A. Pendahuluan - MAKALAH S2 | MUHLISIN PERSONAL'S Site

  TAKHRIJ HADITS PERINTAH BERJENGGOT BAGI LAKI-LAKI MUSLIM DALAM KITAB HADITS SUNAN ABU DAWUD

  Bahan diskusi dan presentasi kelas Mata Kuliah ; Studi Hadist Pengampu Mata Kuliah : Dr. Zainuddin MZ, MA

  Oleh MUHLISIN

  (Nim F0.3.4.10.84) Konsentrasi Pendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel

  Surabaya 2010 Muhlisin 1

  

TAKHRIJ HADITS PERINTAH BERJENGGOT

BAGI LAKI-LAKI MUSLIM

DALAM KITAB HADITS SUNAN ABU DAWUD

MUHLISIN (NIM F0.3.4.10.84)

A. Pendahuluan Sebagai konsepsi teoritis awal perlu dikemukakan disini apa yang disebut dengan takhrij.

  Dalam arti

  tajrih/takhrij atau jarah dalam pengertian bahasa : melukai tubuh ataupun yang lain dengan menggunakan benda tajam, pisau, pedang dan sebagainya, luka yang disebabkan oleh kena pisau

  

  dan sebagainya dinamakan jur Dan diartikan pula jarah dengan memakai dan menistai, baik dimuka ataupun dibelakang.

  Dari sudut pendekatan kebahasaan ini, kata takhrij juga memiliki beberapa arti, yaitu pertama, berarti al-istinbath (mengeluarkan dari sumbernya ). Kedua berarti at-tadrib (latihan )

  

  ketiga berarti at-taujih (pengarahan, menjelaskan duduk persoala

  Secara Terminologis

  Menurut satu definisi, arti takhrij sama dengan Al-ikhraj yaitu Ibraz Al-Hadits li an-nas

  

bidzikri mahrajih (mengumgkapkan atau mengeluarkan hadits kepada orang lain dengan

  menyebutkan para perawi yang berada dalam rangkaian sanadnya sebagai yang mengeluarkan hadits). Misalnya dikatakan : hadza hadits akhrajahu al-bukhari atau kharrajahu al-bukhari (hadist ini dikeluarkan oleh al-bukhari). Arti takhrij menurut definisi ini banyak dipakai oleh

  

  Menurut definisi berikutnya, di sebutkan bahwa kata takhrij berarti ikhraj al-ahadits min

  

buthuni al-kutub wa riwayatuh (mengeluarkan sejumlah hadis dari kandungan kitab-kitabnya

  dan meriwayatkannya kembali). Pengertian ini diantaranya dikemukakan oleh as-sakhawi, ia menambahkan bahwa orang yang mengeluarkan hadis tersebut kemudian meriwayatkannya atas namanya sendiri atau atas nama guru-gurunya, serta menyandarkannya kepada penulis kitab yang dikutipnya.

  1 Menurut mahmud ath-Thahhan, asal kata Takhrij, ialah : ا ِْْْج دِح ا َو ٍء ْيَش يِف ِنْيَد اَضَتُم ِِِنْي َرَََْمَأ ُع اَمت 2Berkumpulnya dua hal yang bertentangan dalam satu persoalan3 M.Hasbi Ash Shiddiqi, Sejarah Pengantar Ilmu Hadist,(Jakarta: Bulan Bintang,1954), Hal.358 4 Muhammad Ahmad & Mudzakkir, Ulumul Hadis, (Bandung:Pustaka Setia, 2004) hal. 132-133

  Muhlisin 2 Kata takhrij berarti ad-dalalah ala mashadir al-hadits al-ashliyah wa azzuhu ilaihi (petunjuk yang menjelaskan kepada sumber-sumber asal hadis). Di sini dijelaskan siapa-siapa yang menjadi para perawi dan mudawwin yang menyusun hadis tersebut dalam suatu kitab.

  Berdasarkan definisi ini, pengertian takhrij sebagai berikut:

  

ِن اَََيَب ّمُث ِهِدَنَسِب ِهِتَجَر ْخَأ ْيِتّلا ِهِتَيِل ْصَلْا ِهِرِد اَصَم ْيِف ِثْي ِدَحل ْا ِعِض ْوَم ىَلَع ُةَل َل ّدل ا

ِةَج اَحلْا َدْنِِِع ِهِتَبَتْرَم

“Petunjuk tentang tempat atau letak hadis pada sumber aslinya, yang diriwayatkan dengan

menyebutkan sanadnya, kemudian dijelaskan martabat atau kedudukannya manakala

diperlukan.

  Berdasarkan definisi di atas, maka me-ntakhrij, berarti melakukan dua hal, yaitu yang

  

pertama berusaha menemukan para penulis hadis itu sendiri dengan rangkaian silsilah sanad-nya

  dan menunjukannya pada karya-karya mereka, seperti kata-kata akhrajahu al-baihaqi, akhrajahu al-thabrani fi mu’jamih atau akhrajahu ahmad fi musnadih.

  Kedua, memberikan penilaian kualitas hadis sesuai dengan kaidah-kaidah yang sering

  digunakan oleh Ulumul Hadist. Jadi dapat disimpulkan disin bahwa penilaian kualitas suatu hadis dalam men-takhrij meniscayakan untuk dilakukan juga uji kuantitas sanad dari hadits yang bersangkutan.

  Tujuan dan kegunaan kegiatan takhrij adalah untuk 1) mengetahui dari mana sumber hadis itu berasal, 2) menentukan kualitas sanad hadis dan 3) untuk mengetahui keadaan hadis tersebut yang berkaitan dengan maqbul dan mardud-nya. Untuk memungkinkan dapat dijadikan

  

B. Problem Aktual : Wajib Berjenggot dan Haram Mencukur Jenggot

  Dalam fenomena keberagamaan dapat diamati banyaknya sejumlah kelompok harokah dan gerakan keagamaan di Nusantara yang memfatwakan wajibnya berjenggot. Efek dari fatwa itu dapat diamati dengan banyaknya di tengah-tengah masyarakat awam yang mematuhi fatwa itu. Sehingga mereka yang patuh dengan fatwa itu merasa bangga dan meyakininya sebagai sebuah kewajiban dan dosa besar apabila tidak melaksanakannya. Bahkan ditemukan kasus diantara mereka rela bercerai dengan istrinya demi menjalankan kewajiban berjenggot. Usut punya usut si istri ternyata tidak suka dengan jenggot si suami. Seiring dengan fenomena ini 5 diikuti dengan prilaku diri yang memiliki identitas lain misalnya dengan perilaku celana

  M.Hasbi Ash Shiddiqi, Ibid , Hal.359 Muhlisin 3 cingkrang, jubah, gamis yang perempuan menutup wajah (burqa) dan lain sebagainya. Namun contoh – contoh ini tidak dapat dibahas secara menyeluruh. Dalam paper ini hanya dibatasi pada asumsi dasar tentang hadist rasulullah yang berkaitan dengan perintah kewajiban bagi laki-laki muslim untuk berjenggot yang terdapat dalam kitab Sunan Abu Dawud dengan lafadz atau laqab lughah bahasa amar (..amara..).

  Berkaitan dengan fatwa wajibnya berjenggot, setelah dilacak dari sejumlah sumber dapat ditemukan bahwa argumentasi mereka antara lain:

  1. Memelihara jenggot adalah termasuk fitrah, tidak boleh mencukurnya.

  2. Mencukur jenggot berarti mengubah ciptaan Allah Swt. mengubahnya berarti dosa .

  3. Dengan mencukur jenggot, sehingga si orang laki-laki yang tidak berjenggot dia mendapat laknat Allah dan Rasulullah

  4. Memelihara jenggot adalah perintah dari Allah dan Rasul-Nya, dan hukumnya adalah wajib karena Rasululloh Saw dan para sahabat senantiasa melakukan demikian.

  5. Dalam perspektif mereka bahwa jenggot merupakan pelindung amandel dan stroke serta dari sinar matahari, sedang mencukurnya bisa membahayakan kulit.

  6. Jenggot adalah hiasan bagi kaum laki-laki yang diciptakan Allah baginya maka dilarang menghilangkannya menghilangkannya berarti meniru perempuan,meniru perempuan haram dan dosa hukumnya.

  7. Tersebutkan juga dalam hadits larangan untuk mencukurnya yakni hadist yang menjadi obyek takhrij dalam paper ini yaitu hadis Hadist Sunan Imam Abu Dawud Juz 11 hal 263 no 3667 tentang perintah Rasulullah Saw mencukur rambut dan memelihara jenggot yang menggunakan kalimat perintah. Hadist inilah yang dicoba untuk diteliti dalam makalah ini.

C. TEKS HADITS

  Hadist Pokok, yakni Hadist Sunan Imam Abu Dawud Juz 11 hal 263 no 3667 dalam Bab Mencukur Rambut.[

  ِبِراّشلا ِذ ْخأأ يِف باأب ]

ِِهِِيِبأأ ْنأع ٍعِفاِِأن ِنْب ِرِِْكأب يِبأأ ْنأع ٍكِِِلاأم ْنأع ّيِبأنْعأقْلا أةأمأل ِِْسأم ُنْب ِ ّا ُدِِْبأع اأنأثّدأح :دواد يبا هجرخا

أرأمُع ِنْب ِ ّا ِدْبأع ْنأع ِهْيألأع ُ ّا ىّلأص ِ ّا ألوُسأر ّنأأ أمّلأسأو ى أحّللا ِءاأفْعِإأو ِبِراأوّشلا ِءاأف ْحِإِب أرأمأأ

  Artinya : Diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dia menceritakan bahwa telah diceritakan

  

kepada kami dari Abdullah bin Maslamah al Qa’nabii dari Imam Malik dari Abu Bakar bin

Muhlisin 4

  

Nafi’ dari ayahnya dari Abdullah bin Umar sesungguhnya Rasulullah Saw telah

memerintahkan untuk mencukur kumis dan membiarkan jenggot

D. Teks Hadist pendukung : TEKS HADIST DENGAN MATAN PERSIS SAMA

  1. Kitab Al Muwatttha’ Hal 4 juz 6 no 1488

  ِ رأعّشلا يِف ِةّنّسلا باأب

  • - 1488 ألوُسأر ّنأأ رأمُع ِنْب ِ ّا ِدْبأع ْنأع ٍعِفاأن ِهيِبأأ ْنأع ٍعِفاأن ِنْب ِرْكأب يِبأأ ْنأع كِلاأم ْنأع يِنأثّدأح و ى أحّللا ِءاأفْعِإأو ِبِراأوّشلا ِءاأف ْحِإِب أرأمأأ أمّلأسأو ِهْيألأع ُ ّا ىّلأص ِ ّا Kitab Shoheh Muslim juz 2 hal 71 nno 381 bab .

  2 ِةأرْطِفْلا ِلاأصِخ باأب - 381 أرأمُع ِنْبا ْنأع ِِهيِبأأ ْنأع ٍعِفاأن ِنْب ِرْكأب يِبأأ ْنأع ٍسأنأأ ِنْب ِكِلاأم ْنأع ٍديِعأس ُنْب ُِةأبْيأتُق هاأنأثّدأح و ُهّنأأ ِةأي ْحّللا ِءاأفْعِإأو ِبِراأوّشلا ِءاأف ْحِإِب أرأمأأ أمّلأسأو ِهْيألأع ُ ّا ىّلأص ّيِبّنلا ْنأع

Kitab Shoheh ibnu hibban juz 22 hal 478 bab ىحللا كرتو براوشلا صقب رملا ركذ

3.

  

يبأ نع ، كلام نع ، ركب يبأ نب دمحأ انربخأ : لاق ، نانس نب ديعس نب رمع انربخأ - 5567

(

  

1 ) ءاِِفحإب رِِمأ ملِِسو هِِيلع ا ىلص ا لوسر نأ « رمع نبا نع ، هيبأ نع ، عفان نب ركب

ىحللا ( 2 ) ءافعإو براوشلا هذخأ يف ءاصقتسسا هانعم ًاضيأ نوكيو ، قريو ىفحي ىتح هنم ذخؤي نأ : براشلا ءافحإ ( 1 ) 2 ) براوّشلاك ّصأقُي سو اهُرأعأش رّفوُي نأ وه : ى أحّللا ءافْعإ ( TEKS HADIST PENDUKUNG DENGAN MATAN BERBEDA

  Secara lengkap dapat dipaparkan kutipan berikut yang termaktub di dalam kitab musnad al jami; Karangan Abi Fadlil Syayyid Abu Ma’athi an Nuriyy wafat tahun 1401 Hijriyah Bab 5 juz 24 hal 197-198 .

  1 اوُِِفْعأأأو أبِراأو ِِّشلا اوُِِف ْحأأ :ألاِِأق ملِِسو هِِيلع ا ىلص ّيِبّنلا ِنأع أرأمُع ِنْبا ِنأع ٍعِفاأن ْنأع .ى أحّللا أ .

  2 .ى أحّللا ِءاأفْعِإأو ِبِراأوّشلا ِ ءاأف ْحِإِب رأمأأ ملسو هيلع ا ىلص ِ ّا ألوُسأر ّنأأ: ةياور يفو .

  3 .ى أحّللا اوُف ْوأأأو أبِراأوّشلا اوُف ْحأأ أنيِكِرْشُمْلا اوُفِلاأخ: ةياور يفو .

  4 . أبِراأوّشلا اوُف ْحأأأو ، ى أحّللا اوُرّفأو ، أنيِكِرْشُمْلا اوُفِلاأخ: ةياور يفو Muhlisin 5

  5 . .ُهأذ أخأأ ألأضأف اأمأف ، ِِهِتأي ْحِل ىألأع أضأبأق أرأمأتْعا ِوأأ ّجأح اأذِإ أرأمُع ُنْبا أناأكأو ُه أجأر ْخأأ : "أطوملا" كلام 1 . 2725 .عفان نب ركب يبأ نع "دمحأ"و 2 . 2/16 ) 4654 .ّا ديبع نع ، ىيحي انثدح : لاق ( 3 . "يِرا أخُبلا"و 7/206 ) 5892 ، عِِيأرُز نب دِِيزي انثدِِح ، لاِِهنم نب دِِمحم انثدِِح : لاق ( ) يفو .دْيأز نب دمحم نب رمُع انثدح

5893

اِِنربخأ ، ةدْبأع انربخأ ، دمحم ينثدح : لاق (

  .رمُع نب ا ديبُع "ملسم"و 4 . 1/153 ) 521 ديعِِس نبا ينِِعي ، ىيحي انثدح ، ىنثملا نب دمحم انثدح : لاق ( ) يفو .ا دِِيبُع نع اًِِعيمج .يبأ انثدِِح ، ِريِِمُن نبا انثدِِحو (ح) 522 هانثدِِحو : لاِِق ( ) يفو .عفاِِن نب رِِكب يبأ نع ، سنأ نب كِِلام نع ، ديعس نب ةبيأتُق 523 انثدِِح : لاِِق ( .دمحم نب رمع نع ، عيرُز نب ديزي انثدح ، نامثع نب لهس "دواد وبأ"و 5 . 4199 رِِكب يبأ نع ، كلام نع ، يبنعقلا ةملْسأم نب ا دبع انثدح : لاق .عفان نب 6 . "ّيِذِم ْرّتلاو 2763 ْنأع ، ريِِمُن نب ا دِِبع انثدِِح ، للخلا يلع نب نسحلا انثدح : لاق ) يفو .رأمُع ِنْب ِ ّا ِدْيأبُع 2764 ، كِِلام انثدِِح ، نْعأم انثدِِح ، يراِِصنلا انثدِِح : لاِِق ( .عفان نب ركب يبأ نع "يئاسّنلا"و 7 . 1/16 و 8/181 ، "ىربِِكلا" يفو 8 .

  13 نبا وِِه ، ىيِِحي انثدِِح : لاِِق .ديعِِس نب ّا دِِيبُع اِِنربخأ : لاِِق .ا ديبُع نع ، ديعس .هركذف ، عفان نع (دمحم نب رمُعو ، رمع نب ا ديبُعو ، عفان نب ركب وبأ) مهتثلث 9 . 10 . دمحأ ُه أجأر ْخأأ 2/156 ) 6456 ألاِِأق أرِِأمُع ِنْبا ِنأع ٍعِفاأن ْنأع ٌكِلاأم اأنأثّد أح ٌداّم أح اأنأثّد أح : لاق ( :ملسو هيلع ا ىلص ِ ّا ُلوُسأر ألاأق . أبِراأوّشلا اوّفُحأو ىأحّللا اوُفْعأأ .عفان نب ركب وبأ: هيف سيل

E. Skema Sanad Hadits dari teks hadist yang matannya sama:

  Muhlisin 6

  Muhlisin هللا دبع وبأ عفان

ىندملا

  7

  ا لوسر ِدْبَع ِهّللا

ِنْب

رَمُع

  

ىبا

ِرْكَب ِنْب

ٍعِفاَن

  ِكِلاَم ِنْب

َنَأ

س

  دمحأ نب يبأ ركب ُةَبْيَتُق ُنْب ٍديِعَس ُدْبَع ِهّللا ُنْب َةَمَلْسَم Ωϭ ΩϮΑ· ΍

  ϢϠδϣϡΎ ϣ΍ نابح نبا

  ءاطوملا

  رمع نب دديعس نب

F. Deskripsi Biografi Para Perawi Hadits

  Perawi adalah orang yang menuturkan (meriwayatkan) hadits. Dalam hal hadits Nabi saw. Yang bertindak sebagai perawi pertama adalah para sahabatnya, sedangkan perawi terahir adalah para mukharrij, seperti Abu Dawud, al-Turmudzi, Ibnu Majah, Muslim dan sebagainya. Dari sanad Imam Abu Dawud sebagai obyek penelitian, urutan perawi hadits bersangkutan adalah sebagai berikut: Perawi I; Abdullah bin Umar bin al Khatab, perawi II; Nafi’ Abdullah al Madani . Perawi III; Abu Bakar bin Nafi’ . Perawi V; Imam Malik bin Anas. Perawi VI Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi perawi VII (mukharrij);. Imam Abu Dawud

  Selanjutnya penelitian hadits ini dimulai dari Imam Abu Dawud selaku perawi terakhir dan sekaligus mukharrij, kemudian diteruskan pada perawi sebelumnya dan sebelumnya lagi sampai perawi pertama dan sekaligus sanad terakhir yang menerima hadits langsung dari Nabi SAW. Secara keseluruhan jumlah perawi hadits tentang dalil perintah berjenggot yang ada dalam kitab sunan Abu Dawud, Secara rinci biografi mereka adalah sebagai beri

  

   1.

  Imam Abu Dawud (Periwayat Hadist)

  Beliau lahir sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan beliau terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas karyanya, sebagaiman kitab Sunan Abu Dawud.

  Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah. Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali makna hadist dalam berbagai sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi selanjutnya guna memahami as-Sunnah dengan baik dan benar.

  Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Selanjutnya upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang 6 Untuk melacak biografi periwayat hadist dapat dilihat secara lengkap dalam kitab Tahdzib al-Kamal fi

  Asma al-Rijaj,Karangan al-Mizzi, Bairut: Dar al-Fikr, dan kitab Karangan Ibnu Hajar al-Atsqalani, Tahdzib al- Tahdzib Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, disusun oleh Imam Abu Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits

  

  Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Beliau langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al- Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

  Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata : Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu : "Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan

  Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan diantara keduanya adalah syubhat."

  Beliau menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu diantara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: "Kitab sunannya Abu Dawud

  Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum diantara ahli Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya."

7 Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits (Bandung:Al Ma’arif,1970) hal 380

   Abdullah bin Maslamah al Qa’naby( ( 2.

  ّيِبأنْعأقْلا أةأمألْسأم ُنْب ِ ّا ُدْبأ

  Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Maslamah al Qo’naby al kharitsi abu abdurrahman al madani al bashri (tinggal di bashrah). Ia hidup pada tabaqat 9 dari golongan tabiit tabiin kecil, beliau wafat 221 hijriah di makkah. Dia banyak diriwayatkan hadistnya oleh Imam Bukhari,muslim, Abu Dawud, Turmudzi dan dari Imam Nasa’i. menurut imam Ibnu Hajar beliau ini Tsiqah,ahli ibadah, Ibnu Muayyan dan Ibnu Madaniy mengatakan bahwa abdullah bin Masalamah salah satu ulama yang sangat menguasai kitab al Muwatttha’. Menurut adz Dzahabi ia adalah seorang yang sangat alim. Imam Abu Hatim mengatakan bahwa Abdullah bin Maslamah adalah ulama yang tsiqah dan sangat khusyu dalam ibadah. Imam Abu Zar’ah mengatakan juga bahwa ia banyak mendapat catatan-catatan dari Abdullah bin Maslamah. Dikemukakan oleh al Mazi bahwa guru-guru beliau sangat banyak sekali, tertulis dalam kitab tahdzib al kamal lebih dari 50 orang ulama. Diantaranya misalnya adalah Ibrahim bin Said al Zuhri, Usamah bin Zaid bin Aslam, Hatim bin Ismail, Malik bin Anas dan lain sebagainya. Murid –Muridnya Abdullah bin Maslamah sangat banyak sekali diantaranya adalah Imam Bukhari, Muslim dan imam Abu Dawud, Ibrahim bin Harb al Askari dan lain-lain.

  Imam Malik Bin Anas 3.

  Nama lengkapnya adalam Malik bin Anas Abi Amir al Ashbahi, dengan julukan Abu Abdillah. Ia lahir pada tahun 93 H, Ia menyusun kitab al Muwaththa, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan al Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah

  

  Sejumlah ‘Ulama berpendapat bahwa sumber sumber hadits itu ada tujuh, yaitu Al Kutub as Sittah ditambah Al Muwaththa’. Ada pula ulama yang menetapkan Sunan ad 9

8 Mahmud Ali Fayyad,Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis,Alih Bahasa;A.Zarkasy

  Chumaidy(Bandung: Pustaka Setia, 1998) hal. 132-133

  Darimi sebagai gantiAl Muwaththa’. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibn Hazm berkata,” Al Muwaththa’ adalah kitab tentang fiqh dan hadits, aku belum mnegetahui bandingannya.

  Hadits hadits yang terdapat dalam al Muwaththa’ tidak semuanya Musnad, ada yang Mursal, mu’dlal dan munqathi. Sebagian ‘Ulama menghitungnya berjumlah 600 hadits musnad, 222 hadits mursal, 613 hadits mauquf, 285 perkataan tabi’in, disamping itu ada 61 hadits tanpa penyandara, hanya dikatakan telah sampai kepadaku” dan “ dari orang kepercayaan”, tetapi hadits hadits tersebut bersanad dari jalur jalur lain yang bukan jalur dari Imam Malik sendiri, karena itu Ibn Abdil Bar an Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memuttashilkan hadits hadits mursal , munqathi’ dan mu’dhal yang terdapat dalam al Muwaththa’ Malik.

  Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.

  Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti al Auza’i., Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’I, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.

  An Nasa’I berkata,” Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur, terpercaya periwayatan haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim”. (Ket: Abdul Karim bin Abi al Mukharif al Basri yang menetap di Makkah, karena tidak senegeri dengan Malik, keadaanya tidak banyak diketahui, Malik hanya sedikit mentahrijkan haditsnya tentang keutamaan amal atau menambah pada matan). Sedangkan Ibnu Hayyan berkata,” Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh, agama dan keutamaan ibadah”. Ia

  

   Abi Bakar bin nafi’ 4.

  Nama lengkapnya Abu Bakar bin Nafi’ al Quraisy al Adawy al Madaniy majikan dia adalah Abdullah bin Umar. Dia hidup pada tabaqat 7 Tabiit tabiin besar beliau banyak

10 Biografi Malik bin Anas ad Dibaj al Madzhab 17:30, Tahdzib at Tahdzib 10/5 karya Ibnu Hajar asqalani.

  dinukil hadistnya oleh Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i dalam musnad Imam Malik. Ibnu hajar mengatakan bahwa beliau sangat jujur dan dapat dipercaya dalam kitab dzahabi disebutkan bahwa Imam Ahmad mengatakan tsiqah atas Abi Bakar bin Nafi’.

  Guru-gurunya adalah Salim bin Abdullah bin Umar, Abi Bakar bin Muhammad bin Umar bin Hazm. Nafi’ adalah Budak yang dibebaskan oleh Abdullah ibnu Umar. Murid- murid Abi Bakar bin Nafi’ adalah Jarir bin Hazm,Sulaim bin Muslim al Makky, Abdul Azis bin Muhammad, Malik bin Anas, dan Yahya bin Abdullah bin Salim bin Abdullah bin Umar.

  Nafi’ bin Hurmuz 5.

  Nafi’ lengkapnya bernama Nafi’ bin Hurmuz (ada yang mengatakan bin Kawus), seorang ahli fiqh. Nama julukannya adalah “Abu Abdillah al-Madini”. Abdullah bin Umar menemukannya dalam suatu peperangan ia senang akan kegemaran Nafi’ terhadap ilmu dan selalu menyiapkan diri dengan baik untuk meriwayatkan hadits. Ia berkata :“Sungguh Allah

  telah memberi karunia kepada kita dengan Nafi”. Nafi’ benar benar ikhlas dalam berkhidmat

  kepada Ibnu Umar majikannya selama 30 tahun. Sebagian ulama berpendapat bahwa Nafi’ berasal dari Naisabur, sedangkan ulama lain mengatakan ia dari Kabul. Adapun menurut Yahya bin Ma’in:” Nafi adalah seorang Dalam yang gagap bicara”.

  Imam Malik bin Anas termasuk murid Nafi’ bahkan muridnya yang paling tetap, menurut an-Nasa’I, mengenai gurunya ini. Imam Malik berkata:” Apabila aku mendengan

  hadits dari Nafi’, dari Ibnu Umar, aku tidak perduli lagi, sekalipun aku tidak mendengarnya

  dari orang lain. Dari sini Imam Bukhari menetapkan bahwa sanad paling shahih adalah Malik dari Nafi’, dari Ibnu Umar. Nafi’ tidak hanya meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar tetapi juga mempunyai riwayat-riwayat yang bersumber dari Abu Sa’id al-Khudri, Sayyidah Aisyah dan Sayyidah Hafshah secara Mursal. Yang meriwayatkan hadits dari dia ialah : Abdullah bin Dinnar, Az-Zuhri, al-Auza’I, Ibnu Ishaq, Shalin bin Kaisan, dan Ibnu Juraij. Ibnu Umar sangat menyukainya, ada orang yang berani membayar 30.000 dinar untuk mendapatkan Nafi’ kemudian dimerdekakannya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirimnya ke Mesir dengan tugas mengajarkan hadits dan pengetahuan agama kepada penduduk negeri itu. Ia

  

11 Biografi Nafi’ dalam Tahdzib al-Asma’ karya an-Nawawi, Lihat juga Dr. Subhi As-Shalih Membahas

  Ilmu-ilmu Hadis (Terjemah:tim Pustaka Firdaus) Jakarta 2002, Hal 350

  Abdullah bin Umar 6.

  Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Umar bin al-Khattab. Ia wafat sekitar tahun 73/74 H dan ada juga yang menyebutkan wafat tahun 72 H. Di antara guru haditsnya adalah Nabi Muhammad saw, ayahnya sendiri yaitu Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, Bilal bin Abi Rabah, Abu Bakar al-Shiddiq dan lain-lain. Sedangkan di antara murid yang menimba hadits adalah Nafi’, Salim (anaknya sendiri), Ibnu Musyayyab, al-Qomah dan lain sebagainya. Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa Ibnu Umar merupakan orang yang shalih. Penilaian ini diikuti oleh Ibnu Mas’ud, Jabir, Ibnu Musyayyab, al-Zuhri dan lain-

  

  Dalam kategorisasi periwayat hadits paling banyak sesudah Abu Hurairah adalah

  Abdullah bin Umar. Ia meriwayatkan 2.630 hadits. Abdullah adalah putra khalifah ke dua

  Umar bin al-Khaththab saudara kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah seorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.

  Ibnu Umar dilahirkan tidak lama setelah Nabi diutus Umurnya 10 tahun ketika ikut masuk bersama ayahnya. Kemudian mendahului ayahnya ia hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih terlalu kecil untuk ikut perang. Dan tidak mengizinkannya. Tetapi setelah selesai perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk, Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan basrah dan Madain.

  Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat Ibnu Umar untuk beralih kepada pendapat orang lain. Imam Malik dan az-Zuhri berkata: ”Sungguh, tak ada satupun dari

  urusan Rasulullah dan para sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibnu Umar”. Ia

  meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Sayyidah Aisyah, saudari kandungnya Hafshah dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan dari Ibnu Umar banyak sekali, diantaranya Sa’id bin al-Musayyab, al Hasan al Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Ibnu Sirin, 1 8 Nafi’, Mujahid, Thawus dan Ikrimah.

  Al-Hafidz Jamaluddin al-Mizzi, selanjutnya disebut al-Mizzi,Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal Bairut: Dar al-Fikr, 1994) Juz X, h. 356-363. Lihat pula pada Ibnu Hajar al-Atsqalani, Tahdzib al-Tahdzib Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth), juz V, h. 290 Ia wafat pada tahun 73 H, ada yang mengatakan bahwa Al-Hajjaj menyusupkan seorang kerumahnya yang lalu membunuhnya. Dikatakan mula mula diracun kemudian di tombak dan di rejam. Pendapat lain mengatakan bahwa ibnu Umar meninggal secara wajar. Sanad paling shahih yang bersumber dari ibnu Umar adalah yang disebut Silsilah adz- Dzahab (silsilah emas), yaitu Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar. Sedang yang paling Dlaif :

  

G. Analisa Hadist

  Seluruh dokumentasi hadits dengan berbagai formatnya (al-jami' al-shoheh sunan

  

musnad dan lainnya), biasanya hanya memindahkan perawian rekaman bahasa Arab klasik

  yang didominir oleh gaya resume (dengan pengeditan inti kejadian) dari laporan visual perseorangan ataupun kelompok dari para sahabat Nabi SAW., atau tabi'in. Oleh karenanya, agar dapat menjabarkan suatu ungkapan hadits sesuai dengan maksud yang sebenarnya, maka sangat diperlukan adanya penguasaan qarinah (sebagai instrument penjelas) tertentu.

  Ditinjau dari segi sosiologisnya, proses kejadian masing-masing hadits itu biasanya memiliki latarbelakang kronologis yang berbeda; lingkungan, lokasi dan corak interaksi sosial yang sedang berlangsung.Kejelian dalam menjabarkan realitas sosial tersebut, akan sangat membantu menentukan batas-batas khitab syar'i (ketetapan legal) dari aspek sasaran dan tujuan yang dimaksudkan oleh hadits, serta sekaligus dapat menggeleminer obsesi yang bersifat pribadi terhadap pemaknaannya.

  Dalam banyak eksposisi naskah hadits, pola penyajian redaksi hadits itu sebatas informasi dengan penggambaran bersifat in abstraco terhadap syari'at, jelas memerlukan jasa pensyarahan terhadap ungkapan tekstual yang asli.

  Dengan melalui pengamatan kearah dimensi teks di samping dimensi histories- sosiologis yang dapat menghantarkan proses suatu kejadian hadits, maka akan terbentanglah dihadapan kita bahwa prosedur kerja bagi pemaknaan ungkapan suatu hadits tidaklah sederhana, melainkan terbentang luas berbagai hubungan organis dengan berbagai perangkat ilmu pendukung; bahasa arab kasik, usul istinbat (kaidah lughawiyah), usul istidlal (kaidah

12 Disalin dari Biografi Ibnu Umar dalam Al-Ishabah no.4825 dan Tahdzib al-Asma’ 1/278, Thabaqat Ibn Sa’ad 4/105.

  maknawiyah) dan lainnya. Bahkan mengingat sifat ilmiah yang harus direkat pada fenomena

  yang diangkat dalam matan hadits, tidak tertutup kemungkinan hubungan interdisipliner dan multidisipliner.

  Syarah hadits merupakan media pengembangan, pemaknaan teks dan penghayatan

  substansinya, berkaitan pada bayan nusus yang bersifat deskriptif atas ungkapan suatu hadits, yang perolehannya dapat ditempuh melalui beberapa prosedur kerja, antara lain; berupaya

  

  Dalam prakteknya, pensyarahan hadits itu bertolak dari pemakaian literal redaksi

  matan, kemudian dilanjutkan kearah pemahaman terhadap kebulatan seutuh kompesisi hadits, dan diakhiri dengan penyimpulan esensi ajarannya.

  Beragam teknik analisis memang berpeluang untuk dioperasionalkan oleh pensyarah dengan memanfaatkan berbagai pendekatan yang ada. Oleh karenanya, adalah sulit untuk dihindarkan adanya bias dialektif empiris pribadi dari pensyarah yang terpengaruhi oleh faktor tertentu, spesialisasi keilmuan, lingkungan kultur peradaban, pengalaman individu dan malakah instinbat (kognitif) dari yang bersangkutan.

  Penelitian validitas suatu hadits menjadi sangat penting di samping pemaknaannya yang sesuai dengan maksud yang dikehendaki Nabi SAW., mengingat pembukuan hadits

  

  secara resmi baru dilaksanakan setelah 100 tahun dari kelahirannyakibanya, terjadi rentang waktu yang cukup panjang membuat perkembangan perawian hadits menjadi tidak terkontrol sepenuhnya. Padahal peran dan fungsinya sangat besar, sebagai sumber utama

  

  kedua ajaran Islam setelah al-Qur'alah sebagai acuan perlunya penelitian kembali

  

  kualitas hadits dengan merekonstruksi ulang segi matan dan sanad-nyaebagaimana yang dipaparkan dalam makalah ini.

13 Uraian lebih lanjut dapat ditelaah dalam Badran Abu al-Ainayn Badran, Bayan al-Nusus al-Tasyri'iyah

  14 (Lakandariyah: Yayasan Sabab al-Jari'ah, 1982), h. 5-6 15 Subhi al-Salih, Ulum al-Hadits wa Mustalahuhu, (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyyah, 1977), h. 128 M. Syuhudi Isma'il, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya, (Jakarta: Gema Insani 16 Press, 1995), h. 13 Muhammad Mustafa Azhari, Studies in Hadith Methodology and Literature, diterjemahkan oleh A. Yamin dengan judul Metodologi Kritik Hadits (Cet. II; Bandung: Pustaka Hidayah 1990), h. 61 Mahmud al-Tahhan, Ushul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid (Cet. I; Haalabi: Matba'at al-Arabiyah, 1987), h. 157

H. Analisis Sanad Hadist

  Dari deskripsi biografis para perawi hadist sebagaimana tersebut diatas dipaparkan bahwa nama-nama periwayat dalam sanad hadits dimaksud dengan deret dari bawah ke atas sampai dengan Rasulullah Muhammad Saw adalah sebagai berikut

  1. Imam Abu Dawud,

  2. Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi

  3. Imam Malik bin Anas

  4. Abu Bakar bin Nafi’

  5. Nafi’ Abdullah al Madani

  6. Abdullah bin Umar bin al Khathab Jika dilacak berkaitan dengan analisa persambungan guru dan murid diperoleh informasi sebagai berikut Imam Abu Dawud muridnya Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi,

  Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi muridnya imam Malik bin Anas, Imam Malik bin Anas muridnya Nafi’ Abu Abdullah al Madani. Abu Bakar bin nafi’ hidup seumur dengan Malik bin anas sama-sama menjadi murid dari bapaknya sendiri yakni Nafi’ Abdullah al Madani, Nafi’ Abdullah al Madani sahayanya Abdullah bin Umar, hampir selama 30 tahun mengbdi kepadanya. Nafi’ Abdullah al Madani disamping sebagai sahay ia juga menjadi muridnya Abdullah bin Umar bin al Khathab sangat dibanggakan. Untuk itu tidak diragukan lagi bahwa mereka semua yang masuk dalam deret sanat hadist memiliki kesinambungan yang sangat nyata dilihat dari hubungan guru dan murid.

  Selanjutnya dapat dianalisa atas kesambungan zaman masa hidup masing masing periwayat diatas dapat diperoleh informasi sebagai berikut :

  1. Imam Abu Dawud (Wafat 275 H, tabaqat 11,) Selisih angka 54 th dengan periwayat diatasnya,yakni imam Abdullah bin Maslamah. Ini mengandung maksud bahwa ketika Abdullah bin Maslamah meninggal imam Abu Dawud diyakini masih hidup sehingga imam Abu Dawud dikatakan pernah hidup bersama dengan Maslamah semasa hidupnya.

  2. Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi (Wafat 221 H, tabaqat 9,) ia selisih 42 tahun dengan Imam Malik bin Anas, maksudnya diyakini bahwa ketika Imam Malik Wafat Abdullah bin Maslamah pernah hidup satu masa dengannya.

  3. Imam malik bin anas (Lahir 93H, Wafat 179 H, tabaqat 7,) dan

  4. Abu Bakar bin nafi’ (Wafat … , tabaqat 7,) sama tabaqat nya dan seperguruan dengan imam Malik bin Anas belajar agama dengan ayahnya sendiri yakni Nafi’

  5. Nafi’ Abdullah al Madani (Wafat 117 H, tabaqat 3,) selisih 62 tahun dengan imam Malik bin Anas

  6. Abdullah bin Umar bin al Khotob (Wafat 74 H, tabaqat 1,) selisih 43 tahun dengan Nafi’bin abdullah al madani

  Secara prinsip memiliki ksinambungan yang signifikan berkaitan dengan masa hidup jika dianalisis berkaitan dengan tahun wafatnya masing-masing perowi, tidak ada keraguan mereka semuanya pernah hidup dalam satu masa dalam masing-masing tingkatan sanad.satu dengan yang lainnya.

  Analisa Jarh wat Ta’dil Sanad

  1. Imam abu dawud menurut ibnu Hajar Tsiqah, hafidz, ulama yang mashur menurut adz Dzahabi ia hafidz, ia ulama yang ahli kebajikan dan ahli ibadah

  2. Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi menurut ibnu Hajar ulama ahli ibadah,Tsiqah, ia orang yang lebih awal mempelajari kitab al Muwattha’ karangan imam Malik

  3. Imam Malik bin Anas imam besar di Madinah, tokoh ahli taqwa, imam besar yang konsisten dam kokoh dalam pendirian.

  4. Abu Bakar bin Nafi’ terkenal orang yang jujur dan tsiqah

  5. Nafi’ Abdullah al Madani ia ulama yang tsiqah konsisten dan ahli fiqih yang mashur dan penuh keikhlasan.

  6. Abdullah bin Umar bin al Khathab dia adalah seorang sahabat yang sholih dan baik putra khalifah Umar Bin Khathab.

  Penelitian Adanya Syuzuz dan 'Illah

  Berdasarkan penelitian kualitas dan persambungan sanad tersebut di atas, diketahui bahwa seluruh perawi yang terdapat dalam hadist Imam Abu Dawud yang menjadi obyek penelitian, masing-masing bersifat stiqqah dan sanadnya bersambung mulai dari imam Abu Dawud selaku mukharrij sampai kepada Abdullah bin Umar al Khaththab selaku perawi pertama yang berhubungan langsung dengan Nabi SAW.

  Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa sanad Imam Abu Dawud berkaitann dengan hadist yang diteliti ini, sangat dimungkinkan terhindar dari syuzuz dan 'illat, selain masing-masing perawinya termasuk tsiqqah, juga mendapatkan dukungan dari sanad-sanad lain yang statusnya lebih kuat, seperti Bukhari dan Muslim sebagaimana hadist pendukung dari teks hadist yang diteliti.

  Dari gambaran skema nampak dengan jelas, bahwa hadits yang diteliti ini memiliki sejumlah jalur sanad dalam periwayatannya. Namun demikian, belum cukup untuk memenuhi kualifikasi hadits mutawatir dan masih termasuk Ahad. Yakni berpusat pada satu orang yakni Abdullah bin Umar. Khusus untuk sanad Imam Abu Dawud, hasil penelitian menunjukkan bahwa para perawinya bersifat siqqah, sanadnya bersambung dan terhindar dari syuzuz dan 'illah. Dengan demikian, hadits tersebut berkualitas sahih.

I. Analisa Matan Hadist

  Untuk mengetahui adanya syuzuz dan 'illah pada suatu matan hadits, para ulama biasanya menggunakan tolak ukur tertentu, seperti tidak bertentangan dengan; a. akal sehat, b. ketentuan al-Qur'an yang muhkam, c. hadits mutawatir, d. amalan ulama salaf, e. dalil-dalil yang pasti

  

  Berdasarkan beberapa kriteria dalam tolak ukur tersebut, maka matan hadits Imam Abu Dawud berkaitan dengan wajibnya perintah untuk memanjangkan jenggot itu dapat ditemukan hal-hal yang termasuk dalam kriteria tersebut di atas sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Pertimbangan Akal sehat

  Banyak orang berpendapat bahwa sighat yang digunakan dalam matan hadist adalah sighat amar (..amara...) konsekwensi dari kaidah ini maka menghasilkan istimbath hukum;bahwa berjenggot diperintahkan oleh nabi sehingga memiliki hukum wajib bagi setiap orang Islam. Di dukung dengan argumen-argumen sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pendahuluan. Namun analisis obyektif dapat dijelaskan sebagai berikut. Secara akal sehat jika berjenggot memiliki konsekwensi wajib maka hukum wajib itu mestinya berlaku secara universal dan bersifat tauqifi, sehingga berlaku seperti itu adanya tidak terbatas waktu 17 dan tempat serta kapan. Pertanyaan akal sehat adalah bagaimana dengan orang suku bangsa

  Mengenai criteria yang lain lihat Syuhudi Isma'il, Metodologi..…, h. 125-129 lain misalnya yang ditakdirkan tidak mempunyai jenggot? Apakah mereka dipaksakan untuk menjalankan kewajiban berjenggot. Jadi jika hadits ini dmaknai perintah sebab menggunakan kata ...amara.. sehingga diimplikasikan hukum wajib jelas ini tidak masuk akal. Demikian juga secara akal sehat dengan membiarkan jenggot yang hakekatnya aspek jenggot yanga ada pada diri seseorang itu mengalami pertumbuhan terus menerus, secara loggika bagaimana ini bisa membawa kemaslahatan dan terjaminnya kebersihan setiap pribadi muslim.

  2. Ketentuan ayat qur’an yang muhkam dalil yang lebih kuat

  Di dalam al qur’an disebutkan bahwa orang itu dihadapan Allah ditentukan oleh ketaqwaannya dengan kata lain orang mulia ataukah tidak bukan ditentukan oleh bentuk jenggotnya.

  

  

  

 

 

  

  

   

  

  Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

  

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.

  Maka bentuk fisik tidak menjadi sebuah prinsip yang pokok dan substansi berkaitan dengan nilai ketaqwaan seseorang. Allah itu elok dan mencintai yang elok. Allah tidak melihat kamu itu, dari bentuk tampangmu dan kekayaanmu tapi Allah itu melihat dan mempertimbangkan hati kamu yang dipenuhi dengan ketaqwaaan.

  3. Amalan ulama salaf

  Para Ahli Fiqih telah membicarakan hukum mencukur jenggot, ada yang mengharamkan, ada yang memakruhkan, bahkan ada lagi yang menyatakan perbuatan itu tercela, perbuatan yang diakibatkan oleh kebodohan, kesesatan, kefasikan dan ketololan.

  Tidak ragu-ragu bahwa membiarkan jenggot dan tidak mencukurnya adalah kebiasaan NabiB, dan bahwa beliau hanya mencukur bagian atas dan ujung jenggot agar menjadi serasi dan cocok dengan bentuk dan lekukan wajah beliau yang mulia itu. Beliau sangat memperhatikan kebersihannya, dan selalu disikat untuk menjaga kebersihannya. Para sahabat D selalu mengikuti cara yang dipilih oleh Nabi B dan mencontoh segala tingka laku, perangai, serta cara beliau berjalan.

  4. Suatu Kebiasaan Yang Wajar

  Banyak riwayat hadits yang datang dari Rasulullah yang menganjurkan untuk menjaga keserasian dan keelokan rupa yang erat hubungannya dengan kebersihan, keharmonisan dan kewibawaan. Hadits-hadits itu terkenal dengan nama hadits-hadits

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT LANSIA TERHADAP PELAYANAN POSYANDU LANSIA Rigoan Malawat (Poltekkes Kemenkes Maluku) Supriyanto (STIKes Maluku Husada) Endah Fitriasari (STIKes Maluku Husada) ABSTRAK - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINA

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN IBU BEKERJA DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE Hamdan Tunny (STIKes Maluku Husada) Prima Sugara Samaun (STIKes Maluku Husada) Ratna Sari Rumakey (STIKes Maluku Husada) ABSTRAK - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN I

0 2 6

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN Karyadi (Poltekkes Kemenkes Maluku) Ketrin Touwely (STIKes Maluku Husada) Astuti Tuharea (STIKes Maluku Husada) ABSTRAK - HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERA

0 0 6

FAKTOR KEJADI AN PREEKLAMSI DIPUSKESMAS KARANG RAYUNG - GROBONGAN

0 0 6

Bambang Sunaryo Celly Cicellia | 293

0 0 14

Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat - Sakit dengan Sikap Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

0 1 7

Kata kunci: SDVLHQ SUHKRVSLWDO 67(0, ABSTRACT - PENGALAMAN PREHOSPITAL PASIEN DENGAN STEMI (St Elevation Myocard Infract) PERTAMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA

0 2 9

Kata kunci: Akut Miokard Infark, sindrom metabolik, faktor dominan ABSTRACT - FAKTOR-FAKTOR DOMINAN SINDROM METABOLIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DI RUANG INTENSIVE CARDIOVASKULER CARE UNIT (ICVCU) RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 20

0 0 12

ADAT LAW AND ITS CAPACITY WITHIN THE STATE AGRARIAN LAW: A LEGAL ANTHROPOLOGY POINT OF VIEW1 By I Nyoman Nurjaya2 I. INTRODUCTION - Complete – Adat Law Within State Agrarian Law

0 0 11

1.1. Pendidikan Dasar - Panduanperancis.pdf

0 3 71