FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG DI BURSA EFEK MALAYSIA dan INDONESIA ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidika Strata Satu Jurusan Akuntasi
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT
LAG DI BURSA EFEK MALAYSIA dan INDONESIA ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidika Strata Satu Jurusan Akuntasi
Oleh:
FACTORS INFLUENCE AUDIT REPORT LAG IN MALAYSIA
AND INDONESIA STCOK EXCHANGE
Nuvaris Rivera Bengawan 2012310695
STIE Perbanas Surabaya Email:
Supriyati, S.E.,M.Si.,Ak.,CA.,CTA STIE Perbanas Surabaya
Email:
ABSTRACT
Time difference between financial statement and auditing opiniondate indicates the amount of time needed in auditing settlement period.
This research purposed to know the influence of complexity of the
company, profit or loss company and firm age against audit report lag.
This study uses secondary data from the financial sector in Malaysia and
Indonesia period 2013-2014. The sampling method using purposive
sampling is the selection of the sample with certain criteria, so that the
sample obtained in this study were, with respectively 14 and 72
companies. The method used is a multiple analysis method with the results
of the complexity of the company operations and profit / loss of the
company have no influence the audit report lag while the firm age in
malaysia have influence on audit report lag and firm age in Indonesia
have no influence the audit report lag. This result is recommended for
internal auditor to increase efficiency and effectiveness as well as
controlling the main factors that caused the audit report lag.
Keyword : audit report lag, complexity of the company, profit/loss
company, firm age.
PENDAHULUAN manajemen atas penggunaan
Dalam PSAK No.1 Laporan sumber daya yang dipercayakan keuangan bertujuan untuk kepada mereka. Laporan menyediakan informasi yang keuangan merupakan gambaran menyangkut posisi keuangan, umum kinerja perusahaan atau kinerja, serta perubahan poisis organisasi selama satu periode. kuangan suatu entitas yang Laporan keuangan biasanya bermanfaat bagi sejumlah besar berisi laporan laba rugi pengguna dalam pengambilan perusahaan yang bermanfaat keputusan ekonomi, laporan untuk dalam pengambilan keuangan juga menunjukkan keputusan yang efektif bagi hasil pertanggungjawaban perusahaan. Laporan keuangan
1 sangat berkontribusi dalam tata kelola perusahaan baik sebagai pengambil keputusan dan penentuan ke masa yang akan datang untuk perusahaan tersebut. Informasi yang diperlukan oleh investor atau orang yang berkepentingan dapat bermanfaat apabila disajikan secara akurat dan tepat pada saat pemakai laporan keuangan membutuhkannya, namun bila tidak disajikan secara akurat dan tepat akan membuat informasi tidak bermanfaat bagi investor atau orang berkepentingan di perusahaan tersebut. Peningkatan kebutuhan informasi laporan keuangan yang akurat dan tepat mempengaruhi permintaan akan laporan keuangan auditan yang semakin meningkat. Namun, auditor membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan tingkat kompleks tiap perusahaan yang berbeda-beda. Laporan keuangan auditan di Malaysia cukup mengkhawatirkan dikarenakan banyak perusahaan yang mengalami audit report lag yang cukup lama dibandingkan dengan Negara kawasan Asia lainnya. Pada tahun 2013 ekonomi Malaysia pada kuartal keempat (Q4) tumbuh sebesar 5,1 persen berkat peningkatan ekspor. Namun, pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu dalam setahun penuh turun 4,7 persen, Dibandingkan capaian pada 2012 sebesar 5,6 persen Sementara
inflasi di Malaysia tercatat mencapai 3,2 persen pada Desember, dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, dan untuk setahun penuh sebesar 2,1 persen dibandingkan 2012 yang mengalamai kenaikan yang cukup signifikan bagi kondisi ekonomi Malaysia saat itu, ( diakses 19 Maret 2016 di Koran
Sindo.com). Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun, setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada di bawah 6 persen dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang tahun 2013 hanya 5,78 persen, (1 Mei 2016 di Koran Kompas.com). Penelitian Ayoib (2008) menemukan bahwa keterlambatan pelaporan keuangan setelah audit 114 hari dengan penundaan minimal 20 hari, penundaan terpanjang dilaporkan adalah menjadi 442 hari, alasan terjadi keterlambatan karena kurangnya auditor dan lemahnya penegakan hukum dari Badan terkait.
Audit report lag
yang melewati batas waktu ketentuan yang ada di indikasikan bahwa ada permasalahan yang terjadi di manajerial atau saat auditor melakukan pemeriksaan. Sedangkan di Indonesia, Penelitian Andi Kartika (2009) melakukan penelitian audit delay dengan penundaan 69 hari yaitu melebihi waktu yang ditentukan oleh Bapepam yakni 3 bulan dari akhir tahun buku.
Audit report lag di Indonesia
masih lebih pendek dibandingkan dengan di Malaysia. Diberbagai Negara banyak penentu terjadinya audit report lag. Kogilavani dan Marjan (2013) menghasilkan rata-rata laporan audit 100 hari dengan hari maksimum dan minimum 148 hari dan 26 hari untuk menyelesaikan laporan audit, berbeda dengan Indonesia yang membutuhkan waktu lebih singkat yang ditunjukkan oleh peneliti Setyorini (2008) menghasilkan rata-rata 74 hari untuk menyelesaikan laporan auditnya. Saputri dan Yuyetta (2012) melakukan penelitian
audit delay dengan variabel
independen ukuran perusahaan, laba/rugi opini auditor, reputasi KAP, jenis industri, hasil menunjukkan pengujian secara parsial variabel reputasi KAP memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Sedangkan variabel laba/rugi, opini auditor, dan kompleksitas operasi perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap audit delay. Sedangkan Angruningrum dan Wirakusuma (2013) menggunakan variabel profitabilitas, leverage, kompleksitas perusahaan, reputasi KAP, dan komite audit menghasilkan bahwa kompleksitas operasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit
delay. Kartika (2009) melakukan
penelitian audit report lag dengan variabel Ukuran perusahaan, Laba/Rugi Operasi, Opini KAP, Proftibalitias, dan Reputasi Auditor menghasilkan bahwa laba/rugi operasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
audit report lag.
Penelitian Lianto dan Kusuma (2010) melakukan penelitian mengenai audit report lag pada perusahaan
consumer goods industry dan multifinance di
Indonesia. Variabel yang digunakan adalah profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan jenis industri. Variabel yang berpengaruh adalah profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan, sedangkan jenis industry tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Pada penelitian Dibia dan Onwuchekwa (2013) dengan variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, pergantian auditor, auditor berafiliasi big four menghasilkan bahwa umur perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
audit report lag sedangkan
variabel lainnya tidak berpengaruh sedangkan Penelitian Frildawati (2009) dengan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, ukuran KAP, kepemilikan perusahaan, dan opini audit menghasilkan bahwa ukuran perusahaan dan ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap
audit report lag
sedangkan umur perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan dan opini audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
audit report lag. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa meskipun sudah ada penelitian masih adanya hasil berbeda-beda dari penelitian terdahulu mungkin adanya perbedaan sifat variabel dependen dan variabel independen, perbedaan periode penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap audit report lag yang terdiri dari kompleksitas operasi perusahaan, laba/rugi perusahaan dan umur perusahaan.
RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS Teori Keagenan
Teori ini di kembangkan pada tahun 1970-an terutama pada tulisan Jensen dan Meckling (1976) pada tulisan yang berjudul “Theory of the firm: Managerial
behavior, agency costs, and ownership structure
”
Hubungan agensi
sebagai kontrak antara satu atau lebih orang (prinsipal) yang memberikan pekerjaan kepada orang lain (agen) untuk menjalankan suatu jasa atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian otoritas pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckeling, 1976). Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki tujuan yang berbeda. Pada prakteknya, teori keagenan masih menemukan masalah yang disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan tidak sesuai dengan kontrak kerja yang telah disetujui. Pada umumnya para agen lebih memperhatikan tingkat outcome yang mempengaruhi gajinya dan memperhatikan outcome dan kompensasi moneter agen. Manajer menyalahgunakan kewenangan yang telah didapatkan demi untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri, sedangkan para prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen. Prinsipal yang tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perushaaan. Situasi ini disebut sebagai asimetris informasi. Perbedaan preferensi antara prinsipal dan agen, dan informasi pribadi agen, dapat menyebabkan agen tersebut salah menyajikan informasi kepada prinsipal (Anthony dan Govindarajan, 2005:270).
Audit Report Lag
Audit report lag merupakan
perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian pekerjaan auditnya (Kartika 2009). Semakin lama pelaporan keuangan setelah audit maka pengendalian internal dalam perusahaan tersebut kurang baik dan perlu adanya internal auditor untuk mengeveluasi manajerial yang ada agar lebih baik kembali. Audit report lag menunjukkan lamanya penyelesaian audit dari suatu laporan keuangan dan menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Lianto dan Kusuma, 2010). Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ( timeliness) dan lamanya penyelesaian audit (
audit report lag) sebagai tolok
ukur keberhasilan suatu perusahaan merupakan prasyarat utama bagi peningkatan kualitas perusahaan (Puspitasari dan Sari, 2012).
Laba/Rugi Perusahaan
Dalam PSAK No. 23 Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan untung) didefinisi sebagai kenaikan atau aliran masuk aset, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan merupakan aset perusahaan bukan aset pemilik (Suwardjono, 2013 : 217). Laporan laba/rugi terdapat laba/rugi operasi, usaha, dan laporan kinerja. Perusahaan yang baik akan memiliki laba operasi yang cukup tinggi untuk dibagikan kepada para investor agar investor lain tertarik menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan ain dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu (Suwardjono, 2013 : 305). Perusahaan yang memiliki usaha yang terdiversifikasi memiliki banyak sumber pendapatan operasi. Pendapatan operasi merupakan hasil yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa kepada pihak eksternal perusahaan. Pendapatan operasi ini harus disajikan dengan transparan. Hal ini dimaksudkan agar pengguna laporan keuangan mengetahui volume aktivitas perusahaan. Dalam menghasilkan pendapatan tersebut akan timbul beban. Beban yang timbul menghasilkan pendapatan utama disebut beban operasi. Selisih antara pendapatan operasi dengan beban operasi disebut laba operasi. Laba operasi disebut juga laba usaha. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor dan informasi yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham (Kartika,2009). Laba operasi mencerminkan kinerja perusahaan yang akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap ketepatan waktu dalam penyusunan laporan audit. Saat ini dengan dunia bisnis yang semakin ketat dalam ketepatan dalam pelaporan keuangan sangat menentukan dalam pengambilan keputusan yang strategis bagi perusahaan untuk kemajuan perusahaan. Laporan laba baik rugi harus dilaporakan secara fakta tanpa adanya manipulasi untuk mendapat keuntungan.
Umur Perusahaan
Kieso (2002:50) menyatakan bahwa pada dasarnya perusahaan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas atau panjang, tidak didirikan hanya untuk beberapa tahun saja. Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan tersebut beroperasi. Umur perusahaan dihitung dari tanggal berdirinya perusahaan sampai saat tahun penelitian bersangkutan. Umur perusahaan dapat mempengaruhi lamanya
audit delay, karena semakin
lama suatu perusahaan berdiri biasanya semakin banyak melakukan ekspansi dengan membuka cabang-cabang di dalam maupun diluar negeri, hal tersebut akan membuat laporan keuangan semakin kompleks dan akan berpengaruh terhadap lamanya waktu penyelesaian audit. Lama berdiri perusahaan belum jaminan bahwa akan terdaftar di bursa efek untuk dimiliki oleh publik. Namun, Perusahaan yang sudah lama terdaftar dan dimiliki oleh publik akan memiliki pengendalian internal yang baik dan memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi untuk di audit oleh internal maupun eksternal. Ini yang membuat umur perusahaan adalah salah satu faktor penentu terjadinya audit report lag dikarenakan semakin lama perusahaan berdiri akan memiliki kerumitan laporan keuangan yang cukup lama untuk di audit oleh auditor internal maupun independen. Hal tersebut yang akan membuat terjadinya audit
report lag yang menyebabkan
penyampaian berita baik ataupun buruk menjadi semakin lama dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Perusahaan yang telah listing lama akan memiliki reputasi yang baik karena akan selalu memperbaiki sistem manajerial yang memungkinkan investor akan merasakan dirugikan.
Kompleksitas Operasi Perusahaan
Sebagian besar perusahaan berusaha untuk memperluas usahanya sebagai cara untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan, pemilik dan manajer perusahaan memiliki kepentingan untuk meningkatkan ukuran perusahaan (Baker dan Christensen, 2015 : 2). Perusahaan yang telah lama berdiri dan telah terdaftar di pasar bebas akan memiliki beberapa anak perusahaan untuk mengembangkan bisnis untuk menjaga eksistensi di dunia bisnis yangs semakin ketat. Dalam menjaga eksistensi akan membuat pengendalian internal yang baik untuk menjaga dan memperbaiki manajerial yang ada. Perusahaan mealukan ekspansi berdasarkan pertumbuhan internal melalui pengembangan produk baru dan melakukan perluasan lini produk yang ada di pasar (Baker dan Christensen, 2015:3). Banyak perusahaan mengembangkan bisnisnya ke luar negeri dan di dalam negeri yang akan membuat pelaporan keuangannya menjadi rumit dan dalam penanganan audit akan menjadi semakin lama. Tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan yang bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan peekrjaan auditnya (Saputri dan Yuyetta, 2012). Biasanya auditor akan membuat perencanaan audit agar menjadi lebih efektif untuk menghindari terjadinya audit
report lag yang terlalu lama.
Hubungan Umur Perusahaan dengan Audit Report Lag
Banyak perusahaan yang telah berdiri menginginkan untuk terdaftar di pasar bebas agar usahanya lebih maju dan dikenal oleh masyarakat, namun belum tentu perusahaan yang telah berdiri akan langsung terdaftar di pasar bebas dikarenakan ada kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah. Semakin lama umur perusahaan maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin lama juga yang menyebabkan terjadinya audit
report lag. Perusahaan yang telah
lama berdiri umunya akan melakukan ekspansi dengan membuka cabang-cabang atau usaha di beberapa daerah, bahkan di luar negeri. Besarnya skala operasi menunjukkan bahwa akan banyak pemeriksaan yang perlu dilakukan auditor, serta tingkat kerumitan transaksi- transaksi yang di alami perusahaan yang membuka cabang diluar maupun di dalam negeri, hal ini akan membuat proses audit yang lama dan mempengaruhi audit report lag (Novice dan Lianto (2007).
Hubungan Kompleksitas Operasi Perusahaan dengan Audit Report Lag
Perusahaan akan membentuk anak perusahaan sebagai antisipasi ketatnya dunia bisnis sekarang. Banyak perusahaan yang telah memiliki anak perusahaan untuk menjaga eksistensinya dan menjaga persaingan dengan kompetitor. Hal ini untuk menjaga perusahaan berdiri terus dengan cara mengembangkan bisnisnya. Jumlah anak perusahaan yang dimiliki mengindikasikan bahwa tingkat kerumitan yang akan di audit akan semakin tinggi dan bisa mengakibatkan terjadinya
audit report lag yang cukup
panjang bagi perusahaan yang memiliki anak perusahaan. Auditor akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan tugas auditnya pada perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas operasi perusahaan
1. Kompleksitas operasi perusahaan (X1)
2. Laba/Rugi Perusahaan (X2)
3. Umur Perusahaan (X3) untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam penganganan audit (Saputri dan Yuyetta, 2012).
Hubungan Laba/Rugi Perusahaan dengan Audit Report Lag
Perusahaan yang mengalami laba akan melakukan proses audit yang lebih cepat daripada perusahaan yang mengalami rugi. Perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak memiliki alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangannya bahkan cenderung mempercepat untuk membuat investor senang dan calon investor tertarik untuk membeli saham sehingga menyebabkan kenaikan harga saham (Kartika, 2009). Perusahaan yang mengalami rugi akan berusaha memperlambat pelaporan keuangannya, auditor akan lebih berhati-hati selama proses audit untuk mengidentifikasi apakah kerugian tersebut berasal dari kegagalan financial atau kecurangan manajemen (Kartika, 2009). Jadi, semakin tinggi laba yang di dapat oleh perusahaan maka audit report lag akan semakin pendek.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Klasifikasi SampelPopulasi yang di tetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Sektor Keuangan periode 2013 dan 2014. Sementara itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu pemilihan sampel
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut : (1) Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan disertai laporan auditor
Audit Report Lag di Malaysia Audit Report Lag di Indonesia independen (2) Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut (3) Saham-saham perusahaan aktif diperdagangkan dalam dua tahun terakhir sampai tahun peneliti.
Data Penelitian
berdasarkan lamanya waktu penyelesaian audit di akhir tahun fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit di keluarkan. Variabel ini diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari. Variabel ini diukur secara kuantitatif yaitu dihitung berdasarkan jumlah hari.
Malaysia sampai dengan tahun penelitian
listing di Bursa Efek
Banyak perusahaan ingin masuk bursa untuk mengembangkan bisnis dan dikenal di berbagai lapisan dunia namun sebelum masuk bursa ada kriteria yang sudah ditentukan. Variabel ini dihitung dari pertama kali perusahaan
Umur Perusahaan
Laba/rugi perusahaan merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya-biaya dalam suatu perusahaan. Bisa dikatakan bahwa bila pendapatan leibh besar dari biaya akan dikatakan laba sedangkan sebaliknya adalah rugi. Variabel laba/rugi merupakan variabel dummy bila laba diberi angka 1 dan rugi diberi angka 0.
Laba/Rugi Perusahaan
Kompleksitas operasi perusahaan merupakan akibat dari adanya daya saing antar kompetitor untuk bertahan di dunia bisnis saat ini dan untuk mengembangkan bisnis yang ada sebelumnya. Variabel kompleksitas operasi perusahaan merupakan variabel dummy bila memiliki anak perusahaan diberi angka 1 dan tidak memiliki diberi angka 0.
Kompleksitas Operasi Perusahaan
waktu opini disampaikan dari tanggal sebelum audit dan setelah tanggal pengumpulan audit.
Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Malaysia selama periode 2013 dan 2014
report lag merupakan rentan
penelitian ini variabel ini merupakan dependen. Audit
Definisi Operasional Variabel Audit Report Lag Audit report lag (ARL) dalam
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel dependen yaitu Audit Report lag dan Independen Umur Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan dan Umur Perusahaan.
Variabel Penelitian
laporan keuangan tahunan perusahaan sektor keuangan.
berupa
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data dapat diperoleh dari media internet melalui sit dan
Audit report lag diukur
HASIL PENELITIAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif di lakukan untuk mendeksripsikan data yang diperoleh untuk masing-masing variabel penelitian yang ada. Statistik deskriptif berusaha menggambarkan atau menjelaskan berbagai karakteristik data, seperti rata- rata (mean), maximum (max), dan minimum (min).
Berdasarkan hasil tabel
1 merupakan pengujian statistik deskriptif dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel Malaysia dan Indonesia masing-masing 64 dan 166 perusahaan yang ada setelah dilakukan outlier sampel yang tersisa sebanyak 27 dan 124 perusahaan dengan gambaran distribusi data sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Analisis Deskriptif Indonesia
Variabel N Min Maks Mean Std.Deviation ARL 124 22
90 65.42 18.912 KOMP_PRUSAHAAN 124 0 2 .35 .480 L/R PRUSAHAAN 124 0 2 .95 .215 UMR_PRUSAHAAN 124 0 11317 4000.65 2960.398 Valid N (listwise) 124 Sumber: diolah SPSS 16 Berdasarkan pada tabel
1 menunjukkan bahwa sampel di Indonesia sebanyak 124 perusahaan. Audit report lag di Indonesia dengan hasil nilai minimum menunjukkan 22 hari yaitu pelaporan yang lebih cepat daripada lainnya yaitu Bank Negara Indonesia atau Bank BNI. Nilai maksimum adalah jarak pelaporan keuangan terlama yaitu 90 hari berarti belum melewati ketentuan yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM 90 hari. Perusahaan yang mengalami
audit report lag paling lama
adalah PT. Bumi Teknokultural Unggul mengalami
audit report lag yang cukup lama karena
perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2014 cukup banyak yang menyebabkan auditor membutuhkan waktu lebih lama dalam mengidentifikasi dan mencari bukti-bukti audit untuk menyatakan rugi. Perusahaan mengalami penaikan dalam gaji dan tunjangan dibanding tahun sebelumnya, imbalan manfaat karyawan, pendidikan pelatihan karyawan. Rata-rata pelaporan auditan di Indonesia adalah 65.42 atau 65 hari yang belum melewati ketentuan yang ada. Kompleksitas operasi perusahaan yakni perusahaan membuka anak perusahaan atau tidak untuk memperluas bisnis yang sudah ada sebelumnya. Di Indonesia perusahaan masih kurang dalam pengembangan pangsa pasarnya untuk menyaingi produsen lainnya. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan diberi score 1 sedangkan tidak memiliki
0. Perusahaan yang belum memiliki anak perusahaan masih banyak yakni 62 perusahaan pada tahun 2013 dan 2014. Diantara perusahaan yang belum memiliki anak perusahaan yakni Bank Capital Indonesia yang bergerak dibidang perbankan. Jadi, masih banyaknya perusahaan di Indonesia yang belum memiliki anak perusahaan. Laba atau rugi adalah salah satu indikator penentu investor untuk melakukan penanaman modal di perusahaan. Investor akan mempikirkan kembali bila perusahaan mengalami rugi karena di indikasikan
sistem
manajemen yang ada dan sistem pengendalian yang kurang baik atau tidak berjalan dengan baik, sehingga akan bisa merugikan para investor yang mengharapkan keuntungan dari penanaman modalnya. Perusahaan yang mengalami rugi diberi score 0 sedangkan laba diberi score 1. Banyak faktor terjadinya laba maupun rugi dimasing-masing perusahaan sektor keuangan. Jadi, banyak perusahaan yang mengalami laba pada tahun 2013 dan 2014 yakni 64 dan 56 perusahaan, meskipun ada beberapa perusahaan yang mengalami rugi dengan berbagai faktor dari internal maupun eksternal perusahaan tersebut. Umur perusahaan adalah tahun pertama listing perusahaan di bursa efek masing-masing Negara. Perusahaan di Indonesia semakin berkembang dengan adanya perusahaan yang baru
listing dan bisa membuat Negara
Indonesia ikut berkembang dalam segi financial seperti penjualan saham perusahaan tersebut dan diharuskan membayar pajak dari penjualan tersebut. Perusahaan baru listing akan bisa membuat perusahaan lain melakukan antisipasi sebagai dari adanya saingan baru yang mungkin sama sektor bisnisnya. Nilai minimum menunjukkan bahwa 0 hari atau ada perusahaan yang baru terdaftar pada tahun selanjutnya atau 2014 yakni perusahaan Asuransi Mitra Maparya, sedangkan nilai maksimum atau nilai terlama
listing perusahaan yakni 1137 hari yaitu Bank PAN Indonesia.
Rata-rata tahun
listing perusahaan adalah 4000.65 hari.
Tabel 2
Hasil Analisis Deskriptif Malaysia
Variabel N Min Maks Mean Std.Deviation ARL
27
36 143 76.22 27.720
KOMP_PRUSAHAAN 27
25 1.76 4.478 L/R_PRUSAHAAN
27 1 .93 .267 UMR_PRUSAHAAN
27 212 17041 7984.81 4957.018
Valid N (listwise)
27 Sumber : Diolah SPSS 1 Berdasarkan pada tabel
2 menujukkab bahwa audit report lag Malaysia nilai minimum atau pelaporan keuangan lebih cepat adalah 36 hari yakni Public Bank Berhad perusahaan ini mengalami audit report lag sedikit dikarenakan sudah memiliki pengalaman yang baik dalam menyelesaikan permasalahan yang mengakibatkan pelaporan keuangan terlambat atau melewati batas ketentuan yang sudah ditentukan oleh MASB (Malaysia Accounting Standard Board) di Malaysia dikarenakan umur perusahaan saat listing lebih lama dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Semakin perusahaan lama berdiri akan memiliki pengendalian yang baik untuk melaporkan keuangan kepada masyarakat bahwa perusahaan tersebut dapat diandalkan di bidangnya. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata audit report lag 76.22 atau 76 hari dimana hampir semua perusahaan mengalami audit
report lag yang cukup lama,
dikarenakan tingkat kompleksitas operasi perusahaan yang cukup rumit bagi auditor independen untuk memeriksanya. Nilai maksimum menunjukkan 143 hari atau terlama pelaporan keuangan auditan yaitu perusahaan MPHB Capital Berhad dikarenakan perusahaan tersebut baru listing atau terdaftar di bursa Malaysia pada tahun 2014 sehingga belum memiliki pengalaman dalam pelaporan keuangan auditan. Tingkat yang cukup kompleks akan memungkinkan auditor independen memerlukan waktu yang lebih lama dalam pemeriksaan dikarenakan tingkat transaksi yang kompleks di perusahaan tersebut sehingga diperlukan prosedur audit yang baik dan efektif untuk melakukan pemeriksaan, seperti struktur manajerial dan penanggung jawab bila telah mengetahui akan mempermudah dalam koneksi bila terjadi kesalahan dalam manajemen dan member rekomendasi yang efektif. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan diberi score
1 sedangkan tidak diberi score 0. Rata-rata perusahaan memiliki anak perusahaan adalah .93 atau mendekati angka 1 berarti memiliki anak perusahaan. Sehingga di Negara Malaysia hampir semua perusahaan memiliki anak perusahaan untuk melebarkan bisnis yang sudah ada dan melakukan ekspansi ke Negara lain di kawasan asia seperti Indonesia untuk mendapatkan keuntungan dari hal tersebut dan sebagai antisipasi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat saat ini Perusahaan akan memungkinkan mendapat pendapatan yang membuat terhindar dari kerugian meskipun ada perusahaan yang mengalami kerugian di Negara Malaysia dikarenakan mungkin belum memiliki manajerial yang baik dan umur perusahaan yang masih relatif pendek dibandingkan perusahaan lainnya yang telah lama listing. Perusahaan yang mendapatkan laba diberi score 1 sedangkan rugi 0. Perusahaan di Negara Malaysia hampir semua mengalami laba atau keuntungan dari bisnisnya, hal ini akibat dari perluasan bisnis di tiap perusahaan yang membuka selain di Negara Malaysia untuk menjaga eksistensi di dunia bisnis yang ada saat ini, tetapi ada perusahaan yang mengalami rugi dengan alasan berbagai faktor dari perusahaan maupun luar perusahaan.
Perusahaan yang baru terdaftar
listing pada tahun selanjutnya
yakni MPHB Capital Berhad dan MAA Group Berhad. Nilai minimum adalah nilai hari listing terendah yakni 212 hari yakni MPHB Capital Berhad sedangkan nilai maksimum menunjukkan 17041 hari terlama listing di Negara Malaysia yakni perusahaan Public Bank Berhad. Rata-rata menunjukkan 7984.81 atau 7985 hari lebih lama dibandingkan Indonesia. Hal ini lebih lama dari Negara Indonesia karena Bursa Efek Malaysia telah lama beredar dibandingakan Indonesia yakni sejak tahun 1964 sedangkan Indonesia sejak 1977. Semakin lama umur perusahaan akan mempermudah masyarakat mendapatkan informasi tentang perusahaan tersebut karena perusahaan memiliki strategi pemasaran yang sudah baik dan efektif untuk mempromosikan perusahaannya untuk mendapatkan dana dari penanaman investasi oleh masyarakat. Selain itu, perusahaan yang lama berdiri memiliki strategi-strategi untuk mempermudah mendapatkan keuntungan dan menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui bahwa distribusi penyampelan data yang digunakan telah terdistribusi secara normal, maka digunakan uji Kolmogorov smirnov (2-tailed) dengan kriteria jika nilai signifikan >0.05 dikatakan secara normal dan dikatakan terdistribusi secara normal namun bila tidak <0,05 dikatakan tidak normal.
Tabel 3
Uji Normalitas Malaysia dan Indonesia
Indonesi a F 13.624 2.085 Sig. .000
2
2 Koefisien determinasi (R
Uji R
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F di Malaysia sebesar 13.624 dengan tingkat signifikan 0,000 dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model yang fit.
Sumber : Diolah Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F di Indonesia sebesar 2.085 dengan tingkat signifikan 0,106 dan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak fit.
a
106
a
Keteranga n Malaysi a
Keterangan Indonesia Malaysia N 124
Tabel 4 Uji F Malaysia dan Indonesia
Jadi berdasarkan hasil tersebut data terdistribusi normal.
keuangan di Malaysia sebesar 0,982.Sig. yang dihasilkan tersebut lebih besar dari 0,05.
Asymp.Sig. (2-tailed) sektor
keuangan di Indonesia sebesar 0,089.Sig. yang dihasilkan tersebut lebih besar dari 0.05. jadi data terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas nilai
Asymp.Sig. (2-tailed) sektor
Sumber : Diolah Hasil uji normalitas nilai
27 Kolmogorov-smirnov 1.637 .464 Asymp. Sig.(2 tailed) .089 .982
) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model (pengaruh variabel independen) dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika nilai koefisien determinasi mendekati angka satu maka dapat dikatakan bahwa variabel independen dapat menerangkan variabel dependen dengan tinggi (kuat), namun apabila nilai koefisien determinasi mendekati angka nol maka dapat diartikan bahwa variabel independen dapat menerangkan variabel dependen dengan rendah (lemah).
Tabel 5 Uji R
dihasilkan sebesar 0,593 atau 59.3% yang berarti Laba/Rugi Perusahaan, Kompleksitas operasi perusahaan, dan Umur perusahaan mampu mempengaruhi
Uji statistik t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh tiap variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Jika tingkat signifikansi yang dihasilkan lebih kecil sama dengan 0,05 maka terdapat pengaruh antara variabel independen dengan dependennya.
Uji t
artinya kemampuan dari variabel independen seperti Laba/Rugi Perusahaan, Kompleksitas operasi perusahaan, dan Umur perusahaan dalam menjelaskan variasi variabel dependennya adalah tinggi.
Adjusted R Square lebih dari 0,5 yang
sebesar 59.3%, sedangkan 41.7% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel bebas yang diteliti. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai
Audit Report Lag
Adjusted R Square yang
Keteranga n Malaysi a
artinya kemampuan dari variabel independen seperti Laba/Rugi Perusahaan, Kompleksitas operasi perusahaan, dan Umur perusahaan dalam menjelaskan variasi variabel dependennya adalah rendah. Berdasarkan tabel diatas nilai R atau koefisien korelasi Malaysia adalah sebesar 0,800 atau 80.0%. Nilai Adjusted R Square digunakan untuk melihat kemampuan variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variabel dependennya (terikat). Tabel diatas menunjukkan bahwa
dihasilkan sebesar 0,026 atau 26% yang berarti Laba/Rugi Perusahaan, Kompleksitas operasi perusahaan, Umur perusahaan mampu mempengaruhi Audit Report Lag sebesar 26%, sedangkan 74% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel bebas yang diteliti. Berdasarkan hasil tersebut maka nilai Adjusted R
Sumber : Diolah Berdasarkan tabel diatas nilai R atau koefisien korelasi Indonesia ialah sebesar 0,223 atau 22.3%. Nilai Adjusted R Square digunakan untuk melihat kemampuan variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variabel dependennya (terikat). Tabel diatas menunjukkan bahwa
.800 a .223 a
R
Adjusted R Square .593 .026
Indonesi a
Adjusted R Square yang
Square lebih dari 0,5 yang
Tabel 6
Uji t Indonesia dan Malaysia
Model Unstandardized CoefficientsStandardize d Coefficients T Sig. B Std.
Error Beta 1 (Constant)
INDONESIA (Constant) MALAYSIA 84.144
147.094 8.102 19.982 10.386
7.361 .000 .000 KOMP_PERUSAHA
- 4.733
- 31.058 3.691 15>.120
- 1.282
- 1.981 .202 .060 L/RPERUSAHAAN >18.327
- 19.558 7.925 15>.209
- 2.313
- 1.247 .222 .225 UMUR_PERUSAHA AN INDONESIA UMUR_PERUSAHA >1.071 .211 .339 .015
- .535
- 3.164 .870 .004
- β
AN INDONESIA KOMP_PERUSAHA
INDONESIA L/R PERUSAHAAN MALAYSIA
AN MALAYSIA .035
Diolah : SPSS 16 Berdasarkan tabel diatas nilai t sebesar -1.282 dengan signifikansi 0,202. Tingkat signifikansi sebesar 0,202 lebih besar dari 0,05 yang berarti kompleksitas operasi perusahaan di Indonesia tidak berpengaruh terhadap audit report lag, sehingga H diterima. Nilai t sebesar -2.313 dengan signifikansi 0,222. Tingkat signifikansi sebesar 0,222 lebih besar dari 0,05 yang berarti laba/rugi perusahaan di Indonesia tidak berpengaruh terhadap
audit report lag, sehingga H diterima.
Nilai t sebesar 0.164 dengan signifikansi 0,870 Tingkat signifikansi sebesar 0,870 lebih besar dari 0,05 yang berarti umur perusahaan di Indonesia tidak berpengaruh terhadap audit
report lag, sehingga H diterima.
nilai t sebesar -1.981 dengan signifikansi 0,060. Tingkat signifikansi sebesar 0,060 lebih besar dari 0,05 yang berarti kompleksitas operasi perusahaan di Malaysia tidak berpengaruh terhadap audit report lag, sehingga H diterima. nilai t sebesar -1.247 dengan signifikansi 0,225. Tingkat signifikansi sebesar 0,225 lebih besar dari 0,05 yang berarti
- β
3 +
Pengaruh Variabel Kompleksitas Operasi Perusahaan terhadap Audit Report Lag.
Penjelasan : Koefisien regresi umur perusahaan Malaysia sebesar 0.035 membuktikan bahwa tiap umur perusahaan bertambah akan mengakibatkan penurunan audit report lag di Malaysia sebesar 0.035.
(KOMP_PRUSAHAAN)
IND = 84.144 - 4.733
e : eror (kesalahan pengganggu) sehingga bila dimasukkan dalam rumus sebagai berikut Y MLY = 147.094 - 31.058 (KOMP_PRUSAHAAN)
3 : Umur Perusahaan
β
2 : Laba/Rugi perusahaan
β
1 : Kompleksitas perusahaan
Indonesia a : Konstanta β
IND : audit report lag
e………. (2) Keterangan : ARL MLY : audit report lag Malaysia ARL
2
1
= a + β
IND
e………. (1) ARL
3 +
2
1
= a + β
Penelitian ini menggunakan alat regresi berganda untuk menguji pengaruh antara variabel terikat dengan variabel independen atau bebas. Model regresi dalam penelitian yaitu : ARL MLY
Uji Regresi Berganda
audit report lag, sehingga H ditolak.
nilai t sebesar 0.164 dengan signifikansi -3,164. Tingkat signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05 yang berarti umur perusahaan di Malaysia berpengaruh terhadap
report lag, sehingga H diterima.
laba/rugi perusahaan di Malaysia tidak berpengaruh terhadap audit
Berdasarkan hasil uji t kompleksitas operasi perusahaan di Malaysia tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Sehingga meskipun perusahaan memiliki anak perusahaan di berbagai Negara tidak akan berpengaruh terhadap pelaporan keuangan auditan. Penelitian ini sejalan dengan Shinta (2012) kompleksitas operasi perusahaann tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini dikarenakan perusahaan telah mengantisipasi dengan keberadaan sumberdaya yang telah dimiliki sehingga kompleksitas operasional bukan menjadi alasan untuk mengurangi waktu penyusunan laporan keuangan. Penelitian ini bertentangan dengan Yuyetta dan Saputri (2012) kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag karena auditor akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan tugas audit pada perusahaan yang diperiksa. Berdasarkan hasil uji t bahwa kompleksitas operasi perusahaan di Indonesia tidak berpengaruh
- β
- β
- – 19.558 (L/R_PRUSAHAAN) - 1.071 (UMR_PRUSAHAAN) + e Y
- – 18.327 (L/R_PRUSAHAAN) + 0.035 (UMR_PRUSAHAAN) + e
Pengaruh Variabel Laba/Rugi Perusahaan Terhadap Audit Report Lag.
Hasil uji t menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Penelitian ini sejalan dengan Dewangga (2015) bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap
report lag.
Penelitian ini bertentangan dengan Dewangga (2015) umur perusahaan berpengaruh terhadap audit
audit report lag.
dengan Lianto dan Kusuma (2010) umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap
report lag. Penelitian ini sejalan
perusahaan tersebut menjadi lama. Hasil uji t menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit
audit report lag di
kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan yang membuat
listing akan memiliki
perusahaan yang telah lama
audit report lag karena
Penelitian ini bertentangan dengan Petronila (2007) bahwa umur perusahaan negatif terhadap
audit report lag karena .
Pengaruh Variabel Umur Perusahaan Terhadap Audit Report Lag.
Hasil uji t menunjukkan bahwa laba/rugi perusahaan tidak berpengaruh terhadap
audit report lag.
sejalan dengan Saputri dan Yuyetta (2012) bahwa laba/rugi perusahaan berpengaruh terhadap
audit report lag. Penelitian ini tidak
dengan Kartika (2009) laba/rugi perusahaan negatif terhadap
report lag. Penelitian ini sejalan
Hasil uji t menunjukkan bahwa laba/rugi perusahaan di Indonesia tidak berpengaruh terhadap audit
mempercepat laporan keuangan sedangkan rugi akan memperlambat karena mendapatkan bad news.
good news akan
yang mengalami
report lag karena perusahaan
atau rugi perusahaan akan mengalami audit report lag yang cukup lama. Penelitian ini tidak sejalan dengan Puspitasari dan Sari (2012) secara signifikan berpengaruh terhadap audit
report lag karena meskipun laba
ini sejalan dengan Subekti dan Widiyanti (2004) membuktikan bahwa laba/rugi perusahaan secara signifikan tidak berpengaruh terhadap audit
audit report lag di Malaysia. Penelitian
Berdasarkan hasil uji variabel kompleksitas operasi perusahaan di Malaysia dan Indonesia tidak berpengaruh terhadap audit
report lag. Variabel laba/rugi di
Berdasarkan pada keterbatasan peneliti, maka saran yang diberikan oleh peneliti saat ini untuk peneliti selanjutnya adalah Perlu ditambahkannya periode waktu penelitian untuk melihat fenomena secara jelas di perusahaan yang mengalami
(2013). Analysis Of The Role Of Internal Auditors’function Towards The Length Of Audit Delay.
Astuti, S., & Kusharyanti, K.