T1 232009043 Full text

INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) OBLIGASI
SEBAGAI PEMICU MANAJEMEN LABA: BUKTI
EMPIRIS DARI PASAR MODAL INDONESIA

Oleh :
OKTAVIANA BUDI ARUMSARI
NIM : 232009043

KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013

i

ii

HALAMAN MOTTO
“Jangan terlalu
mengkhawatirkan masa
depan, khawatirlah jika
hari ini anda tidak
berbuat sebaik-baiknya
untuk masa depan anda”

-Mario Teguh -

iv


KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis ingin memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia, rahmat, dan berkat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.
Initial public offering (IPO) merupakan even penting bagi semua

perusahaan public di Indonesia. Saat perusahaan melakukan IPO perusahaan ingin
terlihat baik dimata public terutama bagi para calon investor, sehingga perusahaan
akan melakukan manajemen laba agar laba mereka terlihat stabil. Obligasi
merupakan surat hutang yang dijual perusahaan ke public untuk mendapatkan
tambahan dana bagi perusahaan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk
meneliti tentang permasalahan tersebut, dengan judul penelitian “Initial Public
Offering (IPO) Sebagai Pemicu Manajemen Laba: Bukti Empiris Dari Pasar

Modal Indonesia”.
Penulisan kertas kerja ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam mencapai gelar sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan kertas kerja ini masih jauh dari
kesempurnaan walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Oleh

karena itu, penulis sangat menghargai apabila ada saran maupun kritik yang
membangun untuk menjadi lebih baik.
Besar harapan penulis agar kertas kerja ini dapat bermanfaat dan
memperkaya pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta dapat
dijadikan acuan bagi penelitian mendatang.

Salatiga, 10 Juni 2013

Penulis

v

HALAMAN PERSEMBAHAN
Kertas kerja ini tidak dapat terselesaikan tanpa berkat rahmat dan
lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta bantuan dari pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan, dorongan, serta semangat bagi penulis. Untuk itu, penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah
membantu terselesaikannya kertas kerja ini, di antaranya :
1.


Kedua orang tua penulis, Bapak Tri Budi Setijana dan Ibu Sari Hartini S.Pd,
yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang,
memberikan pendidikan yang layak. Terima kasih banyak atas ketulusan dan
doa yang tidak pernah berhenti.

2.

Adikku Artika Enggar Dwiastuti serta segenap keluarga besar tercinta yang
telah memberikan dukungan penuh dan doa kepada penulis selama ini.

3.

Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang
selalu sabar dalam memberi arahan dan masukan selama penulis menyusun
kertas kerja ini. Terima kasih banyak atas waktu, bantuan, dan perhatian yang
telah diberikan.

4.

Ibu Elisabeth Penti Kurniawati, SE., M.Ak. selaku dosen wali yang telah

memberikan banyak pandangan dan saran yang sangat membangun.

5.

Seluruh pengajar dan staff pegawai FEB UKSW atas seluruh ilmu dan
kebaikannya.

6.

Deni Irawan terima kasih atas segala perhatian, dukungan, motivasi serta
kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

7.

Teman-teman penulis selama berkuliah, baik yang sudah lulus maupun yang
masih berjuang, Acid, Arya, Ayu, Cholina, Dedy, Dewi, Keke, Mima, Murta,
Rendi, Rizki, Riyan, Sisca, Yulius, Ayutriyas, Tuta, Titin serta teman-teman
yang tidak dapat kami sebut satu persatu. Terima kasih atas persahabatan,
masukan dan kebersamaan selama ini.


8.

Teman-teman FEB 2009, Orang Muda Katholik (OMK) Santo Pius X
Karanganyar yang selalu kompak dan saling memotivasi.

vi

9.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan kertas kerja
ini. Semoga Tuhan selalu senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang
telah diberikan. Amin.

Salatiga, 1 Juli 2013

Penulis

vii


ABSTRACT
This study aims to analyze the practice of earnings management in a
company that will do an IPO (Initial Public Offering) bonds of public companies
in Indonesia which is listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). Earnings
management that wants to be analyzed in this study is the level of discretionary
accruals, both derived from elements of income or expense on corporate bond
IPO. Moreover want to see if the company is doing more aggressive bond IPO in
doing earnings management when compared with did not issued bond. The
sample used consists of 13 of all companies undertaking an IPO bonds are listed
on the Stock Exchange in 2006-2011, and for each company also has a
comparison companies. Method of data analysis used in this study is independent
test-sample T Test. The findings in this study indicate there is a difference between
discretionary accruals of revenue elements and cost elements of the corporate
bond IPO. As well as the company's proven that an IPO bonds more aggressive in
earnings management when compared with did not issued bond.

Keywords: Initial public offering of bonds, earnings management, discretionary

accruals, revenues, expenses.


viii

SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik manajemen laba pada
perusahaan yang akan melakukan IPO (Initial Public Offering) obligasi pada
perusahaan publik di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Manajemen laba yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat accrual
discretionary, baik yang berasal dari unsur pendapatan maupun unsur biaya pada

perusahaan yang melakukan IPO obligasi. Selain itu ingin melihat apakah
perusahaan yang melakukan IPO obligasi lebih agresif dalam melakukan
manajemen laba jika dibandingkan dengan yang tidak melakukan IPO obligasi.
Sampel yang digunakan terdiri dari 13 semua perusahaan yang melakukan IPO
obligasi yang terdaftar di BEI tahun 2006-2011, dan untuk setiap perusahaan juga
memiliki perusahaan pembandingnya. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Independent-Sampel T Test. Temuan pada penelitian ini
menunjukkan terdapat perbedaan antara accrual discretionary dari unsur
pendapatan dan unsur biaya pada perusahaan yang melakukan IPO obligasi. Serta
terbukti perusahaan yang melakukan IPO obligasi lebih agresif dalam melakukan

manajemen laba jika dibandingkan dengan yang tidak melakukan IPO obligasi.

Kata kunci : Initial public offering obligasi, manajemen laba, accrual
discretionary, pendapatan, biaya.

ix

DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ...................................................... ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan ......................................................................... iii
Halaman Motto ......................................................................................................... iv
Kata Pengantar ......................................................................................................... v
Halaman Persembahan ............................................................................................. vi
Abstract .................................................................................................................... viii

Saripati ..................................................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................................. xii
Daftar Lampiran ....................................................................................................... xii

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN .................................. 4
Teori Keagenan.................................................................................................. 4
Manajemen Laba................................................................................................ 5
Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 6
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 9
Populasi dan Sampel ......................................................................................... 9
Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 9
Pengukuran Manajemen Laba .......................................................................... 10
Teknik Analisis .................................................................................................. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 14
Statistika Deskriptif ........................................................................................... 14
Pengujian Hipotesis ........................................................................................... 15
Pembahasan ....................................................................................................... 16
KESIMPULAN ........................................................................................................ 18
Kesimpulan ........................................................................................................ 18

x

Keterbatasan dan Saran Penelitian ................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 20
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sampel Penelitian .................................................................................

10

Tabel 2. Statistika Deskriptif ...............................................................................

14

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Statistika ...............................................................

15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Identitas Perusahaan Sampel…….........................................

24

Lampiran 2. Daftar Identitas Perusahaan Pembanding………............................

25

Lampiran 3. Data Accrual Discretionary Unsur Pendapatan dan Biaya………

26

Lampiran 4. Data Accrual Discretionary Perusahaan IPO dan Non-IPO...........

27

Lampiran 5. Uji Normalitas One Sample K-S .......................................................... 28
Lampiran 6. Uji Independent-Sample T Test……….............................................. 29
Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 32

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendanaan adalah salah satu hal yang penting di dalam kelangsungan
suatu perusahaan, pendanaan dapat berasal dari pihak internal dan eksternal.
Pendanaan yang berasal dari pihak internal adalah modal sendiri, sedangkan
pendanaan yang berasal dari pihak eksternal dapat dilakukan dengan penawaran
umum dan hutang ke bank. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Adel
(2004) bahwa perusahaan memasuki pasar modal (go-public) bertujuan untuk
mendapatkan dana yang berasal dari para investor agar mampu meningkatkan
kinerja perusahaan. Penawaran umum yang dilakukan dengan dua cara yaitu,
menjual saham dan menjual obligasi. Fenomena perusahaan-perusahaan di
Indonesia saat ini lebih tertarik untuk menjual obligasi ke pasar modal lebih
diminati oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal, terbukti dari data
yang dipeoleh di BEI bahwa di tahun 2000 terdapat 91 emiten obligasi dan
sekarang tahun 2012 tercatat 380 emiten obligasi, dan sepanjang tahun tersebut
selalu ada peningkatan jumlah emiten obligasi (http://id.berita.yahoo.com/beiobligasi-korporasi-semester-ii-masih-diminati-082013059--finance.html)
Obligasi adalah surat hutang yang dijual perusahaan untuk mendapatkan
pinjaman dana dari orang lain. Bagi para investor obligasi merupakan bentuk
investasi yang aman, karena obligasi memberikan penghasilan yang tetap saat
pembayaran bunga obligasi maupun pokok hutang saat waktu jatuh tempo yang
telah ditentukan. Akan tetapi obligasi juga dapat memiliki resiko-resiko yang
dapat menyebabkan kerugian bagi para investor, misalnya resiko gagal bayar
(default risk) ketika emiten gagal memenuhi kewajiban pembayaran kupon atau
bunga obligasi yang sudah jatuh tempo (Sari dan Bandi, 2010). Agar investor
tidak mengalami kerugian saat melakukan investasi,

investor perlu melihat

laporan keuangan perusahaan sebagai bagian yang sangat penting.
Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan
tersebut, di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi penting bagi
para investor. Salah satu informasi dari laporan keuangan adalah laba perusahaan,
1

laba perusahaan yang stabil dari tahun ke tahun dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan saat mereka membayar kupon obligasi maupun pokok hutangnya.
Selain itu laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk
menganalisis rasio-rasio keuangan yang ada didalamnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Yasa (2010) bahwa para pemakai dapat menganalisis laporan
keuangan tersebut dengan menggunakan alat analisis berupa rasio-rasio keuangan
yang dapat digunakan untuk memprediksi kejadian-kejadian dimasa yang akan
datang. Beberapa penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa rasio
keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi yang memadai seperti, rasio
keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan financial distress suatu
perusahaan (Almilia dan Kristijadi, 2003; Qomarudin, 2008), analisis rasio
keuangan untuk memprediksi pertumbuhan laba (Hapsari, 2007), rasio keuangan
juga terbukti mempunyai kemampuan untuk memprediksi peringkat obligasi suatu
perusahaan (Sari, 2007; Nurhasanah, 2003; Raharja dan Sari, 2008)
Melihat sangat pentingnya laporan keuangan dalam menarik investor,
terutama besarnya laba yang dimiliki oleh perusahaan. Biasanya perusahaan akan
cenderung melakukan manajemen laba sehingga laba perusahaan terlihat tinggi,
selain itu manajemen membuat agar laba perusahaan terlihat stabil untuk tiap-tiap
periodenya. Dengan laba yang terlihat stabil perusahaan akan dapat memberikan
keyakinan terhadap para investor bahwa jika investor berinvestasi kedalam
perusahaan maka investor akan mendapatkan keuntungan. Banyak penelitian
terdahulu yang meneliti tentang alasan mengapa perusahaan melakukan
manajemen laba, seperti berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Setyaningrum
dan Pujiastuti, 2009; Assih, dkk, 2005), dan nilai perusahaan (Assih, dkk, 2005),
terhadap tingkat penggungkapan laporan keuangan (Halim, dkk, 2005),
mendapatkan peringkat yang baik dalam IPO saham maupun obligasi
(Setyaningrum dan Pujiastuti, 2009).
Melihat fenomena tersebut Yasa (2010) telah melakukan penelitian awal
tentang adanya pengaruh pemeringkatan obligasi terhadap praktik manajemen
laba. Namun pada penelitian awal tersebut Yasa (2010) menggunakan dua agen
pemeringkatan, yaitu menggunakan data dari PT KASNIC dan PT PEFINDO.

2

Dikarenakan tidak semua obligasi yang terdaftar di BEI masuk kedalam rating
dari PT PEFINDO sebagai agen pemeringkatan yang diakui oleh negara, maka
dalam penelitian ini tidak digunakan agen pemeringkatan obligasi dan berfokus
pada obligasi IPO obligasi perusahaan yang terdaftar di BEI.
Persoalan Penelitian
Sehingga persoalan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan accrual discresionary (AD) pada
perusahaan yang melakukan IPO obligasi, jika dilihat dari unsur
pendapatan dan unsur biaya?
2. Apakah perusahaan yang melakukan IPO obligasi cenderung
melakukan manajemen laba, jika dibandingkan dengan perusahaan
yang tidak melakukan IPO obligasi dilihat dari accrual discresionary
(AD)?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis praktik manajemen laba
pada perusahaan yang akan melakukan IPO (Initial Public Offering) obligasi pada
perusahaan publik di Indonesia.

Manfaat
1. Bagi perusahaan yang akan mengeluarkan obligasi perdana, dapat
mengetahui tentang tingkat manajemen laba pada perusahaan yang
melakukan IPO obligasi.
2. Bagi investor, dapat mengetahui perusahaan mana yang melakukan
manajemen laba lebih banyak.

3

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Teori Keagenan
Teori keagenan ini menjelaskan tentang hubungan antara principal dengan
agent, yang intinya tentang pemisahan antara kepemilikan (investor) dan

pengelolaan (manajer/agen). Teori kegenan adalah adanya konflik kepentingan
antara manajer dan investor. Seperti yang telah diungkapkan Yasa (2010) inti teori
keagenan adalah adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal. Konflik
yang terjadi ini dikarenakan principal ingin memaksimalkan kekayaannya,
sedangkan pihak agent ingin meningkatkan dan mengembangkan perusahaannya.
Konflik inilah yang nantinya menimbulkan adanya asimetri informasi
(information asymmetry). Asimetri informasi adalah keadaan di mana agent
mempunyai informasi tentang perusahaan dan prospek tentang masa depan dari
perusahaan lebih banyak dari pada principal. Sehingga agent dapat memanfaatkan
keadaaan ini untuk menyembunyikan beberapa informasi dari principal. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisnumurti (2010) dan Tarigan
(2011), asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan
datang dibandingkan dengan principal. Asimetri informasi ini mengakibatkan
terjadinya moral hazard berupa usaha manajemen untuk melakukan earnings
management (Rahmawati, dkk. 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Scott (2000), terdapat dua
macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang
tidak disampaikan kepada principal.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor),
sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang

4

saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma
mungkin tidak layak dilakukan.
Manajemen Laba
Laporan keuangan merupakan gambaran mengenai keadaan perusahaan
kepada pihak eksternal. SFAC No. 1 (1978) menyatakan bahwa pengguna utama
laporan keuangan adalah investor dan kreditor, dan mengindikasikan bahwa fokus
utama dari laporan keuangan adalah informasi mengenai laba. Namun dalam
pelaksanannya, standar akuntansi memperbolehkan manajer utuk memilih
kebijakan akuntansi dalam pelaporan laba, tetapi hal ini justru menyebabkan
manajemen melakukan manajemen laba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Sudjito (2006) menyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk memilih kebijakan
akuntansi

dari

suatu

standar

akuntansi

tertentu

dengan

tujuan

untuk

memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai perusahaan.
Manajemen laba dilakukan melalui pemilihan kebijakan akuntansi atau
dengan mengendalikan transaksi akrual. Transaksi akrual adalah transaksi yang
tidak dipengaruhi oleh aliran kas masuk atau kas keluar. Transaksi akrual ini
terdiri dari transaksi diskresioner (accrual discretionary)

dan transaksi non-

diskresioner (accrual non-discretionary). Akrual diskresioner adalah akrual yang
masih dapat diubah atau dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat manajemen atau
manajemen mempunyai beberapa fleksibilitas untuk mengendalikan jumlahnya,
misalnya penentuan ketetapan kebijakan pemberian kredit, kebijakan cadangan
kerugian piutang dagang, dan penilaian persediaan. Akrual non-diskresioner
adalah akrual yang tidak dapat dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat
manajemen atau manajemen tidak mempunyai fleksibilitas untuk mengendalikan
jumlahnya (Yasa, 2010). Contoh akrual non-diskresioner penggunaan metoda
akuntansi dalam perusahaan minyak antara full method dan successful effort,
perubahan akrual karena perubahan volume bisnis (Scott, 2000), next month’s
electricity

bill,

next

month’s

salary

bill

(http//thelawdictionaryorg/non-

5

discretionary-accrual/), peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan
pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan) (Yulianto, 2010).

Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Manajemen Laba yang Dilihat dari Accrual Discretionary (AD) Perusahaan
yang Melakukan IPO Obligasi dari Unsur Pendapatan dan Unsur Biaya
Saat manajemen laba dilakukan dengan mengendalikan transaksi akrual,
harus melihat dari transaksi diskresioner (accrual discretionary) dan transaksi
non-diskresioner

(accrual

non-discretionary).

Untuk

mengetahui

adanya

manajemen laba dilakukan oleh perusahaan perlu melihat transaksi diskresioner,
karena di dalam transaksi diskresioner manajemen masih dapat mempengaruhi
laba perusahaan dengan kebijakan yang mereka buat. Transaksi diskresioner perlu
melihat komponen yang berasal dari unsur pendapatan maupun unsur biaya.
Unsur pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan perusahaan yang
dapat dimanipulasi oleh manajemen, meskipun Jones (1991), mengatakan bahwa
pendapatan dalam Model Jones tidak “boleh” dalam keadaan dimanipulasi oleh
managemen. Tetapi jika manajemen tetap melakukan manipulasi pendapatan
maka Jones melakukan modifikasi pada penelitiannya. Dechow et al. (1995)
kemudian memperbaiki kelemahan tersebut dengan mengurangkan variabel
perubahan piutang dari variabel perubahan pendapatan untuk pengestimasian
akrual nondiskresioner di saat periode kejadian (i.e. periode yang diduga ada
manipulasi laba di dalamnya). Manajemen tetap melakukan manipulasi pada
pendapatan karena manajemen ingin memperlihatkan kepada public terutama para
calon investor saat perusahaan ingin melakukan penjualan obligasi untuk pertama
kalinya. Dengan nilai pendapatan yang tinggi investor akan yakin bahwa
perusahaan tersebut akan mampu membayar hutang kepada mereka, hal ini
dikarenakan hutang obligasi memiliki jangka waktu yang sangat lama.
Agar pendapatan perusahaan terlihat tinggi manajemen melakukan
manipulasi pada unsur piutang, terutama pada piutang dagang perusahaan.

6

Piutang dagang adalah besarnya penjualan kredit kepada konsumen yang belum
dibayarkan ke perusahaan, sehingga sangat mungkin manajemen mengakui
pendapatan lebih cepat pada piutang usaha. Dengan mempercepat pengakuan
pendapatan pada penjualan kredit ini mengakibatkan pendapatan perusahaan akan
lebih tinggi dari pada piutang agar para investor mau membeli obligasi yang
perusahaan jual.
Selain itu Model Jones Modifikasian (1991) dapat ini secara implisit
mengasumsikan bahwa semua perubahan dalam penjualan kredit pada periode
kejadian merupakan hasil manipulasi laba. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa
lebih mudah memanipulasi laba dengan mengubah pengakuan pendapatan dari
penjualan kredit dari pada mengubah pengakuan pendapatan dari penjualan kas.
Maka unsur biaya yang dimaksud adalah piutang perusahaan yang berasal dari
penjualan kredit.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H1: Terdapat perbedaan antara accrual discretionary (AD) perusahaan yang
melakukan IPO obligasi dari unsur pendapatan dan unsur biaya.
Manajemen Laba yang Dilihat dari Accrual Discretionary (AD) Perusahaan
yang Melakukan dan yang Tidak Melakukan IPO Obligasi
Setelah melihat perusahaan yang melakukan IPO obligasi perlu dilihat
kembali apakah benar-benar perusahaan yang melakukan IPO obligasi melakukan
manajemen laba? Maka untuk melihat apakah perusahaan yang melakukan IPO
obligasi benar-benar melakukan manajemen laba, karena perusahaan yang
melakukan IPO obligasi memiliki hal baru yang ingin dijual kepada public untuk
pertama kalinya sehingga mereka ingin laporan keuangan mereka dapat
meyakinkan calon investor. Sehingga perlu untuk dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak melakukan IPO obligasi, karena perusahaan ini tidak ada
hal baru yang ingin dijual ke public. Hal yang perlu untuk dibandingkan adalah
kinerja akuntansi dari perusahaan yang akan menerbitkan IPO obligasi, yang
dilihat dari transaksi akrual perusahaan. Terutama accrual discretionary (AD) dari

7

masing-masing perusahaan, sehingga perusahaan yang melakukan IPO obligasi
dapat meningkatkan penjualan obligasinya. Tindakan ini yang disebut dengan
manajemen laba, beberapa penelitian terdahulu juga membuktikan bahwa saat
perusahaan melakukan penawaran untuk pertama kalinya ke public baik
penawaran saham perdana juga melakukan manajemen laba (Sudjito, 2006;
Gumanti, 2001; Assih, dkk 2005), maupun saat ada pemeringkatan obligasi
perdana (Yasa, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H2: Terdapat perbedaan accrual discretionary (AD) pada perusahaan yang
melakukan IPO obligasi dengan perusahaan yang tidak melakukan IPO obligasi.

8

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi laporan keuangan auditan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia sebelum penawaran perdana obligasi mereka periode tahun 2006-2011
dan daftar perusahaan yang mengeluarkan obligasi perdana yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia. Data ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (IDX) melalui
website www.idx.co.id.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan penawaran obligasi
perdana. Data berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan tahun 20062011, yang berasal dari website perusahaan dan situs resmi Indonesian Stock
Exchange (IDX). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu
purposive sampling untuk mewakili populasi. Sampel yang didapatkan harus

memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut :
1.

Semua obligasi yang diterbitkan perdana pada semua perusahaan kecuali
perusahaan keuangan dan government dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama tahun pengamatan.

2.

Setiap perusahaan yang menerbitkan obligasi punya pembanding, untuk
kriteria pemilihan perusahaan pembanding adalah:
a. Setiap perusahaan pembanding diambil industry yang sama dengan
peerusahaan yang melakukan IPO obligasi.
b. Tahun dasar pada perusahaan pembanding sama dengan tahun
perusahaan mengeluarkan IPO obligasi.
c. perusahaan yang tidak menerbitkan obligasi perdana dan tidak
melakukan event penting seperti penggantian CEO dan rekonstruksi
utang.

9

Uraian mengenai prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini
dijelaskan dalam table berikut ini:

Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel

No
1

Keterangan

Jumlah

Penerbit Obligasi Perdana
Penerbit obligasi perdana tahun 2006-2011

2

62

Perusahaan non public

(18)

Perusahaan publik keuangan

(31)

Jumlah sampel penelitian

13

Perusahaan pembanding

13

Pengukuran Manajemen Laba
Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan Model
Jones (1991) Modifikasian, model ini dikatakan model yang paling baik untuk
mengukur manajemen laba perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu juga
menggunakan Model Jones Modifikasian ini dalam penelitian mereka, seperti
Setyaningrum dan Pujiastuti (2009), Assih, dkk (2005), Sunarto (2009), Utami
(2005), dan Yasa (2010). Penelitian Yasa (2010) lebih menegaskan dengan
mengatakan bahwa modifikasi ini yang paling baik untuk mendeteksi manajemen
laba, sehingga untuk melihat hal ini dilakukan dengan mengurangi perubahan
revenue dengan perubahan piutang dagang.

a) Menghitung akrual total
…………………………………………………..1
Keterangan :
= Akrual total untuk perusahaan i pada periode t-1
= Laba bersih sebelum pos luar biasa perusahaan i periode t-1
= Aliran kas operasi pe rusahaan i periode t-1

10

b) Menghitung akrual diskresioner

(

Keterangan:

(



=







)

………………………………………………………2

)

= Pendapatan perusahaan i periode

dikurangi pendapatan periode

.
= Piutang perusahaan i akhir tahun
tahun

dikurangi piutang akhir

.
= Aset tetap berwujud kotor perusahaan i pada akhir tahun

= Aset total perusahaan i pada akhir tahun

.

.

Kemudian untuk menghitung eksistensi pengaturan laba dilakukan dengan
proteksi akrual diskresioner (AD),dengan rumus:


Keterangan:





………………………3

= akrual diskresioner perusahaan i pada akhir tahun

.

= akrual non diskresioner perusahaan i pada akhir tahun

.

Sedangkan untuk perhitungan akrual non-dikresioner adalah:
=

(




(





)

)………………………………………………………………4

11

Teknik Analisis
Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis statistik
deskriptif dan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini pengolahan data
menggunakan bantuan dari software SPSS v.16. Untuk menguji kedua hipotesis
dalam penelitian ini dilakukan uji t (t-test). Untuk mengetahui manajemen laba
yang meningkat dilakukan dengan menguji accrual discretionary dari pendapatan
dan biaya. Apabila kenaikan accrual discretionary yang berasal dari penurunan
biaya atau kenaikan pendapatan, maka terjadi manajemen laba yang menaikkan
laba Yasa (2010). Dan untuk mengetahui apakah perusahaan yang melakukan IPO
obligasi lebih agresif dalam melakukan manajemen laba jika dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak melakukan IPO obligasi.
Analisis statistik deskriptif dilakukan sebelum melakukan pengujian
asumsi klasik untuk menemukan jumlah sampel yang akan digunakan. Uji inilah
yang nantinya menunjukkan kenaikan manajemen laba dengan menguji accrual
discretionary dari unsur pendapatan atau biaya. Dan menunjukkan kenaikan

manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO obligasi dengan menguji
accrual discretionary yang dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

melakukan IPO obligasi.
Pengujian secara statistik untuk accrual discretionary (AD) untuk
hipotesis pertama dinyatakan dalam hipotesis nol dan hipotesis alternatif, yaitu
sebagai berikut:

Keterangan:
= Accrual discretionary dari kenaikan pendapatan sebelum perusahaan
melakukan IPO obligasi.

12

= Accrual discretionary dari kenaikan biaya sebelum perusahaan
melakukan IPO obligasi.
Jika nilai-p (p-value) statistik t lebih kecil dari 5% satu sisi, maka
ditolak secara statistik. Menolak
hipotesis

bahwa

sebelum

menunjukkan bukti empiris mendukung

menerbitkan

obligasi,

perusahaan

melakukan

manajemen laba yang menaikkan laba.
Selanjutnya menguji perusahaan yang melakukan IPO obligasi akan
melakukan manajemen laba lebih besar dari pada perusahaan yang tidak
melakukan IPO obligasi dilakukan secara statistik, yaitu:

Keterangan:
= Accrual discretionary dari unsur kenaikan pendapatan atau
penurunan biaya perusahaan yang melakukan IPO obligasi.
= Accrual discretionary dari unsur kenaikan pendapatan atau
penurunan biaya perusahaan yang tidak melakukan IPO obligasi.
Jika nilai-p (p-value) statistik lebih kecil dari 5% satu sisi maka
secara statistik. Menolak

ditolak

menunjukkan bukti empiris mendukung hipotesis

bahwa sebelum menerbitkan obligasi, perusahaan yang melakukan IPO obligasi
melakukan manajemen laba yang menaikkan laba lebih besar dibanding dengan
perusahaan yang tidak melakukan IPO obligasi.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif setiap variabel disajikan untuk perioda pengujian yaitu
satu tahun sebelum menerbitkan obligasi (t-1) bagi perusahaan yang melakukan
IPO obligasi dan tahun yang sama untuk perusahaan pembanding yang tidak
melakukan IPO obligasi. Pada tabel 2 disajikan statistik deskriptif untuk
keseluruhan sampel yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Keterangan

N

MEAN

MIN

MAX

IPO

13

0,35300

-0,07664

1,31744

IPO

13

0,06567

-0,09882

0,47337

IPO

13

0,74047

0,27870

1,28051

Non-IPO

13

-0,10501

-2,53090

1,59671

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013
Berdasarkan statistik deskriptif di atas antara accrual discretionary dari
unsur pendapatan dan unsur biaya menunjukkan, nilai rata-rata accrual
discretionary perusahaan yang melakukan IPO obligasi dari unsur pendapatan

adalah 0,35300 lebih besar dari nilai unsur biaya adalah 0,06567. Nilai tersebut
menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan IPO obligasi melakukan
manajemen laba dengan menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya.
Sedangkan untuk nilai rata-rata accrual discretionary perusahaan yang
melakukan IPO adalah 0,74047 lebih besar daripada perusahaan yang tidak
melakukan IPO adalah -0,10501. Nilai rata-rata accrual discretionary (AD)

14

tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan IPO obligasi lebih
agresif melakukan pengaturan laba yang menaikkan laba.
Setelah dilakukan statistik deskriptif kemudian dilakukan uji normalitas
data awal dengan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa semua variabel
mempunyai nilai probabilitas signifikansi diatas nilai =0,05 . Dengan hasil data

yang menunjukan normal maka pengujian selanjutnya dilakukan uji t-test dengan
metode parametrik.
Hasil Pengujian Hipotesis
Table 3 menyajikan ringkasan hasil uji baik pada hipotesis pertama
maupun hipotesis kedua.
Tabel 3
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis

Asymp Sig

Kesimpulan

H1: accrual discretionary (AD) perusahaan

0,020

Ho Ditolak

0,005

Ho Ditolak

yang melakukan IPO Obligasi dari unsur
pendapatan dan unsur biaya
H2:

accrual

discretionary

(AD)

pada

perusahaan yang melakukan IPO obligasi
dengan perusahaan yang tidak melakukan
IPO obligasi
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengujian terhadap accrual discretionary (AD)
perusahaan yang melakukan IPO obligasi dari unsur pendapatan dan unsur biaya
terlihat bahwa terdapat perbedaaan secara signifikan pada tingkat sifnifikasi 5%,

hasil uji beda menunjukkan angka signifikansi 0,020 yang lebih kecil dari =0,05
sehingga pada hipotesis ini Ho ditolak. Sedangkan untuk hipotesis yang
menyatakan bahwa accrual discretionary (AD) pada perusahaan yang melakukan

15

IPO obligasi dengan yang tidak melakukan IPO obligasi terlihat bahwa hasil uji
beda menunjukkan hasil signifikansi pada angka 0,005 yang lebih kecil dari
=0,05 sehingga Ho ditolak.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji t-test terhadap hipotesis pertama tentang adanya
perbedaan accrual discretionary perusahaan yang melakukan IPO obligasi jika
dilihat dari unsur pendapatan dan unsur biaya ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang melakukan IPO obligasi telah melakukan manajemen laba sebelum mereka
melakukan IPO obligasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji tersebut yang
menunjukkan angka signifikasi 0,020