Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum terhadap Kemandirian Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah | Tahar | Jurnal Akuntansi dan Investasi 673 2084 1 PB

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 12 No. 1, halaman: 88-99, Januari 2011

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI
UMUM TERHADAP KEMANDIRIAN DAERAH DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Afrizal Tahar & Maulida Zakhiya
E-mail : Afrizaltahar@gmail.com

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
The purposes of this research is to verify, firstly what is the Local Government
Revenue (PAD) has positive impact toward regional sufficiency, and what is the
General Allocation Fund (DAU) has negative impact toward regional independent.
Secondly, what is the Local Government Revenue (PAD) and General Allocation
Fund (DAU) that is supported by regional independent will give good influence
toward the economic growth. The research method in this thesis is to use purposive
sampling method, with a total sample of 36 districts/cities each yearfrom 56 districts/cities in Kalimantan Island. This research was done from 2003 to 2008. The
data was got from the Central Statistical Agency (BPS) and the site of Directorate
General of Fiscal Balance (www.djpk.depkeu.go.id). The data that is analyzed
prepared from Consolidated Actual Revenues and Expenditures Budget (APBD)
and the Growth Rate Data (PDRB). From the result of research indicates the Local

Government Revenue (PAD) has positive and significant impact toward regional
independent, the General Allocation Fund (DAU) has negative impact toward regional independent. While, the Local Government Revenue (PAD) and General
Allocation Fund (DAU) that is supported by regional independent do not have
significant impacttoward the economic growth.
Keywords: Local Government Revenue, General Allocation Fund, Regional
Independent, Economic Growth.

PENDAHULUAN
Kebijakan desentralisai flskal tertuang
dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Diberlakukannya UU tersebut memberikan
peluang bagi daerah untuk meningkatkan
potensi lokal dan meningkatkan kinerja
keuangannya untuk mewujudkan kemandirian daerah. Pemerintah daerah

otonom mempunyai kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
(Apriana, 2010).
Kebijakan tersebut akan berdampak
pada luasnya hak, kewenangan dan
kewajiban yang dimiliki daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri dengan sedikit campur tangan dari
pemerintah pusat. Seperti yang dikemukakan oleh Darumurti dan Rauta (2000:49)

88

Afrizal tahar & Maulida Zakhiya, Pengaruh Pendapatan Asli dan Dana.....
dalam Susantih (2009) bahwa dengan
adanya kewenangan urusan pemerintahan
yang bagitu luas yang diberikan kepada
daerah dalam rangka otonomi daerah dapat
merupakan berkah bagi daerah, namun pada
sisi lain bertambahnya kewenangan daerah
tersebut sekaligus juga merupakan beban
yang menuntut kesiapan daerah untuk

melaksanakannya, karena semakin bertambahnya urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Desentralisasi fiskal dapat memberikan kewenangan yang lebih besar dalam
pengelolaan daerah, namun disisi lain dapat
memunculkan persoalan baru, hal ini
dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah
yang berbeda-beda. Menurut penelitian Adi
(2005) dalam Apriana (2010) menunjukkan
terjadi disparitas pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi antar daerah (kabupaten
dan kota) dalam pelaksanaan desentralisasi
fiskal. Silitonga (2009) menjelaskan bahwa
gambaran citra kemandirian daerah dalam
berotonomi daerah dapat diketahui melalui
seberapa besar kemampuan sumber daya
keuangan daerah tersebut agar mampu
membangun daerahnya, disamping mampu
pula untuk bersaing secara sehat dengan
daerah lain dalam mencapai cita-cita
otonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah

satu tujuan penting pemerintah pusat dan
daerah. Oleh karena itu, peningkatan pendapatan asli daerah namun tidak diikuti
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi
dirasa tidak akan memberi arti (Harianto dan
Adi, 2007). Brata (2004) dalam Harianto dan
Adi (2007) menyatakan bahwa terdapat dua
komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi regional. Kedua
komponen tersebut adalah PAD dan Bagian
Sumbangan & Bantuan. Namun demikian,
penelitian Brata belum mencakup periode

setelah otonomi daerah sehingga hubungan
PAD dan pertumbuhan ekonomi dapat saja
mengarah ke hubungan negatif jika daerah
terlalu agresif dalam upaya peningkatan
penerimaan daerahnya.
Peneliti akan menguji pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum
dengan lag 1 tahun terhadap kemandirian
daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tingkat kemandirian suatu pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya, apakah
pemerintah sudah menjalankan tugasnya
dengan baik atau tidak dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.

TIN JAUAN PLITERATUR DAN
PERUMUSAN HIPOTEIS
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut UU No. 33 tahun 2004 pasal
1, PAD adalah pendapatan yang diperoleh
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan dari
PAD adalah untuk memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan
potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Menurut Soekarwo (2003) dalam
Andirfa (2009) pada dasarnya upaya
pemerintah daerah dalam mengoptimalkan

PAD dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1) Intensifikasi, yaitu suatu upaya mengoptimalkan PAD dengan cara meningkatkan dari yang sudah ada (diintensifkan).
2) Ekstensifikasi, yaitu mengoptimalkan
PAD dengan cara mengembangkan
subjek dan objek pajak.
3) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat, yaitu merupakan unsur yang penting

89

Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 88-99, Januari 2011
mengingat bahwa paradigma yang
berkembang dalam masyarakat saat ini
adalah pembayaran pajak dan restribusi
ini sudah merupakan hak dan kewajiban
masyarakat terhadap Negara, untuk itu
perlu dikaji kembali pengertian wujud
layanan masyarakat yang bagaimana
yang dapat memberikan kepuasan kepada
masyarakat.
Dana Alokasi Umum (DAU)

Dalam Peraturan Pemerintah No. 55
tahun 2005 tentang Dana Perimbangan,
menjelaskan bahwa Dana Aiokasi Umum
(DAU) adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
Distribusi DAU kepada daerah-daerah
yang memiliki kemampuan relatif besar
akan lebih kecil dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan
keuangan relatif kecil akan memperoleh
DAU yang reladf besar (Sidik, 2004:96)
dalam (Muliana, 2009). DAU untuk suatu
daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan
berdasarkan perkalian jumlah DAU untuk
seluruh daerah kabupaten/kota yang
ditetapkan dalam APBN dengan porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Kemandirian Daerah
Menurut Halim (2004:150) kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal)
menunjukkan kemampuan daerah dalam

membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah.
Menurut Paul Hersey dan Kenneth
Blanchard dalam Halim (2004), terdapat

empat pola hubungan tingkat kemandirian
daerah antara lain:
1) Pola hubungan instruktif, yaitu peranan
pemerintah pusat lebih dominan daripada
pemerintah daerah.
2) Pola hubungan konsultatif, yaitu campur
tangan pemerintah pusat semakin berkurang, karena daerah dianggap sudah
mampu melaksanakan otonomi.
3) Pola hubungan partisipatif, yaitu peranan
pemerintah pusat semakin berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan
tingkat

kemandiriannya
mendekati
mampu melaksanakan urusan otonomi.
4) Pola hubungan delegatif, yaitu campur
tangan pemerintah pusat, sudah tidak ada
karena daerah telah benar-benar mampu
dan mandiri dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi perkembangan atau kemajuan
pembangunan ekonomi disuatu daerah pada
periode tertentu, angka pertumbuhan
ekonomi dihitung dari perubahan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
harga konstan dari tahun ke tahun.
Menurut Todaro (1997) dalam Fitriyanti (2009) terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi,
yaitu:
a. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk
atau jenis investasi baru yang ditanamkan

pada tanah, peralatan fisik dan modal atau
sumber daya manusia.
b. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa
tahun selanjutnya akan memperbanyak
jumlah akumulasi kapital.
c. Kemajuan teknologi.

90

Afrizal tahar & Maulida Zakhiya, Pengaruh Pendapatan Asli dan Dana.....
Pendapatan Asli Daerah dan
Kemandirian Daerah
Menurut penelitian Susilo dan Hariadi
(2007) menyatakan rata-rata rasio kemandirian daerah pada kabupaten/kota di
provinsi Jawa Tengah sesudah era otonomi
(0,09) lebih kecil dibandingkan sebelum era
otonomi (0,11) sehingga terjadi penurunan
rasio kemandirian daerah. Hal ini berarti
bahwa ketergantungan pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat semakin

meningkat sesudah otonomi daerah.
Penelitian Fitriyanti (2009) dan Apriana (2010) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD
terhadap kemandirian daerah. Jadi dapat
dikatakan bahwa dengan meningkatnya
PAD maka akan berpengaruh pada peningkatan rasio kemandirian daerah. Berdasarkan analisis dan hasil penelitian terdahulu,
maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H1: Pendapatan asli daerah berpengaruh
positif terhadap kemandirian daerah.
Dana Alokasiumum dan
Kemandirian Daerah
Hasil penelitian Dewi (2006) dalam
Susilo dan Hariadi (2007) menyimpulkan
bahwa pada provinsi Jawa Tengah sesudah
pelaksanaan otonomi daerah, DAU memberikan pengaruh yang lebih besar daripada
pengaruh PAD terhadap belanja daerah yang
artinya kebijakan belanja daerah lebih
didominasi oleh DAU daripada PAD. Hal ini
dapat dikatakan peran DAU dan PAD sangat
berpengaruh terhadap kemandirian daerah.
Apabila DAU suatu daerah kecil maka kemandirian daerah akan semakin besar, karena daerah sudah dapat meningkatkan
peran PAD
dalam total penerimaan APBD.
Penelitian Ariani (2010) menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh negatif ter-

hadap tingkat kemandirian daerah dengan
nilai t hitung sebesar -3,359. Jika DAU
bertambah atau meningkat maka akan
mengurangi tingkat kemandirian daerah.
Hasil penelitian Muliana (2009) juga menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh
negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah dengan nilai koefisien beta
sebesar -0,424. Artinya jika DAU ditingkatkan maka akan mengurangi tingkat kemandirian keuangan daerah sebesar 0,424.
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian
terdahulu, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H2: Dana alokasi umum berpengaruh
negatif terhadap kemandirian daerah.
Pendapatan Asli Daerah dan
Pertumbuhan Ekonomi
Penelitian Apriana (2010) tentang analisis hubungan antara belanja modal, PAD,
kemandirian daerah dan pertumbuhan
ekonomi, menyimpulkan bahwa PAD tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
karena peningkatan PAD tidak serta merta
meningkatkan daya beli masyarakat maupun
kesejahteraanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi
(2006) menyimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan PAD Penelitian Rumanti
(2009) menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan nilai CR
sebesar 16,603. Temuan tersebut memberikan indikasi bahwa besarnya PDRB
untuk menilai pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh besarnya PAD. Berdasarkan analisis dan hasil penelitian terdahulu, maka
hipotesis penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
H3: Pendapatan asli daerah berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.

91

Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 88-99, Januari 2011
Dana Alokasi Umum dan Pertumbuhan
Ekonomi
DAU adalah dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka desentralisasi. Menurut Rumanti
(2009)lemahnya perencanaan pengalokasian
belanja memunculkan ketid akefisienan
kinerja pemerintahan, sehingga ada unit
kerja yang kelebihan pembiayaan, ada pula
unit kerja yang kekurangan pembiayaan. Hal
ini akan berdampak pada perekonomian
daerah umumnya dan keuangan daerah pada
khususnya.
Hasil penelitian Sihite (2009) yang
menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Namun penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian Isa
(2010) menyimpulkan bahwa DAU tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan analisis
dan hasil penelitian terdahulu, maka
hipotesis penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
H4 :
Dana aiokasi umum berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Kemandirian Daerah dan Pertumbuhan
Ekonomi
Penelitian yang dilakukan oleh Apriana (2010) menyimpulkan bahwa kemandirian daerah tidak berpengaruh dan
tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, karena pemerintah belum memaksimalkan potensi lokal salah satunya
dengan mempermudah proses investasi.
Menurut penelitian Hamzah (2008)
juga menyimpulkan bahwa rasio kemandirian berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
semakin besar PAD yang diperoleh serta

semakin kecil pinjaman dan bantuan dari
pusat, maka semakin mandiri daerah tersebut. Dengan semakin mandiri daerah tersebut, maka pertumbuhan ekonomi di daerah
tersebut dapat mengalami peningkatan.
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H5 :
Kemandirian daerah berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.

METODE PENELITIAN
Sampel dan Data Penelitian
Sampel
penelitian
ini
adalah
pemerintah daerah di Pulau Kalimantan.
Data yang digunakan dalam analisis ini
adalah data realisasi APBD kabupaten dan
kota di pulau Kalimantan tahun 2003-2007.
Untuk kepentingan analisis, data PAD dan
DAU yang digunakan berdasarkan realisasi
anggaran tahun 2003-2006, data kemandirian daerah diukur dengan rasio kemandirian, menggunakan data realisasi
anggaran tahun 2004-2007 sedangkan data
pertumbuhan ekonomi, menggunakan data
laju pertumbuhan PDRB tahun 2005-2008.

Gambar 1. Model Penelitian
Keterangan:
X1 = PAD; X2 = DAU; Y = KD; Z =PE
Definisi Operational Variabel Penelitian
Terdapat dua jenis variabel yaitu variabel eksogen dan endogen. Variabel PAD
dan DAU merupakan variabel eksogen.

92

Afrizal tahar & Maulida Zakhiya, Pengaruh Pendapatan Asli dan Dana.....
Variabel kemandirian daerah dan pertumbuhan ekonomi merupakan variabel endogen. PAD dan DAU diukur dengan
menghitung angka-angka pendapatan asli
daerah dalam laporan realisasi anggaran dari
tahun 2003-2006. Kemandirian daerah
diukur dengan rumus:
Pendapatan Asli Daerah
Rasio Kemandirian =
x
Total Pendapatan Daerah

%

Pertumbuhan ekonomi diukur dengan
rumus:
Pertumbuhan Ekonomi =

PDRBt − PDRBt−
PDRBt−

x

dengan perluasan analisis jalur. Analisis
jalur dapat dilihat dari uji standardised coefficient beta dan uji koefisien determinasi.
Untuk menguji hipotesis terdapat dua model
penelitian, yaitu: Untuk menguji hipotesis 1
dan 2 menggunakan persamaan sebagai
berikut:
Y =

+

X +

X +ε

Untuk menguji hipotesis 3,4 dan 5
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Z=

%

+

X +

X +

Y+ε

Keterangan:
Y = Kemandirian Daerah
Z = Pertumbuhan Ekonomi
= Konstanta
= Koefisien Jalur
X1 = Pendapatan Asli Daerah
X2 = Belanja Modal
X3 = Pendapatan Asli Daerah
X4 = Belanja Modal
ε = error

Keterangan:
PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto
pada tahun t
PDRBt− = Produk Domestik Regional Bruto
satu tahun sebelum tahun t
Alat Analisis Data
Penelitian ini menguji hipotesis
dengan motode regresi linier berganda

Tabel 1.
Statistik Deskriptif
Pendapatan
Asli Daerah
Dana Alokasi
Umum
Kemandirian
Daerah
Pertumbuhan
Ekonomi
Valid N
(listwise)

N
129

Minimum
646,690,000

129 31,970,000,00

Maximum
114,184,730,000

Mean
19,485,324,263.57

Std. Devi
18,090,043,918.034

519,853,000,000

187,091,412,341.0

87,147,012,334.147

129

0 0.39%

14.18%

9 5.3845%

3.18193%

129

-0.84%

11.20%

5.1220%

1.84012%

129

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1 memberikan gambaran umum
kabupaten/kota yang terdiri atas variabel
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,
kemandirian daerah dan pertumbuhan

ekonomi dengan jumlah sampel (N)
sebanyak 129. Memperoleh 129 sampel
kabupaten/kota karena telah dilakukan
pemangkasan (trimming) sebanyak 15 dari
144 sampel guna memperolah data yang
normal. Tabel 4.1. menunjukkan pendapatan
asli daerah mempunyai nilai rata-rata sebe-

93

Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 88-99, Januari 2011
sar 19,485,324,263.57 rupiah dengan
standar deviasi sebesar 18,090,043,918.034
rupiah. Dana alokasi umum mempunyai
nilai
rata-rata
dana
sebesar
187,091,412,341.09 rupiah dengan standar
deviasi sebesar 87,147,012,334.147 rupiah.
Kemandirian daerah mempunyai nilai ratarata sebesar 5.3845% dengan standar deviasi
sebesar 3.18193%. Pertumbuhan ekonomi
mempunyai nilai rata-rata sebesar 5.1220%
dengan standar deviasi sebesar 1.84012%.

Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang digunakan adalah
berdistribusi normal. Menurut Ghozali
(2009) data dikatakan berdistribusi normal
apabila rxftaxAsjmp Sig. (2- tailed) lebih
besar dari a (0.05). Pada tabel 2 dapat dismpulkan bahwa data berdistribusi normal
dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > a
(0.05).

Tabel 2.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parametersa,,b

Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual Unstandardized Residual
129
129
.0000000
.0000000
2.58397074
1.81267745
.098
.100
.098
.097
-.060
-.100
1.111
1.140
.170
0.149

Tabel 3.
Hasil Uji Multikolinieritas Model 1
Model
1 (Constant)
Pendapatan Asli Daerah
Dana Aiokasi Umum

StandardUnstandardized Coefized Coeffificients
t
cients
B
Std. Error
Beta
4.512
.569
7.934
1.037E-10
.000
.589 8.018
-6.139E-12
.000
-.168 -2.287

Sig.

Collinearity Statistics
Tolerance

.000
.000
.024

VIF

.968 1.033
.968 1.033

Tabe 4.
Hasil Uji Multikolinieritas Model 1
StandardUnstandardized CoeffiCollinearity Statisized Coefficients
tics
Model
t
Sig.
cients
B
Std. Error
Beta
Tolerance VIF
2 (Constant)
4.284
.490
8.735 .000
Pendapatan Asli Daerah
-9.431 E-12
.000
-.093 -.842 .401
.641 1.559
Dana Aiokasi Umum
3.473E-12
.000
.164 1.800 .074
.930 1.075
Kemandirian Daerah
.069
.063
.119 1.100 .273
.659 1.516

94

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 12 No. 1, halaman: 88-99, Januari 2011
Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan uji
yang ditujukan untuk menguji apakah model
regresi antar variabel bebas salingberkorelasi. Untuk mendeteksi ada atau ddaknya
multikolinieritas di dalam suatu model regresi dapat dilihat dengan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance.
Pada model 1 dan model 2 terlihat bahwa
nilai VIF 0.1,
maka dapat disimpulkan tidak ter jadi multikolinieritas pada masing-masing model.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali, 2009:125). Cara
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji White.
Pengujiannya adalah jika c hitung < c tabel
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dimana c hitung = n x R2, sedangkan c tabel
didapatkan dengan melihat tabel chisquare
(Ghozali, 2009).
Tabel 5.
Uji Heterokedastisitas Model 1
MoAdjusted R Std. Error of
R R Square
del
Square
the Estimate
a
1
.559
.313
.285
10.42217

Tabel 6
Uji Heterokedastisitas Model 2
MoR
Adjusted R Std. Error of
R
del
Square Square
the Estimate
a
2
.262
.069
.015
6.66443

Hasil uji heterokedastisitas yang
disajikan pada table 5 dan 6 dapat disimpulkan bahwa model 1 dan model 2
mempunyai nilai c hitung < c" tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi tujuannya untuk
menguji tentang ada tidaknya korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode (t)
dengan periode sebelumnya (t-1). Metode
yang digunakan adalah uji Run Test yaitu
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi (Ghozali, 2009).
Tabel 7.
Hasil Hasil Uji Autokorelasi Model 1

Test Value8
Cases < Test Value
Cases > = Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized
Residual
-.28956
64
65
129
55
-1.856
.064

Tabel 8.
Hasil Hasil Uji Autokorelasi Model 2

Test Value8
Cases < Test Value
Cases > = Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized
Residual
-.00200
64
65
129
66
.089
.929

Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas tingkat signifikansi a (0.05) yang artinya tidak
ada autokorelasi (Ghozali, 2009). Pada
model 1 dan model 2 terlihat bahwa nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) > a (0.05), maka dapat
disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada
masing-masing model.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pada tabel 9 ditunjukkan bahwa nilai
standardised coeficient beta untuk variabelPAD adalah 0.589 dengan nilai sig. 0.000
< a (0.05), sehingga dapat disimpulkan PAD
berpengaruh positif terhadap kemandirian

95

Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 88-99, Januari 2011
daerah. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah kabupaten/kota di pulau
Kalimantan berhasil mengoptimalkan PAD
yang dimiliki untuk membiayai pengeluaran
daerahnya. Pemerintah daerah di Kalimantan terus berupaya mencari langkah- langkah
terobosan baru agar PAD yang diperoleh
akan semakin besar.
PAD yang besar akan menyebabkan
kemandirian daerah juga semakin besar.
Nilai standardised coeficient beta variabel
DAU adalah -0.168 dengan nilai sig. 0.024

< a (0.05), sehingga dapat disimpulkan DAU
berpengaruh negatif terhadap kemandirian
daerah. Hal ini berarti semakin besar transfer
dana yang diberikan kepada daerah maka
kemandirian daerah akan menurun.
Pada tabel 9 ditunjukkan Adjusted R
Square sebesar 0.330. Hal ini berarti bahwa
variabel kemandirian daerah dapat dijelaskan oleh variabel PAD dan DAU sebesar
33% sedangkan sisanya 67% mampu dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
dijelaskan didalam penelitian ini.

Tabel 9.
Hasil Pengujian Hipotesis Model 1
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized
Coefficients
Beta

t

Sig.

7.934

.000

B

Std. Error

1 (Constant)

4.512

.569

Pendapatan Asli Daerah

1.037E-10

.000

.589

8.018

.000

Dana Aiokasi Umum

-6.139E-12

.000

-.168

-2.287

.024

Adjusted R Square

.330

Tabel 10.
Hasil Pengujian Hipotesis Model 2
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized
Coefficients
Beta

t

Sig.

8.735

.000

B

Std. Error

4.284

.490

Pendapatan Asli Daerah

-9.431E-12

.000

-.093

-.842

.401

Dana Alokasi Umum
Kemandirian Daerah

3.473E-12

.000

.164

1.800

.074

.069

.063

.119

1.100

.273

1 (Constant)

Adjusted R Square

Pada tabel 10 ditunjukkan bahwa nilai
standardised coeficient beta untuk variabel
PAD adalah - 0.093 dengan nilai sig. 0.401
> a (0.05), sehingga dapat disimpulkan PAD
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan
peningkatan PAD tidak serta merta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

.006

Pemerintah daerah belum mampu mengoptimalkan peran sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. PAD yang diperoleh tidak
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, contohnya untuk kepentingan publik seperti membangun jalan,
pasar, rumah sakit dan sarana prasarana

96

Afrizal tahar & Maulida Zakhiya, Pengaruh Pendapatan Asli dan Dana.....
lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Nilai standardised coeficient beta untuk variabel DAU adalah 0.164 dengan nilai
sig. 0.074 > a (0.05). Hal tersebut disebabkan DAU yang diterima oleh daerah tidak
digunakan untuk kegiatan yang bertujuan
pemerataan pertumbuhan ekonomi antar
daerah, sehingga peran DAU tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Seharusnya DAU yang diterima daerah dialokasikan untuk belanja pembangunan sebagai sarana dan prasarana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi DAU
tersebut dialokasikan untuk belanja rutin,
sehingga aiokasi tersebut tidak tepat sasaran.
Hal inilah mungkin yang menyebabkan
DAU tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Nilai standardised coeficient beta untuk variabel DAU adalah 0.119 dengan nilai
sig. 0.273 > a (0.05). Hal ini disebabkan
pemerintah daerah belum memaksimalkan
potensi lokal salah satunya dengan mempermudah proses investasi. Seharusnya
dengan meningkatnya kemandirian suatu
daerah, maka pemerintah daerah juga harus
peningkatkan sarana dan prasaran yang
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Gambar 2. Output Struktur Lengkap
Dari tabel 10 ditunjukkan Adjusted R
Square sebesar 0.006, hal ini berarti bahwa

variabel pertumbuhan dapat dijelaskan oleh
variabel PAD, DAU dan kemandirian daerah
sebesar 0.6% sedangkan sisanya 99.4%
mampu dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang tidak dijelaskan di dalam penelitian ini.
Berdasarkan gambar 2 disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh tidak langsung
PAD terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kemandirian daerah dan tidak ada
pengaruh langsung PAD terhadap pertumbuhan ekonomi. Tidak ada pengaruh tidak
langsung DAU terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui kemandirian daerah dan
tidak ada pengaruh langsung DAU terhadap
pertumbuhan ekonomi. Tidak ada pengaruh
langsung kemandirian daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tidak
langsung dan tidak ada pengaruh langsung
pada gambar path analysis ini.

PENUTUP
Dari penelitian diatas, maka dapat
disimpulkan pertama, PAD mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
kemandirian daerah. Kedua, DAU mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemandirian daerah. Ketiga, PAD,
DAU dan kemandirian daerah tidak
bepengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Saran yang dapat disampaikan adalah
pertama, penelitian berikutnya sebaiknya
menggunakan variabel lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Kedua, memperbanyak kabupaten/kota yang
akan diuji dan mengambil sampel kabupaten/kota di luar Kalimantan, agar dapat
membandingkan apakah hasil penelitian ini
berlaku untuk kabupaten/kota di luar Kalimantan. Ketiga, penelitian berikutnya
sebaiknya periode waktu penelitian hen-

97

Jurnal Akuntansi dan Investasi 12 (1), 88-99, Januari 2011
daknya lebih diperpanjang perbedaan waktunya {lag) untuk mengetahui kecerendungan dalam jangka panjang.
Adapun keterbatasan masalah dari
penelitian ini adalah pertama, tingkat Adjusted R Square yang rendah untuk variabel
endogen kemandirian daerah dan pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak
digunakan dalam penelitian ini mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap kemandirian daerah dan pertumbuhan
ekonomi. Kedua, sampel pada penelitian ini
hanya dibatasi pada kabupaten dan kota
tertentu, yaitu 36 kabupaten dan kota di pulau Kalimantan. Hal ini menyebabkan hasil
penelitian hanya berlaku untuk kabupaten/kota yang menjadi sampel penelitian,
sehingga belum dapat digeneralisasi untuk
seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Terakhir, variabel eksogen PAD berpengaruh terhadap kemandirian daerah, dimana kemandirian daerah diukur dari PAD
dibagi total pendapatan daerah, sehingga ada
tautologi pada penelitian ini yaitu PAD terhadap PAD.

DAFTAR PUSTAKA
Adi, Priyo Hari., 2006, "Hubungan Antara
Pertumbuhan Ekonomi Daerah,
Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se jawa-Bali)", Makalah Simposium Nasional Akuntansi
IX, Padang 23-26 Agustus 2006.
Andirfa, Mulia, 2009, "Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan dan
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal (Studi Empiris pada
Kabupaten/Kota Pemerintah Aceh)",
Skripsi, Banda Aceh: FE Universitas

Syiah
Kuala
Darussalam.
[http://iurnalak.hlosspot.com/2009/i
2/pengaruh-pertumbuhan-ekonomipendapatan.html).
Apriana, Dina. dan Suryanto, Rudi., 2010,
"Analisis Hubungan Antara Belanja
Modal, Pendapatan Asli Daerah,
Kemandirian Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi pada
Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali)",
Jurnal Akuntansi dan lnvestasi,Vo\.
XI No. 1, Januari.
Ariani, Kurnia Rina., 2010, "Pengaruh Belanja Modal dan Dana Aiokasi Umum
Terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah dan Tax Effort
(Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten/Kota Wilayah Eks Karesidenan Surakarta)", Skripsi, Surakarta: FE Universitas Sebelas
Maret.
(http://digilib.uns.ac.id/pengguna.ph
p?mn=down&d id—13876)
Fitriyanti, Ismi Rizki., 2009, "Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah dan Belanja
Pembangunan Terhadap Kemandirian Daerah dan Pertumbuhan
Ekonomi (Studi pada Kota, Kabupaten dan Provinsi DIY)", Skripsi,
Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi
UMY. TidakTerpublikasi.
Ghozali, Imam., 2009, Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS,
Cetakan IV, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul., 2004, Akuntansi Keuangan
Daerah, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.
Harianto, David, dan Adi, Priyo Hari., 2007,
"Hubungan Antara Dana Aiokasi
Umum, Belanja Modal, Pendapatan
Asli Daerah dan Pendapatan Per
Kapita", Makalah Simposium Na-

98

Afrizal tahar & Maulida Zakhiya, Pengaruh Pendapatan Asli dan Dana.....
sional Akuntansi X, Makasar26-28
Juli 2007.
Isa, Filzah Mar'i., 2010, "Pengaruh Dana
Aiokasi Umum (DAU), Dana Aiokasi Khusus (DAK) dan Belanja
Modal Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota
di Provinsi S u m a t e r a U t a r a " ,
Skripsi, Medan: FE Universitas
Sumatera
Utara.
(http://repository.usu.ac.id/handle/12
3456789/17256)
Muliana., 2009, "Pengaruh Rasio Efektivitas
Pendapatan Asli Daerah, Dana Aiokasi Umum dan Dana Aiokasi
Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada
Pemerintah
Kabupaten/Kota
di
Provinsi Sumatera Utara", Skripsi,
Medan: FE Universitas Sumatera
Utara.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/9752/1/09E01569.pdf)

Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara", Skripsi, Medan: FE
Universitas
Sumatera
Utara.
(http://repository.usu.ac.id/handle/12
3456789/1 6282)
Susantih, Heny. dan Saftiana, Yulia., 2009,
"Perbandingan Indikator Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Provinsi
Se-Sumatera Bagian Selatan", Makalah Simposium Nasional Akuntansi
XII, Palembang 4-6 November 2009.
Susilo, Gideon Tri Budi. dan Hariadi, Priyo.,
2007, "Analisis Kinerja Keuangan
Daerah Sebelum dan Sesudah
Otonomi Daerah (Studi Empiris di
Provinsi Jawa Tengah)", Konferensi
Penelitian Akuntansi dan Sektor
Publik Pertama, Surabaya 25-26
April 2007.

Rumanti, Indah Ari., 2009, "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Aiokasi Umum (DAU) Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengalokasian Belanja Modal sebagai
Variabel Intervening pada Kabupaten/Kota Se Provinsi Jawa dan Bali",
Skripsi,
Yogyakarta:
Fakultas
Ekonomi UMY.
Sihite, Friska., 2009, "Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah, Dana Aiokasi Umum,
Dana Aiokasi Khusus dan Belanja
Modal
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah di Kabupaten/Kota
Provinsi
Sumatera
Utara",
Skripsi, Medan: FE Universitas
Sumatera
Utara.
(http://repository.usu.
ac.id/handle/123456789/16467)
Silitonga, Mangindang., 2009, "Pengaruh
Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah Terhadap Belanja Modal

99

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Pendapatan lain-lain yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintahan Daerah : Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.

7 108 82

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) Pada Pemerintahan Kota Tanjung Balai

2 42 103

Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pemerintah Kota Di Sumatera Utara

3 30 131

ANALISIS PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN BELANJA MODAL TERHADAP KEMANDIRIAN DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

0 4 92

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerinta

0 4 16

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengaloka

0 3 22

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengaloka

0 5 15