M01904

Partisipasi Orang Tua dalam Pendidikan
(Suatu Studi Peningkatan Mutu Pendidikan di SMA Salatiga dan Semarang)
oleh Slameto
Program Studi PGSD FKIP UKSW Salatiga
slameto_uksw@yahoo.com hp 081325107010
Abstrak
Peningkatan mutu melalui reformasi pendidikan pada aras sekolah yang dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS/MPMBS) memiliki tiga pilar utama. Pilar yang ketiga adalah partisipasi orang tua dalam pendidikan.
Partisipasi orang tua dalam pendidikan demikian pentingnya bagi keberhasilan belajar siswa . Masalah penelitian ini
adalah: Seberapa tinggi tingkat partisipasi orang tua dalam pendidikan? Seberapa besar dampaknya terhadap prestasi
belajar anak? Dan di antara variabel partisipasi orang tua dalam pendidikan, status ekonomi, struktur keluarga,
pendidikan orang tua dan pola asuh, manakah yang menjadi determinan prestasi belajar anak?
Dari populasi 5.892 orang yang tersebar di 12 SMA (171 kelas) kota Semarang dan Salatiga dipilih sampel
secara acak dengan tingkat presisi 95%, sampel ditetapkan sebanyak 12 kelas (masing-masing SMA 1 kelas) yang dipilih
secara acak dengan jumlah siswa sebanyak 444 orang. Pengumpulan data tentang partisipasi orang tua dengan
questioner dalam bentuk skala penilaian 37 item yang memenuhi persyaratan. Prestasi siswa dikutip dari buku daftar
nilai pada masing-masing wali kelas. Analisis data deskriptif untuk mendeskripsikan variable yang diteliti, analisis
korelasi dan regresi dengan program SPSS versi 19 untuk menjelaskan dampak.
Berdasarkan hasil analisa dapatlah dsimpulkan bahwa partisipasi orang tua dalam pendidikan anknya;
menurut jenjang partisipasi mereka seperti guci, yang didominasi pada jenjang transisi; Partisipasi orang tua
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa sesar 25,20%. Penelitian ini menghasilkan 5

model yang akhirnya dapat dipakai untuk menjelaskan determinan prestasi belajar siswa: Model 1 adalah partisipasi
orang tua, besarnya 25,20%; Model 2 disamping partisipasi orang tua, adalah status ekonomi keluarga, besarnya
35,40%; Model 3 selain partisipasi orang tua dan status ekonomi keluarga adalah tingkat pendidikan ayah, besarnya
46,40%; Model 4 selain partisipasi orang tua, status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan ayah adalah lingkungan
keluarga, besarnya 0,484; Model 5 determinan selain partisipasi orang tua, status ekonomi keluarga dan tingkat
pendidikan ayah, lingkungan keluarga adalah pendidikan ibu, besarnya adalah 0,489.
Berdasarkan hasil seperti di atas maka sekolah yang akan meningkatkan mutunya perlu membuat keputusan
pengembangan kemitraan keluarga-sekolah untuk berbagai aspek manajemen sekolah, pengembangan kepemimpinan
kepala sekolah beserta wakilnya serta guru dengan melibatkan orang tua sebagai porosnya, sehingga perlu
peningkatan kapasitas organisasi sekolah dengan pemberdayaan orang tua/keluarga dan guru dalam rangka
manajemen kurikulum/ pengajaran; Lima model determinan prestasi belajar siswa dapat dijadikan alternatif
pengembangan manajemen partisipasi orang tua dalam peningkatan mutu sekolah dengan memfungsikan manajemen
hubungan masyarakat utamanya dengan orang tua yang ditunjang manajemen kesiswaan yang dipercayakan pada
layanan bimbingan konseling, dukungan sarana prasarana demi efektivitas dan kualitas pendidikan sekolah.
Kata Kunci: determinan prestasi belajar siswa, partisipasi orang tua dalam pendidikan, status ekonomi, struktur
keluarga, pendidikan orang tua, pola asuh.

Abstract
Quality improvement through education reform at the level of the school known as School Based Management (SBM)
has three main pillars. The third pillar is the participation of parents in education. Participation of parents in education is

so important to the success of student learning. The research problem is: How high is the level of parent participation in
education? How big is the impact on children's learning achievement? And among the variables parent participation in
education, economic status, family structure, parental education and parenting, which one is the determinant of learning
achievement of children?
Of the population of 5,892 people spread across 12 high school in Semarang and Salatiga randomly selected sample
with 95% precision level, the sample set as many as 12 classes (each class of senior high school) randomly selected by
the number of students as many as 444 people. Collecting data on the participation of parents with a questionnaire in the
form of 37 item rating scale that meets the requirements. Student achievement is quoted from the book lists the value of
each homeroom. Descriptive data analysis to describe the variables studied, correlation and regression analysis using
SPSS version 19 to explain the impact.

1

Based on the analysis it can be concluded that parent participation in education; according to the level of their
participation such as jars, which dominated at the level of transition; Participation of parents in a positive and
significant effect on student achievement cesarean 25.20%. The study produced five models that eventually can be used
to explain the determinants of student achievement: Model 1 is parent participation, the amount of 25.20%; Model 2 in
addition to the participation of the parents, is the economic status of the family, the amount of 35.40%; Model 3 than
parent participation and economic status of the family is the father's education level, the amount of 46.40%; Model 4 in
addition to the participation of parents, family economic status and education level of the father is the family

environment, the magnitude of 0.484; Model 5 determinant in addition to the participation of parents, family economic
status and father's education level, mother's education is a family environment, the magnitude is 0.489.
Based on the above results as the school will need to make decisions to improve their quality development of
family-school partnerships to various aspects of school management, leadership development along with his deputy
principals and teachers to involve parents as its axis, so that the school needs to increase the capacity of organizations to
empower parents / families and teachers in the context of the management curriculum / instruction; Five determinants of
student achievement models can be used as an alternative management development participation of parents in school
quality improvement by enabling management of major public relations with parents who supported entrusted the
management of student counseling services, support infrastructure for the effectiveness and quality of school education.
Keywords: determinants of student achievement, parent participation in education, economic status, family structure,
parental education, parenting.
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang pertama dan yang utama bagi anak. Karenanya tidak perlu disangsikan lagi bahwa orang tua
dalam pendidikan memainkan peran vital bagi keberhasilan pendidikan anak, namun bagaimana dalam prakteknya?
Peningkatan mutu melalui reformasi pendidikan pada aras sekolah yang dikenal dengan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) atau Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) memiliki tiga pilar utama. Pilar yang
ketiga adalah partisipasi orang tua dalam pendidikan baik di sekolah maupun di rumah. Sesuai namanya, salah satu
tujuan reformasi adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang akan tampak dari kualitas hasil belajar
siswanya. Partisipasi orang tua dalam pendidikan adalah bagian integral dalam reformasi pendidikan/MBS (Brillian,

2001:3; Marten, Ted dan Key, 1999:59-60; Owen, 2004:2-4). Misi reformasi pendidikan adalah meningkatkan
kesempatan keluarga/orang tua lebih berpartisipasi dalam pendidikan anaknya baik di sekolah maupun di rumah dan
untuk memanfaatkan kemitraan sekolah dengan orang tua guna pemberdayaan sekolah, dan peningkatan prestasi belajar
siswa. Wajarlah jika keefektifan sekolah sebagai wujud mutu pendidikan juga ditentukan oleh partisipasi orang tua
dalam pendidikan (Bergeson, 2004:1; Golan dan Peterson, 2002:2-3; Hale, 2003:1; Robinson, 2003:3-5).
Menurut Departemen Pendidikan Amerika Serikat (Brown, 2000:1; Nord, 1998:v) para pembuat kebijakan,
pakar beserta para pendidik setuju bahwa peran keluarga dalam pendidikan anaknya itu berhubungan erat dengan atau
berdampak kuat terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Kesimpulan ini juga didukung oleh lebih dari 2.500 hasil
penelitian selama lebih dari tiga dekade terakhir (Walberg dalam Hale, 2003:1); Maka dari itu tidaklah mengherankan
jika Amerika Serikat dalam menyongsong Tujuan Nasional, peran orang tua dalam pendidikan menjadi prioritas
nasional. Sebagian besar pembuat kebijakan, pakar, guru, termasuk juga orang tua berasumsi bahwa peran keluarga
yang dimaksud memang begitu besar bukan hanya bagi keberhasilan belajar anak di sekolah tetapi juga dalam
penyesuaian diri anak dan masa depan anak seusai sekolah.
Dalam studi tentang partisipasi orang tua dalam pendidikan terdapat beberapa konsep yang satu dengan yang lain
berbeda-beda, bahkan akhirnya disepakati bahwa partisipasi orang tua dalam pendidikan itu sebagai konstruk yang
multi dimensional, karena ada yang dapat difahami berdasar bentuk/tipe peran yang dimainkan orang tua, konteks di
mana peran tersebut, tingkatan/jenjang dan strukturnya, fokus isyu dan fihak mana yang mengambil prakarsa aktif.
Partisipasi orang tua dalam pendidikan adalah seperangkat kegiatan terpola dalam berbagai bentuk pada jenjang tertentu
dengan struktur yang terfokus pada permasalahan seputar reformasi pendidikan/MBS.
Bagaimana dengan orang tua di Indonesia? Krisis multidimensi yang tak kunjung usai ini juga melanda sendisendi kehidupan keluarga. Para orang tua terkesan sibuk dengan usaha-usaha ekonomi sehingga tugas pendidikan anak

terabaikan?. Sementara peningkatan mutu melalui reformasi pendidikan/MBS terus bergulir, sepanjang pencarian yang
dilakukan belum ditemukan/diadakan studi tentang partisipasi orang tua dalam pendidikan di Indonesia. Padahal
kebutuhan itu makin mendesak.
Partisipasi orang tua dalam pendidikan demikian pentingnya bagi keberhasilan belajar siswa yang bukan saja
secara akademik karena di negara-negara yang sedang berkembang, menurut Hanushek dalam Mizala dan Romaquera
(2002:11) setelah menganalisis 38+377+46 hasil penelitian (di negara-negara berkembang) peran sekolah seperti: rasio
guru-siswa, penataran guru, pengalaman mengajar, gaji guru, uji kompetensi/’Standard Pelayanan Minimum’, dan
infrastruktur atau sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tidak memberi sumbangan terhadap keberhasilan

2

belajar siswa. Meski faktor sekolah tersebut berkorelasi dengan prestasi belajar siswa, korelasinya rendah dan secara
statistik tidak signifikan. Di negara maju seperti Amerika, peran sekolah (seperti sarana-prasarana, besar klas, buku teks
dan guru) hanya berpengaruh kecil terhadap prestasi belajar siswa (Coleman dalam Thornton, 2003:11-12). Maka dari
itu reformasi pendidikan dalam bentuk MBS tidak akan berhasil efektif tanpa partisipasi orang tua, karena partisipasi
orang tua dalam pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar siswa (Harvard Family
Research, 2000:6). Kebenarannya tak perlu dipertanyakan lagi (Henderson dan Mapp, 2002 setelah mereview 36 hasil
penelitian tahun 1991, 49 hasil penelitian tahun 1997 dan 51 hasil penelitian tahun 2002). Maka hanya ada satu cara
yang paling tepat untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui MBS, yaitu meningkatkan partisipasi orang tua dalam
pendidikan (Bennet dalam Mcintosh, 2003:4).

Pada akhirnya Faktor latar belakang keluarga yang terdiri dari karakteristik keluarga (gender, tingkat pendidikan
ayah dan ibu serta struktur keluarga), interaksi keluarga (pola asuh orang tua) dan kesejahteraan keluarga (status ekonomi
dan lingkungan rumah) berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa baik secara langsung maupun melalui partisipasi orang
tua. Berpengaruhnya faktor latar belakang keluarga tersebut baik secara simultan semua faktor/variabel, maupun secara
sendiri-sendiri masing-masing variabel atau faktor (Slameto, 2006); namun dalam kajian manajemen pendidikan/sekolah
sangat diperlukan variabel mana yang menjadi determinannya
Rumusan Masalah
Kebutuhan akan perlunya riset tentang partisipasi orang tua dalam pendidikan diungkap oleh Baker dan Soden (1998:34) khususnya yang menyangkut lokasi, bentuk peran, pola, kompleksitas serta komprehensifnya. Sedangkan penelitian
partisipasi orang tua, khususnya ibu, sangat menarik karena peran ibu penting untuk mendapatkan nilai yang bagus bagi
keseluruhan mata pelajaran dan mengurangi skors dan atau dikeluarkannya siswa dari kelas/sekolah (Hoover, 2002:1)
Sesuai latar belakang permasalahan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Seberapa tinggi tingkat partisipasi orang tua dalam pendidikan?
2. Seberapa besar dampak partisipasi orang tua dalam pendidikan terhadap prestasi belajar anak?
3. Di antara variabel partisipasi orang tua dalam pendidikan, status ekonomi, struktur keluarga, pendidikan orang tua
dan pola asuh, manakah yang menjadi determinan prestasi belajar anak?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun model empirik hubungan antar faktor keluarga yaitu: partisipasi orang
tua dalam pendidikan, status ekonomi, struktur keluarga, pendidikan orang tua dan pola asuh yang mempengaruhi
prestasi belajar anak dalam kerangka MBS; Dengan demikian akan diperoleh: (1) pengetahuan tentang tingkat
partisipasi orang tua dalam pendidikan, (2) terujinya dampak partisipasi orang tua terhadap prestasi belajar anak di

sekolah beserta determinan prestasi belajar siswa.
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi dan kerangka kerja yang
bermanfaat bagi perbaikan mutu pendidikan dengan teragendakannya masalah-masalah manajerial sekolah yang
menyangkut: pembuatan keputusan, pengembangan kemitraan keluarga-sekolah, pengembangan kepemimpinan,
kapasitas organisasi dan pemberdayaan orang tua/keluarga dan guru dalam rangka manajemen kurikulum/pengajaran.
Selain itu juga bermanfaat dalam manajemen hubungan masyarakat, kesiswaan, sarana prasarana, dan pengembangan
sumber daya manusia demi efektivitas dan kualitas sekolah (bandingkan dengan Gershberg dan Shatkin, 2002:9).
Bukankah partisipasi orang tua adalah poros/pilar reformasi pendidikan?
KAJIAN TEORI
Mengingat salah satu kunci sukses manajemen dalam menggalang partisipasi orang tua adalah menjalin hubungan yang
harmonis, maka sekolah perlu memprogramkan beberapa hal (Mulyasa, 2000: 168-170) sebagai berikut.
1. Melibatkan orang tua secara profesional dalam mengembangkan perencanaan, pelaksanaan dan program sekolah.
2. Menjalin komunikasi secara intensif. Secara proaktif sekolah menghubungi orang tua siswa
3. Mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dengan orang tua dalam pembinaan pribadi
siswa.
4. Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan,
5. Melibatkan orang tua dalam mengambil berbagai keputusan, agar mereka merasa bertanggung jawab untuk
melaksanakannya.
6. Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar
peserta didik.

Dalam upaya membangun kemitraan antara keluarga, sekolah dan masyarakat, Detroit (AS) membuat seri
terbitan berkala yang salah satunya terbit September 2002 yang mana Hoover (hal. 1) mengungkapkan bahwa orang tua
memainkan peran vital bagi peningkatan prestasi belajar anaknya. Berdasarkan hasil penelitian, lebih lanjut
diungkapkan bahwa secara keseluruhan partisipasi orang tua penting bukan hanya dalam perolehan prestasi belajar anak
tetapi juga pengurangan hukuman yang dilakukan guru dan dikeluarkannya siswa dari sekolah, serta keberhasilan anak
dalam aspek kehidupan yang lain kelak seusai sekolah. Partisipasi yang dimaksud adalah keikutsertaan mereka dalam

3

setiap jenjang pendidikan dari TK sampai Perguruan Tinggi dan setiap tahap perkembangan anak mulai sejak lahir
sampai memasuki masa dewasa, mengingat bahwa orang tua merupakan pengaruh utama dalam kehidupan anak
(Brown, 2002:1; San Diego County Office of Education, 1997:1).
Partisipasi orang tua dalam pendidikan adalah seperangkat kegiatan terpola dalam berbagai bentuknya pada
jenjang tertentu dengan struktur yang terfokus pada isyu seputar reformasi pendidikan/MBS. Berbagai bentuk kegiatan
yang dimaksud adalah: 1) Intervensi pendidikan anak di rumah yaitu secara tradisional menolong anak belajar dan
memberi informasi tentang anak dan keluarga yang terkait dengan pendidikan anak (Baker dan Soden, 1998:1-3; The
State of Texas Education, 1999:2-3). 2) Sebagai manajer kegiatan pendidikan di sekolah adalah menjadi relawan
pembelajaran di sekolah, mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah, menghadiri rapat, menjadi anggota komite sekolah atau
satuan tugas yang dibentuk (Brown, 2002:2; Jesse, 2002:2-3; San Diego County office of Education, 2000:2-4). 3)
Partisipan sosial sebagai agen masyarakat, dan atau kolaborator (Cavkin dan Welliam, Honic, dan Epstein dalam

Lunenburg dan Irby, 2001:1-10).
Ditinjau dari jenjangnya, partisipasi orang tua dalam pendidikan itu dapatlah dibedakan menjadi tiga kategori
yang bersifat ordinal yaitu mulai dari yang terendah atau yang tradisional, kemudian yang sedang atau transisi
tingkatnya, dan yang tertinggi tingkatnya yaitu reformis. Tujuan Partisipasi orang tua dalam pendidikan menyangkut
banyak fihak seperti siswa, orang tua yang bersangkutan, guru dan staf sekolah, manajemen sekolah, dan masyarakat.
Manfaat dalam manajemen sekolah yang paling dominan adalah terjadinya pengambilan keputusan yang partisipatif
sehingga lebih demokratis dalam perencanaan program beserta implementasi dan monitoring serta evaluasinya sehingga
dapat lebih dipertanggung-jawabkan. Bagi masyarakat, makin tersedianya peluang untuk pemberdayaan dan berkembangnya warga negara sebagai masyarakat sipil yang lebih mampu menilai dan mempengaruhi sekolah (HooverDampsey, et al., 2001:201-203).
Prestasi belajar siswa adalah pernyataan tentang tingkat keberhasilan siswa, dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan sekolah, setelah usai satu satuan program pengalaman pembelajaran, dalam satu periode
waktu tertentu (semester atau tahun ajaran). Tujuan pembelajaran dapat berupa penguasaan pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, dan sikap akademik. Pencapaian tujuan pembelajaran sering diukur dengan skor tes/ulangan/ujian standar
atau buatan guru, dan tugas-tugas lain, termasuk pekerjaan rumah (PR) untuk mata pelajaran tertentu. Skor tes dan
tugas/PR mencerminkan perilaku hasil pengalaman, yang berkaitan dengan konsep, topik, atau masalah tertentu dalam
mata pelajaran yang diikuti. Pengalaman yang memungkinkan terbentuknya hasil belajar siswa tersebut, dapat berupa
pengetahuan siswa dan apa yang ingin diketahuinya, apa yang telah dipelajari, serta apa yang benar-benar dapat dilakukan,
dari apa yang telah diketahuinya itu. Selain itu, dapat juga berupa kepercayaan diri dan motivasinya dalam
mendemonstrasikan apa yang dapat dilakukannya. Pada akhirnya, ciri hasil belajar tersebut bersifat baru, menetap, positif,
disadari dan fungsional (Ammon et al. 2002:4.4-9.7; Dong-il 2004:2-3; Farguhar 2003:13; Surya 2003:25)
Dari 35 studi dengan model input-output, yang diangkat Bridge, et al. (1979: 191-192) diperoleh 28 studi yang

konsisten apakah positif, negatif atau tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi belajar (skor tes hasil belajar). Semua
variabel input dapat dikelompokkan lima kategori yaitu: karakteristik individu siswa, karakteristik keluarga, karakteristik
kelompok teman sebaya, karakteristik guru, dan karakteristik sekolah.
Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal (sekolah atau universitas) tertinggi yang ditamatkan
baik oleh ayah maupun ibu. Tingkat pendidikan orang tua disamping mempengaruhi partisipasinya, juga mempengaruhi
harapan dan dukungan yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar anak.
Struktur keluarga adalah susunan keluarga orang tua siswa berdasarkan siapakah yang menjadi kepala keluarga.
Ada dua bentuk struktur keluarga yaitu yang lengkap (ayah menjadi kepala keluarga, ibu dan anak menjadi anggota), dan
yang tidak lengkap (ibu menjadi kepala keluarga karena tanpa ayah atau suami, atau di mana ayah menjadi kepala keluarga
tanpa ibu atau istri). Struktur keluarga berpengaruh terhadap partisipasi orang tua yang pada gilirannya menentukan
prestasi belajar anak.
Pola asuh orang tua adalah kecenderungan interaksi antara orang tua dengan anak yang ditandai oleh dominan
tinggi atau rendahnya pendisiplinan yang meliputi tanggapan atau kehangatan kasih sayang dan tuntutan atau pembatasan
aturan yang berlaku dalam keluarga. Ada empat bentuk pola asuh berdasar tinggi rendahnya tanggapan dan tuntutan orang
tua terhadap anak yaitu: indulgent (manja), authoritarian, authoritative, dan un-involved (tidak terlibat). Pola asuh
menentukan partisipasi orang tua yang pada gilirannya menentukan prestasi belajar anak; di satu pihak berpengaruh
langsung terhadap prestasi belajar, namun dilain pihak melalui partisipasi orang tua.
Status ekonomi orang tua adalah status penghasilan ayah dan atau ibu apakah termasuk kategori kaya, sedang atau
miskin. Status ekonomi sebagai latar belakang keluarga terkait dengan partisipasi orang tua, bahkan menjadi penentu
partisipasi orang tua; Di satu pihak status ekonomi berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar, namun di pihak lain

melalui partisipasi orang tua, dengan demikian status ekonomi tidak ada artinya jika tanpa partisipasi orang tua.
Kualitas lingkungan rumah atau keluarga adalah ketersediaan serta kelengkapan fasilitas atau sarana dan
prasarana rumah tangga yang dirancang dan diadakan untuk mendukung belajar. Lingkungan keluarga berpengaruh
terhadap partisipasi orang tua yang pada akhirnya juga berpengaruh pada prestasi belajar anak. Di satu sisi lingkungan
keluarga berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar, namun pada sisi lain, justru melalui partisipasi orang tua.

4

METODE PENELITIAN
Penelitian ini tidak memanipulasi atau membuat treatment terhadap variabel karena pada dasarnya beberapa diantara
indikatornya memang tidak dapat diapa-apakan lagi. Di Semarang yang terdapat 79 SMA baik negeri maupun swasta
yang terdiri dari 984 kelas dengan jumlah siswa 36.835 orang dan di Salatiga terdapat 10 SMA baik negeri maupun swasta
yang terdiri dari 155 kelas dengan jumlah 5.266 orang siswa. Dari 79 SMA baik negeri maupun swasta yang berada di
Semarang dan 10 SMA di Salatiga dipilih 12 SMA dengan mempertimbangkan status (negeri atau swasta); Khusus SMA
swasta dipertimbangkan afiliasi sekolah yang meliputi SMA swasta nasional, dan SMA swasta berafiliasi agama: islam,
kristen dan katolik. Dengan pertimbangan demikian, populasi penelitian ini adalah semua keluarga dari semua siswa pada
12 SMA yang terdapat di kota Semarang dan Salatiga, yaitu 3 SMA negeri dan 9 SMA swasta yang terdiri dari 2 SMA
swasta nasional, 2 SMA swasta berafiliasi agama islam, 3 SMA swasta berafiliasi agama kristen dan 2 SMA swasta yang
berafiliasi agama katolik. 12 SMA terpilih sebagai populasi penelitian ini terdiri dari 171 kelas dan 5.892 orang siswa.
Dari populasi 5.892 orang yang tersebar di 12 SMA (171 kelas) kota Semarang dan Salatiga tersebut dipilih
sampel secara acak dengan tingkat presisi 95%. Sesuai tabel Krecjie (Sugiyono 1997: 67) jika populasi 6.000 sampelnya
minimal 217, sedangkan menurut Cochran (Dewanto dan Tarmuji 1995: 62-63) jika populasi 10.000 orang, maka sampel
minimal 403 orang. Dalam penelitian ini sampel ditetapkan sebanyak 12 kelas (masing-masing SMA 1 kelas) yang dipilih
secara acak; Mengingat rata-rata kelas adalah 37 orang siswa, maka sampelnya sekitar 444 orang. Mengingat saat
mengurus ijin, hanya klas 1 dan 2 yang diperbolehkan untuk diteliti, maka sampel penelitian ini adalah siswa klas 1 dan 2
pada 12 SMA. Lebih lanjut setelah data terkumpul dan diseleksi yang layak untuk dianalisa terdapat 407 orang yang
berasal dari 7 SMA kota Semarang (2 SMA negeri, 2 SMA swasta nasional, dan masing-masing 1 SMA swasta yang
berafiliasi agama islam, kristen, dan katolik) dan 5 SMA kota Salatiga (1 SMA negeri, masing-masing 1 SMA swasta yang
berafiliasi agama islam dan katolik, dan 2 SMA swasta yang berafiliasi agama kristen).
Pengumpulan data tentang partisipasi orang tua, struktur keluarga, pendidikan orang tua dan pola asuh berdasar
laporan siswa yang bersangkutan, bukan langsung dari orang tua dengan questioner dalam bentuk skala penilaian.
Sumber data dari siswa tersebut lebih tepat sesuai rekomendasi Muller (1998:339) yang menyatakan bahwa isian/data
dari siswa mengindiasikan perspektif siswa dan ini lebih valid karena juga untuk mengukur perilaku akademik siswa
yang bersangkutan. Selain itu sesuai usia anak. Questioner tentang partisipasi orang tua juga mngungkap perkembangan
dan relasi anak dengan orang tua. Skala penilaian partisipasi orang tua tiap item disediakan dua alternatif jawaban ‘ya’
atau ‘tidak’. Sebelum dibagikan kepada sampel siswa yang bersangkutan, dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas
dan reliabilitasnya. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh 37 item yang memenuhi persyaratan. Indeks validitas terendah
0,2412, rata-rata 0,4342, tertinggi 0,6272 dengan reliabilitas Alpha 0,8803. Prestasi siswa dikutip dari buku daftar niilai
pada masing-masing wali kelas; status ekonomi orang tua dikutip dari buku induk siswa di sekolah yang bersangkutan.
Analisis data digunakan teknik analisis deskriptif untuk mendeskripsikan variable yang diteliti, dan analisis korelasi dan
regresi. Semua teknik analisis dilakukan dengan Program SPSS release 19.
HASIL PENELITIAN
Orang tua sampel penelitian ini cukup bervariasi. Menurut gender anak, jumlah siswa perempuan lebih banyak.
Sebagian besar putra-putri mereka berusia 16 -17 tahun sesuai kelas yang dimiliki. Keluarga orang tua sebagian termasuk
keluarga kecil dengan jumlah anak dua atau tiga orang saja. Sebagian besar orang tua tinggal hanya bersama dengan anak
tanpa pihak lain seperti kakek, nenek, dan atau orang lain. Sarana yang ada pada sebagian besar keluarga adalah alat musik,
sarana ibadah dan olah raga. Aset yang dimiliki sebagian besar keluarga adalah TV dan VCD, sepeda motor, HP, telepon.
Sekitar separo keluarga memiliki mobil. Sarana belajar yang dimiliki sebagian besar keluarga adalah satu ruang belajar
untuk setiap anak, dan satu komputer untuk satu keluarga. Hanya sebagian (kurang dari 40%) keluarga yang memiliki satu
ruang belajar bersama untuk semua anak. Tidak lebih dari 50% keluarga yang anaknya memiliki jadwal belajar di rumah,
bahkan kurang dari seperempat saja yang anaknya memiliki jadwal kegiatan sehari-hari di rumah. Selanjutnya deskripsi
singkat setiap variabel penelitian ini dapatlah disajikan dalam ringkasan pada tabel berikut ini.

Prestasi
Partisipasi
Pend_ayah
Pend_Ibu
Struk_klg
Pola_asuh
Lingk_klg
Stat_ekonomi

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Minimum

Maximum

68,7495
1,85
2,87
3,03
2,60
3,06
2,15
2,42

68,1250
2,00
3,00
3,00
3,00
3,00
2,00
2,00

61,25
2
3
3
3
3
2
2

6,39897
,662
1,095
1,067
,650
,646
,658
,556

58,25
1
1
1
1
1
1
1

85,50
3
5
5
3
4
3
3

Ternyata nilai atau prestasi belajar siswa cukup bervariasi. Nilai ini dirangkum dari semua mapta pelajaran. Dari data yang

5

lebih rinci, kelompok mata pelajaran IPA dan Matematika adalah kelompok mata pelajaran yang sering dianggap lebih sulit,
terbukti nilainya hanya sebatas cukup dan lebih rendah dari kelompok mata pelajaran IPS atau Bahasa. Secara keseluruhan
rata-rata prestasi dari semua mata pelajaran yang diteliti termasuk belum baik, masih ada sekitar 15% siswa mengalami
masalah dengan rendahnya prestasi yang dimilikinya. Bahkan jika ditetapkan patokan batas tuntas penguasaan kompetensi
75%, sebagian besar siswa bermasalah dengan daya serap karena belum mencapai target minimal. Terdapat suatu pola
partisipasi orang tua yang belum tinggi, setelah ditelusuri lebih lanjut, partisipasi ayah yang dilakukan secara insidental
belum tinggi, partisipasi ayah yang dilakukan secara terencana agak tinggi, partisipasi ibu yang dilakukan secara terencana
agak tinggi, partisipasi ibu yang dilakukan secara insidental berada pada aras sedang cenderung agak tinggi, dan partisipasi
ayah dengan ibu yang dilakukan secara terencana berada pada aras sedang cenderung agak tinggi. Tingkat pendidikan
sebagian besar ayah adalah SLTA dan Perguruan Tinggi (sarjana dan sarjana muda/diploma). Walau kecenderungannya
sama, jumlah ibu yang berpendidikan SLTA dan sarjana muda/diploma lebih kecil daripada ayah. Sebagian besar orang tua
siswa termasuk keluarga yang lengkap. Terdapat variasi orang tua berdasarkan pola asuhnya. Ternyata sebagian besar orang
tua menerapkan pola asuh yang oautoritatif, sebagian lagi non direktive. Hanya sedikit sekali yang menerapkan pola asuh
otoriter dan pengabaian atau un-involved. Sebagian besar orang tua mengusahakan kelengkapan sarana belajar/kualitas
lingkungan keluarga termasuk kategori lengkap. Ternyata terdapat variasi orang tua yang signifikan berdasarkan lingkungan
keluarganya dan status ekonomi. Orang tua cukup mendukung pendidikan anaknya terbukti justru sebagian besar
mengusahakan kelengkapan sarana belajar/kualitas lingkungan keluarga termasuk mereka yang berasal dari keluarga
miskin. Status ekonomi sebagian besar orang tua adalah sedang dan hanya sedikit termasuk kaya. Data ini sekali lagi
mengindikasikan betapa besar konsern orang tua akan pendidikan anak. Selain itu wajar pula jika partisipasi mereka
didominasi di rumah mengingat mereka telah mengupayakan kelengkapan lingkungan belajar di rumah sehingga berusaha
agar anak memanfaatkanya secara optimal melalui partisipasinya.
Seberapa tinggi tingkat partisipasi orang tua dalam pendidikan?
Hasil analisis deskriptif diperoleh seperti dalam tabel berikut ini. Berdasarkan hasil analisis tersaji pada halaman berikut, ternyata
persentase orang tua menurut jenjang partisipasi mereka wajar jika seperti guci. Jumlah pada jenjang tradisional sedikit,
kemudian terbanyak ada pada jenjang kedua yaitu transisi kemudian turun sedikit lagi pada jenjang ketiga yaitu reformis. Di
satu pihak cukup menggembirakan karena sekalipun belum menjadi prioritas manajemen sekolah, partisipasi orang tua pada
jenjang transisi maupun reformis telah dimainkan oleh cukup banyak orang tua. Walaupun jika diperhatikan lebih lanjut,
belum banyak orang tua yang berpartisipasi pada aras yang tinggi.
Partisipasi

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1

124

30,5

30,5

30,5

2

220

54,1

54,1

84,5

3

63

15,5

15,5

100,0

Total

407

100,0

100,0

Sedikitnya orang tua yang berpartisipasi pada jenjang reformis tersebut perlu dimaklumi mengingat pada jenjang yang
tradisionalpun jumlahnya lebih kecil. Sebetulnya data ini memperkuat dugaan bahwa sekolah belum memberi perhatian
serius terhadap partisipasi orang tua. Demikian juga bahwa orang tua sendiri belum banyak yang menyadari betapa penting
partisipasinya dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar anaknya sendiri, terlepas apakah mereka dari keluarga yang
berpendidikan tinggi ataupun berstatus kaya secara ekonomi.
Seberapa besar dampak partisipasi orang tua dalam pendidikan terhadap prestasi belajar anak?
Dengan melakukan analisis inferensial diperoleh hasil seperti berikut ini.
Model Summary
Model
1

R
a

,504

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the
Estimate

,254

,252

5,53456

a. Predictors: (Constant), Partisipasi

Dari tampilah output SPSS besarnya adjusted R2 adalah 0,252; hal ini berarti 25,20% variasi prestasi belajar siswa dapat
dijelaskan oleh variasi partisipasi orang tua. Sedangkan 74,80% dijelaskan oleh sebab atau faktor lain di luar model ini.
Standar error of estimated (SEE) sebesar 5,53456. Hal ini jika lebih kecil lagi dapat membuat model regresi makin lebih
tepat dalam memprediksi prestasi belajar siswa.

6

ANOVAb
1

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Regression

4218,733

1

4218,733

137,726

,000

Residual

12405,697

405

30,631

Total

16624,430

406

a

a. Predictors: (Constant), Partisipasi
b. Dependent Variable: Prestasi

Dari hasil uji ANOVA atau F tes seperti tabel di atas, diperoleh F hitung sebesar 137,726 dengan tingkat probabilitas atau
signifikansi 0,000. Karena tingkat probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi ini dapat digunakan untuk
memprediksi prestasi belajar siswa. Dengan kata lain bahwa partisipasi orang tua berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap prestasi belajar siswa.
Determinan prestasi belajar anak
Setelah data terkumpul dilakukan analisa regresi model stepwise diperoleh 5 model yang akhirnya dapat dipakai untuk
menjelaskan determinan prestasi belajar siswa seperti terpetakan pada 2 tabel berikut ini.
Model

Variables Entered

Method

1

Partisipasi

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter =,100).

2

Stat_ekonomi

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter =,100).

3

Pend_ayah

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter =,100).

4

Lingk_klg

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter =,100).

5

Pend_Ibu

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter =,100).
Model Summary
Model
1
2
3
4
5

R

R Square

Adjusted R Square

,504a
b
,606
,681c
d
,700
,704e

,254
,367
,464
,490
,496

,252
,364
,460
,485
,489

Std. Error of the
Estimate
5,53456
5,10434
4,70121
4,59246
4,57278

a. Predictors: (Constant), Partisipasi
b. Predictors: (Constant), Partisipasi, Stat_ekonomi
c. Predictors: (Constant), Partisipasi, Stat_ekonomi, Pend_ayah
d. Predictors: (Constant), Partisipasi, Stat_ekonomi, Pend_ayah, Lingk_klg
e. Predictors: (Constant), Partisipasi, Stat_ekonomi, Pend_ayah, Lingk_klg, Pend_Ibu

Dari tampilah output SPSS terdapat 5 model, model 1 determinan prestasi belajar adalah partisipasi orang tua, besarnya
adjusted R2 adalah 0,252; hal ini berarti 25,20% variasi prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh variasi partisipasi orang
tua. Sedangkan 74,80% dijelaskan oleh sebab atau faktor lain di luar model ini. Standar error of estimated (SEE) sebesar
5,53456. Hal ini jika lebih kecil lagi dapat membuat model regresi makin lebih tepat dalam memprediksi prestasi belajar
siswa. Dengan demikian manajemen mutu sekolah haruslah memberi perhatian utama pada partisipasi orang tua, terlebih
begitu besar sumbangannya.
Model 2 determinan prestasi belajar disamping partisipasi orang tua, adalah status ekonomi keluarga, besarnya
adjusted R2 adalah 0,364; hal ini berarti 35,40% variasi prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh variasi partisipasi orang
tua bersama status ekonominya. Dengan demikian manajemen mutu sekolah haruslah memberi perhatian pada partisipasi
orang tua dan status ekonominya, terlebih begitu besar sumbangannya.
Model 3 determinan prestasi belajar selain partisipasi orang tua dan status ekonomi keluarga adalah tingkat
pendidikan ayah, besarnya adjusted R2 adalah 0,460; hal ini berarti 46,40% variasi prestasi belajar siswa dapat dijelaskan
oleh variasi partisipasi orang tua, status ekonomi bersama tingkat pendidikan ayah. Dengan demikian manajemen mutu
sekolah haruslah memberi perhatian pada partisipasi orang tua dan status ekonomi dengan memperhatikan tingkat
pendidikan ayah, mengingat kombinasi 3 variabel ini menjadikan begitu besar sumbangannya.
Model 4 determinan prestasi belajar selain partisipasi orang tua, status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan
ayah adalah lingkungan keluarga, besarnya adjusted R2 adalah 0,484; hal ini berarti 48,50% variasi prestasi belajar siswa
dapat dijelaskan oleh variasi partisipasi orang tua, status ekonomi tingkat pendidikan ayah bersama linkungan keluarga.
Memang sedikit terjadi peningkatan prestasi, namun 2,10% ini cukup berarti terutama bagi siswa yang posisi nilai tesnya
berada disekitan batas ketuntasan. Dengan demikian manajemen mutu sekolah haruslah memberi perhatian pada partisipasi
orang tua dan status ekonomi, tingkat pendidikan ayah dengan memperhatikan lingkungan keluarga, mengingat kombinasi 4

7

variabel ini menjadikan lebih besar sumbangannya terhadap hasil belahjar.
Model 5 determinan prestasi belajar selain partisipasi orang tua, status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan
ayah, lingkungan keluarga adalah pendidikan ibu, besarnya adjusted R2 adalah 0,489; hal ini berarti 48,90% variasi prestasi
belajar siswa dapat dijelaskan oleh variasi partisipasi orang tua, status ekonomi tingkat pendidikan ayah, linkungan keluarga
bersama tingkat pendidikan ibu. Memang sedikit terjadi peningkatan prestasi, namun 0,40% ini juga cukup berarti terutama
bagi siswa yang posisi nilai tesnya berada disekitan batas ketuntasan. Dengan demikian manajemen mutu sekolah haruslah
memberi perhatian pada partisipasi orang tua, status ekonomi, tingkat pendidikan ayah, lingkungan keluarga dengan
memperhatikan tingkat pendidikan ibu, mengingat kombinasi 5 variabel ini menjadikan lebih besar sumbangannya terhadap
hasil belahjar. Kelima model tersebut memang teruji signifikan mengingat dari hasil uji ANOVA atau F tes, diperoleh F
hitung dengan tingkat probabilitas atau signifikansi 0,000.
PENUTUP
Orang tua sampel penelitian ini cukup bervariasi baik menurut gender anak, besaran keluarga, Sarana yang ada
dalam keluarga, Aset yang dimiliki, termasuk sarana belajar anak; demikian juga prestasi belajar siswa, secara keseluruhan
rata-rata prestasi dari semua mata pelajaran yang diteliti termasuk belum baik, masih ada sekitar 15% siswa mengalami
masalah dengan rendahnya prestasi yang dimilikinya. Terdapat suatu pola partisipasi orang tua yang belum tinggi. Tingkat
pendidikan sebagian besar ayah adalah SLTA dan Perguruan Tinggi. Walau kecenderungannya sama, jumlah ibu yang
berpendidikan SLTA dan sarjana muda/diploma lebih kecil daripada ayah. Sebagian besar orang tua siswa termasuk
keluarga yang lengkap. Terdapat variasi orang tua berdasarkan pola asuhnya. Ternyata sebagian besar orang tua
menerapkan pola asuh yang oautoritatif, sebagian lagi non direktive. Hanya sedikit sekali yang menerapkan pola asuh
otoriter dan pengabaian atau un-involved. Sebagian besar orang tua mengusahakan kelengkapan sarana belajar/kualitas
lingkungan keluarga termasuk kategori lengkap. Ternyata terdapat variasi orang tua yang signifikan berdasarkan
lingkungan keluarganya dan status ekonomi.
Berdasarkan hasil analisa dapatlah dsimpulkan tentang partisipasi orang tua dalam pendidikan anknya; menurut
jenjang partisipasi mereka seperti guci. Jumlah pada jenjang tradisional sedikit, kemudian terbanyak pada jenjang transisi
kemudian turun jumlahnya sedikit lagi pada jenjang ketiga yaitu reformis. data ini memperkuat dugaan bahwa sekolah
belum memberi perhatian serius terhadap manajemen partisipasi orang tua. Partisipasi orang tua berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa sesar 25,20%. Penelitian ini menghasilkan 5 model yang akhirnya dapat
dipakai untuk menjelaskan determinan prestasi belajar siswa. Model 1 determinan prestasi belajar adalah partisipasi
orang tua, besarnya 25,20%; Model 2 determinan prestasi belajar disamping partisipasi orang tua, adalah status ekonomi
keluarga, besarnya 35,40%; Model 3 determinan prestasi belajar selain partisipasi orang tua dan status ekonomi keluarga
adalah tingkat pendidikan ayah, besarnya 46,40%; Model 4 determinan prestasi belajar selain partisipasi orang tua, status
ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan ayah adalah lingkungan keluarga, besarnya 0,484; Model 5 determinan prestasi
belajar selain partisipasi orang tua, status ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan ayah, lingkungan keluarga adalah
pendidikan ibu, besarnya adalah 0,489.
Berdasarkan hasil seperti di atas maka sekolah yang akan meningkatkan mutunya perlu membuat keputusan
pengembangan kemitraan keluarga-sekolah untuk berbagai aspek manajemen sekolah, pengembangan kepemimpinan
kepala sekolah beserta wakilnya serta guru dengan melibatkan orang tua sebagai porosnya, sehingga perlu peningkatan
kapasitas organisasi sekolah dengan pemberdayaan orang tua/keluarga dan guru dalam rangka manajemen kurikulum/
pengajaran; Lima model determinan prestasi belajar siswa dapat dijadikan alternatif pengembangan manajemen
partisipasi orang tua dalam peningkatan mutu sekolah dengan memfungsikan manajemen hubungan masyarakat
utamanya dengan orang tua yang ditunjang manajemen kesiswaan yang dipercayakan pada layanan bimbingan
konseling, dukungan sarana prasarana demi efektivitas dan kualitas pendidikan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ammon, M.S., Furco, A., Chi, B., and Middaugh, E. 2002. Service Learning in California: A Profile of the Cal serve Service Learning
Partnership (1997-2000). Service-Learning Research and Development Center, University of California, Berkley.
Baker, A.J.L and Soden, L.M. 1998. The Challenges of Parent Involvement Research. Eric Digests
http://www.ed.giv/databased/ERICDigest ed41903.html
Bergeson, T. (31/7/04). What Makes A School Successful? Http://www.K12.Wa.Us/SchoolImprovement/involvement.aspx (31/7/04)
Bridge, R.G., Jud, C.M. and Moock, P.R. 1979. The Determinants of Education Outcomes. Cambridge: Ballinger Publishing Company
Brilliant, C.D.G. 2001. Parental Involvement in Education: Attitudes and Activities of Spanish – Speakers as Affected by Training.
Bilingual Research Journal. Vol.25 No. 3: 251-274.
Brown, P.J. 2002. Parental Involvement. Education. Policy Brief. Vol. 10, March: 1-5.
Dewanto dan Tarmudji, T. 1995. Metode Statistika. Yogyakarta: Liberty.

8

Dong-il, K. 2004. Pre-Referral Stage in School. htp://apedsner.ac.kr/cyberedu/cyberedu1/eng14-01.html (11/9/04)
Farguhar, S.E. 2003. Quality Teaching Early Foundations: Best Evidence Synthesis. Wellington: Ministry of Education, New Zealand.
Gershberg, A.I.and Shatkin, G. 2002. Empowering Parents and Building Communities: the Role of School-Based Councils in
Educational Governance and Accountability. Working Paper # 2002-004. New York: The New School University, CDRC.
Golan, S. and Peterson, D. 2002. Promoting Involvement of Recent Immigrant Families in Their Children’s Education.
http://www.Piqe.Org/Assets/Specialprj/Family involvement.Htm. (9/27/04)
Hale, L.M. 2003. Student Perception of Parental Involvement and Grade 5 Reading and Math Achievement. Dissertation. Baylor
University.
Harvard Family Research Project. 2000. Family and Schools Together: Building Organizational Capacity for Family School Partnership.
Harvard College.
Henderson, A.T. and Mapp, K.L.2002. A New Wave of Evidence: The Impact of School, Family, and Community Connections on Student
Achievement. Austin: Southwest Educational Development Laboratory.
Hoover, A. 2002. Parent Play a Vital Role in Kids Grades, The Detroit News, September. http://www.bridges4kids.org/articiles/902/DetroitNews9-9-02.html. (31/7/04)
Hoover-Dempsey, K.V., Battiato, A.C., Walker, J.M.T., Reed, R.P., DeJong, J.M. and Jones, K.P. 2001. Parental Involvement in Home
Work. Educational Psychologist. Vol.36. No 3: 195-209.
Jesee, D. 2002. Increasing Parental Involvement: A Key to Student Achievement.
http://www.mcrel.org/products/ noteworthy/danJ.html. (12/17/02).
Lunenburg, F.C. and Irby, B.J. 2001. Parental Involvement a Key to Student Achievement. Research in Educational Leadership.
http://www.shsu.edu/~elj/journal/chapter8new.pdf. (31/7/04)
Martin J., Tett, L. and Kay, H. 1999. Developing Collaborative Partnerships: Limit and Possibilities for Schools, Parents and Community
Education. International Studies in Sociology of Education. Vol. 9 No. 1: 59-75.
McIntosh, H. 2003. A Descriptive Profile of Parental Involvement in Selected Kentucky Middle Schools. Dissertation. University of
Kentucky.
Mizala, A. and Romaquera, P. 2002. Equity and Educational Performance. http://www.Uam.Es/Ontros/
Rimace/Bibioteca/Documentos/Mizala_Romaquera (2002).pdf. (31/7/04)
Muller, C. 1998. Gender Differences in Parental Involvement and Adolescents’ Mathematics Achievement. Sociology of Education. 71. 4:
336-356
Mulyasa. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nord, C.W., Brimhall, D. and West, J. 1997. Fathers’ Involvement in their Children’s Schools. US Department of Education: Office of
Educational and Improvement.
Owen, R.C. (2004). Components of Comprehesive School Reform. http://Www.Rowen.Com/
Tlnresearchsup/Rase%203%2010%205%20research%20 components.Doc. (31/7/04)
Robinson, C. 2003. An Investigation of Parent Participation in the Charter Schools of Oregon. Thesis. University Of Oregon.
San Diego Country of Education. 1997. Notes from Research: Parent Involvement and Student Achievement. http://www.sdcoe,
k12ca.us/notes/51/parstu.html (10/3/04)
Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Surya, M. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.
The State of Texas Education, 1999. Parental Involvement in Education. http://www. cpppp.org/kidsource/education/welcome.html.
(10/4/04)
Thornton, P.D. 2003. Selected Correlates of Rhode Island High School Students’ English and Mathematics Achievement. Dissertation.
Johnson And Wales University.

-0-

9

10

Dokumen yang terkait