi. Sementara itu pengaturan
zoning kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan dikembangkan
sesuai dengan peran dan fungsinya yaitu konsep fleksibel zoning bagi
kawasan yang rawan perubahan dan mempunyai fungsi yang sangat
penting, sedangkan pada kawasan lainnya menggunakan konsep fixed
zoning.
B. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama
melindungi
kelestarian
lingkungan
hidup
yang
mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Salah satu
kawasan lindung yang perlu terus menerus dimantapkan adalah kawasan
suaka alam. Kawasan ini di Kabupaten Probolinggo telah ditetapkan sesuai
dengan arahan RTRW Provinsi Jawa Timur. Pada dasarnya pemantapan
kawasan ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan melindungi biota,
ekosistem,
ilmu
pengetahuan
dan
pembangunan
pada
umumnya.
Perlindungan kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka
margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah
pengungsian satwa.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 11
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Kawasan suaka alam selain untuk mempertahankan kelestarian
alam, juga berperan dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan
kegiatan wisata. Kegiatan ini tetap harus dipertahankan berdasarkan pada
konsepsi menjaga kawasan suaka alam, termasuk kawasan suaka alam
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Pengaturan zoning kawasan lindung dikendalikan secara ketat
sesuai dengan kondisi dan penambahan fungsi kawasan tersebut antara
lain (1) kawasan suaka alam dan pelestarian tidak ada perubahan fungsi,
sedangkan luas kawasan serta kegiatan tambahan berupa bangunan hanya
diizinkan untuk menunjang pariwisata; (2) kawasan hutan lindung mutlak
tidak diizinkan adanya perubahan fungsi kawasan selain hanya untuk
kawasan lindung; (3) kawasan lindung yang terdapat kawasan terbangun
penunjang pariwisata yang memiliki kelerengan tanah tinggi dibatasi
pengembangannya, kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan wisata
alam dan (4) kondisi pemanfaatan ruang di sepanjang daerah aliran sungai
pada sebagian kawasan telah dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman
atau pemanfaatan bahan galian pasir. Untuk melindungi kawasan ini, maka
kawasan yang belum digunakan sebagai kawasan budidaya harus tetap
dipertahankan dan tidak boleh terjadi perubahan fungsi.
Masalah yang timbul di dalam kawasan hutan lindung yang
terbentang di sepanjang aliran sungai adalah adanya perambahan hutan,
pemanfaatan hutan lindung menjadi tanah pertanian dan atau pemukiman
dan penambangan liar bahan galian pasir.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 12
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Pelestarian lingkungan hidup melalui pengaturan kawasan, terutama
untuk kawasan lindung dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan
kelestarian alam, pengendalian dan pencemaran udara, tanah, dan air.
Pengendalian tersebut perlu terus menerus dipantau, agar kualitas
lingkungan hidup di Kabupaten Probolinggo terjaga.
C. Kawasan Rawan Bencana
Penetapan kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo
bertujuan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang
disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan
manusia itu sendiri. Bencana yang dimaksudkan berupa tanah longsor,
termasuk didalamnya adalah wilayah rentan yaitu daerah-daerah yang
memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah gundul di kawasan
hutan lindung, serta kawasan bersudut lereng lebih dari 40 %. Kawasan
rawan bencana lainnya meliputi kawasan rawan gerakan tanah, rawan
letusan gunung berapi, rawan gempa bumi, dan rawan angin topan.
Kawasan rawan bencana erosi pada umumnya terdapat di bagian
wilayah Selatan yang merupakan daerah dataran tinggi. Berdasarkan
sumber yang berasal dari Kantor Pertanahan Kabupaten Probolinggo
bahwa daerah yang memiliki tingkat kemiringan tanah lebih dari 40 % cukup
tinggi, yaitu seluas 35 % dari seluruh luas daerah Kabupaten Probolinggo.
Masalah yang bisa timbul untuk kawasan rawan bencana adalah
adanya ancaman erosi untuk 40 % luas daerah Kabupaten Probolinggo
yang dapat menurunkan produktifitas hasil produksi wilayah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 13
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2.1.2 Demografi
Penduduk Kabupaten Probolinggo sebagian besar berasal dari suku
Madura karena wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang
sebagian besar hidup sebagai nelayan. Berdasarkan sebaran penduduk
menunjukkan 72,6 % tinggal di pedesaan sedangkan sisanya sebesar 27,4
% tinggal di perkotaan.
Berdasarkan hasil susenas tahun 2000, Kabupaten Probolinggo
memiliki penduduk sebesar 1.004.967 jiwa jiwa dengan pertumbuhan
penduduk sebesar 0,95% dan hasil survey Sosial dan Ekonomi Nasionan
(Susenas) Tahun 2004, jumlah penduduk menjadi sebesar Rp. 1.043.971
Jiwa yang berarti laju penduduk sebesar 0,96%.
Kondisi ini diikuti pula dengan peningkatan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 3,8 % pada tahun 2004. Peningkatan laju pertumbuhan
penduduk dan kepadatan penduduk disamping karena penambahan angka
kelahiran juga disebabkan oleh migrasi dari daerah sekitarnya, karena
Probolinggo merupakan pusat Wilayah Pembangunan (WP) Probolinggo –
Lumajang. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,96 % per tahun,
maka diperkirakan dalam jarak waktu 20 tahun ke depan akan bertambah
sebesar 25 %. Dengan bertambahnya jumlah penduduk sebesar 270.000
(angka kelahiran tetap) berarti kebutuhan perumahan bertambah sebanyak
± 70.000 unit, penyediaan air bersih juga ikut bertambah dan demikian pula
perlu adanya penciptaan lapangan pekerjaan baru, karena bertambahnya
proporsi penduduk usia produktif pada periode tersebut. Meningkatnya
jumlah penduduk ini bila tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 14
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
proporsional akan menimbulkan semakin tingginya tingkat pengangguran
dan kemiskinan.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan
adalah melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM didefinisikan
sebagai indeks komposit yang disusun dari tiga indikator, yaitu lama hidup
yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir, pendidikan yang
diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
penduduk usia 15 tahun ke atas dan standar hidup yang di ukur dengan
pengeluaran per kapita (PPP Rupiah). IPM sebagai nilai komposit dapat
menunjukkan seberapa besar tingkatan pembangunan manusia dapat
dicapai. Selain itu IPM juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
bagi perencanaan pengembangan peningkatan sumberdaya manusia
(SDM).
IPM Kabupaten
Probolinggo
selama
5 tahun
terakhir terus
mengalami kenaikan yang cukup berarti. Besar IPM tahun 2004 sebesar
58,53. Peningkatan ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan
pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik,
yang hal ini tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya, yaitu
Indeks Harapan Hidup sebesar 59,12, Indeks Pendidikan sebesar 60,53,
dan Indeks Daya Beli Masyarakat sebesar 55,93. Namun, IPM Kabupaten
Probolinggo masih lebih kecil dari IPM Jawa Timur yang besarnya 64,49.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya pemberdayaan
berkelanjutan untuk SDM Kabupaten Probolinggo.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 15
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kabupaten Probolinggo
dalam angka, jumlah murid yang menempuh pendidikan (SD, SMA, dan
SMA) semakin meningkat yang diikuti dengan peningkatan rasio guru dan
murid. Sementara itu apabila ditinjau dari kesehatan, ditunjukkan bahwa
terdapatnya penurunan balita dan ibu melahirkan.
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kependudukan
adalah persebaran penduduk yang tidak merata bahwa sebagian besar
penduduk dengan kepadatan tinggi tinggal di sekitar perkotaan, sedangkan
penduduk dengan kepadatan rendah tinggal di daerah pedesaan. Hal ini
menimbulkan permasalahan bagi pembangunan wilayah yaitu terjadi
ketidakseimbangan pertumbuhan pembangunan antara daerah pusat kota
dengan daerah pedesaan. Tantangan kependudukan untuk tahun 2005
adalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran
penduduk, kualitas penduduk, serta penyediaan sarana dan prasarana
untuk menunjang kehidupan penduduk.
Struktur penduduk berdasarkan jumlah pencari kerja pada tahun
2004 tercatat 1.061 orang yang terdiri dari laki-laki 569 orang dan
perempuan 492 orang.
Jumlah pencari kerja ini sebatas yang terekam
lewat kantor tenaga kerja. Diyakini jumlah pencari kerja sebenarnya lebih
besar dari angka tersebut karena banyak yang tidak mendaftar ke kantor
tenaga kerja. Dibandingkan dengan tahun 2003 jumlah pencari kerja ini
mengalami kenaikan yang cukup tajam, yaitu 60 %. Jumlah lowongan
yang tersedia untuk Tahun 2004 hanya 145 orang atau turun sebesar 326%
dari Tahun lalu. Sedangkan besaran penempatan kerja di Tahun 2004
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 16
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
hanya mencapai 2,19% dari seluruh pencari kerja dengan kata lain
mengalami penurunan sekitar 5% dibanding Tahun lalu.
Berdasarkan struktur umur dengan pertumbuhan rata-rata usia
produktif 0,21 % pertahun, penduduk usia produktif pada tahun 2025
diproyeksikan akan mencapai 994.232 penduduk atau sekitar 82 % dari
jumlah penduduk pada tahun 2025. Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan
penduduk
usia
produktif
Indonesia
sebesar
40
%.
Jumlah
ini
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan penduduk usia produktif, sehingga
penanganan
untuk penyediaan
kesempatan
kerja
harus mendapat
perhatian lebih besar karena adanya kecenderungan peningkatan usia
produktif yang masuk pasar kerja.
Berdasarkan hasil sensus ekonomi tahun 2004 di Kabupaten
Probolinggo terdapat 138.382 Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah
anggota rumah tangga sebanyak 421.795 jiwa. Adapun kecamatan yang
memiliki jumlah rumah tangga miskin terbesar yaitu kecamatan besuk
terdapat 11.087 RTM dengan jumlah anggota sebanyak 32.306 jiwa. Hal ini
menunjukkan
bahwa
Kabupaten
Probolinggo
masih
diperlukannya
penanganan lebih intensif yang dilakukan secara berkala untuk mengatasi
masalah kemiskinan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat, karena hal ini berkaitan dengan masalah mutu sumberdaya
manusia (SDM), hak asasi manusia (HAM) dan pemerataan kesejahteraan.
Permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pembangunan
bidang
kependudukan antara lain (1) tingginya laju pertumbuhan penduduk; (2)
cenderung meningkatnya jumlah rumah tangga miskin; dan (3) tingkat
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 17
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kesadaran masyarakat untuk memiliki dokumen penduduk (KTP, KK, aktaakta Catatan Sipil) masih rendah.
2.1.3 Ekonomi dan Sumberdaya Alam
2.1.3.1
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari
aktifitas perekonomian masyarakat di Kabupaten Probolinggo yang juga
digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
pembangunan. Berdasarkan indikator Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000, pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Probolinggo
sampai
Tahun
2004
mengalami
pertumbuhan sebesar 4,51% dengan PDRB atas dasar harga konstan
mencapai Rp. 4.894.000.000,9. Namun dibandingkan dengan kondisi
sebelum krisis ekonomi pertumbuhan ini masih belum kembali seperti
semula
Sementara itu indikator pertumbuhan ekonomi lainnya dapat di ukur
melalui pendapatan regional perkapita yang menunjukkan peningkatan
dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu dari Rp. 3.846.065,99 pada
tahun 2000
menjadi Rp. 5.925.277,24 pada tahun 2004.
Berdasarkan
trend yang ada, PDRB untuk lima tahun ke depan diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,23 % per tahun. Sedangkan
untuk pendapatan perkapita ADHB diharapkan tumbuh rata-rata sebesar
6,33 % per tahun.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 18
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Selanjutnya berdasarkan ADHB, sektor pertanian menyumbang
sekitar 33,81 % dari total nilai PDRB Kabupaten yang diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 24,73 % sedangkan sektor paling
kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,01 %.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo selalu berusaha meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memacu penggalian sumber
keuangan baru secara intensif, wajar dan tertib agar dana pembangunan
tidak terlalu tergantung dari Pemerintah Pusat. Secara umum PAD dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan jika pada tahun 2003 sebesar Rp.
23.705.403.724,18 menjadi sebesar Rp. 19.561.775.961,05 pada tahun
2004
yang
disebabkan
adanya
perubahan
obyek
pajak.
Apabila
dibandingkan dengan besarnya APBD Tahun 2004 yang sebesar Rp.
347.004.328.154 maka kontribusi PAD sebesar 5,52%. Sehingga keuangan
Kabupaten Probolinggo masih dapat dikatakan masih bergantung pada
Pemerintah Pusat.
Apabila ditinjau dari besarnya angka Daya Beli Masyarakat (DBM)
tercermin masih kurang kuatnya permintaan barang dan jasa yang di
dorong oleh peningkatan pengeluaran oleh para pelaku ekonomi, tetapi
secara umum pengeluaran kebanyakan masih cenderung terserap pada
konsumsi bukan pada investasi. DBM Kabupaten Probolinggo selama lima
tahun terakhir mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan nilai
pendapatan dan pengeluaran per kapita penduduk dan inflasi mata uang
rupiah. Besarnya DBM Kabupaten Probolinggo tahun 2004 adalah Rp
1.967.100,- per kapita per tahun, meningkat 11 % dari tahun 2003. Apabila
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 19
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dibandingkan dengan angka rata-rata DBM di Propinsi Jawa Timur sebesar
Rp. 1.756.200,- per kapita per tahun, menunjukkan bahwa DBM Kabupaten
Probolinggo sudah lebih baik. Hal ini diperkuat dengan besarnya Ideks
Daya Beli (IDB) Kabupaten Probolinggo tahun 2004 yang besarnya 58,56
masih lebih tinggi dari IDB Propinsi Jawa Timur.
Mencermati Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten
Probolinggo
menunjukkan
bahwa
realisasi
anggaran
pendapatan melebihi rencana yang telah ditargetkan di tahun 2004, dengan
besar
rencana
Rp.
344.821.879.000,-
dan
realisasi
sebesar
Rp.
345.887.858.145,05,-. Disamping itu anggaran belanja mengalami surplus,
yang berarti tingkat pendapatan melebihi jumlah yang dibelanjakan.
Walaupun demikian perlu dicatat bahwa surplus ini terjadi karena ada
sebagian kegiatan yang tidak terselesaikan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Apabila kegiatan tersebut bersifat kegiatan investasi Pemerintah
berarti surplus tersebut justru kurang membantu pertumbuhan ekonomi
daerah.
A. Industri
Berdasarkan hasil survei industri yang dilakukan Badan Pusat
Statistik (BPS), terjadi peningkatan jumlah perusahaan, tercatat 14 Industri
Besar dengan penyerapan tenaga kerja ± 1400 orang, 41 industri sedang
dengan penyerapan tenaga kerja 2.500 orang. Tiga jenis industri utama di
Kabupaten Probolinggo adalah industri kerajinan umum (39 %) diikuti oleh
industri pangan (37 %) dan yang terkecil adalah industri logam (3 %).
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 20
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Industri kerajinan merupakan jenis industri unggulan dari Kabupaten
Probolinggo, sehingga keberadaannya perlu untuk tetap dipertahankan.
Kerajinan kayu dalam bentuk mebelair memiliki nilai jual yang tinggi
terutama untuk pasar ekspor, karena memiliki kekhasan tersendiri, baik
dilihat bahan bakunya, yaitu umur kayu dan jenis kayu yang dipergunakan
maupun desain hasil produksinya.
Pengelolaan industri kerajinan diarahkan pada peningkatan kualitas
hasil produksi kerajinan, peningkatan usaha kelompok pengrajin dengan
fasilitas kredit lunak, penyebarluasan informasi pemasaran kepada
kelompok usaha. Sedangkan pengelolaan industri pengolahan diarahkan
pada penyiapan kawasan lokalisasi industri berorientasi pengolahan hasil
pertanian, peningkatan dan penggunaan teknologi pengolahan yang bebas
polusi.
Selama periode lima tahun terakhir investasi mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 5,3 % per tahun. Sedangkan produksi meningkat ratarata sebesar 1,7 % per tahun. Untuk masing-masing sektor peningkatan
yang terjadi adalah (1) Industri mesin, logam dan kimia untuk industri kecil
formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,3 % per tahun; (2)
Industri mesin, logam dan kimia untuk industri kecil non formal mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 3,3 %; (3) Industri Aneka untuk industri kecil
formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,2 %; (4) Industri Aneka
untuk industri kecil non formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,6
%, (5) Industri hasil pertanian dan kehutanan untuk industri kecil formal
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14 %.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 21
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan
data-data
diatas,
terlihat
bahwa
sektor
formal
mengalami kenaikan lebih besar daripada sektor non formal. Selain itu,
industri kecil juga mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan
industri menengah dan besar.
Jumlah industri kecil selama kurun waktu lima tahun terakhir
mengalami kenaikan rata-rata 3,8 %. Di sisi lain, jumlah tenaga kerja yang
terserap pada sektor industri kecil mengalami kenaikan rata-rata 3,3 %
selama lima tahun terakhir.
Kondisi Industri yang masuk kriteria baik
mengalami kenaikan rata-rata 1,5 % per tahun. Industri yang masuk kriteria
cukup, mengalami kenaikan rata-rata 17,4 %.
Walaupun perkembangan industri cukup menggembirakan, beberapa
masalah yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah yang berkaitan
dengan pasar yaitu produk yang dihasilkan masih berorientasi pada pasar
lokal, lemahnya inovasi-inovasi dalam networking (jejaring) yang justru
dituntut untuk memasuki pasar global dan masih sedikitnya pemanfaatan
komunikasi pasar melalui internet.
B. Pariwisata
Probolinggo mempunyai banyak obyek wisata, diantaranya Gunung
Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang dengan taman lautnya,
Pantai Bentar, Arung Jeram, Danau Ronggojalu, Ranu Segaran, dan
Sumber Air Panas yang terletak di Desa Tiris serta Candi Ketapang dan
Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu.
Selain itu
Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas,
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 22
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
diantaranya Kerapan Sapi, Tarian Kuda Kencak, Tari Kiprah Glipang, Tari
Slempang, Tari Pangore, Tari Rondojalu, dan seni budaya masyarakat
Tengger (Hari Raya Kasada).
Jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Probolinggo
menurun sebesar 16 % tahun 2003-2004 baik untuk wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara. Tujuan wisatawan sebanyak 64 % ke
Gunung Bromo, 32 % ke Gunung Bentar, 3,5 % ke Ronggojalu, dan 0,3 %
ke Air Terjun Madakaripura.
Penurunan jumlah wisatawan saat ini lebih disebabkan oleh adanya
lumpur Lapindo yang mengakibatkan sektor perekonomian Jawa Timur
mengalami penurunan yang tidak hanya di alami oleh Kabupaten
Probolinggo saja melainkan juga Kota dan Kabupaten lainnya di Jawa
Timur. Selama ini jalur pariwisata (road map) wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara mempunyai rute jalur pariwisata SurabayaMalang-Probolinggo-Bali.
Namun
sekarang
rute
pariwisata
tersebut
dialihkan menjadi Surabaya-Malang-Denpasar, dengan memakai jalur
penerbangan.
Beragamnya obyek wisata di Kabupaten Probolinggo belum
ditunjang dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai salah
satunya adalah sarana akomodasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi
adalah (1) terbatasnya sarana dan prasarana pariwisata utamanya pada
kawasan-kawasan
wisata
selain
Gunung
Bromo;
(2)
keterbatasan
kesadaran masyarakat dalam pengembangan pariwisata daerah; dan (3)
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 23
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kurangnya pemeliharaan, pelestarian dan pengembangan pariwisata
daerah.
2.1.3.2
Sumberdaya Alam
A. Sumberdaya Alam Tidak Terbarukan
Sumberdaya alam tidak terbarukan yang dimiliki oleh Kabupaten
Probolinggo berupa bahan-bahan tambang meliputi sirtu (pasir/tanah dan
batu-batuan). Kawasan pertambangan adalah kawasan yang mempunyai
potensi untuk usaha pertambangan yang meliputi pertambangan bahanbahan galian golongan C. Berdasarkan data dari Dispenda Kabupaten
Probolinggo terdapat beberapa hasil tambang di Kabupaten Probolinggo
yaitu batu gunung, pasir, tanah urug, dan pasir/krikil batu.
Luas areal
tambang batu gunung pada tahun 2001 adalah 61 Ha dan menurun menjadi
57 Ha pada tahun 2004. Penurunan ini diikuti dengan menurunnya jumlah
produksi sebesar 0,77 %. Tambang pasir yang dimiliki juga mengalami
penurunan hasil produksi sebesar 0,45 % dari tahun 2002 ke tahun 2004.
Kemudian besarnya luas areal tambang pasir/krikil batu dari tahun 2001 ke
tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,93 %.
Penurunan hasil tambang sirtu terjadi karena adanya pembatasan
lahan yang diperbolehkan untuk di tambang dari Pihak Pemerintah Daerah.
Pengelolaan sektor pertambangan ke depan diarahkan pada pembatasan
eksploitasi bahan tambang golongan C dalam luasan kawasan dan volume
terutama di Kecamatan Maron, Krejengan, Pajarakan, Pakuniran, dan
Kotaanyar.
Pembatasan eksploitasi terutama ditujukan pada usaha
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 24
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
penambangan yang tidak berijin. Disamping itu juga dilakukan pembinaan
dan penyuluhan secara berkala dan diawasi secara ketat. Hal ini dilakukan
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup akibat beban cemaran limbah
pada komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya,
dan kesehatan masyarakat. Selain itu untuk jangka 20 tahun ke depan
bahan tambang yang merupakan sumberdaya tidak terbarukan tidak dapat
diandalkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, karena itu perlu
dikelola secara efektif dan efisien sehingga penggunaannya lebih hemat,
sekaligus menjaga kelestariannya.
B. Sumberdaya Alam Terbarukan
Sumberdaya alam terbarukan di Kabupaten Probolinggo berasal dari
hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, serta perikanan dan
kelautan.
Hasil Pertanian
Berdasarkan karakteristik daerah ± 60 % mata pencaharian
penduduk bekerja di sektor pertanian. Pertanian tanaman pangan masih
merupakan sub sektor andalan dalam pembangunan di Kabupaten
Probolinggo. Tanaman pangan meliputi padi dan palawija yang terdiri dari
tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Secara
keseluruhan luas areal panen padi dan palawija tahun 2004 mengalami
penurunan sebesar 2,65 % dibandingkan tahun 2000 tapi hasil produksi
padi sejak tahun 2001 sampai dengan 2004 menunjukkan kenaikan sebesar
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 25
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
0,6 % dengan produksi padi perhektar yang mengalami kenaikan sebesar
0,03 % Tahun 2004.
Untuk produksi palawija, secara umum areal panen mengalami
penurunan yang diikuti dengan penurunan hasil produksinya untuk tahun
2004 dibandingkan tahun 2003. Untuk ubi kayu dan ubi jalar masing-masing
naik sebesar 56 % yakni mencapai 184.498 Ton. Meningkatnya produksi
palawija yang berupa ubi kayu dan ubi jalar menggambarkan bahwa petani
lebih memfokuskan pada tanaman palawija ini, di samping karena mudah
dalam melakukan budidaya juga dari segi biaya lebih murah, mereka juga
mengkonsumsinya sebagai pengganti beras apabila harga beras mahal
atau pada saat harga palawija tersebut sangat murah karena hasil produksi
melimpah
di
pasar.
Berdasarkan
peruntukan
lahan
di
Kabupaten
Probolinggo areal sawah seluas 38.509 Ha (22,7 %) lebih kecil dibanding
areal tegal seluas 52.801,95 Ha (31,1 %). Berarti penduduk lebih banyak
mengusahakan tanaman palawija dibanding padi.
Kabupaten Probolinggo terkenal sebagai sentra tanaman bawang
merah sebagai salah satu dari tanaman hortikultura yang dikembangkan.
Luas panen dan produktifitas tertinggi dicapai oleh Kecamatan Dringu, yaitu
sebesar 4.011 ha dengan produktifitas sebesar 135,68 kw/ha.
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
I–1
1.2 Maksud dan Tujuan
I–3
1.3 Landasan Hukum
I–3
1.4 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan
I–5
Lainnya
I–6
1.5 Sistematika Penulisan
B AB
KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
II
2.1 Kondisi dan Analisis
II – 1
2.1.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.1.1 Geomorfologi
II – 1
II – 1
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah
II – 1
B. Topografi
II – 2
C. Hidrologi
II – 5
D. Klimatologi
II – 6
2.1.1.2 Lingkungan Hidup
II – 6
A. Kawasan Budidaya
II – 9
B. Kawasan Lindung
II – 11
C. Kawasan Rawan Bencana
II – 12
2.1.2 Demografi
II – 13
2.1.3 Ekonomi dan Sumberdaya Alam
II – 18
II – 18
2.1.3.1 Ekonomi
A. Industri
II – 20
B. Pariwisata
II – 22
2.1.3.2 Sumberdaya Alam
II – 24
A. Sumber Daya Alam Tidak Terbarukan
II – 24
B. Sumberdaya Alam Terbarukan
II – 25
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
Hasil Pertanian
II – 25
Hasil Perkebunan
II – 28
Hasil Kehutanan
II – 31
Hasil Peternakan
II – 31
i
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Hasil Perikanan dan Kelautan
2.1.4 Sosial Budaya dan Politik
2.1.4.1 Sosial Budaya
II – 32
II – 33
II – 33
A. Agama
II – 35
B. Pendidikan
II – 36
C. Kesehatan
II – 39
D. Sosial Lainnya
II – 42
II – 43
2.1.4.2 Politik
2.1.5 Prasarana dan Sarana
2.1.5.1 Transportasi dan Perhubungan
II – 44
2.1.5.2 Telekomunikasi dan Informasi
II – 45
2.1.5.3 Listrik, Air Bersih, dan Drainase
II – 46
2.1.6 Pemerintahan
II – 48
2.1.7 Tata Ruang dan Kewilayahan
II – 52
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah
II – 54
II – 57
BAB
VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
III
3.1 Visi
III – 1
3.2 Misi
III – 2
3.3 Arah Pembangunan Daerah
III – 4
3.3.1 Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Tahun
III – 4
2005–2025
3.3.2 Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–
III – 8
2025
3.3.3 Tahapan dan Skala Prioritas
BAB
IV – 1
PENUTUP
IV
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
III – 17
ii
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, lebih
mengutamakan
pelaksanaan
desentralisasi
yang
memberikan
keleluasaan dan sebagian besar kewenangan kepada daerah untuk
penyelenggaraan otonomi daerah, kewenangan untuk menentukan dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi.
Terselenggaranya kepemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita
bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas,
dan
nyata
sehingga
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna,
berhasilguna, bersih, dan bertanggungjawab (akuntabel).
Pelaksanaan
desentralisasi
dilakukan
dalam
rangka
pengintegrasian Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Sistem
Pembangunan Nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam hal ini
setiap Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun dokumen perencanaan
daerah, yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah.
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
(RPJP)
Daerah
Kabupaten Probolinggo disusun dalam upaya mengantisipasi arah
pembangunan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun kedepan, yaitu
periode 2005
2025 berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta
kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
Nasional.
Oleh
karena
itu,
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Kabupaten Probolinggo harus disusun secara terencana, terarah, terpadu,
sistematis, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dengan
memperhatikan kondisi, potensi dan proyeksi kemampuan sumber daya
daerah,
mengoptimalkan
partisipasi
masyarakat,
serta
menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar fungsi pemerintahan
dan antara Daerah serta Pusat.
Dokumen RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo bersifat makro
yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah,
yang proses penyusunannya dilakukan secara partisipasif dengan
melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo periode
2005
2025 adalah sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan
daerah
guna
mewujudkan
visi,misi,
tujuan,
sasaran
dan
arah
pembangunan jangka panjang sesuai kewenangan daerah. RPJP Daerah
juga
digunakan
sebagai
pedoman
dalam
penyusunan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan penyusunan
pembangunan tahunan Kabupaten Probolinggo.
Sedangkan
tujuan
penyusunan
RPJP
Daerah
Kabupaten
Probolinggo adalah:
1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan;
2. Menciptakan sinkronisasi dan sinergi antar fungsi dan antar daerah
baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Nasional;
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
4. Meningkatkan penggunaan sumber daya yang efektif, efisien,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan secara merata;
5. Menjaga keberlanjutan pembangunan yang dilaksanakan per-lima
tahunan.
1.3 Landasan Hukum
Landasan
hukum
dan
operasional
penyusunan
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Probolinggo
adalah:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
4. Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2004
tentang
tentang
Sistem
Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
5. Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004,
Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
8. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005
2025;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 19 Tahun 2000
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo
Tahun 2000 – 2010;
10. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tahun
2005 Tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan
RPJM Daerah.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1.4 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Penggambaran keterkaitan RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo
dengan dokumen perencanaan lainnya mengacu pada Undang - Undang
Pemerintah Pusat
Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 5, seperti ditunjukkan Gambar 1.1 berikut ini:
Visi misi& program
presiden
Renstra
KL
Pedoman
Renja
KL
Pedoman
RPJM
Nasional
Jabaran
RKP
RPJMP
Nasional
Pemerintah Daerah
Acuan
RPJMP
Daerah
Penyerasian melalui
musrenbang
Diperhatikan
Pedoman
RPJM
Daerah
Visi, misi & program
kepala daerah
Renstra
SKPD
Jabaran
RKPD
Pedoman
Renja
SKPD
Gambar 1.1.
Keterkaitan RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo
dengan dokumen perencanaan lainnya
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. RPJP
Daerah Kabupaten Probolinggo periode 2005 - 2025
mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Timur;
2. RPJP
Daerah
memperhatikan
Kabupaten
Probolinggo
keterkaitan
dengan
disusun
dengan
dokumen-dokumen
perencanaan pembangunan lainnya baik dokumen milik pemerintah
daerah sendiri maupun dokumen di tingkat Provinsi;
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
3. RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo merupakan penjabaran dari
visi,
misi,
dan
program
Kabupaten
Probolinggo
yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Propinsi Jawa Timur;
4. RPJM Daerah Kabupaten Probolinggo merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM
Nasional;
5. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu
pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
1.5 Sistematika Penulisan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
(RPJP)
Daerah
Kabupaten Probolinggo disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I
:
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
landasan hukum, hubungan RPJP Daerah dengan dokumen
perencanaan lainnya, dan sistematika penulisan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-6
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB II
:
KONDISI,
ANALISIS,
DAN
PREDIKSI
KONDISI
UMUM DAERAH
Bab ini berisi tentang kondisi dan analisis dari masingmasing aspek kehidupan seperti geomorfologi, lingkungan
hidup,
demografi,
ekonomi,
sumberdaya
alam,
sosial
budaya, politik, prasarana dan sarana daerah, pemerintahan,
serta tata ruang dan kewilayahan dengan menyertakan
prediksi kondisi umum daerah.
BAB III
:
VISI, MISi, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini berisi tentang visi, misI, dan arah pembangunan
daerah
Kabupaten
Probolinggo
dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yang ingin dicapai
BAB IV
:
PENUTUP
Bab ini berisi tentang penegasan kembali pentingnya RPJP
Daerah
sebagai
pedoman
bagi
seluruh
pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah
dan pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
I-7
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB II
KONDISI, ANALISIS
DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
2.1 Kondisi dan Analisis
2.1.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.1.1
Geomorfologi
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu Kabupaten yang
terletak di Provinsi Jawa Timur berada pada posisi 7º40΄ - 8º10΄ Lintang
Selatan (LS) dan 112º50΄ - 113º30΄ Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah
mencapai 1.696,17 km2. Batas-batas wilayah Kabupaten Probolinggo,
adalah:
- Sebelah Utara (7º40΄ LS)
: Selat Madura.
- Sebelah Timur (113º30΄ BT)
: Kabupaten Situbondo.
- Sebelah Barat (80º10΄ LS)
: Kabupaten Pasuruan.
- Sebelah Selatan (112º50΄ BT) : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Jember.
- Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat Daerah Otonom,
yaitu Kota Probolinggo.
Dari luas wilayah yang ada, pemanfaatan paling besar 513,80 Km
untuk tegal, 426,46 Km2 untuk hutan dan 373,13 Km2 untuk persawahan.
Sedangkan sisanya sebesar 383,38 Km2 bagi peruntukan lainnya yaitu
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
permukiman, perkebunan, tambak/kolam, sempadan sungai dan
pantai. Dalam jangka waktu 20 tahun yang akan datang distribusi
pemanfaatan tata ruang ini bisa berubah dengan adanya peningkatan
kebutuhan permukiman dengan perkembangan jumlah penduduk, untuk
kawasan industri (manufaktur maupun jasa) yang bisa mendesak turunnya
proporsi untuk pertanian. Dengan demikian perlu dipikirkan kualitas dari
rencana tata ruang yang lebih baik serta diterapkannya perundangan
penataan ruang sebagai payung kebijakan pemanfaatan ruang bagi semua
sektor. Oleh karena jika terjadi perubahan tata guna lahan perlu mengikuti
perencanaan tata ruang daerah/wilayah Kabupatan Probolinggo sampai 20
tahun kedepan.
B. Topografi
Secara topografi Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri-ciri fisik
yang menggambarkan kondisi geografis terdiri dari dataran rendah pada
bagian Utara, lereng-lereng gunung pada bagian Tengah dan dataran tinggi
pada bagian Selatan dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah
yang berbeda. Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung
membujur dari Barat ke Timur, yaitu Gunung Semeru, Gunung Argopuro,
Gunung Tengger dan Gunung Lamongan. Kabupaten Probolinggo terletak
pada ketinggian 0 – 2500 m di atas permukaan laut dengan temperatur
rata-rata 27ºC - 30ºC, sedangkan bagian Selatan yaitu Kecamatan
Sukapura, Sumber, Tiris dan Krucil udaranya relatif bertemperatur rendah.
Tanahnya berupa tanah vulkanis yang banyak mengandung mineral berasal
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dari ledakan gunung berapi yang berupa pasir dan batu, lumpur bercampur
dengan tanah liat yang berwarna kelabu kekuning-kuningan. Sifat tanah
semacam ini mempunyai tingkat kesuburan tinggi dan sangat cocok untuk
jenis tanaman sayur-sayuran (hortikultura) seperti di sekitar pegunungan
Tengger yang mempunyai ketinggian antara 750 – 2.500 m di atas
permukaan laut. Meskipun demikian perlu diwaspadai kemungkinan terjadi
bencana meletusnya gunung berapi, mengingat gunung Semeru masih aktif
dan kadang kala menyemburkan pasir seperti hujan pasir yang dapat
dirasakan juga oleh masyarakat Kabupaten Probolinggo.
Tanah yang membujur dari Barat ke Timur di bagian Selatan yang
berada di kaki pegunungan Argopuro dan berketinggian antara 150 – 750 m
di atas permukaan laut sangat cocok untuk tanaman kopi, buah-buahan
seperti durian, alpukat dan mangga. Wilayah Kecamatan yang sangat tepat
untuk tanaman buah-buahan ini adalah Kecamatan Krucil dan Tiris.
Kabupaten Probolinggo memang terkenal dengan buah mangga yang
merupakan tanaman musiman, sehingga kalau sedang musim, produksi
buah mangga sangat melimpah. Oleh karena buah ini tidak tahan lama,
maka perlu dipikirkan upaya untuk menggunakan buah mangga sebagai
bahan dasar untuk membuat berbagai makanan dan minuman yang
mempunyai nilai jual lebih tinggi, seperti selai, kripik, jus, dan dodol.
Bentuk permukaan daratan di kabupaten Probolinggo diklasifikasikan
atas tiga (3) jenis, yaitu:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1. Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 - 100 m diatas
permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai
Utara mulai dari Barat ke arah Timur. Dengan demikian keberadaan
laut
tersebut
cukup
potensi
untuk
meningkatkan
ekonomi
masyarakat, namun juga perlu mengamankan wilayah pesisir pantai
supaya tidak terjadi abrasi, yaitu dengan cara menanami bakau
sepanjang tepi pantai dan tidak diperkenankan adanya reklamasi
untuk lahan bangunan.
2. Daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 1.000 m diatas
permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah
sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta
pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.
3. Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari
permukaan air laut, daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu
sekitar Pegunungan Tengger dan di sebelah Tenggara yaitu disekitar
Pegunungan Argopuro.
Kondisi yang bervariasi tersebut telah memperkaya sumberdaya
alam, baik yang terdapat di darat, laut, dan udara dalam bentuk
keanekaragaman flora, fauna, sumberdaya mineral, dan sumberdaya air
yang diharapkan dapat didayagunakan secara optimal, bertanggung jawab
dan berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan pola penggunaan tanah menggambarkan mayoritas
untuk lahan pertanian dan sebagian untuk permukiman dan industri. Namun
perlu diperhatikan tata ruang yang disusun jangan sampai dalam
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
prakteknya
terjadi
perubahan
fungsi
lahan
yang
tidak
sesuai
peruntukkannya.
Selain itu di Kabupaten Probolinggo juga terdapat kawasan rawan
bencana berupa tanah longsor, seperti kawasan pantai, tanah gundul di
kawasan hutan lindung dan kawasan berkelerengan lebih dari 40 %. Hal ini
perlu diantisipasi supaya tidak menimbulkan bencana dikemudian hari.
Dengan
demikian, sebagian besar daratan digunakan untuk
penyediaan pangan dan kegiatan pertanian lainnya, hal ini menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor andalan masyarakat
Kabupaten Probolinggo.
C. Hidrologi
Menurut Dinas Pengairan Kabupaten Probolinggo, terdapat 25
sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang
adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 km sedangkan sungai terpendek
adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 km. Sungai yang paling lebar
adalah sungai Pancarlagas dengan lebar 50 m dan panjang 85,70 Km.
Sungai-sungai yang mempunyai debit air terkecil adalah sungai Pekalen
dengan debit 3.300 (ml/dt), panjang 35,10 Km dan lebar 35 m serta baku
lahan paling luas diairi 6.983 Ha. Sementara itu, terdapat areal irigasi yang
cukup luas, yaitu 35.031 Ha, sehingga membuka peluang bagi petani untuk
meningkatkan hasil produksinya. Namun untuk mempertahankan kondisi
tersebut perlu menjaga debit air yang stabil. Kenyataanya debit air
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
tergantung pada kemampuan tangkapan air di musim hujan dan kondisi
hutan di daerah hulu sungai. Untuk keperluan tersebut pemeliharaan sungai
perlu lebih diperhatikan, jangan sampai sempadan sungai dimanfaatkan
untuk kegiatan yang tidak selayaknya, misalnya adanya bangunan hunian di
kawasan yang seharusnya untuk peruntukan tanaman.
Selain sungai, di Kabupaten Probolinggo juga terdapat Danau/Ranu,
yaitu Danau/Ranu Segaran, Danau/Ranu Agung, dan Danau/Ranu Gedang,
yang sampai saat ini belum didayagunakan sebagaimana mestinya.
Danau/Ranu tersebut dapat meningkatkan aset Kabupaten Probolinggo jika
dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan sebagai daerah wisata maupun
untuk budidaya perikanan air tawar.
D. Klimatologi
Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis
khatulistiwa berarti daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap
tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau
berkisar pada bulan April hingga bulan Oktober dengan rata-rata curah
hujan ± 29,5 mm per hari hujan, sedangkan musim penghujan dari bulan
Oktober hingga April dengan rata-rata curah hujan ± 229 mm per hari hujan.
Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan
Maret dengan rata-rata ± 360 mm per hari hujan. Melihat rentang curah
hujan yang sangat besar perlu diwaspadai timbulnya banjir pada bulanbulan dengan curah hujan tertinggi. Diantara dua musim tersebut
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 6
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
terdapat musim pancaroba yang biasanya ditandai dengan tiupan angin
kering yang cukup kencang yang biasa disebut Angin Gending.
2.1.1.2
Lingkungan Hidup
Pembangunan
meningkatkan
bidang
pengelolaan
lingkungan
lingkungan
hidup
hidup
diarahkan
untuk
berkelanjutan.
Untuk
mewujudkan arah pembangunan bidang lingkungan hidup tersebut
ditetapkan strategi dan prioritas pembangunan bidang lingkungan hidup,
yaitu pengendalian dan pemulihan pencemaran udara, tanah, air pada
daerah yang memiliki industri bsar dan sedang sampai ke hilir.
Pembangunan yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia termasuk
di Kabupaten Probolinggo masih sering mengutamakan pencapaian tujuan
jangka pendek dan kurang mempertimbangkan keberlanjutannya dan
adanya daya dukung lingkungan. Keinginan untuk memperoleh keuntungan
ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan eksploitasi sumberdaya
alam (SDA) secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas
SDA dan lingkungan hidup termasuk terjadinya konflik pemanfaatan ruang
untuk berbagai peruntukannya. Penyebab terjadinya permasalahan tersebut
adalah (1) pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum
menggunakan
rencana
tata
ruang
sebagai
acuan
koordinasi
dan
sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah; (2) pemanfaatan
dan pengendalian tata ruang yang tidak konsisten, dan (3) belum adanya
kesepahaman
serta
komitmen
antar
pelaku
pembangunan
dalam
pengelolaan tata ruang.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 7
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Pengelolaan lingkungan hidup di wilayah pedesaan kabupaten
Probolinggo yang diarahkan melalui lima macam pengembangan, yaitu (1)
pengembangan
agropolitan
terutama
bagi
kawasan
yang
berbasis
pertanian; (2) peningkatan kapasitas SDM di pedesaan khususnya dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya; (3) pengembangan jaringan
infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan pedesaan dalam
upaya
menciptakan
keterkaitan
fisik,
sosial,
dan
ekonomi
yang
komplementer serta saling menguntungkan; (4) peningkatan akses
informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan
teknologi serta (5) pengembangan social capital dan human capital yang
belum tergali potensinya, sehingga kawasan pedesaan tidak semata-mata
mengandalkan sumberdaya alamnya saja.
Permasalahan yang dihadapi dari sektor lingkungan hidup, antara
lain (1) terbatasnya SDM aparatur yang berkualifikasi lingkungan hidup; (2)
adanya instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang belum
dapat diterapkan secara menyeluruh; (3) masih rendahnya kesadaran
masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup; (4)
belum optimalnya peran organisasi lingkungan hidup; (5) terjadinya
fenomena pembangunan oleh masyarakat yang tidak serasi dengan
rencana tata ruang, dan (6) masih adanya pelanggaran di bidang
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sedangkan permasalahan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup lainnya dibedakan menjadi pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup.
Penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan hidup, antara lain (1) aktifitas pembuangan air limbah industri di
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 8
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), namun demikian pada beberapa industri (pada saat tertentu) pernah
terjadi kualitas air limbahnya untuk beberapa parameter masih diatas
ambang baku mutu, antara lain pabrik tahu dan pabrik gula; (2) aktivitas
pembuangan air limbah dan sampah domestik ke sungai. Sedangkan
penyebab
terjadinya
kerusakan
lingkungan
hidup,
antara
lain
(1)
penebangan mangrove secara liar; (2) perusakan mangrove oleh pada
pencari cacing rofus; (3) aktivitas penambangan Bahan Galian Golongan C
yang tidak berwawasan lingkungan; (4) aktivitas penangkapan ikan dengan
menggunakan jaring pukat harimau yang menyebabkan kerusakan terumbu
karang; (5) aktivitas pengangkutan batu bara PLTU yang menimbulkan
ceceran di pantai secara akumulatif berpotensi mengganggu kehidupan
terumbu karang; (6) aktivitas produksi biomasa tanaman semusim pada
lahan dengan kelerengan > 45 % tanpa diikuti usaha konservasi lahan
(terasering).
Berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup, Kabupaten
Probolinggo terpisah menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan budidaya,
kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Terdapat juga satu
kawasan yang disebut dengan kawasan khusus, yaitu kawasan PLTU
Paiton, kawasan Pulau Gili Ketapang dan kawasan hortikultura (mangga
estate). Luas kawasan khusus ini adalah 1.550,00 Ha atau 0,91 % dari luas
wilayah Kabupaten Probolinggo
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 9
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
A. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya
alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Klasifikasi kawasan
budidaya meliputi kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan dengan jenis
peruntukan hutan 426,46 Km2, tegalan 513,80 Km2, serta persawahan
373,13 Km2. Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan
terbangun hanya meliputi 147,74 Km2 dari seluruh luas lahan. Pengaturan
zoning kawasan budidaya diarahkan untuk mengendalikan perkembangan
pemanfaatan ruang yang cenderung dapat berpengaruh negatif terhadap
lingkungan sekitar. Pengaturan zoning kawasan budidaya ini mencakup
pengembangan lokasi/kawasan industri, kawasan pertanian, kawasan
pariwisata,
kawasan
permukiman
perkotaan
dan
pedesaan.
Arah
pengembangan perindustrian direncanakan menyebar. Pengendalian untuk
kawasan ini dilakukan secara ketat agar tidak menimbulkan masalah
lingkungan (pencemaran). Pengembangan untuk kawasan ini hanya
diizinkan untuk kegiatan penunjang industri. Antara industri dan kegiatan
penunjang diberi jalur hijau yang berfungsi sebagai pemisah (barrier) dan
KDB maksimum sebesar 40 % dari tanah yang dimiliki.
Pengaturan zoning kawasan pertanian yang terdiri pertanian basah
dan pertanian kering adalah (1) untuk sawah pertanian basah perubahan
tidak boleh melebihi 50 % dari tanah yang ada di setiap kecamatan; (2)
untuk pertanian kering peralihan diijinkan untuk kegiatan yang memberi nilai
ekonomis tinggi dan tidak menimbulkan pencemaran, dan (3) untuk
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 10
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
perkebunan peralihan fungsinya diizinkan maksimum 5 % dari luas wilayah
perkebunan yang ada.
Pengaturan zoning kawasan pariwisata pada berbagai wilayah
kecamatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan atas kondisi dan
keindahan wisata tanpa perubahan fungsi. Sementara itu pengaturan
zoning kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan dikembangkan
sesuai dengan peran dan fungsinya yaitu konsep fleksibel zoning bagi
kawasan yang rawan perubahan dan mempunyai fungsi yang sangat
penting, sedangkan pada kawasan lainnya menggunakan konsep fixed
zoning.
B. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama
melindungi
kelestarian
lingkungan
hidup
yang
mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Salah satu
kawasan lindung yang perlu terus menerus dimantapkan adalah kawasan
suaka alam. Kawasan ini di Kabupaten Probolinggo telah ditetapkan sesuai
dengan arahan RTRW Provinsi Jawa Timur. Pada dasarnya pemantapan
kawasan ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan melindungi biota,
ekosistem,
ilmu
pengetahuan
dan
pembangunan
pada
umumnya.
Perlindungan kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka
margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah
pengungsian satwa.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 11
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Kawasan suaka alam selain untuk mempertahankan kelestarian
alam, juga berperan dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan
kegiatan wisata. Kegiatan ini tetap harus dipertahankan berdasarkan pada
konsepsi menjaga kawasan suaka alam, termasuk kawasan suaka alam
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Pengaturan zoning kawasan lindung dikendalikan secara ketat
sesuai dengan kondisi dan penambahan fungsi kawasan tersebut antara
lain (1) kawasan suaka alam dan pelestarian tidak ada perubahan fungsi,
sedangkan luas kawasan serta kegiatan tambahan berupa bangunan hanya
diizinkan untuk menunjang pariwisata; (2) kawasan hutan lindung mutlak
tidak diizinkan adanya perubahan fungsi kawasan selain hanya untuk
kawasan lindung; (3) kawasan lindung yang terdapat kawasan terbangun
penunjang pariwisata yang memiliki kelerengan tanah tinggi dibatasi
pengembangannya, kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan wisata
alam dan (4) kondisi pemanfaatan ruang di sepanjang daerah aliran sungai
pada sebagian kawasan telah dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman
atau pemanfaatan bahan galian pasir. Untuk melindungi kawasan ini, maka
kawasan yang belum digunakan sebagai kawasan budidaya harus tetap
dipertahankan dan tidak boleh terjadi perubahan fungsi.
Masalah yang timbul di dalam kawasan hutan lindung yang
terbentang di sepanjang aliran sungai adalah adanya perambahan hutan,
pemanfaatan hutan lindung menjadi tanah pertanian dan atau pemukiman
dan penambangan liar bahan galian pasir.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 12
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Pelestarian lingkungan hidup melalui pengaturan kawasan, terutama
untuk kawasan lindung dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan
kelestarian alam, pengendalian dan pencemaran udara, tanah, dan air.
Pengendalian tersebut perlu terus menerus dipantau, agar kualitas
lingkungan hidup di Kabupaten Probolinggo terjaga.
C. Kawasan Rawan Bencana
Penetapan kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo
bertujuan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang
disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan
manusia itu sendiri. Bencana yang dimaksudkan berupa tanah longsor,
termasuk didalamnya adalah wilayah rentan yaitu daerah-daerah yang
memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah gundul di kawasan
hutan lindung, serta kawasan bersudut lereng lebih dari 40 %. Kawasan
rawan bencana lainnya meliputi kawasan rawan gerakan tanah, rawan
letusan gunung berapi, rawan gempa bumi, dan rawan angin topan.
Kawasan rawan bencana erosi pada umumnya terdapat di bagian
wilayah Selatan yang merupakan daerah dataran tinggi. Berdasarkan
sumber yang berasal dari Kantor Pertanahan Kabupaten Probolinggo
bahwa daerah yang memiliki tingkat kemiringan tanah lebih dari 40 % cukup
tinggi, yaitu seluas 35 % dari seluruh luas daerah Kabupaten Probolinggo.
Masalah yang bisa timbul untuk kawasan rawan bencana adalah
adanya ancaman erosi untuk 40 % luas daerah Kabupaten Probolinggo
yang dapat menurunkan produktifitas hasil produksi wilayah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 13
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2.1.2 Demografi
Penduduk Kabupaten Probolinggo sebagian besar berasal dari suku
Madura karena wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang
sebagian besar hidup sebagai nelayan. Berdasarkan sebaran penduduk
menunjukkan 72,6 % tinggal di pedesaan sedangkan sisanya sebesar 27,4
% tinggal di perkotaan.
Berdasarkan hasil susenas tahun 2000, Kabupaten Probolinggo
memiliki penduduk sebesar 1.004.967 jiwa jiwa dengan pertumbuhan
penduduk sebesar 0,95% dan hasil survey Sosial dan Ekonomi Nasionan
(Susenas) Tahun 2004, jumlah penduduk menjadi sebesar Rp. 1.043.971
Jiwa yang berarti laju penduduk sebesar 0,96%.
Kondisi ini diikuti pula dengan peningkatan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 3,8 % pada tahun 2004. Peningkatan laju pertumbuhan
penduduk dan kepadatan penduduk disamping karena penambahan angka
kelahiran juga disebabkan oleh migrasi dari daerah sekitarnya, karena
Probolinggo merupakan pusat Wilayah Pembangunan (WP) Probolinggo –
Lumajang. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,96 % per tahun,
maka diperkirakan dalam jarak waktu 20 tahun ke depan akan bertambah
sebesar 25 %. Dengan bertambahnya jumlah penduduk sebesar 270.000
(angka kelahiran tetap) berarti kebutuhan perumahan bertambah sebanyak
± 70.000 unit, penyediaan air bersih juga ikut bertambah dan demikian pula
perlu adanya penciptaan lapangan pekerjaan baru, karena bertambahnya
proporsi penduduk usia produktif pada periode tersebut. Meningkatnya
jumlah penduduk ini bila tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 14
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
proporsional akan menimbulkan semakin tingginya tingkat pengangguran
dan kemiskinan.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan
adalah melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM didefinisikan
sebagai indeks komposit yang disusun dari tiga indikator, yaitu lama hidup
yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir, pendidikan yang
diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
penduduk usia 15 tahun ke atas dan standar hidup yang di ukur dengan
pengeluaran per kapita (PPP Rupiah). IPM sebagai nilai komposit dapat
menunjukkan seberapa besar tingkatan pembangunan manusia dapat
dicapai. Selain itu IPM juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
bagi perencanaan pengembangan peningkatan sumberdaya manusia
(SDM).
IPM Kabupaten
Probolinggo
selama
5 tahun
terakhir terus
mengalami kenaikan yang cukup berarti. Besar IPM tahun 2004 sebesar
58,53. Peningkatan ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan
pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik,
yang hal ini tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya, yaitu
Indeks Harapan Hidup sebesar 59,12, Indeks Pendidikan sebesar 60,53,
dan Indeks Daya Beli Masyarakat sebesar 55,93. Namun, IPM Kabupaten
Probolinggo masih lebih kecil dari IPM Jawa Timur yang besarnya 64,49.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya pemberdayaan
berkelanjutan untuk SDM Kabupaten Probolinggo.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 15
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kabupaten Probolinggo
dalam angka, jumlah murid yang menempuh pendidikan (SD, SMA, dan
SMA) semakin meningkat yang diikuti dengan peningkatan rasio guru dan
murid. Sementara itu apabila ditinjau dari kesehatan, ditunjukkan bahwa
terdapatnya penurunan balita dan ibu melahirkan.
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kependudukan
adalah persebaran penduduk yang tidak merata bahwa sebagian besar
penduduk dengan kepadatan tinggi tinggal di sekitar perkotaan, sedangkan
penduduk dengan kepadatan rendah tinggal di daerah pedesaan. Hal ini
menimbulkan permasalahan bagi pembangunan wilayah yaitu terjadi
ketidakseimbangan pertumbuhan pembangunan antara daerah pusat kota
dengan daerah pedesaan. Tantangan kependudukan untuk tahun 2005
adalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran
penduduk, kualitas penduduk, serta penyediaan sarana dan prasarana
untuk menunjang kehidupan penduduk.
Struktur penduduk berdasarkan jumlah pencari kerja pada tahun
2004 tercatat 1.061 orang yang terdiri dari laki-laki 569 orang dan
perempuan 492 orang.
Jumlah pencari kerja ini sebatas yang terekam
lewat kantor tenaga kerja. Diyakini jumlah pencari kerja sebenarnya lebih
besar dari angka tersebut karena banyak yang tidak mendaftar ke kantor
tenaga kerja. Dibandingkan dengan tahun 2003 jumlah pencari kerja ini
mengalami kenaikan yang cukup tajam, yaitu 60 %. Jumlah lowongan
yang tersedia untuk Tahun 2004 hanya 145 orang atau turun sebesar 326%
dari Tahun lalu. Sedangkan besaran penempatan kerja di Tahun 2004
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 16
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
hanya mencapai 2,19% dari seluruh pencari kerja dengan kata lain
mengalami penurunan sekitar 5% dibanding Tahun lalu.
Berdasarkan struktur umur dengan pertumbuhan rata-rata usia
produktif 0,21 % pertahun, penduduk usia produktif pada tahun 2025
diproyeksikan akan mencapai 994.232 penduduk atau sekitar 82 % dari
jumlah penduduk pada tahun 2025. Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan
penduduk
usia
produktif
Indonesia
sebesar
40
%.
Jumlah
ini
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan penduduk usia produktif, sehingga
penanganan
untuk penyediaan
kesempatan
kerja
harus mendapat
perhatian lebih besar karena adanya kecenderungan peningkatan usia
produktif yang masuk pasar kerja.
Berdasarkan hasil sensus ekonomi tahun 2004 di Kabupaten
Probolinggo terdapat 138.382 Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah
anggota rumah tangga sebanyak 421.795 jiwa. Adapun kecamatan yang
memiliki jumlah rumah tangga miskin terbesar yaitu kecamatan besuk
terdapat 11.087 RTM dengan jumlah anggota sebanyak 32.306 jiwa. Hal ini
menunjukkan
bahwa
Kabupaten
Probolinggo
masih
diperlukannya
penanganan lebih intensif yang dilakukan secara berkala untuk mengatasi
masalah kemiskinan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat, karena hal ini berkaitan dengan masalah mutu sumberdaya
manusia (SDM), hak asasi manusia (HAM) dan pemerataan kesejahteraan.
Permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pembangunan
bidang
kependudukan antara lain (1) tingginya laju pertumbuhan penduduk; (2)
cenderung meningkatnya jumlah rumah tangga miskin; dan (3) tingkat
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 17
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kesadaran masyarakat untuk memiliki dokumen penduduk (KTP, KK, aktaakta Catatan Sipil) masih rendah.
2.1.3 Ekonomi dan Sumberdaya Alam
2.1.3.1
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari
aktifitas perekonomian masyarakat di Kabupaten Probolinggo yang juga
digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
pembangunan. Berdasarkan indikator Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000, pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Probolinggo
sampai
Tahun
2004
mengalami
pertumbuhan sebesar 4,51% dengan PDRB atas dasar harga konstan
mencapai Rp. 4.894.000.000,9. Namun dibandingkan dengan kondisi
sebelum krisis ekonomi pertumbuhan ini masih belum kembali seperti
semula
Sementara itu indikator pertumbuhan ekonomi lainnya dapat di ukur
melalui pendapatan regional perkapita yang menunjukkan peningkatan
dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu dari Rp. 3.846.065,99 pada
tahun 2000
menjadi Rp. 5.925.277,24 pada tahun 2004.
Berdasarkan
trend yang ada, PDRB untuk lima tahun ke depan diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,23 % per tahun. Sedangkan
untuk pendapatan perkapita ADHB diharapkan tumbuh rata-rata sebesar
6,33 % per tahun.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 18
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Selanjutnya berdasarkan ADHB, sektor pertanian menyumbang
sekitar 33,81 % dari total nilai PDRB Kabupaten yang diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 24,73 % sedangkan sektor paling
kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,01 %.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo selalu berusaha meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memacu penggalian sumber
keuangan baru secara intensif, wajar dan tertib agar dana pembangunan
tidak terlalu tergantung dari Pemerintah Pusat. Secara umum PAD dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan jika pada tahun 2003 sebesar Rp.
23.705.403.724,18 menjadi sebesar Rp. 19.561.775.961,05 pada tahun
2004
yang
disebabkan
adanya
perubahan
obyek
pajak.
Apabila
dibandingkan dengan besarnya APBD Tahun 2004 yang sebesar Rp.
347.004.328.154 maka kontribusi PAD sebesar 5,52%. Sehingga keuangan
Kabupaten Probolinggo masih dapat dikatakan masih bergantung pada
Pemerintah Pusat.
Apabila ditinjau dari besarnya angka Daya Beli Masyarakat (DBM)
tercermin masih kurang kuatnya permintaan barang dan jasa yang di
dorong oleh peningkatan pengeluaran oleh para pelaku ekonomi, tetapi
secara umum pengeluaran kebanyakan masih cenderung terserap pada
konsumsi bukan pada investasi. DBM Kabupaten Probolinggo selama lima
tahun terakhir mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan nilai
pendapatan dan pengeluaran per kapita penduduk dan inflasi mata uang
rupiah. Besarnya DBM Kabupaten Probolinggo tahun 2004 adalah Rp
1.967.100,- per kapita per tahun, meningkat 11 % dari tahun 2003. Apabila
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 19
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dibandingkan dengan angka rata-rata DBM di Propinsi Jawa Timur sebesar
Rp. 1.756.200,- per kapita per tahun, menunjukkan bahwa DBM Kabupaten
Probolinggo sudah lebih baik. Hal ini diperkuat dengan besarnya Ideks
Daya Beli (IDB) Kabupaten Probolinggo tahun 2004 yang besarnya 58,56
masih lebih tinggi dari IDB Propinsi Jawa Timur.
Mencermati Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten
Probolinggo
menunjukkan
bahwa
realisasi
anggaran
pendapatan melebihi rencana yang telah ditargetkan di tahun 2004, dengan
besar
rencana
Rp.
344.821.879.000,-
dan
realisasi
sebesar
Rp.
345.887.858.145,05,-. Disamping itu anggaran belanja mengalami surplus,
yang berarti tingkat pendapatan melebihi jumlah yang dibelanjakan.
Walaupun demikian perlu dicatat bahwa surplus ini terjadi karena ada
sebagian kegiatan yang tidak terselesaikan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Apabila kegiatan tersebut bersifat kegiatan investasi Pemerintah
berarti surplus tersebut justru kurang membantu pertumbuhan ekonomi
daerah.
A. Industri
Berdasarkan hasil survei industri yang dilakukan Badan Pusat
Statistik (BPS), terjadi peningkatan jumlah perusahaan, tercatat 14 Industri
Besar dengan penyerapan tenaga kerja ± 1400 orang, 41 industri sedang
dengan penyerapan tenaga kerja 2.500 orang. Tiga jenis industri utama di
Kabupaten Probolinggo adalah industri kerajinan umum (39 %) diikuti oleh
industri pangan (37 %) dan yang terkecil adalah industri logam (3 %).
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 20
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Industri kerajinan merupakan jenis industri unggulan dari Kabupaten
Probolinggo, sehingga keberadaannya perlu untuk tetap dipertahankan.
Kerajinan kayu dalam bentuk mebelair memiliki nilai jual yang tinggi
terutama untuk pasar ekspor, karena memiliki kekhasan tersendiri, baik
dilihat bahan bakunya, yaitu umur kayu dan jenis kayu yang dipergunakan
maupun desain hasil produksinya.
Pengelolaan industri kerajinan diarahkan pada peningkatan kualitas
hasil produksi kerajinan, peningkatan usaha kelompok pengrajin dengan
fasilitas kredit lunak, penyebarluasan informasi pemasaran kepada
kelompok usaha. Sedangkan pengelolaan industri pengolahan diarahkan
pada penyiapan kawasan lokalisasi industri berorientasi pengolahan hasil
pertanian, peningkatan dan penggunaan teknologi pengolahan yang bebas
polusi.
Selama periode lima tahun terakhir investasi mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 5,3 % per tahun. Sedangkan produksi meningkat ratarata sebesar 1,7 % per tahun. Untuk masing-masing sektor peningkatan
yang terjadi adalah (1) Industri mesin, logam dan kimia untuk industri kecil
formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,3 % per tahun; (2)
Industri mesin, logam dan kimia untuk industri kecil non formal mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 3,3 %; (3) Industri Aneka untuk industri kecil
formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,2 %; (4) Industri Aneka
untuk industri kecil non formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,6
%, (5) Industri hasil pertanian dan kehutanan untuk industri kecil formal
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14 %.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 21
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan
data-data
diatas,
terlihat
bahwa
sektor
formal
mengalami kenaikan lebih besar daripada sektor non formal. Selain itu,
industri kecil juga mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan
industri menengah dan besar.
Jumlah industri kecil selama kurun waktu lima tahun terakhir
mengalami kenaikan rata-rata 3,8 %. Di sisi lain, jumlah tenaga kerja yang
terserap pada sektor industri kecil mengalami kenaikan rata-rata 3,3 %
selama lima tahun terakhir.
Kondisi Industri yang masuk kriteria baik
mengalami kenaikan rata-rata 1,5 % per tahun. Industri yang masuk kriteria
cukup, mengalami kenaikan rata-rata 17,4 %.
Walaupun perkembangan industri cukup menggembirakan, beberapa
masalah yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah yang berkaitan
dengan pasar yaitu produk yang dihasilkan masih berorientasi pada pasar
lokal, lemahnya inovasi-inovasi dalam networking (jejaring) yang justru
dituntut untuk memasuki pasar global dan masih sedikitnya pemanfaatan
komunikasi pasar melalui internet.
B. Pariwisata
Probolinggo mempunyai banyak obyek wisata, diantaranya Gunung
Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang dengan taman lautnya,
Pantai Bentar, Arung Jeram, Danau Ronggojalu, Ranu Segaran, dan
Sumber Air Panas yang terletak di Desa Tiris serta Candi Ketapang dan
Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu.
Selain itu
Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas,
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 22
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
diantaranya Kerapan Sapi, Tarian Kuda Kencak, Tari Kiprah Glipang, Tari
Slempang, Tari Pangore, Tari Rondojalu, dan seni budaya masyarakat
Tengger (Hari Raya Kasada).
Jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Probolinggo
menurun sebesar 16 % tahun 2003-2004 baik untuk wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara. Tujuan wisatawan sebanyak 64 % ke
Gunung Bromo, 32 % ke Gunung Bentar, 3,5 % ke Ronggojalu, dan 0,3 %
ke Air Terjun Madakaripura.
Penurunan jumlah wisatawan saat ini lebih disebabkan oleh adanya
lumpur Lapindo yang mengakibatkan sektor perekonomian Jawa Timur
mengalami penurunan yang tidak hanya di alami oleh Kabupaten
Probolinggo saja melainkan juga Kota dan Kabupaten lainnya di Jawa
Timur. Selama ini jalur pariwisata (road map) wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara mempunyai rute jalur pariwisata SurabayaMalang-Probolinggo-Bali.
Namun
sekarang
rute
pariwisata
tersebut
dialihkan menjadi Surabaya-Malang-Denpasar, dengan memakai jalur
penerbangan.
Beragamnya obyek wisata di Kabupaten Probolinggo belum
ditunjang dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai salah
satunya adalah sarana akomodasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi
adalah (1) terbatasnya sarana dan prasarana pariwisata utamanya pada
kawasan-kawasan
wisata
selain
Gunung
Bromo;
(2)
keterbatasan
kesadaran masyarakat dalam pengembangan pariwisata daerah; dan (3)
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 23
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kurangnya pemeliharaan, pelestarian dan pengembangan pariwisata
daerah.
2.1.3.2
Sumberdaya Alam
A. Sumberdaya Alam Tidak Terbarukan
Sumberdaya alam tidak terbarukan yang dimiliki oleh Kabupaten
Probolinggo berupa bahan-bahan tambang meliputi sirtu (pasir/tanah dan
batu-batuan). Kawasan pertambangan adalah kawasan yang mempunyai
potensi untuk usaha pertambangan yang meliputi pertambangan bahanbahan galian golongan C. Berdasarkan data dari Dispenda Kabupaten
Probolinggo terdapat beberapa hasil tambang di Kabupaten Probolinggo
yaitu batu gunung, pasir, tanah urug, dan pasir/krikil batu.
Luas areal
tambang batu gunung pada tahun 2001 adalah 61 Ha dan menurun menjadi
57 Ha pada tahun 2004. Penurunan ini diikuti dengan menurunnya jumlah
produksi sebesar 0,77 %. Tambang pasir yang dimiliki juga mengalami
penurunan hasil produksi sebesar 0,45 % dari tahun 2002 ke tahun 2004.
Kemudian besarnya luas areal tambang pasir/krikil batu dari tahun 2001 ke
tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,93 %.
Penurunan hasil tambang sirtu terjadi karena adanya pembatasan
lahan yang diperbolehkan untuk di tambang dari Pihak Pemerintah Daerah.
Pengelolaan sektor pertambangan ke depan diarahkan pada pembatasan
eksploitasi bahan tambang golongan C dalam luasan kawasan dan volume
terutama di Kecamatan Maron, Krejengan, Pajarakan, Pakuniran, dan
Kotaanyar.
Pembatasan eksploitasi terutama ditujukan pada usaha
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 24
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
penambangan yang tidak berijin. Disamping itu juga dilakukan pembinaan
dan penyuluhan secara berkala dan diawasi secara ketat. Hal ini dilakukan
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup akibat beban cemaran limbah
pada komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya,
dan kesehatan masyarakat. Selain itu untuk jangka 20 tahun ke depan
bahan tambang yang merupakan sumberdaya tidak terbarukan tidak dapat
diandalkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, karena itu perlu
dikelola secara efektif dan efisien sehingga penggunaannya lebih hemat,
sekaligus menjaga kelestariannya.
B. Sumberdaya Alam Terbarukan
Sumberdaya alam terbarukan di Kabupaten Probolinggo berasal dari
hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, serta perikanan dan
kelautan.
Hasil Pertanian
Berdasarkan karakteristik daerah ± 60 % mata pencaharian
penduduk bekerja di sektor pertanian. Pertanian tanaman pangan masih
merupakan sub sektor andalan dalam pembangunan di Kabupaten
Probolinggo. Tanaman pangan meliputi padi dan palawija yang terdiri dari
tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Secara
keseluruhan luas areal panen padi dan palawija tahun 2004 mengalami
penurunan sebesar 2,65 % dibandingkan tahun 2000 tapi hasil produksi
padi sejak tahun 2001 sampai dengan 2004 menunjukkan kenaikan sebesar
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
II - 25
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
0,6 % dengan produksi padi perhektar yang mengalami kenaikan sebesar
0,03 % Tahun 2004.
Untuk produksi palawija, secara umum areal panen mengalami
penurunan yang diikuti dengan penurunan hasil produksinya untuk tahun
2004 dibandingkan tahun 2003. Untuk ubi kayu dan ubi jalar masing-masing
naik sebesar 56 % yakni mencapai 184.498 Ton. Meningkatnya produksi
palawija yang berupa ubi kayu dan ubi jalar menggambarkan bahwa petani
lebih memfokuskan pada tanaman palawija ini, di samping karena mudah
dalam melakukan budidaya juga dari segi biaya lebih murah, mereka juga
mengkonsumsinya sebagai pengganti beras apabila harga beras mahal
atau pada saat harga palawija tersebut sangat murah karena hasil produksi
melimpah
di
pasar.
Berdasarkan
peruntukan
lahan
di
Kabupaten
Probolinggo areal sawah seluas 38.509 Ha (22,7 %) lebih kecil dibanding
areal tegal seluas 52.801,95 Ha (31,1 %). Berarti penduduk lebih banyak
mengusahakan tanaman palawija dibanding padi.
Kabupaten Probolinggo terkenal sebagai sentra tanaman bawang
merah sebagai salah satu dari tanaman hortikultura yang dikembangkan.
Luas panen dan produktifitas tertinggi dicapai oleh Kecamatan Dringu, yaitu
sebesar 4.011 ha dengan produktifitas sebesar 135,68 kw/ha.