ANALISIS FAKTOR YANG PALING BERHUBUNGAN DENGAN JUMLAH GIGI BERFUNGSI PADA LANSIA DI DESA MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 Sagung Agung Putri Dwiastuti,

  

ANALISIS FAKTOR YANG PALING BERHUBUNGAN DENGAN

JUMLAH GIGI BERFUNGSI PADA LANSIA DI DESA MENGWI

KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

  1

  2 Sagung Agung Putri Dwiastuti, Asep Arifin Senjaya, Wayan Arini3 1, 2, 3

  Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Denpasar sagungagungputri@yahoo.co.id

  

Abstract. Generally, elderly has more experience physical setback, one of them is

marked with loss teeth. The susceptible problem of dental and oral health which

happened on elderly are dental caries and periodontal disease. In Indonesia, both

diseases are the main cause elderly’s loss teeth. Analysis of Factors Associated

with the least amount of tooth Functioning in the Elderly in Mengwi Badung

2015Research methods used in this research is descriptive method, and used 110

samples by Multi stage random sampling technic. Based on data analysis bivariat

dengan uji chi Square d uji regresi logistic. discussion of the research results, from

110 There was a significant correlation between the number of teeth that function

in the elderly with age p = 0.000 (p <0.05). The education level of p = 0.000 (p

<0.05). Economic status value of p = 0.000 (p <0.05). Concluded that the most

influential factor is the level of education with a value of p = 0.000 (p <0.05) with

OR 4.46, (CI 95% 2.63 - 7.57). Suggestions addition of programs for oral health.

  Keywords: dental health, elderly, teeth function

Abstrak. Indonesia termasuk negara berstruktur tua. Seiring dengan meningkatnya

  jumlah lansia, semakin meningkat pula permasahan penyakit akibat proses penuaan, termasuk di antaranya masalah kesehatan gigi. Dengan adanya permasalahan ini peneliti ingin menganalisis faktor yang paling berhubungan dengan jumlah gigi yang berfungsi di desa Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015. Penelitian ini adalah penelitian deskripif, dengan menggunakan 110 sampel yang diperoleh dengan menggunakan Multi stage random sampling technique. Data dianalisis dengan menggunakan analisis bivariat dengan uji chi Square dan uji regresi logistic. Hasil yang didapat ada hubungan yang signifikan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan umur lansia dengan nilai p = 0.000 (p <0.05), dengan tingkat pendidikan nilai p = 0.000 (p <0.05), dengan status ekonomi nilai p = 0.000 (p <0.05). Faktor yang paling berhubungan dengan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia di desa Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015 adalah tingkat pendidikan dengan nilai p = 0,000 ( p < 0,05) dengan OR 4,46 ( CI 95% 2,63-7,57). Dengan hasil yang didapatkan maka sangat disarankan untuk dilakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut kepada para lansia secara berkala.

  Kata Kunci: kesehatan gigi, lansia, gigi berfungsi

  Jurnal Skala Husada Volume 14 Nomor 1 April 2017 : 15 - 25 Pendahuluan

  Salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan manusia secara global dan nasional adalah meningkatnya harapan hidup. Dengan meningkatnya harapan hidup maka struktur penduduk suatu negara menjadi struktur yang menua. Indonesia termasuk negara berstruktur tua, terlihat dari persentase lanjut usia (lansia) tahun 2008, 2009, dan 2012 telah mencapai diatas 7% dari seluruh penduduk.

  penduduk lansia di Indonesia 28,8 juta atau 11,34% dengan Usia Harapan Hidup (UHH) sekitar 71,1 tahun.

  Perkembangan lansia sangat pesat merupakan fenomena global yang menimbulkan tantangan dalam meningkatkan kesehatan fisik maupun mental. Berdasarkan indikator World Health Organozation (WHO) di Indonesia penduduk 33-44 tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%, penduduk umur 65 keatas masih mempunyai gigi berfungsi 75 % dan penduduk tanpa gigi ≤ 5%, tetapi kenyataanya jauh dari harapan dilaporkan pada kelompok umur 65 tahun keatas hilangnya seluruh gigi mencapai 17,6% .

  Agtini pada kelompok umur ≥ 65 tahun rata-rata mempunyai 17 gigi yang telah dicabut perorangnya.

  Standar kesehatan gigi yang dianggap masih bisa untuk berfungsi dan mengunyah dengan normal pada lansia adalah 20 gigi berfungsi. Dua puluh gigi berfungsi sangat penting artinya bagi lansia, karena dengan adanya 20 gigi maka kemampuan lansia untuk mengunyah berfungsi baik, sehingga mendapatkan asupan makanan yang sehat.

  3 Kehilangan gigi dapat menim-

  bulkan efek pada rongga mulut (gigi rotasi, erupsi berlebihan, gangguan temporomadibular, beban berlebih pada jaringan pendukung, estetik yang buruk, kelainan bicara, atrisi), hal ini berdam- pak pada fungsional, psikologis dan sistemik. Kehilangan gigi disebabkan masalah yang kompleks, meliputi faktor-faktor predisposisi, penyakit- penyakit yang diderita, kebiasaan dalam pemeliharaan rongga mulut, sosial budaya, dan terdapatnya sarana perawatan gigi dan mulut yang terjangkau.

  4 Metode

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menjawab permasalahan dan mencapai tujuan SA Putri Dwiastuti, AA Senjaya, W Arini (Analisis Faktor …)

  penelitian untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia di desa Mengwi Kabupaten Badung pada tahun 2015. Sebagai populasi adalah seluruh lansia yang ada di Desa Mengwi Kabupaten Badung. Sampel penelitian diambil menurut Murti

  5

  dengan rumus: n = Z

  2 1-α /2 p.q

  d

  2

  dengan total sampel penelitian sebanyak 106 lansia, menggunakan teknik pengambilan sampel Multistage random

  sampling . Dengan kriteria inklusi:

  mampu berkomunikasi, berusia 45 tahun ke atas, dan kriteria eklusi: tidak bersedia mengisi informed consent, gigi yang rotasi, erupsi berlebihan, beban berlebih pada jaringan pendukung, dan atrisi.

  Data yang diperoleh dikumpul- kan, dikelompokkan menurut variabel- variabelnya. Analisis data secara univariat untuk memperoleh gambaran umum sampel. Setelah itu dilakukan analisi bivariat dengan uji chi Square untuk mengetahui hubungan jumlah gigi yang berfungsi dengan usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, status kesehatan, saran dan jarak, kebiasaan memelihara rongga mulut dan sosial budaya. Untuk mengetahui faktor yang paling berperan dalam jumlah gigi berfungsi dilakukan uji regresi logistic.

  Hasil dan Pembahasan

  Kecamatan Mengwi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Badung, Bali. Luasnya 82,00 km², pada tahun 2014 penduduknya berjumlah 501.126 jiwa. Kecamatan ini terdiri dari desa dan Kelurahan : Werdi Bhuwana, Baha, Sobangan, Penarungan, Gulingan, Mengwi, Mengwitani, Kekeran, Kapal, Lukluk, Sempidi, Sading, Abianbase, Buduk, Tumbak Bayuh, Munggu, Cemagi, Pererenan.

  Desa Mengwi adalah salah satu desa di kecamatan Mengwi, dengan 11 banjar disetiap desa ada posyandu lansia yang aktif. Di kecamatan Mengwi desa Mengwi merupakan desa paling padat penduduknya (2.091,26 jiwa/km2), tetapi jumlah keluarga miskin paling sedikit.

  Karakteristik subyek penelitian

  Berdasarkan hasil penelitian terhadap 110 lansia pada Posyandu Lansia di Desa Mengwi, maka dapat disajikan karakteristik subyek penelitian seperti pada tabel 1

  Jurnal Skala Husada Volume 14 Nomor 1 April 2017 : 15 - 25

  7

  27 Tamat SMA

  6

  24

  30 Diploma 3

  1

  3

  4 Tamat S1

  7 Penghasilan/bl ≤ 1 juta

  6

  45

  34

  79 > 1 juta

  6

  25

  31 Jumlah

  51 59 110 Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah lansia terbanyak pada kelompok umur >60 tahun, lebih banyak dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan yang terbanyak tamat SMP dan penghasilan ≤ 1 juta lebih banyak.

  Hasil pemeriksaan terhadap subyek penelitian

  21

  16 Tamat SMP

  Tabel 1 Karakteristik Subyek Penelitian

  38 Jenis kelamin Perempuan

  Variabel Gigi berfungsi

  Total <20 ≥20

  Umur >60 tahun

  45

  27

  72 ≤ 60 tahun

  6

  32

  26

  4

  27

  53 Laki-laki

  25

  32

  57 Tkt pendidikan Tidak tamat SD

  26

  26 Tamat SD

  12

  Hubungan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia dengan umur lansia di Desa Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015. SA Putri Dwiastuti, AA Senjaya, W Arini (Analisis Faktor …)

  Tabel 2 Jumlah Gigi yang Berfungsi Pada Lansia

  Tabel 3 Hubungan Jumlah Gigi yang Berfungsi pada Lansia dengan Jenis Kelamin

  Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan jenis kelamin lansia di Desa Mengwi menunjukkan adanya hubungan yang tidak bermakna dengan nilai p = 0,585 ( p > 0,05) ( CI

  32 P= 0, 585

  25

  27 CI 95% 0,582-2,612 Laki-laki

  26

  Jenis kelamin Gigi berfungsi < 20 > 20 Hasil analisis Perempuan

  24,017). Hubungan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia dengan jenis kelamin lansia di desa Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015.

  Variabel Umur

  32 P= 0,000 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan umur lansia di desa Mengwi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,000 ( p < 0,05) ( CI 95% 3,290-

  6

  27 CI 95% 3,290-24,017 ≤ 60 tahun

  45

  <20 ≥20 >60 tahun

  Gigi berfungsi Hasil analisis

  95% 0,582-2,612). Hubungan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia dengan tingkat pendidikan lansia di Desa Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015

  Jurnal Skala Husada Volume 14 Nomor 1 April 2017 : 15 - 25

  1

  Sehat

  17

  29 Hipertensi

  15

  13 Rematik

  12

  9 Jantung

  1 Kencing manis

  Tabel 5 Hubungan Jumlah Gigi Yang Berfungsi Dengan Status Kesehatan Lansia

  3

  4 epilepsi

  1

  1 Gagal ginjal

  1 maag

  1

  2 Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan status kesehatan lansia di desa Mengwi menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,706 ( p > 0,05).

  Status kesehatan Gigi berfungsi < 20 > 20

  analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan tingkat pendidikan lansia di desa Mengwi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,000 ( p < 0,05). Hubungan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia dengan status kesehatan lansia di desa Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015.

  Tabel 4 Hubungan Jumlah Gigi yang Berfungsi pada Lansia dengan Tingkat Pendidikan

  6

  No Tingkat pendidikan Gigi berfungsi <20 ≥20

  1 Tidak tamat SD

  26

  2 Tamat SD

  12

  4

  3 Tamat SMP

  21

  7 Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil

  4 Tamat SMA

  6

  24

  5 Diploma 3

  1

  3

  6 Tamat S1

  Hubungan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia dengan status ekonomi lansia di desan Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015 SA Putri Dwiastuti, AA Senjaya, W Arini (Analisis Faktor …)

  Tabel 6 Hubungan Jumlah Gigi yang Berfungsi pada Lansia dengan Status Ekonomi

  Penghasilan /bulan Gigi berfungsi Hasil analisis <20 ≥20

  ≤ 1 juta

  45

  34 CI 95% 2,037-14,932 > 1 juta

  6

  25 P= 0, 000 Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil di desa Mengwi Kabupaten Badung analisis hubungan antara jumlah gigi tahun 2015. Analisis multivariat antara yang berfungsi dengan tingkat variabel umur, jenis kelamin, pendi- pendidikan lansia di desa Mengwi dikan, status kesehatan dan status menunjukkan adanya hubungan yang ekonomi dengan jumlah gigi yang bermakna dengan nilai p= 0,000 ( p < berfungsi pada lansia maka diper- 0,05) (CI 95% 2,037-14,932). Faktor gunakan analisis multivariat yang paling berhubungan dengan menggunakan uji regresi logisti. jumlah gigi yang berfungsi pada lansia Berikut tabel hasil uji regresi logistic:

  Tabel 7 Hasil Analisis regresi Logistik

  

Variabel B OR CI 95% Nilai p

Umur 0,274 1,315 0,371-4,665 0,672 Pendidikan 1,495 4,459 2,626-7,571 0,000 Stasus ekonomi -0,080 0,903 0,254-3,354 0,923

  Pada tabel 7 dapat dilihat hasil analisis yang paling berpengaruh terhadap multivariat bahwa dari lima variabel jumlah gigi yang berfungsi adalah dihubungkan, hanya tiga yang berhu- variabel tingkat pendidikan dengan bungan dengan jumlah gigi yang nilai p = 0,000 ( p < 0,05) , CI 95% berfungsi, yaitu variabel umur, 2,63-7,57). pendidikan dan status ekonomi. Satu

  Jurnal Skala Husada Volume 14 Nomor 1 April 2017 : 15 - 25 Pembahasan

  Hasil analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan umur lansia di desa Mengwi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,000 ( p< 0,05) ( CI 95% 3,290-24,017). Menurut Ratmini dan Arifin (2011)

  6

  lansia rentan terhadap berbagai penyakit sistemik yang bermanifestasi di dalam mulut, juga terhadap penyakit karies dan periodontal yang berperan sebagai penyebab utama hilangnya gigi. Pada penelitian Sundjaja Y. (2010)

  7

  menyatakan bahwa 95% pasien dengan usia lebih dari 65 tahun mempunyai penyakit periodontal.

  Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehilangan gigi pada lansia pada populasi usia 65-75 tahun di Prancis 16,9%, Jerman 24,8 %, dan di Amerika 31%. Di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2007

  2

  diketahui prevalensi kehilangan gigi pada kelompok 55-64 tahun sebesar 5,9% dan pada usia ≥ 65 tahun sebesar 17,6%. Reyna A. N. L., Paulina N.G. dan Christy N. M.,2013

  8

  menyatakan semakin bertambahnya usia semakin bertambah keparahan penyakit periodontal dan kebutuhan akan perawatan periodontal juga semakin meningkat. Kebersihan gigi dan mulut pada lansia harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur-kumur secara teratur, meskipun sudah ompong.

  Hasil analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan jenis kelamin lansia di desa Mengwi menunjukkan adanya hubungan yang tidak bermakna dengan nilai p = 0,585 ( p > 0,05) ( CI 95% 0,582-2,612). Lansia di desa Mengwi lebih banyak yang laki-laki dibandingkan perempuan. Pada proses mengandung, monopouse perempuan sebenarnya lebih rentan terhadap kehilangan gigi, tetapi perempuan lebih perhatian akan penampilan sehingga lebih perhatian juga akan kesehatan gigi, itu yang yang menyebabkan jumlah gigi yang berfungsi pada laki-laki dan perempuan tidak bermakna.

  Hasil analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan status kesehatan lansia di desa Mengwi menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,706 ( p > 0,05). Hal ini disebabkan karena lansia di desa Mengwi hampir tidak ada yang menderita penyakit degenerative yang menjadi penyebab kerusakan gigi. SA Putri Dwiastuti, AA Senjaya, W Arini (Analisis Faktor …)

  Hasil analisis hubungan antara jumlah gigi yang berfungsi dengan tingkat pendidikan lansia di desa Mengwi menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p= 0,000 ( p < 0,05) ( CI 95% 2,037-14,932).

  Rata-rata lansia di desa Mengwi memiliki pendidikan tamat SMP dan SLTA. Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan manusia. Pendidikan sebagai faktor penentu dalam merubah sikap, pikiran dan pandangan masyarakat dalam masyarakat dan lingkungannya. Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik dalam kesehatan sehingga mendorong orang tersebut memiliki gaya hidup sehat.

  Dari 110 responden 79 orang (71,8%) mempunyai penghasilan < 1 juta, sehingga menyebabkan lebih banyak lansia yang memiliki gigi berfungsi < 20. Menurut Samosir OB (2008)

  9

  penghasilan yang kurang menyebabkan lansia tidak mencari pengobatan, kurangnya perawatan menyebabkan lebih banyak gigi yang harus dicabut.

  Hasil analisis multivariat bahwa dari lima variabel dihubungkan, tetapi hanya tiga yang berhubungan dengan jumlah gigi yang berfungsi yaitu variabel umur, pendidikan dan status ekonomi. Satu yang paling berpengaruh terhadap jumlah gigi yang berfungsi adalah variabel pendidikan dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Tingkat pendidikan memungkinkan para lansia lebih terbuka dengan imformasi dari luar seperti media massa ( koran, televisi, majalah).

  Responden lansia di desa Mengwi 72 (65,4%) berusia > 60 tahun dengan tingkat pendidikan paling banyak SMA, walaupun penghasilan lebih banyak < 1 juta 79 (71,8%) tetapi pada lansia di desa Mengwi lebih banyak memiliki jumlah gigi yang berfungsi. Menurut Rimbawan (2007)

  10

  menyatakan bahwa lansia di kabupaten Badung mempunyai kesehatan yang baik, dan tidak tergantung pada orang lain. Ini terbukti dengan lansia di desa Mengwi sangat aktif untuk berolah raga, dengan kader yang aktif maka lansia bisa menikmati masa tua dengan senang, tetapi menurut informasi pemeriksaan gigi, penyuluhan maupun praktek untuk merawat gigi ( menyikat gigi) belum pernah dilakukan.

  Jumlah gigi geligi yang hilang akan mempengaruhi pola asupan zat gizi, karena seiring dengan berkurang- nya jumlah gigi maka berkurang juga fungsi pengunyahan. Asupan makanan

  Jurnal Skala Husada Volume 14 Nomor 1 April 2017 : 15 - 25

  yang kurang bisa mempengaruhi kualitas hidup lansia, maka sangat mempengaruhi kehidupan sehari hari, sehingga sangatlah perlu untuk melakukan perawatan terhadap gigi.

  Semakin bertambahnya usia semakin bertambah keparahan penyakit periodontal dan kebutuhan akan perawatan periodontal juga semakin meningkat. Lansia di desa Mengwi lebih banyak yang berusia ≥ 60, dengan pendidikan paling banyak SMA, sangat aktif untuk berolah raga, dengan kader yang aktif maka lansia bisa menikmati masa tua dengan senang, tetapi menurut informasi pemeriksaan gigi, penyuluhan maupun praktek untuk merawat gigi ( menyikat gigi) belum pernah dilakukan maka perlu adanya: Puskesmas sebagai institusi pemerintah dibidang kesehatan ikut berperan dalam meningkatkan kesehatan gigi lansia dengan menambah program kesehatan gigi dan mulut terutama upaya promotif baik pada lansia maupun keluarganya, serta upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi para lansia pada setiap kegiatan rutinnya. Pada lansia diharapkan tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut walaupun giginya sudah tidak lengkap/ ompong. Kepala desa sebagai panguasa wilayah tetap memberi semangat kepada para lansia untuk tetap menjaga kesehatan, termasuk kesehatan.

  Simpulan dan Saran

  Dari analisis data yang didapatkan pada penelitian ini dengan jumlah 110 responden dapat disimpulkan sebagai berikut : ada hubungan yang bermakna antara jumlah gigi yang berfungsi pada lansia dengan umur, tingkat pendidikan, status ekonomi, dan tidak ada hubungan yang bermakna dengan jenis kelamin dan jenis penyakit lansia di desa Mengwi kabupaten Badung tahun 2015.

  Faktor yang paling berhubungan dengan jumlah gigi yang berfungsi pada lansia di desa Mengwi Kabupaten Badung tahun 2015 adalah tingkat pendidikan dengan nilai p = 0,000 ( p < 0,05) ( CI 95% 2,63-7,57).

  Berdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan Puskesmas menam- bah program kesehatan gigi dan mulut seperti upaya promotif, baik pada lansia maupun keluarganya, serta upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi para lansia pada setiap kegiatan rutinnya. Serta pada lansia diharapkan tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut, walaupun giginya sudah tidak lengkap/ ompong. SA Putri Dwiastuti, AA Senjaya, W Arini (Analisis Faktor …) Daftar Pustaka

  10. Rimbawan , 2007. Profil Lansia di

  Bali dan Kaitannya dengan

  1. Kemenkes RI., 2013, Gambaran

  Pembangunan , Fakultas Ekonomi Kesehatan Lanjut Usia di

  UNUD, Denpasar

  Indonesia , Jakarta: Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

  2. Riset Kesehatan Dasar (RISKES- DAS) 2007. Laporan Penelitian.

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia

  3. Depkes RI., 2008, Riset Kesehatan , Jakarta:

  Dasar Nasional 2007

  Badan Pnelitian dan Pengembangan Kesehatan.

  4. Musacchio E, 2007. Tooth Loss in

  The Eldery and its Association with Nutrition Status, Sosial Economic and Lifestyle Factor ,

  Acta Odon-tologica Scandinavica, 65: 76-86.

  5. Murti B, 1997, Prinsip dan Metode , Yogyakarta:

  Riset Epidemiologi

  Gadjah Mada University Press

  6. Ratmini dan Arifin 2011,

  Hubungan Kesehatan Mulut dengan Kualitas Hidup Lansia ,

  Denpasar: Jurnal Ilmu Gizi , volume 2, nomor 2 Agustus 2011.

  7. Sundjaja Y. 2010, Hubungan

  Antara Kehilangan Gigi dan Pemakaian Gigi Tiruan dengan Kualitas Hidup Lansia dan Pralansia . Universitas Indonesia,

  Tesis. Jakarta.

  8. Reyna A. N. L., Paulina N.G. dan Christy N. M.,2013, Status

  Periodontal dan Kebutuhan Perawatan pada Usia Lanjut ,

  Menado: Jurnal e-Gigi, Volume 1 , nomor 2, September 2013.

  9. Samosir OB.2008, The Aging

  Population in Indonesia. Longevity and Productivity Experiences for Aging Asia. Paper Presented at the

  APO Study Meeting on Productivity in Aging Societes China. 10-24.