Penyusunan DED Detail Engineering Design

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

BAB IV APRESIASI DAN INOVASI

4.1.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PELALAWAN
1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Pelalawan terletak di Pesisir Pantai Timur pulau Sumatera
antara 1,25’ Lintang Utara sampai 0,20’ Lintang Selatan dan antara
100,42’ Bujur Timur sampai 103,28’ Bujur Timur dengan batas wilayah
adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Sungai Apit, Kecamatan
Siak Kabupaten

Siak

dan

Kecamatan Tebing


Tinggi

Kabupaten

Bengkalis.
 Sebelah Selatan, berbatasan dengan kecamatan Katema, Kecamatan
Mandah, Gaung Kabupaten Indragiri Hilir dan kecamatn Rengat,
Kecamatan Pasir Penyu, Kecamatan Peranap, Kualu Cenayu kabupaten
Indragiri hulu serta, kecamatan kuantan hilir, kecamatan sengingi
kabupaten sengingi.
 Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan kampar kiri, kecamatan
siak hulu kabupaten Kampar dan kecamatan Rumbai dan Tenayan
Raya.
 Sebelah Timur,berbatasan dengan Propinsi Kepulauan Riau.
Luas wilayah Kabupaten Pelalawan Kurang lebih 1.325.67 ha atau 13.21%
dari luas Propinsi Riau (9.456.160 ha). Kabupaten Pelalawan terdiri dari 12
Kecamatan dengan Kecamatan terluas adalah Kecamatan Teluk Meranti
yaitu 424.600 ha (32.03%) dan yang paling kecil adalah Kecamatan
Pangkalan Kerinci dengan luas 19.250 ha atau 1,45% dari luas Kabupaten

Pelalawan.
2. Topografi

IV - 1

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

Secara

um um

bentang

a la m

dik abupaten

p e la la w a n


m e r u p a k a n d a e r a h la n d a u a t a u dataran rendah, perbukitan
dan daerah berawa-berawa. Dataran rendah ini m em bentang
kearah tim ur m encakup wilayah seluas ±1.092.933 ha atau
sekitar 87,50 % dari total luas wilayah kabupaten pelalawan (±
1.325.670 ha). B e r d a s a r k a n d a t a y a n g la i n d a p a t d i j e la s k a n
bahwa

w i la y a h

k abupaten

p e la la w a n

m erupakan

lahan

dengan m orfologi yang datar atau landau, bergelom bang sam pai
agak berbukit. Berdasarkan peta rupa bum i dengan skala 1 :
50.000.

4.2.

PENGERTIAN PARIWISATA

Menurut Yoeti (1996) kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah
diselenggarakannya musyawarah nasional Touristme ke II di Tretes Jawa Timur, pada
tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya, kata ganti pariwisata yang
digunakan kata touristme yang berasal dari bahasa Belanda yang sering pula
diindonesiakan menjadi turisme. Pada waktu pembukaan musyawarah yang diadakan
di gedung pemuda Surabaya, Presiden RI pertama Soekarno dalam amanatnya yang
disampaikan kepada peserta musyawarah, menanyakan kepada Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Prijono, perkataan Indonesia apakah yang paling tepat untuk
menggantikan kata Tourisme. Dalam jawabannya kepada Presiden Ir. Soekarno
Prijono memberi penjelasan, bahwa sebagai pengganti kata Tourisme dapat
digunakan kata
dharmawisata untuk perjalanan antar kota (dalam negeri), sedangkan untuk
perjalanan antar benua (luar negeri) tepat digunakan kata pariwisata. Pada waktu
itulah diresmikan pengganti kata tourisme menjadi kata pariwisata oleh Presiden Ir.
Soekarno dan atas dasar itu pula, pada tahun 1960 istilah Dewan Pariwisata Indonesia
(Depari). Adapun orang yang berjasa mempopulerkan kata pariwisata itu adalah

Jendral GPH Jatikusumo yang pada waktu itu menjabat Menteri Perhubungan
Darat, Pos dan Telekomunikasi dan Pariwisata. Secara etimologis kata pariwisata
yang berasal dari bahasa sansekerta, sesungguhnya bukanlah berarti tourisme (bahasa
belanda) atau tourism (bahasa inggris). Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata
yaitu masing-masing kata pari dan wisata.
1. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap.

IV - 2

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata
travel dalam bahasa inggris.
Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusya diartikan sebagai perjalanan yang
dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain. Lebih
lanjut, pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan dengan tujuan dari
pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Wisatawan melakukan
aktivitas selama mereka tinggal di tempat tujuan wisata dan fasilitas dibuat untuk
memenuhi kebutuhan para wisatawan (Marpaung, 2002). Menurut Murphy dalam

Pitana dan Gayatri (2005), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait
(wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang
merupakan akibat dari perjalan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang
perjalanan tersebut dilakukan secara tidak permanen. Selanjutnya pengertian
pariwisata jika di lihat dalam Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1 menyatakan :
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati Objek dan
daya tarik wisata.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusaha Objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut.
d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata.
e. Usaha kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan Objek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.
f. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Dari beberapa pendapat di
atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pariwisata adalah
suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang sifatnya untuk sementara waktu
yang dilakukan berdasarkan kehendaknya sendiri, dengan tujuan bukan untuk
berusaha, bekerja atau menghasilkan uang, akan tetapi untuk melihat atau
menikmati suatu Objek yang tidak didapatkannya dari asal tempat tinggalnya.

IV - 3

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

4.3.

PERANAN OBJEK WISATA

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Peranan berasal dari kata peran. Peran
memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang di miliki oleh yang
berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan. Berdasarkan pengertian diatas, di ambil kesimpulan bahwa

yang di maksud dengan peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas utama
yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan suatu
kegiatan dari :
1. Objeknya sudah ada akan tetapi masih belum sempurna maka akan dijadikan
sempurna, atau yang sedikit dijadikan menjadi banyak, diluaskan atau di
perindah.
2. Objeknya sudah sempurna di pelihara terus menerus untuk diwariskan pada
generasi yang akan datang.
Di atas telah dijelaskan pengertian peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau
tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam
melaksanakan suatu kegiatan dengan berbagai cara sehingga dapat menjadi keadaan
yang lebih baik dari semula atau dijadikan banyak, diluaskan, diperindah atau
dipelihara keadaan Objek tetap lestari.
Bila dihubungkan dengan pengertian Objek pariwisata, maka yang di maksud dengan
peranan Objek pariwisata adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas yang harus
dilaksanakan

manusia

untuk


memelihara,

mengembangkan,

meluaskan,

memperindah, menambah fasilitas yang ada di Objek pariwisata, dengan tujuan
untuk menarik minat orang berkunjung di Objek pariwisata.
Sebelum wisatawan mengunjungi Objek pariwisata, maka perlu mengetahui terlebih
dahulu tentang keadaan Objek yang akan dikunjunginya, seperti :
a. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan daerah tujuan wisata yang
ingin dikunjunginya.
b. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat sementara tinggal di daerah tujuan
wisata yang di kunjunginya.
c. Fasilitas tempat makan dan minum yang lengkap dan sesuai dengan selera
wisatawan tersebut.
d. Objek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan dikunjungi.

IV - 4


Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

e. Aktifitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan di kunjungi.
f. Fasilitas perbelanjaan.
Dari keterangan di atas, Penulis mengambil kesimpulan agar wisatawan tertarik
untuk mengunjungi Objek pariwisata yang perlu dikembangkan adalah :
1. Objek wisata.
2. Prasarana dan sarana wisata
3. Promosi Objek pariwisata
4. Pelayananan terhadap wisatawan

4.4.

OBJEK WISATA

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke
suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka
Objek wisata harus di rancang dan di bangun atau di kelola secara profesional

sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu Objek wisata
harus di rancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah
wisata tersebut. Objek wisata umumnya berdasarkan pada :
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan
bersih.
2. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka
4. Objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan,
sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya.
5. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam suatu Objek buah karya manusia pada masa lampau.

4.5.

PRASARANA DAN SARANA WISATA
a. Prasarana Objek Wisata
Prasarana Objek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di
daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,
jembatan, dan lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana
umum. Untuk kesiapan Objek wisata yang akan di kunjungi oleh wisatawan

IV - 5

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu di bangun
dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi Objek wisata yang
bersangkutan.
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan
lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu Objek wisata yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik Objek wisata itu sendiri. Di
samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan
wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti
bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan
lain-lain.
Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena
pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut,
seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus
mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja
meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat disekitarnya.
b. Sarana Objek
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan
wisata maupun Objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera
pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai
sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel,
biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta
sarana pendukung lainnya. Tidak semua Objek wisata memerlukan sarana
yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus
disesuikan dengan kebutuhan wisatawan.
Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata
yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu
pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan
yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu
pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah di susun suatu
standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional,

IV - 6

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis
dan kualitas yang akan disediakan.

4.6.

KONSEP FASILITAS WISATA
Fasilitas wisata ialah pelengkap daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang sedang menikmati perjalanan
wisata. Fasilitas wisata dibuat untuk mendukung konsep atraksi wisata yang
sudah ada. Karena itu selain daya tarik wisata, kegiatan wisata yang dilakukan
wisatawan membutuhkan adanya fasilitas wisata yang menunjang kegiatan
wisata tersebut. Sehingga pada akhirnya setiap komponen saling berkaitan
dalam rangkaian wisata perjalanan mulai dari daya tarik wisata, kegiatan
wisata, sampai dengan fasilitas wisata merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Mill (2000:24) “Facilities sevice them when they get there”. Fasilitas wisata
adalah salah satu hal yang memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang
melakukan perjalanan wisata sesampainya mereka di atraksi wisata.
Komponen dari fasilitas perjalanan terdiri dari unsur alat transportasi,
fasilitas akomodasi, fasilitas makanan-minuman dan fasilitas yang lainnya
sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
Adapun Fasilitas terbagi sebagai berikut:
1. Akomodasi
Akomodasi diperlukan oleh wisatawan yang sedang berkunjung ke atraksi
wisata untuk tempat tinggal sementara sehingga dapat beristirahat
sebelum

melakukan kegiatan wisata

selanjutnya.

Dengan adanya

akomodasi membuat wisatawan untuk tinggal dalam jangka waktu yang
cukup lama untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Hal-hal yang
berkaitan dengan akomodasi wisata sangat mempengaruhi wisatawan
untuk berkunjung seperti pilihan akomodasi, jenis fasilitas dan pelayanan
yang diberikan, tingkat harga, serta jumlah kamar yang tersedia.
2. Tempat makan dan minum
Tentu saja dalam melakukan kunjungan ke tempat wisata para wisatawan
yang datang memerlukan makan dan minum sehingga perlu disediakannya
pelayanan makanan dan minuman. Hal tersebut mengantisipasi bagi para
wisatawan yang tidak membawa bekal saat melakukan perjalanan wisata.

IV - 7

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

Makanan khas daerah wisata pub dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan
yang datang. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu jenis makanan dan
minuman, ke-higienisan, pelayanan, harga, bahkan lokasi pun menjadi
salah satu faktor untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
3. Fasilitas umum di lokasi wisata
Fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas penunjang tempat wisata
seperti toilet umum, tempat parkir, musholla, dll. Pembangunan fasilitas
wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitiatif.
Fasilitas wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah fasilitas wisata
yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu
pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan.Gamal
Suwantoro (2004:22).
Pemaparan Soekadijo (1997:95) mengenai syarat-syarat fasilitas yang baik
sebagai berikut:
 Bentuk dari fasilitas harus dapat dikenal (recognizable).
 Pemanfaatan fasilitas harus sesuai dengan fungsinya.
 Fasilitas harus strategis, dimana pengunjung dapat menemukannya
dengan mudah.
 Kualitas dari fasilitas itu sendiri harus sesuai dengan standar-standar
yang berlaku dalam kepariwisataan.

4.7.

KONSEP AKSESIBILITAS WISATA
Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang membantu mempermudah
perjalanan wisata para wisatawan yang akan berkunjung ke tempat atraksi
wisata. Menurut Sammeng (2000:36) Salah satu komponen yang sangat penting
dalam kegiatan pariwisata adalah aksesibilitas atau kelancaran perpindahan
seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tersebut bisa
berjarak dekat ataupun berjarak jauh.
Komponen askesibilitas dikategorikan ke dalam dua sifat dasar oleh Hainim
(1999:21) yaitu sifat fisik dan non fisik. Aksesibilitas yang bersifat fisik dapat
dikategorikan ke dalam suatu bentuk kemudahan-kemudahan yang tersedia
menyangkut ketersediaan prasarana dan sarana jaringan transportasi yang
menghubungkan antara satu daerah tujuan wisata dengan daerah asal
wisatawan, baik dalam bentuk sarana transportasi berjadwal (scheduled

IV - 8

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

transport) ataupun yang tidak berjadwal (non scheduled transport).
Sementara aksesibilitas yang bersifat non fisik, menyangkut suatu bentuk
kemudahan pencapaian melalui jalur perizinan atau permit, biasanya
aksesibilitas dalam kategori non fisik ini ditujukan bagi daerah tujuan wisata
yang dilindungi dan dibatasi frekuensi maupun kuantitas kunjungannya.

4.8.

PROMOSI OBJEK PARIWISATA

Pemasaran adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan
penawaran, sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual mendapat keuntungan
maksimal dengan resiko serendah-rendahnya (James.J.Spillane dalam Ediwarsyah
1987). Menurut Mursid (2003) Pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian
dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Lebih
lanjut Winardi dalam Ediwarsyah (1986) mengatakan bahwa pemasaran adalah
aktifitas dunia usaha yang berhubungan dengan arus benda-benda serta jasa-jasa dari
produksi

sampai

konsumsi

dimana

termasuk

tindakan membeli,

menjual,

menyelengarakan reklame, menstandarisasi, pemisahan menurut nilai, mengangkut,
menyimpan benda-benda, serta informasi pasar. Berdasarkan keterangan di atas
dapat di ambil kesimpulan pemasaran adalah suatu kegiatan usaha perdagangan baik
dalam bentuk barang-barang atau jasa, yang dilakukan oleh Si penjual kepada Si
pembeli, didalamnya termasuk tindakan memperkenalkan barang-barang dan jasa,
menjual, membeli, menstandarisasi dengan tujuan untuk memberi kepuasan antara
Si penjual kepada Si pembeli dengan melalui proses pertukaran. Berdasarkan
keterangan di atas di ambil kesimpulan bahwa dalam kegiatan pemasaran maka akan
ada kegiatan promosi, karena promosi ini sangat diperlukan untuk mempertemukan
antara produsen dengan konsumen, memperkenalkan jenis dan mutu barang dan jasa
yang dihasilkan sehingga antara Si pembeli dan Si penjual mendapat kepuasan.
Promosi adalah usaha untuk memajukan sesuatu, kerap kali istilah promosi
dihubungkan dengan misalnya kepariwisataan, perniagaan yang berarti usaha untuk
memajukan kedua bidang tersebut. Karena tujuan promosi adalah :
a. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada pihak luar.
b. Untuk meningkatkan penjualan
c. Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada pihak luar tentang kehebatan
perusahan tersebut.

IV - 9

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

d. Ingin mengetengahkan segi kelebihan perusahan atau produk atau jasa terhadap
saingan.
Bila dikaitkan dengan kepariwisataan maka yang menjadi sasaran promosinya adalah
Objek pariwista, yaitu dengan cara memaparkan keadaan daya tarik dari wisata
tersebut, sarana dan prasarana yang telah tersedia di Objek pariwisata, sehingga
menimbulkan keinginan orang untuk berkunjung di Objek pariwisata tersebut.
Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan promosi Objek
pariwisata adalah :
1. Agar masyarakat mengetahui bahwa ada Objek paiwisata yang baik untuk di
kunjungi.
2. Untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.
3. Untuk menunjukkan pada wisatawan tentang keadan Objek wisata yang
mempunyai sifat spesifik dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan Objek
pariwisata lainnya.
4. Untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat terutama yang ada di
lingkungan Objek pariwisata.

4.9.

PELAYANAN TERHADAP WISATAWAN

Pelayanan berasal dari kata pelayan yang artinya orang yang pekerjaannya melayani
orang lain. Dari kutipan di atas, bila dikaitkan dengan pengertian pelayanan terhadap
wisatawan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan orang untuk
membantu atau melayani kepentingan wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan
atau keinginan wisatawan.
Dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan pelayanan terhadap wisatawan di Objek pariwisata
yaitu:
1. Ramah tamah dalam menerima wisatawan.
2. Jujur melayani wisatawan, terutama dalam memenuhi kebutuhan wisatawan di
Objek pariwisata.
3. Kesediaan masyarakat membantu wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya di
Objek pariwisata.
4. Rasa aman yang di peroleh wisatawan, baik terhadap dirinya maupun harta

IV - 10

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

bendanya.

4.10. PROSES PERANCANGAN
A. Prosedur Perancangan
1. Proses berfikir dan penelusuran masalah
Proses perancangan sesuangguhnya selayaknya bermula dari proses
berfikir dan menelusuri masalah (problem seeking) dan tidak langsung
pada pemecahan masalah (problem solving). Prosedur perancangan
semacam ini telah digagas oleh Caudill Rowlett pada tahun 1960-1970
an, sebagai pionir dalam pendekatan perancangan secara sistematis
dalam kegiatan programming. Langkah ini dimulai dari pengumpulan
data, baik melalui wawancara dengan klien, survai lapangan, survai
sosial ekonomi budaya, survai atas preseden arsitektur, dan lain
sebagainya.
2. Ragam prosedur perancangan
Proses perancangan arsitektur adalah suatu ilmu dan sekaligus seni,
dan karena itu bukan merupakan sesuatu yang eksak dan matematis.
Oleh sebab itu, tidak satu pendekatan yang dianggap paling jitu untuk
suatu

perancangan

arsitektur

tertentu.

Ada

banyak

prosedur

pendekatan, memiliki prinsip yang sama, yang dapat diterapkan sesuai
dengan konteks, karakteristik proyek, dan atau bahkan berdasarkan
selera Arsitek.
B. Basis Pengetahuan Perancangan Arsitektur
Sumber untuk penyusunan konsep desain, paling tidak berbasis pada tiga
pengetahuan dasar :
1. Preseden dalam arsitektur: Suatu telaah terhadap karya yang sudah
ada dan dianggap berhasil.
2. Prinsip-prinsip dalam arsitektur: Berupa gagasan yang menjadikan
karya arsitektur berhasil
3. Templates dalam arsitektur: .Pola-pola yang lazim digunakan dan
berhasil.
Sementara itu, lingkup konsep desain arsitektur sendiri, mencakup empat
Komponen :

IV - 11

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

a. Aspek konseptual, mencakup filosofis dan gagasan: Tujuan, dan
aspirasi perancang yang mengakomodasi aspirasi Klien.
b. Aspek programanik, meliputi fungsi dan interelasi: Kebutuhan manusia
dan

aktivitas

baik

secara

kuantitatif

maupun

kualitatif

(Pengelompokkan fungsional, sirkulasi, hubungan massa dan ruang) .
c. Aspek kontekstual, mencakup tapak dan lingkungan: Tanggapan
terhadap lingkungan fisik dan non fisik.
d. Aspek formal terdiri atas bentuk dan ruang: Konstruksi geometrik,
konfigurasi ruang, bentukan massa dan ruang

4.11. KRITERIA PERANCANGAN
a. Kriteria Umum
Desain harus memperhatikan kriteria umum bangunan, yang disesuaikan
dengan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu :
1) Persyaratan Peruntukan dan Intensitas : Menjamin bangunan gedung
didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang
ditetapkan di daerah yang bersangkutan; Menjamin keselamatan
pengguna, masyarakat, dan lingkungan.
2) Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan: Menjamin terwujudnya
bangunan gedung yang didirikan berdasarkan karakteristik lingkungan,
ketentuan wujud bangunan, dan budaya daerah, sehingga seimbang,
serasi dan selaras dengan lingkungannya (fisik, social dan budaya);
Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3) Persyaratan Struktur Bangunan: Menjamin terwujudnya bengunan
gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat perilaku alam
dan manusia; Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan
kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur
bangunan; Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau
12kerusakan benda yang disebabkan oleh perilaku struktur; Menjamin
perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan
oleh kegagalan struktur.

IV - 12

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

4) Persyaratan Ketahanan terhadap kebakaran: Menjamin terwujudnya
bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat
perilaku alam dan manusia; Menjamin terwujudnya bangunan gedung
yang dibangun sedemikian rupa sehingga mampu secara struktural
stabil selama kebakaran.
5) Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar: Menjamin terwujudnya
bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan
nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya;
Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau
luka saat evakuasi pada keadaan darurat.
6) Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda arah Keluar, dan Sistem
Peringatan bahaya: Menjamin tersedianya pertandaan dini yang
informatif di dalam bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat:
Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman,
apabila terjadi keadaan darurat.
7) Persyaratan instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi:
Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya; Menjamin terwujudnya keamanan bangunan
gedung dan penghuninya dari bahaya akibat petir; Menjamin
tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
8) Persyaratan Sanitasi Lingkungan dan dalam Bangunan: Menjamin
tersedianya

sarana

sanitasi yang

memadai dalam

menunjang

terselenggaranya kegiatan baik di lingkungan kawasan maupun di
dalam

bangunan

gedung

sesuai

dengan

fungsinya;

Menjamin

terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi
penghuni bangunan dan lingkungan; Menjamin upaya beroperasinya
peralatan dan perlengkapan sanitasi secara baik.
9) Persyaratan

Ventilasi

dan

Pengkondisian

Udara:

Menjamin

terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, secara alami dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai
dengan fungsinya; Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan
perlengkapan tata udara secara baik.

IV - 13

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

10) Persyaratan

Pencahayaan:

Menjamin

terpenuhinya

kebutuhan

pencahayaan yang cukup, baik alami maupun buatan dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya; Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
pencahayaan secara baik.
11) Persyaratan Kebisingan dan Getaran: Menjamin terwujudnya kegiatan
yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang tidak diinginkan;
Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak negative suara dan getaran perlu melakukan
upaya pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan
lingkungan.

b. Kriteria Khusus
Kriteria khusus menyangkut syarat – syarat yang khusus baik dari segi
fungsi khusus bangunan maupun segi teknis lainnya, misalnya :
1) Dikaitkan dengan upaya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada
2) Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada
disekitar, seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan dan
lingkungan.
3) Solusi dan batasan – batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya
setempat, geografi klimatologi, dan lain – lain.
4) Penggunaan material yang mampu bertahan lama, misalnya untuk 50
tahun terhadap ketahanan cuaca, mudah pemeliharaan dan up to date.
5) Bangunan harus fungsional, efisien, menarik tapi tidak berlebihan.
6) Kreatifitas

desain

hendaknya

ditekankan

pada

kemampuan

mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan.
7) Dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja, biaya investasi
dan

pemeliharaan

bangunan

sepanjang

umurnya,

hendaknya

diusahakan serendah mungkin.
8) Bangunan gedung hendaknya menjadi generator dan ikut meningkatkan
kualitas lingkungan lokasinya.

IV - 14

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

4.12. PROGRAM AKTIVITAS
Penyusunan program aktivitas dimaksudkan untuk memberikan kemudahan
dan

kelancaran

bagi

berjalannya

aktivitas/fungsi

menurut

prioritas

keterkaitan antara fungsi satu dengan fungsi yang lain dalam suatu sistem
progamming yang terpadu.
a. Pengelompokkan Aktivitas
Kegiatan yang akan diwadahi dalam bangunan, harus dikelompokkan
berdasarkan karakter dan jenis kegiatan. Misalnya, kelompok kegiatan
utamadan kelompok kegiatan penunjang.
b. Hubungan Antar Aktivitas
Dari keragaman aktivitas yang akan ditampung, perlu ditelusuri beberapa
hal yang akan menjadi pertimbangan/ kriteria dalam pengkajian hubungan
antar kegiatan dalam bentuk prioritashubungan seperti dibawah ini :
1) Jenjang/hirarki kegiatan, kegiatan disusun berdasarkan tingkat urgensi
dari kegiatan tersebut.
2) Kesinambungan/urutan. Kegiatan yang berkesinambungan adalah
aktivitas dalam rangkaian yang saling bersambungan/berlanjut.
3) Percampuran kegiatan. Kegiatan yang memiliki kesetaraan atau
keserupaan.
4) Pemisahan kegiatan. Kegiatan yang memiliki perbedaan. Dalam rangka
pengumpulan, analisis, dan sintesis untuk penyusunan program
tersebut, diperlukan konsultansi intensif dengan pengguna jasaklien).
Review dan umpan balik dari pengguna jasa akan dianalisis dan
dipadukan dengan kapasitas dan pengalaman (preseden) Perancang.

4.13. PROGRAM RUANG DAN MASSA BANGUNAN
Penyusunan bentuk hubungan ruang dan massa akan membentuk suatu
tatanan ruang dan massa bangunan yang terpadu, dengan mutu kinerja
arsitektural yang sesuai dengan fungsi dan karakteristik tataan bangunan yang
dirancang.
a. Pemilahan Ruang/Aktivitas
Pemilahan dan pengelompokan ruang/aktivitas kegiatan merupakan
penjabaran lebih lanjut dari pengelompokan kegiatan.

IV - 15

Penyusunan DED (Detail Engineering Design) Prasarana Objek Wisata Bono
KABUPATEN PELALAWAN

b. Sistem Ruang dan Massa
Konsep tataan ruang dan massa bangunan dirumuskan untuk menentukan
kinerja arsitektural dan fungsional dari bangunan, sehingga berkualitas
sebagai suatu wadah kegiatan. Kriteria yang menentukan kualitas gubahan
ruang dan massa bangunan, adalah sebagai berikut:
1) Orientasi massa bangunan
2) Jarak antar massa dengan bangunan di sekitarnya, yang akan
menentukan kelayakan proporsi besaran ruang dan massa.
3) Hirarki ruang dan massa
4) Prioritas kedekatan serta pemisahan ruang dan massa.

IV - 16