Dampak ED PSAK 71 Intrumen Keuangan Terhadap Pedoman Akuntansi Perbankan Terkait Kredit

  

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.2, No.1, Juni 2017, 35

  • – 48

  E-ISSN: 2528-0163

  Dampak ED PSAK 71 Intrumen Keuangan Terhadap Pedoman Akuntansi Perbankan Terkait Kredit 1,* 1 Armanto Witjaksono Akuntansi dan Keuangan; Fakultas Ekonomi dan Komunikasi; Universitas Bina Nusantara; Jl.K.H.

  Syahdan No. 9 Palmerah, Jakarta 11480, telp 021-5345830 fax: 021-5300244; e-mail:

  • Korespondensi: e-mail Diterima: 10 Mei 2017; Review: 17 Mei 2017; Disetujui: 24 Mei 2017 Cara sitasi: Witjakcono A. 2017. Dampak ED PSAK 71 Intrumen Keuangan Terhadap Pedoman Akuntansi Perbankan Terkait Kredit. Jurnal Online Insan Akuntan. 2 (1): 35 – 48.

  Abstrak: Pada akhir tahun 2016, Dewan Standar Akuntansi Keuangan menerbitkan Eksposure Draft PSAK 71 untuk menggantikan PSAK 55 Instrumen Keuangan, yang rencananya efektif per 1 Januari 2019. Instrumen Keuangan berupa kredit adalah aset utama pada Neraca Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, sehingga perubahan standar akuntansi pasti berdampak pada perlakuan akuntansi Iq•edit. Peneliti melakukan kajian literatur terkait PSAK 55 dan ED PSAK 71. Hasil penelahaan memberi kesimpulan bahwa tidak dijumpai dampak signifkan ED PSAK 71 Intrumen Keuangan dalam hal aspek pengakuan kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Namun sebaliknya dijumpai dampak signifikan ED PSAK 71 Instrumen Keuangan dalam hal aspek pengukuran dan penyajian pada laporan keuangan Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

  Kata kunci: Bank umum, Bank Pekreditan Rakyat, Pengukuran, Penurunan Nilai, Pengungkapan, Abstract: In late 2016, the Financial Accounting Standards Board published the Exposure Draft ofPSAK 71 to replace PSAK 55 Financial Instruments, which is planned effective as ofJanuary 1, 2019. Financial Instruments in the form ofcredit is a major asset in the Balance of Commercial Bank and Rural Bank, so that changes in accounting standards certainly impact on the accounting treatment ofcredit. The authors reviewed the literature related to PSAK 55 and ED PSAK 71. The results of the review come out with conclusions that will not be found impact significantly the ED PSAK 71 Financial Instruments in aspect ofcredit recognition in the financial statements ofCommercial Bank and Rural Bank. However it will be found significant impact ofED IAS 71 Financial Instruments in aspesk measurement and presentation of financial statements in general Bank and Rural Bank Keywords: Commercial Bank, Rural Bank, Impairment, Measurement, Reporting.

1. Pendahuluan Industri perbankan adalah salah satu industri utama dalam ekonomi moderen.

  Baik maupun buruknya perekonomian suatu negara salah satu faktor penentunya adalah kesehatan industri perbankannya. Dalam hal ini akuntansi berperan penting dalam menginformasikan berbagai hal terkait kesehatan bank, salah satunya adalah dengan kualitas laporan keuangan Bank.

  Di Indonesia industri perbankan terbagi atas Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum (BU) E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR); dan Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

  Ikatan Akuntan Indonesia bersama pihak Regulator dan Profesi Akuntan di Industri Perbankan telah menyusun Pedoman Akuntansi (PA) untuk setiap jenis usaha tersebut, yang terdiri dari: a)

  Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia disingkat PAPI untuk Bank Umum (BU)

  b) Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia disingkat PAPSI untuk Bank

  Umum Syariah (BUS) dan Unit Bank Syariah

  c) Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat disingkat PA-BPR untuk Bank

  Perkreditan Rakyat (BPR)

  d) Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat Syariah disingkat PAPSI- BPR untuk

  Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pedoman Akuntansi Perbankan merupakan penjabaran lebih lanjut dari

  Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk industri perbankan. Dengan keberadaaan Pedoman Akuntansi Perbankan diharapkan dapat terjadi peningkatan transparansi kondisi keuangan bank sehingga laporan keuangan bank menjadi semakin relevan, komprehensif, andal, dan dapat diperbandingkan.

  PA sebagai penjabaran dari PSAK tentu senantiasa harus disesuaikan dengan perkembangan terkini dari Standar Akuntansi Keuangan. Tabel 1 mengilustrasikan perkembangan PAPI dan PA-BPR.

  Dalam perkembangan terakhir Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah menerbitkan Eksposure Draft (ED) No. 7l tentang Instrumen Keuangan untuk menggantikan PSAK No. 55 Instrumen Keuangan, dimana PSAK 55 adalah salah satu acuan utama dalam penyusunan PAPI 2008 dan PA-BPR.

  Tabel 1. Perkembangan SAK untuk Instrumen Keuangan, PAPI dan PA-BPR

  

Periode Periode I Periode II Periode 111 Periode IV Periode

1994-1998 1998 - 2008 2008-2012 2012 - 2017 V 2018

  • - dst

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  PSAK Instrumen Instrumen Instrumen keuangan Instrumen Instrumen (adopsi) keuangan keuangan diatur dalam PSAK keuangan diatur keuangan yang diatur diatur dalam 50 (2006) dan PSAK dalam PSAK 50 akan diatur mengatur dalam PSAK

  50 55 (2006) yang (2014), PSAK 55 dalam PSAK instrumen PSAK 31 (1998) dan merupakan adopsi (2015), dan 50 (2014), keuangan Tentang PSAK

  55 dari IAS 32 (2005) PSAK 60 (2014) PSAK 71, Akuntansi (1999) yang dan IAS 39 yang merupakan dan PSAK 60 Perbankan merupakan (2005) adopsi dari IAS (2014) yang adopsi dari 32 (2012), IAS merupakan

  SFAS 115 39 (2011), dan adopsi dari (1993) dan

  IFRS 7 (2007)

  IAS

  32 SFAS 133 (2012), IAS (1998). 39 (2011), PSAK

  31 dan IFRS 9 Tentang Akuntansi Perbankan dinyatakan tidak berlaku

  (tidak ada PAPI 2001 PAPI 2008 Belum ada revisi PAPI PAPI) diterbitkan diterbitkan (tidak ada (tidak ada PA-BPR Diterbitkan

  PA- BPR PA-BPR) PA-BPR) (2010)

  Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia (2017)

2. Metode Penelitian

  Penelitian merupakan penelitian kualitatif berupa telaah kritis dampak ED PSAK 71 Instrumen Keuangan atas Pedoman Akuntansi Perbankan yang terdiri dari Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia tahun 2008 (PAPI 2008) dan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat (PA-BPR).

  Peneliti berharap dengan melakukan penelahaan atas kedua Pedoman Akuntansi Perbankan tersebut maka didapat informasi mengenai kesenjangan kedua pedoman akuntansi tersebut disebabkan penerbitan ED PSAK 71 Intrumen Keuangan

  Keluaran (output) dari penelahaan ini adalah memberikan saran / rekomendasi bagi Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Regulator untuk menyempurnakan Pedoman Akuntansi Perbankan, khususnya PAPI dan PA-BPR E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: a)

  Dampak ED PSAK 71 Intrumen Keuangan dalam hal aspek pengakuan kredit pada laporan keuangan bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

  b) Dampak ED PSAK 71 Intrumen Keuangan dalam hal aspek aspek pengukuran kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

  c) Dampak ED PSAK 71 Intrumen Keuangan dalam hal aspek dalam hal aspek penyajian kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Dasar Penyusunan PAPI 2008

  Tabel 2. Dasar Pengaturan PAPI 2008 No Standar Akuntansi Keuangan Prosentanse Keterangan

  1 PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan 2,87%

  2 PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta

  Asing 1,59%

  PSAK 7l yang akan menggantikan PSAK 55 maka tanpa disangsikan lagi PAPI 2008 harus direvisi.

  4 PSAK 16 Aset Tetap 8,28%

  5 PSAK 21 Akuntansi Ekuitas 1,91%

  Dicabut dengan PPSAK 6 tgl 1 Februari 2011

  6 PSAK 22 Kombinasi Bisnis 1,27%

  7 PSAK 23 Pendapatan 0.96%

  8 PSAK 27 Akuntansi Perkoperasian 1,27% Dicabut dengan PPSAK 8 tgl 8 April 2011

  9 PSAK 30 Sewa 2,87%

  10 PSAK 38 Kombinasi Bisnis Entitas 1,59%

  Tabel 2 berikut adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang menjadi dasar pengaturan dalam penyusunan PAPI 2008. Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa PSAK 55 Instrumen Keuangan merupakan acuan utama dalam penyusunan PAPI 2008, dan dengan penerbitan ED

  3 PSAK 15 lnvestasi pada Entitas Asosiasi 1,91%

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  No Standar Akuntansi Keuangan Prosentanse Keterangan Sepengendali

  11 PSAK 39 Akuntansi Ker•a Sama Operasi 3,50% Dicabut dengan PPSAK 11 tgl 28 Juni 2011

  12 PSAK 40 Akuntansi perubahan ekuitas 1,27% Dicabut 1 Januari 2011 anak perusahaan / perusahaan asosiasi

  13 PSAK 41 Akuntansi Waran 0,32% Dicabut dengan PPSAK 2 tgl 5 Desember 2009

  14 PSAK 47 Akuntansi tanah 0,64% Dicabut efektif 1 Januari

  20L2

  15 PSAK 48 Penurunan Nilai Aset 1,59%

  16 PSAK 50 lnstrumen Keuangan: Penyajian 11,15% (2006)

  17 PSAK 51 Akuntansi kuasi reorganisasi 2,23% Dicabut dengan PPSAK 10 tgl 20 Desember 2011

  18 PSAK 55 lnstrumen Keuangan: 52,23% Akan digantikan dengan Pengakuan dan Pengukuran (2005) ED PSAK 71 mulai 7

  Januari 2018 dan efektif mulai 1 Januari 2019.

  19 PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, 0.64% dan Aset Kontinjensi

  20 Kerangka Dasar Penyusunan dan 1,91% DSAK telah Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) mengesahkan tahun 1994 penyesuaian atas KDPPLK pada tanggal 27T Agustus 2014.

  Sumber: PAPI 2008 Buku I dan Buku 2 (diolah oleh peneliti).

  Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa PSAK 55 Instrumen Keuangan merupakan acuan utama dalam penyusunan PAPI 2008, dan dengan penerbitan ED PSAK 7l yang akan menggantikan PSAK 55 maka tanpa disangsikan lagi PAPI 2008 harus direvisi. E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

3.2. Perbandingan Cakupan Intrumen Keuangan

  Sebagaimana dibahas diatas bahwa ED PSAK 7l akan menggantikan PSAK 55 berkenaan dengan instrumen keuangan, maka yang pertama kali disimak adalah cakupan definisi mengenai instrumen keuangan, sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.

  Tabel 3 memperlihatkan perbedaan mendasar definisi instrumen keuangan antara PSAK 55 dengan ED PSAK 71. Secara konsep hal ini pada gilirannya dapat mengakibatkan reklasifikasi item yang sebelumnya merupakan instrumen keuangan menurut PSAK 55 menjadi tidak termasuk instrumen keuangan menurut ED PSAK 71; demikian pula sebaliknya. Misalkan saja bank note. PSAK 55 mengakuinya sebagai instrumen keuangan namun bagi ED PSAK 71 bukan merupakan instrumen keuangan.

  Adapun aset terbesar yang disajikan baik pada bank umum dan BPR adalah penyaluran kredit, yang memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai instrumen keuangan baik oleh PSAK 55 dan ED PSAK 71.

  Tabel 3. Definisi Instrumen Keuangan

  PSAK 50 & PSAK 55 ED PSAK 71

  Instrumen Keuangan adalah setiap aset yang berbentuk: Instrumen a.

  Keuangan Kas b. adalah aset instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas Iain c.

  keuangan yang

  hak kontraktual;

  

i untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari entitas manfaatnya

  lain; atau bagi entitas

  ii untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas adalah untuk

  keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang memperoleh berpotensi menguntungkan entitas tersebut, atau arus kas dimasa d. depan atau kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh sebagai suatu entitas dan merupakan: instrumen i. lindung nilai. non-derivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau ii. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Dari definisi diatas maka disimpulkan bahwa Instrumen Keuangan adalah kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan (hak kontraktual) bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas lainnya. Hak kontraktual dapat berupa hak untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain

  Sumber: ED PSAK 71 dan PSAK 55 (diolah oleh Peneliti)

3.3. Perbandingan Kategori Instrumen Keuangan Menurut PSAK 55 dan ED PSAK 71.

  PSAK 55 membagi kategori instrumen keuangan berdasarkan intensi manajemen yang terdiri dari 4 kategori, dimana setiap kategori memiki cara pengukuran tersendiri. Dengan kata lain menurut PSAK 55 kategori menentukan pengukuran suatu instrumen keuangan.. Adapun keempat katagori tesebuat adalah: a.

  Nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL) b.

  Biaya perolehan diamortisasi c. Piutang dan Pinjaman d.

  Tersedia Untuk Dijual ED PSAK 7l membagi kategori menurut model bisnis yang terdiri dari 3 kategori

  (lihat gambar 1), yakni: 1)

  Biaya perolehan diamortisasi 2)

  Nilai wajar melalui penghasilan komperhensif lain (FVOCI) (dengan recycling) 3)

  Nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL) Adapun panduan melakukan kategorisasi instrumen keungan sesuai ED PSAK 7l adalah sebagaimana yang disampaikan dalam public hearing sebagaimana gambar 1 berikut ini. E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia (2016) Gambar 1. Katagorisasi Aset Keuangan

  Perbedaan klasifikasi instrumen keuangan antara PSAK 55 dengan ED PSAK 7l akan berkonsekuensi entitas harus melakukan reklasifikasi instrumen keuangan. Hingga kini belum ada panduan reklasifikasi, karena ED PSAK 7l rencanarrya baru resmi menggantikan PSAK 55 mulai tahun 2018. Namun dapat diperkirakan reklasifikasi dan dampaknya terhadap laporan keuangan, sebagaimana disajikan pada tabel 4.

  Tabel 4. Perubahan Kategori Pengukuran Awal Instrumen Keuangan dan Dampaknya Pada Laporan Keuangan

  

Kategori Kategori Dampak Pada Dampak pada Dampak pada Laba

Awal Baru Neraca Laporan Laba Komprehensif Lainnya Rugi

  Amortized FVTPL Nilai wajar pada Laba/Rugi adalah Tidak ada Cost tanggal selisih amortized

reklasifikasi Cost dengan Nilai

Wajar

  FVTPL Amortized Nilai wajar pada Tidak ada Tidak ada

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  Cost tanggal reklasifikasi menjadi new gross carrying amount

  Amortized Cost FVOCI Nilai wajar pada tanggal reklasifikasi Tidak ada LabalRugi adalah selisih amortized Cost dengan Nilai Wajar FVCOI Amortized

  Cost Nilai wajar pada tanggal reklasifikasi menjadi new gross carrying amount

  Tidak ada Laba/Rugi adalah selisih amortized Cost dengan Nilai Wajar

  FVTPL FVOCI Tidak ada Tidak ada Tidak ada FVOCI FVTPL Tidak ada LabalRugi yang sebelumnya telah diakui pada OCI direklasifikasi dari ekuitas ke Laporan Laba Rugi

  Sumber: ED PSAK 71 dan PSAK 55 (diolah oleh Peneliti)

3.4. Perbandingan Perlakuan Akuntansi Instrumen Keuangan Untuk Kredit - Pengakuan dan Pengukuran Awal

  PSAK 55 mensyaratkan pengakuan kredit pada saat Bank menjadi salah satu pihak dalam contractual party. Adapun ED PSAK 7l menganut prinsip risk and reward, dimana pengakuan kredit mensyaratkan Bank telah terekspos secara efektif dari perjanjian kredit. Dari uraian tersebut secara teknis tidak terdapat perbedaarl pengakuan awal untuk kredit antaraPsAK 55 dan ED PSAK 71.

  Dalam hal pengukuran awal (initial measurement) terdapat perbedaan mendasar antara PSAK 55 dan ED PSAK 71. PSAK 55 mensyaratkan pengukuran awal berdasarkan klasifikasi (kategori) kredit berdasarkan intensi manajemen, sedangkan ED PSAK 7l memberi panduan bahwa pengukuran awal kredit hanya berdasarkan nilai wajar, yang dalam hal ini adalah nilai historis (histori cal cost).

  Adapun kredit pada BPR sesuai PA-BPR diakui sebagai "Kredit yang Diberikan" dengan nilai awal sebesar pokok kredit dikurangi provisi serta ditambah biaya transaksi yang ditanggung oleh BPR. Karena ketiadaan informasi nilai pasar, E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  maka penyaluran kredit ini oleh BPR dikategorikan sebagai Pinjaman yang Diberikan dan Piutang menurut PSAK 55, yang berarti pengukurannya adalah amortized cost dan tidak berubah sesuai ED PSAK 71.

3.5. Perbandingan Perlakuan Akuntansi Instrumen Keuangan Untuk Kredit - Pengukuran Setelah Pengukuran Awal (Subsequent Measurement)

  ED PSAK 7l memberi panduan bahwa katagorisasi instrumen keuangan dalam hal ini adalah kredit dilakukan pada subsequent meosurement berdasarkan model bisnis. Tabel 5 menjelaskan perbandingan katagorisasi instrumen keuangan berupa kredit yang diberikan menurut PSAK 55 dan ED PSAK 71

  Tabel 5. Perbandingan Kategori Kredit Menurut Papi 2oo8 Dengan Ed Psak 71

PSAK 55 ED PSAK 71

  No Kategori Aset Keuangan

Pengukuran Kategori Aset

Keuangan

  Pengukuran

  1 Diukur pada Nilai wajar melalui Laporan Laba Rugi Sebesar nilai wajar kredit yang pada saat pengakuan awal sama dengan harga transaksi, yaitu sebesar pokok kredit yang dicairkan Kredit merupakan Aset

  Keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi karena memenuhi 2 kondisi berikut: 1.

  Tujuan bank memberikan kredit dalam rangka mendapatkan arus kas kontraktual, dan 2. Persyaratan kontraktual kredit pada tanggal tertentu meningkatkan arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga (solely payments of principal and interest

  ) dari jumlah pokok terutang Biaya perolehan diamortisasi

  2 Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Sebesar nilai wajar kredit yang pada saat pengakuan awal sama dengan harga transaksi, yaitu sebesar pokok kredit yang dicairkan, dikurangi atau ditambah pendapatan dan/atau beban yang dapat diatribusikan secara langsung pada pemberian kredit tersebut

  3 Tersedia untuk Dijual

  4 Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  Sumber: PAPI 2008 dan ED PSAK 71 (diolah) 3.6. Perbandingan Metoda Penurunan Nilai (Impairment) Kredit.

  Impairment adalah penurunan nilai aset keuangan, yang secara akuntansi entitas

  wajib mencadangkannya, yang dikenal dengan istilah Cadangan kecukupan Penurunan Nilai (CKPN). Terdapat perbedaan mendasar dalam metodologi pembentukan CKPN antara PAPI 2008 dengan ED PSAK 71. Ikatan Akuntan Indonesia pada saat public hearing ED PSAK 71 telah menyatkan hal ini, sebagaimana gambar 2 di bawah ini.

  Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia (2016) Gambar 2. Penurunan Nilai Perbedaan tersebut berasal dari perbedaan pendekatan pembentukan CKPN.

  PSAK 55 didasarkan pada metodologi Loss Incurred Method (ILM). Sedangkan ED PSAK 71 didasarkan pada metodologi Expected Credit Loss (ECL), yang kemudian diistilahkan sebagai Kerugian Kredit Ekspetasian

  ILM mengasumsikan bahwa peminjam (debitur) akan melunasi seluruh kredit hingga terdapat bukti yang menunjukkan hal yang sebaliknya (Loss Trigger Event). Namun hal ini memberi peluang bagi timbulnya permasalahan yang dikenal dengan istilah "too little, too late problems". E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

3.7. Perbandingan Pengungkapan (Discloure) Kredit

  ED PSAK 71 memintaBank untuk mengungkapkan penurunan nilai kredit secara lebih komprehensif baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. Berikut ikhtisar singkatnya: 1.

  Kuanntitatif

  a) Rekonsiliasi dari saldo awal hingga saldo penutup CKPN

  b) Penjelasan perubahan nilai tercatat bruto credit

  c) Nilai tercatat bruto per credit risk grade

  d) Penghapus bukuan, poffiulihan, modifikasi 2.

  Kualitatif

  a) Inputs, asumsi dan teknik yang digunakan dalam menentukan Kerugian Kredit

  Ekspektasian (dan perubahan teknik)

  b) Inputs, asumsi dan teknik yang digunakan dalam menentukan “kenaikan signifikan ” pada risiko kredit' dan gagal bayar c)

  Inputs, asumsi dan teknik yang digunakan dalam menentukan “credit impaired'

d) Kebijakan penghapus bukuan, kebijakan modifikasi, agunan.

4. Kesimpulan

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

  a) Dapat diyakini bahwa dampak ED PSAK 71 instrumen keuangan dalam hal aspek pengakuan kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank Pekreditan Rakyat tidak akan signifikan.

  b) Dapat diyakini bahwa dampak ED PSAK 71 instrumen keuangan dalam hal aspek pengukuran kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank Pekreditan Rakyat akan signifikan, khususnya dalam aspek pembentukan Cadangan Kecukupan Penurunan Nilai (CKPN) terkait impairment

  c) Dapat diyakini bahwa dampak ED PSAK 71 instrumen keuangan dalam hal aspek penyajian kredit pada laporan keuangan Bank Umum dan Bank Pekreditan Rakyat akan signifikan, khususnya dalam hal pengungkapan (diclosure)

  d) Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia tahun 2008 (PAPI 2008) dan Pedoman

  Akuntansi Bank Perkeditan Rakyat (PA-BPR) menjadi tidak relevan dengan

JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  perberlakuan ED PSAK 71, sehingga harus dilakukan pengkinian / revisi secara menyeluruh.

  Referensi

  Basel Committee on Banking Supervision, February 2015, Guidance on accounting for expected credit losses, ISBN 978-92-9197-042-1, Bank for International Settlements. Basel Committee on Banking Supervision, December 2015, Guidance on credit risk and accounting for expected credit losses, ISBN 97892-9197-387-3, Bank for

  International Settlements. Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2016, Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 71 Instrumen Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia.

  Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Materi Public Hearing ED PSAK 71 Instrumen Keuangan, Oktober 2016. Ernst & Young, 2014, Hedge accounting under IFRS 9, EYG No.AU2185. European Banking Authority, December 2015, Draft Implementing Technical Standards amending Commission Implementing Regulation (EU) 680/2014 on supervisory reporting ofinstitutions with regard to financial reporting (FINREP) following the changes in the International Accounting Standards (IFRS 9). The Global Public Policy Committee, 17 June 2016, The implementation of IFRS 9 impairment requirements by banks. PricewaterhouseCoopers LLP, December 2013, Practical guide General hedge accounting, 31223-102244MF-OS. NedBank Group, November 2015, Basel 111 & IFRS 9 Investor presentation. Sandip Mukherjee, IFRS 9 Implications & Challenges, GARP Presentation 23rd March 2016. Team Perumus Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Pedoman Akuntansi

  Perbankan Indonesia (Revisi 2008), Buku 1 dan Buku 2, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesiq ISBN: 978 - 979 – 9020 -31 -4. Tim Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat, 2010, ISBN: 978 979 9020-33-8. E-ISSN: 2528-0163; 35

  • – 48

  Website Sources:

  ey.com

  

  www.bis.org www.iaiglobal.or.id www.ifrsbox.com www.ifrs.org www.pwc.co.uk

  

  https://staff.blog.ui.ac.id/martani