Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep Perempuan Ideal Jawa
Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep Perempuan Ideal Jawa
Subhan Ajrin
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia subhanajrin@gmail.com
Abstract
This study illustrates the wife happiness in various cultural metaphors, one of them by using a Javanese cultural perspective. The purpose of this research is to provide conceptual constructions of marriage happiness of wives according to the ideal concept of Javanese women. There are four aspects of marriage happiness, namely harmony, husband and wife attachment, marital intimacy, and economic life.The research finding also found that the Wulas Sari Script contains 13 attitude learning principles besides the ideal woman characteristic. Among the 13 principles, it was found that there were only 8 points used commonly by the women: obedience, loyality,response, readiness, worship, tenderness, self take care and skillful.This study provides the hypothesis and conceptual basis on the wife marriage in the concept of Javanese ideal women.
Keywords: Happiness, marriage, wife, Javanese culture
Abstrak
Studi ini menggambarkan kebahagiaan perkawinan isteri dalam berbagai metafora kebudayaan, salah satunya dengan menggunakan perspektif budaya Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan konseptual konstruksi tentang kebahagiaan perkawinan isteri menurut konsep ideal perempuan Jawa. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan teknik analisis menggunakan content analysis (analisis isi). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada empat aspek kebahagiaan perkawinan, yaitu kerukunan, keterikatan suami-isteri, keintiman perkawinan, dan kehidupan ekonomi. Temuan penelitian juga menunjukan bahwa terdapat 13 prinsip ajaran dalam sikap dan sifat perempuan ideal dalam naskah wulang estri. Dari 13 prinsip ajaran tersebut hanya 8 prinsip ajaran perempuan menurut budaya Jawa yang sering digunakan yaitu: kepatuhan, kesetiaan, tanggap, siap, bakti, tulus/ikhlas, merawat diri dan terampil. Studi ini memberikan hipotesis dan dasar konseptual kebahagiaan perkawinan isteri dalam konsep perempuan ideal Jawa.
Kata kunci: Kebahagiaan, perkawinan, isteri, budaya Jawa
PENDAHULUAN
Menikah melegalkan hubungan cinta kasih mereka baik dihadapan Tuhan
Pernikahan atau perkawinan bagi maupun masyarakat sekitarnya. Pasangan yang belum menikah merupakan salah satu
yang samen leven dipandang rendah oleh tujuan hidup bahkan ada yang memimpikan
masyarakat yang masih menghargai nilai- peristiwa tersebut. Pernikahan adalah
nilai etika dan norma yang tinggi, baik kebutuhan, bagi remaja, orang dewasa, baik
norma agama maupun norma sosial. pria maupun perempuan yang telah
menjalin hubungan kasih, pada umumnya Semua laki-laki dan perempuan mereka merencanakan untuk menuju ke
dipastikan menikah dan mempunyai anak, pelaminan.
bahkan diantara mereka memiliki belasan anak (Ahmad, 2015; Rizki, 2012; Suma,
27 │ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.26-41
SH, & others, 2015; Surbakti, 2009; sangat berpengaruh terhadap keadaan Widiyantri, 2011). Hal tersebut dikuatkan
luas. Keadaan oleh pihak Gereja Katolik dimana
masyarakat
secara
masyarakat dapat dilihat dari unit-unit kecil pernikahan dan pemilikan anak (kelahiran
pembentuknya. Apabila keadaan keluarga anak) merupakan bagian rencana Tuhan
sebagai unit terkecil secara umum sejahtera bagi manusia. Perkawinan bertujuan untuk
atau bahagia, maka keadaan masyarakatnya membentuk rumah tangga, memiliki anak
akan baik pula.
dan merawatnya,
hal
tersebut
dipertimbangkan sebagai tujuan pemenuhan Istilah perkawinan begitu sering kebutuhan hidup perempuan di dunia
didengar dan dibaca dalam media massa. (Ardhianita & Andayani, 2005; Gunarsa,
Secara umum perkawinan dipahami sebagai 2000a; Puspitasri & others, 2006;
bertemunya laki- laki dan perempuan dalam Soemanto, 2014).
ikatan perjanjian. Pemerintah memberi perhatian pada peristiwa perkawinan
Pernikahan menurut Islam, ialah dengan ditetapkannya Undang-Undang akad yang menghalalkan pergaulan dan
Perkawinan. Hal tersebut menunjukkan membatasi hak dan kewajiban serta tolong-
begitu urgennya suatu lembaga perkawinan. menolong antara seorang laki-laki dan
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 seorang perempuan yang bukan muhrim.
menetapkan, perkawinan merupakan ikatan Nikah merupakan salah satu asas pokok
lahir batin antara seorang pria dan hidup yang paling utama dalam pergaulan
perempuan sebagai suami isteri dengan masyarakat yang sempurna. Pernikahan
tujuan membentuk keluarga atau rumah merupakan jalan yang mulia, merupakan
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan pertalian dalam kehidupan manusia untuk
Ketuhanan Yang Maha Esa. Melihat isi saling tolong-menolong dalam kebaikan
perkawinan tersebut (Jaapar, Zahidah, & Azahari, 2011; Sari &
undang-undang
jelaslah maksud dan tujuan perkawinan others, 2011). Pernikahan merupakan
secara umum yaitu membentuk keluarga penyatuan jiwa, untuk saling memiliki.
bahagia yang dilaksanakan oleh suami- Pasangan yang telah menikah akan bebas
isteri.
memiliki dan menyayangi. Mereka saling membutuhkan untuk dimiliki dan dicintai. Perkawinan merupakan pertemuan dua individu yang berbeda jenis (laki-laki Pernikahan dilaksanakan untuk
dan perempuan) berbeda latar belakang membentuk keluarga. Sebagai komunitas
sosial –budaya dan berbeda kepribadiannya. manusia yang merupakan unit terkecil,
Di sinilah letak permasalahannya, dua keluarga berperan dalam eksistensi
individu berbeda latar belakang sosial, kehidupan manusia. Menurut Undang-
budaya dan kepribadian, namun diharapkan undang No 10 Tahun 1992, keluarga adalah
perbedaan tersebut tidak menjadi kendala unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dalam meraih kebahagian, justru dengan dari suami-isteri dan anak-anak atau ayah
perbedaan tersebut diharapkan saling dengan anak atau ibu dengan anaknya.
akan tercipta Keluarga sejahtera adalah keluarga
mengisi
sehingga
keharmonisan atau kebahagiaan. Hal berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
tersebut tidak lepas dari tugas masing- memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
untuk melakukan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi antar anggota dan antar
Kebahagiaan akan tercapai apabila keluarga
ada pembagian hak dan kewajiban antara lingkungannya. Melihat pengertian keluarga
dengan
masyarakat
suami isteri secara jelas dan masing-masing sebagai unit terkecil dari komunitas
mengerti dan memahami hak dan manusia dalam masyarakat, tentunya hal ini
kewajibannya secara sadar. Pengertian dan
Subhan Ajrin : Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep…│28
kesadaran kedudukan masing-masing inilah isteri, perkawinan dapat berlangsung lama kuncinya, namun keadaan perkembangan
dan dapat melewati masa kritis tersebut. jaman dan makin gencarnya media massa yang
Badan Pusat Statistik Daerah kemewahan dapat membuyarkan kesadaran
memberikan
“iming-iming”
Istimewa Yogyakarta mencatat angka dan pengertian kedudukan suami isteri.
perceraian di tahun 2013 sebanyak 3.592 Ditambah makin besarnya tuntutan
kasus, di tahun 2014 meningkat sebanyak kebahagiaan dari pihak suami maupun
5.851 kasus, lalu pada tahun 2015 menjadi isteri, baik tuntutan suami terhadap isteri,
6.371 kasus, dan pada tahun 2016 terdapat maupun tuntutan isteri terhadap suami.
6.850 kasus (BPS DIY Tahun 2017). Sulit untuk mencari penengah dalam
Penasehat Perkawinan permasalahan ini, menyalahkan keadaan
Badan
Perselisihan dan Perceraian (BP4) Daerah perkembangan
Istimewa Yogyakarta mencatat terjadinya menyelesaikan masalah.
alasan-alasan perceraian dan perselisihan pasangan
Orang tua
sebagai berikut:
diposisikan sebagai penengah dalam tarik-
Tabel. 1 : Data alasan terjadinya Perselisihan dan
menarik tuntutan antara suami dan isteri.
perceraian DIY Tahun 2013-2016
Oleh karena itu banyak pasangan yang akhirnya menyelesaikan masalah dengan
Alasan
Tahun
menempuh JML jalur perceraian, apabila
No Perselisihan
Dan Perceraian 2013 2014 2015 2016
perceraian dianggap berlebihan, maka tidak
1. Zina
jarang terjadi perselingkuhan,
baik
Mabuk/Madat
2. 21 44 45 52 dilakukan pihak suami maupun isteri. 162
/Judi Meninggalkan
Banyak dimuat di media massa
suami/isteri
perceraian dikalangan artis ataupun public
Hukuman
figure Pidana . Media massa sering mengekspos
5. Penganiayaan 31
berita tersebut secara berlebihan. Hal ini
Cacat/
bisa dilihat pada acara televisi maupun surat
6. Penyakit
kabar. Pada umumnya mereka mengungkap
Perselisihan
alasan perceraian karena tidak ada
terus-menerus
97 kecocokan. Ketidakcocokan sebenarnya 336
8. Lain- lain
wajar terjadi diantara pasangan, sebab mereka terdiri dari individu berbeda yang
Sumber: Kementerian Agama DIY Tahun 2017 berimplikasi pada perbedaan kebutuhan, kesenangan atau hobi serta perbedaan
Keadaan tersebut menunjukkan pandangan.
bahwa alasan perceraian pada umumnya dipermasalahkan oleh salah satu pasangan
terjadi karena suami meninggalkan isteri atau keduanya, maka kemungkinan besar
atau sebaliknya dan seringnya terjadi keretakan rumah tangga dan kendurnya
pertengkaran antara suami dan isteri. Suami ikatan batin antara suami isteri akan cepat
meninggalkan isteri atau sebaliknya dapat terjadi tidak sampai usia perkawinan 10
diasumsikan meninggalkan kewajiban atau tahun. tanggung jawab. Dari data di atas dapat dimaknai sebagai fakta masih terjadinya
krisis hubungan perkawinan antara suami perkawinan dikembalikan pada hakekat
perkawinan yang isinya mengatur hak dan kewajiban suami isteri. Apabila antara hak
Masih banyak alasan perceraian dan kewajiban dipahami secara jelas
yang tidak tercatat di Kementerian Agama ditambah pengertian pihak suami maupun
maupun Badan Pusat Statistik, dikarenakan
29 │ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.26-41
mereka tidak melapor ke Kantor Urusan berkembang, maka kesejahteraan tidak akan Agama yang menangani pernikahan. Hal
tercapai bahkan dapat menghancurkan tersebut menunjukkan masih banyak
rumah tangga.
terjadinya ketidakharmonisan kehidupan perkawinan dan merupakan permasalahan
Keretakan keluarga terjadi sebagai yang perlu dikaji secara mendalam dengan
akibat kurangnya pengertian diantara suami mencari akar permasalahan perceraian
isteri yang dapat berdampak pada secara detail.
terlantarnya anak-anak, putusnya hubungan suami isteri berakibat rusaknya generasi
muda. Menurut Mujtahidah (2015), agar berdasarkan informasi pasangan menikah,
Fuadi (2013)
menyebutkan,
yang dapat bahwa permulaan masa perkawinan
keretakan
keluarga
mengakibatkan terlantarnya anak-anak dan merupakan saat genting atau kritis.
putusnya hubungan suami isteri tidak Penyebab distress perkawinan bervariasi
berkembang banyak, maka perlu adanya pada rentang hidup perkawinannya.
bimbingan konseling perkawinan. Usaha Penelitian Warren menghasilkan 30 %
tersebut merupakan pengabdian ilmu perceraian terjadi pada 4 tahun pertama usia
memperkecil atau perkawinan. Hal tersebut menunjukkan
psikologi
untuk
meniadakan hal-hal yang tidak diharapkan bahwa usia perkawinan di bawah 5 tahun
sehingga kebahagiaan keluarga dapat merupakan masa kritis bagi kehidupan
tercapai.
perkawinan (Gunarsa, 2000b; Riyawati & others, 2006; Subhan, 2004). Lingkungan dimana
seseorang tinggal memberikan pengaruh terhadap Pasangan yang telah memasuki usia
aktivitas-aktivitasnya. Manusia sebagai perkawinan ke 13 tahun, sudah mengetahui
makhluk sosial dapat melangsungkan kekurangan dan kelebihan pasangannya,
hidupnya karena ketergantungannya pada sehingga tidak ada lagi konflik yang
manusia lain atau lingkungannya. sifatnya fundamental, walaupun konflik- konflik kecil tetap ada. Diharapkan mereka
Bagaimanapun aktivitas kehidupan tinggal memantapkan dan mengembangkan
manusia begitu dipengaruhi oleh konteks bahtera
Manusia yang telah perkawinan perak 25 tahun.
membentuk komunitas adalah masyarakat yang patuh terhadap norma-norma, adat-
istiadat dan kebiasaan yang berlaku sebagai dipengaruhi faktor kepribadian pasangan
aturan yang merupakan bagian kebudayaan. suami/isteri. Salah satu bagian kepribadian disini adalah kemampuan penyesuaian diri
Sistem nilai budaya merupakan pasangan. Kepribadian terus berkembang
tingkat paling abstrak dari adat. Suatu dan berpengaruh terhadap perkembangan
sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi- kehidupan rumah tangga. Usia perkawinan
konsepsi yang hidup di alam pikiran yang telah memasuki usia 13 tahun bukan
sebagian besar masyarakat, mengenai hal- berarti rumah tangganya menjadi statis,
hal yang harus mereka anggap amat bernilai namun masing-masing
dalam hidup. Karena itu sistem nilai budaya mengembangkan kepribadiannya. Bagi
pihak terus
biasanya berfungsi sebagai pedoman bagi keluarga yang memiliki anak-anak, pada
kelakuan manusia. Sistem tata kelakuan usia perkawinan 13 tahun mereka telah
yang lebih konkrit ialah aturan-aturan memasuki usia remaja, dan pasangan
khusus, hukum dan norma-norma, semua sebagai orang tua bisa menyesuaikan
berpedoman pada sistem nilai budaya. kepribadian
dan
mengembangkan
Masalah Psikologi berkaitan dengan pengetahuan
anak-anaknya,
bila
permasalahan kebudayaan. Hal ini dapat kepribadian orang
tua tidak ikut
diketahui bahwa sikap (attitude) berkaitan
Subhan Ajrin : Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep…│30
dengan sistem nilai budaya. Sikap individu kaum perempuan meskipun lebih sedikit dipengaruhi
jumlahnya. Menurut Mulyawaty, karya melingkunginya. Selain itu sikap mental
sastra para pujangga berbentuk teks. Teks dalam psikologi memfokuskan pada
„piwulang’ yang ditujukan untuk kaum individu dan secara sekunder pada
perempuan, jika dikaji akan menunjukkan kebudayaan
peranan kaum perempuan dalam kehidupan merupakan lingkungan dari individu. Sikap
rumah tangganya dengan identifikasi merupakan suatu disposisi atau keadaan
perempuan ideal dalam Masyarakat Jawa mental di dalam jiwa individu untuk
pada waktu itu (Ajrin, 2017). bereaksi terhadap lingkungan alamiah (fisik). Sikap dipengaruhi oleh nilai budaya
Teks-teks piwulang berisi tentang dan sering juga bersumber kepada sistem
tata cara dan perilaku yang dijalankan nilai budaya (Liliweri, 2005; Suharyat,
seorang perempuan dalam menegakkan 2012)
kehidupan rumah tangganya agar tetap utuh dan bahagia. Sebenarnya ajaran-ajaran
Salah satu kebudayaan yang ada di (piwulang) untuk perempuan tersebut masih Indonesia
berlaku sampai sekarang. Namun kemajuan Masyarakat yang berada diwilayah budaya
jaman senantiasa mendorong perubahan tata Jawa terikat dan merasa memiliki
kehidupan manusia, terutama yang kebudayaan tersebut. Bagian kebudayaan
berhubungan dengan nilai-nilai budaya berupa norma atau nilai-nilai merupakan
yang telah tertanam pada masyarakat Jawa patokan atau aturan yang harus dipatuhi
tersebut. Menurut Mulyawaty, perubahan oleh masyarakat pendukungnya. Norma
dan pergeseran nilai tidak lepas dari atau nilai-nilai budaya yang berada di
kehidupan perempuan pada umumnya dan lingkungan budaya atau masyarakat Jawa
perempuan Jawa khususnya. Hal ini terlihat tentunya dimaksudkan untuk mengatur
pada sikapnya dalam menerima sesuatu, kehidupan
menafsirkan suatu kebebasan, pengambilan kebudayaan tersebut. Dengan demikian,
keputusan serta sikap hidup lainnya yang norma budaya Jawa di Yogyakarta,
berkaitan dengan suatu idealisme dan tentunya dimaksudkan oleh pendahulunya
pandangan hidup (Handayani & Novianto, sebagai pedoman tingkah laku masyarakat
2004; Sukri & Sofwan, 2001) Jawa di Yogyakarta khususnya.
perempuan sangat Sistem
Sikap
berpengaruh dalam sistem dan tata cara merupakan konsepsi yang berfungsi sebagai
menjalani kehidupan berumah tangga, pedoman perilaku atau aturan (norma)
dimana perempuan sebagai salah satu unsur tersebut tidak tertulis seperti undang-
utamanya. Sikap merupakan pernyataan undang, namun berbentuk lisan yang
pendapat seseorang atau sekelompok orang diajarkan secara turun-temurun. Dalam
mengenai objek atau persoalan yang budaya Jawa, aturan (norma) bentuk lisan
kemudian disertai oleh kecenderungan biasanya berupa tembang Jawa macapat.
untuk bertindak terhadap objek atau Tembang atau lagu tersebut digubah oleh
persoalan tersebut sesuai dengan sikapnya. para pujangga dan menjadi bentuk tulisan
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau berbentuk Jawa dan Bahasa Jawa. reaksi perasaan.
Bentuk norma dan nilai-nilai ajaran Sikap seseorang terhadap suatu diantaranya berupa karya sastra yang
objek adalah perasaan yang mendukung digubah oleh para pujangga. Bentuk ajaran
atau memihak (favorable) ataupun perasaan yang diistilahkan sebagai piwulang (ajaran)
tidak mendukung atau tidak memihak pada umumnya ditujukan untuk kaum laki-
objek tersebut laki, namun ada pula yang ditujukan untuk
(Unfavorable) pada
(Arikunto, 2009; Suharyat, 2012).
31 │ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.26-41
Sikap seseorang dapat meramalkan kehendak),(4)angimanake (mengimankan), perilaku, atau ada konsistensi antara sikap
(5) (m)bangun-turut (taat), (6) labuh ing dengan perilaku. Lebih spesifik lagi
laki (bersedia membela suami). Takut menurut Marcella (2004); Toha (2014),
kepada suami maksudnya, takut berbuat bahwa sikap merupakan produk dari proses
kesalahan yang dapat merusak rumah sosialisasi, dimana seseorang bereaksi
tangga. Berkasih sayang, yaitu sikap yang sesuai dengan stimulus yang diterimanya.
mantap untuk menyayangi suami. Sikap Sikap
kasih sayang merupakan landasan utama perempuan ideal merupakan hasil proses
terjadinya ikatan batin antara suami isteri. sosialisasi yang diterima dari pendahulunya
Mengetahui kehendak suami maksudnya, atau
isteri harus mampu membaca maksud- sekitarnya dan menimbulkan reaksi berupa
orangtuanya serta
masyarakat
maksud dari perilaku yang tersamar, tingkah laku sesuai stimulus (ajaran
tanggap dan merespon. Mengimankan mengenai perempuan
suami artinya selalu mengingatkan dan perempuan (isteri) terhadap konsep ideal
ideal). Sikap
mengajak suami untuk selalu taqwa perempuan Jawa merupakan masalah
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan penting dalam kehidupan berumah tangga
menjadikan suami sebagai seorang pada keluarga Jawa, sebab sikap juga
pemimpin rumah tangga. Taat pada suami, merupakan bagian dari pembentukan
artinya menurut perintah atau setia, kepribadian seseorang. Menurut Baron and
maksudnya ialah mematuhi semua perintah Byrne (1984: 68), sikap merupakan
suami serta setia pada suami. Bersedia perasaan negatif atau positif terhadap suatu
membela suami, berarti harus siap menjadi kejadian, ide, objek dan orang-orang
orang yang terdepan mewakili keluarga tertentu
seandainya suami berhalangan, mampu berperilaku sama jika individu menghadapi
menyimpan rahasia suami dan keluarga. objek tersebut. Apabila seseorang bersikap positif terhadap objek maka cenderung
Contoh piwulang dari serat centini bertindak sesuai objek tersebut.
tersebut hanya sebagian saja. Menurut Sayoto dan Suharti, masih banyak teks-teks
Dalam bahasan ini, objek sikap naskah karya pujangga sastra yang memuat tersebut berupa „piwulang‟ (ajaran)
ajaran untuk perempuan khususnya sebagai mengenai perempuan ideal Jawa sebagai
isteri yaitu Wulang Estri yang terdiri dari isteri untuk membentuk keluarga bahagia
Wulang Putri, Wulang Reh Putri, Serat atau perkawinan yang bahagia. Perempuan
Candra Rini yang bersikap positif terhadap ajaran-ajaran
Wulang
Estri
Candra Rini sebagai isteri akan cenderung mewujudkan
(Mangkunegaran),
Darmawasito , perilakunya dalam berkeluarga terutama
(Ranggowarsito),
Retnajuwita dan lain-lain. Naskah-naskah hubungannya
tersebut dikaji dan dicari isinya oleh Suharti menciptakan kebahagiaan perkawinan atau
dan Pujiati Sayoto untuk mengungkap sikap kepuasan perkawinan. Budaya Jawa pada
dan watak khususnya perempuan jawa dasarnya menempatkan ibu sebagai
berdasarkan paham yang diajarkan lewat penegak
naskah-naskah Jawa. Hasilnya diseleksi memelihara agar keluarga tetap dalam
diambil sikap yang baik untuk diangkat kondisi aman, tenteram dan damai. Dalam
sebagai identitas watak dan sikap Serat Centini (Suluk Tembang Laras)
perempuan Indonesia pada umumnya dan terdapat wejangan seorang ayah pada
dapat menjadi landasan sikap dalam hidup putrinya tentang keutamaan berkeluarga
berumah tangga.
yang terdiri 6 hal berkaitan dengan kesetiaan perempuan pada suami, yaitu (1)
Seperti telah dikemukakan di atas, wedi (takut), (2) asih (berkasih sayang), (3)
zaman dapat sumurup
karsa (mengetahui
menyebabkan makin lunturnya sistem nilai
Subhan Ajrin : Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep…│32
budaya dalam masyarakat, dalam hal ini alam, dan sebagainya, ibulah yang mengenai sikap perempuan sebagai isteri
mempertahankan keluarganya. makin tidak jelas. Para pejuang feminisme berontak melihat lemahnya posisi dan peran
Kebahagiaan Perkawinan
isteri dalam keluarga. Perempuan sebagai Perkawinan ada yang bahagia dan pemegang peran utama dalam pekerjaan ada pula yang tidak bahagia. Kebahagiaan domestik yang harus mengurus rumah perkawinan adalah perasaan senang,
tangga dari menyediakan keperluan suami, tenteram lahir dan batin suami-isteri dalam
anak-anak, dan diri sendiri, bahkan tidak rentang kehidupan perkawinan.
jarang ikut membantu tugas suami mencari nafkah bagi keluarga. Apakah perempuan
Orang merasa puas dan bahagia dalam posisi seperti ini menjadikan mereka
apabila pengalaman-pengalaman yang tidak bahagia dalam perkawinannya? Tidak
menyenangkan lebih banyak daripada bijak jika cepat- cepat mengatakan „ya‟,
pengalaman-pengalaman yang tidak sebab ketidakbahagiaan perkawinan belum
menyenangkan. Batasan yang dikemukakan tentu karena isteri banyak pekerjaan, namun
Hurlock tersebut sifatnya universal, dan masih banyak faktor-faktor lain misalnya
mudah dipahami, namun perlu perincian perselingkuhan suami, kekejaman suami
lebih lanjut untuk memahami kehidupan baik secara fisik maupun psikologis, dan
dengan pengalaman- masih banyak penyebab lainnya.
perkawinan
pengalaman nyata.
Zaman sekarang banyak perempuan Kebahagiaan perkawinan dalam yang tidak sepaham dengan nilai-nilai yang
kebudayaan Jawa dapat ditinjau dari dua ditanamkan oleh pendahulunya. Ada
kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa. sebagian perempuan yang menamakan
Dua kaidah tersebut ialah prinsip kerukunan dirinya perempuan modern dan kadang
dan prinsip hormat. Rukun artinya berada “kelewatan” dalam memahami arti
dalam keadaan selaras, tenang dan tenteram emansipasi perempuan. Mereka yang telah
tanpa perselisihan dan pertentangan. berkeluarga akan mengabaikan sifat-sifat
Keadaan rukun adalah kondisi dimana perempuan sebagai pendamping suami,
semua pihak dalam kondisi damai satu pendidik anak, yang sebaiknya memiliki
sama lain, suka bekerja sama, saling sikap nrimo, sabar, bhakti, halus, setia dan
menerima, dalam suasana tenang dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan
sepakat.
nilai budaya yang diajarkan turun-temurun di masyarakat Jawa. Apabila perempuan
Prinsip kerukunan artinya individu mengabaikan sifat-sifat tersebut, akibatnya
bersikap sedemikian rupa hingga tidak timbul konflik dalam rumah tangga, bahkan
sampai menimbulkan konflik. Prinsip jika
hormat ialah individu dalam berbicara dan berakumulasi
membawa diri dituntut untuk selalu perceraian yang umumnya berdampak
menunjukkan sikap hormat terhadap orang negatif terhadap anak-anaknya. lain, sesuai derajat dan kedudukannya.
Prinsip kerukunan dan hormat tersebut Peran ibu dalam keluarga terkadang
merupakan kerangka normatif yang lebih kuat dibandingkan dengan peran ayah.
menentukan bentuk-bentuk konkrit semua Ibu merupakan pusat keluarga yang
interaksi, termasuk hubungan suami-isteri. umumnya memegang keuangan, ikut
menentukan pengambilan
Perkawinan dapat dikatakan bahagia keputusan penting, misalnya mengenai
keputusan-
bila tujuan-tujuan yang dicapai dalam pilihan sekolah, pekerjaan dan pilihan calon
perkawinan dapat terwujud. Kebahagiaan suami atau isteri bagi anak-anaknya, pada
pasangan suami isteri tidak sama antara saat-saat kritis, kesulitan ekonomi, bencana
pasangan satu dengan pasangan lain,
33 │ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.26-41
tergantung apa yang mereka cari dalam interaksi (komunikasi) yang lancar dan perkawinan tersebut.
mesra.
Keluarga merupakan tempat yang kebahagiaan tergantung pada sudut pandang
aman dan sumber perlindungan bagi individu yang bersangkutan. Dari segi
individu. Suami isteri adalah sumber bahasa, istilah bahagia mempunyai nilai
pertama kesejahteraan jasmani dan rohani rasa yang hampir sama dengan istilah
bagi anak-anak mereka. Orang tua senang, gembira, sejahtera, puas, dan
(pasangan) yang bahagia dapat memberikan nikmat.
cinta kasih kepada anaknya dan segala apa yang dibutuhkannya. Anak yang dibesarkan
Istilah bahagia menurut Pribadi dalam keluarga bahagia, ayah ibu yang adalah penghayatan emosi yang sifatnya
rukun, damai tidak penuh konflik akan baik positif yang dirasakan oleh pasangan suami
keseimbangan mentalnya, sehingga menjadi isteri.
anak yang berkualitas dan berdedikasi kebahagiaan perkawinan memakan waktu
Menurut Pribadi
pencapaian
tinggi.
panjang, yaitu hingga usia perkawinan 25 tahun dan pasangan telah memiliki cucu
METODE PENELITIAN
(Adhim, 2002; Fatmawati, 2010; Prasetia, 2013).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research). Budaya Jawa menempatkan ibu
Penelitian kepustakaan adalah jenis sebagai penegak kehidupan keluarga. Di
penelitian dengan serangkaian kegiatan samping bidang ekonomi, juga memelihara
dengan metode agar keluarga tetap dalam kondisi aman,
yang
berkenaan
pengumpulan data pustaka, membaca dan tenteram, dan damai. Dalam Centini
mencatat serta mengolah bahan penelitian. terdapat wejangan (petunjuk) seorang ayah
Penelitian kepustakaan juga berarti (Ki Bayi) pada puterinya tentang
penelitian yang obyek penelitiannya digali keutamaan berkeluarga.
melalui beragam informasi kepustakaan, misalnya buku, ensiklopedia, jurnal ilmiah,
koran, majalah, dan dokumen. dikemukakan Reksohadiprojo berdasarkan
konsep kebahagiaan Ki Hadjar Dewantoro Penelitian kepustakaan merupakan „lebih baik hidup sederhana namun bahagia,
kegiatan yang dilakukan untuk mencari dan daripada kaya r aya namun menderita batin‟.
menghimpun informasi yang relevan Kebahagiaan di sini berhubungan dengan
dengan topik atau masalah yang diteliti. perasaan batin atau kondisi psikologis yang
Penelitian kepustakaan biasanya dilakukan sehat.
dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber kepustakaan
Dasar menuju perkawinan yang yang kemudian disajikan dengan cara baru bahagia tidak hanya atas dasar saling cinta,
untuk keperluan penelitian. tetapi sudah ke tingkat saling kasih sayang.
Rasa saling kasih sayang meningkatkan
ini menggunakan ikatan lahir batin, dan selanjutnya tumbuh
Penelitian
pendekataan content analysis (kajian isi), dan berkembang beberapa sikap, yaitu: rasa
penelitian ini bersifat pembahasan yang saling bertanggung jawab terhadap akibat
mendalam terhadap isi suatu informasi dari hidup bersama dalam mengarungi
tertulis atau tercetak dalam media massa. kehidupan perkawinan, saling berkorban,
Analisis ini biasanya digunakan pada saling memelihara kejujuran, saling
penelitian kualitatif. Content analysis percaya, saling terbuka dan saling
(kajian isi) secara umum diartikan sebagai pengertian. Kondisi tersebut menunjukkan
metode yang meliputi semua analisis pasangan yang bulat dan utuh, serta terjalin
mengenai isi teks, tetapi di sisi lain analisis
Subhan Ajrin : Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep…│34
isi juga digunakan untuk mendeskripsikan bahagia adalah keadaan individu yang pendekatan analisis khusus.
dalam rentang hidup tertentu memiliki pengalaman-pengalaman
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
menyenangkan dibanding pengalaman- pengalaman yang tidak menyenangkan.
Temuan dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu knsep kebahagian
Studi tentang perempuan secara perkawinan perempuan Jawa dan konsep
menemukan arti perempuan ideal menurut budaya Jawa.
psikologis
dapat
sebenarnya dari wujud kehidupan manusia dalam konteks sosio-budaya. Selanjutnya
Konsepsi Kebahagiaan Perkawinan
menurut
Kartono,
secara filosofis
Perempuan Jawa
perempuan adalah „yang memelihara‟, Perempuan Jawa adalah bagian dari
sedang dunia laki-laki merupakan dunia masyarakat
ekspansi, dan penduduk asli bagian tengah dan Timur
agresivitas. Sumber „yang memelihara‟ Pulau Jawa yang berbahasa Jawa dan
kaum perempuan bermula dari kehadiran sehari- harinya mengikuti adat istiadat
seorang bayi, kemudian mengembangkan dalam Budaya Jawa. Bagian tengah Pulau
pola-pola tipe perempuan dan khas keibuan. Jawa meliputi daerah Jawa Tengah
Kriteria ideal perempuan yang termasuk Yogyakarta.
merupakan tuntutan sosial (dalam hal ini Perempuan yang sudah menikah dan
kebanyakan kaum laki-laki) diantaranya tidak bercerai berstatus sebagai isteri.
ialah kelembutan dan kerendahan hati. Ciri- Perempuan Jawa yang sudah menikah
ciri perempuan yang menjadi tuntutan mengalami proses sosialisasi nilai-nilai,
sosial tersebut mau tidak mau sifatnya norma, dan adat dalam budaya Jawa,
normatif dan harus dikembangkan pada diri diantaranya nilai sifat perempuan yang
perempuan agar memiliki atribut khas berlaku dalam lingkungan budaya tempat
perempuan yang terpuji. Keadaan tersebut tinggalnya. Sifat perempuan merupakan
kadang-kadang membuat suatu tekanan dan hasil sosialisasi masyarakat melalui
keterpaksaan pada perempuan, sehingga pendidikan. Hal tersebut merupakan cara
mereka bersikap dalam kepura-puraan, pemahaman nilai budaya secara turun
seolah-olah rendah hati dan seakan-akan temurun diwariskan dari generasi ke
menghormati untuk menutupi keadaan generasi selanjutnya. Wahana (2013)
tunduk dan menyerah. Memang sikap mengemukakan bahwa perempuan pada
untuk menjaga masyarakat Jawa sejak dini ditanamkan
tersebut diperlukan
keharmonisan suatu hubungan khususnya sifat nrima, sabar, halus, setia, dan bakti.
antara suami isteri.
Sifat-sifat tersebut disosialisasikan secara Ciri (sifat) perempuan turun temurun di masyarakat sehingga
„yang perempuan merasa dituntut untuk memiliki
memelihara‟
tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu tuntutan,
dan melakukannya dalam kehidupan dimana perempuan sebagai sumber cinta
masyarakat. kasih tanpa pamrih disertai pengorbanan
Kebahagiaan perkawinan isteri dan penyerahan diri. Hal ini sesuai dengan maksudnya adalah keadaan seorang isteri
ajaran-ajaran pada budaya Jawa, dimana yang memiliki pengalaman-pengalaman
perempuan harus taat, penurut dan berbakti psikoligis yang menyenangkan lebih
pada suami.
banyak dibanding
yang
tidak
Dalam Budaya Jawa terdapat ajaran menyenangkan. Pengalaman psikologis
atau pendidikan yang ditujukan untuk kaum diantaranya adalah rasa senang, gembira, perempuan mengenai sikap terhadap suami. tenteram, dan damai. Yang dimaksud
35 │ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.26-41
Ajaran tersebut berbentuk „piwulang‟ yang kerukunan dan hormat (Khamidah, 2015; ditulis oleh para pujangga. Dalam
Kurniawan, 2011; Riyani & others, 2005). „piwulang’ tersebut memuat bagaimana
Keharmonisan dan keselarasan tersebut sebaiknya seorang perempuan atau isteri
membentuk kebahagiaan perkawinan. bersikap baik terhadap suami diantaranya
Karena dalam Budaya Jawa mengutamakan patuh, sepenuh hati, tidak berani dengan
sikap isteri terhadap suami, maka isteri suami, hormat, dan ramah sikapnya
begitu berperan dalam tercapainya suatu terhadap suami serta mampu berpikir
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kreatif. Ajaran tersebut merupakan suatu
keluarga.
sikap ideal yang harus dimiliki oleh perempuan.
Sikap-sikap
tersebut
Konsep Perempuan Ideal menurut
merupakan sebagian cara-cara penyesuaian
Budaya Jawa
diri perempuan (isteri) terhadap suami agar Konsep Perempuan Ideal Jawa,
terhindar dari konflik dan tercipta suatu maksudnya ialah tata cara dan sikap
ketenteraman atau kebahagiaan. seorang perempuan dalam menegakkan
Anak perempuan dididik untuk rumah tangganya agar tetap bahagia. Tata menjalankan perannya sebagai isteri serta
cara menegakkan rumah tangga terdapat ibu keluarga. Peranan perempuan sebagai
dalam naskah-naskah Sastra Jawa yang ibu secara wajar menciptakan peranan
piwulang (pendidikan). pendidikan anak-anak serta pengaturan
dinamakan
Pendidikan yang diperuntukkan bagi rumah tangga. Peran sebagai isteri,
perempuan atau isteri tersebut dinamakan perempuan dituntut mampu melayani
wulang putri atau wulang estri. Suharti dan suami, bersikap lembut dan sopan serta
Puji Suyoto ahli linguistik dan budaya hormat terhadap suami.
mengkaji naskah-naskah piwulang tersebut dan ditulis dalam bentuk makalah yang
Menurut Kuntjara (2003), posisi berjudul “Pribadi Wanita Jawa menurut perempuan dalam kehidupan laki-laki
Konsep Pendidikan yang Terkandung sebagai
dalam naskah- naskah Jawa”. Isi naskah pembantu suami. Ternyata bukan hanya
pemelihara,
pengurus, dan
tersebut merupakan peran perempuan dalam pandangan Budaya Jawa saja yang
rumah tangga dengan ciri khusus menempatkan perempuan sebagai pihak
perempuan ideal atau perempuan idaman yang menentukan dalam tercapainya
dalam masyarakat Jawa saat itu. Unsur- keharmonisan keluarga atau kebahagiaan
unsur pendidikan yang terkandung dalam perkawinan, namun sebagian pendapat yang
naskah wulang putri atau wulang estri dikemukakan
tersebut dapat menunjukkan kepribadian menunjukkan
Perempuan Jawa (Hartiningsih, 2009a; terhadap peran perempuan secara umum.
Pandangan tersebut diperkuat oleh Konsep pendidikan dari naskah- Bratawijaya (2006); Budiati (2010), bahwa
naskah Jawa yang menunjukkan sifat dalam Budaya Jawa seorang isteri harus
perempuan idaman tersebut, diistilahkan cepat dan tanggap terhadap permintaan
sebagai konsep perempuan ideal Jawa. suami meskipun tidak terucap. Tidak
Konsep adalah paham atau pengertian- dibenarkan
pengertian yang ada dalam pikiran manusia permintaan suami meski isteri tidak
sebagai pembentuk sikap (Hermawati, berkenan.
2007; Kartono, 2006; Sudartini, 2016). Secara khusus konsep perempuan ideal
Perkawinan yang berlatarbelakang Jawa adalah paham atau pengertian- Budaya Jawa juga mengatur keharmonisan
pengertian yang ideal, atau paling baik bagi dan keselarasan yang berlandaskan prinsip
Subhan Ajrin : Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep…│36
perempuan yang hidup dalam lingkungan (wejangan) seorang ibu (Nyi Hartati) pada Budaya Jawa.
puterinya dengan mengkiaskan lima jari antara lain sebagai berikut: Pertama, jari
jempol (ibu jari); makna jempol bahwa perempuan ideal menurut pemahaman pada
kaum perempuan hendaknya dengan pol ing masyarakat Jawa terdapat dalam naskah-
tyas (sepenuh hati) berserah pada suami. naskah Jawa yang berisi piwulang Kedua , jari pinuduh (telunjuk); artinya,
(pendidikan). Piwulang yang dikhususkan kaum perempuan jangan sekali-sekali untuk anak perempuan dinamakan Wulang
berani mematahkan tuduhing kakung Estri . Naskah- naskah Jawa yang berisi
(petunjuk suami). Apapun yang ditunjukkan wulang estri antara lain : Wulang Putri,
suami hendaklah dikerjakan, jangan sekali- Wulang Reh Putri, Serat Wulang Estri
kali memperlihatkan sikap tak senang atau Candrarini (Mangkunegaran), Candrarini
marah pada suami. Ketiga, jari pinunggul (Ranggawarsitan), Centhini, Darmawasita,
(jari tengah); maksudnya, perempuan Ratna Juwita , dan lainnya. Naskah tersebut
(isteri) hendaknya selalu mengunggulkan
(meluhurkan) suami. Apapun yang nyanyian). Semua naskah tersebut pada
berupa tembang macapat (semacam
diberikan suami meski tidak berharga prinsipnya sama, yaitu mengajarkan pada
sekalipun hendaknya diagungkan (dihargai perempuan bagaimana sebaiknya bersikap
dengan baik). Keempat , jari manis; terhadap suami. Contoh teks dari naskah
maksudnya agar perempuan tetap manis air berjudul Wulang Estri Yasan Dalem
mukanya bilamana suami menghendaki Kanjeng Gusti Pangeran Pakualam II. Isi
sesuatu. Jangan sekali-sekali menampakan teks tersebut adalah nasehat seorang ayah
muka masam di hadapan suami. Wajah (Pakualam II) bagi putri- putrinya. Artinya,
hendaknya tetap cerah, sekalipun dalam hati “bagi
Isteri hendaknya bersuami,
menyembunyikan rasa marah di hadapan seutuhnya pada suami. Kesetiaan seorang
suami. Kelima, jari jejenthik (kelingking); perempuan sangat diharapkan dalam
maksudnya ialah agar perempuan (isteri) membangun rumah tangga, agar tercipta
selalu athak-ithikan (terampil) dalam kesejahteraan dalam keluarga. Seorang
Melayani suami isteri harus benar-benar menyadari profesi
sembarang
kerja.
hendaknya dengan kelembutan, tetapi serba suami,
cepat penuh kehati-hatian. menyesuaikan diri dengan keadaan suami.
Kesetiaan isteri diharapkan sampai mati Nyi Hartati menambah wejangan meskipun harus menjanda ”.
pada puterinya yang artinya, “jika semuanya kau perhatikan saya tanggung
Isi naskah tersebut ada unsur bahwa anakku akan hidup sentosa untuk psikologisnya, diperlukan penyesuaian diri
selama-lamanya. Biar dimadu empat puluh, untuk
hendaknya hatimu jangan goyah, tetap kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan.
sujud pada suami baik lahir maupun batin”. Sebaliknya isteri yang selalu membantah
dan tidak setia pada suami, mengakibatkan Maksud wejangan tersebut ialah, keretakan dalam keluarga dan dapat
dalam bersikap terhadap suami, isteri menimbulkan
hendaknya sepenuh hati, taat, hormat, perkawinan/keluarga (Risanti, Agustina, &
kehancuran
bermuka manis, lembut, dan terampil dalam Chanafiah, 2014).
melayani suami. Apabila sikap-sikap tersebut dilaksanakan maka memungkinkan
kehidupan rumah tangga (perkawinan) akan mengenai keutamaan berkeluarga dalam
bahagia selama-lamanya (Septiana, 2009). Serat Centini pada prinsipnya sama dengan
naskah di atas. Dalam Serat Centini ajaran
37 │ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.26-41
Sikap dan Sifat Perempuan Ideal dalam
dan suami, raja dan suami memiliki hak
Naskah-naskah Wulang Estri
yang sama beratnya dalam menentukan keselamatan seorang isteri.
Menurut Hartiningsih,
Kamidjan (2016; Nurazizah (2016), sikap Keempat , kesetiaan merupakan dan watak yang dilukiskan dalam naskah-
modal utama dalam bercinta. Petikan naskah wulang estri (dari kraton Surakarta),
naskahnya demikian: “Pratikele wong menuntut perempuan agar memiliki sifat-
ngakrami, dudu brana dudu rupa, amung sifat: Pertama, Cakap; Petikan naskah
ati paitane, luput pisan kena pisan, yen sebagai berikut: “Nora gampang babo
angel kelangkung tan kena tinambak arta ”. wong ngalaki luwuh saking abot, kudu
(Pertimbangan orang berumah tangga, weruh ing tata titine, miwah cara carane
bukan perhiasan bukan paras, hanya wong laki, lan watake ugi, den awas den
bermodal hati, sekali keliru langsung emut ” (tidak mudah orang bersuami,
menderita, kalau sulit amatlah sulit tidak sangatlah berat, harus tahu tata caranya
dapat diganti harta). Orang berumah tangga serta seluk-beluknya, juga sifat-sifatnya,
harus bermodal cinta atau kecocokan hati, harus awas dan sadar).
bukan karena ketampanan, harta dan perhiasan.
Inti ajaran tersebut, perempuan setelah bersuami dituntut kecakapannya
Kelima , tanggap merupakan salah untuk mengetahui seluk-beluk/ aturan-
satu sikap yang harus dimiliki perempuan aturan dalam berumah tangga dan
agar selalu dapat menyesuaikan dengan memahami sifat suami.
situasi atau suasana. Bunyi baitnya: “Yen kakung mentas pepara, utawi kondur
Kedua, isteri tidak boleh sombong tinangkit, netya wong wangen den awas, meski derajatnya lebih tinggi dari suami.
menawa animpen runtik, ing wadya tan Petikan naskahnya sebagai berikut: “Yen
kelair, salahmu kang dhokoh luluh, aja pawestri tan kena mbawani, tumindak
acelandhakan, jenenge wong nora mikir, sapakon, hadyan sireku putri arane, ora
yen kebranang dadi aseman deduka ”. keno ngandelken sireki, yen putreng
(Kalau suami dari bepergian, atau dari narpati, temah dadi luput ”. (Perempuan
menghadap raja, mata harus dapat melihat, jangan mendahului kehendak suami,
kalau sedang tidak enak hati, sikapmu harus berbuat semaunya asal perintah, meskipun
lemah lembut, jangan beringas, namanya kamu itu perempuan, kamu jangan
tidak berpikir, kalau terbakar menimbulkan menonjolkan, kalau putera raja, akhirnya
marah).
tidak baik). Inti ajaran tersebut, seorang perempuan harus tunduk pada kehendak
Ajaran tersebut mengharuskan suami.
seorang perempuan siap membuat hati suami
senang dan tetap Ketiga , isteri diharapkan taat
selalu
menyayanginya. Agar situasi tersebut perintah raja dan suami, sebab mereka
bertahan, maka seorang isteri dituntut selalu menunjukkan jalan yang baik. Petikan
tanggap dengan keadaan atau situasi yang naskahnya : “Babo nini sun tuturi, prakara
sedang dihadapi. Dicontohkan oleh
Sulistyaningrum (2013), apabila suami panggawe, ingkang dhingin parentah
kang abot, rong prakara gedhene
pulang dari bepergian, seorang isteri harus nerpati, kapindhone laki, padha abotipun ”.
menyambut dengan wajah ceria, sehingga (Babo nini menasehati, masalah yang berat,
tidak menimbulkan suasana kaku. Dengan dua masalah besar yang harus dilakukan,
perlakuan tersebut, suami akan merasa yang pertama perintah raja, yang kedua
senang karena merasa selalu diperhatikan perintah lelaki sama beratnya). Seorang
oleh isteri. Hadiah (reward) yang diterima isteri harus selalu taat pada perintah raja
isteri yaitu rasa senang suami pada dirinya.
Subhan Ajrin : Kebahagiaan Perkawinan Isteri dalam Konsep…│38
Isteri akan merasa bahagia apabila suami Kesembilan , penurut, isteri harus menyayanginya.
menuruti segala kehendak dan perintah suami. Sikap penurut sesuai bunyi bait
Keenam , seorang isteri diharapkan berikut;”Wajib manut marang kakung, aja selalu menyiapkan segala keperluan suami
uga amapaki ” (harus menurut kehendak dan tidak membuat kecewa. Bunyi baitnya:
suami, jangan pula suka menghalangi). “Bisa cawis angladeni, kang dadi kareming praja, myang putra cethi sedhenne, marma
Kesepuluh , berbakti, isteri dituntut wong samadukara, ajerih asih sedaya,
berbakti pada orangtua, mertua dan suami. sujud tur mawa kayungyun, prabawa
Berbakti pada suami harapannya agar wijiling tapa ”. (Selalu siap melayani, yang
Bunyi baitnya: menjadi kesenangan suami, beserta anak
disayang
suami.
“Sakabehing anak ingsun, panestri kang cethi , maka seluruh rakyat Madukara, takut
kanggo laki, kinasihana ing priya, pan dan sayang semuanya, hormat dan merasa
padha bektiyo laki, padha lakiya sepisan, tertarik, wibawa keturunan pertapa). Bait
dipun kongsi nini-nini ” (semua anak saya tersebut bermakna, seorang isteri harus
perempuan yang diambil laki-laki, mudah- selalu siap sedia, mengetahui apa yang
mudahan dikasihi oleh lelaki, maka menjadi kesenangan suami. Sikap tersebut
berbaktilah pada lelaki, bersuamilah sekali membuat suami menjadi senang, hormat
sampai menjadi nini-nini). dan terikat.
Kesebelas , selalu merawat diri, isteri Ketujuh , tulus (ikhlas), tulus adalah
harus selalu merawat diri agar selalu cantik sikap menerima apapun yang dikehendaki
dan mempesona suam i. “cawiso lir suami secara rela. Baitnya: ”lega ing tyas
pakaryaning estri, raratus kokonyoh ” atrus wiyati, murtining priya putri Magada,
(selalu menyiapkan keperluan perempuan, nini iku utama, suwita ing kakung, tan
memakai ratus/ wewangian dan berlulur). garantes pasrah jiwa raga nadyan anetep
Seorang isteri agar rajin merawat den iris-iris, ing raka tan lenggana, limpat
kecantikan dengan berlulur dan memakai graitane sereh, iku yogya tiniru Citrawati
wangi-wangian agar suaminya terpikat. gurune estri ”. (Rela di hati sampai perbuatan, permata lelaki puteri magada,
Keduabelas , Menyimpan Rahasia nini itu utama, mengabdi lelaki, tidak
dan hemat, isteri harus dapat menyimpan mengeluh pasrah jiwa raga meskipun
rahasia dalam rumah tangganya, menjaga dipepatkan oleh suami tidak merasakan,
wibawa suami, tidak memperlihatkan cerdas tak berprasangka, itu baik ditiru,
kekurangan suami di muka orang lain. Citrawati isteri tauladan). Maksud ajaran
“celane simpenen tertib” (kesalahannya tersebut adalah, dalam melayani suami
atau kekurangannya simpanlah baik-baik). isteri harus rela lahir batin bukan terpaksa.
Disamping itu isteri harus bersikap hemat Sikap tersebut dicontohkan Dewi Citrawati
dan cermat dalam menjaga harta suami. isteri Arjuna Sasrabahu dari Mahespati
Ketigabelas , membuat senang hati (dalam cerita wayang).
suami, isteri hendaknya berbuat baik dan Kedelapan , terampil dan cekatan,
menampakkan kesenangan dalam situasi dalam melayani suami isteri diharapkan
apapun, seperti dalam bait berikut: “Aja memiliki keterampilan. “den terampil
dhoso ambesengut, ora meregake ati, ing barang kardi ” (harus terampil segala
netra dipun sumringah, sanadyan rengu ing karya). Kecekatan isteri dalam melayani
batin, yen ana karsaning priya, buwangen suami demikian; “den kebatna ning den
aja na kari ”. Artinya, “jangan kasar dan ririh ”. (yang cekatan tetapi halus dan
cemberut, tidak mengenakkan hati, lembut).
pandangan mata harus berbinar, meskipun hati tak enak, kalau suami berkeinginan
39 │ Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.26-41
buanglah j angan tersisa”. Menyenangkan sikap positif isteri terhadap konsep hati suami merupakan tugas isteri. Bersikap
perempuan ideal pada prinsipnya bermuatan lemah-lembut, berwajah ceria walaupun
kepatuhan seorang isteri pada suami. hatinya sedang risau.
Keenam , sikap yang positif terhadap suatu objek, mengindikasikan bahwa individu
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam yang bersangkutan akan berperilaku sesuai ajaran perempuan ideal Jawa tersebut tidak
sikapnya.
semuanya bisa
digunakan
untuk
mengevaluasi kehidupan
Sedangkan konsep Kebahagiaan namun diambil sebagian sebab ada yang
perkawinan,
Perempuan Ideal Jawa yang Bersifat sama maknanya dan diambil secara ringkas.
Pertama , kebahagiaan Dari 13 prinsip ajaran tersebut dapat
Hipotesis:
perkawinan memiliki efek penting dalam
hal penyesuaian diri pada berbagai level; perempuan ideal antara lain kepatuhan,
diringkas menjadi 8 prinsip ajaran
Kedua , kebahagiaan perkawinan memiliki kesetiaan, tanggap, siap, bakti, tulus/ikhlas,
efek penting dalam membangun rumah merawat diri, dan terampil.
tangga yang utuh serta harmonis; Ketiga, kebahagiaan perkawinan memiliki efek
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
penting
penyesuaian sikap perempuan ideal Jawa; Keempat, unit
dalam
Berdasarkan kajian kebahagiaan analisis kebahagiaan perkawinan tidak
perkawinan isteri berdasarkan konsep cuma pada level individual tapi juga pada
perempuan ideal menurut budaya Jawa di level kelembagaan (rumah tangga).
atas maka disusun dimensi-dimensi konseptual dan implikasi bagi kebahagiaan
REFERENSI