Kata kunci: Hipertensi, Kualitas hidup, Lansia, World Health Organization Quality Of Life – Bref

GAMBARAN KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RENDANG PADA PERIODE 27 FEBRUARI SAMPAI 14 MARET 2015

Sri Santiya Anbarasan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan terbesar di dunia, terutamanya di negara berkembang. Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali penderita hipertensi di Bali pada tahun 2010 berjumlah 8837 orang. Sedangkan jumlah kunjungan lansia yang menderita hipertensi pada tahun 2013 adalah sebanyak 1354, yaitu sebesar 9,41% dari seluruh kasus yang berkunjung ke Puskesmas Rendang pada 2013. Permasalahan hipertensi yang tinggi terutama pada golongan lansia mempengaruhi kualitas hidup lansia.

Tujuan Penelitian: Mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia dengan hipertensi. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di posyandu lansia

wilayah kerja Puskesmas Rendang Kabupaten Karangasem pada periode 27 Februari sampai 14 Maret 2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel 60 orang. Instrument yang digunakan berupa kuesioner, dimana kuesioner ini dibuat oleh WHO yaitu World Health Organization Quality Of Life – Bref (WHOQOL-BREF). Teknik analisis data dengan analisis univariat dan bivariat.

Hasil: Kualitas hidup lansia secara umum baik (58.3%), kualitas kesehatan fisik lansia buruk (71.7%), kualitas psikologis baik (61.7%), kualitas personal sosial tidak terlalu berpengaruh (50.0%) dan kualitas lingkungan buruk (73.3%).

Kesimpulan: Kualitas hidup lansia secara umum baik, hanya buruk pada kualitas kesihatan fisik dan lingkungan.

Kata kunci: Hipertensi, Kualitas hidup, Lansia, World Health Organization Quality Of Life – Bref (WHOQOL-BREF)

OUTLOOK ON QUALITY OF LIFE OF ELDERLY WITH HYPERTENSION IN PUSKESMAS RENDANG AREA DURING PERIOD 27 FEBRUARY TO 14 MARCH 2015 ABSTRACT

Background: Hipertension is one of the biggest health problem faced in the world, especially in developing countries. According to data from Bali Province Health Service, patients suffering from hipertension in Bali in 2010 accounts to 8837 people. Whereas total visit of elderly with hypertension in 2013 sums up to 1354, which is 9,41% from total cases that visited Puskesmas Rendang in 2013. High number of hypertension cases especially in elderly affects their quality of life.

Aim: To know the quality of life of elderly suffering from hypertension.

Method: The type of study is descriptive quantitative. Study was conducted in elderly posyandu in Puskesmas Rendang, Karangasem district during period of 27 February till 14 March 2015. Sample was obtained through consecutive sampling technique with a total sample of 60 people. Instrument used in the form of questionnaire which was created by WHO that is World Health Organization Quality Of Life – Bref (WHOQOL-BREF). Data analysis technique used was univariate analysis and bivariate analysis.

Result: Quality of life of elderly is generally good (58.3%), physical health quality of elderly is bad (71.7%), psychological quality is good (61.7%), personal social quality is not too influential (50.0%), and environment quality is bad (73.3%).

Conclusion: Quality of life in elderly with hypertension is generally good, only physical health quality and environment quality is bad.

Keywords: Hypertension, Quality of life, Elderly, World Health Organization Quality Of Life – Bref (WHOQOL-BREF)

PENDAHULUAN

hidup tidak hanya menyangkut penilaian individu terhadap posisi mereka dalam hidup, melainkan juga

A. Latar Belakang Masalah

adanya konteks sosial dan juga konteks lingkungan Hipertensi termasuk salah satu masalah

sekitar yang juga mempengaruhi kualitas hidup. kesehatan terbesar di dunia, terutamanya di negara

Pada penelitian yang dilakukan oleh Trevisol berkembang. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana

terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm dkk (2011) ditemukan bahwa pada individu yang Hg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg sesuai menderita hipertensi, memiliki kualitas hidup yang

lebih rendah dibandingkan pada individu dengan tensi dengan kriteria The Seventh Report of The Joint

yang normal. Pada pasien dengan hipertensi namun National Committee on

menjalani pengobatan yang rutin juga dilaporkan Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC

Prevention, Detection,

memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan Angka

dengan individu dengan tekanan darah tidak hipertensi di seluruh dunia mencapai 13% atau 8 juta

terkontrol dan tidak dalam pengaruh obat-obatan. kematian

Menurut Li dkk (2005) pada individu dengan hipertensi Organization (WHO)

setiap

tahunnya. World

Health

memiliki kualitas hidup yang rendah terutama pada penderita hipertensi berada di negara berkembang,

mencatat bahwa

dimensi fisik. Kualitas hidup yang buruk ini merupakan termasuk di Indonesia. Angka kejadian hipertensi di

komplikasi dari hipertensi itu sendiri. Oleh karena itu Indonesia menunjukkan di daerah pedesaan masih

untuk menurunkan angka morbiditas dan angka banyak penderita yang belum terjangkau oleh

mortalitas, salah satunya dengan memperbaiki pelayanan kesehatan. Menurut data dari Dinas

kualitas hidupnya.

Kesehatan Provinsi Bali penderita hipertensi di Bali Adanya permasalahan hipertensi yang tinggi pada tahun 2010 berjumlah 8837 orang. Pada tahun

terutama pada golongan lansia di wilayah kerja 2011 provinsi Bali memiliki jumlah penduduk

Puskesmas Rendang ini menarik pihak kami untuk mencapai 1,5 juta jiwa dan memiliki lansia yang tidak

membuat penelitian mengenai hipertensi. Keragaman kalah banyak yaitu mencapai angka sekitar 300 ribu

hasil dari aspek kualitas hidup pada lansia jiwa. 3,5

memutuskan kami untuk meneliti mengenai gambaran Puskesmas

kualitas hidup pada lansia hipertensi. Karangasem menunjukan data bahwa hipertensi juga

menjadi masalah kesehatan utama dimana penyakit

B. Rumusan Masalah

hipertensi berada di urutan ketiga dari sepuluh Bagaimana gambaran kualitas hidup pada lansia yang penyakit terbesar pada tahun 2013. Jumlah kunjungan

mengalami hipertensi di posyandu lansia wilayah lansia yang menderita hipertensi pada tahun 2013

kerja Puskesmas Rendang Kabupaten Karangasem adalah sebanyak 1354, yaitu sebesar 9,41% dari

pada periode 27 Februari sampai 14 Maret 2015? seluruh kasus yang berkunjung ke Puskesmas Rendang

pada 2013. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan dari

C. Tujuan

bulan Januari hingga bulan Februari mencapai 188 Untuk mengetahui karakteristik lansia dan gambaran kunjungan. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah

kualitas hidup pada lansia dengan hipertensi di yang menderita hipertensi, dimana sebagian besar

posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Rendang diderita oleh lansia. Gejala menuanya struktur

pada periode 27 Februari sampai 14 Maret 2015. penduduk (aging population) yang terjadi di Indonesia

kini dalam tahapan transisi demografi, epidemiologi,

D. Manfaat

ekonomi, dan sosial budaya

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari keberhasilan pembangunan nasional.

sebagai

akibat

penelitian ini adalah memberikan gambaran kualitas Organisasi kesehatan dunia atau World

hidup pada lansia yang menderita hipertensi dan Health Organization (WHO) mendefinisikan kualitas

referensi bagi pihak yang hidup sebagai “Individuals’ perception of their position membutuhkan serta sebagai dasar untuk acuan

dapat

dijadikan

in life in the context of the culture and value systems in

kesehatan baru untuk which they live and in relation to their goals,

pembuatan

program

expectations, standards and concerns’ (WHOQOL meningkatkan kualitas hidup lansia dan meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya terhadap lansia yang

Group dalam Lopez and Synder, 2004). Berdasarkan menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas definisi tersebut, maka dapat dilihat bahwa kualitas

Rendang.

dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Antara faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dan genetik.

Hipertensi

Antara faktor yang dapat dimodifikasi adalah merokok, Tekanan darah adalah desakan dari dalam

konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan konsumsi alkohol, obesitas, olahraga dan stres. dinding pembuluh darah untuk menjaga agar darah 8

tetap dapat mengalir. 8 Tekanan darah dipengaruhi

Diagnosis hipertensi ditegakkan melalui

oleh curah jantung dan tahanan perifer. 8

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi,

Hipertensi

penunjang. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat dimana keadaan tekanan darah dalam keadaan

hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala istirahat terukur dengan spygmomanometer yang

penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung telah terkalibrasi ditemukan tekanan sistolik lebih dari

koroner, penyakit serebrovaskuler, dan lainnya. 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih dari 90

Riwayat penyakit dalam keluarga juga digali serta mmHg. Hipertensi dibagi menjadi dua berdasarkan

gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi. penyebabnya, hipertensi primer/ essential yang tidak

Perubahan aktivitas atau kebiasaan seperti merokok, diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang

konsumsi makanan, psikososial keluarga, pekerjaan, merupakan hipertensi karena penyakit sistemik

dan lain- lain dapat ditelaah lebih lanjut, guna lainnya. Hipertensi juga diklasifikasikan berdasarkan

mendapat informasi terkait. Dalam pemeriksaan fisik derajatnya, menurut The Seventh Report of The Joint

dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau National Committee on

lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa Evaluation, and Treatment of High Blood Preasure

Prevention, Detection,

ulang dengan kontralateral. Pengukuran di kamar (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa

periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah terbagi menjadi kelompok normal, prehypertension,

pasien istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran dan

stage Ihypertension, dan stage II hypertension. 6,9

peletakan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi

Hipertensi esensial

adalah

penyakit

untuk ukuran dewasa) dan stetoskop harus benar antara faktor- faktor risiko tertentu. Faktor- faktor

(gunakan suara Korotkoff fase I dan V untuk penentuan sistolik dan diastolik). risiko yang dapat mendorong timbulnya kenaikan 8 Menurut Arief

tekanan darah tersebut adalah faktor risiko seperti Mansjoer, dkk., pemeriksaan penunjang meliputi diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,

pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan genetis; sistem saraf simpatis; tonus simpatis dan

sebelum memulai terapi bertujuan menentukan variasi diurnal; keseimbangan antara modulator

adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel pembuluh

mencari penyebab hipertensi. Pada umumnya, darah berperan utama, tetapi remodeling dari

pemeriksaan urinalisa, darah perifer lengkap, kimia endotel, otot polos, dan interstisium juga memberikan

darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kontribusi akhir; pengaruh sistem otokrin setempat

kolesterol total, kolesterol HDL). Sebagai tambahan yang berperan pada sistem rennin, angiotensin dan

dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens aldosteron. 8 Kaplan menggambarkan beberapa faktor

kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi. yang berperan dalam pengendalian tekanan darah 8

yang mempengaruhi rumus dasar tekanan darah= Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah curah jantung x tahanan perifer.

mencapai target tekanan darah yaitu <140/90 mmHg Pada umumnya hipertensi tanpa gejala yang

dan untuk indivisu berisiko tinggi seperti diabetes mencolok. Manifestasi klinis baru terlihat setelah

mellitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah hipertensi menahun berupa nyeri kepala saat terjaga,

<130/80 mmHg. Tujuan lain adalah untuk menurunkan kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

mortalitas kardiovaskular dan tekanan darah intrakranium,penglihatan kabur akibat

morbiditas

dan

menghambat laju penyakit ginjal. Pada pasien kerusakan retina karena hipertensi, ayunan langkah

dilakukan intervensi dengan tidak mantap karena kerusakan sususan saraf,

hipertensi

dapat

modifikasi gaya hidup dan farmakologi. Modifikasi nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan

gaya hidup yang dapat dilakukan antara lain tidak filtrasi glomerulus dan edema dependen akibat

merokok; pengaturan berat badan; kelebihan berat tekanan kapiler.Peninggian tekanan darah kadang

badan (BMI >25) merupakan faktor risiko serius merupakan satu- satunya gejala, terjadi komplikasi

terjadinya diabetes, penyakit jantung, arthritis, dan pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain

stroke, juga hipertensi, mengurangi asupan garam; adalah sakit kepala, epistaksis, telinga berdengung,

aktivitas fisik yang cukup; disarankan untuk melakukan rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-

aerobic 3-4 kali dalam seminggu, dengan durasi setiap kunang, dan pusing.Faktor risiko hipertensi dapat

aerobic sekitar 40 menit; mengurangi minuman dibedakan menjadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat

beralkohol.

Intervensi farmakologi yang dapat Intervensi farmakologi yang dapat

yang mampu dilakukan oleh individu dengan Calcium channel blocker atau calcium antagonist;

mudah dan cepat.

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor; Angiotensin - Sakit dan ketidaknyamanan: menggambarkan

sejauh mana perasaan keresahan yang dirasakan antagonist/blocker.

II receptor blocker

individu terhadap hal-hal yang menyebabkan antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan

individu merasa sakit.

dalam pengobatan hipertensi, tetapi dalam pemilihan - Tidur dan istirahat: menggambarkan kualitas tidur obat hipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor,

dan istirahat yang dimiliki oleh individu. yaitu faktor sosio-ekonomi, profil faktor risiko

- Kapasitas kerja: menggambarkan kemampuan kardiovaskular, ada tidaknya kerusakan target organ,

yang dimiliki individu untuk menyelesaikan tugas- ada tidaknya pernyakit penyerta, variasi individu dari

tugasnya.

respon pasien terhadap

obat

antihipertensi,

b. Dimensi Kesejahteraan Psikologis digunakan pasien untuk penyakit lainnya dan bukti

kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang

- Bodily image dan appearance: menggambarkan ilmiah kemampuan obat anti hipertensi yang

bagaiman individu memandang keadaan tubuh digunakan dalam menurunkan risiko kardiovaskular. 4 serta penampilannya.

- Perasaan negatif: menggambarkan adanya

Kualitas Hidup

perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki Hunt (dalam Post, Witte, dan Schrijvers, 1999)

mengemukakan bahwa “kalimat kualitas hidup” oleh individu. - Perasaan positif: menggambarkan perasaan yang

menyenangkan yang dimiliki oleh individu. dioperasionalisasikan. Kualitas hidup dapat disamakan

merupakan kalimat

- Self-esteem:melihat bagaiman individu menilai dengan keadaan kesehatan, fungsi fisik tubuh,

atau menggambarkan dirinya sendiri. perceived health status, kesehatan subjektif, persepsi

- Berpikir, belajar, memori, dan konsentarsi: mengenai kesehatan, simptom, kepuasan kebutuhan,

menggambarkan keadaan kognitif individu yang kognisi

memungkinkan untuk berkonsentrasi. gangguan psikiatri, kesejahteraan dan bahkan

individu, ketidakmampuan

fungsional,

terkadang dapat bermakna lebih dari satu pada saat

c. Dimensi hubungan sosial

yang sama. Dimensi-dimensi dari kualitas hidup yang - Relasi personal: menggambarkan hubungan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

individu dengan orang lain. dimensi-dimensi mengenai kualitas hidup yang

- Dukungan sosial: menggambarkan adanya terdapat dalam WHOQOL-BREF dimana terdapat enam

bantuan yang didapatkan oleh individu yang dimensi yaitu (1) kesehatan fisik, (2) kesejahteraan

berasal dari lingkungan sekitarnya. psikologis, (3) tingkat kemandirian, (4) hubungan

- Aktivitas seksual: menggambarkan kegiatan sosial, (5) hubungan dengan lingkungan, dan (6)

seksual yang dilakukan individu. keadaan spiritual. WHOQOL in kemudian dibuat lagi

menjadi instrumen WHOQOL-BREF dimana enam

d. Dimensi hubungan dengan lingkungan. dimensi tersebut kemudian dipersempit lagi menjadi

- Sumber financial: menggambarkan keadaaan empat dimensi yaitu (1) kesehatan fisik, (2)

keuangan individu.

kesejahteraan psikologis, (3) hubungan sosial, dan (4) - Freedom, physical safety, dan, security: hubungan dengan lingkungan. Keempat dimensi ini

menggambarkan tingkat keamanan individu yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa faset sebagai

dapat mempengaruhi kebebasan dirinya. berikut yaitu: 7

- Perawatan

dan social care: ketersediaan layanan kesehatan dan perlindungan

kesehatan

a. Dimensi Kesehatan Fisik

sosial

- Aktifitas sehari-hari: menggambarkan kesulitan - Lingkungan rumah: menggambarkan keadaan dan kemudahan yang dirasakan individu ketika

tempat tinggal individu.

melakukan kegiatan sehari-hari. - Kesempatan untuk mendapatkan berbagai - Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan

keterampilan (skills): medis:

menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan kecenderungan individu dalam menggunakan

bagi individu untuk memperoleh hal-hal yang baru obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam

yang berguna bagi individu. melakukan aktifitas sehari-hari.

- Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan - Energi dan kelelahan: menggambarkan tingkat

rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan: kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam

menggambarkan sejauh mana individu memiliki menjalankan aktifvitasnya sehari-hari.

kesempatan dan dapat bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang.

- Lingkungan fisik: menggambarkan keadaan

lingkungan sekitar tempat tinggal individu (air, Pada penghitungan sampel ini dikehendaki tingkat udara, iklim, polusi, dll)

kepercayaan 95% dan ketepatan absolut yang - Transportasi: menggambarkan sarana kendaraan

diinginkan sebesar 10%. Proporsi lansia yang yang dapat dijangkau oleh individu.

menderita hipertensi adalah 0,19 Zα = 1,96, d = 10% Jadi berdasarkan rumus diatas dapat dihitung

n = (1,96 2 ) x 0,19 x (1-0,19) = 59, dimana Q= (1-P)

Hubungan Hipertensi Dengan Kualitas Hidup

Di samping implikasi terhadap organ, Karena jumlah populasi lansia di tempat penelitian hipertensi dapat memberikan pengaruh terhadap

kurang dari 10.000 orang, maka sampel untuk kehidupan sosial ekonomi dan kualitas hidup

penelitian ini dikoreksi dengan cara sebagai berikut: seseorang. Beberapa studi menyebutkan, individu

dengan hipertensi memiliki skor yang lebih rendah di

nk = n = 59 = 58,35

hampir semua dimensi yang diukur berdasarkan

1+n/N 1+59/5.435

kuesioner WHOQOL dibandingkan dengan populasi. Berdasarkan perhitungan diatas, jumlah sampel Hal ini disebabkan hipertensi memberikan pengaruh

minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 58. buruk terhadap vitalitas, fungsi sosial, kesehatan

mental, dan fungsi psikologis.Pada beberapa studi lain

ii) Teknik Pengambilan Sampel

menyebutkan, individu dengan hipertensi mengalami Posyandu lansia dipilih secara purposive sebagai gejala-gejala seperti sakit kepala, depresi, cemas, dan

tempat penelitian dengan mempertimbangkan jadwal mudah lelah yang mempengaruhi kualitas hidup

pelaksaan kegiatan posyandu dengan keterbatasan seseorang pada berbagai dimensi. Oleh karena itu,

waktu yang dimiliki oleh peneliti. Sampel dipilih dalam menangani individu dengan hipertensi sangat

dengan teknik consecutive sampling dari populasi penting untuk mengukur kualitas hidup agar dapat

terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi tanpa ada dilakukan manajemen yang optimal. 9 kriteria eksklusi. Apabila ada sampel yang menolak

atau tidak memenuhi kriteria, maka akan digantikan

METODE

sampel lain yang dipilih secara consecutive sampling juga sampai jumlah sampel terpenuhi.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

D. Variabel Penelitian

Antara variable yang didapatkan dalam penelitian ini

adalah status hipertensi, derajat hipertensi, usia, Penelitian ini dilakukan di Posyandu lansia yang

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

status pernikahan, pekerjaan, riwayat penyakit lain berada di wilayah kerja Puskesmas Rendang,

dan kualitas hidup.

Karangasem pada periode 27 Februari sampai 14 Maret 2015.

E. Definisi Operasional Variabel

i) Status hipertensi

Yaitu subyek yang didapatkan tekanan darah sistolik ≥ Populasi target dalam penelitian ini adalah semua

C. Populasi dan Sampel

140 mm Hg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg lansia di wilayah kerja Puskesmas Rendang. Populasi

sesuai kriteria JNC 7. Pengukuran tekanan darah terjangkau dalam penelitian ini adalah semua lansia

dilakukan dengan auskultasi dimana subyek dalam dengan hipertensi yang datang ke posyandu lansia

posisi duduk di atas bangku dengan telapak kaki wilayah kerja Puskesmas Rendang Karangasem.

menyentuh lantai dan istirahat 5 menit sebelum Sebagai sampel adalah lansia yang datang ke

pemeriksaan. Subyek dianjurkan untuk tidak minum posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Rendang

minuman yang mengandung kafein, merokok, dan pada bulan Maret 2015 dipilih secara consecutive,

olah raga minimal 30 menit sebelum pemeriksaan. bersedia ikut dalam penelitian, dan memenuhi kriteria

Manset harus melingkari minimal 80% dari lingkar inklusi. Kriteria inklusi adalah lansia diatas usia 60

lengan atas. Pengukuran dilakukan dengan meraba tahun dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas

terlebih dahulu arteri radialis subyek, kemudian alat Rendang. Kriteria eksklusi adalah responden menolak

dipompa 20-30 mm Hg di atas hilangnya denyutan berpartisipasi dalam penelitian, menderita gangguan

arteri radialis. Tekanan manset kemudian diturunkan fungsi kognitif, menderita gangguan psikiatri berat dan

perlahan dengan kecepatan 2 mmHg / detik. Tekanan sedang dalam perawatan psikiatri, memiliki cacat fisik

darah sistolik adalah tekanan darah yang ditunjukkan (tuli, bisu, buta, lumpuh) dan tidak kooperatif.

tensimeter saat mulai terdengarnya suara korotkoff (onset fase 1) dan tekanan darah diastolik adalah saat

Pemilihan sampel

menghilangnya suara korotkoff (onset fase 5).

i) Besar sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus :

ii) Derajat Hipertensi

n= Zα 2 PQ

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Hipertensi menurut Joint

National Committee 7 (JNC 7) 2 F. Prosedur Pengumpulan Data

Kategori

Sistol

dan/atau Diastole

i) Instrumen Penelitian : Kuesioner, tensimeter dan

Alat ukur variabel kualitas hidup berupa kuesioner Pre hipertensi

yang dibuat oleh WHO yaitu World Health

Organization Quality Of Life

– Bref (WHOQOL-BREF) yang merupakan pengembangan dari alat ukur

Hipertensi grade 1

Hipertensi grade 2

WHOQOL-100. Alat ukur ini telah diadaptasi ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia oleh Dr.

Riza Sarasvita dan Dr. Satya Joewana untuk penelitian Usia individu penduduk lansia di posyandu lansia

iii) Usia

pada drug user (Wardhani, 2006). Wardhani (2006) wilayah kerja Puskesmas Rendang tahun 2015 adalah

juga melakukan uji psikometri terhadap alat ukur berdasarkan KTP yang dikategorikan menurut cut-off

WHOQOL-BREF dan hasilnya adalah bahwa alat ukur point rerata dari usia lansia yang didapat saat

ini adalah alat ukur yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, sehingga pengelompokan usia

mengukur kualitas hidup. Berikut ini adalah contoh menjadi dibawah rerata dan diatas rerata. Subjek yang

item dari alat ukur WHOQOL-BREF dalam mengukur dipilih merupakan subjek yang berusia ≥ 60 tahun

kualitas hidup.

karena berdasarkan definisi WHO lansia adalah orang

yang berusi a ≥ 60 tahun. Tabel 2. Contoh Item Alat Ukur WHOQOL-BREF

Contoh Item Kuesioner WHOQOL-BREF iv) Status pernikahan

Dimensi

Seberapa sering anda membutuhkan Status pernikahan lansia wilayah kerja Puskesmas

Kesehatan

bantuan medis untuk dapat berfungsi Rendang tahun 2015 berdasarkan wawancara, dibagi

Fisik

dalam kehidupan sehari-hari? menjadi tidak menikah, menikah, janda, duda. Kesejahteraan Seberapa sering anda dapat menjalani

sehari-hari dengan

v) Pekerjaan

perasaan gembira? Pekerjaan individu penduduk lansia di posyandu

puaskah anda dengan lansia wilayah kerja Puskesmas Rendang tahun 2015,

Hubungan

Seberapa

dukungan yang anda peroleh dari dikategorikan atas pensiunan/ tidak bekerja dan

Sosial

teman anda?

bekerja.

Hubungan

Seberapa puaskah anda dengan kondisi

dengan

tempat tinggal anda saat ini?

vi) Riwayat penyakit lain

Lingkungan

Riwayat penyakit lain adalah penyakit sistemik kronis yang diderita oleh individu penduduk lansia di

posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Rendang Untuk menjawab masing-masing pertanyaan, peserta tahun 2015 yang sudah diderita selama 1 bulan.

diminta memilih satu angka dari skala 1 sampai 5. WHOQOL-BREF hanya memberikan 1 macam skor

vii) Kualitas Hidup

yaitu skor dari tiap masing-masing dimensi yang Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai

menggambarkan respon masing-masing individu di posisi mereka dalam hidup dan hubungannya dengan

tiap dimensi tersebut. Menurut Skevington (2008), tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan

alat ukur WHOQOL-BREF tidak memberikan skor perhatian seseorang (WHOQOL Group dalam Lopez

menyeluruh yang merupakan gabungan dari tiap and Synder, 2004). Kualitas hidup diukur berdasarkan

dimensi dan peneliti juga diperkenankan dalam empat dimensi, yaitu :

mengubah skala dan cara perhitungannya. Skor tiap  Dimensi Kesehatan Fisik : penilaian individu dimensi yang didapat dari alat ukur WHOQOL-BREF

terhadap keadaan fisiknya seperti sakit, tidak (raw score) harus ditransformasikan sehingga nilai skor nyaman, dll.

dari alat ukur ini dapat dibandingkan dengan nilai skor  Dimensi Kesejahteraan Psikologis : penilaian yang digunakan dalam alat ukur WHOQOL-100 (WHO Groups, 2008). Skor tiap dimensi (raw score)

individu terhadap dirinya secara psikologis.

skala 0-100  Dimensi Hubungan Sosial : penilaian individu dengan menggunakan rumus baku yang sudah ditetapkan oleh

ditransformasikan

dalam

terhadap hubungannya dengan orang lain.  Dimensi hubungan dengan lingkungan : WHO dibawah ini :

penilaian individu terhadap hubungannya dengan lingkungan tempat tinggal, sarana, dan prasarana yang dimilikinya.

Tabel 3. Penilaian Kualitas Hidup

2 Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

3 Tingkat Pendidikan

a. Tidak Sekolah

e. Lainnya

b. Tidak/Pensiunan

5 Status Pernikahan (suami/istri

masih ada/tidak)

b. Tidak

a. Raw Skor = penjumlahan nilai pada setiap

Kronis pertanyaan dalam setiap domain

6 Riwayat

Penyakit

b. 4-20 : Mean setiap domain x 4

c. 0-100 : [nilai (b)-4] x [100/16]

ii) Cara Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lansia dengan metode wawancara langsung yang dilakukan di posyandu lansia dengan menggunakan

Dari data yang diperoleh, mayoritas responden berada kuesioner.

dalam kelompok umur 60 – 74 tahun yaitu masuk karakteristik lansia dan data mengenai kualitas hidup

dalam katagori lanjut usia, sebesar 53.3% dari total lansia.Data sekunder merupakan data yang diperoleh

responden. Usia rata-rata dari responden adalah dari posyandu lansia berupa hasil pengukuran tekanan

65.55. Sebagian besar responden berjenis kelamin darah.

laki-laki (32.0%). Tingkat pendidikan dari lansia di posyandu wilayah kerja Puskesmas Rendang sebagian

besar tamat SD yaitu (51.7%). Para lansia yang Data dianalisis dengan menggunakan perangkat

G. Teknik Analisis Data

bekerja di daerah ini sebanyak 41%. Sebagian besar software komputer.

responden, tinggal dengan anggota keluarga mereka,

HASIL

dari 60 responden, 71.7% masih didampingi oleh pasangan hidup masing-masing, dan 28.3% suami atau

A. Karakteristik Responden

istrinya telah meninggal.

Penelitian ini dilakukan terhadap 60 sampel penduduk lansia, yaitu penduduk berusia 60 tahun sampai

dengan 90 tahun dan bertempat tinggal di Kecamatan

B. Distribusi Hipertensi

Rendang, Kabupaten Karangasem. Dari sejumlah Tabel 5. Distribusi Status Tensi responden yang terpilih, seluruhnya menyatakan

bersedia untuk ikut serta di dalam penelitian ini.

Jumlah Persentase Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 27

Status Tekanan

Jumlah

(%) Februari 2015- 15 Maret 2015. Dari 60 responden

Darah

Subyek

60 26 43.3 yang telah diwawancarai, diperoleh karakteristik

Hipertensi grade I

60 34 56.7 penduduk meliputi usia, jenis kelamin, tingkat

Hipertensi grade II

pendidikan, pekerjaan, status pernikahan dan riwayat Pada Tabel 5, tersaji status tekanan darah yang penyakit kronis lainnya. menunjukkan bahwa 43.3% berstatus hipertensi grade

I dan 56.7% berstatus hipertensi grade II. N Karakteristik

Tabel 4. Karakteristik Responden

Freku Persent

C.Distribusi Kualitas Hidup Lansia

ensi

ase (%)

Tabel 6. Distribusi Kualitas Hidup Lansia

1 Kelompok Umur (Tahun)

N Karakteristik

Freku Persent

a. Dibawah Rerata

32 53.3 o

ensi ase (%)

b. Diaatas Rerata

1 Kualitas Hidup Lansia secara

Umum

35 58.3 (Status

Secara Umum (%)

a. Baik

b. Buruk

2 Kualitas Hidup Lansia Dimensi

15 28 (65.1) Kesehatan Fisik

Menikah

a. Baik

43 71.7 Tidak Menikah

b. Buruk Berdasarkan variabel pasangan hidup, responden yang

3 Kualitas Hidup Lansia Dimensi memiliki pasangan hidup, memiliki kualitas hidup yang Psikologis

37 61.7 buruk (34.9%). Sedangkan responden yang tidak

a. Baik

23 38.3 memiliki pasangan hidup, memiliki kualitas hidup yang

b. Buruk

buruk (58.8%).

4 Kualitas Hidup Lansia Dimensi Personal Sosial

30 50 Tabel 9. Kualitas Hidup Lansia dengan Riwayat

a. Baik

30 50 Penyakit Kronis Lain

b. Buruk Variabel (Riwayat Kualitas Hidup Lansia Total

5 Kualitas Hidup Lansia Dimensi

Secara Umum (%) Lingkungan

Penyakit Kronis)

b. Buruk

25 (54.3) 100 Berdasarkan variabel riwayat penyakit kronis lainnya,

Berdasarkan distribusi responden menurut kualitas responden yang memiliki riwayat penyakit kronis lain, hidupnya, didapatkan responden yang memiliki

hidup yang buruk (28.6%). kualitas hidup baik sebanyak 35 orang (58.3%) dan

memiliki kualitas

Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat responden yang memiliki kualitas hidup buruk

penyakit kronis, memiliki kualitas hidup yang baik terdapat 25 orang (41.7%). Responden lansia yang

memilki kualitas hidup yang buruk berdasarkan

Tabel 10. Kualitas Hidup Lansia dengan Usia

kualitas kesehatan fisik lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki kualitas yang baik yaitu 43

Hidup Total orang (71.7%). Kualitas hidup responden berdasarkan

Variabel

Kualitas

LansiaSecara Umum (%) dimensi psikologis terdapat sebagian besar baik yaitu

100 hidup baik dan buruk sama jumlahnya berdasarkan

37 orang (61.7%). Responden yang memiliki kualitas

16(57.1) dimensi personal sosial. Sedangkan Pada dimensi

Diatas Rerata

19(59.4) 100 lingkungan, kualitas hidup yang buruk lebih banyak

Dibawah Rerata

Berdasarkan variable usia didapatkan kelompok diatas dibandingkan yang baik yaitu sebanyak 44 orang

rerata memiliki kualitas hidup yang buruk dengan (73.3%).

presentase 42.9%. Pada responden lansia dengan usia dibawah rerata memiliki kualitas hidup yang baik

dengan presentase 59.4%.

D. Hasil Tabulasi Silang Variabel Karakteristik Subyek dengan Kualitas Hidup Lansia Secara Umum

Tabel 7. Kualitas Hidup Lansia dengan Pekerjaan

Kualitas Hidup Lansia Total Variabel

Variabel (Jenis

Secara Umum (%) (Pekerjaan)

Kualitas

Hidup Total

Kelamin)

Lansia Secara Umum (%) Buruk(%) Baik (%) Buruk (%) Baik (%)

15 (53.6) 100 bekerja/Pensiunan

Perempuan

Tabel 11. Kualitas Hidup Lansia dengan Jenis Kelamin

Berdasarkan variabel pekerjaan, responden yang tidak Berdasarkan jenis kelamin, pada responden laki-laki bekerja atau pensiunan memiliki kualitas hidup yang

yang baik dengan buruk (47.4%). Sedangkan responden yang bekerja

didapatkan kualitas

hidup

presentase 62.5%. Sedangkan responden perempuan memiliki kualitas hidup yang baik (61.0%).

didapatkan kualitas hidup yang buruk dengan presentase 46.4%.

Tabel 8. Kualitas Hidup Lansia dengan Status Pernikahan

Tabel 12. Kualitas Hidup Lansia dengan Tingkat Pendidikan

Variabel Kualitas Hidup Lansia Total

Pada responden yang tidak bersekolah memiliki

Kualitas Hidup Lansia Total kualitas hidup yang buruk (28.0%), responden dengan

Variabel

Secara Umum (%) pendidikan SD memiliki kualitas hidup yang baik

(Tingkat

Buruk(%) Baik (%) (48.4%), responden dengan pendidikan SMP memiliki

Pendidikan)

18 (72.0) 100 kualitas hidup buruk (100%), responden dengan

Tidak Sekolah

15 (48.4) 100 pendidikan SMA/Sederajat memiliki kualitas hidup

SD

0 (.0) 100 baik 50% dan responden yang pendidikan lainnya yaitu

SMP

1 (50) 100 Perguruan Tinggi memiliki kualitas buruk 0%.

SMA /Sederajat

primer adalah untuk mengurangi

A. Gambaran status tekanan darah lansia

insidensi penyakit dengan cara mengendalikan Dari hasil penelitian mengenai frekuensi

penyakit dan faktor-faktor distribusi hipertensi dengan menggunakan sampel

penyebab-penyebab

sekunder yaitu upaya penelitian masyarakat di wilayah kerja puskesmas

risikonya.

Pencegahan

pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi Rendang, didapatkan kasus hipertensi grade I

untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini sebanyak 26 kasus(43.3%) dan hipertensi grade II

ditujukan untuk mengobati para penderita dan sebanyak

60 mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari sampel(100%) penduduk usia lanjut di wilayah

penyakit, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian tersebut. Penelitian Dewhurst (2013) pada lansia di

pencegahan ini dilakukan Tanzania, dimana didapatkan prevalensi hipertensi

pengobatan.

Dalam

pemeriksaan tekanan darah secara teratur dan juga pada lansia cukup tinggi yaitu 69.9% dari 2223 lansia.

kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah Stockslager (2008) menyebutkan bahwa insiden

menderita hipertensi.Pencegahan tersier yaitu upaya hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya

mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau usia. Hal ini juga sejalan dengan penelitian dimana

kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang

tersier ini yaitu menurunkan tekanan darah sampai berusia diatas 60 tahun. Manuel (2001) menyebutkan

batas aman dan mengobati penyakit yang dapat bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat

memperberat hipertensi. Pencegahan tersier dapat dengan bertambahnya usia.

dilakukan dengan follow up penderita hipertensi yang mendapat terapi dan rehabilitasi. Follow up ditujukan

kemungkinan dilakukannya Survey (NHANES) menyebutkan 65% orang diatas usia

National Health and Nutrition Examination

untuk

menentukan

pengurangan atau penambahan dosis obat.

65 tahun menderita hipertensi. Hipertensi pada lansia dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur

B. Gambaran Kualitas Hidup Lansia

anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut Pada hakekatnya, gambaran kualitas hidup dengan

seseorang hanya dapat digambarkan oleh orang itu pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kekakuan pembuluh

darah. Kekakuan

sendiri secara subjektif dan tidak dapat didefinisikan kemungkinan pembesaran plague yang menghambat

secara pasti (Cella, 1992). Hipertensi merupakan salah gangguan peredaran darah perifer.Kekakuan dan

kronik yang disebabkan oleh kelambanan alirandarah menyebabkan beban

satu

penyakit

multifaktorial dan berimplikasi ke banyak hal dalam jantung bertambah berat yang akhirnya

kehidupan penderita. Di samping implikasi terhadap dekompensasi

organ, hipertensi dapat memberikan pengaruh pemompaan jantung yang memberikan gambaran

terhadap kehidupan sosial ekonomi dan kualitas hidup peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi

seseorang. Beberapa studi menyebutkan bahwa (Yogiantoro, 2009).

individu dengan hipertensi memiliki skor yang lebih rendah di hampir semua dimensi yang diukur

WHOQOL dibandingkan morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.

Adanya hipertensi merupakan faktor risiko

berdasarkan

kuesioner

dengan populasi. Hal ini disebabkan karena hipertensi Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk

dapat memberikan pengaruh buruk terhadap vitalitas, stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana

fungsi sosial, kesehatan mental, dan fungsi psikologis. peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan

(Theodorou, Mamas et al, 2011). Sofiana (2011) pada orang yang lebih muda. Lebih dari separuh

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh

hipertensi dengan kualitas hidup yang menurun, penyakit jantung dan serebrovaskuler.

disebutkan bahwa lansia dengan hipertensi 4.6 kali Pencegahan hipertensi

hidupnya kurang berkualitas dibandingkan dengan dengan pencegahan, primer, sekunder, dan tersier.

dapat dilakukan

lansia yang tidak mengalami hipertensi. Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan

Pada penelitian ini, ditinjau dari dimensi sebelum seseorang menderita hipertensi, dimana

kesehatan fisik, lansia dengan hipertensi,ditemukan dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi

kualitas hidup yang buruk sebesar 71.7%. Soni, et al terutama pada kelompok risiko tinggi. Tujuan

(2010) dalam penelitiannya juga mengemukakan (2010) dalam penelitiannya juga mengemukakan

psikologis yang kurang baik terhadap pasien. fisik dan psikologis. Stanley et al (2011) juga mendapatkan hasil dimana pada pasien hipertensi

Namun hasil yang didapat pada penelitian ini didapatkan kualitas hidup lebih buruk pada dimensi

masih mungkin terjadi, menurut Kartini dan Fitri(2014) kesehatan fisik.

mengemukakan bahwa orang dengan hipertensi yang memiliki optimisme dapat mengurangi perasaan dan

Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang pandangan negatif terhadap masalah menurut cara tidak terkontrol dan menyebabkan terjadi komplikasi

pandang yang lebih positif sehingga menimbulkan yang dapat berujung pada terjadinya morbiditas dan

perasaan mampu menghadapi masalah kesehatan fisik mortalitas diduga menjadi salah satu mekanisme dari

dan psikis yang dialami untuk mencapai kualitas hidup buruknya dimensi kesehatan fisik pada lansia dengan

yang lebih baik. Dan menurut penelitian yang hipertensi. Pada beberapa studi lain menyebutkan,

dilakukan Riana(2014) adanya hubungan penyesuaian individu dengan hipertensi dilaporkan mengalami

diri dengan kualitas hidup pada penderita hipertensi. gejala-gejala seperti sakit kepala, depresi, cemas, dan

Semakin baik penyesuaian diri maka akan semakin mudah lelah. Gejala-gejala ini dilaporkan dapat

baik pula kualitas hidup yang dimiliki penderita mempengaruhi kualitas hidup seseorang

pada

hipertensi.

berbagai dimensi terutama dimensi fisik. Oleh karena itu, dalam menangani individu dengan hipertensi

Kualitas hidup pada aspek personal sosial sangat penting untuk mengukur kualitas hidup agar

didapatkan hasil sebagai berikut, pada responden dapat

lansia dengan hipertensi, kualitas hidup dimensi (Theodorou, Mamas et al, 2011)

dilakukan manajemen

yang

optimal.

personal sosial ditemukan kualitas hidup yang buruk sebesar 50.0%. Menurut penelitian Sofiana (2009)

Kualitas hidup yang buruk pada dimensi yang menyebutkan bahwa pada pasien dengan kesehatan fisik dapat dicegah dengan melakukan

hipertensi, peningkatan tekanan darah ke otak akan pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Kualitas

menyebabkan penurunan vaskularisasi di area otak hidup kesehatan fisik yang baik dapat tercapai dan

pasien sulit untuk terpelihara jika pasien dapat mengontrol penyakitnya

yang

mengakibatkan

berkonsentrasi, mudah marah, merasa tidak nyaman, secara teratur. Dengan melakukan pengobatan yang

dan berdampak pula pada aspek sosial dimana pasien rutin dan baik, gejala klinis dapat berkurang dan

tidak mau bersosialisasi karena merasakan kondisinya timbulnya

yang tidak nyaman. Hal ini menyebabkan penurunan Pelaksanaan

kualitas hidup personal sosialnya. Pada studi yang meningkatkan kualitas hidup lansia di bidang

dilakukan oleh Poljicanin, Tamara et al, juga kesehatan fisik juga dapat semakin digalakkan, seperti

menyebutkan bahwa individu dengan penyakit posyandu lansia, puskesmas keliling, senam lansia dan

hipertensi dapat memberikan pengaruh yang buruk program lainnya yang dapat meningkatkan kualitas

terhadap kualitas hidup individu tersebut. Pada kesehatan para lansia.

individu dengan penyakit tersebut, terjadi penurunan kualitas hidup pada hampir seluruh dimensi yang

Kualitas hidup jika ditinjau dari dimensi diukur berdasarkan kuesioner WHO dimana yang psikologisnya, responden lansia dengan hipertensi

paling terpengaruh adalah dimensi kesehatan fisik dan yang memiliki kualitas hidup yang buruk didapat

hubungan sosial. (Poljicanin, Tamara et al, 2010) sebanyak 38.3%. Hasil penelitian yang didapat

bertolak belakang dengan yang dipaparkan oleh Pada penelitian ini, responden lansia dengan Stanley et al (2011) yang mendapatkan hasil dimana

hipertensi yang memiliki gambaran kualitas hidup pada pasien hipertensi kualitas hidup psikologisnya

personal sosialnya baik memiliki angka yang sama buruk, yaitu dengan presentase 67.8%. Hal ini sesuai

dengan yang buruk yaitu 50,0%, hal ini mungkin dapat Begitu pula dengan penelitian Wang, et al (2009) di

disebabkan oleh tersedianya program puskesmas yang China yang menyebutkan bahwa hipertensi secara

terlaksana dengan baik untuk lansia seperti posyandu nyata mengganggu kualitas hidup, baik dari dimensi

lansia sehingga para lansia dapat saling berkumpul dan kesehatan fisik dan psikologis.

berkomunikasi dengan sesama lansia. Selain itu, banyaknya kegiatan adat di banjar dan tatanan rumah

Adanya proses patologis akan mengakibatkan dari masyarakat adat Bali yang berdekatan antara penurunan kemampuan fisik pada pasien hipertensi,

sesama keluarga dan tetangga di daerah pedesaan yang dimanifestasikan dengan kelemahan, rasa tidak

memudahkan para lansia untuk bertemu dan saling berenergi, pusing sehingga berdampak ke psikologis

bertukar pikiran. Kualitas hidup personal sosial dapat pasien dimana pasien merasa hidupnya tidak berarti

ditingkatkan dengan cara meningkatkan perhatian dari akibat kelemahan dan proses penyakitnya yang

pasangan hidup, keluarga, caregiver, dan orang-orang merupakan penyakit

hipertensi juga harus mengkonsumsi obat seumur hidupnya untuk mencegah berbagai macam kompikasi

Pada responden lansia dengan hipertensi, Kualitas hidup lansia dapat ditingkatkan kualitas hidup lansia dimensi lingkungan didapatkan

melalui beberapa program seperti posyandu lansia, baik sebesar 26.7%. Dimensi lingkungan dapat dilihat

puskesmas keliling, senam lansia, penyuluhan dan dari dua aspek yaitu kebersihan tempat tinggal dan

perlu diberikannya jaminan kesehatan kepada lansia. akses

Dengan terpenuhinya segala aspek tersebut maka disayangkan, karena melihat program puskesmas

pelayanan kesehatan.

kualitas hidup lansia yang baik dapat diwujudkan. keliling telah berjalan sesuai dengan jadwal dan diharapkan dapat menjangkau semua lansia yang

C. Kelemahan Penelitian

membutuhkan pelayanan kesehatan. Kemungkinan - Pada penelitian ini, hanya diteliti mengenai

buruknya kualitas hidup lansia menurut dimensi gambaran status tekanan darah terhadap kualitas lingkungan disebabkan dari sudut lingkungan tempat

hidup lansia sehingga perlu diteliti mengenai tinggal, kepuasan sampel terhadap kondisi tempat

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas tinggal didapatkan masih kurang.

hidup lansia seperti karakteristik subyek, adanya penyakit kronis lain, dan kepatuhan lansia

hipertensi dalam minum obat dimana menurut didapatkan dari keadaan lingkungan pada lansia

Kualitas lingkungan

penelitian lain hal tersebut sangat bermakna tergolong kurang baik. Hal ini mungkin dikarenakan

dalam menentukan kualitas hidup lansia. sebagian besar dari lansia tinggal dengan anak

- Beberapa definisi operasional variabel hanya ataupun keluarga besarnya, namun sibuk bekerja,

didasarkan secara klinis dan wawancara tanpa ataupun tinggal sendiri, yang mengakibatkan kondisi

pemeriksaan objektif.

tinggal yang kurang terpelihara. Mayoritas responden - Jenis penelitian deskriptif kuantitatif tidak dapat lansia bertempat tinggal cukup jauh dari sarana

mencari faktor yang bermakna mempengaruhi transportasi berupa kendaraan umum seperti bemo.

kualitas hidup lansia.

WHOQOL group (2004) dalam Murphy et al (2000), menyatakan kualitas hidup adalah persepsi

SIMPULAN

individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam Dalam penelitian ini, kesimpulan yang didapat adalah konteks budaya dan sistem nilai dimana individu

A. Jumlah responden terbanyak adalah lansia tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan,

kelompok dibawah rerata (53.3%), jenis kelamin harapan, standard dan keinginan. Hal ini merupakan

laki-laki (53.3%), tingkat pendidikan SD (51.7%), suatu konsep yang dipadukan dengan berbagai cara

bekerja (68.3%), pendamping hidup (suami/istri) seseorang untuk mendapat kesehatan fisik, keadaan

masih ada (71.7%), dan mempunyai riwayat psikologis, tingkat independen, hubungan sosial, dan

penyakit kronis selain hipertensi (23.3%). hubungan dengan lingkungan disekitarnya. Jadi

B. Kualitas hidup lansia secara umum baik (58.3%), kualitas hidup memiliki hubungan yang saling

kualitas kesehatan fisik lansia buruk (71.7%), berkaitan antar tiap dimensinya untuk membentuk

kualitas psikologis baik (61.7%), kualitas personal kualitas hidup yang baik secara umum.

sosial tidak terlalu berpengaruh (50.0%) dan kualitas lingkungan buruk (73.3%).

Pada penelitian ini, fokus perhatian pada pasien hipertensi dan didapatkan kualitas fisik dan lingkungan yang buruk. Kualitas fisik yang buruk dapat

SARAN

mempengaruhi kualitas kerja yang akan memberi

A. Sebagai masukan kepada Puskesmas Rendang pengaruh pada

kemampuan untuk memenuhi untuk mematangkan kembali program bagi para kebutuhan sehari- hari. Berdasarkan segi kualitas

lansia sehingga para lansia di wilayah kerja lingkungan,

Puskesmas Rendang memiliki kualitas hidup yang menimbulkan beban finansial yang lebih apalagi jika

baik terutama dari aspek kesehatan fisik dan lansia tidak memiliki jaminan kesehatan, hal ini akan

lingkungan.

menjadi beban dan

B. Kepada peneliti lain disarankan untuk melakukan mempengaruhi kemampuan lansia dalam pemenuhan

penelitian lebih lanjut mengenai kualitas hidup kebutuhan yang lain. Kualitas lingkungan juga