PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM PENYALURAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR iB) PT. BANK BRI SYARIAH CABANG SURABAYA GUBENG - Perbanas Institutional Repository

  

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS

PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM PENYALURAN

KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR iB)

PT. BANK BRI SYARIAH CABANG

  

SURABAYA GUBENG

ARTIKEL ILMIAH

  OLEH :

  

IIS FAJARWATI

2009310600

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA

2013

  

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS

PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM PENYALURAN

KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR iB)

PT. BANK BRI SYARIAH CABANG

  

Iis Fajarwati

  STIE Perbanas Surabaya Email : 2009310600@students.perbanas.ac.id

  JL. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

  

ABSTRACT

This research aims to identify and obtain the implementation of the internal control

system for channeling Housing Loan of the consumer finance on PT. BRI Syariah Bank

  

Branch Surabaya Gubeng. The method used in this research is descriptive qualitative. Data

obtained from this study come from the primary data that can be obtained through direct

observation or interviews to the informant. While the secondary data obtained from relevant

parties such as organizational structure, relevant documents such as promissory notes, letter

of application for the realization of the fund transfers, debit authorization letter etc. Based on

the results of this study can be concluded that the implementation of the internal control

system for channeling Housing Loan of the consumer finance of PT. BRI Syariah Bank

Branch Surabaya Gubeng is quite effective. It can be seen from the elements of the system of

internal control is adequate. Although there are a few things that make the limitations of the

study, namely the lack of separate file for each product and service credit in BRI Syariah

Bank Branch Surabaya Gubeng.

  Keywords : Internal control systems, consumer finance, housing loan PENDAHULUAN

  Perkembangan industri keuangan syariah undang yang baru. UU No. 7 Tahun 1992 secara informal telah dimulai sebelum tentang perbankan secara implisit telah dikeluarkannya kerangka keuangan formal membuka peluang kegiatan usaha sebagai landasan operasional perbankan perbankan yang memiliki dasar syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, operasional bagi hasil yang secara rinci telah didirikan beberapa badan usaha dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah pembiayaan non-bank yang telah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank menerapkan konsep bagi hasil dalam Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan kegiatan operasionalnya. Hal tersebut perundang-undangan tersebut telah menunjukkan kebutuhan masyarakat akan dijadikan sebagai dasar hukum hadirnya institusi-institusi keuangan yang beroperasinya bank syariah di Indonesia. dapat memberikan jasa keuangan yang Pembiayaan merupakan aktivitas sesuai dengan syariah. Untuk menjawab bank syariah dalam menyalurkan dana kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya kepada pihak lain selain bank berdasarkan sistem perbankan yang sesuai syariah, prinsip syariah (Muhamad : 105). pemerintah telah memasukkan Pembiayaan sangat bermanfaat bagi bank kemungkinan tersebut dalam undang- syariah, nasabah, dan pemerintah.

  Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah.

  Penerapan sistem pengendalian intern atas pembiayaan konsumen dalam penyaluran kredit pemilikan rumah yang sudah diterapkan oleh perusahaan diperlukan untuk memberikan rekomendasi bagi perbaikan atau menindaklanjuti atas temuan-temuan atau masalah-masalah yang diperoleh sehingga pihak manajemen dapat melakukan perbaikan-perbaikan dalam kegiatan atas fungsi-fungsi yang ada. Penerapan juga diperlukan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian intern atas sistem pembiayaan konsumen dalam penyaluran kredit pemilikan rumah yang telah diterapkan perusahaan sudah berjalan efektif atau belum, karena dengan adanya sistem pengendalian intern atas sistem pembiayaan konsumen dalam penyaluran kredit pemilikan rumah yang efektif akan mendukung terciptanya pengelolaan kinerja perusahaan yang baik pula.

  Menurut Mulyadi (2001) dalam Oktaviana (2011) sistem pengendalian intern pada dasarnya merupakan struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data, dan mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Unsur-unsur dari sistem pengendalian intern adalah struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem wewenang, praktik yang sehat dan karyawan yang berkualitas.

  Menurut Boockoldt (1993) dalam Oktaviana (2011), struktur pengendalian intern pada dasarnya terdiri atas berbagai kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Sistem pengendalian intern yang baik sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas perbankan, dalam hal ini berfokus pada penyaluran kredit, dimana tolak ukur penyaluran kredit yang tepat kepada masyarakat, menjadi perhatian khusus pihak bank. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengendalian intern yang akan membantu mengendalikan dalam hal struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab secara tegas, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, praktik yang sehat, dan karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai aktivitas dari sistem pengendalian intern atas pembiayaan konsumen dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR iB) pada PT. Bank BRISyariah Cabang Surabaya Gubeng.

  RERANGKA TEORITIS

  Pengertian Pengendalian Intern

  Definisi Pengendalian Intern menurut Standar Profesioanl Akuntan Publik (2001 : 319) adalah proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujua, yaitu : Keandalan pelaporan keuangan, Efektivitas dan efisiensi operasi, dan Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

  Pengertian Pengendalian Intern menurut Mulyadi (2001 : 163), adalah sebagai berikut :

  Suatu sistem yang meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan Manajemen.

  Unsur-Unsur Pengendalian Intern

  Menurut Commite of Sponsoring

  Organization (COSO) dalam buku Sistem

  Informasi Akuntansi buku 1 ditulis oleh Marshall B. Romney dan Robert Steinbart

  (2001 : 230-252), Pengendalian Intern terdiri dari lima komponen yaitu:

  Metode Pengendalian Manajemen

  Pemantauan (Monitoring)

  Sistem Informasi Akuntansi terdiri atas catatan-catatan dan metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat transaksi organisasi serta memperhitungkan aktiva dan kewajiban terkait. Sistem Informasi Akuntansi yang efektif akan: Mengidentifikasi dan mencatat semua keuangan yang sah, Menyediakan informasi yang tepat waktu tentang transaksi dengan rincian yang rumit untuk memungkinkan klasifikasi dari pelaporan keuangan yang benar, Mengukur nilai transaksi keuangan dengan akurat sehingga dapat dicatat dalam laporan keuangan, dan Mencatat transaksi dengan akurat pada waktu periode munculnya.

  Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

  Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang harus ditetapkan untuk meyakinkan manajemen bahwa semua arahan telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian ini diterapkan pada semua tingkat organisasi dan pengolahan data.

  Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

  Penilaian Risiko adalah proses mengidentifikasi dan menilai risiko-risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi, manajemen harus menentukan bagaimana mengendalikannya. Organisasi harus melakukan Penilaian Risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatur risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan.

  Penilaian Risiko (Risk Assestment)

  Metode Pengendalian Manajemen merupakan metode perencanaan dan pengendalian alokasi sumber daya perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.

  Organisasi didefinisikan sebagai pola otoritas dan tanggung jawab yang terdapat dalam perusahaan. Struktur organisasi formal sering digambarkan dalam bagan organisasi.

  Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

  Struktur Organisasi : Struktur

  komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh Manajemen (Direksi). Pembentukan komite pemeriksaan untuk memperkuat indepensi akuntan publik untuk menilai kewajaran pertanggung jawaban keuangan yang dilakukan oleh Manjemen.

  Fungsi Dewan Komisaris Komite pemeriksa, Dewan

  Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawan, sedangkan gaya operasi mencerminkan ide Manajer tentang bagaimana operasi suatu kesatuan harus dilaksanakan.

  Filosofi dan gaya operasi :

  Lingkungan pengendalian ini merupakan dasar dari komponen lain karena menyangkut kedisiplinan dan struktur. Menurut Mulyadi (2001: 172-176) lingkungan pengendalian memiliki empat unsur, yaitu:

  consciousness ) dari seluruh pegawainya.

  Suasana organisasi yang mempengaruhi kesadaran penguasaan (control

  Suatu proses penilaian sepanjang waktu atas kualitas pelaksanaan pengendalian internal dan dilakukan perbaikan jika dianggap perlu.

  Elemen Utama Sistem Pengendalian Intern Bank

  Pengendalian Intern Bank menurut Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan No.5/22/DPNP tanggal 29 September 2003 terdiri dari lima elemen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu:

  Pengawasan oleh Manajemen Dewan Komisaris

  Dewan Komisaris mempunyai tanggung jawab mengesahkan dan mengkaji ulang secara berkala terhadap kebijakan dan strategi usaha Bank secara keseluruhan, memahami risiko utama yang dihadapi Bank, menetapkan tingkat risiko yang dapat ditolerir (risk tolerance), dan memastikan bahwa Direksi telah melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko tersebut, mengesahkan struktur organisasi, dan memastikan bahwa Direksi telah memantau.

  Direksi

  Direksi mempunyai tanggung jawab melaksanakan Kebijakan dan strategi yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris dan mengembangkan Prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang dihadapi Bank, memelihara suatu Struktur Organisasi yang mencerminkan kewenangan, tanggung jawab dan hubungan pelaporan yang jelas, memastikan bahwa pendelegasian wewenang berjalan secara efektif yang didukung oleh penerapan akuntabilitas yang konsisten, menetapkan Kebijakan dan strategi serta Prosedur Pengendalian Intern, serta memantau kecukupan dan efektivitas dari Sistem Pengendalian Intern.

  Budaya Pengendalian

  Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab dalam meningkatkan etika kerja dan integritas yang tinggi serta menciptakan suatu kultur organisasi yang menekankan kepada seluruh pegawai Bank mengenai pentingnya Pengendalian Intern yang berlaku di Bank.

  Identifikasi dan Penilaian Risiko

  Penilaian Risiko merupakan suatu serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh Direksi dalam rangka identifikasi, analisis dan menilai risiko yang dihadapi Bank untuk mencapai sasaran usaha yang ditetapkan. Risiko dapat timbul atau berubah sesuai dengan kondisi Bank, antara lain: Perubahan kegiatan operasional Bank, Perubahan susunan personalia, Perubahan sistem informasi, Pertumbuhan yang cepat pada kegiatan usaha tertentu, Perkembangan teknologi, Pengembangan jasa, produk atau kegiatan baru, Terjadinya penggabungan usaha (merger), konsolidasi, akuisisi dan restrukturisasi Bank, Perubahan dalam sistem akuntansi, Ekspansi usaha, Perubahan hukum dan peraturan, dan Perubahan perilaku serta ekspektasi nasabah. Suatu Sistem Pengendalian Intern yang efektif mengharuskan Bank secara terus menerus mengidentifikasi dan menilai risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran. Penilaian risiko harus pula dilakukan oleh auditor intern sehingga cakupan audit yang dilakukan lebih luas dan menyeluruh.

  Kegiatan Pengendalian dan Pemisahan Fungsi

  Kegiatan Pengendalian harus melibatkan seluruh pegawai Bank, termasuk Direksi. Oleh karena itu kegiatan Pengendalian akan berjalan efektif apabila direncanakan dan diterapkan untuk mengendalikan risiko yang telah diidentifikasi. Kegiatan Pengendalian mencakup pula penetapan Kebijakan dan Prosedur Pengendalian serta proses verifikasi lebih dini untuk memastikan bahwa Kebijakan dan Prosedur tersebut secara konsisten dipatuhi, serta merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari setiap fungsi atau kegiatan Bank sehari-hari.

  Kegiatan Pengendalian :

  komunikasi harus mampu memberikan informasi kepada seluruh pihak, baik intern maupun ekstern, seperti otoritas pengawasan Bank, auditor ekstern, pemegang saham dan nasabah Bank.

  taking unit ), SKAI maupun pihak

  Kelemahan dalam Pengendalian Intern, baik yang diidentifikasi oleh satuan kerja operasional (risk

  Perbaikan Kelemahan dan Tindakan Koreksi Penyimpangan

  menyelenggarakan audit intern yang efektif dan menyeluruh terhadap Sistem Pengendalian Intern. Pelaksanaan audit intern tersebut yang dilaksanakan oleh SKAI harus didukung oleh tenaga auditor yang independen, kompeten, dan memiliki jumlah yang memadai.

  Fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) : Bank harus

  harus melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap efektivitas keseluruhan pelaksanaan pengendalian intern. Pemantauan terhadap risiko utama Bank harus diprioritaskan dan berfungsi sebagai bagian dari kegiatan Bank sehari-hari termasuk evaluasi secara berkala, baik oleh satuan-satuan kerja operasional maupun oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).

  Kegiatan Pemantauan dan Tindakan Koreksi Penyimpangan Kegiatan Pemantauan : Bank

  Sistem Komunikasi : Sistem

  Kegiatan Pengendalian meliputi Kebijakan, Prosedur dan praktik yang memberikan keyakinan Pejabat dan Pegawai Bank bahwa arahan Dewan Komisaris dan Direksi Bank telah dilaksanakan secara efektif. Kegiatan Pengendalian tersebut akan dapat membantu Direksi termasuk Komisaris Bank dalam mengelola dan mengendalikan risiko yang dapat mempengaruhi kinerja atau mengakibatkan kerugian Bank.

  metode dan catatan dalam rangka mengidentifikasi, mengelompokkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat/membukukan dan melaporkan transaksi Bank.

  Sistem Akuntansi : Meliputi

  Sistem Akuntansi dan Komunikasi yang memadai dimaksudkan agar dapat mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dan digunakan sebagai sarana tukar menukar informasi dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.

  Sistem Akuntansi dan Komunikasi

  fungsi dimaksudkan agar setiap orang dalam jabatannya tidak memiliki peluang untuk melakukan dan menyembunyikan kesalahan atau penyimpangan dalam pelaksanaan tugasnya pada seluruh jenjang organisasi dan seluruh langkah kegiatan operasional. Bank harus mematuhi prinsip pemisahan fungsi ini.

  Pemisahan Fungsi : Pemisahan

  Kegiatan pengendalian diterapkan pada semua tingkatan fungsional sesuai struktur organisasi Bank.

  lainnya, harus segera dilaporkan kepada dan menjadi perhatian Pejabat atau Direksi yang berwenang. Kelemahan Pengendalian Intern yang material harus juga dilaporkan kepada Dewan Komisaris.

  Perbedaan Bank Konvensional Dan Bank Syariah

  Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama Islam. Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga atau riba yang memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan. Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional, antara lain :

  Perbedaan Falsafah

  Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi perniagaan melalui bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compoundinterest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak.

  Konsep Pengelolaan Dana Nasabah

  Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko. Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tinggi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank diinvestasikan terlebih dahulu kedalam usaha, kemudian keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di salurkan kedalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya. Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah prosentase dari dana yang disimpannya saja.

  Kewajiban Mengelola Zakat

  Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (Zakat, Infak, Sedekah).

  Struktur Organisasi

  Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.

  Pengertian Pembiayaan

  Ismail (2011 : 105), mendefinisikan pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.

  Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan.

  Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.

  Analisis Pembiayaan

  Ismail (2011 :119) mendefinisikan analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan oleh calon nasabah. Dengan melakukan analisis permohonan pembiayaan, bank syariah akan memperoleh keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai layak (feasible).

  Bank melakukan analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi bank syariah dalam mengambil keputusan untuk menyetujui/menolak permohonan pembiayaan. Analisis yang baik akan menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan bagi bank syariah untuk meyakini kelayakan atas permohonan pembiayaan nasabah.

  Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara lain dikenal dengan prinsip 5C. Penerapan prinsip dasar dalam pemberian pembiayaan serta analisis yang mendalam terhadap calon nasabah, perlu dilakukan oleh bank syariah agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan kepada nasabah dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. Pada pembiayaan konsumen dalam penyaluran kredit pemilikan rumah hanya menerapkan prinsip 3C, antara lain :

  Character

  Menggambarkan watak dan karakter calon nasabah. Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah dengan tujuan untuk mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar kembali pembiayaan yang telah diterima hingga lunas. Cara yang perlu dilakukan oleh bank untuk mengetahui character calon nasabah antara lain :

  BI Checking

  Bank dapat melakukan penelitian dengan melakukan BI Checking, yaitu melakukan penelitian terhadap calon nasabah dengan melihat data nasabah melalui komputer yang online dengan Bank Indonesia. BI Checking dapat digunakan oleh bank untuk mengetahui dengan jelas calon nasabahnya, baik kualitas pembiayaan calon nasabah bila telah menjadi debitur bank lain.

  Informasi dari Pihak Lain

  Dalam hal calon nasabah masih belum memiliki pinjaman di bank lain, maka cara yang efektif ditempuh yaitu dengan meneliti calon nasabah melalui pihak- pihak lain yang mengenal dengan baik calon nasabah. Misalnya, mencari informasi tentang karakter calon nasabah melalui tetangga, teman kerja, atasan langsung, den rekan usahanya.

  Capital Capital atau modal yang perlu

  disertakan dalam hal pembiayaan perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh nasabah atau jumlah dana yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai. Semakin besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh calon nasabah dalam objek pembiayaan akan semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan dan pembayaran kembali. Cara yang ditempuh oleh bank untuk mengetahui capital antara lain yaitu Uang Muka, Uang muka yang dibayarkan dalam memperoleh pembiayaan. Dalam hal calon nasabah adalah perorangan, dan tujuan penggunaannnya jelas, misalnya pembiayaan untuk pembelian rumah, maka analisis

  capital dapat diartikan sebagai

  jumlah uang muka yang dibayarkan oleh calon nasabah kepada pengembang atau uang muka yang telah disiapkan. Semakin besar uang muka yang dibayarkan oleh calon nasabah untuk membeli rumah, semakin meyakinkan bagi bank bahwa pembiayaan yang akan disalurkan kemungkinan akan lancar.

  Collateral

  Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua. Dalam hal nasabah tidak dapat membayar angsurannya, maka bank syariah dapat melakukan penjualan terhadap agunan. Hasil penjualan agunan digunakan sebagai sumber pembayaran kedua untuk melunasi pembiayaannnya. Bank tidak akan memberikan pembiayaan yang melebihi dari nilai agunan, kecuali untuk pembiayaan tertentu yang dijamin pembayarannya oleh pihak tertentu. Dalam analisis agunan, faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah purnajual dari agunan yang diserahkan kepada bank. Bank syariah perlu mengetahui minat pasar terhadap agunan yang diserahkan oleh calon nasabah. Bila agunan merupakan barang yang diminati oleh banyak orang (marketable), maka bank yakin bahwa agunan yang diserahkan calon nasabah mudah diperjualbelikan. Pembiayaan yang ditutup oleh agunan yang purnajualnya bagus, risikonya rendah.Secara rinci pertimbangan rujukan dasar akad transaksi al- atas collateral dikenal dengan MAST Murabahah, adalah: :

  “Dari Rafaah bin Rafie r.a. bahwa Marketability Rasulullah saw. pernah ditanya

  Agunan yang diterima oleh bank pekerjaan apakah yang paling mulia, haruslah agunan yang mudah Rasulullah saw. menjawab: pekerjaan diperjualbelikan dengan harga seseorang dengan tangannya dan setiap yang menarik dan meningkat dari jual beli yang mabrur” (HR. Albazzar, waktu ke waktu. Imam Hakim mengkategorikannya Ascertainabilit of value sahih). Agunan yang diterima memiliki standar harga yang lebih pasti.

  Stability of value METODE PENELITIAN

  Agunan yang diserahkan bank Penelitian yang dilakukan adalah memiliki harga yang stabil penelitian secara langsung dengan sehingga ketika agunan dijual, mendatangi objek penelitian yaitu PT. maka hasil penjualan bisa meng- Bank BRISyariah Cabang Surabaya

  cover kewajiban debitur. Gubeng untuk memperoleh data dan Transferability informasi yang dibutuhkan melalui pihak-

  Agunan yang diserahkan bank pihak yang terkait dengan penyaluran mudah dipindahtangankan dan kredit, khususnya mengenai sistem mudah dipindahkan dari satu pengendalian intern terhadap penyaluran tempat ke tempat lainnya. kredit pemilikan rumah. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data

  

Pengertian Al Murabahah sekunder. Data primer yaitu data yang

  Murabahah merupakan salah satu konsep diperoleh langsung dari PT. Bank dalam melakukan perjanjian jual beli. BRISyariah Cabang Surabaya Gubeng, Konsep ini telah banyak digunakan oleh seperti wawancara dengn cara tanya jawab bank-bank dan lembaga-lembaga kepada pihak-pihak yang berhubungan keuangan Islam untuk pembiayaan modal dengan penyaluran kredit dan kerja, dan pembiayaan perdagangan para pengendalian internal dalam sistem nasabahnya. Murabahah merupakan satu pemantauan perusahaan. Data sekunder bentuk perjanjian jual beli yang harus yaitu data yang diperoleh sehubungan tunduk pada kaidah dan hukum umum jual dengan perusahaan yang telah beli yang berlaku dalam muamalah terdokumentasi seperti dokumen sejarah Islamiyah. perusahaan, struktur organisasi,

  Dasar hukum dalam ayat-ayat jobdescription , dan dokumen-dokumen Alquran yang dapat dijadikann rujukan yang terkait dengan pembiayaan pada PT. dasar akad transaksi al-Murabahah adalah: Bank BRISyariah Cabang Surabaya

  “Hai orang-orang yang beriman Gubeng. Teknik yang digunakan penulis

  janganlah kamu makan harta dalam pengumpulan data adalah observasi, sesamamu dengan jalan yang bathil, wawancara, dan dokumentasi. kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS. An-Nisa’: 29). ANALISIS DATA DAN “Dan Allah swt. telah menghalalkan PEMBAHASAN jual beli dan mengharamkan riba” (QS.

  Pengawasan oleh Manajemen

  Al-Baqarah: 275). Pengawasan oleh Manajemen yang Selain ayat-ayat Alquran ada juga baik akan menciptakan suasana hadis-hadis Rasul yang dapat dijadikan pengendalian yang baik pula, karena pengawasan oleh Manajemen merupakan landasan untuk semua unsur Pengendalian Intern yang membentuk disiplin dan struktur. Faktor yang dapat mempengaruhi Pengawasan Manajemen yang lebih baik antara lain:

  Nilai Integritas dan Etika

  Standar etika akan selalu dijadikan pedoman dalam pensyusunan kebijakan, prosedur maupun praktek-praktek manajemen yang ada didalam Perusahaan. Pada PT. Bank BRISyariah terdapat etika dalam

  meeting , etika dalam bertukar

  nama, etika dalam bertelepon, etika mempergunakan lift dan lain sebagainya. Efektifitas Pengendalian Intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Pengendalian Intern yang memadai desainnya, namun jika dijalankan oleh orang–orang yang tidak menjunjung tinggi integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan Pengendalian Intern. Oleh karena itu tanggung jawab Manajemen adalah menjunjung tinggi nilai integritas suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau telah menjadi komitmennya. Dalam menjalankan pekerjaannya divisi pembiayaan telah menerapkan Kebijakan Pembiayaan yang telah ditetapkan oleh BRISyariah, yang mencangkup komunikasi, nilai- nilai dan standart perilaku efektivitas setiap personil.

  Komitmen Terhadap Kompetensi

  BRISyariah merupakan perusahaan yang cukup memperhatikan kompetensi dan kesejahteraan dari para staf dan karyawannya. Karena sangatlah penting bagi perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, agar terwujud lingkungan pengendalian yang baik. Pada saat merekrut karyawan, ketua bagian personalia meminta persetujuan Direktur Utama, karena Direktur Utama mempunyai kewenangan penuh dalam mengangkat, mempromosikan, menurunkan jabatan, memindahkan dan memberhentikan karyawan setingkat staf. Disamping itu perusahaan juga selalu memberikan pelatihan-pelatihan (training) bagi karyawan baru.

  Filosofi dan gaya operasi

  Direksi menyusun ketentuan– ketentuan/peraturan–peraturan dibidang pembiayaan dalam satu Kebijaksanaan Pembiayaan Bank, dimana tercantum petunjuk pelaksanaan, sistem dan prosedur persetujuan pembiayaan secara garis besar. Direksi juga menentukan kebijaksanaan di dalam Persetujuan Pembiayaan. Kebijaksanaan Persetujuan Pembiayaan harus memperhatikan hal–hal : Prinsip kehati – hatian, Ketentuan pemberian pembiayaan yang sehat, Plafond dan tanggung jawab para Pejabat yang diberi wewenang pemberian pembiayaan, dan Perjanjian dan pengikatan

  Dewan Komisaris dan Komite Audit

  Faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas dari Komite Audit dan Dewan Komisaris meliputi kemandirian (independency) terhadap pihak Manajemen dan seberapa jauh keterlibatannya dalam aktivitas Manajemen. Dewan Komisaris BRISyariah terdiri dari dua orang yang secara formal telah dibentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).

  Identifikasi dan Penilaian Risiko

  Untuk mencegah terjadinya resiko kredit yang bermasalah, maka seluruh Pejabat Bank yang terkait dengan pembiayaan harus memiliki pandangan persepsi yang sama dalam menangani kredit bermasalah sehingga perlu mengambil langkah– langkah maupun kebijaksanaan dengan pendekatan sebagai berikut :

  Bank secara berkala menyusun daftar nasabah yang termasuk dalam kredit bermasalah. Direksi memberikan petunjuk bagaimana cara menyelesaikan kredit bermasalah tersebut. Agar Bank dapat mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah, maka bagian Pengawasan dan Account Development Program setiap hari harus memantau perkembangan para debitur terutama aktivitas rekening pinjamannya. Terhadap debitur bermasalah dan diduga akan bermasalah, bagian Pengawasan Pembiayaan harus segera mengadakan pendekatan kepada nasabah untuk membahas permasalahan yang timbul dan mencari jalan keluarnya. Dalam hubungan ini Bank tidak boleh membiarkan bahkan menutupi adanya kredit bermasalah. Penyelesaian kredit bermasalah yang menyangkut nasabah- nasabah yang termasuk golongan pihak yang terkait dengan Bank dan debitur–debitur besar tertentu tidak boleh diberikan pengecualian. Kepada nasabah– nasabah tersebut penyelesaian kasusnya sama dengan nasabah– nasabah pada umumnya.

  Pengendalian dan Pemisahan Fungsi Pengendalian Pada Prosedur Permohonan Pembiayaan Personil Kompeten dan Dapat Dipercaya.

  Pejabat pembiayaan BRISyariah yang menangani proses permohonan pembiayaan mengetahui syarat – syarat serta data pembiayaan yang harus dipenuhi oleh calon debitur, antara lain: Mengetahui jenis kebutuhan pembiayaan yang diperlukan debitur, Mengetahui jenis Pembiayaan Bank yang cocok untuk pembiayaan calon debitur tersebut, Mengetahui syarat – syarat pembiayaan serta data yang harus dipenuhi calon debitur berkaitan dengan pembiayaan tersebut, dan Mengetahui prosedur teknis proses pembiayaan. Untuk menyakinkan bahwa personil menangani pembiayaan tersebut kompeten, bisa dilihat dari latar belakang pendidikan serta training yang pernah diperoleh.

  Pemisahan Tugas

  Adanya pemisahan tugas antara petugas yang menerima dan mencatat surat permohonan pembiayaan dari calon debitur, yang dalam hal ini dilakukan oleh Account Development Program, dengan petugas yang melakukan penilaian awal (pre-screening), yang dalam hal ini dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa (Account Officer).

  Prosedur otorisasi yang tepat

  Prosedur otorisasi merupakan aspek penting dalam prosedur permohonan pembiayaan. Dalam hubungan ini adalah tepat dipenuhinya persyaratan pelaksanaan prosedur sesuai yang ditetapkan dalam buku Pedoman Pembiayaan. Misalnya otorisasi pada proses pembiayaan atau semua data calon debitur yang dibutuhkan diserahkan ke BRISyariah.

  Dokumen dan catatan yang memadai

  Setiap permohonan pembiayaan baru, perpanjangan jangka waktu perubahan jumlah, perubahan struktur, jenis dan syarat pembiayaan harus berdasarkan adanya permohonan pembiayaan secara tertulis dari calon debitur/debitur dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan sesuai dengan standart yang berlaku dan ditandatangani oleh pemohon disertai dengan dokumen–dokumen untuk kelengkapan permohonan pembiayaan. Pejabat Pemrakarsa (Account Officer) telah mengecek dan meneliti kelengkapan dari persyaratan dan data–data yang dibutuhkan untuk dianalisis. Serta dokumen dan catatan administrasi cukup untuk pelaksanaan pengelolaan permohonan pembiayaan calon debitur untuk proses selanjutnya. Permohonan pembiayaan dicatat oleh Account Development Pembiayaan dalam Registrasi Permohonan Pembiayaan.

  Kontrol fisik aktiva dan catatan

  Kontrol fisik aktiva dan catatan pada tahap permohonan pembiayaan hanya sebatas pada pemeriksaan kelengkapan syarat- syarat permohonan pembiayaan. Pejabat Pemrakarsa harus menyakini kebenaran data dan informasi yang disampaikan calon debitur/debitur dalam permohonan pembiayaan.

  Pemeriksaan pelaksanaan secara independen

  Pejabat Pemrakarsa melakukan pencarian informasi yang relevan dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan menunjang analisis dan evaluasi terhadap 3C kredit pemohon.

  Pengendalian pada Prosedur Analisa dan Persetujuan Pembiayaan Personil kompeten dan dapat dipercaya

  Pejabat pembiayaan yang akan melakukan analisis dan evaluasi pembiayaan pada BRISyariah mempunyai pengetahuan tentang Pasar Sasaran) dan kriteria Risiko Kredit yang telah disahkan oleh Direksi. Pejabat pembiayaan BRISyariah mempunyai kesadaran bahwa dalam menganalisa dan mengevaluasi pembiayaan, Pejabat Bank tidak boleh terpengaruh oleh permintaan–permintaan dari pihak manapun yang dapat berpengaruh dalam penilaian. Pejabat pembiayaan BRISyariah yang menganalisa dan mengevaluasi permohonan pembiayaan harus mempunyai sikap mental objektif, jujur, cermat dan seksama. Pejabat pembiayaan BRISyariah mempunyai pengetahuan yang memadai, sesuai dengan bidangnya yang digunakan dalam melakukan analisis.

  Pemisahan Tugas

  Dalam pembuktian analisis keputusan pembiayaan dibuat atas dasar analisis namun tidak diuji kembali dalam Rapat Kelompok Pemutus Pembiayaan. Secara formal tidak mengadakan rapat tetapi Account Officer, Pimpinan Cabang sering mendiskusikan bersama jika ada kejanggalan dalam menganalisa. Hanya pejabat pembiayaan tertinggi yang berwenang atas keputusan persetujuan atau penolakan atas permohonan pembiayaan calon debitur. Wewenang Kelompok Pemutus Pembiayaan tertinggi dapat dilakukan oleh Kantor Cabang. Antara petugas bank yang menganalisa aspek keuangan dengan petugas bank yang menganalisa aspek selain aspek keuangan terdapat pemisahan fungsi. Terdapat pemisahan tugas antara fungsi Account Officer dengan fungsi Account Development Program.

  Prosedur Otorisasi yang tepat

  Prosedur otorisasi dalam proses analisa dan evaluasi permohonan pembiayaan yang menyangkut Penerapan Prinsip Kehati- kehatian adalah penting, maka pada BRISyariah proses otorisasi telah dilakukan oleh Pejabat berwenang berdasarkan tingkatannya, sehingga batasan dari wewenang Satuan Kerja Pembiayaan jelas dan tegas.

  Dokumen dan Catatan yang Memadai

  Data yang dijadikan dasar untuk informasi, analisis, evaluasi dan keputusan pembiayaan BRISyariah harus terjamin ketepatan, kebenaran dan kelengkapannya oleh Pejabat Pembiayaan BRISyariah sehingga hasil penilaian tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan yang tepat dalam memutuskan persetujuan pembiayaan. Dokumen dan catatan administrasi cukup untuk pelaksanaan pengelolaan permohonan pembiayaan oleh calon debitur. BRISyariah menyediakan fasilitas – fasilitas yang diperlukan untuk menyimpan dokumen – dokemen pembiayaan secara aman dan tertib. Dokumen analisis dan evaluasi pembiayaan merupakan dokumen yang berisikan informasi, analisis dan opini. Khusus yang menyangkut analisis

  3C kredit harus bersifat opini/pendapat Pejabat Pemrakarsa dan bukan bersifat laporan Pejabat Pemrakarsa terhadap fakta kelayakan usaha pemohon. Pejabat Pemrakarsa agar menghindari pernyataan yang sifatnya pelaporan (reporting) seperti “ menurut penjelasan pemohon, barang– barang ini diperoleh dari pemasok dari Surabaya”, namun harus menyajikan hasil pengecekan ke lapangan terhadap asal barang tersebut.

  Kontrol fisik aktiva dan catatan

  Pejabat Pemrakarsa harus mencari data dan informasi antara lain melalui wawancara dengan pemohon, kunjungan ke lokasi pemohon, wawancara dengan pihak–pihak lain yang mengetahui karakter pemohon, bisnis pemohon, dan keterangan– keterangan lain yang diperlukan, penyelidikan tentang tujuan penggunaan pembiayaan. Selain itu juga melakukan kunjungan ke lokasi agunan pemohon untuk mengetahui kebenarannya dan menilai agunan. Serta yang tidak kalah pentingnya Pejabat Pemrakarsa juga harus melakukan penelitian atas data–data yang diterima dari pemohon, misalnya tempat tinggal pemohon.

  Pemeriksaan pelaksanaan secara independen

  Pemeriksaan independen atas pelaksanaan dalam prosedur analisis dan evaluasi pembiayaan dilakukan oleh Pejabat Account Development Program. Hasil analisis pembiayaan yang dilakukan oleh ADP dievaluasi kembali dan akan diputuskan oleh Pinca (Pimpinan Cabang).

  Pengendalian pada Prosedur Pencairan Pembiayaan Personil Kompeten dan Dapat dipercaya

  Proses pencairan pembiayaan setelah pembiayaan disetujui merupakan hal yang paling krusial. Maka dalam hubungan ini aspek pengendalian pembiayaan yang penting adalah petugas Bank yang menangani pencairan pembiayaan memiliki:

  Pengetahuan yuridis baik mengenai perjanjian pembiayaan, pengikatan pembiayaan, dan penguasaan jaminan. Penguasaan yang bersangkutan dengan asuransi, baik asuransi pembiayaan maupun asuransi dari barang jaminan. Pengetahuan yang cukup tentang sumber dana pembiayaan baik dana pembiayaan dari intern atau dana likuiditas Bank Indonesia. Sehingga terjamin penyediaan dana dan realisasi pencairannya. Pengetahuan yang cukup tentang mekanisme Bank teknis dalam kaitan dengan pencairan pembiayaan debitur. Mental yang baik, artinya tidak mempersulit debitur untuk tujuan – tujuan tertentu.

  Pemisahan Tugas

  Aspek pengendalian dalam proses pencairan pembiayaan yang penting adalah yang melakukan approval persetujuan atas pencairan pembiayaan berbeda dengan petugas bank yang yang melaksanakannya. Artinya, proses persetujuan tersebut telah melalui penelitian bahwa syarat–syarat telah dipenuhi oleh debitur. Dengan demikian proses ini melalui langkah maker, checker dan approval.

  Petugas ADP (Account Development Program), sebagai pembuat Instruksi Pencairan Pembiayaan. Atasan langsung petugas ADP (Pinca/Pimcapem), sebagai pemeriksa Instruksi Pencairan Pembiayaan.

  Prosedur Otorisasi yang Tepat

  Hanya Pejabat yang ditetapkan yang berwenang untuk melakukan otorisasi dalam pencairan pembiayaan debitur. Ketetapan ini perlu dilihat cara pengaturan dan pelaksanaanya untuk menilai apakah tepat atau tidak. Misalnya dalam hal pencairan dengan cek oleh debiturnya atas pembiayannya terdapat koordinasi antara petugas teller/customer service dengan petugas bank yang bersangkutan. Pencairan pembiayaan dapat dilakukan setelah formulir Instruksi RealisasiPembiayaan ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang yaitu oleh atasan langsung petugas Accont Development Program (Pinca/Pincapaem).

  Dokumen dan Catatan yang Memadai

  Dalam pencairan pembiayaan aspek yang bersangkutan dengan dokumentasi dan catatan administrasi Bank adalah dokumentasi harus sesuai dengan catatan administrasinya terutama menyangkut:

  Kelengkapan standart dari pembiayaan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan BRISyariah. Kelengkapan standart dari Perjanjian Pembiayaan beserta lampiran-lampirannya.

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI PT. BANK YUDHA BHAKTI CABANG SURABAYA TUGAS AKHIR - PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI PT. BANK YUDHA BHAKTI CABANG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PROSEDUR KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI BANK ANDA CABANG BONGKARAN SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR - PROSEDUR KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI BANK ANDA CABANG BONGKARAN SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PROSEDUR KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI BANK ANDA CABANG BONGKARAN SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - PELAKSANAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG PEMBANTU UNAIR SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 11

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK BTN CABANG PEMUDA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR - PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK BTN CABANG SURABAYA PEMUDA - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PRAKTIK AKAD MURABAHAH PADA BANK BRI SYARIAH CABANG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

SISTEM PENGENDALIAN INTERN BERBASIS COSO PADA PENYALURAN KREDIT PT.BPR ANUGERAH PAKTOMAS NGUNUT-TULUNGAGUNG - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK BRI SYARIAH CABANG GUBENG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 23

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK BRI SYARIAH CABANG GUBENG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

1 BAB I PENDAHULUAN - PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK BRI SYARIAH CABANG GUBENG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 8