M01267

MAKALAH SEMINAR Nasional
APMAPI – UPI Bandung 17 Maret 2014
Proceeding ISBN 979378122-X
Bambang Ismanto
PPs Magister Manajemen Pendidikan UKSW Salatiga
bam_ismanto@yahoo.com
Abstract
The Management of The School Financing.
(Case Studies on the funding of primary schools
in Temanggung District, in Central Java Province, Indonesia)

This study aims to determine the management of education funding in primary school (SD).
Decentralization of education as the implications of regional autonomy authorizes schools to
manage education funding to maximize educational purposes. The study was conducted by
qualitative descriptive approach. Subjects were primary School in Temanggung District,
Central Java Province, Indonesia. Research respondents who are teachers, principals,
supervisors, and committees of primary school. Penelitin data collection was done by using
questionnaires, focus group discussions and in-depth interviews. The results showed that the
management of the education funding is done in accordance with the principles and
administrative procedures in accordance with the laws and regulations on the financial state /
area. Experience planning, organization, administration and supervision and report

preparation programs realize the teacher, principal, superintendent and school committee
about the importance of management in schools. Most never learn management as school
teacher education (SPG) and S1 FKIP. Unless graduates PGSD learn formally about the
college management on School-Based Management. The experience is a good teacher to
learn management. The limited experience, time and human resources to encourage the
development of participative management in primary school. However, in this study does not
discuss in depth about school funding management / education.

Keywords: autonomy, schools, management, funding, experience
Pendahuluan
Pendidikan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi
merupakan tujuan nasional, maka intervensi pemerintah dalam pendidikan akan sangat
1

menentukan. Intervensi dapat dilakukan melalui berbagai bentuk subsidisasi. Keberhasilan
pendidikan diukur dari tingkat kemampuan program pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan individu untuk berubah menjadi lebih baik. Pengembangan diri melalui
pendidikan akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas secara
lebih efektif dan efisien. Ini berarti bahwa perlu strategi khusus agar program pendidikan
mampu menciptakan lulusan (output) yang mampu melakukan produktivitas sebagai kondisi

yang diperlukan mencapai pertumbuhan masyarakat. Hal ini sesuai pendapat

Cohn

(1979:145), yang menyatakan bahwa : “…. education is a source of economic growth only if
it is anti-traditional to the extent that liberates and stimulates as well as informs the

individual and teaches him how and why to make demands upon himself”.
Coombs dan Hallak (1972:255) dalam bukunya yang berjudul Managing Educational
Cost, menyebutkan bahwa “Cost benefit as the relationship between the inputs and resulting

benefit that accrue thereafter. It use to measure of external productivity”.
Psacharopoulos, (1987:397), dalam bukunya Economics of Education, menyebutkan
hal senada dengan Mark Blaug, yaitu :“Cost benefit analysis is to compare the opportunity
cost of a project with the expected benefit, measured in the terms of the additions to income
that will accrue in the future as a result of the investment”.

Guru menjadi agen dalam pengelolaan satuan pendidikan (sekolah). Guru tidak hanya
berfungsi sebagai agen pembelajaran, namun juga berperan penting dan strategis dalam
pengelolaan sumber daya sekolah. Berbagai program / kegiatan intra dan ekstra kurikuler

sebagai bagian utama layanan (services) sekolah dirancang, diimplementasikan, dikontrol dan
dievaluasi oleh guru yang bersangkutan. Dalam perspektif sekolah dalam menyiapkan lulusan
yang berpengetahuan, berakhlak mulia, berkeahlian sebagai SDM bermutu, dan berdaya
saing sangat memerlukan campur tanggan guru. Dalam hal ini, guru memainkan perannya
sebagai agen pembelajaran dalam mengelola sumber daya sekolah dalam mengoptimalkan
potensi siswa mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara lebih khusus para guru yang
diberikan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah akan mengelola sumber daya dalam
kerangka perwujudan visi, misi dan tujuan (goals) sekolah yang bersangkutan.
Desentralisasi pendidikan sebagai implikasi otonomi daerah di Indonesia yang
dimulai sejak Tahun 2001, memberikan kewenangan dan tanggung jawab sekolah dalam
mengelola sumber daya. Sebagai tatanan baru dalam manajemen sekolah yang lebih dari 30
tahun sentralistik memerlukan dukungan SDM, sistem dan prosedur dan sarana prasarana
2

yang efektif dan efisien. Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) sumber daya
sekolah dilakukan berdasarkan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.
Implementasi program dan pembiayaan pendidikan di SD tidak didukung struktur
organisasi, SDM dan sarana prasarana. Struktur Organisasi SD terdiri Kepala Sekolah dan
Guru, tidak terdapat Wakil Kepala Sekolah, Tata Usaha, Pustakawan, Laboran dan tenaga
teknis lainnya. Pelaksanaan program yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi dan

Kabupaten/Kota wajib standar sesuai UU dan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang
Keuangan Negara / Daerah.
Sebagai pengguna anggaran dari APBN dan APBD, SD diwajibkan melaksanakan
prinsip-prinsip perencanaan program dan penganggaran sesuai regulasi yang berlaku. Sangat
terbatasnya jangkauan Struktur Organisasi SD dan perangkat organisasi serta jumlah SDM
dan pengalaman para guru, berakibat manajemen statis. Artinya bahwa implementasi
program dan pembiayaan hanya sebatas (standar) sesuai Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis
yang ditetapkan Pemerintah. Sementara itu, implikasi otonomi satuan pendidikan merupakan
peluang dalam mengembangkan program sesuai kebutuhan / aspirasi masyarakat dan sejalan
dengan dinamika nasional dan global.
Kompetensi manajemen bagi guru, kepala sekolah dan pengawas bahkan Komite SD
menjadi penting dalam merancang, menata, mengarahkan dan mengontrol program dan
pembiayaan sekolah. Menjadi strategis, oleh karena manajemen akan mewujudkan tujuan
(goals) Sekolah secara efisien, efektif dan dinamik sesuai perkembangan lingkungan.
Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan pelaksana wajib belajar . Untuk
mendukung akses penduduk berusia SD Pemerintah mendukung pembiayaan dalam bentuk
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi.
Program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. DAK Bidang Pendidikan
Dasar dialokasikan untuk mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9

(Sembilan) tahun yang bermutu dan merata dalam rangka memenuhi Standar Pelayanan
Minimum dan secara bertahap memenuhi Standar Nasional Pendidikan. DAK setiap tahun
diatur dalam Permendikbud dan Kementerian Lembaga yang terkait seperti Kementerian
Keuangan dan Bappenas.
Pengelolaan sumber-sumber pendanaan sekolah dari Pemerintah / Daerah perlu
dukungan pemahaman konsep, prinsip dan prosedur tentang keuangan negara / daerah.
Sementara itu tugas utama guru adalah mengajar. Sebagai Kepala Sekolah adalah tugas
3

tambahan dan pelibatan guru dalam mengelola program lebih bersifat partisipatif dan
keberpihakan kepada SD dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemahaman
manajemen keuangan dikalangan guru relatif sangat terbatas demikian pula waktunya juga
terbatas. Dalam situasi yang demikian, perlu sikap guru dan kepala sekolah dalam melihat
kepentingan kelembagaan dalam memberdayakan sumber-sumber yang dapat meningkatkan
akses dan mutu wajib belajar di SD. Hal ini sesuai dengan pemikiran Hoy (2001) yang
menyatakan bahwa the individual is a key unit in any social system; regardless of position,
people

bring


with

them

individual

needs,

beliefs,

and

a

cognitive

understandings of the job.

Metode
Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif - kualitatif. Penelitian dilakukan di

lingkungan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. Yang
menjadi subyek penelitian adalah Guru, Kepala Sekolah dan Komite SD. Pengumpulan data
dilakukan melalui depth interview dan Focus Group Discussion. Analisis data dilakukan
dengan Secara garis besar terdiri (1) Reduksi data, (2)Display Data, (3) Pengambilan
kesimpulan dan verifikasi. Pemeriksaan Keabsahan Data dilakukan dengan teknis
Kredibilitas, Transferabilitas, Dependabilitas dan Konfirmabilitas.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian tentang manajemen pembiayaan sekolah di SD Negeri Kabupaten
Temanggung menunjukkan bahwa sebagian besar guru tidak pernah belajar manajemen pada
pre services training baik di SPG dan S-1 FKIP. Sebagai pengelola PBM, pelaksana program
sekolah dan berbagai kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan workshop menjadi referensi (guru)
dalam memahami substansi dan implementasi fungsi-fungsi manajemen. Kegiatan praktis
pata guru, kepala sekolah dan pengawas dalam mengelola pembiayaan sekolah yang
bersumber dari pemerintah

Pengalaman adalah Guru Manajemen
4


Manajemen dipandang penting dan srategis dalam pengelolaan pendanaan sekolah.
Manajemen menjadi alat (tools) dalam pengelolaan PBM, Program/kegiatan Sekolah, dan
sumber-sumber pembiayaan yang bersumber dari APBN dan APBD. Pengembangan Sekolah
serta membangun kerja sama (relationship). Manajemen dipahami sebagai upaya yang
dilakukan Kepala SD bersama Guru didukung Komite Sekolah dan Pemangku Kepentingan
Sekolah dalam memberdayakan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam pencapaian tujuan sekolah, diaplikasikan fungsi manajemen meliputi perencanaan
(Plan), Implementasi (Do), Pengawasan (Check) dan Tidakan (Action). Para guru
menyatakan bahwa fungsi manajemen diaplikasikan dalam PBM. Hal ini dilakukan sejak
tahapan perencanaan tujuan, materi, media, dan sumber belajar, proses dan evaluasi
pembelajaran. Sebagai SDM dalam manajemen sekolah, para guru juga mengaplikasikan
fungsi-fungsi manajemen dalam program sekolah seperti Penerimaan Peserta Didik Baru,
Laporan Periodik, Ujian Kenaikan Kelas, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Sebagian besar
guru dan Kepala

SD di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tidak belajar

manajemen pada saat di Sekolah Pendidikan Guru dan S1 FKIP. Sebagian kecil, guru yang
berpendidikan S1 PGSD belajar manajemen dalam perkuliahan MBS. Pada kuliah MBS tidak
membahas secara dalam tentang manajemen pembiayaan sekolah. Pemahaman tentang sistem

sekolah dan lingkungannya serta analisis pemangku kepentingan menjadi bagian utama
dalam MBS. Pengalaman sebagai pengelola program dan pembiayaan pendidikan yang
bersumber dari Pemerintah merupakan pengalaman positif dalam memahami konsep, fungsi,
proses dan prinsip manajemen. Disamping itu, berbagai Diklat, penataran, workshop tentang
pengelolaan program relatif menambah wawasan para guru, Kepala Sekolah dan Pengawas
SD dalam memahami manajemen. Pada umumnya mereka kurang memiliki kepercayaan diri
ketika membahas manajemen dalam konteks yang lain. Keterbtasan referensi teoritis guru,
hal ini berakibat dalam berbagai forum merasa tidak percaya diri dalam merespon fenomena
manajemen. Sekalipun secara praktis, para Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SD mampu
melaksanakan program, namun ketika membahas pengembangan secara teoritis merasa
terbatas jangkauannya. Berbagai pengalaman dalam memahami latar belakang (filosofis),
tujuan,

sasaran,

sistem

dan

prosedur


perencanaan,

pelaksanaan,

pelaporan

/

pertanggungjawaban program pembiayaan menjadi referensi dalam mengelola program.
Pembiayaan merupakan salah satu dimensi yang paling kompleks dalam pelaksanaan
program-program yang bersumber dari APBN dan APBD. Regulasi keuangan negara sebagai
5

mana diatur dalam UU Nomer 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan PP Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Peraturan Kementerian / Lembaga
yang mengatur tentang sumber-sumber pendanaan pemerintah/daerah

Mereka sangat


berharap dapat memahami dan mengkaji lebih mendalam tentang manajemen pendidikan /
sekolah pada jenjang pendidikan Strata 2 dan atau pelatihan dalam jabatan profesionalnya.
Pengalaman adalah guru dalam memahami fenomena dan implementasi manajemen program
dan pembiayaan sekolah. Sekalipun para guru, kepala sekolah bahkan pengawas merasa tidak
pernah belajar formal ‘manajemen’, namun berbagai pengalaman sebagai agen pembelajaran,
dan pelaksana teknis pembiayaan sekolah telah menjadi referensi dalam memasuki substansi
dan prosedur manajemen.
Manajemen Pembiayaan Sekolah Berbasis Partisipasi
Sumber pendanaan pendidikan SD di Kabupaten Temanggung sebagian besar berasal
dari Pemerintah (Pusat), Provinsi dan Daerah dalam bentuk BOS, Dana Alokasi Khusus dan
Dana Dekonsentrasi. Manajemen pendanaan sekolah dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan
dan dibimbing Unit Pelaksana Teknis Daerah dan Pengawas Sekolah.
Status Kepala Sekolah sebagai tugas tambahan seorang guru SD dan keterbatasan
SDM operasional di SD berakibat manajemen program bersifat partisipatif. Artinya bahwa
dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, menurut para Kepala SD di Kabupaten
Temanggung melibatkan para guru, konsultasi Komite dan pembinaan / supervisi Pengawas.
Kepala Sekolah bukan jabatan struktural. Sebagai guru, Kepala SD masih diwajibkan
mengajar 6 jam pelajaran. Kewajiban mengajar ini, menurut Para Kepala SD relatif menjadi
kendala dalam mengoptimalkan fungsi manajerial dan leadership. Sebagai Kepala unit kerja,
Kepala Sekolah bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, kontrol dan tindak
lanjut. Perencanaan program dan keuangan dilakukan sesuai Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional / Daerah dan regulai keuangan daerah. Dalam tahapan ini, Kepala SD
akan mengaplikasikan Rencana Pengembangan Sekolah menjadi Rencana Anggaran dan
Kegiatan Sekolah (RAKS) yang selanjutnya harus diintegrasikan dalam Anggaran Dinas
Pendidikan Kabupaten Temanggung. Perencanaan dilakukan dengan Komite Sekolah untuk
membahas kinerja dan merencanakan kegiatan / anggaran pada tahun berikutnya. Koordinasi
perencanaan APBD di Dinas Pendidikan dan Dinas Pengelola Keuangan Daerah serta
Bappeda Kabupaten Temanggung. Pemahaman Juklak/Juknis, sumber pendanaan pendidikan
6

dilakukan untuk mengetahui latar belakang, tujuan, sasaran, output, besaran dana, sistem dan
prosedur penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan. Sebagian besar Kepala Sekolah
mengalami kesulitan dalam melaksanakan sistem dan prosedur serta pembayaran pajak.
Keberadaan orang tua siswa yang memiliki pengalaman yang relevan, menurut Kepala
Sekolah dilibatkan agar administrasi keuangan sesuai standar / baku yang ditetapkan.
Guru menjadi SDM utama dalam mengelola sumber-sumber pendanaan sekolah.
Menurut para guru SD di Temanggung terdapat 5 pertimbangan dalam membantu Kepala
Sekolah yaitu komitmen peningkatan mutu sekolah, menambah pengalaman, membantu
Kepala Sekolah, mengaplikasikan pengalaman dan kesadaran diri sebagai SDM Sekolah.
Komitmen membantu Kepala Sekolah merupakan citra positif bagi setiap guru dalam
revitalisasi diri sebagai agen pembelajaran. Para guru sangat menyadari bahwa pengalaman
itu sebuah proses. Dengan melakukan aktivitas di tengah-tengah kegiatan sebagai agen
pembelajaran akan memberikan pengalaman yang ekskluif. Berpikir tentang peluang menjadi
Kepala Sekolah adalah hak setiap guru. Pengalaman melaksanakan program dan menata
adminisrasi keuangan sekolah sangat berarti dalam membina profesi diri, Berbagai
pengalaman para guru di organisasi sosial kemasyarakatan, atau workshop diterapkan dalam
mengelola sumber daya secara efektif dan efisien. Berbagai kelemahan dan kendala yang
dihadapi adalah rangkaian pengalamann hidup yang lebih baik untuk waktu yang akan
datang. Sebagai bagian dalam sistem sosial di SD, pelibatan diri dan pemanfaatan
kesempatan yang diberikan Kepala Sekolah adalah kewajiban. Para guru merasa keterlibatan
dalam program dan penatausahaan biaya – biaya sekolah baik BOS, DAK dan dana
dekonsentrasi mendukung upaya SD dalam pemningkatan akses dan mutu wajib belajar.
Psrtisipasi Komite Sekolah dalam manajemen program SD merupakan implementasi
fungsinya dalam memberikan saran, bimbingan, kontrol dan advokasi. Menurut Kepala
Sekolah, para guru dan Pengawas SD di Kabupaten Temanggung, Komite Sekolah
menyambut positif partisipasi program dan penatausahaan biaya-biaya sekolah. Sejak tahapan
perencanaan, implementasi, pengawasan dan pertanggungjawaban program, Komite Sekolah
akan berperan sepanjang dilakukan komunikasi, koordinasi dan saling mendukung untuk
kepentingan peningkatan akses dan mutu SD.

Kesimpulan dan Saran
Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
7

1. Sebagian besar guru SD tidak pernah belajar manajemen pada pendidikan calon guru
(pre services training).

Beberapa guru yang melanjutkan S1 PGSD mengkaji

manajemen pada kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yang lebih menekan
pemahaman lingkungan sekolah dan dinamika pemangku kepentingan.
2. Pengalaman adalah guru dalam manajemen sekolah. Pengalaman sebagai guru kelas
atau mata pelajaran, pengelola BOS, DAK dan Dana Dekonsentrasi menjadi referensi
praktis dalam memahami substansi, sistem dan prosedur administrasi keuangan
sekolah. Disamping itu, pelibatan dalam sosialisasi, workshop, dan pelatihan para
guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SD mengembangkan wawasan tentang
manajemen
3. Manajemen pembiayaan sekolah bersifat partisipatif dengan melibatkan guru, Komite
Sekolah pembinaan Pengawas SD. Keterbatasan waktu, SDM , pengalaman
merupakan alternatif manajemen berbasis partisipasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan :
1. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan mewajibkan setiap Progdi.
Menyelenggarakan kuliah manajemen pendidikan / sekolah. Salah satu topik yang
perlu dibahas adalah manajemen sumber daya keuangan sekolah. Hal ini menjadi
penting untuk meningkatkan kompetensi khususnya bidang sosial dan pedagogik
2. Merubah status Kepala Sekolah sebagaj jabatan struktural dengan option tugas 6 jam
dalam pembelajaran, Bimbingan Konseling atau riset pengembangan pembelajaran.
Dengan demikian, Kepala sebagai manajer, pemimpin dan supervisor memiliki
referensi yang lebih komprehensif.
3. Mensosialisasikan bahwa tanggung jawab pendidikan adalah pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam mendukung good
governance biaya sekolah berdasarkan prinsip ketercukupan, keadilan dan
keberlanjutan.

Daftar Pustaka
Bappenas, (2009), Modul 1. Kerangka Pemikiran Reformasi Perencanaan dan Penganggaran, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Direktorat Alokasi Pendanaan
Pembangunan
Bastian, Indra (2007), Akuntansi Pendidikan, Jakarta, Erlangga
Blankenau, William and Mark Skidmore, (2002), The Relationship Between Education Finance
Reform and Tax and Expenditure Limitations, The Journal of Regional Analysis and Policy,
JRAP (2002)32:1
8

Bogdan and Bikken, (1982), Qualitative Research for Education an Introduction to Theory and
Methods, Boston, Allyn & Baccan Inc,
Bungin, Burhan, (2003), Analisis Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofis dan Metodologis
kearah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindopersada.
---------, (2009), Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial
lainnya , Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Cohn, Elchanan., (1979). The Economics of Education. Revised Edition, Massachusetts: A Subsidiary
of Harper & Row Publisher, Inc,
Coombs, Philip H and Jacques Hallak, (1972),
University Press

Managing Educational Cost, London, Oxford

Creswell, John W, (1994), Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing Among Five
Traditions, California: SAGE Publications.
----------, (1994), Research Design : Qualitative and Quantitative Approaches , California : SAGE
Publications
Decentralized Basic Education (DBE), 2008, Panduan Fasilitasi Perhitungan Biaya Operasional
Pendidikan (BOSP) dan Penyusunan Kebijakan , Jakarta, Kerjasama MenkoKesra,
Depdikdiknas, Depag dengan Usaid. Amerika Serika Serikat.
Dye, R. Thomas, (1987), Understanding Public Policy, London, Prentice-Hall International (UK)
Limited.
Gaffar, M.F, (2008), Pembiayaan Pendidikan Nasional Indonesia, Tantangan, Peta Permasalahan
dan Strategi Perubahan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Nasional Indonesia , (makalah
tidak dipublikasikan), Disajikan pada Konvensi Nasional pendidikan Indonesia VI, di
Universitas Pendidikan Ganesha, Bandung, Hotel Aston, 17 – 19 November 2008.
-------------------. (1984). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: Dirjen Depdiknas.
Ghozali, Abbas et al. 2004. Analisis Biaya Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta:
Balitbang, Depdiknas
-------------------, (2008), Pendanaan Pendidikan di Indonesia dari APBN dan APBD , Makalah
Simposium Tahunan Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Jakarta, Pusat Penelitian
Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan,
Departemen Pendidikan Nasional
Hahn, Alan J. (1990), Issues-Oriented Public Policy Education, Journal of Extension, Spring
1990,Volume 28, Number 1, tersedia : http://www.joe.org/joe/1990spring/a3.php ( 7 Mei
2009 )
Hanushek, Eric A. and Ludger Wößmann, (2007), Education Quality and Economic Growth,
Washington The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank

9

Hanushek, Eric A. (1996), Measuring Investment in Education, Journal of Economic PerspectivesVolum 10, Number 4--Fall 1996-Pages 9-30, http://links.jstor.org/sici?sici=08953309%28199623%2910%3A4%3C9%3AMIIE%3E2.0.CO%3B2-1
Hoy, W. and Miskel, C. G. (2001). Educational administration theory. New York: Random House
Inc.
Wahab, Abdul Aziz, (2008), Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Telaah terhadap
Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan, Bandung, Alfabeta
Undang-Undang, Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
------------, Undang-Undang Nomor : 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
------------,Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
------------,Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
------------, Undang-Undang Nomor : 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
-----------, Nomor : 17 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009
Peraturan Pemerintah, Nomor : 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
------------, Nomor : 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
-----------, Nomor : 6 Tahun 2008, tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
------------, Nomor : 48 Tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan
-----------,Nomor : 79 Tahun 2005, tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
-----------, Nomor :19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
-----------, Nomor : 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan Nasional
------------,Nomor : 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepaka Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat
------------, Nomor : 60 TAHUN 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
------------, Nomor : 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 23 Tahun 2007, Tentang Pedoman dan Tata
Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, 2005, Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah
Tahun 2005-2011 (tidak dipublikasikan)
------------, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)
-------------, kebijakan Umum Anggaran APBD Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)
10

------------, Prioritas dan Plafon Anggaran APBD Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)
--------------, Peraturan Daerah tentang APBD Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)
--------------, Peraturan Daerah tentang APBD perubahan
dipublikasikan)

Tahun anggaran 2008-2009 (tidak

--------------, Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban APBD Tahun anggaran 2008 (tidak
dipublikasikan)
Kementerian Pendidikan Nasional, Petunjuk Teknik Bantuan Operasional Sekolah, Tahun 2005,
2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010
---------, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 44 Tahun 2012
Tentang Pungutan Dan Sumbangan Biaya Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Dasar

11

Dokumen yang terkait