ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA GUNTARANO KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA | Laksmayani | JSTT 6939 23161 1 PB

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI
USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA GUNTARANO
KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA
Made Krisna Laksmayani1, Max Nur Alam dan Effendy2
1
2

(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)
(Staf Pengajar Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
This study was conducted to determine the effect of production inputs (land, seed, fertilizer
and labor) towards production of Shallot, the level of technical efficiency of farming Shallots and
socioeconomic factors influence the level of technical efficiency Onion farm in the village of the
District Guntarano Tanantovea Donggala. The research location is determined intentionally
(purposive), with the consideration that that village is a center Guntarano onion production in Sub
Tanantovea Donggala. Results of analysis in this study shows that the vast land, seed, fertilizer
urea, fertilizer KCL, ZA fertilizer, organic fertilizer, and labor significantly affect production or
variable (Y) with the coefficient of determination (R2) of 0.848 indicates that the variation factors
of production onion (Y) can be explained by all the variables (Xi) of 84.8%, while 15.2% were
caused by other factors not included in the model. Technical efficiency values obtained in this study

amounted to 0.897, which means that it takes the addition of a good use of production inputs as
well as social and economic factors. Social and economic factors also affect the production of
onion in the village Guntarano (age of respondent, to farm experience, education level, frequency
of follow agricultural extension, and the number of family dependents) to the onion production
generated by the coefficient of determination (R2) of 0.510 indicates that the variation onion
production factor (Y) can be explained by all the variables (Xi) amounted to 51.0%.
Keywords: Efficiency Technical, Production Inputs, Farm, Shallots
Kabupaten Donggala. Produktivitas bawang
merah di Kabupaten Donggala secara umum
berfluktuasi selama 5 tahun terakhir. Hal ini
terlihat dari produksi bawang merah tahun
2008 sampai dengan tahun 2011 mengalami
penurunan sekitar 22,58%, sedangkan pada
tahun 2012 mengalami peningkatan yang
sangat tajam yaitu sebesar 51,60%. Hal ini
terjadi karena tahun 2012 terjadi perbaikan
saluran irigasi tersier.
Kabupaten Donggala terdiri dari
beberapa kecamatan. Kecamatan yang
menghasilkan

bawang
merah
adalah
Kecamatan Tanantovea dan Kecamatan
Labuan. Kecamatan Tanantovea dinyatakan
sebagai daerah sentra produksi bawang merah
di Kabupaten Donggala karena mampu
menghasilkan produktivitas sebesar 6,52
ton/ha, sedangkan Kecamatan Labuan
menghasilkan produktivitas 5,48 ton/ha.

Sektor pertanian memiliki peranan
penting terhadap perekonomian secara
nasional. Dibandingkan tanaman pangan dan
perkebunan, pengembangan hortikultura lebih
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini mengingat bahwa petani
Indonesia
secara
individu

hanya
mengusahakan lahan yang relatif kecil
(Sumarni dan Hidayat, 2005).
Bawang merah merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang digunakan
sebagai penyedap masakan. Kebutuhan
bawang merah di Indonesia mengalami
peningkatan sebesar 5%. Hal ini sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk
Indonesia yang setiap tahunnya juga
mengalami peningkatan (Sumarni dan
Hidayat, 2005).
Daerah
pengembangan
produksi
bawang merah di Sulawesi Tengah adalah

41

42 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 41-51


Produktivitas yang tinggi dapat dicapai
dengan pelaksanaan usahatani secara efisiensi
dan efektif.
Desa Guntarano merupakan salah
satu sentra produksi bawang merah di
Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala,
namun informasi tentang upaya peningkatan
efisiensi input produksi masih kurang bagi
petani. Informasi tersebut sangat diharapkan
agar
dapat
mengungkapkan besarnya
pengaruh input produksi, tingkat efisiensi
teknis dan faktor-faktor sosial ekonomi pada
usahatani bawang merah di Desa Guntarano.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui pengaruh input
produksi luas lahan, benih, pupuk Urea,
pupuk KCl, pupuk ZA, pupuk Organik

dan tenaga kerja terhadap produksi
bawang merah di Desa Guntarano.
b) Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis
usahatani bawang merah di Desa
Guntarano.
c) Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi tingkat efisiensi
teknis usahatani bawang merah di Desa
Guntarano.
METODE
Lokasi penelitian ditentukan secara
sengaja (purposive) yakni di Desa Guntarano
Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala,
dengan pertimbangan bahwa Desa Guntarano
merupakan salah satu sentra produksi bawang
merah di Kecamatan Tanantovea Kabupaten
Donggala. Penelitian ini akan dilaksanakan

ISSN: 2089-8630


pada Bulan November Tahun 2014 sampai
dengan Bulan Januari Tahun 2015.
Populasi adalah kumpulan dari
individu-individu sejenis dengan kualitas dan
ciri-ciri yang telah ditetapkan, sedangkan
sampel adalah bagian dari populasi yang
diteliti. Populasi petani bawang merah di
Desa Guntarano sebanyak 192 orang (KK).
Teknik
penentuan
responden
dengan
menggunakan metode simple
random
sampling dengan cara undian. Jumlah sampel
ditentukan dengan rumus Slovin (Sevilla et.
al. dalam Boedinono, 2004), sebagai berikut:

Dimana :
n

: Jumlah sampel,
N
: Jumlah populasi,
e
: Persentase batas toleransi kesalahan
(error tolerance).
Dari 192 orang petani bawang merah
di Desa Guntarano sebagai populasi dan
menggunakan nilai e sebesar 10%, maka
diperoleh sampel sebanyak 65 orang petani
bawang merah dengan asumsi kondisi
populasi dalam keadaan homogen. Nilai e
sebesar
10%
menunjukkan interval
keyakinan yang dipakai dalam penelitian ini
sebesar 90%.
Analisis data yang digunakan untuk
menjawab tujuan yang pertama adalah
menggunakan fungsi produksi CobbDouglass. Menurut Soekartawi (2003), fungsi

produksi Cobb Douglass digunakan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing input
produksi, yang secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Agar linear ditransformasikan dalam logaritma natural (ln) maka persamaan berubah
menjadi ;

Made Krisna Laksmayani, dkk. Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Input Produksi Usahatani Bawang …………43

Ln Y =

Ln bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 +
b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + e

Keterangan :
Y
= Produksi bawang merah (Kg)
X1
= Luas lahan yang ditanam bawang merah (Ha)

X2
= Jumlah benih (Kg)
X3
= Jumlah Pupuk Urea (Kg)
X4
= Jumlah Pupuk KCL (Kg)
X5
= Jumlah Pupuk ZA (Kg)
X6
= Jumlah Pupuk Organik (Kg)
X7
= Jumlah tenaga kerja (HOK)
bo
= Intercept
b1 – b7 = Koefisien regresi sekaligus Elastisitas Produksi
e
= Kesalahan Pengganggu (Error Term)
Analisis data untuk menjawab tujuan
yang
kedua mengenai efisien teknis

penggunaan input produksi dalam usahatani
bawang merah digunakan sofware Frontier
version 4.1 C. Menurut Suprihono (2003),
efisiensi teknis hanya merupakan satu
komponen dari efisiensi ekonomi secara
keseluruhan. Namun, dalam upaya mencapai
efisiensi ekonominya suatu usahatani harus
efisien secara teknis. Efisiensi teknis adalah

proses produksi dengan menggunakan
kombinasi beberapa input saja untuk
menghasilkan output yang maksimal. Dalam
penelitian ini nilai efisiensi teknisnya secara
otomatis akan terlihat dari hasil output
sofware Frontier version 4.1 C. Model
Fungsi Produksi Frontier digunakan untuk
lebih menyederhanakan analisis data (Coelli,
et all, 1996).

Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + b6LnX6

+ b7LnX7 + (Vi-Ui)
Secara ekonometrika, efisiensi teknik suatu usaha tertentu dapat terlihat dalam Tabel. 1.
Tabel 1. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usahatani Bawang Merah
Variabel
Dependen
Independen

Sumber : Suprihono, 2003.

Kode
LnY
LnX1
LnX2
LnX3
LnX4
LnX5
LnX6
LnX7
b0
b1 – b7
Vi – Ui

Variabel
Output
Luas Lahan
Benih
Pupuk Urea
Pupuk KCL
Pupuk ZA
Pupuk Organik
Tenagakerja
Intersep
Koefisien Regresi
Distribusi Normal

Skala Pengukuran
Satuan
Hektar (Ha)
Kilogram (Kg)
Kilogram (Kg)
Kilogram (Kg)
Kilogram (Kg)
Kilogram (Kg)
Orang (HOK)

44 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 41-51

HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Lahan
Sesuai dengan data yang diperoleh,
diketahui bahwa luas lahan yang digarap oleh
petani responden dalam usahatani bawang
merah di Desa Guntarano berkisar antara 0,25
ha - 1,02 ha dengan rata-rata seluas 0,50 ha.
Sebagian besar petani responden (67,69%)
hanya mengerjakan lahan yang luasnya
berkisar antara 0,25 – 0,50 ha, selanjutnya
diikuti oleh responden yang mengelola lahan
usahataninya dengan luas antara 0,51 ha –
0,76 ha yaitu sebanyak 14 orang (21,54%)
dan responden yang mengerjakan lahan seluas
0,77 – 1,02 ha hanya sebanyak 7 orang
(10,77%).
Benih
Benih Bawang merah yang digunakan
oleh responden pada umumnya adalah
varietas Lembah Palu. Luas lahan usahatani
bawang merah rata-rata seluas 0,5 ha dengan
penggunaan benih bawang merah sebanyak
304,06 kg. Selanjutnya jika harga benih
adalah Rp. 35.000,- /kg maka rata-rata biaya
penggunaan benih petani responden sebesar
Rp. 10.642.153,85 / 0,5 ha dan Rp.
20.315.418,50 / ha.
Pupuk
Penggunaan pupuk masing-masing
adalah sebagai berikut: (1) untuk Urea ratarata sebanyak 94,302 kg/ha dan jika harga
pupuk Urea rata-rata Rp. 5.000,- per kg, maka
pengeluaran untuk pupuk Urea ini mencapai
Rp 471.512,48 per ha. (2) pupuk KCL ratarata sebanyak 199,119 kg/ha dan jika harga

ISSN: 2089-8630

pupuk KCL rata-rata Rp. 7.000,- / kg, maka
pengeluaran untuk pupuk KCL ini mencapai
Rp. 1.393.832,59 per ha. (3) pupuk ZA ratarata sebanyak 200,176 kg/ha, dengan harga
rata-rata sebesar Rp. 2.500,- per kg, maka
rata-rata pengeluaran untuk pupuk ZA ini
mencapai Rp. 500.440,52 per ha, (4) pupuk
Organik rata-rata sebanyak 14.931,42 kg/ha,
dengan harga rata-rata sebesar Rp.500,- per
kg, maka rata-rata pengeluaran untuk pupuk
Organik mencapai Rp. 7.465.712,18 per ha.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan petani
responden dalam usahatani bawang merah di
Desa Guntarano meliputi berbagai jenis
pekerjaan: pengolahan lahan, penanaman,
penyiangan, penyemprotan, pemupukan dan
panen. Semua jenis pekerjaan tersebut
diselesaikan dengan menggunakan tenaga
kerja rata-rata sebanyak 153,65 HOK per ha
dengan upah sebesar Rp. 45.000/hari, maka
total biaya tenaga kerja yang harus
dikeluarkan oleh responden petani bawang
merah di Desa Guntarano rata-rata mencapai
Rp. 6.914.352,- per ha.
Estimasi Fungsi Produksi Cobb-Douglass
Sebagai Fungsi Produksi Frontier.
Parameter garis regresi diestimasi
dengan menggunakan metode Ordinary Least
Square (OLS). Metode Ordinary Least
Square akan menghasilkan estimator yang
terbaik dibandingkan dengan metode lain jika
semua asumsi klasik terpenuhi. Hasil analisis
Fungsi produksi frontier dari usahatani
bawang merah lembah palu di daerah
penelitian dapat di lihat pada Tabel 2.

Made Krisna Laksmayani, dkk. Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Input Produksi Usahatani Bawang …………45

Tabel 2. Hasil Estimasi Fungsi Produksi pada Usahatani Bawang Merah di Desa Guntarano
Kecamatan Tanantovea, 2014.
Estimasi OLS
Variabel

Estimasi MLE

Koefisien

Standar Error
(Se)

t ratio

Koefisien

Standar Error
(Se)

t ratio

Konstanta

7,917

0,020

-

8,037

0,650

-

Luas Lahan (X1)

0,327

0,027

12,305

0,378

0,923

0,409

Benih (X2)

0,617

0,038

16,146

0,684

0,525

1,303

Pupuk Urea (X3)

0,494

0,036

13,793

0,568

0,431

1,318

Pupuk KCL (X4)

0,406

0,035

11,486

0,460

0,917

0,501

Pupuk ZA (X5)

0,343

0,036

9,584

0,361

0,944

0,383

PupukOrganik (X6)

0,227

0,030

7,487

0,214

0,560

0,382

Tenaga Kerja (LX7)

0,141

0,027

5,185

0,912

0,492

0,185

Sigma Squared

2,706

-

-

3,616

0,170

0,212

-

-

-

0,991

0,972

1,019

Gamma
Adjusted R Square

0,865

Log Likelihood

29,346

50,901

-

43,109

LR Test
Responden

65

65

Sumber : Diolah dari data primer, 2014.

Tabel 2 menunjukkan estimasi fungsi
produksi frontier dengan OLS dan metode
MLE. Nilai log lilkelihood dengan metode
MLE (50,901) adalah lebih besar dari nilai
log likelihood dengan metode OLS (29,346)
yang berarti fungsi produksi dengan metode
MLE ini adalah baik dan sesuai dengan
kondisi di lapangan. Nilai ratio generalized
likelihood (LR) dari fungsi produksi
stochastic frontier sebesar 43,109. Hal ini
juga menunjukkan nilai LR test yang sangat
nyata. Ini menunjukkan bahwa hampir
Tabel 3.

semua variasi dalam keluaran dari produksi
frontier dapat dianggap sebagai akibat dari
tingkat pencapaian efisiensi teknis.
Penggunaan Input Produksi
Input produksi yang mempengaruhi produksi
bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan
Tanantovea Kabupaten Donggala yakni : luas
lahan, benih, pupuk Urea, KCL, ZA, pupuk
organik dan tenaga kerja. Pengaruh variabel
bebas (X) secara simultan terhadap variabel
tidak bebas (Y) yang tertera pada Tabel 3.

Analisis Ragam Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di
Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, 2014
Uraian

Junlah Kuadrat

df

Regression

9,885

7

Residual
Total

1,543
11,428

57
64

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2014

Kuadrat
Tengah
1,412
0,027

F hitung

Sig

52,178

,000a

46 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 41-51

Tabel 3 menunujukkan bahwa Fhitung =
52,178 dengan nilai sig = 0,000 < 0,01
membuktikan menolak hipotesis nol (H0)
pada α = 1%, artinya variabel bebas luas
lahan (X1), benih (X2), pupuk Urea (X3),
pupuk KCL (X4), pupuk ZA (X5), pupuk
organik (X6) dan tenaga kerja (X7) secara
simultan (bersama-sama) mempengaruhi

ISSN: 2089-8630

produksi bawang merah di Desa Guntarano
Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala.
Pengaruh dari masing-masing variabel bebas
(X) terhadap variabel tidak bebas (Y) data
diketahui dengan menggunakan uji-t (t-test)
seperti yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Koefisien Regresi Berganda Dari Berberapa Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Bawang Merah Di Desa Guntaramo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala,
2014
Uraian
Konstanta
Luas lahan (X1)
Benih (X2)
Pupuk Urea (X3)
Pupuk KCL (X4)
Pupuk ZA (X5)
Pupuk Organik (X6)
Tenaga Kerja (X7)
R2 = 0,862
n
= 65

Koefisien
Regresi
7,917
0,327
0,617
0,494
0,406
0,343
0,227
0,141

t hitung

12,305
16,146
13,793
11,486
9,584
7,487
5,185

Sig

0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000

Sumber : Hasil analisis data primer, 2014.

Koefisien
determinasi
yang
disesuaikan (R2) sebesar 0,862 menunjukkan
bahwa variasi faktor produksi bawang merah
(Y) dapat diterangkan oleh variabel bebas
luas lahan (X1), benih (X2), pupuk Urea (X3),
pupuk KCL (X4), pupuk ZA (X5), pupuk
Organik (X6) dan tenaga kerja (X7) sebesar
86,2%, sedangkan 13,8% diterangkan oleh
faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model misalnya faktor iklim, dan lain-lain.
Estimasi koefisien regresi pada Tabel
4 dapat ditulis dalam bentuk persamaan
matematik sebagai berikut :
Y* = 7,917 + 0,327 X1 + 0,617 X2 +
0,494 X3 + 0,406 X4 + 0,343 X5 + 0,227
X6 + 0,141 X7* = dalam bentuk logaritma
natural
Dalam persamaan regresi dari suatu
penelitian, nilai koefisien pada masing masing
variabel independen (luas lahan, benih, pupuk
urea, pupuk KCL, pupuk ZA, pupuk organik,

dan tenaga kerja) harus melalui pengujian
secara parsial, hal ini bertujuan untuk
mengetahui variabel independen mana saja
yang memiliki pengaruh nyata terhadap
variabel dependen.
Uji signifikansi merupakan salah satu
bagian dalam analisis regresi linear, dalam uji
signifikansi ini menggunakan data yang
terdapat pada Tabel 4 yang menunjukkan nilai
koefisien untuk masing-masing variabel
independen.
Apabila signifikansi yang digunakan
sebagai ukuran maka nilai signifikansi
tersebut harus dibandingkan dengan tingkat
alpha (α = 1%). Apabila signifikansi < α =
1%, maka dinyatakan signifikan. Namun
apabila signifikansi > α = 1%, maka
dinyatakan tidak signifikan. Apabila hal ini
terjadi maka tidak ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.

Made Krisna Laksmayani, dkk. Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Input Produksi Usahatani Bawang …………47

Pengaruh dari masing-masing input
produksi terhadap produksi bawang merah di
Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea
Kabupaten Donggala dapat diartikan bahwa
untuk setiap penambahan masing-masing
input produksi (luas lahan, benih, pupuk urea,
KCl, ZA, pupuk organik dan tenaga kerja)
sebesar 1 % sampai pada batas optimal
penambahan input
dapat meningkatkan
produksi bawang merah sebesar koefisien
regresi masing-masing input produksi tersebut
dengan asumsi faktor lain dianggap konstan.
Penambahan input produksi bertujuan untuk
meningkatkan produksi dalam usahatani
bawang merah dengan asumsi faktor produksi
lain tercukupi.
Efisiensi Teknis Usahatani Bawang Merah.
Rata-rata tingkat efisiensi teknis yang
dicapai oleh usahatani bawang merah di
lokasi penelitian adalah sebesar 0,8971
artinya bahwa secara keseluruhan ratarata petani responden di daerah penelitian
adalah sebesar 89,71% dari frontier. Nilai
rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai
petani responden menunjukkan bahwa nilai
efisiensi teknis ini masih berada dibawah 1,
artinya belum efisien secara teknis dan masih
memungkinkan
untuk
menambah
beberapa variabel inputnya untuk dapat
meningkatkan efisiensi teknis usahatani
bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan
Tanantovea Kabupaten Donggala. Distribusi
tingkat efisiensi teknis usahatani bawang
merah ditunjukkan pada Gambar 1.

Sumber : Diolah dari data primer, 2014.
Gambar 1.

Distribusi Tingkat Efisiensi
Teknis Usahatani Bawang
Merah di Desa Guntarano
Kecamatan
Tanantovea
Kabupaten Donggala,2014.

Gambar 1 memperlihatkan bahwa
tingkat efisiensi teknis minimal = 0,4502 dan
maksimum = 0,9899 dengan rata-rata =
0,8971. Petani bawang merah di Desa
Guntarano memiliki kategori tingkat efisiensi
teknis yang cukup tinggi. Nilai efisiensi
teknis yang dihasilkan tersebut mengandung
arti bahwa penggunaan faktor produksi oleh
para petani belum efisien atau penggunaan
input produksi masih perlu ditambahkan.
Input produksi yang ditambahkan dalam hal
ini bukan hanya input luas lahan, benih pupuk
urea, KCl, ZA, pupuk organik dan tenaga
kerja, namun lebih pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang ada, dalam hal ini
adalah faktor sosial dan ekonomi para petani.
Analisis Pengaruh Faktor Sosial dan
Ekonomi Pada Usahatani Bawang Merah
di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea
Kabupaten Donggala.
Pengaruh faktor sosial dan ekonomi
petani responden bawang merah di Desa
Guntarano secara simultan terhadap produksi
bawang merah lembah palu dapat di lihat
pada Tabel 5 berikut.

48 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 41-51

ISSN: 2089-8630

Tabel 5. Analisis Ragam Faktor Sosial dan Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi Bawang
Merah di Desa Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala, 2014
Uraian

Junlah Kuadrat

df

Kuadrat
Tengah

F hitung

Sig

Regression

0,492

5

0,098

14,324

,000a

Residual
Total

0,405
0,897

59
64

0,007

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2014

Tabel 5 menunujukkan bahwa Fhitung =
14,324 dengan nilai sig = 0,000 < 0,01
membuktikan menolak hipotesis nol (H0)
pada α = 1%, artinya variabel bebas umur
responden (X1), pengalaman berusahatani
(X2), tingkat pendidikan responden (X3),
frekuensi mengikuti penyuluhan (X4), dan

jumlah tanggungan keluarga (X5) secara
simultan (bersama-sama) mempengaruhi
produksi bawang merah di Desa Guntarano
Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala.
Pengaruh dari masing-masing variabel bebas
X terhadap variabel tidak bebas Y digunakan
uji-t (t-test) seperti yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Koefisien Regresi Berganda Dari Berberapa Faktor Sosial dan Ekonomi Yang
Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Di Desa Guntarano Kecamatan
Tanantovea Kabupaten Donggala, 2014
Uraian
Konstanta
Umur Responden (X1)
Pengalaman Berusahatani (X2)
Tingkat Pendidikan (X3)
Frek Mengikuti Penyuluhan (X4)
Jumlah Tanggungan Keluarga (X5)
R2 = 0,740
n = 65
* = Tingkat α 10 % (0,100)
** = Tingkat α 5 % (0,050)
*** = Tingkat α 1 % (0,010)

Koefisien
Regresi
0,897
- 0,009
0,025
0,023
0,067
- 0,008

t hitung

- 0,751
1,844*
2,078**
4,760***
- 0,741

Sig

0,455
0,070
0,042
0,000
0,462

Sumber : Hasil analisis data primer, 2014.

Koefisien
determinasi
yang
2
disesuaikan (R ) sebesar 0,740 menunjukkan
bahwa variasi faktor produksi bawang merah
(Y) dapat diterangkan oleh variabel bebas
umur responden
(X1), pengalaman
berusahatani (X2), tingkat pendidikan (X3),
frekuensi mengikuti penyuluhan (X4), dan
jumlah tanggungan keluarga (X5), sebesar
74,0%, sedangkan 26,0% diterangkan oleh
faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model.

Estimasi koefisien regresi pada Tabel
6 dapat ditulis dalam bentuk persamaan
matematik sebagai berikut :
ET* = 0,897 - 0,009 X1 + 0,025 X2 +
0,023 X3 + 0,067 X4 - 0,008 X5
* = dalam bentuk logaritma natural
Variabel umur tidak berpengaruh
nyata dalam efisiensi usaha tani bawang
merah, dengan koefisien yang bertanda
negatif (- 0,009) yang berarti bahwa semakin
tua umur petani maka efisiensi akan semakin
menurun. Hal ini menunujukkan bahwa petani

Made Krisna Laksmayani, dkk. Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Input Produksi Usa hatani Bawang …………49

yang berumur kurang dari 60 tahun akan
menghasilkan usahatani yang lebih efisien
dibandingkan petani yang berumur lebih dari
60 tahun. Sesuai kondisi yang terjadi di
lapangan, umur petani responden di Desa
Guntarano mayoritas berada pada klasifikasi
tenaga kerja produktif atau masih dalam
tingkat partisipasi kerja aktif (15 – 64 tahun)
sebanyak 61 jiwa (93,85%), sedangkan petani
tidak produktif yang berusia > 65 tahun hanya
4 jiwa (6,15%), dapat dijelaskan bahwa
semakin tua umur petani menyebabkan
mereka semakin lemah dalam berusaha dan
lamban atau kurang tertarik untuk menerima
inovasi baru.
Penelitian
ini
relevan
dengan
penelitian Effendy (2013), Suharyanto, dkk
(2013), dan Ahmad (2012) yang menyatakan
bahwa umur petani yang semakin meningkat
tidak mempunyai pengaruh positif terhadap
peningkatan produksi.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
bahwa nilai t hitung = 1,844* dan nilai sig =
0,070 (lebih kecil dari α = 0,100) pada uji dua
arah, berarti pengalaman berusahatani petani
responden berpengaruh nyata terhadap
produksi bawang merah di Desa Guntarano.
Rata-rata pengalaman berusahatani petani
responden yaitu 17 tahun, sehingga petani
masih terbuka dalam menerima teknologi
baru dan akan lebih mudah untuk mengetahui
manfaat inovasi teknologi baru yang
diperkenalkan sehingga mereka terdorong
untuk menguasai dan menerapkan teknologi
tersebut dalam upaya peningkatan produksi
usahataninya. Nilai koefisien regresi sebesar
0,025 menunjukkan bahwa penambahan
pengalaman berusahatani petani selama 1%
dapat meningkatkan efisiensi teknis sebesar
0,025% dengan asumsi faktor lain dianggap
konstan.
Penelitian
ini
relevan
dengan
penelitian Effendy (2013), Tanjung (2003)
dan Antara, dkk (2009) yang menyatakan
bahwa lamanya pengalaman berusahatani
petani responden berpengaruh signifikan
terhadap produksi usahatani.

Variabel tingkat pendidikan petani
digunakan sebagai masukan managemen.
Pendidikan merupakan variabel penting yang
dapat meningkatkan efisiensi. Sesuai data
yang diperoleh diketahui bahwa tingkat
pendidikan responden di Desa Guntarano
bervariasi antara pendidikan SD, SMP sampai
dengan SMA/SLTA. Tingkat pendidikan
responden petani bawang merah lembah palu
di Desa Guntarano lebih terkonsentrasi pada
tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 31
orang (47,69%), kemudian diikuti dengan
responden yang memiliki tingkat pendidikan
SMA sebanyak 20 orang (30,77%) dan
responden yang berpendidikan SD sebanyak
14 orang (21,54%). Tingkat pendidikan yang
dimiliki petani menjelaskan bahwa petani
bawang merah di Desa Guntarano cukup baik,
sehingga dibutuhkan penyuluhan dan
pendampingan, sehingga petani dapat lebih
efisien dalam mengalokasikan sarana
produksi dalam berusahatani bawang merah.
Artinya tingginya tingkat pendidikan akan
juga berdampak pada kemauan dan
kemampuan petani dalam mengakses
informasi
tentang
penggunaan
faktor
produksi.
Hasil
estimasi
efisiensi
menunjukkan variabel tersebut berpengaruh
nyata dengan koefisien bertanda positif
(0,023) dengan nilai sig 0,042 < 0,050 yang
artinya makin tinggi pendidikan maka
efisiensi akan semakin meningkat.
Penelitian
ini
relevan
dengan
penelitian yang dilakukan Suharyanto, dkk
(2013), Ahmad (2012) dan Effendy (2013)
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan
petani responden berpengaruh signifikan
terhadap produksi usahatani.
Variabel
frekuensi
mengikuti
penyuluhan pertanian, memberikan hasil yang
signifikan berpengaruh nyata dengan
koefisien yang bertanda positif (0,067) yang
bemakna bahwa semakin sering petani
mengikuti penyuluhan pertanian yang
diadakan pemerintah melalui dinas terkait dan
perguruan tinggi akan berpengaruh terhadap
keterampilan petani dalam menerapkan

50 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 2, April 2015 hlm 41-51

teknologi baru (inovasi) dalam bidang
pertanian yang berdampak dalam peningkatan
efisiensi teknis usahatani bawang merah di
Desa Guntarano. Frekuensi mengikuti
penyuluhan pertanian responden bawang
merah di Desa Guntarano 1 – 4 kali dalam 1
kali musim tanam sebanyak 43 jiwa
(66,15%), sedangkan frekuensi 5 - 8 kali
sebanyak 22 jiwa (33,85%) dengan rata-rata
sebesar 3,78. Data tersebut memberikan
gambaran bahwa frekuensi mengikuti
penyuluhan pertanian oleh responden di desa
ini relatif sudah cukup baik sehingga
diharapkan dapat membantu responden dalam
mengelola usahataninya. Hasil estimasi
efisiensi menunjukkan variabel tersebut
berpengaruh nyata dengan nilai sig 0,000 <
0,01 yang artinya makin tinggi frekuensi
mengikuti penyuluhan pertanian maka
efisiensi akan semakin meningkat. Nilai
koefisien regresi sebesar 0,067 menunjukkan
bahwa penambahan frekuensi mengikuti
penyuluhan pertanian petani selama 1% dapat
meningkatkan efisiensi teknis sebesar 0,067%
dengan asumsi faktor lain dianggap konstan.
Penelitian ini relevan dengan Effendy
(2013) yang menyatakan bahwa frekuensi
mengikuti penyuluhan pertanian bagi petani
responden berpengaruh signifikan terhadap
produksi usahatani.
Hasil analisis terhadap jumlah anggota
rumah tangga petani terhadap efisiensi usaha
tani memberikan pengaruh yang tidak nyata
walaupun memiliki koefisien yang bertanda
negatif (-0,008) yang berarti semakin banyak
jumlah anggota rumah tangga maka akan
semakin tidak efisien dalam usahataninya.
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 48
jiwa (73,85%) memiliki jumlah tanggungan
keluarga sebanyak 1 – 3 orang, sedangkan 17
jiwa
(26,15%)
mempunyai
jumlah
tanggungan keluarga sebanyak 4 - 6 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
tanggungan keluarga petani responden relatif
sedikit. Fakta yang terjadi di lapangan
menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah
tanggungan keluarga tidak mempengaruhi

ISSN: 2089-8630

produksi yang dihasilkan dalam usahatani
bawang merah. Hal ini didukung oleh adanya
fenomena saat ini bahwa banyak anak petani
yang enggan terlibat atau meneruskan
usahatani orang tuanya sendiri bahkan ada
orang tuanya sendiri yang yang tidak
mendukung anaknya untuk berusahatani. Hal
ini
karena
sektor
pertanian
belum
memberikan insentif yang menarik terhadap
pelaku usahanya, sehingga mereka belum
merasa tertarik untuk melanjutkannya.
Penelitian
ini
relevan
dengan
Suharyanto, dkk (2013) dan Tanjung (2003)
yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan
keluarga petani responden berpengaruh tidak
nyata terhadap produksi usahatani.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Hasil penelitian terhadap usahatani
bawang merah di Desa Guntarano Kecamatan
Tanantovea
Kabupaten
Donggala
memberikan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
Luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk
KCL, pupuk ZA, pupuk organik, dan tenaga
kerja berpengaruh nyata terhadap produksi
atau variabel (Y). Koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,848 menunjukkan bahwa variasi
faktor produksi bawang merah (Y) dapat
diterangkan oleh semua variabel (Xi) sebesar
84,8 %, sedangkan 15,2 % disebabkan oleh
faktor lain yang tidak dimasukan dalam
model.
Nilai Efisiensi teknis yang diperoleh
dalam penelitian ini sebesar 0,8971 yang
berarti bahwa diperlukan penambahan baik
penggunaan input produksi maupun faktor
sosial dan ekonomi yang ada di Desa
Guntarano Kecamatan Tanantovea Kabupaten
Donggala.
Faktor
sosial
dan
ekonomi
mempengaruhi produksi bawang merah di
Desa
Guntarano
yakni
pengalaman
berusahatani, tingkat pendidikan, dan
frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian
berpengaruh positif terhadap tingkat efisiensi

Made Krisna Laksmayani, dkk. Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Input Produksi Usahatani Bawang …………51

teknis usahatani bawang merah lembah palu
yang dihasilkan. Faktor umur petani
responden dan jumlah tanggungan keluarga
berpengaruh
negatif terhadap tingkat
efisiensi teknis usahatani bawang merah.

DAFTAR RUJUKAN
Ahmad. Y. K., 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Efisiensi Teknis pada
Usahatani Padi Lahan Pasang Surut
di Kecamatan Anjir Muara Kabupaten
Barito Kuala Kalimantan Selatan.
Univ
Lambung
Mangkurat.
Kalimantan Selatan Jurnal Agribisnis
Perdesaan, 2(1) ; 35 - 52
Ahmad. Y. K. Sri H dan Yusman S., 2008.
Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya
Saing Jagung Pada Lahan Kering di
Kabupatem Tanah Laut, Kalimantan
Selatan. Jurnal Forum Pascasarjana,
31 (2) ; 93-103
Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar
Ilmu Ekonomi No.1 Ekonomi Mikro.
Yogyakarta: BPFE
Effendy. 2010., Efisiensi Faktor Produksi dan
Pendapatan Usahatani Padi Sawah di
Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir
Kabupaten Poso. Jurnal Agroland,
17(3) ; 233 – 240
Effendy. Nuhfil H, Budi S & A. Wahib M.,
2013.a. Effect Characteristics of
Farmers on the Level of Technology
Adoption Side-Grafting in Cocoa
Farming at Sigi Regency-Indonesia.
Journal of Agricultural Science, 5
(12); 154 – 160.

Effendy. Nuhfil H, Budi S & A. Wahib M.,
2013.b. Characteristics of Farmers
and Technical Efficiency in Cocoa
Farming at Sigi Regency - Indonesia
with Approach Stochastic Frontier
Production Function. Journal of
Economics
and
Sustainable
Development. 4(14) ; 72 – 77.
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi
jilid 2. P.T Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Suharyanto, Jangkung. H.M, 2013. Analisis
Efisiensi
Teknis
Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Di Provinsi Bali, Univ Gadjah Mada.
Yogyakarta. SEPA, 9 (2) ; 219 – 230.
Sukiyono. K. 2004. Analisa Fungsi produksi
dan Efisiensi teknik : Aplikasi fungsi
produksi frontier pada usahatani
cabai. Diakses tanggal 2 Januari 2013.
Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan teknis
PTT Bawang merah No.3 . Balai
Penelitian Sayuran IPB.
Suprihono. B. 2003. Analisis Efisiensi
Usahatani Padi Lahan Sawah Di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Demak. Univ. Diponegoro. Semarang.
Tanjung, I. 2003. Efisiensi Teknis dan
Ekonomis
Petani
Kentang
di
Kabupaten Solok Propinsi Sumatera
Barat: Analisis Stochastic Frontier.
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Cabai Merah (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

4 16 69

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usahatani Semangka Di Desa Maranatha Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi | Laksmayani | AGROTEKBIS 1520 4560 1 PB

0 0 7

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH LEMBAH PALU DI DESA WOMBO KALONGGO KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA | Hj. Hadayani | AGROTEKBIS 5286 17319 1 PB

0 0 6

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL PALU DI DESA WOMBO KALONGGO KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA | Teang,Sulaeman | AGROTEKBIS 5287 17323 1 PB

0 1 10

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Cabai Merah (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 0 13

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Cabai Merah (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 0 1

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Cabai Merah (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 0 5

ANALISIS PEMASARAN USAHATANI TOMAT DI DESA NUPABOMBA KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA | Sucita | AGROTEKBIS 1 PB

0 0 9

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN SEMBALUN KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURNAL

0 0 17

EFISIENSI EKONOMIS PENGGUNAAN INPUT PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN PLAMPANG, KABUPATEN SUMBAWA, NTB JURNAL

1 2 18