T1 202009095 Full text

PENGARUH METODE INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 3 SALATIGA

JURNAL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi S1 Pendidikan Matematika

Oleh
MARTHA RIANA PANJAITAN
202009095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013

PENGARUH METODE INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI
KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 3 SALATIGA

Martha Riana Panjaitan, Kriswandani, Inawati Budiono
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pengaruh metode inkuiri
terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 3 Salatiga; 2) Mengetahui
pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP
Negeri 3 Salatiga; dan 3) Mengetahui interaksi antara metode inkuiri dan
kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 3
Salatiga. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas VIII-G, VIII-H, dan VIII-I di SMP Negeri 3 Salatiga Semester 2 Tahun
Ajaran 2012/2013 dengan masing-masing kelas berjumlah 22 siswa. Data dikumpulkan
menggunakan metode tes dan angket untuk mengukur hasil belajar matematika dan
kemandirian belajar siswa. Hasil uji Univariate Analysis of Variance diperoleh: 1) Nilai
signifikansi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 0,022 < 0,050 yang
berarti rata-rata kedua kelompok berbeda sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh metode inkuiri terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 3
Salatiga; 2) Nilai signifikansi antara tingkat kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah
adalah 0,704 > 0,050 yang berarti rata-rata kedua kelompok sama, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar

matematika siswa di SMP Negeri 3 Salatiga; 3) Nilai signifikansi antara siswa kelompok
eksperimen dengan tingkat kemandirian tinggi, sedang, dan rendah dan siswa kelompok
kontrol dengan tingkat kemandirian tinggi, sedang, dan rendah adalah 0,407 > 0,050 yang
berarti rata-rata kedua kelompok sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara metode inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika
siswa di SMP Negeri 3 Salatiga.
Kata Kunci : Metode Inkuiri, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar Matematika.

PENDAHULUAN
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran (Mulyasa, 2011:107). Hal tersebut didukung oleh Djamarah (2010:232) yang
mengemukakan bahwa setiap metode mengajar yang dipilih dan digunakan berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian hasil yang diharapkan.
Prawiradilaga (2009:18) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan pencapaian
suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar, sehingga penggunaan metode
pembelajaran perlu diperhatikan. Gulo (2004:84) mengemukakan metode inkuiri adalah
metode yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran dengan
membebaskan siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Metode inkuiri
diharapkan membantu siswa dalam membangun komitmen (commitment building) di kalangan
teman sebayanya; membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif; serta membangun sikap

percaya diri (self confidence) dan terbuka (openness) terhadap hasil temuannya (Hanafiah &
Suhana, 2010).
Metode inkuiri merupakan metode mengajar yang berusaha meletakkan dan
mengembangkan cara berpikir ilmiah sehingga siswa dituntut lebih banyak belajar sendiri serta
mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah (Sagala, 2011:196). Piaget dalam
Mulyasa (2011:108) juga mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang

mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas
agar melihat apa yang terjadi.
Menurut Tirtarahadja & Sulo (2005:51), kemandirian belajar berarti aktivitas belajar
yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab
sendiri sebagai pembelajar. Individu yang menerapkan kemandirian belajar akan mengalami
perubahan dalam kebiasaan belajar, yaitu cara mengatur dan mengorganisasikan dirinya
sedemikian rupa sehingga dapat menentukan tujuan belajar, kebutuhan belajar, dan strategi
yang digunakan dalam belajar yang mengarahkan kepada tercapainya tujuan yang telah
dirumuskan (Tahar & Enceng, 2007:92). Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi
cenderung akan belajar lebih baik dengan memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya
secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur waktu belajarnya
secara efisien, serta memperoleh skor tinggi dalam sains (Sumarmo, 2010:5). Hasil belajar
maksimal akan diperoleh apabila siswa bekerja menurut kecepatan sendiri, terlibat aktif dalam

melaksanakan berbagai tugas belajar khusus, dan mengalami keberhasilan dalam belajar (Uno,
200851).
Ormrod (2008:38) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembelajar yang benarbenar efektif, siswa harus terlibat dalam beberapa aktivitas mengatur diri sendiri (selfregulating activities). Hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa siswa kadang meminta
bantuan teman saat ulangan, beberapa siswa lebih memilih mengosongkan jawaban dari soal
ulangan yang tidak bisa dikerjakan, beberapa siswa setelah ulangan selalu merasa akan
mendapat nilai di bawah KKM sehingga harus mengikuti remidi. Hal lain juga terjadi pada saat
pembelajaran di kelas, beberapa siswa merasa takut saat guru menunjuk siswa untuk
mengerjakan soal di papan tulis, beberapa siswa juga merasa takut saat guru membimbing
siswa secara langsung dalam mengerjakan soal matematika, sebagian besar siswa merasa
waktu berjalan sangat lama ketika pelajaran matematika, serta hampir semua siswa tidak suka
saat sekolah mengadakan tambahan bimbingan pelajaran. Hal ini menunjukkan masih
rendahnya kemandirian belajar siswa.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2002). Hasil belajar siswa pada penelitian ini juga diukur dengan
memberikan soal-soal kepada siswa. Hasil Tes Akhir Semester I siswa kelas VIII-G, VIII-H, dan
VIII-I pada mata pelajaran matematika diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 60,42 dengan nilai
tertinggi 96 dan terendah adalah 35. Hal ini menunjukkan masih rendahnya hasil belajar siswa.
Faktor dari dalam diri siswa sendiri juga turut mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa (Sudjana, 2008), seperti beberapa siswa menyerah ketika apa yang dipelajari tetap tidak
dipahami serta sebagian besar siswa yang mendapat nilai kurang baik akan menjadi semakin

malas belajar. Hasil wawancara juga diketahui banyak siswa tidak dapat mengatur jam
belajarnya sehingga biasa belajar hingga larut malam, banyak siswa dengan sengaja berangkat
sekolah pagi untuk mencontek PR teman, hampir semua siswa hanya mengandalkan buku
catatan untuk mengerjakan tugas matematika yang diberikan oleh guru, serta hanya sedikit
siswa yang mempunyai kesadaran untuk segera mengerjakan PR walaupun PR tersebut belum
akan dikumpulkan.
Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2008), mengemukakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran
ekonomi. Penelitian Adiningsih (2012) juga mendukung bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akutansi siswa. Sejalan dengan
penelitian tersebut, Warastuti (2011) juga mengemukakan bahwa kemandirian belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar IPS.
Berbeda dengan penelitian Rahmawati (2008), Adiningsih (2012), dan Warastuti
(2011), penelitian yang dilakukan oleh Chanah (2011) mengemukakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar

matematika siswa. Penelitian mengenai kemandirian belajar yang dilakukan oleh Nuryani
(2012) juga mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kemandirian dengan hasil belajar mata pelajaran PKn. Penelitian tersebut juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Untari (2010) yang mengemukakan bahwa terdapat interaksi antara

metode pembelajaran inkuiri dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar biologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Suharyanti (2012) mendukung bahwa penggunaan
metode yang tepat dalam pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode inkuiri terhadap hasil
belajar matematika. Sejalan dengan penelitian tersebut, Masrukin (2011) dalam penelitiannya
menemukan adanya perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan
metode inkuiri dan metode ekspositori. Metode ekspositori dalam penelitian ini adalah
metode ceramah. Berbeda dengan Suharyanti (2012) dan Masrukin (2011), dalam penelitian
yang dilakukan oleh Hijriyah (2009) ditemukan bahwa tidak ada pengaruh prestasi belajar yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan metode inkuiri dan siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk:
1) Mengetahui pengaruh metode inkuiri terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP
Negeri 3 Salatiga; 2) Mengetahui pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa di SMP Negeri 3 Salatiga; dan 3) Mengetahui interaksi antara metode inkuiri
dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 3 Salatiga.
KAJIAN TEORI
Nasution (2006) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Munadi dalam Rusman (2012:124) mengemukakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar

meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar
meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil
belajar meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan yang lelah, serta tidak
dalam keadaan cacat jasmani, sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar
meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, daya nalar, serta
kemandirian siswa.
Faktor eksternal juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik misalnya cuaca,
suhu, kelembaban. Contohnya belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara
yang kurang tentunya akan berbeda dengan belajar di pagi hari dengan udara yang masih
segar dan ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega. Contoh lingkungan sosial adalah
hubungan sosial yang baik antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru akan turut
mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental
meliputi kurikulum, sarana, guru, serta metode.
Metode pembelajaran juga merupakan faktor instrumental yang turut mempengaruhi
hasil belajar sehingga penggunaan metode pembelajaran yang tepat perlu diperhatikan.
Mulyasa (2011:108), mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang
mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar

melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan
mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Sund dan Trowbridge dalam Mulyasa (2011:109) mengemukakan Pembelajaran
menggunakan inkuiri terpimpin mengarahkan siswa dengan memberikan pedoman sesuai

dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaanpertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan metode inkuiri, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan
pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit
demi sedikit dikurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman siswa. Pelaksanaannya
dilakukan sebagian besar dengan perencanaan yang telah dibuat oleh guru. Siswa tidak
merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan
mencatat data diberikan oleh guru.
Gulo (2004:94) mengemukakan tahapan yang harus ditempuh pada pembelajaran
menggunakan metode inkuiri, yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, serta menarik kesimpulan. Semua tahap dalam
proses inkuiri tersebut merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan sebagai
motivator, fasilitator, dan pengarah dalam proses pembelajaran.
Metode inkuiri mempunyai beberapa kelebihan. Berikut dipaparkan beberapa
kelebihan metode inkuiri menurut Hanafiah & Suhana (2010): 1) Membantu siswa untuk

mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif; 2)Siswa
dapat memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap
dalam pikirannya; 3) Membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat
lagi; 4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan
minat masing-masing; 5) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan
proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada siswa dengan peran guru yang
sangat terbatas.
Kemandirian belajar juga termasuk dalam faktor psikologis yang turut mempengaruhi
hasil belajar siswa. Merriam & Caffarella (1999) yang mengemukakan bahwa kemandirian
belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pembelajarannya.
Basri (2000:54) mengemukakan kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri sendiri (endogen) dan faktor dari luar (eksogen). Faktor endogen (internal) adalah
semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan
konstitusi tubuhnya, sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya.
Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir merupakan bekal dasar dari pertumbuhan dan
perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu akan
didapatkan dalam diri seseorang seperti bakat, potensi intelektual, potensi pertumbuhan
tubuh, serta potensi kepribadian seperti kemandirian.
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari

luar dirinya, sering pula dinamakan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi
individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif
maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai
dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk dalam hal
kemandirian.
Ormrod (2009:38) dalam bukunya mengemukakan bahwa aspek kemandirian belajar
meliputi beberapa sub aspek berikut: 1) Penetapan tujuan (goal setting); 2) Perencanaan
(planning); 3) Motivasi diri (self-motivation); 4) Kontrol atensi (attention control); 5)
Penggunaan strategi belajar yang fleksibel (flexible use of learning strategies); 6) Monitor diri
(self-monitoring); 7) Mencari bantuan yang tepat (appropriate help seeking); 8) Evaluasi diri
(self-evaluation).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasiexperimental design). Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen (Sugiyono, 2010:114). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara kelompok yang diberi perlakuan (treatment) yaitu yang diajar menggunakan
metode inkuiri, dan yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol).
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga Semester 2
Tahun Ajaran 2012/2013, yaitu sebanyak 224 siswa yang terbagi dalam 10 kelas. Pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan
populasi sebanyak 224 siswa (10 kelas), sehingga sampel yang diambil sebanyak 25% dari
populasi, yaitu sebanyak 3 kelas yang diambil secara random. Sampel yang diambil adalah
siswa kelas VIII-G, VIII-H dan VIII-I dengan masing-masing kelas berjumlah 22 siswa. Sampel
yang diambil kemudian ditetapkan menjadi 2 kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas
VIII-G dan kelas VIII-I, dan 1 kelas ditetapkan sebagai kelompok kontrol yaitu kelas VIII-H.
Sampel yang diambil kemudian diukur keseimbangan kemampuan awal matematikanya
sebelum kelompok eksperimen diberi perlakuan.
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal posttest untuk mengukur hasil
belajar siswa. Tes ini dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran pada materi lingkaran.
Tes ini dilakukan baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrumen yang
digunakan berbentuk soal essay berjumlah 16 soal yang disesuaikan dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator pada materi lingkaran.
Penelitian ini juga menggunakan angket sebagai alat ukur. Angket yang digunakan
adalah angket kemandirian belajar siswa dengan tipe angket tertutup, dimana responden
memilih salah satu jawaban yang tersedia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Salatiga yang terletak di Jalan Stadion Nomor
4 Salatiga. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 3 kelas dari total keseluruhan populasi
sebanyak 10 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII-G, VIII-H, dan VIII-I yang
pada masing-masing kelas terdapat 22 siswa. Sebanyak 44 siswa dari kelas VIII-G dan VIII-I
ditetapkan sebagai kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan (treatment) berupa
pembelajaran menggunakan metode inkuiri dan sebanyak 22 siswa dari kelas VIII-H ditetapkan
sebagai kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan sehingga pembelajaran berupa
pembelajaran konvensional.
Deskripsi data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum kedua
kelompok diberi perlakuan. Data nilai pretest diambil dari nilai Tes Akhir Semester I kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen. Hasil uji descriptive statistic menggunakan SPSS for
Windows dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Deskripsi Statistik Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
N

Min

Max

Mean

Std. Deviation

Variance

Nilai Pretest Kelompok Eksperimen

44

35

96

58.05

15.247

232.463

Nilai Pretest Kelompok Kontrol

22

41

96

65.18

13.852

191.870

Valid N (listwise)

22

Berdasarkan Tabel 1 diketahui rata-rata nilai pretest dari 44 siswa pada kelompok
eksperimen adalah 58,05 dengan nilai minimal 35 dan nilai maksimal 96. Standar deviasi dan
varian kelompok eksperimen berturut-turut adalah 15,24 dan 232,46. Rata-rata nilai pretest
dari 22 siswa pada kelompok kontrol adalah 65,18 dengan nilai minimal 41 dan nilai maksimal
96. Standar deviasi dan varian kelompok kontrol berturut-turut adalah 13,85 dan 191,87.
Selisih rata-rata pada kedua kelompok tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 7,13.
Uji Independent Sample T-Test nilai pretest dilakukan setelah uji prasyarat terpenuhi,
yaitu data berdistribusi normal. Uji prasyarat tersebut telah dilakukan dengan menghasilkan

keputusan uji yaitu nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi
normal, sehingga uji Independent Sample T-Test dapat dilakukan. Uji Independent Sample TTest nilai pretest digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antar kedua kelompok
data, dalam hal ini adalah nilai pretest kelompok eksperimen dan nilai pretest kelompok
kontrol. Hasil uji Independent Sample T-Test menggunakan SPSS for Windows dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2
Uji Independent Sample T-Test Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene's Test for
Equality of Variances

F
Nilai
Equal variances
Pretest assumed

1.217

t-test for Equality of Means

Sig.

t

df

.274 -1.846

Equal variances
not assumed

95% Confidence Interval
Mean
Std.
of the Difference
Sig. (2- Differ Error Diffe
tailed) ence
rence
Lower
Upper
64

.069 -7.136

3.865

-14.858

.586

-1.907 45.920

.063 -7.136

3.742

-14.670

.397

Berdasarkan Tabel 2 diketahui nilai signifikansi untuk uji F nilai pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol adalah 0,274. Nilai tersebut lebih dari 0,05 � = 5%
sehingga dapat disimpulkan varian nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sama atau dapat dikatakan bahwa kedua data homogen, sehingga uji Independent T-Test yang
digunakan adalah equal variances assumed.
Nilai signifikansi untuk uji Independent Sample T-Test nilai pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada baris equal variances assumed adalah 0,069. Nilai
tersebut lebih dari 0,05 � = 5% sehingga dapat disimpulkan rata-rata nilai pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sama. Selisih rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol pada Tabel 10 juga menunjukkan selisih yang tidak terlalu signifikan
yaitu sebesar 7,13. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sama, sehingga perlakuan dapat diberikan.
Data kemandirian belajar diambil pada kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol. Hasil uji descriptive statistic menggunakan SPSS for Windows dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3
Deskripsi Statistik Kemandirian Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
N

Min

Max

Mean

Std. Deviation Variance

Kemandirian Belajar Kelompok Ekperimen

44

100

172

152.09

12.848

165.061

Kemandirian Belajar Kelompok Kontrol

22

122

171

149.77

14.253

203.136

Valid N (listwise)

22

Berdasarkan Tabel 3 diketahui rata-rata skor kemandirian belajar dari 44 siswa pada
kelompok eksperimen adalah 152,09 dengan skor minimal 100 dan skor maksimal 172. Standar
deviasi dan varian kelompok eksperimen berturut-turut adalah 12,84 dan 165,06. Rata-rata
skor kemandirian belajar dari 22 siswa pada kelompok kontrol adalah 149,77 dengan nilai
minimal 122 dan nilai maksimal 171. Standar deviasi dan varian kelompok kontrol berturutturut adalah 14,25 dan 203,13.
Kemandirian belajar siswa pada dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Penentuan interval tingkat kemandirian ditentukan menggunakan rumus
rumus skor maksimum dikurangi skor minimum dibagi jumlah katagori, sehingga dapat
dituliskan dalam perhitungan sebagai berikut (Supranto, 2008):

�=

� ��
� ℎ � ��

=

�� −
� ℎ � ��

=

172−100
3

=

72
3

= 24

Berdasarkan lebar interval tersebut kemudian dapat ditentukan interval kemandirian
adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Sebaran Interval Kemandirian Belajar Siswa
JUMLAH SISWA
TINGKAT
INTERVAL
KEMANDIRIAN
KELOMPOK EKSPERIMEN KELOMPOK KONTROL
149 ≤ � ≤ 73
Tinggi
29
11
124 ≤ � ≤ 148
Sedang
14
10
99 ≤ � ≤ 123
Rendah
1
1
TOTAL
44
22

JUMLAH
40
24
2
66

Berdasarkan Tabel 4 tersebut diketahui bahwa jumlah siswa pada tingkat kemandirian
belajar tinggi kelompok eksperimen adalah 29 siswa dan kelompok kontrol adalah 11 siswa,
jumlah siswa pada tingkat kemandirian belajar sedang kelompok eksperimen adalah 14 siswa
dan kelompok kontrol adalah 10 siswa, jumlah siswa pada tingkat kemandirian belajar rendah
kelompok eksperimen adalah 1 siswa dan kelompok kontrol adalah 1 siswa.
Jumlah siswa terbanyak pada kelompok eksperimen ada pada tingkat kemandirian
belajar tinggi dengan persentase sebesar 65,9% sedangkan jumlah siswa paling sedikit pada
kelompok eksperimen ada pada tingkat kemandirian belajar rendah dengan persentase
sebesar 2,27%. Jumlah siswa terbanyak pada kelompok kontrol ada pada tingkat kemandirian
belajar tinggi dengan persentase sebesar 50% sedangkan jumlah siswa paling sedikit pada
kelompok eksperimen ada pada tingkat kemandirian belajar rendah dengan persentase
sebesar 4,55%. Berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa kecenderungan siswa
memiliki kemandirian belajar tinggi.
Penelitian ini mengelompokkan data posttest menjadi lima kelompok berdasarkan
variabel faktornya. Pengelompokan data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Kelompok Data Berdasarkan Variabel Faktor
Value Label
Kelompok
Tingkat Kemandirian

N

1

Eksperimen

44

2

Kontrol

22

1

Tinggi

40

2

Sedang

24

3

Rendah

2

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa terdapat dua variabel faktor yang digunakan,
yaitu variabel kelompok dan variabel tingkat kemandirian. Jumlah data untuk kelompok
eksperimen sebanyak 44 dan untuk kelompok kontrol sebanyak 22. Jumlah data untuk tingkat
kemandirian tinggi sebanyak 40, jumlah data untuk tingkat kemandirian sedang sebanyak 24,
dan jumlah data untuk tingkat kemandirian rendah sebanyak 2. Kelima kelompok data tersebut
kemudian diuji statistik menggunakan SPSS for Windows. Hasil uji statistik kelima kelompok
data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6
Deskripsi Statistik Nilai Posttest
N

Min

Max

Mean

Std. Deviation Variance

Nilai Posttest Kelompok
Eksperimen

44 23.75 88.25 59.1534

16.40310

269.062

Nilai Posttest Kelompok
Kontrol

22 29.00 83.25 49.8977

12.06620

145.593

NIlai Posttest Siswa Dengan
Kemandirian Belajar Tinggi

40 24.75 88.25 56.6688

14.81849

219.588

Nilai Posttest Siswa Dengan
Kemandirian Belajar Sedang

24 23.75 83.25 54.4687

16.70546

279.072

Nilai Posttest Siswa Dengan
Kemandirian Belajar Rendah

2 44.25 82.25 63.2500

26.87006

722.000

Valid N (listwise)

2

Berdasarkan Tabel 6 diketahui rata-rata nilai posttest dari 44 siswa pada kelompok
eksperimen adalah 59,15 dengan nilai minimal 23,75 dan nilai maksimal 88,25. Standar deviasi
dan varian kelompok eksperimen berturut-turut adalah 16,40 dan 269,06. Rata-rata nilai
posttest dari 22 siswa pada kelompok kontrol adalah 49,89 dengan nilai minimal 29,00 dan
nilai maksimal 83,25. Standar deviasi dan varian kelompok kontrol berturut-turut adalah 12,06
dan 145,59.
Rata-rata nilai posttest dari 40 siswa dengan kemandirian belajar tinggi adalah 56,66
dengan nilai minimal 24,75 dan nilai maksimal 88,25. Standar deviasi dan varian kelompok ini
berturut-turut adalah 14,81 dan 219,58. Rata-rata nilai posttest dari 24 siswa dengan
kemandirian belajar sedang adalah 54,46 dengan nilai minimal 23,75 dan nilai maksimal 83,25.
Standar deviasi dan varian kelompok ini berturut-turut adalah 16,70 dan 279,07. Rata-rata nilai
posttest dari 2 siswa dengan kemandirian belajar rendah adalah 63,25 dengan nilai minimal
44,25 dan nilai maksimal 82,25. Standar deviasi dan varian kelompok ini berturut-turut adalah
26,87 dan 722,00.
Kelima kelompok data tersebut selanjutnya diuji kembali untuk memperoleh data yang
lebih terperinci, dimana data dikelompokkan berdasarkan kedua variabel faktornya. Hasil
deskripsi statistik nilai posttest dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Deskripsi Statistik Nilai Posttest Berdasarkan Variabel Faktor
Dependent Variable:Nilai Posttest
Kelompok

Tingkat Kemandirian

Eksperimen Tinggi

Kontrol

Total

Mean

Std. Deviation

N

59.0172

15.76090

29

Sedang

57.7857

17.65940

14

Rendah

82.2500

.

1

Total

59.1534

16.40310

44

Tinggi

50.4773

10.13376

11

Sedang

49.8250

14.88803

10

Rendah

44.2500

.

1

Total

49.8977

12.06620

22

Tinggi

56.6688

14.81849

40

Sedang

54.4687

16.70546

24

Rendah

63.2500

26.87006

2

Total

56.0682

15.63210

66

Berdasarkan Tabel 7 diketahui rata-rata, standar deviasi, dan jumlah data pada
masing-masing kelompok dan masing-masing tingkat kemandirian dengan nilai posttest
sebagai variabel terikatnya. Hasil uji statistik pada kelompok eksperimen dengan tingkat
kemandirian belajar tinggi diketahui rata-ratanya adalah 59,01 dan standar deviasinya 15,76
dengan jumlah data sebanyak 29. Hasil uji statistik pada kelompok eksperimen dengan tingkat
kemandirian belajar sedang diketahui rata-ratanya adalah 57,78 dan standar deviasinya 17,65
dengan jumlah data sebanyak 14. Hasil uji statistik pada kelompok eksperimen dengan tingkat
kemandirian belajar rendah diketahui rata-ratanya adalah 82,25 dan tidak memiliki standar
deviasi karena jumlah datanya hanya satu.
Hasil uji statistik pada kelompok kontrol dengan tingkat kemandirian belajar tinggi
diketahui rata-ratanya adalah 50,47 dan standar deviasinya 10,13 dengan jumlah data
sebanyak 11. Hasil uji statistik pada kelompok kontrol dengan tingkat kemandirian belajar
sedang diketahui rata-ratanya adalah 49,82 dan standar deviasinya 14,88 dengan jumlah data
sebanyak 10. Hasil uji statistik pada kelompok kontrol dengan tingkat kemandirian belajar
rendah diketahui rata-ratanya adalah 44,25 dan tidak memiliki standar deviasi karena jumlah
datanya hanya satu.
Rata-rata yang diperoleh pada masing-masing tingkat kemandirian belajar tinggi,
sedang, dan rendah tidak dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kemandirian
belajar, semakin tinggi rata-rata hasil belajar siswa. Hal ini tidak berlaku karena rata-rata pada
kelompok eksperimen menunjukkan bahwa pada tingkat kemandirian belajar tinggi rata-rata
yang diperoleh adalah 59,01 sedangkan pada tingkat kemandirian belajar rendah rata-rata
yang diperoleh lebih tinggi yaitu 82,25.
Perbandingan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
tingkat kemandirian belajar tinggi, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tingkat
kemandirian belajar sedang, dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tingkat
kemandirian belajar rendah, dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen selalu lebih tinggi, akan tetapi hal ini belum membuktikan apakah
terdapat perbedaan rata-rata untuk masing-masing kelompok (kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol).
Persentase jumlah siswa pada masing-masing kelompok dengan tingkat kemandirian
belajar yang berbeda-beda diketahui bahwa presentase siswa yang mempunyai kemandirian
belajar tinggi pada kelompok eksperimen adalah 65,90% sedangkan pada kelompok kontrol
50%; persentase siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang pada kelompok
eksperimen adalah 31,82% sedangkan pada kelompok kontrol 45,45%; persentase siswa yang
mempunyai kemandirian belajar rendah pada kelompok eksperimen adalah 2,27% sedangkan
pada kelompok kontrol adalah 4,54%.
Hasil tersebut menunjukkan kecenderungan kemandirian belajar pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol cenderung tinggi dengan total persentase secara
keseluruhan pada siswa yang mempunyai tingkat kemandirian belajar tinggi adalah 60,61%.
Jumlah presentase terbesar kedua adalah pada siswa yang mempunyai tingkat kemandirian
belajar sedang yaitu 36,36% sedangkan persentase terendah adalah pada siswa yang
mempunyai tingkat kemandirian belajar rendah yaitu sebesar 3,03%.
Presentase antar tingkat kemandirian tidak selalu menunjukkan kekonsistenan. Hal ini
ditunjukkan dengan presentase pada tingkat kemandirian belajar tinggi diperoleh hasil
kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol, sedangkan untuk tingkat
kemandirian belajar sedang dan rendah diperoleh hasil kelompok kontrol lebih tinggi dari
kelompok eksperimen.
Uji Univariate Analysis of Variance digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu
atau lebih variabel faktor (Priyatno, 2009:89). Penelitian ini menggunakan dua variabel faktor
yaitu kelompok (eksperimen dan kontrol) serta kemandirian belajar. Hasil uji Univariate

Analysis of Variance menggunakan General Linear Model pada SPSS for Windows adalah
sebagai berikut:
Tabel 8
Univariate Analysis of Variance
Dependent Variable:Nilai Posttest
Source

Type III Sum of
Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Corrected Model

a

1852.282

5

370.456

1.584

.178

Intercept

51403.476

1

51403.476

219.809

.000

Kelompok

1293.233

1

1293.233

5.530

.022

164.862

2

82.431

.352

.704

.913

.407

Kemandirian
kelompok * kemandirian

426.899

2

213.450

Error

14031.287

60

233.855

Total

223363.875

66

15883.568

65

Corrected Total

a. R Squared = .117 (Adjusted R Squared = .043)

Hasil uji Univariate Analysis of Variance pada Tabel 8 digunakan untuk memberikan
keputusan uji ketiga hipotesis pada penelitian ini. Berdasarkan Tabel 8 diketahui nilai
signifikansi pada baris kelompok adalah 0,022 yang berarti nilai tersebut kurang dari 0,05
� = 5% sehingga �0 ditolak, atau dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata
hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji
Univariate Analysis of Variance tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode
inkuiri terhadap hasil belajar matematika. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suharyanti (2012) yang mengemukakan bahwa terdapat pengaruh metode inkuiri terhadap
hasil belajar matematika.
Hal ini diperkuat dengan diketahuinya nilai rata-rata kelompok eksperimen selalu lebih
tinggi dari nilai rata-rata pada kelompok kontrol, meskipun pada tingkat kemandirian belajar
yang berbeda. Nilai rata-rata kelompok eksperimen pada tingkat kemandirian belajar tinggi
adalah 59,01 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol pada tingkat kemandirian belajar
tinggi adalah 50,47. Nilai rata-rata kelompok eksperimen pada tingkat kemandirian belajar
sedang adalah 57,78 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol pada tingkat kemandirian
belajar sedang adalah 49,82. Nilai rata-rata kelompok eksperimen pada tingkat kemandirian
belajar rendah adalah 82,25 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol pada tingkat
kemandirian belajar rendah adalah 44,25.
Proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri pada kelompok eksperimen
menggambarkan bahwa siswa lebih aktif dan terlihat lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan Hanafiah & Suhana
(2010) yang mengemukakan bahwa metode inkuiri dapat membangkitkan motivasi dan gairah
belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi.
Hanafiah & Suhana (2010) juga mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan
metode inkuiri akan memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada siswa dengan peran guru yang sangat
terbatas. Hal ini juga terlihat pada proses pembelajaran, siswa menjadi lebih berani
mengemukakan pendapatnya dengan berebut kesempatan untuk maju mengerjakan soal di
papan tulis.
Pelaksanaan posttest menunjukkan bahwa siswa lebih percaya diri, dengan tidak
mencontek pekerjaan teman saat mengerjakannya. Siswa pada kelompok eksperimen lebih
mampu mengingat rumus dan memahami soal yang diberikan daripada siswa pada kelompok
kontrol. Hal ini juga didukung oleh pendapat Hanafiah & Suhana (2010) yang mengemukakan

bahwa metode inkuiri membantu siswa dalam mengembangkan kesiapan serta penguasaan
proses kognitif serta siswa dapat memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
Proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri khususnya inkuiri terbimbing, guru
mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap atau pertanyaanpertanyaan pengarahan selama proses inkuiri, sehingga siswa menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi sesuai prosedur yang ditetapkan guru (Suparno, 1997:65). Proses pembelajaran
ini tidak membuat siswa hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, tetapi guru hanya
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam
keseluruhan proses pembelajaran.
Hal ini diperkuat dengan observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran
menggunakan metode inkuiri terbimbing. Proses pembelajaran ini dimulai dengan tanya jawab
yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk merangsang masalah yang muncul, yang kemudian
dirumuskan. Guru kemudian menjadi fasilitator selama siswa mengumpulkan bukti-bukti
terkait hipotesis, serta saat siswa menguji coba hasil temuan yang diperoleh pada soal.
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran menggunakan metode inkuiri pada materi
lingkaran, merupakan metode yang baik digunakan untuk melatih siswa dalam memahami
unsur-unsur lingkaran, mengetahui darimana pendekatan nilai pi � diperoleh, mengetahui
darimana rumus keliling serta luas lingkaran diperoleh.
Berdasarkan Tabel 8 diketahui nilai signifikansi pada baris kemandirian adalah 0,704
yang berarti nilai tersebut lebih dari 0,05 � = 5% sehingga �0 diterima, atau dapat
diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok siswa
dengan kemandirian belajar tinggi, kelompok siswa dengan kemandirian belajar sedang, dan
kelompok siswa dengan kemandirian belajar rendah. Berdasarkan hasil uji Univariate Analysis
of Variance tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar
terhadap hasil belajar matematika. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Chanah (2011) yang mengemukakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa dengan tingkat
kemandirian belajar tinggi adalah 56,66; nilai rata-rata yang diperoleh siswa dengan tingkat
kemandirian belajar sedang adalah 54,46; sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa
dengan tingkat kemandirian belajar rendah adalah 63,25. Nilai rata-rata siswa dengan tingkat
kemandirian belajar rendah merupakan nilai rata-rata tertinggi dari nilai rata-rata siswa
dengan tingkat kemandirian tinggi dan nilai rata-rata siswa dengan tingkat kemandirian
sedang. Hal ini membuktikan bahwa tidak selalu semakin tinggi tingkat kemandirian maka
semakin tinggi hasil belajar.
Berdasarkan Tabel 7 pada kelompok eksperimen dengan tingkat kemandirian belajar
rendah, diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh adalah 82,25. Hasil wawancara yang
dilakukan dengan siswa tersebut, diketahui bahwa siswa mengikuti les matematika di luar
sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa rendah dan nilai baik
yang diperoleh adalah akibat dari siswa mengikuti les matematika di luar sekolah. Berdasarkan
hal tersebut diketahui bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah merasa
membutuhkan orang lain untuk membantunya belajar, berbeda dengan siswa yang memiliki
kemandirian belajar tinggi yang merasa sudah bisa dan sudah mampu sendiri sehingga merasa
tidak membutuhkan orang lain.
Hasil observasi yang dilakukan selama penelitian diketahui bahwa siswa yang memiliki
kemandirian belajar tinggi merasa telah mampu menguasai materi pelajaran sehingga les
matematika di luar sekolah tidak terlalu dibutuhkan. Siswa yang memiliki kemandirian belajar
tinggi juga merasa tidak perlu mengikuti tambahan pelajaran yang diberikan oleh sekolah.
Siswa yang telah menguasai materi pelajaran cenderung tidak memperhatikan saat guru

menerangkan di kelas. Hal ini menyebabkan siswa memiliki kemandirian belajar tinggi, tetapi
hasil belajarnya rendah.
Siswa yang mandiri terkadang memutuskan segala sesuatu sendiri. Keputusankeputusan yang diambil tidak berdasarkan masukan dari orang lain. Hal tersebut membuat
siswa merasa keputusan yang diambil benar, padahal belum tentu.
Berdasarkan Tabel 8 diketahui nilai signifikansi pada baris kelompok*kemandirian
adalah 0,407 yang berarti nilai tersebut lebih dari 0,05 � = 5% sehingga �0 diterima, atau
dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok
eksperimen siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedang, rendah dan kelompok kontrol
siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil uji Univariate
Analysis of Variance dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri
dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika. Hal ini berbeda dengan temuan
yang dikemukakan oleh Untari (2010) yang mengemukakan bahwa terdapat interaksi antara
metode inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar biologi. Tidak adanya interaksi
tersebut juga dapat dilihat dari kekonsistenan rata-rata marginal pada kelompok eksperimen
selalu lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Hal ini bermakna terdapat kekonsistenan pengaruh metode pembelajaran dan
kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa. Kekonsistenan pengaruh metode
pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa digambarkan dalam grafik
berikut:

Gambar 1
Estimated Marginal Means of Nilai Posttest

Grafik tersebut menunjukkan nilai rata-rata marginal untuk masing-masing kelompok
dan masing-masing tingkatan kemandirian belajar siswa. Kurva untuk tingkat kemandirian
belajar rendah (warna biru), nilai rata-rata marginal antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tampak sangat signifikan. Kurva untuk tingkat kemandirian belajar sedang
(warna hijau), nilai rata-rata marginal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
tampak tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kurva untuk tingkat kemandirian belajar
tinggi (warna merah), nilai rata-rata marginal antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol juga tampak tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Interaksi pada penelitian ini berarti karakteristik perbedaan antara siswa dengan
tingkat kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah untuk setiap metode sama. Demikian
juga sebaliknya karakteristik perbedaan antara siswa yang diajar dengan metode inkuiri dan
metode konvensional untuk setiap tingkat kemandirian sama. Jika dimisalkan hanya terdapat
satu kelompok, yaitu kelompok eksperimen saja, maka kemandirian belajar pada tingkat

kemandirian tinggi, sedang, dan rendah memberikan efek yang sama. Demikian juga jika
dimisalkan hanya terdapat satu kelompok, yaitu kelompok kontrol saja, maka kemandirian
belajar pada tingkat kemandirian tinggi, sedang, dan rendah memberikan efek yang sama.
Apabila dibalik, jeka terdapat satu kelompok siswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar
tinggi saja, maka metode inkuiri akan sama efeknya dengan metode konvensional, demikian
juga pada tingkat kemandirian sedang dan rendah. Hasil perhitungan nilai rata-rata marginal
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Interaksi Antara Tingkat Kemandirian dan Kelompok
Dependent Variable:Nilai Posttest
95% Confidence Interval

Tingkat
Kemandirian

Kelompok

Tinggi

Eksperimen

59.017

2.840

53.337

64.698

Kontrol

50.477

4.611

41.254

59.700

Eksperimen

57.786

4.087

49.610

65.961

Kontrol

49.825

4.836

40.152

59.498

Eksperimen

82.250

15.292

51.661

112.839

Kontrol

44.250

15.292

13.661

74.839

Sedang
Rendah

Mean

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata marginal untuk tingkat kemandirian
belajar rendah menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan yaitu 38; sedangkan rata-rata
marginal untuk tingkat kemandirian belajar sedang menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan yaitu 7,96; dan rata-rata marginal untuk tingkat kemandirian belajar tinggi juga
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan yaitu 8,54. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata marginal kelompok eksperimen untuk setiap tingkat kemandirian selalu lebih
tinggi, sehingga kekonsistenan tersebut menyebabkan tidak adanya interaksi antara metode
inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa.
Kemandirian tidak hanya hasil dari suatu proses belajar menggunakan metode
tertentu. Kemandirian merupakan suatu perilaku yang berkembang sejak usia anak (Widjaja
dalam Budiman, 2010:9), oleh karena itu kemandirian tidak dapat diukur hanya dengan angket
hanya dalam kurun waktu penelitian. Eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini
seharusnya dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
Munadi dalam Rusman (2012:124) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Penelitian ini menemukan bahwa
kemandirian, sebagai salah satu faktor psikologis atau faktor internal siswa tidak turut
mempengaruhi hasil belajar siswa. Berbeda dengan faktor eksternal yang turut mempengaruhi
hasil belajar siswa. Penelitian ini menemukan bahwa metode inkuiri sebagai metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar baik tetapi tidak didukung dengan faktor eksternalnya seperti
metode pembelajaran, maka hasil belajar siswa juga tidak akan maksimal.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik
kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: 1) Berdasarkan hasil uji Univariate Analysis of Variance
pada bagian kelompok, yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh
nilai signifikan 0,022 < 0,050 yang berarti bahwa rata-rata kedua kelompok berbeda, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode inkuiri terhadap hasil belajar matematika
siswa di SMP Negeri 3 Salatiga; 2) Berdasarkan hasil uji Univariate Analysis of Variance pada

bagian kemandirian, yaitu antara siswa dengan tingkat kemandirian tinggi, siswa dengan
tingkat kemandirian sedang, dan siswa dengan tingkat kemandirian rendah diperoleh nilai
signifikan 0,704 > 0,050 yang berarti bahwa rata-rata kedua kelompok sama, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa di SMP Negeri 3 Salatiga; 3) Berdasarkan hasil uji Univariate Analysis of
Variance pada bagian kelompok dan kemandirian, yaitu antara siswa kelompok eksperimen
dengan tingkat kemandirian tinggi, sedang, rendah dan siswa kelompok kontrol dengan tingkat
kemandirian tinggi, sedang, rendah diperoleh nilai signifikan 0,407 > 0,050 yang berarti bahwa
rata-rata kedua kelompok sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interakasi
antara metode inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP
Negeri 3 Salatiga.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Dyahnita. 2012. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru dan
Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program
Keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Budiman, Nandang. 2010. Perkembangan Kemandirian pada Remaja. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Chanah, Siti Nur. 2011. Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa dan Keaktifan Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Matematika. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis). Jakarta: Rineka Cipta.
Gulo, W. 2004. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama.
Hijriyah, Lailatul. 2009. Eksperimentasi Pengajaran Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri
Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV) (Eksperimen di Kelas VIII SMPN 2 Leksono Wonosobo). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Masrukin, Arif. 2011. Studi Perbandingan Penggunaan Metode Inkuiri dan Ekspositori
Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana
Di Kelas IV SD Muhammadiyah 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Merriam, S. dan Caffarella, R. S. 1999. Learning in Adulthood. San Fransisco: Jossey Bass.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Nasution. 2006. Metoda Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nuryani, Tresia Sri. 2012. Hubungan Antara Sikap Terhadap Model Pembelajaran Inkuiri dan
Kemandirian dengan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Materi
Globalisasi Siswa Kelas IX SMP Negeri 7 Samarinda Tahun Pembelajaran 2011/2012.
Samarinda: SMP Negeri 7 Samarinda.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.
Jakarta: Erlangga.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran (Instructional Design Principles).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.

Rahmawati, Ani. 2008. Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa dan Intensitas Pemanfaatan
Perpustakaan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas
XI SMA Negeri 1 Sambi Boyolali Tahun Pelajaran 2007/2008. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21). Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar). Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
------------. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suharyanti, Evi. 2012. Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga pada Pokok Bahasan Lingkaran
Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Sumarmo, Utari. 2010. Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan
Pada Peserta Didik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Supranto, J. 2008. Statistik (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Erlangga.
Tahar, Irzan dan Enceng. 2007. Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada
Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 7,
September 2006, 91-101.
Tirtarahadja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Untari, Esti. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan
Inkuiri Bebas Termodi