PERMEN KEMENLHK Nomor P.46 Menlhk Setjen 2015 Tahun 2015 (KEMEN LHK NOMOR P.46 Menlhk Setjen 2015 )

BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.1251, 2015

KEMEN-LHK. Pemegang Izin Usaha. Hasil
Hutan Kayu. Izin Pemanfaatan Kayu. Post Audit.
Pedoman.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.46/Menlhk-Setjen/2015
TENTANG
PEDOMAN POST AUDIT TERHADAP PEMEGANG IZIN USAHA
PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DAN
IZIN PEMANFAATAN KAYU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a.

bahwa dalam rangka pemanfaatan hasil hutan kayu,

penatausahaan hasil hutan kayu serta kewajiban
pembayaran penerimaan negara bukan pajak oleh
pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
dan Izin Pemanfaatan Kayu telah diimplementasikan
kebijakan sistem self assessment;

b.

bahwa untuk menguji ketaatan pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Izin Pemanfaatan
Kayu atas pelaksanaan self assessment sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Pedoman Post Audit Terhadap Pemegang Izin Usaha

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

2


Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Izin Pemanfaatan
Kayu;
Mengingat

: 1.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi
Sumber
Daya
Alam
Hayati
dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);

2.


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);

3.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesi Tahun 2004
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);


4.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);

5.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

6.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5432);

7.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

www.peraturan.go.id

3

2015, No.1251

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4453), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5056);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696),
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4814);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5506);
11. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode 2014-2019;
12. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
13. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
KementerianLingkunganHidupdanKehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);

14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39/MenhutII/2008 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Terhadap Pemegang Izin Pemanfaatan
Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tajhun 2008
Nomor 14);
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/MenhutII/2014 tentang Inventarisasi Hutan Menyeluruh
Berkala dan Rencana Kerja pada Usaha Pemanfaatan

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

4

Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 687);
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/MenmhutII/2014 tentang Inventarisasi Hutan Menyeluruh
Berkala dan Rencana Kerja Pada Izin Usaha
Pemaanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
690);

17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
TENTANG
PEDOMAN
POST
AUDIT
TERHADAP PEMEGANG IZIN USAHA PEMAANFAATAN
HASIL HUTAN KAYU DAN IZIN PEMANFAATAN KAYU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.


Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disebut
IUPHHK adalah izin yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan
kayu dalam hutan alam atau dalam hutan tanaman pada hutan
produksi.

2.

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam yang
selanjutnya disebut IUPHHK-HA adalah izin usaha yang diberikan
untuk memanfaatkan hasil hutan kayu dalam hutan alam pada hutan
produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, penanaman,
pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran.

3.

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman
Industri yang selanjutnya disebut IUPHHK-HTI adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan kayu dalam hutan
tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran.


4.

Izin Pemanfaatan Kayu yang selanjutnya disebut IPK adalah izin
menebang dan/atau mengangkut kayu sebagai akibat dari adanya
kegiatan non kehutanan antara lain dari kawasan hutan produksi
yang dapat dikonversi dan telah dilepas, kawasan hutan produksi

www.peraturan.go.id

5

2015, No.1251

dengan cara tukar menukar kawasan hutan, penggunaan kawasan
hutan dengan izin pinjam pakai, dan Areal Penggunaan Lain yang
telah diberikan izin peruntukan.
5.

Self assessment adalah suatu sistem pemenuhan kewajiban pemegang
IUPHHK dan atau IPK dalam pemanfaatan hasil hutan kayu,
penatausahaan hasil hutan kayu dan pembayaran kewajiban
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) atas hasil hutan kayu yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dilaporkan sendiri.

6.

Post audit adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan menyeluruh dan
obyektif terhadap kegiatan pemanfaatan hasil hutan, penatausahaan
hasil hutan dan kegiatan pemenuhan kewajiban pembayaran PNBP
dengan cara mengintegrasikan data dan informasi teknis dan laporan
keuangan pemanfaatan hutan produksiserta dokumen-dokumen
pendukungnya, termasuk data dan informasi elektronik, untuk
mengetahui ketaatan pemegang IUPHHK dan atau IPK terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang self assessment.

7.

Pengawasan adalah kegiatan mencermati, menelusuri dan menilai
ketaatan pemegang IUPHHK dan atau IPK terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang self assessment.

8.

Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data
transaksi yang dibuat setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan
pencatatan keuangan.

9.

Bukti relevanadalah bukti yang menguatkan atau logis mendukung
argument yang berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan post
audit.

10. Bukti kompeten adalah bukti yang sah dan memenuhi persyaratan
ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan.
11. Bukti cukup material adalah bukti yang memenuhi syarat untuk
mendukung hasil atau temuan post audit.
12. Tim Evaluasi Post Audit yang selanjutnya disebut Tim Evaluasi adalah
Tim yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal dengan Surat Keputusan
yang diketuai oleh Direktur di bidang Usaha Hutan Produksi untuk
melakukan evaluasi pemegang IUPHHK dan atau IPK yang akan
ditetapkan sebagai obyek post audit dan evaluasi laporan hasil post
audit bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal.
13. Tim Pelaksana Post Audit yang selanjutnya disebut Tim Pelaksana
adalah tim yang tetapkan oleh Direktur Jenderal dengan Surat Tugas
yang diketuai oleh Direktur di bidang Iuran dan Peredaran Hasil
Hutan untuk melaksanakan post audit terhadap pemegang IUPHHK
dan atau IPK yang ditetapkan sebagai obyek post audit.

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

6

14. Supervisor Post Audit yang selanjutnya disebut Supervisor adalah
personil yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal dengan Surat Tugas
untuk memantau dan mengevaluasi serta memberikan arahan teknis
kepada Tim Pelaksana agar pelaksanaan kegiatan post auditberjalan
efektif tepat sasaran dan sesuai tujuan.
15. Laporan keuangan pemanfaatan hutan produksi adalah laporan
penatausahaan keuangan kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu oleh pemegang IUPHHK dan atau IPK sesuai pedoman pelaporan
keuangan pemanfaatan hutan produksi (DOLAPKEU-PHP).
16. Penggantian Nilai Tegakan yang selanjutnya disebut PNT adalah salah
satu kewajiban selain PSDH dan DR yang harus dibayar kepada
Negara akibat dari izin pemanfaatan kayu, penggunaan kawasan
hutan melalui izin pinjam pakai, dan dari areal kawasan hutan yang
telah dilepas /Areal Penggunaan Lain yang telah dibebani HGU yang
masih terdapat hasil hutan kayu dari pohon yang tumbuh secara
alami termasuk pada lahan milik/dikuasai sebelum terbitnya alas
titel, dan kegiatan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
17. Data elektronik adalah informasi atau rangkaian informasi yang
disusun dan/atau dihimpun untuk kegunaan khusus yang diterima,
direkam, dikirim, disimpan, diproses, diambil kembali, atau
diproduksi secara elektronik dengan menggunakan komputer atau
perangkat pengolah data elektronik, optikal, atau cara lain yang
sejenis.
18. Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik
yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh yang
mampu memahaminya.
19. Buku besar adalah catatan transaksi keuangan untuk setiap
perkiraan tertentu yang berfungsi sebagai dasar pembuatan neraca
keuangan.
20. Jurnal adalah catatan semua bukti transaksi yang dikeluarkan dalam
setiap aktifitas kegiatan transaksi secara kronologis waktu sesuai
dengan urutan tanggal.
21. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
22. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan
tanggungjawab di bidang pengelolaan hutan produksi lestari.
23. Dinas Provinsi adalah instansi yang diserahi tugas dan tanggungjawab
di bidang pengelolaan hutan produksi di wilayah provinsi.

www.peraturan.go.id

7

2015, No.1251

24. Balai adalah unit pelaksana teknis yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal.
25. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan pembentukannya,
yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
BAB II
ASAS, MANFAAT, PRINSIP, MAKSUD DAN TUJUANPOST AUDIT
Pasal 2
Post audit berazaskan :
a.

obyektif dalam menilai fakta;

b.

menjaga kerahasiaan data hasilpelaksanaan post audit;

c.

tanggung jawab menjaga kerahasiaan pemegang IUPHHK dan atau
IPK sebagai objek post audit.
Pasal 3

Manfaat pelaksanaan post audit, meliputi:
a.

teridentifikasinya ketaatan pemegang IUPHHK dan atau IPK terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang self assesment;

b.

menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengendalian pemanfaatan
hutan produksi, penatausahaan hasil hutan kayu serta kewajiban
pembayaran PNBP;

c.

tidak terjadi hilangnya/berkurangnya hak hak Negara atas hasil
hutan; dan

d.

Hutan Produksi Lestari.
Pasal 4

Prinsip post auditberupa :
a.

cermat, akurat, tepat, baik dan benar;

b.

temuan didukung dengan bukti yang relevan, kompeten dan cukup
material.
Pasal 5

Pelaksanaan Post audit dimaksudkan untuk menguji ketaatan pemegang
IUPHHK dan atau IPK terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang self assessment sesuai ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pemanfaatan hasil hutan, penatausahaan hasil hutan
kayu serta kewajibang pembayaran PNBP.

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

8

Pasal 6
Pelaksanaan post audit bertujuan :
a.

tertib pelaksanaan self assessmentpemanfaatan hasil hutan,
penatausahaan hasil hutan kayu serta kewajibang pembayaran PNBP;

b.

optimalisasi penerimaan hak negara.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 7

Ruang lingkup post auditadalah :
a.

kegiatan pemanfaatan hasil hutan dan penatausahaan hasil hutan
kayu oleh pemegang IUPHHK-HA, IUPHHK-HTI, dan IPK;

b.

kegiatan pemenuhan terhadap kewajiban
pemegang IUPHHK-HA,IUPHHK-HTI, dan IPK.

pembayaranPNBPoleh

Pasal 8
(1) Kegiatan pemanfaatan hasil hutan dan penatausahaan hasil hutan
kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, meliputi:
a.

timber cruising, pembuatan peta pohon dan pembukaan wilayah
hutan;

b.

rencanakerja penebangan (RKT)atau pemanenan/rencana kerja
pembukaan lahan;

c.

penebangan atau pemanenan;

d.

penandaan, pengukuran dan pengujian;

e.

pengangkutan/peredaran;

f.

pembuatan buku ukur;

g.

pembuatan laporan hasil produksi; dan

h.

penimbunan.

(2) Kegiatan pemenuhan kewajiban pembayaran PNBP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, berupa pelunasan PSDH, DR
dan/atau PNT.
Pasal 9
Kegiatan post audit dilakukanterhadap pemegang IUPHHK dan atau IPK
yang dalam pelaksanaan kegiatannya dapat mengakibatkan
tidak
terpungutnya hak-hak Negara atas hasil hutan kayu dan/atau dapat
mengakibatkan hutan yang dikelola tidak lestari berdasarkan laporan
bidang evaluasi atas :

www.peraturan.go.id

9

2015, No.1251

a.

hasil evaluasimelalui sistem Penatauasahaan Hasil Hutan Online
(SIPUHH);

b.

hasil evaluasi laporan produksi melalui Sistem Informasi Produksi
Hasil Hutan Alam Online (SIPHAO);

c.

hasil evaluasi laporan kinerja secara periodik melalui aplikasi
pelaporan kinerja IUPHHK-HA (e-Monev Kinerja PHA);

d.

rekomendasi laporan supervisi/pembinaan kinerja IUPHHK dan atau
IPK;

e.

usulan Dinas Provinsi berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
IUPHHK dan atau IPK;

f.

usulan Balai berdasarkan hasil pemantauan IUPHHK dan atau IPK;

g.

hasil evaluasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban pembayaran PNBP
dan atau SIMPONI; dan atau

h.

hasil penelaahan berdasarkan informasi yang dapat dipertanggung
jawabkan.
BAB IV
ORGANISASIPOST AUDIT DAN URAIAN TUGAS
Pasal 10

Struktur Organisasi Post audit terdiri dari :
a.

Penanggungjawab;

b.

Bidang Evaluasi;

c.

Bidang PelaksanaPost audit; dan

d.

Supervisor.
Pasal 11

(1) Penanggungjawab Post audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf a adalah Direktur Jenderal.
(2) Penanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki
tugas:
a.

menugaskan bidang Evaluasi melaksanakan evaluasi terhadap
pemegang IUPHHK dan atau IPK untuk ditetapkan sebagai obyek
postaudit;

b.

menetapkan pemegang IUPHHK dan atau IPKobyek postaudit
berdasarkan pertimbangan bidang Evaluasi;

c.

menerbitkan Surat Tugas Tim Pelaksana Post auditdan Surat
Pemberitahuan Post Audit kepada pemegang IUPHHK dan atau
IPK obyek postaudit;

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

10

d.

menetapkan supervisor dengan Surat Tugas;

e.

menerima laporan hasil post audit setelah dievaluasi oleh bidang
Evaluasi; dan

f.

menetapkan sanksi berdasarkan hasil evaluasi laporan post
audit.

(3) Bidang Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b,
diketuai oleh Direktur di bidang usaha hutan produksi, selanjutnya
dalam pelaksanaannya membentuk Tim Evaluasi.
(4) Tim Evaluasisebagaimana dimaksud pada ayat (3), memiliki tugas:
a.

melakukan evaluasi terhadap pemegang IUPHHK dan atau IPK
untuk ditetapkan sebagai obyek post audit;

b.

menyampaikan kepada Direktur Jenderal atas hasil evaluasi
pemegang IUPHHK dan atau IPKserta alasan alasan untuk
ditetapkan sebagai obyek post audit;

c.

melakukan evaluasi laporan hasil post audit melalui ekpose oleh
Tim Pelaksana; dan

d.

menyampaikan kepada Direktur Jenderal atas hasil evaluasi
laporan post audit disertai dengan pertimbangan tindak
lanjutnya.

(5) Bidang Pelaksana Post audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf c, diketuai oleh Direktur di bidang Iuran dan Peredaran Hasil
Hutan, selanjutnya dalam pelaksanaanPost audit, Direktur di bidang
Iuran dan Peredaran Hasil Hutan membentuk Tim Pelaksana Post
audit untuk diusulkan kepada Direktur Jenderal.
(6) Tim Pelaksana Post auditsebagaimana dimaksud pada ayat (5),
memiliki tugas :
a.

melakukan pemeriksaan administrasi dan fisik lapangan;

b.

membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP);

c.

membuat Berita Acara Penutup apabila pemegang IUPHHK/IPK
tidak bersedia menandatangani BAP;

d.

membuat laporan kepada Direktur Jenderal; dan

e.

melaksanakan ekpose laporan hasil post audit di hadapan Tim
Evaluasi.

(7) Supervisor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d, memiliki
tugas:
a.

memberikan arahan kepada Tim Pelaksana agar pelaksanaan post
audit efektif, tepat sasaran dan tujuan;

www.peraturan.go.id

11

2015, No.1251

b.

bersama-sama dengan Ketua Tim Pelaksana mengambil
keputusan operasional untuk mengatasi permasalahan;

c.

memantau perkembangan terhadap pelaksanaan kegiatan post
audit oleh Tim Pelaksana Post audit;

d.

mengevaluasi terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan post audit
oleh Tim Pelaksana Post audit; dan

e.

mengusulkan perpanjangan waktu pelaksanaan
kepada Direktur Jenderal apabila diperlukan.

post

audit

BAB V
TATALAKSANA
Pasal 12
(1) Tim Evaluasi mengusulkan obyek post auditkepada Direktur Jenderal
selaku penanggung jawab disertai dengan alasan-alasan.
(2) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Direktur
Jenderal menetapkan pemegang IUPHHK dan atau IPK obyek post
audit.
(3) Berdasarkan penetapan pemegang IUPHHK dan atau IPKobyek
postaudit sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal
menerbitkan:
a.

Surat Tugas Tim Pelaksana yang berisi antara lain :
1.

Penetapan personil Tim Pelaksana yang anggotanya terdiri
dari personil pada Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat
Lingkup Direktorat Jenderal, Dinas Provinsi dan/atau KPHP,
dan Balai;

2.

Obyek post audit;

3.

Sasaran post audit; dan

4.

Waktu pelaksanaan.

b.

Surat Pemberitahuan Pelaksanaan post audit kepada pemegang
IUPHHK/IPK obyek post audit.

c.

Surat Tugas Supervisor yang berisi antara lain :
1.

Penetapan personil supervisor;

2.

Obyek supervisi; dan

3.

Waktu pelaksanaan.

(4) Berdasarkan Surat Tugas dan Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b, Tim Pelaksana Post audit
melaksanakan kegiatan post audit.

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

12

(5) Pelaksanaan post audit disupervisi oleh Supervisor yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c.
(6) Tim Pelaksana post audit menyerahkan laporan hasil post audit dan
BAP kepada Direktur Jenderal melalui Direktur Iuran dan Peredaran
Hasil Hutan.
(7) Direktur Jenderal menugaskan Tim Evaluasi melakukan evaluasi atas
laporan hasil post audit.
(8) Tim Evaluasi melakukan evaluasi laporan hasil post audit melalui
ekspose oleh Tim Pelaksana Post audit didampingi oleh Supervisor.
(9) Tim Evaluasi menyampaikan hasil evaluasi laporan hasil post audit
serta pertimbangan tindak lanjutnya kepada Direktur Jenderal
melalui Direktur Usaha Hutan Produksi.
(10) Direktur Jenderal menetapkan sanksi berdasarkan hasil evaluasi
laporan post audit.
BAB VI
PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Persiapan
Pasal 13
(1) Tim Pelaksana Post audit dan Supervisor yang telah ditetapkan
mengadakan rapat persiapan pelaksanaan.
(2) Tim Pelaksana Post auditmembuat rencana kerja audit.
(3) Tim Pelaksana Post audit melakukan pengumpulan data dan
informasi awal termasuk data dan informasi elektronik adanya
indikasi pelanggaran, melalui dokumen termasuk antara lain :
a.

Timber cruising, pembuatan peta pohon dan pembukaan wilayah
hutan;

b.

Rencanakerja penebangan (RKT) atau pemanenan/rencana kerja
pembukaan lahan;

c.

Produksi/penebangan;

d.

Pembuatan buku ukur;

e.

Pengangkutan/peredaran kayu bulat;

f.

Pembuatan laporan hasil produksi (LHP);

g.

PNBP;dan

h.

Laporan keuangan pemanfaatan hutan produksi.

www.peraturan.go.id

13

2015, No.1251

Bagian Kedua
Pelaksanaan
Pasal 14
(1) Tim Pelaksana post audit melakukan pertemuan pembukaan dengan
pemegang IUPHHK dan atau IPK untuk menjelaskan maksud dan
tujuan pelaksanaan post audit.
(2) Pemegang IUPHHK dan atau IPK obyek post audit menjelaskan
Prosedur Operasional Standar (POS) kegiatan usaha pemanfaatan
kepada Tim Pelaksana.
(3) Tim Pelaksana post auditmelakukan auditkegiatan pemanfaatan hasil
hutan, penatausahaan hasil hutan kayu serta kewajibang pembayaran
PNBPmelalui pemeriksaan dokumen termasuk dokumen elektronik
dan/atau fisik pada kegiatan:
a.

timber cruising, pembuatan peta pohon dan pembukaan wilayah
hutan;

b.

rencana kerja penebangan (RKT) atau pemanenan/rencana kerja
pembukaan lahan;

c.

penebangan atau pemanenan;

d.

penandaan, pengukuran dan pengujian;

e.

pembuatan buku ukur;

f.

pembuatan laporan hasil produksi;

g.

pengangkutan/peredaran kayu bulat;

h.

penimbunan;

i.

pembayaran kewajibanterhadap PNBP;

j.

laporan keuangan pemanfaatan hutan produksi yang dibuat
berdasarkan Dolapkeu PHP, dan dokumen pendukungnya yang
dapat berupa:
1.

Buku besar;

2.

Buku jurnal;

3.

Bukti transaksi;

4.

Dokumen lainnya .
Pasal 15

(1) Hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dibuatkan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang ditandatangani oleh seluruh
anggota Tim Pelaksana dan pihak pemegang IUPHHK dan atau IPK
obyek post audit.

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

14

(2) Dalam hal pemegang IUPHHK dan atau IPK obyek post audit tidak
bersedia menandatangani hasil post audit Tim Pelaksana membuat
Berita Acara Penutup yang mencantumkan alasan pemegang IUPHHK
dan atau IPK tidak bersedia menandatangani BAP.
(3) Tim Pelaksana post audit melakukan pertemuan penutupan dengan
pemegang IUPHHKdan atau IPK obyek post audit.
(4) Dalam pertemuan penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Tim Pelaksana menjelaskan secara singkat hasil post audit.
Bagian Ketiga
Pelaporan dan Evaluasi
Pasal 16
(1) Penyusunan laporan hasil post auditdibuat berdasarkan data dan
Berita Acara Pemeriksaan hasil post audit serta dokumen
pendukungnya.
(2) Laporan post audit disampaikan kepada Direktur Jenderal paling
lambat 10(sepuluh) hari kerja terhitung sejak pertemuan penutupan
dengan pemegang IUPHHK.
(3) Direktur Jenderal menugaskan tim evaluasi untuk melakukan
evaluasi laporan hasil post audit paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah menerima laporan.
(4) Tim Evaluasi melakukan evaluasi laporan post audit melalui ekpose
oleh Tim Pelaksana didampingi oleh Supervisor paling lambat 5 (lima)
hari kerja sejak laporan post audit diterima.
(5) Tim Evaluasi menyampaikan hasil pembahasan laporan post audit
kepada Direktur Jenderal disertai dengan disertai pertimbangan
tindak lanjutnya paling lambat 5(lima) hari kerja sejak evaluasi
dilakukan.
(6) Direktur Jenderal menetapkan pengenaan sanksi berdasarkan hasil
evaluasi dan pertimbangan Tim Evaluasi.
BAB VII
SANKSI
Pasal 17
(1) Pemegang IUPHHK-HA dikenakan sanksi denda administratif sebesar
10 (sepuluh) kali PSDH apabila melakukan pelanggaran:
a.

tidak melakukan penatausahaan hasil hutan;

b.

tidak melakukan pengukuran atau pengujian hasil hutan;

c.

menebang kayu yang melebihi toleransi target 5% (lima persen)
dari total target volume yang ditentukan dalam RKTUPHHK; dan

www.peraturan.go.id

15

d.

2015, No.1251

menebang kayu yang melebihi toleransi sebesar 5% (lima persen)
dari volume per kelompok jenis kayu yang ditetapkan dalam
RKTUPHHK.

(2) Pemegang IUPHHK-HA dikenakan sanksi denda administratif sebesar
15 (lima belas) kali PSDH apabila melakukan pelanggaran:
a.

menebang kayu yang dilindungi;

b.

menebang kayu sebelum RKTUPHHK disahkan/disetujui;

c.

menebang kayu untuk pembuatan koridor sebelum izin atau
tidak sesuai dengan izinpembuatan koridor;

d.

menebang kayu dibawah batas diameter yang diizinkan;

e.

menebang kayu di luar blok tebangan yang diizinkan;

f.

menebang kayu untuk pembuatan jalan bagi lintasan angkutan
kayu di luar blok RKTUPHHK/tidak sesuai dengan rencana,
kecuali dengan izin dari pejabat yang berwenang.

(3) Pemegang IUPHHK-HTI dikenakan sanksi denda administratif sebesar
10 (sepuluh) kali PSDH apabila melakukan pelanggaran:
a.

tidak melaksanakan penatausahaan hasil hutan;

b.

tidak melakukan pengukuran atau pengujian hasil hutan.

(4) Pemegang IPK dikenakan sanksi denda administratif sebesar 15 (lima
belas) kali PSDH dan ditambah melunasi PSDH, DR dan PNT, apabila:
a.

melakukan penebangan di luar areal IPK tetapi masih di dalam
areal izin peruntukan;

b.

melakukan pembukaan lahan dengan tidak melaksanakan secara
bertahap sesuai dengan rencana kerja pembukaan lahan tahunan
yang telah ditetapkan dalam izin pinjam pakai kawasan hutan;

c.

melakukan penebangan sebelum IPK diterbitkan; dan/atau

d.

tidak membuat LHP atas kayu yang ditebang.
Pasal 18

Sanksi denda administratifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
dikenakan kepada pemegang IUPHHK dan atau IPK apabila hasil temuan
post auditmemenuhi persyaratan bukti yang dapat berupa:
a.

bukti fisik, bukti yang diperoleh dari pengukuran dan penghitungan
fisik secara langsung;

b.

bukti dokumen, bukti yang berisi informasi tertulis seperti buku
besar, jurnal, bukti asli transaksi, dan informasi tertulis lainnya.

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

16

Pasal 19
Tata cara pengenaan sanksi mengikuti Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan yang mengatur tata cara pengenaan sanksi
administratif di bidang pemanfaatan hutan produksi, penatausahaan hasil
hutan kayu serta kewajiban pembayaran PNBP.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN
Pasal 20
Penanggungjawab,
Supervisor Post
berdasarkan hasil
tanggungjawabnya
undangan.

Bidang Evaluasi, Bidang Pelaksana post audit, dan
Audit diberikan insentifatas peningkatan PNBP
post audityang besarnya proporsional sesuai dengan
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangPasal 21

Pedoman teknis pelaksanaan post audit ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Jenderal.
Pasal 22
Kegiatan Post Audit dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN)
BAB IX
PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.peraturan.go.id

2015, No.1251

17

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Agustus 2015
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Agustus 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY

www.peraturan.go.id