EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SMPN 02 SUNGAI RAYA

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM

  SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SMPN 02 SUNGAI RAYA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

DICKY ISTIAWAN

NIM F1261141020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  

PONTIANAK

2018

  

LEMBAR PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SMPN 02 SUNGAI RAYA

ARTIKEL PENELITIAN

DICKY ISTIAWAN

NIM F1261141020

Disetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing II

  

Prof. Dr. H. Mashudi, M.Pd Dr. Hj. Sulistyarini, M.Si

NIP.195609101987031002 NIP. 196511171990032001

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan PIIS

  Dr. H. Martono, M.Pd Dr. Hj. Sulistyarini, M.Si NIP. 196803161994031014 NIP. 196511171990032001

  

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

TERHADAP HASIL BELAJAR SMPN 02 SUNGAI RAYA

Dicky Istiawan, Mashudi, Sulystiarini

  

Program Studi Pendidikan IPS FKIP UNTAN Pontianak

Em

Absract

  

This study was aimed to determine the effectiveness of applying the creative problem

solving learning models with the use of conventional learning models. The form used in

this research was quasi experimental with nonequivalent control group design. The tool

of data collection in this study was a multiple choice learning result and observation

sheet. The results of hypothesis testing using one sample test t test with α = 5% was

obtained Zhitung = 7.454 (Zhitung> Z table), which in the rejection area Ho. This

showed that there were significant differences between student learning outcomes which

taught by using creative problem solving learning models with those which taught by

using conventional models. There was an increase of the mean score after giving the

treatment of applying creative problem solving learning models in the experimental class,

which the mean score of pre test was 50.16 and the mean score of post test was 87.58.

There was also an increase of experimental class in the percentage of completeness

which the score of pre test completeness percentage was 09.68% and the score of post-

test completeness percentage was 100%. Thus, it can be concluded that the use of

creative problem solving learning models in maritime and agricultural economic

strengthening subject in Indonesia at the eighth grade of SMP Negeri 02 Sungai Raya

showed a very effective criteria for improving student learning outcomes, with a

difference percentage was 90.32% and the effect size was 0.98.

  Keywords: Effectiveness, Creative Problem Solving Models PENDAHULUAN

  Menilai kualitas sumber daya manusia SDM suatu bangsa secara umum dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang pendidikan. Rahmawati (2015:153). Latar belakang guru mata pelajaran IPS yang mengajar di SMP Negeri 02 Sungai raya khususnya kelas VIII sudah sesuai dengan profesi, yaitu lulusan dari PGA jurusan IPS.

  Peran guru dalam pembelajaran yang terlalu dominan sehingga banyak siswa yang kurang kurang aktif dalam pembelajaran. Untuk mengatasi peran guru yang dominan, yang bisa dilakukan oleh guru adalah memilih dan menerapkan model pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengaktualisasi diri dengan memberdayakan potensi yang dimiliki siswa.

  Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada proses proses pembelajaran

  IPS di SMP Negeri 02 Sugai Raya, menemukan proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas masih menggunakan model pembelajara secara konvensional. Selain melakukan observasi secara langsung penulis juga melakuan wawancara pada guru mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, ditemukan beberapa kendala yang dialami yaitu, faktor terbatasnya fasilitas yang ada disekolah, seperti tidak tersedianya proyektor. Selain kurang mendukungnya fasilitas, ruangan kelas juga sangat kecil dengan jumlah murid yang mencapai empat puluh siswa. Dilihat dari data hasil belajar siswa masih banyak siswa kelas

  VIII yang masih belum mencapai KKM yaitu 75 dan persentase ketentuasan nilai siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih tergolong rendah dengan persentase 35

  % pada kelas VIII D dan 39 % pada kelas VIII E.

  Persoalan sekarang bagaimana untuk mencari alternatif cara yang terbaik dalam memilih model pemebelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas dan murid di SMP Negeri

  02 Sungai Raya untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat memahani dan menggunakan konsep yang diajarkan. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.

  Perlu adanya pendekatan-pendekatan baru agar siswa lebih tertarik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang harus dilakukan oleh guru mata pelajaran. Dalam kegiatan proses belajar disekolah, guru mempunyai peran yang sangat penting yaitu untuk membimbing dan memotivasi peserta didik untuk mampu menerima serta memahami materi yang telah di sampaikan. Model pembelajran yang dapat dipilih dan diterapkan oleh guru sangat beragam. Salah satu alternatif model pembelajarn yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa dalam penalaran, komunikasi dan koneksi dalam memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah bukan saja berhubungan dengan disiplin ilmu sosial tetapi juga dapat berupa kemampuan yang bersifat umum dalam menghadapi masalah sehari-hari.

  Menurut Huda (2014: 73) “Model-Model pembelajaran dirancang untuk tujuan-tujuan tertentu, pengajaran konsep-konsep informasi, cara-cara berpikir, studi nilai-nilai sosial dengan meminta siswa untuk terlibat aktif dalam tugas- tugas kognitif dan sosial tertentu”. Menurut Abdullah (2013: 89) Model pembelajaran adalah kerangka “konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasaikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar”.

  Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah rencana konseptual yang berisi pola sistematika dan cara-cara beerpikir untuk terlibat aktif dalam proses pembelajran demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

  Menurut Shoimin (2016: 56), Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah “suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan”.

  Menurut Suryosubroto (2009: 199), “Starategi pemecahan masalah kreatif dalam menyelesaikan problemmatika, maksudnya segala cara yang dikerahkan oleh seseorang berpikir kreatif , dengan tujuan menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif. Dalam implementasinya, creative problem solving dilakukan melalui solusi kreatif”.

  Dari dua pendapat para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa yang di sebut kreatif dalam model pembelajaran creative problem

  solving ini merupakan timbal balik yang di

  lakukan siswa saat proses pembelajaran ips berlangsung, dan gagasan atau ide yang di buat oleh siswa sebagia bukti bahwa mereka berpikir untuk memberikan solusi terhadap isu sosial

  Menurut Shoimin (2016: 57), Kelebihan Model Pembelajaran Creative Problem Solving sebagai berikut : (1) Melatih siswa untuk mendesain satu penemuan, (2) Berpikir dan bertindak kreatif, (3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, (4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, (5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, (6) Merangsang perkembangan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, (7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

  Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetauan Sosial kelas VIII SMPN 02 Sungai Raya, untuk lebih memfokuskan tujuan dalam penelitian agar lebih tepat sasaran, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama untuk menhetahui penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran creative problem solving pada mata pelajaran ips kelas VIII smp negeri 02 sungai raya. Bagiam kedua untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran creative

  problem solving pada mata pelajaran ips kelas

  viii smp n02 sungai raya. Bagian ketiga untk mengetahui besar efektifitas penerapan model pembelajaran creative problem solving pada mata pelajaran ips siswa kelas viii smpn 02 sungai raya.

  Berikut penelitian yang dilakukan: Marwira Tamrin (2012: 40) dalam penelitiannya menyimpulkan, “Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Creative Problem Solving menunjukan adanya perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksprimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, serta Model Pembelajaran Creative Problem Solving efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa”.

  Fian Totiana dkk (2012: 79) dalam penelitiannya menyimpulkan, “Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

  Creative Problem Solving dilengkapi dengan

  media Laboratorium Virtual dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan penggunaan Model Pembelajaran Creative

  Problem Solving dengan media Laboratorium Virtual efektif dalam meningkatkan prestasi

  belajar siswa”.

  Bersasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan penelitian yang berjudul

  Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Hasil

  Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMPN 02 Sungai Raya Kab. Kub u Raya”.

METODE PENELITIAN

  Quasi Experimental Design . Bentuk rancangan quasi exsperimental yang digunakan dalam Kunci jawaban dan pedoman penskoran tes hasil belajar.

  Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Jenis penelitian eksperimen ini menggunakan

  Group Design dengan pola sebagai berikut: Tabel 1. Pola Nonequivalent Control Group Design.

  Dalam penelitian ini tidak memiliki sampel dan populasi penelitian. Penelitian ini menggunakan subjek penelitian karena didalam menentukan kelas peneliti langsung memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun subjek pada penelitian ini peneliti memilih kelas VIII D yang berjumlah 32 siswa untuk kelas eksperimen sedangkan kelas VIII E yang berjumlah 31 siswa untuk kelas kontrol. Untuk kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional atau ceramah sedangkan kelas eksperimen diberi model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).

  Alat pengumpul data pada penelitian ini, yaitu tes hasil belajar (soal pretest dan

  posttest ), dan lembar observasi. Prosedur

  penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:

  Tahap Perencanaan

  Langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (a) Menyiapkan surat

  pra-riset untuk sekolah yang akan diteliti.

  Sekolah yang akan ditujukan untuk penelitian ini yaitu SMP Negeri 02 Sungai Raya. (b) Peneliti melakukan pra-riset disekolah dan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus guru pamong, kelas VIII SMP N 02 Sungai Raya. (c) Melakukan observasi di SMP Negeri

  02 Sungai Raya untuk menentukan waktu pelaksanna penelitian. (d) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal dan kunci jawaban. (e) Menyiapkan instrumen penelitian tes hasil belajar siswa yang terdiri dari, Kisi-kisi soal, Soal Pre-test dan Post-test,

  Kelas Pretest Perlakuan Posttest E O

1

X 1 O 2 K O

3

X 2 O 4

  penelitian ini adalah Nonequivalent Control

  Tahap Peleksanaan

  Secara umum sumber data adalah subjek yang memberikan keterangan dan penjelasan darimana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini yaitu dua kelas dari delapan kelas yang ada, kelas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas

  Tabel 2: Nilai koofisien reliabilitas tes

  H yang telah mempelajari materi untuk mengetahui tingkat reliabilitas test. Uji Coba berlangsung pada tanggal 26 Februari 2018. Adapun alasan memilih kelas VIIIG dan VIIIH.

  Reabilitas Tes Menurut Hadari (2106: 148), “Reabilitas alat pengumpulan data pada dasarnya menunjukan tingkat ketetapan atau keejaan alat tersebut dalam menggunakan gejala tertentu dari sekelompok individu, walapun dilakukan dalam waktu ya ng berbeda”. Tes diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa VIII G dan VIII

  Validator menggunakan pedoman telaah butir soal dimana sebelum tes digunakan sebagai alat pengumpulan data, tes divalidasi oleh Drs Sri Buwono, M.Si selaku dosen Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ibu Leonora Debataraja, S.Pd selaku guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP N 02 Sungai Raya. (c)

  Validitas Tes Tes dalam penelitian ini divalidasi oleh orang-orang yang dianggap ahli dalam bidangnya yaitu dosen Ilmu Pengetahuan Sosial dan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

  Bentuk soal yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang berjumlah dua puluh soal. Butir soal sesuai dengan kisi-kisi butir soal yang dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, soal yang telah dibuat diberi kunci jawaban dan pedoman penskoran. (b)

  Analisis Butir Soal (a) Pembuatan Soal.

  Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu: a.

  VIII D dan VIII E SMP Negeri 02 Sungai Raya.

  Data dalam penelitian ini merupakan hasil observasi. Hasil observasi yang dimaksud dalam penelitian ini diperoleh peneliti dari guru mata pelajaran IPS dan murid kelas VII di SMPN 02 Sungai Raya yang berhubungan dengan penelitian. Data yang dapat dikumpulkan sebagai bahan penelitian, yaitu: (a) Jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Sungai Raya. (b) Nilai rata-rata ulangan.(c) Perencanaan pelaksanaan dan evaluasi model pembelajaran yang guru terapkan di SMP.

  Langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (a) Memberikan Pre-

  kumputer (SPSS v.21). (d) Menganalisis data dan membahas hasil penelitian. (e) Membuat kesimpulan dan saran penelitian. (f) Menyusun laporan penelitian.

  Post-Tes dengan uji statistik menggunakan

  Langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (a) Menganalisis data Pre-test serta Post-test pemahaman siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. (b) Mendeskripsikan hasil observasi selama pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol. (c) Mengelola data yang diperoleh dari

  Tahap Akhir

  pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sekaligus guru pamong dengan menggunakan lembar observasi. (d) Memberikan Pos-test kepada kelas eksperimen dan kontrol. (e) Pengumpulan data dan penskoran hasil akhir.

  eksperimen dan menggunakan model pembelajaran Konvensional (Ceramah) untuk kelas kontrol. (c) Melakukan pengamatan selama kegiatan belajar dan mengajar berlangsung yang di bantu oleh guru mata

  Creative Problem Solving untuk kelas

  kelas VIII di SMPN 02 Sungai Raya. (b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

  test untuk mengetahui kemampuan awal siswa

  Koofisien Korelasi <0,20 Sangat Rendah 0,20-0,39 Rendah 0,40-0,59 Sedang 0,60-0,79 Tinggi 0,80-1,00 Sangat Tinggi b.

  Analisis Data Penelitian (a)

  − Ῡ

  2. Pretes dan postes kelas eksperimen

  73.06 Tabel pada hasil belajar kelas kontrol menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest siswa kelas kontrol adalah 60.32 dan posttest siswa pada kelas kontrol adalah 73.06. Jadi, selisih pretest dan posttest adalah sebesar 12.74.

  60.32

  Jumlah 1870 2265 Rata-Rata

  Tabel 3. Hasil belajar kelas kontrol Pretes Postes

  Tabel 4. Hasil belajar kelas eksprimen Pretes Postes

  Untuk menjawab masalah pertama Untuk mengetahuai bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan Model

  Jumlah 1605 2715 Rata-Rata

  1

  2

  Dalam hal ini yang menjadi data pada kelas eksperimen adalah nilai pre-test sebelum melakukan pembelajaran dengan model pembelajran apapun dan nilai pos- tes setelah dilakukan perlakuaan pembelajaran dengan model pembelajran creative problem solving.

  Ῡ

  Adapun Rumus effect size sebagai berikut: ∆ =

  Dalam penelitian ini data yang di olah ialah hasil dari pre-tes siswa kelas eksperimen dan kelas control, dan pos-tes yang di dapatkan dari kelas eksprimen dan kelas kontrol di SMP Negeri 2 Sungai Raya. Analisis yang dilaukan dengan membandingkan nilai rata-rata pretes dan posttes, selain memmbandingkan nilai rata rata juga dikakukan perbandingan persentase ketuntasan serta dengan mencari nilai effect size .

  Untuk melihat Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Hasil Belajar dari Hasil post-test peneliti akan melakukan pengelolaan data.

  (c) Untuk menjawab masalah ketiga

  VIII D siswa diminta untuk mengerjakan soal post-tes.

  Untuk menjawab masalah kedua Untuk melihat hasil belajar siswa kelas

  VIII SMP N 02 Sungai Raya maka akan dilakukan proses penganalisisan data dengan cara sebagai berikut: (1) Memamarkan kegiatan penerapan pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan hasil observasi. (2) Membandingkan kegiatan pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol. (3) Menyimpulkan kegiatan penerapan pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol. (b)

  Pembelajaran Creative Problem Solving pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas

  Dalam penelitian ini yang menjadi kelas eksperimen ialah kelas VIIID. Kelas ini diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran creative problem solving. Jumlah siswa di kelas eksperimen ada 32 orang, namun ada satu orang siswa yang tidak diolah data karena pindah sekolah. Jadi, jumlah siswa yang diolah datanya sebanyak 31 siswa.

1 HASIL DAN PENBAHASAN

  datanya adalah 31 siswa. Dalam hal ini yang menjadi data pada kelas kontrol adalah nilai pre-test sebelum melakukan pembelajaran dengan model ceramah dan nilai pos-tes setelah dilakukan perlakuaan pembelajaran dengan model pembelajran ceramah.

  Hasil Penelitian 1. Pretes dan postes kelas kontrol

  50.16

  87.58 Tabel pada hasil belajar kelas eksperimen menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest siswa kelas eksperimen adalah 50.16 dan

  posttest siswa pada kelas eksperimen adalah

  87.58 Jadi, selisih pretest dan posttest adalah sebesar 37.42.

  Dalam penelitian ini yang menjadi kelas kontrol adalah kelas 8E. Jumlah siswa di kelas kontrol ada 31 orang. Jadi yang dapat di olah

  3.

  selisih nilai pretest dan posttest kedua kelas

   Perbandingan Selisih Hasil Pretes dan Postes kelas kontrol dengan kelas tersebut. Berikut ini adalah data hasil pre-test eksperimen dan post-test kelas kontrol dan kelas

  Berdasarkan hasil analisis hasil pretest eksperimen. Warna biru pada grafik 4.1 kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh menunjukan hasil nilai rata-rata pre-tes siswa bahwa terdapat perbedaan kemampuan awal kelas eksperimen maupun kontrol kelas VIII. siswa pada kedua kelas tersebut. Oleh karena Warna merah pada grafik 4.1 menunjukan nilai itu, dilakukan analisis secara statistik terhadap hasil post-test siswa kelas eksperimen maupun data tersebut. Untuk mengetahui ada tidaknya kontrol siswa kelas VIII. Secara keseluruhan, perbedaan hasil belajar siswa yang diberikan Persentase self-confidence siswa sebelum dan pembelajaran dengan model pembelajaran setelah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

  creative problem solving dilakukan analisis 100 80 60 60.32 73.06 50.16

  87.85 ta a -r 40 Pretest ta a Posttest R 20 i a il N Kontrol Eksperimen

  

Kelas

Grafik 1. Perbandingan Selisih Hasil Pretes dan Postes Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen.

4. Efektifitas Pelaksanaan

  Untuk mengetahui besar efektifitas 87,58 − 73,06

  = = 0,98 penerapan model pembelajaran creative 14,716

  problem solving maka peneliti melakukan

  Untuk kelas eksperimen rata-ratan nilai perhitungan effect size, menggunakan rumus hasil belajar yang di ambil dari post-tes sebesar berikut: 87,58 sedangkan rata-rata nilai hasil belajar

  ̅ − ̅ diambil dari pos-tes kelas kontrol sebesar =

  73,06 dan standar deviasi kelas kontrol Keterangan:

  14,716. Setelah di hitung melalui rumus effek = effect size size diperoleh hasil sebesar 0,98. Berdasarkan = rata-rata kelas eksperimen hasil yang dilakukan dengan menggunakan

  ̅ rumus effect size dan di seseuaikan dengan

  = rata-rata kelas kontrol ̅ kriteria yang berlaku, nilai effect size dalam

  = standar deviasi kelompok control penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi.

  Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas model Kriteria besarnya effect size pembelajaran creative problem solving yang diklasifikasikan sebagai berikut: diterapkan oleh peneliti pada kelas eksperimen

  = Tergolong rendah ≤ 0,20

  (VIIID), di SMP Negeri 02 Sungai Raya ini = Tergolong cukup

  0,20 < tergolong tinggi dengan harga effect size = Tergolong tinggi

  ≤ 0,80 sebesar 0,98.

  > 0,80

  Efektivitas Penerapan Model

  pre-test sebesar 60.32 dengan nilai rata-rata post-tes sebesar

  Pada kegiata awal, guru melakukan apserpersi terlebih dahulu dengan tujuan memberikan pengetahuan awal dan untuk

  Proses pembelajaran materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural di kelas eksperimen, yakni kelas VIII D SMP Negri 02 Sungai Raya dilaksanakan dengan model pembelajaran creative problem solving . Pembelajaran ini dilakukan dalam dua kali pertemuan tatap muka, dimana satu kali pertemuannya berdurasi (90 menit).

  b. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen.

  orang mendapatkan nilai post-tes di bawah KKM. Pada kelas kontrol mengalami persentase ketuntasan, dengan silisih peningkatan persentase ketuntasan sebesar 25.79%.

  tes di atas KKM pada kelas kontrol dan 16

  tuntas, 15 orang siswa mendapatkan nilai post-

  post-tes persentase ketuntasan menjadi 48.38%

  dilakukan perlakuan dengan menggunakan model ceramah, setelah dilakukan perlakuan dengan model pembelajaran ceramah nilai

  pre-tes ketuntasan 22.59% tuntas sebelum

  73.06 dengan silisih peningkatan nilai rata-rata sebesar 12.74. Pada kelas kontrol juga megalami peningkatan persentasi ketuntasan dari nilai

  Hasil ini dapat dilihat pada nilai post-tes siswa kelas kontrol VIIIE pada materi materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural di Indonesia. Pada kelas kontrol setelah dilaukan perlakuan dengan penerapan mengggunakan model pembelajaran ceramah mengalami peningkatan nilai rata-trata, dari nilai rata-rata

  pembelajaran creative problem solving pada

  KKM dan 24 orang siwa yang tidak mencapai KKM, dengan rata-rata nilai 60.32 dengan persentase ketuntas yang mencapai hanya 22.59%. Hasil ini dilihat pada nilai pre-tes siswa di kelas kontrol VIIIE pada materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural di Indonesia. Setelah di terapkan model pembelajaran ceramah pada kelas kontrol menunjukan bahwa bahwa 15 orang siswa mencapai nilai KKM dan 16 orang siswa yang mendapat nilai di bawah nilai KKM, dengan rata-tata nilai 73.06 dengan persentase ketuntasan 48.38%.

  Proses pembelajaran dengan materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural pada kelas kontrol yaitu kelas VIIIE dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran ceramah. Pada kelas kontrol pertemuan diakukan dengan 2 kali pertemuan tatap muka dengan setiap kali pertemuan berdurasi 90 menit jam pelajaran. Kegiatan pembelajaran ini di bagi ke dalam tiga langkah. Pada kelas kontrol sebelum dilakukan model pembelajaran ceramah menunjukan bahwa hanya 7 orang siswa yang mencapai nilai

  Penelitian ini mulai dilakukan pada hari Selasa tanggal 27 Februari 2017 dengan 4 kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan di kelas eksperimen dan 2 kali pertemuan di kelas kontrol.

  solving yang terdapat pada lampiran.

  Proses pembelajaran dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi langkah- langkah dalam pembelajran creative pproblrm

  VIII E sebagai kelas Kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol di lakukan oleh peneleti sendiri yang di awasi oleh guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Ibu Leonora Debataraja,S.Pd.

  VIII D sebagai kelas eksperimen dan Kelas

  VIII SMP Negeri 02 Sungai Raya yaitu Kelas

  Penelitian ini telah dilakukan pada kelas

  Pembahasan

  Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 yaitu Hasil belajar IPS peserta didik pada kelas VIII D yang diajarkan terdapat nilai postes terendah 80 dan nilai postes tertinggi dengan nilai 100 semua siswa pada kelas eksperimen tuntas diatas nilai KKM dalam mengerjakan soal postes. Pada kelas kontrol yang menggunakan model Kovensional menunjukkan skor pos-test terendah dengan nilai 65 dan tertinggi dengan nilai 85, terdapat 17 siswa yang memperoleh nilai postes di bawah nilai KKM.

a. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol.

  menyamakan pengertian guru dengan pengertian siswa. Apserpersi dilakukan dengan mengajukan pertanyan yang terkait dengan materi yang dibahas. Setelah itu guru mengecek kahadiran siswa dan kesiapan siswa untuk belajar. Langkah selanjtnya dengan memberikan informasi tujuan dari pembelajaran dan model pembelajaran yang akan di terapkan. Guru juga memberikan informasi indikator dari pembelajaran yang akan di capai.

  Pada pertemuan pertama yang dilakukan pada tanggal 27 Februari 2018 dikelas eksperimen (VIID) pada jam ke enam dan ke tujuh. Pertemuan pertama ini membahas tentang materi penguatan ekonomi maritim di indonesia dengan mengangkat masalah, pembudidayaan ikan pada masyarakat Sungai Kakap. Kabupaten Kubu Raya. Setiap kelompok membahas masalah yang sama, tetapi dalam menanggapi masalah peneliti menyarankan untuk setiap kelompok mengambil dari salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial seperti, ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi. Setiap kelompok hanya boleh memilih salah satu dari cabang ilmu IPS yang mereka anggap paling sesuai, dengan memberikan ide atau solusi yang mereka tawarkan.

  Pada pertemuan kedua yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal 28 Februari 2018 dikelas eksperimen (VIID) pada jam pertama dan ke dua. Pertemuan kedua ini membahas tentang materi penguatan ekonomi agrikultural di indonesia dengan mengangkat masalah, pembudidayaan tanaman lidah bauaya pada masyarakat Siantan, Pontianak Utara. Setiap kelompok membahas masalah yang sama, tetapi dalam memberikan solusi terhadap masalah peneliti menyarankan untuk setiap kelompok mengambil dari salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial seperti, ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi. Setiap kelompok hanya boleh memilih salah satu dari cabang ilmu IPS yang mereka anggap paling sesuai, dengan memberikan ide atau solusi yang mereka tawarkan.

  Kegiatan pembelajaran yang menggugunakan model pembelajaran creative

  problrm dibagi kedalam tiga langkah kegiatan

  yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Setelah menjelaskan materi peneliti menjalankan enam langkah model pembelajaran creative problem solving, enam langkah-langkah dalam creative problrm

  solving sebagai berikut: (1) Membentuk siswa

  kedalam kelompok Dalam pembentukan kelompok peneliti yang bertindak sebagai guru telah mempertimbangkan nya terlebih dahulu, pemilihan kelompok dengan cara memasukan nama-nama dalam satu kelompok yang nilai nya tergolong rendah dan tergolong tinggi ke dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk menghindari kelompok yang pasif. (2) Menemukan Fakta Langkah selanjutnya setelah membentuk kelompok , peneliti yang berperan sebagai guru membimbing setiap kelompok untuk menemukan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar untuk membantu menguatkan siswa lebih dekat dengan masalah yang di berikan. Di dalam menemukan fakta siswa di bimbing untuk menemukan fakta yang relevan dari sumber yang terpercaya agak hasilnya terarah. Dalam penemuan fakta setiap kelompok di haruskan menemukan minimal 3 fakta dari sumber yang relevan. (3) Mendefinisikan kembali masalah Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah setiap kelompok menemukan fakta ialah mendefinisakan kembali masalah yang ada. Tujuan mendefinikasan kembali masalah yang ada ialah agar setiap kelompok semakin memperdalam dan memahai masalah yang akan dicari solusinya, ditambah dengan fakta- fakta yang ditemukan masalah akan di perdalam untuk lebih mudah menentukan solusinya. (4) Mengumpulkan ide atau gagasan dari setiap kelompok Langkah selanjutnya setelah siswa mendefnisakan masalah, siswa dari setiap kelompok di haruskan menetapkan satu solusi yang mereka anggap paling sesuai untuk menyelesaikan masalah. Dalam menetapkan gagasan atau ide setiap kelompok diarahkan untuk memilih salah satu dari cabang ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, sejarah, sosiologi, geografi dan antropologi. Setelah memilih salah satu cabang dari ilmu IPS setiap kelompok harus memberikan argumen untuk menguatkan ide yang diberikan. Setelah selesai membuat ide, peneliti yang berperan sebagai guru memberikan kesempatan untuk setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusi mereka. Setiap kelompok diperbolehkan memberi tanggapan sebanyak satu kali untuk kelompok yang maju ke depan. (5) Mengevaluasi cepat gagasan yang paling terbaik Langkah selanjutkan yang dilakukan setelah semua ide atau gagasan terkumpul dari setiap kelompok adalah tugas peneliti yang bertugas sebagai guru mengevaluasi secara sepat memilih salah satu ide yang dianggap paling tepat untuk di jadikan solusi. Guru memginformasikan dari kelompok mana yang terpilih untuk di jadiakan solusi. Untuk kelompok yang terpilih sebagai ide yang terbaik akan diberikan penghargaan. (6) Mempertimbangkan isu nyata dengan cara berpikir baru Langkah selanjutnya yang dilakukan guru setelah kegiatan diskusi dilakukan adalah menyimpulkan dari keseluaran materi dengan siswa, guru memberikan umpan balik dan membimbing dalam menyimpulkan materi. Selanjutnya guru mengambil salah satu isu sosial yang baru-baru terjadi dalam lingkungan hidup, dan memberikan pertanyaan untuk siswa, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan pendangan agar memiliki pemikiran yang baru dari maslaah yang diberikan. Untuk kegiatan selanjutnya guru memberikan informasi untuk materi selanjutnya dan akan diadakan evaluasi dalam bentuk soal (pos-tes) . Guru mengucapkan salam dan menutup pembelajaran.

  Pada kelas eksprimen sebelum dilakukan model pembelajaran creative problem solving menunjukan bahwa hanya 3 orang siswa yang mencapai nilai KKM dan 28 orang yang tidak mencapai KKM, dengan rata-rata nilai pre-tes 50.16 dengan persentase ketuntas yang mencapai hanya 09.68%. Hasil ini dilihat pada nilai pre-tes siswa di kelas eksperimen VIIID pada materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural di Indonesia.

  creative problem solving , dan setelah

  0-54 Sangat Kurang Efektif Pada kelas eksperimen

  80-89 Efektif 65-79 Cukup Efektif 55-64 Kurang Efektif

  Persentase Tingkat Efektivitas 90-100 Sangat Efektif

  Menurut Dantes, (2012:190) “Untuk menentukan tingkat efektifitas, evaluasi diri di lakukan dengan cara membandingkan angka rata-rata persen dengan lima kriteria PAP di bawah ini”.

  mendapatkan nilai di atas KKM. Pada kelas eksperimen mengalami peningkatan nilai persentasi ketuntasan dengan silisih peningkatan ketuntasan sebesar 90.32%.

  creative problem solving nilai persentase post- tes menjadi 100% tuntas, semua siswa

  dilakukan perlakuan model pembelajran

  perlakuan dengan menggunakan model

  Setelah di terapkan model pembelajaran

  pre-tes 09.68% tuntas sebelum dilakukan

  Pada kelas eksperimen juga megalami peningkatan persentase ketuntasan dari nilai

  Pada kelas eksperimen setelah dilaukan perlakuan dengan penerapan mengggunakan model pembelajaran creative problem solving mengalami peningkatan nilai rata-rata, dari nilai rata-rata pre-test 50.16 menjadi nilai rata- rata post-tes sebesar 87.58 dengan silisih peningkatan nilai rata-rata post-tes sebesar 37.42.

  Hasil ini dapat dilihat pada nilai post-tes siswa kelas eksperimen VIIID pada materi materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural di Indonesia.

  tes 87.58 dengan persentase ketuntasan 100%.

  eksperimen VIIID menunjukan bahwa bahwa 31 orang siswa mencapai nilai KKM dan tidak ada satu pun siswa yang mendapatkan nilai di bawah nilai KKM, dengan rata-tata nilai post-

  creative problem solving pada kelas

  VIIID mendapatkan selisih persentase ketuntusan 90.32 dari sebelum diperlakukan model pembelajaran creative problem solving dibandingkan dengan setelah diperlakukan model pembelajran creative problem solving. Berdasarkan kriteria diatas, peneliti menyimpulkan bahwa efektifitas penerapan model pembelajaran creative problem solving pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural di indonesi kriteria sangat efektif .

  Keterbatasan Penelitian

  Keterbatasan yang di alami di dalam penelitian ini adalah: (a) butuh waktu 15 menit untuk memulai pembelajaran di ruang kelas untuk mengumpulkan siswa pada kelas eksperimen, karena sebelum pelajaran IPS siswa terlebih dahulu melakukan praktek pelajran olahraga di lapangan, (2) tidak dapat sepenuhnya mengontrol kemampuan awal siswa, dikarenakan ada sebagian siswa yang melakukan les diluar sekolah, jadi mereka sudah mempelajari materi saat les.

DAFTAR RUJUKAN

  Berdasarkan data yang diperoleh dari tes hasil belajar dan observasi pembelajaran dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (a) Penerapan model pembelajaran creative

  Huda Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.

  Efektivitas Model Pembelajaran Creative Problem Solving (Cps) Yang Dilengkapi Media Pembelajaran Laboratorium Virtual Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Koloid Kelas Xi Ipa Semester Genap Sma Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. (Online).

  Totiana Fian, Susanti Elfi, Redjeki Tri. 2012.

  Pembelajaran Creative Problem Solving (Cps) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Limit Fungsi Aljabar. (Online). http://id.portalgaruda. org/?ref=browse &mod= viewarticle&article=455962. Pdf. Pada Tanggal 02 Januari 2018.

  Tamrin Marwia. 2012. Efektivitas Model

  Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

  Suryosubroto. 2009. Proses Belajar

  Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabert.

  Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiono. 2016. Metode Penelitian

  Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

  Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media.

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Racmawati Tutik. Daryanto.2015. Teori

  Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

  problem solving berhasil diterapkan dengan

  Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. Hadari, Nawawi. 2015. Metode Penelitian

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  secara operasional peneliti masih terdapat beberapa kekurangan dari langkah-langkah pembelajaran, untuk kedepannya guru mata pelajaran IPS perlu memperbaiki agar mencapai peningkatan nilai hasil belajar yang tertinggi. (b) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir creative siswa, guru mata pelajaran IPS sebaiknya lebih banyak melakukan umpan balik dalam bertanya dan mengajikan informasi, agar mendorong siswa untuk berpikir creative. (c) Bagi peneliti yang akan menggunakan model CPS ini agar memperhatikan jam pelajaran yang akan digunakan sehingga dapat dikontrol agar pembelajaran dapat berlangsung efektif.

  creative problem solving

  Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Dalam menerapkan model pembelajaran

  Saran

  problem solving dengan harga effect size = 0,98 .

  ekonomi maritim dan agrikultural di Indonesia efektif terhadap hasil belajar, efektivitas penerapan model pembelajatan creative

  problem solving dalam materi penguatan

  diberikan pembelajaran dengan metode konvensional dalam materi penguatan ekonomi maritim dan agrikultural di indonesia. (c) Pembelajaran menggunakan model creative

  creative problem solving dan siswa yang

  baik dari tahap persiapan hingga penelitian yang di bantu oleh guru pamong di SMP Negeri 02 Sungai Raya. (b) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberikan pembelajaran menggunakan model

  Abdullah Sani, Ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.

   Pdf PadLLLL tanggal 02-01-2018.