EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

  EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN ALPUKAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

  • ) **)

  Sigit Priyanto , Robiul Fitri Masithoh

  • )

  Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang

  • )

  Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang ABSTRAK

  Prevalensi hipertensi di tempat penelitian sebesar 43,49% pada perempuan dan 13,97% pada laki- laki. Penatalaksanaan pasien hipertensi dilaksanakan secara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan non farmakologi yang secara prinsip lebih murah dan terjangkau, kurang diterapkan oleh masyarakat, terutama menggunakan rebusan daun alpukat. Untuk mengetahui efektivitas rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Desain penelitian ini adalah Pre and post-test group with kontrol group design dengan pendekatan kuantitatif, penentuan jumlah sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel 68 responden meliputi 34 responden kelompok intervensi dan 34 responden kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan berupa form pengisian data demografi dan tensimeter jarum. Data diolah dengan uji statistik chi square dan uji Mann-Whitney atau non parametric. Ada pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah dengan p= 0,000 (p<0,05). Selisih rerata penurunan tekanan darah kelompok intervensi sebesar 29,9 dan kelompok kontrol 22,6.

  Kata kunci : Daun alpukat, hipertensi ABSTRACT

The prevalence of hypertension in the study sites was 43.49% in women and 13.97% in men.

  

Management of hypertensive patients is performed pharmacologically and nonpharmacologically.

Non-pharmacological handling which in principle is cheaper and affordable, less applied by the

community, especially using avocado leaf stew. To determine the effectiveness of decoction of

avocado leaves to decrease blood pressure in elderly hypertension. The design of this research is

Pre and post-test group with control group design with quantitative approach, determining the

number of samples using purposive sampling. The sample size of 68 respondents included 34

respondents of the intervention group and 34 respondents of the control group. Instruments used in

the form of demographic data charging form and needle tensimeter. The data were processed by

chi square statistical test and Mann-Whitney or non parametric test. There was an effect of

avocado leaf stew to the decrease of blood pressure with p = 0.000 (p <0.05). The difference in

mean intervention group blood pressure decreased by 29.9 and control group 22.6.

  Keywords: Avocado leaf, hypertension

  186 Efektivitas Rebusan Daun Alpukat… (Sigit Priyanto & Robiul Fitri Masithoh)

  187

  Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 3, Juni 2018 117-196

  Menua atau menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis (Nugroho W, 2008). Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang daya tahan fisik dan daya fikir mereka, oleh karena itu kesehatan lansia sangat penting untuk lebih diperhatikan. Kurangnya perhatian terhadap kelompok lanjut usia, dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks terhadap lansia tersebut, mengingat bahwa kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan lanjut usia.

  Tekanan darah adalah daya yang di perlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat-zat lain yang di perlukan bagi kehidupan sel- sel tubuh, selain itu darah juga berfungsi sebagai pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Moniaga Victor, 2013). Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap (Anggara, 2013). Hipertensi pada lanjut usia didefinisikan sebagai tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Nugroho W, 2008). Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap (Stockslager, 2008). Menurut Kenia & Taviyanda D(2013), gejalanya berupa sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada, pusing, gangguan tidur, terengah- engah saat beraktifitas, jantung berdebar-debar, mimisan, kebal atau kesemutan, gelisah dan mudah marah, keringat berlebihan, kram otot, badan lesu, pembekakan di bawah mata pada pagi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga disebut sebagai silent killer (Bakri, 2008).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi menurut Depkes (Arif Djauhar dkk, 2013).

  Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, dan Maldives (Anonim, 2013). Berdasarkan data dari Riskesdes 2013, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013 (Rahajeng E, 2013). Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah menunjukkan data kasus tertinggi penyakit tidak menular di Jawa Tengah adalah hipertensi esensial sebanyak 634.860 (72,13%) kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011). Sedangkan profil kesehatan Kabupaten Magelang, prevalensi hipertensi essensial di Kabupaten Magelang adalah 15.540 (16%) kasus dari 97.398 jumlah lansia yang berkunjung ke puskesmas se-Kabupaten Magelang (Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, 2014). Kasus hipertensi di Kecamatan Mertoyudan berdasarkan data rekapitulasi diagnosis pasien di puskesmas Kecamatan Mertoyudan cukup tinggi,yang berobat didapatkan 1.5 (57,4%) kasus hipertensi pada lansia dari jumlah lansia 2.507 jiwa. Penderita paling tinggi diduduki oleh jenis kelamin perempuan yaitu 1.176 (43,49%) kasus dan 377 (13,97 %) kasus diduduki oleh jenis kelamin laki-laki (Puskesmas Mertoyudan Kabupaten Magelang, 2014).

  Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekataan yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan farmakologi untuk hipertensi adalah pemberian antihipertensi dengan tujuan mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan antara lain diuretik, alfa-blocker, beta-blocker, vasodilator, antagonis kalsium, ACE- Inhibitor, angiotensin-II-Blocker (SusiloY& Wulandari A, 2011). Penatalaksanaan non farmakologis yaitu dengan cara mengatur pola hidup, semua penderita hipertensi harus melakukan perubahan pola hidup, seperti olahraga teratur, menurunkan berat badan untuk penderita yang memiliki berat badan berlebih, mengurangi asupan garam, dan lainnya. Selain beberapa cara tersebut terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi yaitu menggunakan daun alpukat (AnnaLusia Kus, 2011). Potensi pohon alpukat di wilayah Desa Donorojo cukup banyak, selain itu alpukat sebagai buah yang di gemari sering digunakan sebagai minuman. Sehingga peneliti menggunakan daun alpukat sebagai bahan obat komplementer dalam penelitian ini. Tanaman avocado yang terkenal dengan nama alpukat (Persea americana mille) sangat banyak di temukan di Indonesia. Alpukat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan antara 1.800-4.500 mm/th (Prawita Lintang L, 2012). Tanaman alpukat memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, salah satunya yaitu daun alpukat sebagai antihipertensi. Kandungan kimia daun alpukat diantaranya saponin, tanin, phlobatanin, flavanoid, alkaloid, dan polisakarida. Flavonoid pada daun alpukat memiliki fungsi menurunkan tekanan darah. Menurut Satria (Wasita dkk, 2013) mekanisme kerja dari flavonoid adalah melancarkan peredaran darah dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir dengan normal. Flavonoid juga mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Cara kerja daun alupukat adalah dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat- zat yang bersifat toksik.

  Dengan berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan- lahan mengalami penurunan (AnnaLusia Kus,2011). Penderita hipertensi meningkat setiap tahunnya dan merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian, sedangkan obat antihipertensi yang dipergunakan sekarang ini mengandung zat kimia dengan efek samping yang toksik diantaranya dapat menyebabkan hipokalemi, aritmia jantung, hipovolemi, syok, gagal ginjal dan sebagainya. Di samping itu obat antihipertensi juga relatif mahal dan penggunaannya seumur hidup. Orang tua atau orang yang sibuk sering melupakan penggunaan obat antihipertensi ini, padahal sangatlah penting untuk menggunakannya secara teratur, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas rebusan daun alpukat dalam penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Donorojo.

  2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimental dengan design rancangan yang digunakan adalah pre and post test with control group design yaitu kelompok yang diberikan intervensi pemberian rebusan daun alpukat dan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di desa Donorojo Mertoyudan yang mengalami hipertensi ringan dan sedang yang mengkonsumsi obat anti hipertensi. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 68 responden meliputi 34 responden kelompok intervensi di dusun Bendo dan Dukunan dan 34 responden kelompok kontrol di dusun Mlaten dan Krombangan. Tehnik pengambilan sampling yang digunakan yaitu purposive sampling.

  Pemberian intervensi pada kelompok intervensi berupa rebusan daun alpukat pada responden selama sekali perhari selama 7 hari. Rebusan daun alpukat ini yang membuat adalah peneliti. Dengan bahan 5 lembar daun alpukat dan gelas air ukuran 200 cc. Setelah selesai penelitian kelompok kontrol juga diberikan rebusan daun alpukat.

  Efektivitas Rebusan Daun Alpukat… (Sigit Priyanto & Robiul Fitri Masithoh) 188

  Tabel.1 Karakteristik Responden Intervensi Pemberian Rebusan Daun Alpukat Pada Lansia Hipertensi di Desa Donorojo

  5

  2

  1 35.

  3 55.

  9

  5.9

  2.9 0.524

  Pekerjaa n Petani Ibu rumah tangga Wiraswas ta Buruh Pegawai Negeri

  24

  8

  1

  1 70.

  6 23.

  2.9

  1

  2.9

  2

  3

  4

  6

  1 67.

  6 11.

  8 17.

  6

  2.9 0.238

  Berdasarkan tabel. 1 dapat di lihat bahwa distribusi usia paling banyak pada intervensi rebusan daun alpukat yaitu usia 60-70 tahun sebanyak 22 responden (64.7%), tidak berbeda pada kelompok kontrol distribusi usia paling banyak adalah usia 60-70 tahun sebanyak 24 responden (70.6%). Selain usia, juga dapat di lihat distribusi jenis kelamin paling banyak pada dua kelompok intervensi, yaitu jenis kelamin perempuan berjumlah 26 responden (76.5%) dan distribusi jenis kelamin laki-laki sejumlah 8 responden (23.5%) pada kelompok intervensi rebusan daun alpukat, sedangkan pada kelompok kontrol sejumlah 25 (73.5%) responden jenis kelamin perempuan dan 9 (26.5%) responden jenis kelamin laki-laki. Distribusi pendidikan paling banyak pada lansia hipertensi dalam kelompok intervensi rebusan daun alpukat maupun kelompok kontrol adalah tidak sekolah dan SD dengan jumlah 15 (44.1%) responden tidak sekolah dan 15 (44.1%) responden pendidikan SD pada kelompok intervensi rebusan daun alpukat, sedangkan pada kelompok kontrol distribusi pendidikan paling banyak yaitu responden dengan pendidikan SD sebanyak 19 (55.9%). Distribusi pekerjaan paling banyak pada kelompok intervensi rebusan daun alpukat maupun kelompok kontrol adalah responden dengan pekerjaan sebagai petani sebanyak 24 (70.6%) pada kelompok rebusan daun alpukat dan 23 (67.6%) responden pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, responden adalah berusia 60-70 tahun. Masyarakat di daerah penelitian ini, sebagian besar responden masih aktif untuk beraktivitas dan bekerja di sawah. Dikarenakan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup sehingga meskipun sudah lansia masih harus bekerja keras. Menurut Rohandi (Virgianti,2014), umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah dan pada umumnya terjadi pada manusia yang berusia 40 tahun ke atas. Dengan bertambahnya usia, resiko terjadinya hipertensipun meningkat ini disebabkan oleh karena penebalan dinding otot pada jantung, pembuluh darah dan hormone, dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Widharto, 2007).

  Salah satu perubahan yang menonjol pada lansia adalah pada sistem kardiovaskuler dimana massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan

  189

  9

  2

  Variabel Intervensi Rebusan Daun Alpukat Kelomp ok Kontrol

  8 76.

  Uji Homo genitas

  N % N % Usia 60-70 tahun 71-80 tahun

  22

  12 64.

  7 35.

  3

  2

  4

  8 70.

  6 23.

  5 0.429

  Jenis Kelamin Perempua n Laki-laki

  26

  5 23.

  1

  5

  2

  5

  9 73.

  5 26.

  5 0.170

  Pendidik an Tidak Sekolah SD SMP SMA Pergurua n Tinggi

  15

  15

  4 44.

  1 44.

  1 11.

  8

  Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 3, Juni 2018 117-196 peregangan jantung berkurang karena perubahan jaringan ikat dan penumpukan lipofusin, hal ini akan mempengaruhi elastisitas dan permeabilitas, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan perfusi jaringan (Pudjiastuti & Utomo, 2003), dengan demikian tekanan darah akan meningkat, inilah yang menyebabkan prevalensi hipertensi pada lansia meningkat menurut Hayens et all (Sudiarto, 2007).

  Berdasar penelitian menunjukkan sebagaian besar responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini didukung penelitian Marliana (2007), sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah menopause. Peran hormon estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar,2005).

  Pada penelitian yang dilakukan menunjukan mayoritas responden berpendidikan SD dan tidak sekolah. Berdasarkan pendekatan peneliti dengan responden selama penelitian, didapatkan hasil bahwa rendahnya pendidikan, karena pendidikan rendah masyarakat tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi, bahaya dan komplikasinya, cara pencegahan, pola hidup yang baik, dan hal lain yang menimbulkan penyakit hipertensi. Kurangnya pengetahuan menjadi salah satu pemicu terjadinya penderita hipertensi di daerah Penelitian. Sesuai dengan penelitian Rebecca (2007) bahwa orang dengan pendidikan perguruan tinggi mempunyai resiko seperlima kali lebih kecil dibanding dengan yang berpendidikan SMA/SMP. Hal tersebut juga sesuai dengan teori Notoadmojo (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan yang rendah akan menghasilkan pengetahuan yang rendah pula. Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa mayoritas responden dengan pekerjaan sebagai petani. Hasil penelitian ini memiliki kesesuaian dengan teori Losantatin (2006), bahwa jenis pekerjaan berhubungan dengan aktifnya tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Orang-orang yang aktif secara fisik cenderung tidak banyak mengalami gangguan dengan berat badan dan kesehatan tubuhnya. Mayoritas pekerjaan masyarakat di daerah penelitian adalah petani, sehingga responden terlalu kelelahan, dan keluhan sebagian besar responden kualitas tidur pada malam harinya kurang baik. Sehingga karena kelelahan dan istirahat yang kurang cukup responden mengalami peningkatan tekanan darah. Hal tersebut sesuai dengan teori Ganong (2000), bahwa sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-orflight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), juga bisa meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, mempersempit sebagian besar arteriole. Sistem saraf simpatis bisa mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Fungsi lainnya adalah melepaskan hormon epinephrine dan nor- epinephrine yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

  Tabel. 2 Gambaran Tekanan Darah Sistol dan Diastol Sebelum Diberikan Rebusan Daun Alpukat

  

Hari TD

Sistol Rerata Sistol

  N TD Diastol Rerata Diastol

  N 1 ≤ 159 ≥160 177,5 (0%)

  34 (100%) ≤ 89 ≥90

  80 98,5 1 (2,3%) 33 (97.1%)

  7 ≤ 159 ≥160 154,6 167,5

  29 (85.3%) 5 (14.7%)

  ≤ 89 ≥90

  80.6

  90.7

  9 (26.9%) 25 (73.5%)

  Berdasarkan tabel.2 dapat di lihat bahwa rerata tekanan darah sistol pada hari pertama sebelum diberikan rebusan daun alpukat dari 34 (100%) responden, semua responden mengalami hipertensi dengan rerata tekanan darah sistol sebesar 177,5. Penurunan tekanan darah sistol terjadi pada hari kelima hingga hari ketujuh, dengan rerata tekanan darah sistol ≤ 159 (normal) dan selama tujuh hari

  Efektivitas Rebusan Daun Alpukat… sebelum intervensi rebusan daun alpukat terjadi penurunan tekanan darah sistol sebanyak 23 mmHg pada lebih dari 50% responden. Seluruh responden mempunyai rerata tekanan darah diastol pada hari pertama hingga hari ketujuh sebelum diberikan rebusan daun alpukat adalah > 90 (hipertensi), dan terjadi penurunan tekanan darah diastole sebelum intervensi rebusan daun alpukat hari pertama hingga hari ketujuh sebesar 8 mmHg.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rerata Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan rebusan daun alpukat. Semua responden mempunyai rerata tekanan darah sistol ≥ 160 yang artinya hipertensi pada hari pertama, dan terjadi penurunan pada hari ketujuh dengan rerata tekanan darah ≤159 yang artinya mayoritas responden mengalami penurunan tekanan darah hingga menjadi normal.

  Responden yang mempunyai tekanan darah tinggi paling besar berjenis kelamin perempuan dan yang berusia > 60 tahun hal ini sesuai teori bahwa faktor hipertensi dipengaruhi oleh jenis kelamin karena perempuan setelah usia 55 akan kehilangan hormon estrogen yang bersifat mencegah hipertensi dari pada laki-laki dan semakin bertambahnya usia fungsi otot jantung semakin menurun karena usia > 56 tahun terjadinya peningkatan denyut jantung yang kronis, sering kali diikuti oleh peningkatan volume sekuncup yang kronis atau plasma meningkat dalam waktu yang lama, peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebih atau juga peningkatan rangsangan saraf simpatis atau responsifitas yang berlebih dari anterior terhadap rangsangan normal.

  Tabel. 3 Gambaran Tekanan Darah Sistol dan Diastol Setelah Diberikan Rebusan Daun Alpukat

  Hari TD Sistol Rerata Sistol

  N TD Diastol Rerata Diastol

  N 1 ≤ 159 ≥160

  159,29 171,6 0 (0%)

  34 (100%) ≤ 89 ≥90 95,3

  34 (100%) 7 ≤ 159 ≥160

  147,6

  34 (100%) 0 (0%) ≤ 89

  ≥90 83,2 34 (100%) 0 (0%)

  Berdasarkan tabel.3 dapat di lihat bahwa rerata tekanan darah sistol pada hari pertama setelah diberikan rebusan daun alpukat dari 34 (100%) responden 34 (100%) responden mengalami hipertensi dengan rerata tekanan darah sistol sebesar 171,6. Pada hari ketujuh seluruh responden mengalami penurunan rerata tekanan darah sistol ≤ 159, yang berarti rerata tekanan darah sistol adalah normal, dengan penurunan tekanan darah sistol selama tujuh hari intervensi rebusan daun alpukat sebesar 24 mmHg. Seluruh tekanan darah diastol pada hari pertama hingga hari kelima setelah diberikan rebusan daun alpukat adalah > 90 (hipertensi), dan mulai ada penurunan menjadi normal pada hari ketujuh sebesar 83,2 dengan penurunan sebesar 12 mmHg. Berdasarkan hasil tabulasi didapatkan bahwa tekanan darah sistol pada kelompok rebusan daun alpukat hampir seluruhnya mengalami penurunan. Pada kelompok rebusan daun alpukat didapatkan pre dan post sistol dan diastol sebanyak 34 (100%) responden dengan rerata tekanan darah sistol 177,5 atau ≥ 160 artinya hipertensi. Pada hari ketujuh mengalami penurunan reata tekanan darah dengan stabil hingga menjadi normal. Mayoritas responden mempunyai rerata tekanan darah diastol ≥ 90 artinya hipertensi pada hari pertama sampai hari ketujuh, demikian juga untuk rerata tekanan darah diastole. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, rebusan daun alpukat (Persea Americana Mill) dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan pernyataan sebagian responden setelah mengkonsumsi rebusan daun alpukat terjadi 191 peningkatan frekwensi buang air kecil,

  Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 3, Juni 2018 117-196 sehingga peneliti berpendapat bahwa dengan meningkatnya frekuensi buang air kecil maka toksik dalam tubuh yang mengganggu metabolism dalam tubuh akan berkurang sehingga membantu penurunan tekanan darah. Hal tersebut sesuai dengan teori Utami (2008), bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun alpukat bersifat diuretik yang salah satu kerjanya yaitu dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami penurunan. Tabel. 4 Gambaran Tekanan Darah Sistol dan Diastol pada kelompok kontrol

  Hari TD Sistol Rerata Sistol

  2 0,00 0*

  1 0,00 3*

  92,1 92,3 0,025* 5 160,

  6 157,

  2 0,00 2*

  95,4 90,9 0,026* 6 156,

  6 151,

  92,4 88,5 0,032* 7 152,

  92,1 90,1 0,000* 4 163,

  5 147,

  6 0,04 3*

  87,8 83,2 0,000* Berdasarkan tabel.5 dapat dilihat bahwa nilai sig tekanan darah sistol sebelum dan setelah diberikan rebusan daun alpukat pada hari pertama hingga hari ketujuh adalah < 0,05 artinya ada pengaruh rebusan daun alpukat untuk menurunkan tekanan darah sistol. Tabel. 6 Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sistol dan Diastol Setelah Diberikan Rebusan Daun Alpukat antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol Hari

  Mean Sistol Mean Diastol Daun Alpukat

  Kelompok kontrol Daun Alpukat

  Kelompok kontrol 1 177,5 173,2 98,5 100 7 147,6 150,6 83,2 88,8 Selisih 29,9 22,6 15,3 11,2

  5 158,

  6 0,00 0*

  N TD Diastol Rerata Diastol

  Berdasarkan tabel.4 dapat di lihat bahwa rerata tekanan darah sistol pada hari pertama pada kelompok kontrol dari 34 (100%) responden, seluruh responden mengalami hipertensi dengan rata-rata tekanan darah sistol sebesar 173,2. Pada hari ketujuh seluruh responden mengalami penurunan tekanan darah sistol menjadi normal (≤ 159), dengan penurunan tekanan darah sistol dalam waktu tujuh hari sebesar 22,6 mmHg. Rerata tekanan darah diastol pada hari pertama adalah > 90 (hipertensi) pada seluruh responden, dan terjadi penurunan rerata tekanan darah diastol pada hari ketujuh sebesar 88,8 dengan penurunan tekanan darah diastol selama tujuh hari sebesar 11 mmHg.

  N 1 ≤ 159 ≥160 173,2 (0%)

  34 (100%) ≤ 89 ≥90 100

  34 (100%) 7 ≤ 159 ≥160

  150,6

  34 (100%) (0%) ≤ 89

  ≥90 88,8 34 (100%) (0%)

  Tabel. 5 Uji Hubungan Rebusan Daun Alpukat Terhadap Efektivitas Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Intervensi Hari Mean Sistol Sig nilai

  6 161,

  Mean Diastol Sig Sblm nilai sblm ssdh ssdh 1 177,

  5 171,

  6 0,00 0*

  98,5 95,3 0,039* 2 169,

  1 164,

  8 0,00 0*

  95,1 91,3 0,021* 3 165,

  Efektivitas Rebusan Daun Alpukat… (Sigit Priyanto & Robiul Fitri Masithoh) 192 Berdasarkan tabel.6 dapat di lihat bahwa ada pengaruh rebusan daun alpukat dalam menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi. Hal tersebut dapat di lihat dari rerata tekanan darah sistol pada responden setelah diberikan rebusan daun alpukat hari pertama yaitu 177,5, pada hari ketujuh diberikan rebusan daun alpukat terjadi penurunan tekanan darah dengan rerata tekanan darah sistol menjadi 147,6 (turun 29,9). Rerata tekanan darah diastol pada intervensi rebusan daun alpukat pada hari pertama yaitu 98,5 dan terjadi penurunan rerata tekanan darah selama tujuh hari pemberian rebusan daun alpukat dengan rerata tekanan darah diastol hari ketujuh menjadi 83,2 (turun 15,3). Sedangkan rerata tekanan darah sistol pada hari pertama pada kelompok kontrol 173,2, pada hari ketujuh turun menjadi 150,6 (turun 22,6), rerata tekanan darah diastol kelompok kontrol pada hari pertama hingga hari ketujuh setelah diberikan rebusan daun alpukat yaitu ≤ 89 artinya tekanan darah diastol pada hari pertama 100, turun pada hari ketujuh menjadi 88,8 (tutun 11,2). Rerata penurunan tekanan darah sistol pada kelompok yang diberikan rebusan daun alpukat lebih besar yaitu 29,9 dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu 22,6. Demikian juga rerata penurunan tekanan darah diastol pada kelompok yang diberikan rebusan daun alpukat lebih besar yaitu 15,3 dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu 11,2. Hal ini menunjukan bahwa pemberian rebusan daun alpukat efektif dalam menurunkan tekanan darah. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa hari pertama rerata tekanan darah sistol intervensi rebusan daun alpukat sebesar 147,6 dan rerata tekanan darah kelompok kontrol sebesar 150,6 dengan p value 0,000 (< 0,05) artinya tidak pengaruh pemberian rebusan daun alpukat terhadap menurunkan tekanan darah. Alat yang dipergunakan untuk mengukur tekanan darah yaitu shpygmanomater jarum, sebelum digunakan untuk mengambil data dikalibrasi atau diterakan ke Balai Metrologi wilayah Magelang Jalan Jend. Sudirman no. 285 Magelang. Pengambilan data melibatkan mahasiswa semester akhir yang telah mendapatkan pembelajaran dalam melakukan pengukuran tekanan darah, dan sebelumnya sudah dilakukan apersepsi terlebih dahulu. Lokasi yang digunakan penelitian yaitu di dusun Bendo dan dusun Dukunan untuk kelompok intervensi dan dusun Mlaten dan dusun Krombangan untuk kelompok kontrol. Intervensi diberikan selama 7 hari . Penelitian dilakukan door to door ke rumah responden, hal ini dilakukan agar responden mendapatkan intervensi untuk mengkonsumsi rebusan daun alpukat. Penelitian di dua dusun untuk kelompok intervensi ini dilakukan pada waktu yang berbeda, satu minggu di desa Bendo, setelah penelitian selama satu minggu berikutnya di dusun Krombangan. Berdasarkan tabulasi data dapat di lihat bahwa nilai sig tekanan darah sistol sebelum dan setelah diberikan rebusan daun alpukat pada hari pertama hingga hari ketujuh adalah p value= 0,000 lebih kecil dari 0,05 (<0,05) artinya ada pengaruh rebusan daun alpukat dalam menurunkan tekanan darah, kecuali pada hari ketiga nilai sig > 0,05 artinya tidak ada pengaruh rebusan daun alpukat dalam menurunkan tekanan darah.

  Pemberian rebusan daun alpukat (Persea Americana Mill) yang mulai diberikan hari pertama kepada penderita hipertensi usia 60 tahun ke atas, memberikan efek yang bermakna terhadap penurunan tekanan darah sistol dan diastol pada hari berikutnya, meskipun terjadi penurunan dan kenaikan pada hari tertentu. Hal tersebut sesuai pernyataan responden karena kelelahan, stress, banyak pikiran, dan tidak bisa istirahat dengan cukup, sehingga faktor –faktor tersebut menjadi penyebab naik dan turunya tekanan darah. Rebusan daun alpukat (Persea Americana Mill) yang diberikan setiap hari secara berturut-turut sedikitnya sekali sehari sebanyak 200 cc telah memberikan efek yang baik terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi usia 60 tahun ke atas.

  Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sistol dan Diastol Antara Setelah Diberikan Rebusan Daun Alpukat dengan kelompook kontrol Berdasarkan tabulasi data dapat di lihat bahwa ada perbedaan efektivitas rebusan daun alpukat dengan kelompok kontrol dalam

  193

  Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 3, Juni 2018 117-196 menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi.Berdasarkan hasil penelitian dapat di lihat selisih rerata tekanan darah sistol pada kelompok rebusan daun alpukat hari pertama dan hari ketujuh sebesar 26,18. Sedangkan selisih rerata tekanan darah sistol pada kelompok kontrol hari pertama dan hari ketujuh sebesar 23,71. Selisih rerata tekanan darah diastol pada kelompok rebusan daun alpukat hari pertama dan hari ketujuh sebesar 11,4. Sedangkan selisih rerata tekanan darah diastol pada kelompok kontrol hari pertama dan hari ketujuh sebesar 10,59. Jadi dapat disimpulkan bahwa rebusan daun alpukat lebih efektif untuk menurunkan tekanan darah sistol pada lansia hipertensi.

  Daun alpukat memiliki kandungan kalium yang tinggi. Kalium diperlukan untuk keseimbangan elektrolit dan mengontrol tekanan darah. Hal ini dapat menjadi dasar penggunaan daun alpukat untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Berdasarkan Penelitian Irawati (2015), bahwa daun alpukat memiliki aktifitas antioksidan dan membantu dalam mencegah atau memperlambat kemajuan berbagai oksidatif stres yang berhubungan dengan penyakit. Konsumsi ekstrak daun alpukat diketahui dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi secara signifikan, menurunkan kadar glukosa darah serta dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin pada ginjal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ojewole, dinyatakan bahwa daun alpukat berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah melalui efek vasorelaksan yang dimilikinya. Senyawa kimia dalam daun alpukat yang telah diketahui berperan aktif dalam mekanisme antihipertensi antara lain flavonoid, saponin dan alkaloid. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol terbesar yang berada di alam. Senyawa tersebut dapat melindungi tubuh dari radikal bebas melalui mekanisme antioksidan. Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel dan menghambat agregasi platelet. Efek ini merupakan keuntungan flavonoid pada resiko penyakit kardiovaskuler (Gross, 2004). Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol terbesar yang berada di alam. Senyawa tersebut dapat melindungi tubuh dari radikal bebas melalui mekanisme antioksidan (Waji dan Sugrani, 2009). Senyawa ini dalam tubuh juga berfungsi sebagai antioksidan (Kaviarasan et al., 2008) . Saponin memiliki khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada akhirnya cardiac output menurun. Natrium dan air juga dapat mempengaruhi resistensi perifer menurut de Souza (Irawati, 2015). Secara umum alkaloid sering digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid dapat berfungsi sebagai zat antioksidan yang didukung oleh penelitian uji antioksidan.19 Alkaloid berfungsi sama dengan obat -obatan β- blocker mempunyai khasiat inotropik negatif dan kronotropik negatif terhadap jantung. Akibatnya adalah penurunan curah jantung, turunnya denyut jantung dan kurangnya kekuatan kontraksi dari miokardium. Resistensi perifer terkadang naik, terkadang juga tetap. Pengurangan cardiac output yang kronik menyebabkan resistensi perifer menurun. Hal tersebut menyebabkan penurunan tekanan darah (Tengo dkk, 2013). Mekanisme kerja dari flavonoid dalam menurunkan tekanan darah yaitu melancarkan peredaran darah dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir dengan normal. Flavonoid juga mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah (Satria, 2009). Zat flavonoid berkhasiat sebagai diuretik yang salah satu kerjanya yaitu dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami penurunan (Utami, Indah W. 2008). Berdasar pendapat beberapa sumber di atas dan beberapa penelitian yang telah di lakukan sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa rebusan daun alpukat efektif untuk menurunkan tekanan darah karena kandungan kimia dalam daun alpukat mampu merangsang sirkulasi darah sehingga

  Efektivitas Rebusan Daun Alpukat… (Sigit Priyanto & Robiul Fitri Masithoh) 194

  195

  Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 3, Juni 2018 117-196 mengurangi endapan lemak pada dinding pembululuh darah, sehingga peredaran darah akan lancar.

  Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu yang lama). Pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka, angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi atau sistolik, angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi atau diastolic (Guyton dan Hall, 2001). Hipertensi dapat terjadi karena adanya perubahan pada katup mitra dan aorta, katup- katup tersebut mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan terjadi sklerosis, miokard menjadi kaku dan lebih lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan kepekaan, sehingga stres mendadak/lama dan takikardi kurang diperhatikan. Peningkatan frekuensi jantung dalam berespon terhadap stres berkurang dan peningkatan frekuensi jantung lebih lama untuk pengembalian pada kondisi dasar. Untuk mengkompensasi adanya masalah dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup meningkat, sehingga meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Isesreni, 2011).

  Menurut teori Beavers (2008), bahwa patofisiologi hipertensi yaitu pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan darah terus-menerus, arteri yang mengalirkan darah keluar dari jantung harus menahan tekanan yang tinggi ketika darah dipompakan keluar. Jika tekanan darah lebih tinggi dari biasanya selama bertahun-tahun seperti pada hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut menjadi rusak, lapisan pada arteri menjadi kasar dan tebal, pada akhirnya terjadi penyempitan sehingga menjadi kurang lentur dari sebelumnya. Jika arteri menjadi terlalu sempit darah tidak dapat melaluinya dengan benar, dan bagian yang bergantung pada arteri tersebut untuk mendapatkan darah mengalami kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan. Ketika arteri menyempit terjadi peningkatan kecenderungan darah membeku (thrombosis), yang dapat menyebabkan penyumbatan total pada arteri sehingga bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati.

  5. SIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai rebusan daun alpukat dalam menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Donorojo maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Teridentifikasinya karakteristik responden kelompok rebusan daun alpukat pada rentang usia 60-70 tahun dengan mayoritas jenis kelamin perempuan, pendidikan akhir SD dan tidak sekolah, pekerjaan petani b. Teridentifikasinya penurunan rerata tekanan darah sistol dan diastol sebelum dilakukan intervensi rebusan daun alpukat selama 7 hari, pernyataan tersebut di dukung dengan hampir seluruh responden (94,2%) mengalami penurunan rerata tekanan darah menjadi normal pada hari ketujuh.

  c. Teridentifikasinya perbedaan rerata tekanan darah sistol dan diastol pada hari pertama dan hari ketujuh pada kelompok rebusan daun alpukat dan kelompok kontrol. Di lihat dari mean different tekanan darah setelah diberikan rebusan daun alpukat dengan rebusan pada hari pertama dan hari ketujuh, didapatkan selisih penurun rerata tekanan darah sistol pada kelompok rebusan daun alpukat sebesar 29,9 dan pada kelompok kontrol sebesar 22,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rebusan daun alpukat efektif menurunkan tekanan darah.

  DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. (2005). Factors related to the incidence of hypertension on elderly groups pegandon subdistrict Kendal Regency. http://www.fkm.undip.ac.id/ data/index.php?action=4&idx=2701, diakses tanggal 24Nopember 2011 Agoes, A. (2010). Tanaman obat indonesia. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian Hikayati. Flora, Rostika. Purwanto, Sigit Penatalaksanaan non suatu pendekatan praktis edisi revisi .(2013). farmakologis terapi komplementer

  VI. Jakarta: PT Rineka Cipta sebagai upaya untuk mengatasi dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik mencegah komplikasi pada penderita hipertensi primer di Kelurahan

  Indonesia, 2005, Info POM, vol 6, Indralaya Mulya Kabupaten Ogan Ilir. Bakri, S.2008. Genetika hipertensi.

  Fakultas Kedokteran: Universitas Dalam: Lubis, H.R., dkk., eds. 2008. Sriwijaya

  Hipertensi dan Ginjal: Dalam Rangka Purna Imafidon, K.E. (2010). Liver function status of hypertensive and normotensive rats Bakti Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, administered persea americanamill. Sp.PD-KGH. Medan: USU Press, 19-

  (avocado) seeds. Benin city: Academic 31. Journal of Plant Sciences 3 (3): 130-

  Dahlan, Sopiyudin.2013. Statistika untuk 133 kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Lianti, Revina. (2014). Khasiat dahsyatnya

  Salemba Medika alpukat. Jakarta : Healthy Books Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.2011.

  Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut Profil kesehatan jawa tengah. jawa dan perawatanya. Jakarta: Salemba tengah Medika.

  Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. 2014.

  Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik. Profil kesehatan kabupaten magelang.

  Edisi dua. Jakarta: EGC. Magelang

  Olaniyan , Mathew Folaranmi. (2014). Effect Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan of liquid extract of pear avocado leaf kesehatan komunitas: Teori dan

  (persea americana) on plasma levels of praktik dalam keperawatan. Jakarta : aminotransferases, cholesterol and

  Salemba Medika total bile acids in hypertensive Hariana, A. (2011). Tumbuhan obat dan patients. achievers university: khasiatnya 3. Jakarta: Swadaya. american journal of medicine and medical sciences 2014, 4(3): 87-91

  Hernawati, I. 2006. Pedoman tatalaksana gizi usia lanjut untuk tenaga,kesehatan. Saryono. (2011). Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi

  Depkes: Jakarta pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

  Hidayat. (2010). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.

  Jakarta: Salemba Medika Utami, Indah W. (2008). Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun alpukat (persea

  Hikayati, dkk. (2013). Penatalaksanaan non americana mill) terhadap aktivitas farmakologis terapi komplementer diuretik tikus putih jantan sprague- sebagai upaya untuk mengatasi dan dawley. Fakultas Kedokteran Hewan mencegah komplikasi pada penderita Institut Pertanian Bogor. hipertensi primer di kelurahan indralaya mulya kabupaten ogan ilir.

  Jurnal Pengabdian Sriwijaya Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

  Efektivitas Rebusan Daun Alpukat… (Sigit Priyanto & Robiul Fitri Masithoh) 196