MAKALAH Pengolahan air limbah industri b
MAKALAH
PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI BESI DAN BAJA
KEL V
1. Gillian kalaty
2. Yulen monjel
3. Saul teurupun
Universitas Kristen Indonesia Maluku
Ambon 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Pengolahan Air Limbah Industry Besi Dan Baja “
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat
berguna bagi kamisendiri maupun orang yang membacanya.
Ambon, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah baru saja mengesahkan
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang merupakan pengganti dari peraturan
sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) merupakan kewajiban bagi setiap individu penghasil limbah B3 sesuai dengan PP No.
101 Tahun 2014,Pasal 3 (1), bahwa Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah
B3 wajib
melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya.
Pengelolaan
Limbah
B3
dimaksudkan
agar
Limbah
B3
yang
dihasilkan
dari
aktivitas/kegiatan seminimalkan mungkin dan bahkan diupayakan sampai dengan nol, yaitu
dengan melakukan
reduksi pada
sumber
dengan pengolahan
bahan, substitusi bahan,
pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih.Jika masih dihasilkan
Limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan Limbah B3, namun dengan tetap menjaga agar
limbah B3 tersebut tidak mencemari lingkungan dan membahayakan bagi kesehatan manusia
dan makhluk hidup lainnya.
Kegiatan industri besi baja merupakan salah satu kegiatan yang dapat menimbulkan
limbah B3. Limbah B3 tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke
lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan
manusia serta makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 tersebut perlu diolah, baik secara fisik,
biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya.
Setelah
diolah
limbah B3 masih
memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk
mencegah resiko terjadi pencemaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Limbah
2. Bagaimana cara proses produksi pabrik besi dan baja
3. Jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi dan baja
4. Bagaimana cara uji karakteristik limbah
5. Bagaimana caraengolahan limbah b3 besi dan baja berdasarkan peraturan yang berlaku
6. Bagaimana pemanfaatan limbah B3
7. Bagaimana tahapan pengolahaaan limbah B3 besi dan baja
C. Tujuan
Tujuan pengelolaan limbah B3 pada industri besi/baja dan logam adalah untuk
Mengetahui sejauh mana limbah yang dihasilkan dari proses produksi baja masuk dalam
katagori B3 dengan:
1. Mengetahui apa itu Limbah
2. Mengetahui bagaimana cara proses produksi pabrik besi dan baja
3. Mengetahui jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi dan baja
4. Mengetahui ji karakteristik limbah
5. Mengetahui pengolahan limbah b3 besi dan baja berdasarkan peraturan yang berlaku
6. Mengetahui pemanfaatan limbah B3
7. Mengetahui tahapan pengolahaaan limbah B3 besi dan baja
D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah
keluarnya rekomendasi untuk pengelolaan limbah B3
sektor industri besi dan baja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Adapun
untuk mencapai sasaran tersebut, lingkup pekerjaan yang dilakukan selama studi ini adalah ;
1. Kunjungan lapangan ke salah satu pabrik besi baja PT. Krakatau Steel
2. Pengumpulan data dan pengambilan sampel
3. Analisis laboratorium uji limbah B3 pabrik besi/baja.
4. Studi literatur dan kajian peraturan yang berlaku
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah
Sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014, pengertian Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sedangkan Bahan Berbahaya
dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
B. Jenis dan Proses Produksi Pabrik Besi/Baja
Secara umum, ada tiga produk akhir kegiatan produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, yaitu
hot rolled coil, cold rolled coil, dan wire rod.
Perusahaan ini memiliki 7 (tujuh) buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi
satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Ketujuh buah pabrik tersebut menghasilkan
berbagai jenis produk baja dari bahan mentah, yaitu:
1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant)
2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant)
3. Pabrik Baja Slab 1 (Slab Steel Plant 1)
4. Pabrik Baja Slab 2 (Slab Steel Plant 2)
5. Pabrik Pengerolan Canai Panas (Hot Strip Mill)
6. Pabrik Pengerolan Canai Dingin (Cold Rolling Mill)
7. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill)
Produksi baja PT Krakatau Steel diawali dari pengolahan bijih besi atau pellet menjadi besi
dengan memanfaatkan gas alam di Pabrik Besi Spons. Besi yang telah dihasilkan ini diproses
lagi dengan menggunakan Electric Arc Furnace (EAF) di Pabrik Slab Baja dan Pabrik Billet
Baja. Pada pemrosesan dengan EAF, besi dicampur dengan bahan lainnya seperti scrap, hot
bricket iron (HBI), dan material tambahan sehingga menghasilkan slab baja dan billet baja.
Produk slab baja selanjutnya diolah dengan pemanasan ulang dan pengerolan di Pabrik Baja
Lembaran Panas (Hot Strip Mill).Hasil dari Pabrik Baja Lembaran Panas banyak dimanfaatkan
untuk pipa, bangunan, bahan konstruksi kapal, dan lainnya. Lebih lanjut lagi, baja lembaran
panas diolah melalui proses pengerolan ulang dan proses secara kimia di Pabrik Baja Lembaran
Dingin (Cold Rolling Mill). Produk baja yang dihasilkan berupa baja lembar dingin yang banyak
digunakan untuk komponen bagian dalam mobil atau motor.Selain itu, produk baja lembaran
dingin juga digunakan sebagai badan kendaraan, peralatan rumah tangga, kaleng, dan lainnya.
Di sisi lain, produk baja billet yang dihasilkan oleh Pabrik Baja Billet, mengalami proses
pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) sehingga dihasilkan batang kawat baja yang
banyak diaplikasikan untuk senar piano, mur, paku, baut, pegas, kawat baja, dan lainnya.
Tabel 9.1. Nama-Nama Unit Produksi Pabrik Besi Baja PT. Krakatau Steel
No Unit Produksi
Kapsitas
Produk
1
Pabrik besi sponge
2.000.000
Baja ponge
MT/Thn
2
Pabrik Bilet Baja
600.000 MT/Thn Baja bilet
3
Pabrik Slab Baja (I dan II)
2.000.000
Baja slab
MT/Thn
4
Pabrik Baja Lembaran Canai 2.400.000
Panas
MT/Thn
Baja Lembaran Panas (Coil & Plates)
5
Pabrik Baja Lembaran Canai 950.000 MT/Thn
Dingin
Baja Lembaran Canai Dingin (Coil &
Sheets)
6
Pabrik Baja Batang Kawat
Baja Batang Kawat (Coil)
450.000 MT/Thn
Sumber: Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS)
Alur Proses Produksi PT. Krakatau Steel
C. Jenis Limbah B3 pada Pabrik Besi Baja
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah jenis,
jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau
immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3
dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara
pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insinerasi.
Tata cara penetapan limbah B3 berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan daftar lampiran limbah B3
2. Uji karakteristik
3. Uji toxicity characteristic leaching procedure (TCLP), dan
4. Uji lethal dose 50 (LD50)
5. Uji toksisitas sub-kronis
Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukan dilaboratorium, jika limbah mengandung salah
satu atau lebih sifat, dan/atau salah satu atau lebih pencemar yang melebihi ambang batasnya.
Uji TCLP adalah cara untuk menentukan kecenderungan limbah mengalami pelindian atau
leaching yang merupakan salah satu cara untuk menentukan karakteristik limbah beracun.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III PP No.101 Tahun 2014 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih
besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Uji LD50 adalah salah satu cara untuk mengukur potensi jangka pendek keracunan (toksisitas
akut) dari suatu material. Toksikologi dapat menggunakan berbagai jenis hewan, tetapi paling
sering pengujian dilakukan dengan tikus dan mencit. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7
(tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per
kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji
toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan
dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh
dari analisis probit terhadap hewan uji. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan
nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan
pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari
dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat
badan pada hewan uji mencit.
Uji toksisitas sub-kronis adalah Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji
toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan
sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.
Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi yang terkandung dalam
limbah B3 tersebut di ketahui, maka terhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses
pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan baku mutu pembuangan dan/atau
lingkungan yang ditetapkan.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., adalah sebagai berikut:
1. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang
secara spesifik dapat ditentukan.
a) Debu EAF(Electric Arc Furnace)
Berasal dari BSP, SSP I dan SSP II. Pada perkembangannya debu tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin pemanfaatan limbah B3 dari
KLH, sebagai bahan baku.
b) Sludge (Lumpur)
Limbah sludge di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari pengolahan air buangan
dari proses produksi yang dilakukan dengan menggunakan Wastewater Treatment Plant
(WWTP).
c) Slag
Limbah Slag di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari proses Steel Making dari
SSP I, SSP II, dana BSP yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Slag Atomizing
Technologi (SAT) dan Material Recovery Plant (MRP)
d) Mill Scale
Mill scale adalah serpihan dari besi baja yang terbentuk pada permukaan ketika sedang
diproduksi.
e) Water Pickle Liquor (WPL)
WPL merupakan hasil dari pembersihan permukaan baja pada pabrik Cold Rolling Mill
(CRM).WPL tersebut dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin
pemanfaatan limbah B3 di KLH.
f) Catalyst
Berasal dari pabrik DR dimana catalist berasal dari hasil penyerapan sulfur pada proses
reformasi (pembuatan gas reduktor).
g) PS (Precious Slag) Ball
Produk yang dihasilkan dari metode SAT yaitu berupa PS Ball. PS Ball merupakan
produk ramah lingkungan dengan struktur molekul yang stabil dari pengolahan slag cair.
Pemanfaatan produk dari pengelolaan limbah slag dengan menggunakan metode SAT
sampai saat ini baru dimanfaatkan sebagai abrasive (blasting naterial).
h) Fines Sponge Iron
Fines Sponge Iron bukanlah termasuk limbah karena merupakan bahan bakusponge iron
yang kurang dari 5 mm lewat proses pengayakan di Direct Reduction Plant. Fines sponge
iron dapat digunakan kembali melalui proses pemadatan agar ukurannya lebih dari 5 mm
danselanjutnya masuk kembali ke dalam proses.
i) Iron Concentrate
Iron concentrate adalah konsentrat besi yang berasal dari sludge dan/atau debu yang
ditangkap di dedusting system dari proses pembuatan besi dan baja (iron and steel
making)yang sudah ditingkatkan kandungan besinya dengan menggunakan teknik-teknik
pengolahan mineral (mineral processing /concentration), seperti grinding, magnetic
separator, atau flotasi.
2. Limbah B3 dari sumber non spesifik
Limbah B3 dari sumber non spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari
proses utama, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,
pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.
a) Oli dan grease bekas
Oli dan grease bekas berasal dari mein-mesin pada seluruh pabrik di PT. Krakatau Steel
(Persero) Tbk. Oli tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari
KLH untuk mengelola.
b) Majun
Majun merupakan limbah B3 berupa kain bekas yang terkontaminasi oli dan
minyak.Majun tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari
KLH untuk mengelola.
D. Uji Karakteristik Limbah
Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji analisa
kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi guna menetapkan prosedur yang
tepat dalam proses pengolahan limbah B3 tersebut.
Limbah dikatagorikan sebagai limbah B3 jika memiliki sifat diantara yang disebut dibawah yaitu
: Mudah meledak, Sangat mudah sekali menyala, Sangat mudah menyala, Mudah terbakar,
Reaktif, Beracun,Korosif, Infeksi, Pengujian toksikologi
Hasil analisa laboratorium uji karakteristik limbah B3 PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.yang
dilakukan di Laboratorium Sucofindo adalah sebagai berikut.
Karakteristik
Jenis limbah
Stag
Ps ball
Fines
Moll scale
Standar
Metode
PPRI No
sponge
85/1999
iron
jo
PPRI
No
18/1999
Eksplosive
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
PPRI No Organoleptic
udah
udah
udah
udah
85/1999
meledak
meledak
meledak
meledak
jo
PPRI
No
Flsmmable
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
18/1999
PPRI No US EPA SW-
mudah
mudah
mudah
mudah
85/1999
terbkar
terbkar
terbkar
terbkar
jo
846-1010
PPRI
No
18/1999
Reactive terhadap
Air
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
PPRI No Thermometric
85/1999
jo
and
PPRI Organoleptic
No
Tes H2S
Positif
Positif
Positif
Positif
18/1999
PPRI No US EPA SW85/1999
jo
846-9030
PPRI
No
Tes CN
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
18/1999
PPRI No US EPA SW85/1999
jo
846-1010
PPRI
No
Physical dan
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Color Forming
18/1999
PPRI No Organoleptic
85/1999
jo
PPRI
No
Corrosive
(Ph 10.0
PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI BESI DAN BAJA
KEL V
1. Gillian kalaty
2. Yulen monjel
3. Saul teurupun
Universitas Kristen Indonesia Maluku
Ambon 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ Pengolahan Air Limbah Industry Besi Dan Baja “
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat
berguna bagi kamisendiri maupun orang yang membacanya.
Ambon, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah baru saja mengesahkan
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang merupakan pengganti dari peraturan
sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) merupakan kewajiban bagi setiap individu penghasil limbah B3 sesuai dengan PP No.
101 Tahun 2014,Pasal 3 (1), bahwa Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah
B3 wajib
melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya.
Pengelolaan
Limbah
B3
dimaksudkan
agar
Limbah
B3
yang
dihasilkan
dari
aktivitas/kegiatan seminimalkan mungkin dan bahkan diupayakan sampai dengan nol, yaitu
dengan melakukan
reduksi pada
sumber
dengan pengolahan
bahan, substitusi bahan,
pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih.Jika masih dihasilkan
Limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan Limbah B3, namun dengan tetap menjaga agar
limbah B3 tersebut tidak mencemari lingkungan dan membahayakan bagi kesehatan manusia
dan makhluk hidup lainnya.
Kegiatan industri besi baja merupakan salah satu kegiatan yang dapat menimbulkan
limbah B3. Limbah B3 tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke
lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan
manusia serta makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 tersebut perlu diolah, baik secara fisik,
biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya.
Setelah
diolah
limbah B3 masih
memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk
mencegah resiko terjadi pencemaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Limbah
2. Bagaimana cara proses produksi pabrik besi dan baja
3. Jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi dan baja
4. Bagaimana cara uji karakteristik limbah
5. Bagaimana caraengolahan limbah b3 besi dan baja berdasarkan peraturan yang berlaku
6. Bagaimana pemanfaatan limbah B3
7. Bagaimana tahapan pengolahaaan limbah B3 besi dan baja
C. Tujuan
Tujuan pengelolaan limbah B3 pada industri besi/baja dan logam adalah untuk
Mengetahui sejauh mana limbah yang dihasilkan dari proses produksi baja masuk dalam
katagori B3 dengan:
1. Mengetahui apa itu Limbah
2. Mengetahui bagaimana cara proses produksi pabrik besi dan baja
3. Mengetahui jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi dan baja
4. Mengetahui ji karakteristik limbah
5. Mengetahui pengolahan limbah b3 besi dan baja berdasarkan peraturan yang berlaku
6. Mengetahui pemanfaatan limbah B3
7. Mengetahui tahapan pengolahaaan limbah B3 besi dan baja
D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah
keluarnya rekomendasi untuk pengelolaan limbah B3
sektor industri besi dan baja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Adapun
untuk mencapai sasaran tersebut, lingkup pekerjaan yang dilakukan selama studi ini adalah ;
1. Kunjungan lapangan ke salah satu pabrik besi baja PT. Krakatau Steel
2. Pengumpulan data dan pengambilan sampel
3. Analisis laboratorium uji limbah B3 pabrik besi/baja.
4. Studi literatur dan kajian peraturan yang berlaku
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah
Sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014, pengertian Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sedangkan Bahan Berbahaya
dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
B. Jenis dan Proses Produksi Pabrik Besi/Baja
Secara umum, ada tiga produk akhir kegiatan produksi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, yaitu
hot rolled coil, cold rolled coil, dan wire rod.
Perusahaan ini memiliki 7 (tujuh) buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi
satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Ketujuh buah pabrik tersebut menghasilkan
berbagai jenis produk baja dari bahan mentah, yaitu:
1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant)
2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant)
3. Pabrik Baja Slab 1 (Slab Steel Plant 1)
4. Pabrik Baja Slab 2 (Slab Steel Plant 2)
5. Pabrik Pengerolan Canai Panas (Hot Strip Mill)
6. Pabrik Pengerolan Canai Dingin (Cold Rolling Mill)
7. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill)
Produksi baja PT Krakatau Steel diawali dari pengolahan bijih besi atau pellet menjadi besi
dengan memanfaatkan gas alam di Pabrik Besi Spons. Besi yang telah dihasilkan ini diproses
lagi dengan menggunakan Electric Arc Furnace (EAF) di Pabrik Slab Baja dan Pabrik Billet
Baja. Pada pemrosesan dengan EAF, besi dicampur dengan bahan lainnya seperti scrap, hot
bricket iron (HBI), dan material tambahan sehingga menghasilkan slab baja dan billet baja.
Produk slab baja selanjutnya diolah dengan pemanasan ulang dan pengerolan di Pabrik Baja
Lembaran Panas (Hot Strip Mill).Hasil dari Pabrik Baja Lembaran Panas banyak dimanfaatkan
untuk pipa, bangunan, bahan konstruksi kapal, dan lainnya. Lebih lanjut lagi, baja lembaran
panas diolah melalui proses pengerolan ulang dan proses secara kimia di Pabrik Baja Lembaran
Dingin (Cold Rolling Mill). Produk baja yang dihasilkan berupa baja lembar dingin yang banyak
digunakan untuk komponen bagian dalam mobil atau motor.Selain itu, produk baja lembaran
dingin juga digunakan sebagai badan kendaraan, peralatan rumah tangga, kaleng, dan lainnya.
Di sisi lain, produk baja billet yang dihasilkan oleh Pabrik Baja Billet, mengalami proses
pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) sehingga dihasilkan batang kawat baja yang
banyak diaplikasikan untuk senar piano, mur, paku, baut, pegas, kawat baja, dan lainnya.
Tabel 9.1. Nama-Nama Unit Produksi Pabrik Besi Baja PT. Krakatau Steel
No Unit Produksi
Kapsitas
Produk
1
Pabrik besi sponge
2.000.000
Baja ponge
MT/Thn
2
Pabrik Bilet Baja
600.000 MT/Thn Baja bilet
3
Pabrik Slab Baja (I dan II)
2.000.000
Baja slab
MT/Thn
4
Pabrik Baja Lembaran Canai 2.400.000
Panas
MT/Thn
Baja Lembaran Panas (Coil & Plates)
5
Pabrik Baja Lembaran Canai 950.000 MT/Thn
Dingin
Baja Lembaran Canai Dingin (Coil &
Sheets)
6
Pabrik Baja Batang Kawat
Baja Batang Kawat (Coil)
450.000 MT/Thn
Sumber: Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS)
Alur Proses Produksi PT. Krakatau Steel
C. Jenis Limbah B3 pada Pabrik Besi Baja
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah jenis,
jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau
immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3
dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara
pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insinerasi.
Tata cara penetapan limbah B3 berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan daftar lampiran limbah B3
2. Uji karakteristik
3. Uji toxicity characteristic leaching procedure (TCLP), dan
4. Uji lethal dose 50 (LD50)
5. Uji toksisitas sub-kronis
Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukan dilaboratorium, jika limbah mengandung salah
satu atau lebih sifat, dan/atau salah satu atau lebih pencemar yang melebihi ambang batasnya.
Uji TCLP adalah cara untuk menentukan kecenderungan limbah mengalami pelindian atau
leaching yang merupakan salah satu cara untuk menentukan karakteristik limbah beracun.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III PP No.101 Tahun 2014 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih
besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Uji LD50 adalah salah satu cara untuk mengukur potensi jangka pendek keracunan (toksisitas
akut) dari suatu material. Toksikologi dapat menggunakan berbagai jenis hewan, tetapi paling
sering pengujian dilakukan dengan tikus dan mencit. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7
(tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per
kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji
toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan
dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh
dari analisis probit terhadap hewan uji. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan
nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan
pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari
dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat
badan pada hewan uji mencit.
Uji toksisitas sub-kronis adalah Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji
toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan
sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.
Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi yang terkandung dalam
limbah B3 tersebut di ketahui, maka terhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses
pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan baku mutu pembuangan dan/atau
lingkungan yang ditetapkan.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., adalah sebagai berikut:
1. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang
secara spesifik dapat ditentukan.
a) Debu EAF(Electric Arc Furnace)
Berasal dari BSP, SSP I dan SSP II. Pada perkembangannya debu tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin pemanfaatan limbah B3 dari
KLH, sebagai bahan baku.
b) Sludge (Lumpur)
Limbah sludge di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari pengolahan air buangan
dari proses produksi yang dilakukan dengan menggunakan Wastewater Treatment Plant
(WWTP).
c) Slag
Limbah Slag di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari proses Steel Making dari
SSP I, SSP II, dana BSP yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Slag Atomizing
Technologi (SAT) dan Material Recovery Plant (MRP)
d) Mill Scale
Mill scale adalah serpihan dari besi baja yang terbentuk pada permukaan ketika sedang
diproduksi.
e) Water Pickle Liquor (WPL)
WPL merupakan hasil dari pembersihan permukaan baja pada pabrik Cold Rolling Mill
(CRM).WPL tersebut dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin
pemanfaatan limbah B3 di KLH.
f) Catalyst
Berasal dari pabrik DR dimana catalist berasal dari hasil penyerapan sulfur pada proses
reformasi (pembuatan gas reduktor).
g) PS (Precious Slag) Ball
Produk yang dihasilkan dari metode SAT yaitu berupa PS Ball. PS Ball merupakan
produk ramah lingkungan dengan struktur molekul yang stabil dari pengolahan slag cair.
Pemanfaatan produk dari pengelolaan limbah slag dengan menggunakan metode SAT
sampai saat ini baru dimanfaatkan sebagai abrasive (blasting naterial).
h) Fines Sponge Iron
Fines Sponge Iron bukanlah termasuk limbah karena merupakan bahan bakusponge iron
yang kurang dari 5 mm lewat proses pengayakan di Direct Reduction Plant. Fines sponge
iron dapat digunakan kembali melalui proses pemadatan agar ukurannya lebih dari 5 mm
danselanjutnya masuk kembali ke dalam proses.
i) Iron Concentrate
Iron concentrate adalah konsentrat besi yang berasal dari sludge dan/atau debu yang
ditangkap di dedusting system dari proses pembuatan besi dan baja (iron and steel
making)yang sudah ditingkatkan kandungan besinya dengan menggunakan teknik-teknik
pengolahan mineral (mineral processing /concentration), seperti grinding, magnetic
separator, atau flotasi.
2. Limbah B3 dari sumber non spesifik
Limbah B3 dari sumber non spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari
proses utama, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,
pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.
a) Oli dan grease bekas
Oli dan grease bekas berasal dari mein-mesin pada seluruh pabrik di PT. Krakatau Steel
(Persero) Tbk. Oli tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari
KLH untuk mengelola.
b) Majun
Majun merupakan limbah B3 berupa kain bekas yang terkontaminasi oli dan
minyak.Majun tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin dari
KLH untuk mengelola.
D. Uji Karakteristik Limbah
Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji analisa
kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi guna menetapkan prosedur yang
tepat dalam proses pengolahan limbah B3 tersebut.
Limbah dikatagorikan sebagai limbah B3 jika memiliki sifat diantara yang disebut dibawah yaitu
: Mudah meledak, Sangat mudah sekali menyala, Sangat mudah menyala, Mudah terbakar,
Reaktif, Beracun,Korosif, Infeksi, Pengujian toksikologi
Hasil analisa laboratorium uji karakteristik limbah B3 PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.yang
dilakukan di Laboratorium Sucofindo adalah sebagai berikut.
Karakteristik
Jenis limbah
Stag
Ps ball
Fines
Moll scale
Standar
Metode
PPRI No
sponge
85/1999
iron
jo
PPRI
No
18/1999
Eksplosive
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
PPRI No Organoleptic
udah
udah
udah
udah
85/1999
meledak
meledak
meledak
meledak
jo
PPRI
No
Flsmmable
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
18/1999
PPRI No US EPA SW-
mudah
mudah
mudah
mudah
85/1999
terbkar
terbkar
terbkar
terbkar
jo
846-1010
PPRI
No
18/1999
Reactive terhadap
Air
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
PPRI No Thermometric
85/1999
jo
and
PPRI Organoleptic
No
Tes H2S
Positif
Positif
Positif
Positif
18/1999
PPRI No US EPA SW85/1999
jo
846-9030
PPRI
No
Tes CN
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
18/1999
PPRI No US EPA SW85/1999
jo
846-1010
PPRI
No
Physical dan
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Color Forming
18/1999
PPRI No Organoleptic
85/1999
jo
PPRI
No
Corrosive
(Ph 10.0