Website Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK RI UU No.17 TH 2006

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2006
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

:

a. bahwa Negara Kesat uan Republik Indonesia merupakan negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bert uj uan unt uk
mewuj udkan t at a kehidupan bangsa yang aman, t ert ib,
sej aht era, dan berkeadilan;
b. bahwa beberapa ket ent uan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 t ent ang Kepabeanan sudah t idak sesuai dengan

penyelenggaraan
kepabeanan
sehingga
perlu
dilakukan
perubahan;
c. bahwa dalam upaya unt uk lebih menj amin kepast ian hukum,
keadilan, t ransparansi dan akunt abilit as pelayanan publik, unt uk
mendukung upaya peningkat an dan pengembangan perekonomian
nasional yang berkait an dengan perdagangan global, unt uk
mendukung kelancaran arus barang dan meningkat kan ef ekt ivit as
pengawasan at as lalu lint as barang yang masuk at au keluar
daerah pabean Indonesia dan lalu lint as barang t ert ent u dalam
daerah pabean Indonesia, sert a unt uk mengopt imalkan
pencegahan dan penindakan penyelundupan, perlu pengat uran
yang lebih j elas dalam pelaksanaan kepabeanan;
d. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membent uk Undang-Undang
t ent ang Perubahan At as Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
t ent ang Kepabeanan.


Mengingat

:

1. Pasal
5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 t ent ang Pengesahan
Agr eement
Est abl ishing t he Wor l d Tr ade Or ganizat ion
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 t ent ang Kepabeanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995,
Nomor 3612);
Dengan Perset uj uan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menet apkan

:

MEMUTUSKAN:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-2Pasal I
Beberapa ket ent uan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
t ent ang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 3612) diubah sebagai berikut :
1.


Ket ent uan Pasal 1 angka 1 dan angka 17 diubah dan dit ambah
4 (empat ) angka, yait u angka 15a, angka 19, angka 20, dan
angka 21 sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Kepabeanan adalah segala sesuat u yang berhubungan
dengan pengawasan at as lalu lint as barang yang masuk
at au keluar daerah pabean sert a pemungut an bea masuk
dan bea keluar.
2.
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliput i wilayah darat , perairan dan ruang udara di
at asnya, sert a t empat -t empat t ert ent u di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landas kont inen yang di dalamnya berlaku
Undang-Undang ini.
3.
Kawasan pabean adalah kawasan dengan bat as-bat as
t ert ent u di pelabuhan laut , bandar udara, at au t empat
lain yang dit et apkan unt uk lalu lint as barang yang

sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direkt orat
Jenderal Bea dan Cukai.
4.
Kant or pabean adalah kant or dalam lingkungan Direkt orat
Jenderal Bea dan Cukai t empat dipenuhinya kewaj iban
pabean sesuai dengan ket ent uan Undang-Undang ini.
5.
Pos pengawasan pabean adalah t empat yang digunakan
oleh pej abat bea dan cukai unt uk melakukan pengawasan
t erhadap lalu lint as barang impor dan ekspor.
6.
Kewaj iban pabean adalah semua kegiat an di bidang
kepabeanan yang waj ib dilakukan unt uk memenuhi
ket ent uan dalam Undang-Undang ini.
7.
Pemberit ahuan pabean adalah pernyat aan yang dibuat
oleh orang dalam rangka melaksanakan kewaj iban pabean
dalam bent uk dan syarat yang dit et apkan dalam UndangUndang ini.
8.
Ment eri adalah Ment eri Keuangan Republik Indonesia.

9.
Direkt ur j enderal adalah Direkt ur Jenderal Bea dan Cukai.
10. Direkt orat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana
t ugas pokok dan f ungsi Depart emen Keuangan di bidang
kepabeanan dan cukai.
11. Pej abat bea dan cukai adalah pegawai Direkt orat Jenderal
Bea dan Cukai yang dit unj uk dalam j abat an t ert ent u unt uk
melaksanakan t ugas t ert ent u berdasarkan Undang-Undang
ini.
12. Orang adalah orang perseorangan at au badan hukum.
13. Impor adalah kegiat an memasukkan barang ke dalam
daerah pabean.
14. Ekspor adalah kegiat an mengeluarkan barang dari daerah
pabean.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-315. Bea masuk adalah pungut an negara berdasarkan UndangUndang ini yang dikenakan t erhadap barang yang diimpor.
15a. Bea keluar

adalah
pungut an
negara
berdasarkan
Undang-Undang ini yang dikenakan t erhadap barang
ekspor.
16. Tempat
penimbunan
sement ara
adalah
bangunan
dan/ at au lapangan at au t empat lain yang disamakan
dengan it u di kawasan pabean unt uk menimbun barang,
sement ara menunggu pemuat an at au pengeluarannya.
17. Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, t empat ,
at au kawasan yang memenuhi persyarat an t ert ent u yang
digunakan unt uk menimbun barang dengan t uj uan
t ert ent u dengan mendapat kan penangguhan bea masuk.
18. Tempat penimbunan pabean adalah bangunan dan/ at au
lapangan at au t empat lain yang disamakan dengan it u,

yang disediakan oleh pemerint ah di kant or pabean, yang
berada di bawah pengelolaan Direkt orat Jenderal Bea dan
Cukai unt uk menyimpan barang yang dinyat akan t idak
dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang
menj adi milik negara berdasarkan Undang-Undang ini.
19. Barang t ert ent u adalah barang yang dit et apkan oleh
inst ansi
t eknis
t erkait
sebagai
barang
yang
pengangkut annya di dalam daerah pabean diawasi.
20. Audit kepabeanan adalah kegiat an pemeriksaan laporan
keuangan, buku, cat at an dan dokumen yang menj adi bukt i
dasar pembukuan, surat yang berkait an dengan kegiat an
usaha t ermasuk dat a elekt ronik, surat yang berkait an
dengan kegiat an di bidang kepabeanan, dan/ at au sediaan
barang dalam rangka pelaksanaan ket ent uan perat uran
perundang-undangan di bidang kepabeanan.

21. Tarif adalah klasif ikasi barang dan pembebanan bea masuk
at au bea keluar.
2.

Ket ent uan Pasal 2 ayat (2) diubah sehingga Pasal 2 berbunyi
sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

3.

Pasal 2
Barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean
diperlakukan sebagai barang impor dan t erut ang bea
masuk.
Barang yang t elah dimuat di sarana pengangkut unt uk

dikeluarkan dari daerah pabean dianggap t elah diekspor
dan diperlakukan sebagai barang ekspor.
Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan
merupakan barang ekspor dalam hal dapat dibukt ikan
bahwa barang t ersebut dit uj ukan unt uk dibongkar di suat u
t empat dalam daerah pabean.

Di ant ara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 pasal yait u Pasal 2A
yang berbunyi sebagai berikut :

(1)

Pasal 2A
Terhadap barang ekspor dapat dikenakan bea keluar.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-4(2)


(3)

4.

Bea keluar dikenakan t erhadap barang ekspor dengan
t uj uan unt uk:
a. menj amin t erpenuhinya kebut uhan dalam negeri;
b. melindungi kelest arian sumber daya alam;
c. mengant isipasi kenaikan harga yang cukup drast is dari
komodit i ekspor t ert ent u di pasaran int ernasional; at au
d. menj aga st abilit as harga komodit i t ert ent u di dalam
negeri.
Ket ent uan mengenai pengenaan bea keluar t erhadap
barang ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur
lebih lanj ut dengan perat uran pemerint ah.

Ket ent uan Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 3
berbunyi sebagai berikut :

(1)
(2)

(3)
(4)

Pasal 3
Terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean.
Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliput i penelit ian dokumen dan pemeriksaan f isik
barang.
Pemeriksaan
pabean sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan secara selekt if .
Ket ent uan mengenai t at a cara pemeriksaan pabean
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

5.

Pasal 4 t et ap dengan perubahan penj elasan Pasal 4 sehingga
Penj elasan Pasal 4 menj adi sebagaimana dit et apkan dalam
penj elasan pasal demi pasal Undang-Undang ini.

6.

Di ant ara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (sat u) pasal, yait u
Pasal 4A yang berbunyi sebagai berikut :

(1)
(2)

(3)

7.

Pasal 4A
Terhadap
barang
t ert ent u
dilakukan
pengawasan
pengangkut annya dalam daerah pabean.
Inst ansi t eknis t erkait , melalui ment eri yang membidangi
perdagangan,
memberit ahukan
j enis barang yang
dit et apkan sebagai barang t ert ent u kepada Ment eri.
Ket ent uan mengenai pengawasan pengangkut an barang
t ert ent u sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih
lanj ut dengan at au berdasarkan perat uran pemerint ah.

Ket ent uan Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 5
berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

Pasal 5
Pemenuhan kewaj iban pabean dilakukan di kant or pabean
at au t empat lain yang disamakan dengan kant or pabean
dengan menggunakan pemberit ahuan pabean.
Pemberit ahuan pabean disampaikan kepada pej abat bea
dan cukai di kant or pabean at au t empat lain yang
disamakan dengan kant or pabean.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-5(3)

(4)

8.

Di ant ara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 1 (sat u) pasal, yait u
Pasal 5A yang berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

9.

(2)

Pasal 6
Terhadap barang yang diimpor at au diekspor berlaku
segala ket ent uan sebagaimana diat ur dalam UndangUndang ini.
Dalam hal pengawasan pengangkut an barang t ert ent u
t idak diat ur oleh inst ansi t eknis t erkait , pengat urannya
didasarkan pada ket ent uan Undang-Undang ini.

Di ant ara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (sat u) pasal, yait u
Pasal 6A yang berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

11.

Pasal 5A
Pemberit ahuan pabean sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) dapat disampaikan dalam bent uk t ulisan
di at as f ormulir at au dalam bent uk dat a elekt ronik.
Penet apan
kant or
pabean
t empat
penyampaian
pemberit ahuan pabean dalam bent uk dat a elekt ronik
dilakukan oleh Ment eri.
Dat a elekt ronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan alat bukt i yang sah menurut Undang-Undang
ini.
Ket ent uan mengenai t at a cara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan at au berdasarkan
perat uran ment eri.

Ket ent uan Pasal 6 diubah dan dit ambah 1 (sat u) ayat , sehingga
Pasal 6 berbunyi sebagai berikut :

(1)

10.

Unt uk pelaksanaan dan pengawasan pemenuhan kewaj iban
pabean, dit et apkan kawasan pabean, kant or pabean, dan
pos pengawasan pabean.
Penet apan kawasan pabean, kant or pabean, dan pos
pengawasan pabean dilakukan oleh Ment eri.

Pasal 6A
Orang yang akan melakukan pemenuhan kewaj iban pabean
waj ib melakukan regist rasi ke Direkt orat Jenderal Bea dan
Cukai unt uk mendapat nomor ident it as dalam rangka akses
kepabeanan.
Dikecualikan
dari ket ent uan sebagaimana dimaksud
pada
ayat (1) orang
yang melakukan pemenuhan
kewaj iban pabean t ert ent u.
Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diat ur lebih
lanj ut dengan at au berdasarkan
perat uran ment eri.

Judul BAB II diubah sehingga BAB II berbunyi sebagai berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-6BAB II
PENGANGKUTAN BARANG, IMPOR,
DAN EKSPOR
12.

Judul BAB II Bagian Pert ama diubah sehingga BAB II Bagian
Pert ama berbunyi sebagai berikut :
Bagian Pert ama
Pengangkut an Barang

13.

Judul BAB II Bagian Pert ama Paragraf 1 diubah sehingga BAB II
Bagian Pert ama Paragraf 1 berbunyi sebagai berikut :
Paragraf 1
Kedat angan Sarana Pengangkut

14.

Pasal 7 dihapus.

15.

Di ant ara Pasal 7 dan BAB II Bagian Pert ama Paragraf 2
disisipkan 1 (sat u) pasal yait u Pasal 7A yang berbunyi sebagai
berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 7A
Pengangkut yang sarana pengangkut nya akan dat ang dari:
a. luar daerah pabean; at au
b. dalam daerah pabean yang mengangkut barang impor,
barang ekspor, dan/ at au barang asal daerah pabean
yang diangkut ke t empat lain dalam daerah pabean
melalui luar daerah pabean,
waj ib memberit ahukan rencana kedat angan sarana
pengangkut ke kant or pabean t uj uan sebelum kedat angan
sarana pengangkut , kecuali sarana pengangkut darat .
Pengangkut yang sarana pengangkut nya memasuki daerah
pabean waj ib mencant umkan barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam manif esnya.
Pengangkut yang sarana pengangkut nya dat ang dari luar
daerah pabean at au dat ang dari dalam daerah pabean
dengan mengangkut barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) waj ib menyerahkan pemberit ahuan pabean
mengenai barang yang diangkut nya sebelum melakukan
pembongkaran.
Dalam hal t idak segera dilakukan pembongkaran,
kewaj iban sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)
dilaksanakan:
a. paling lambat 24 (dua puluh empat ) j am sej ak
kedat angan
sarana
pengangkut ,
unt uk
sarana
pengangkut yang melalui laut ;
b. paling lambat 8 (delapan) j am sej ak kedat angan sarana
pengangkut , unt uk sarana pengangkut yang melalui
udara; at au
c. pada saat kedat angan sarana pengangkut , unt uk sarana
pengangkut yang melalui darat .

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-7(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

16.

Kewaj iban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) dikecualikan bagi pengangkut yang berlabuh paling
lama 24 (dua puluh empat ) j am dan t idak melakukan
pembongkaran barang.
Dalam hal sarana pengangkut dalam keadaan darurat ,
pengangkut dapat membongkar barang impor t erlebih
dahulu dan waj ib:
a. melaporkan keadaan darurat t ersebut ke kant or
pabean t erdekat pada kesempat an pert ama; dan
b. menyerahkan pemberit ahuan pabean paling lambat 72
(t uj uh puluh dua) j am sesudah pembongkaran.
Pengangkut yang t idak memenuhi ket ent uan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administ rasi berupa
denda paling sedikit Rp5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah) dan
paling banyak Rp50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah).
Pengangkut yang t idak memenuhi ket ent uan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ayat (4), at au ayat (6) dikenai
sanksi
administ rasi
berupa denda paling sedikit
Rp10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah) dan paling banyak
Rp100. 000. 000, 00 (serat us j ut a rupiah).
Ket ent uan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(3), dan ayat (4) diat ur lebih
lanj ut dengan at au
berdasarkan perat uran ment eri.

Judul BAB II Bagian Pert ama Paragraf 2 diubah sehingga BAB II
Bagian Pert ama Paragraf 2 berbunyi sebagai berikut :
Paragraf 2
Pengangkut an Barang

17.

Pasal 8 dihapus.

18.

Di ant ara Pasal 8 BAB II Bagian Pert ama Paragraf 3 disisipkan 3
(t iga) pasal yait u Pasal 8A, Pasal 8B, dan Pasal 8C yang
berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

Pasal 8A
Pengangkut an
barang impor dari t empat penimbunan
sement ara at au t empat penimbunan berikat dengan
t uj uan t empat penimbunan sement ara at au t empat
penimbunan berikat lainnya waj ib diberit ahukan ke kant or
pabean.
Pengusaha
at au import ir
yang t elah memenuhi
kewaj iban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), t et api
j umlah barang impor yang dibongkar kurang dari yang
diberit ahukan dalam pemberit ahuan pabean dan t idak
dapat membukt ikan bahwa kesalahan t ersebut t erj adi di
luar kemampuannya, waj ib membayar bea masuk at as
barang impor yang kurang dibongkar dan dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit Rp25. 000. 000, 00
(dua puluh lima j ut a rupiah) dan paling banyak
Rp250. 000. 000, 00 (dua rat us lima puluh j ut a rupiah).

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-8(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

19.

Pengusaha
at au
import ir
yang
t elah
memenuhi
kewaj iban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), t et api
j umlah barang impor yang dibongkar lebih dari yang
diberit ahukan dalam pemberit ahuan pabean dan t idak
dapat membukt ikan bahwa kesalahan t ersebut t erj adi di
luar kemampuannya, dikenai sanksi administ rasi berupa
denda paling sedikit Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a
rupiah) dan paling banyak Rp250. 000. 000, 00 (dua rat us
lima puluh j ut a rupiah).
Ket ent uan mengenai
persyarat an dan t at a cara
pengangkut an barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diat ur lebih lanj ut dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.
Pasal 8B
Pengangkut an
t enaga
list rik, barang cair, at au gas
unt uk impor at au ekspor dapat dilakukan melalui t ransmisi
at au saluran pipa yang j umlah dan j enis barangnya
didasarkan pada hasil pengukuran di t empat pengukuran
t erakhir dalam daerah pabean.
Pengiriman perant i lunak dan/ at au dat a elekt ronik unt uk
impor at au ekspor dapat dilakukan melalui t ransmisi
elekt ronik.
Ket ent uan mengenai
persyarat an dan t at a cara
pengangkut an barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan pengiriman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diat ur lebih lanj ut dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.
Pasal 8C
Barang t ert ent u waj ib diberit ahukan oleh pengangkut
baik pada wakt u keberangkat an maupun kedat angan di
kant or pabean yang dit et apkan.
Barang t ert ent u sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
waj ib
dilindungi
dokumen
yang
sah
dalam
pengangkut annya.
Pengangkut yang t elah memenuhi kewaj iban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), t et api j umlahnya kurang at au
lebih dari yang diberit ahukan dan t idak dapat
membukt ikan bahwa kesalahan t ersebut t erj adi di luar
kemampuannya, dikenai sanksi administ rasi berupa denda
paling sedikit Rp5. 000. 000, 00 (lima j ut a rupiah) dan paling
banyak Rp50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah).
Pengangkut yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dikenai sanksi administ rasi
berupa denda paling sedikit Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh
lima j ut a rupiah) dan paling banyak Rp250. 000. 000, 00
(dua rat us lima puluh j ut a rupiah).
Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diat ur lebih lanj ut dengan perat uran ment eri.

Judul BAB II Bagian Pert ama Paragraf 3 diubah sehingga BAB II
Bagian Pert ama Paragraf 3 berbunyi sebagai berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-9Paragraf 3
Keberangkat an Sarana Pengangkut
20.

Pasal 9 dihapus.

21.

Di ant ara Pasal 9 dan BAB II Bagian Kedua disisipkan 1 (sat u)
pasal, yait u Pasal 9A yang berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

22.

Pasal 9A
Pengangkut yang sarana pengangkut nya akan berangkat
menuj u:
a. ke luar daerah pabean;
b. ke dalam daerah pabean yang mengangkut barang
impor, barang ekspor, dan/ at au barang asal daerah
pabean yang diangkut ke t empat lain di dalam daerah
pabean melalui luar daerah pabean,
waj ib menyerahkan pemberit ahuan pabean at as barang
yang
diangkut nya
sebelum
keberangkat an
sarana
pengangkut .
Pengangkut yang sarana pengangkut nya menuj u ke luar
daerah pabean waj ib mencant umkan barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam manif esnya.
Pengangkut yang t idak memenuhi ket ent uan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administ rasi berupa
denda paling sedikit Rp10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a
rupiah) dan paling banyak Rp100. 000. 000, 00 (serat us j ut a
rupiah).
Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur
lebih lanj ut dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

Judul BAB II Bagian Kedua diubah sehingga BAB II Bagian Kedua
berbunyi sebagai berikut :
Bagian Kedua
Impor

23.

Pasal 10 dihapus.

24.

BAB II Bagian Kedua dit ambah 3 (t iga) paragraf , yait u Paragraf
1, Paragraf 2, dan Paragraf 3 yang berbunyi sebagai berikut :
Paragraf 1
Pembongkaran, Penimbunan,
dan Pengeluaran
Pasal 10A
(1) Barang impor yang diangkut sarana pengangkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A ayat (1) waj ib dibongkar di
kawasan pabean at au dapat dibongkar di t empat lain
set elah mendapat izin kepala kant or pabean.
(2) Barang impor yang diangkut sarana pengangkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A ayat (1) dapat dibongkar ke sarana

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 10 pengangkut lainnya di laut dan barang t ersebut waj ib
dibawa ke kant or pabean melalui j alur yang dit et apkan.
(3) Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), t et api j umlah barang impor yang
dibongkar
kurang
dari
yang diberit ahukan
dalam
pemberit ahuan pabean dan t idak dapat membukt ikan
bahwa kesalahan t ersebut t erj adi di luar kemampuannya,
waj ib membayar bea masuk at as barang impor yang kurang
dibongkar dan dikenai sanksi administ rasi berupa denda
paling sedikit Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah)
dan paling banyak Rp250. 000. 000, 00 (dua rat us lima puluh
j ut a rupiah).
(4) Pengangkut yang t elah memenuhi ket ent uan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), t et api j umlah barang impor yang
dibongkar lebih banyak dari yang diberit ahukan dalam
pemberit ahuan pabean dan t idak dapat membukt ikan
bahwa kesalahan t ersebut t erj adi di luar kemampuannya,
dikenai sanksi administ rasi berupa denda paling sedikit
Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah) dan paling
banyak Rp500. 000. 000, 00 (lima rat us j ut a rupiah).
(5) Barang impor, sement ara menunggu pengeluarannya dari
kawasan pabean, dapat dit imbun di t empat penimbunan
sement ara.
(6) Dalam hal t ert ent u, barang impor dapat dit imbun di t empat
lain yang diperlakukan sama dengan t empat penimbunan
sement ara.
(7) Barang impor dapat dikeluarkan dari kawasan pabean at au
t empat lain sebagaimana dimaksud pada ayat (6) set elah
dipenuhinya kewaj iban pabean unt uk:
a. diimpor unt uk dipakai;
b. diimpor sement ara;
c. dit imbun di t empat penimbunan berikat ;
d. diangkut ke t empat penimbunan sement ara di kawasan
pabean lainnya;
e. diangkut t erus at au diangkut lanj ut ; at au
f . diekspor kembali.
(8) Orang yang mengeluarkan barang impor dari kawasan
pabean at au t empat lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(6), set elah memenuhi semua ket ent uan t et api belum
mendapat perset uj uan pengeluaran dari pej abat bea dan
cukai, dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar
Rp25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah).
(9) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (5),
ayat (6), dan ayat (7) diat ur lebih lanj ut dengan at au
berdasarkan perat uran ment eri.
Paragraf 2
Impor Unt uk Dipakai
Pasal 10B
(1) Impor unt uk dipakai adalah:
a. memasukkan barang ke dalam daerah pabean dengan
t uj uan unt uk dipakai; at au

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 11 b. memasukkan barang ke dalam daerah pabean unt uk
dimiliki at au dikuasai oleh orang yang berdomisili di
Indonesia.
(2) Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor unt uk
dipakai set elah:
a. diserahkan pemberit ahuan pabean dan dilunasi bea
masuknya;
b. diserahkan
pemberit ahuan
pabean
dan
j aminan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42; at au
c. diserahkan dokumen pelengkap pabean dan j aminan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42.
(3) Barang impor yang dibawa oleh penumpang, awak sarana
pengangkut , at au pelint as bat as ke dalam daerah pabean
pada saat kedat angannya waj ib diberit ahukan kepada
pej abat bea dan cukai.
(4) Barang impor yang dikirim melalui pos at au j asa t it ipan
hanya dapat dikeluarkan at as perset uj uan pej abat bea dan
cukai.
(5) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) diat ur lebih lanj ut dengan at au
berdasarkan perat uran ment eri.
(6) Orang yang t idak melunasi bea masuk at as barang impor
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b at au huruf c
dalam j angka wakt u yang dit et apkan menurut UndangUndang ini waj ib membayar bea masuk yang t erut ang dan
dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar 10%
(sepuluh persen) dari bea masuk yang waj ib dilunasi.
Pasal 10C
dapat mengaj ukan permohonan perubahan at as
kesalahan dat a pemberit ahuan pabean yang t elah
diserahkan sepanj ang kesalahan t ersebut t erj adi karena
kekhilaf an yang nyat a.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit olak
apabila:
a. barang t elah dikeluarkan dari kawasan pabean;
b. kesalahan t ersebut merupakan t emuan pej abat bea dan
cukai; at au
c. t elah mendapat kan penet apan pej abat bea dan cukai.
(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur
lebih lanj ut dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.
(1) Import ir

Paragraf 3
Impor Sement ara
Pasal 10D
(1) Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor
sement ara j ika pada wakt u import asinya benar-benar
dimaksudkan unt uk diekspor kembali paling lama 3 (t iga)
t ahun.
(2) Barang impor sement ara sampai saat diekspor kembali
berada dalam pengawasan Direkt orat Jenderal Bea dan
Cukai.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 12 (3) Barang impor sement ara dapat diberikan pembebasan at au
(4)

(5)

(6)

(7)

25.

keringanan bea masuk.
Barang impor sement ara yang diberikan keringanan bea
masuk, set iap bulan dikenai bea masuk paling t inggi sebesar
5% (lima persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
Orang
yang
t erlambat mengekspor kembali barang
impor sement ara dalam j angka wakt u yang diizinkan dikenai
sanksi administ rasi berupa denda sebesar 100% (serat us
persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
Orang yang t idak mengekspor kembali barang impor
sement ara dalam j angka wakt u yang diizinkan waj ib
membayar bea masuk dan dikenai sanksi administ rasi
berupa denda 100% (serat us persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar.
Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diat ur lebih lanj ut dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.

Judul BAB II Bagian Ket iga diubah sehingga BAB II Bagian Ket iga
berbunyi sebagai berikut :
Bagian Ket iga
Ekspor

26.

Pasal 11 dihapus.

27.

Di ant ara Pasal 11 dan BAB III disisipkan 1 (sat u) pasal, yait u
Pasal 11A yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 11A
(1) Barang yang akan diekspor waj ib diberit ahukan dengan
pemberit ahuan pabean.
(2) Pemberit ahuan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) t idak diperlukan t erhadap barang pribadi penumpang,
awak sarana pengangkut , pelint as bat as, dan barang kiriman
sampai dengan bat as nilai pabean dan/ at au j umlah
t ert ent u.
(3) Pemuat an barang ekspor dilakukan di kawasan pabean at au
dalam hal t ert ent u dapat dimuat di t empat lain dengan izin
kepala kant or pabean.
(4) Barang yang t elah diberit ahukan unt uk diekspor, sement ara
menunggu pemuat annya, dapat dit imbun di t empat
penimbunan sement ara at au t empat lain dengan izin kepala
kant or pabean.
(5) Barang
yang
t elah
diberit ahukan
unt uk
diekspor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) j ika ekspornya
dibat alkan waj ib dilaporkan kepada pej abat bea dan cukai.
(6) Eksport ir yang t idak melaporkan pembat alan ekspor
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikenai sanksi
administ rasi berupa denda sebesar Rp5. 000. 000, 00 (lima
j ut a rupiah).

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 13 (7) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) diat ur lebih lanj ut dengan at au
berdasarkan perat uran ment eri.
28.

Ket ent uan Pasal 13 diubah sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai
berikut :

(1)

(2)

29.

Ket ent uan Pasal 14 diubah sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai
berikut :

(1)
(2)

30.

Pasal 13
Bea masuk dapat dikenakan berdasarkan t arif yang
besarnya berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) t erhadap:
a. barang impor yang dikenakan t arif bea masuk
berdasarkan
perj anj ian
at au
kesepakat an
int ernasional; at au
b. barang
impor bawaan penumpang, awak sarana
pengangkut , pelint as bat as, at au barang kiriman
melalui pos at au j asa t it ipan.
Tat a cara pengenaan dan besarnya t arif bea masuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut
dengan perat uran ment eri.

Pasal 14
Unt uk penet apan t arif bea masuk dan bea keluar, barang
dikelompokkan berdasarkan sist em klasif ikasi barang.
Ket ent uan t ent ang klasif ikasi barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan
perat uran ment eri.

Ket ent uan Pasal 15 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat
(6) dan ayat (7) diubah, dan di ant ara ayat (3) dan ayat (4)
disisipkan 1 (sat u) ayat , yait u ayat (3a) sehingga Pasal 15
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 15
Nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk adalah nilai
t ransaksi dari barang yang bersangkut an.
(2) Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), nilai pabean unt uk
penghit ungan bea masuk dit ent ukan berdasarkan nilai
t ransaksi barang dari barang ident ik.
(3) Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), nilai
pabean unt uk penghit ungan bea masuk dit ent ukan
berdasarkan nilai t ransaksi dari barang serupa.
(3a) Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk dit ent ukan
(1)

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 14 -

(4)

(5)

(6)

(7)

31.

berdasarkan ket ent uan pada ayat (4) dan ayat (5) secara
berurut an, kecuali at as permint aan import ir, urut an
penent uan nilai pabean sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dapat digunakan mendahului ayat (4).
Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3), nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
dit ent ukan berdasarkan met ode deduksi.
Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan met ode deduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk dit ent ukan
berdasarkan met ode komput asi.
Dalam hal nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
t idak dapat dit ent ukan berdasarkan nilai t ransaksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
met ode deduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
at au met ode komput asi sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk
dit ent ukan dengan menggunakan t at a cara yang waj ar dan
konsist en dengan prinsip dan ket ent uan sebagaimana
diat ur pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) at au ayat
(5) berdasarkan dat a yang t ersedia di daerah pabean
dengan pembat asan t ert ent u.
Ket ent uan mengenai nilai pabean unt uk penghit ungan bea
masuk diat ur lebih lanj ut dengan at au berdasarkan
perat uran ment eri.

Ket ent uan Pasal 16 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan
ayat (6) diubah sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 16
Pej abat bea dan cukai dapat menet apkan t arif t erhadap
barang impor sebelum penyerahan pemberit ahuan pabean
at au dalam wakt u 30 (t iga puluh) hari sej ak t anggal
pemberit ahuan pabean.
Pej abat bea dan cukai dapat menet apkan nilai pabean
barang impor unt uk penghit ungan bea masuk sebelum
penyerahan pemberit ahuan pabean at au dalam wakt u 30
(t iga puluh) hari sej ak t anggal pemberit ahuan pabean.
Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan/ at au ayat (2) mengakibat kan kekurangan pembayaran
bea masuk kecuali import ir mengaj ukan keberat an
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (1), import ir
waj ib melunasi bea masuk yang kurang dibayar sesuai
dengan penet apan.
Import ir yang salah memberit ahukan nilai pabean unt uk
penghit ungan bea masuk sehingga mengakibat kan
kekurangan pembayaran bea masuk dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit 100% (serat us
persen) dari bea masuk yang kurang dibayar dan paling

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 15 -

(5)

(6)

32.

Ket ent uan Pasal 17 ayat (2) huruf b diubah dan dit ambah 1
(sat u) ayat , yait u ayat (4) sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai
berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

33.

banyak 1000% (seribu persen) dari bea masuk yang kurang
dibayar.
Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
dan/ at au ayat (2) mengakibat kan kelebihan
pembayaran bea masuk, pengembalian bea masuk dibayar
sebesar kelebihannya.
Ket ent uan mengenai penet apan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diat ur lebih lanj ut dengan at au
berdasarkan perat uran ment eri.

Pasal 17
Direkt ur Jenderal dapat menet apkan kembali t arif dan
nilai pabean unt uk penghit ungan bea masuk dalam j angka
wakt u
2
(dua)
t ahun
t erhit ung
sej ak
t anggal
pemberit ahuan pabean.
Dalam hal penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbeda dengan penet apan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16, Direkt ur Jenderal memberit ahukan secara
t ert ulis kepada import ir unt uk:
a. melunasi bea masuk yang kurang dibayar; at au
b. mendapat kan pengembalian bea masuk yang lebih
dibayar.
Bea masuk yang kurang dibayar at au pengembalian bea
masuk yang lebih dibayar sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dibayar sesuai dengan penet apan kembali.
Penet apan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), apabila diakibat kan oleh adanya kesalahan nilai
t ransaksi yang diberit ahukan sehingga mengakibat kan
kekurangan pembayaran bea masuk, dikenai sanksi
administ rasi berupa denda paling sedikit 100% (serat us
persen) dari bea masuk yang kurang dibayar dan paling
banyak 1000% (seribu persen) dari bea masuk yang kurang
dibayar.

Di ant ara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 1 (sat u) pasal, yait u
Pasal 17A yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 17A
Berdasarkan permohonan, Direkt ur Jenderal dapat menet apkan
klasif ikasi barang dan nilai pabean at as barang impor sebagai
dasar
penghit ungan
bea
masuk
sebelum
diaj ukan
pemberit ahuan pabean.

34.

Judul BAB IV diubah sehingga BAB IV berbunyi sebagai berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 16 -

BAB IV
BEA MASUK ANTI DUMPING,
BEA MASUK IMBALAN,
BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN,
DAN BEA MASUK PEMBALASAN
35.

Pasal 20 dihapus.

36.

Pasal 23 dihapus.

37.

BAB IV dit ambahkan 3 (t iga) bagian, yait u Bagian Ket iga, Bagian
Keempat , dan Bagian Kelima yang berbunyi sebagai berikut :
Bagian Ket iga
Bea Masuk Tindakan Pengamanan
Pasal 23A
Bea masuk t indakan pengamanan dapat dikenakan t erhadap
barang impor dalam hal t erdapat lonj akan barang impor baik
secara absolut maupun relat if t erhadap barang produksi dalam
negeri yang sej enis at au barang yang secara langsung bersaing,
dan lonj akan barang impor t ersebut :
a.
menyebabkan kerugian serius t erhadap indust ri dalam
negeri yang memproduksi barang sej enis dengan barang
t ersebut dan/ at au barang yang secara langsung bersaing;
at au
b.
mengancam t erj adinya kerugian serius t erhadap indust ri
dalam negeri yang memproduksi barang sej enis dan/ at au
barang yang secara langsung bersaing.
Pasal 23B
(1) Bea
masuk
t indakan pengamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23A paling t inggi sebesar j umlah
yang dibut uhkan unt uk mengat asi kerugian serius at au
mencegah ancaman kerugian serius t erhadap indust ri
dalam negeri.
(2) Bea masuk t indakan pengamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan t ambahan dari bea masuk yang
dipungut berdasarkan Pasal 12 ayat (1).
Bagian Keempat
Bea Masuk Pembalasan

(1)

(2)

Pasal 23C
Bea masuk pembalasan dikenakan t erhadap barang impor
yang berasal dari negara yang memperlakukan barang
ekspor Indonesia secara diskriminat if .
Bea masuk pembalasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan t ambahan bea masuk yang dipungut
berdasarkan Pasal 12 ayat (1).

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 17 Bagian Kelima
Pengat uran dan Penet apan

(1)

(2)

38.

Pasal 23D
Ket ent uan mengenai persyarat an dan t at a cara pengenaan
bea masuk ant idumping, bea masuk imbalan, bea masuk
t indakan pengamanan, dan bea masuk pembalasan diat ur
lebih lanj ut dengan perat uran pemerint ah.
Besar t arif bea masuk ant idumping, bea masuk imbalan,
bea masuk t indakan pengamanan, dan bea masuk
pembalasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dit et apkan oleh Ment eri.

Ket ent uan Pasal 25 ayat (2) dihapus dan ayat (1), ayat (3), dan
ayat (4) diubah sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 25
(1) Pembebasan bea masuk diberikan at as impor:
a. barang perwakilan negara asing besert a para pej abat nya
yang bert ugas di Indonesia berdasarkan asas t imbal
balik;
b. barang unt uk keperluan badan int ernasional besert a
pej abat nya yang bert ugas di Indonesia;
c. buku ilmu penget ahuan;
d. barang kiriman hadiah/ hibah unt uk keperluan ibadah
unt uk umum, amal, sosial, kebudayaan at au unt uk
kepent ingan penanggulangan bencana alam;
e. barang unt uk keperluan museum, kebun binat ang, dan
t empat lain semacam it u yang t erbuka unt uk umum
sert a barang unt uk konservasi alam;
f . barang unt uk keperluan penelit ian dan pengembangan
ilmu penget ahuan;
g. barang unt uk keperluan khusus kaum t unanet ra dan
penyandang cacat lainnya;
h. persenj at aan, amunisi, perlengkapan milit er dan
kepolisian, t ermasuk suku cadang yang diperunt ukkan
bagi keperluan pert ahanan dan keamanan negara;
i. barang
dan
bahan
yang
dipergunakan
unt uk
menghasilkan barang bagi keperluan pert ahanan dan
keamanan negara;
j . barang cont oh yang t idak unt uk diperdagangkan;
k. pet i at au kemasan lain yang berisi j enazah at au abu
j enazah;
l. barang pindahan;
m. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut ,
pelint as bat as, dan barang kiriman sampai bat as nilai
pabean dan/ at au j umlah t ert ent u;
n. obat -obat an yang diimpor
dengan menggunakan
anggaran
pemerint ah
yang
diperunt ukkan
bagi
kepent ingan masyarakat ;
o. barang yang t elah diekspor unt uk keperluan perbaikan,
pengerj aan, dan penguj ian;

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 18 p. barang yang t elah diekspor kemudian diimpor kembali
dalam kualit as yang sama dengan kualit as pada saat
diekspor;
q. bahan t erapi
manusia, pengelompokan darah, dan
bahan penj enisan j aringan.
(2) Dihapus.
(3) Ket ent uan
t ent ang pembebasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan perat uran ment eri.
(4) Orang yang t idak memenuhi ket ent uan t ent ang pembebasan
bea masuk yang dit et apkan menurut Undang-Undang ini
waj ib membayar bea masuk yang t erut ang dan dikenai
sanksi administ rasi berupa denda sebesar paling sedikit
100% (serat us persen) dari bea masuk yang seharusnya
dibayar dan paling banyak 500% (lima rat us persen) dari bea
masuk yang seharusnya dibayar.
39. Ket ent uan Pasal 26 ayat (2) dihapus dan ayat (1), ayat (3), dan
ayat (4) diubah sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 26
(1) Pembebasan at au keringanan bea masuk dapat diberikan
at as impor:
a. barang
dan
bahan
unt uk
pembangunan
dan
pengembangan indust ri dalam rangka penanaman modal;
b. mesin unt uk pembangunan dan pengembangan indust ri;
c. barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan
pengembangan indust ri unt uk j angka wakt u t ert ent u;
d. peralat an dan bahan yang digunakan unt uk mencegah
pencemaran lingkungan;
e. bibit
dan benih
unt uk pembangunan dan
pengembangan indust ri pert anian, pet ernakan, at au
perikanan;
f . hasil laut yang dit angkap dengan sarana penangkap yang
t elah mendapat izin;
g. barang yang mengalami kerusakan, penurunan mut u,
kemusnahan, at au penyusut an volume at au berat karena
alamiah ant ara saat diangkut ke dalam daerah pabean
dan saat diberikan perset uj uan impor unt uk dipakai;
h. barang oleh pemerint ah pusat at au pemerint ah daerah
yang dit uj ukan unt uk kepent ingan umum;
i. barang unt uk keperluan olahraga yang diimpor oleh
induk organisasi olahraga nasional;
j . barang unt uk keperluan proyek pemerint ah yang dibiayai
dengan pinj aman dan/ at au hibah dari luar negeri;
k. barang dan bahan unt uk diolah, dirakit , at au dipasang
pada barang lain dengan t uj uan unt uk diekspor.
(2) Dihapus.
(3) Ket ent uan
mengenai
pembebasan
at au
keringanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut
dengan perat uran ment eri.
(4) Orang yang t idak memenuhi ket ent uan pembebasan at au
keringanan bea masuk yang dit et apkan menurut UndangUndang ini waj ib membayar bea masuk yang t erut ang dan

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 19 dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar paling
sedikit 100% (serat us persen) dari bea masuk yang
seharusnya dibayar dan paling banyak 500% (lima rat us
persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar.
40.

Ket ent uan Pasal 27 diubah sehingga Pasal 27 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 27
(1) Pengembalian dapat diberikan t erhadap seluruh at au
sebagian bea masuk yang t elah dibayar at as:
a. kelebihan
pembayaran
bea
masuk
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5), Pasal 17 ayat (3),
at au karena kesalahan t at a usaha;
b. impor barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan
Pasal 26;
c. impor barang yang oleh sebab t ert ent u harus diekspor
kembali at au dimusnahkan di bawah pengawasan
pej abat bea dan cukai;
d. impor barang yang sebelum diberikan perset uj uan impor
unt uk dipakai kedapat an j umlah yang sebenarnya lebih
kecil daripada yang t elah dibayar bea masuknya, cacat ,
bukan barang yang dipesan, at au berkualit as lebih
rendah; at au
e. kelebihan pembayaran bea masuk akibat put usan
Pengadilan Paj ak.
(2)
Ket ent uan t ent ang pengembalian bea masuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

41.

Ket ent uan Pasal 30 diubah dengan menambah 2 (dua) ayat ,
yait u ayat (3) dan ayat (4), sehingga Pasal 30 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 30
(1) Import ir bert anggung j awab at as bea masuk yang t erut ang
sej ak t anggal pemberit ahuan pabean at as impor.
(2) Bea masuk yang harus dibayar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dihit ung berdasarkan t arif yang berlaku pada
t anggal pemberit ahuan pabean at as Impor dan nilai pabean
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
(3) Bea masuk harus dibayar dalam mat a uang rupiah.
(4) Ket ent uan mengenai nilai t ukar mat a uang yang digunakan
unt uk penghit ungan dan pembayaran bea masuk diat ur lebih
lanj ut dengan perat uran ment eri.

42.

Ket ent uan Pasal 32 ayat (3) diubah dan dit ambah 1 (sat u) ayat ,
yait u ayat (4) sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 32
(1) Pengusaha t empat penimbunan sement ara bert anggung
j awab at as bea masuk yang t erut ang at as barang yang
dit imbun di t empat penimbunan sement ara.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 20 (2) Pengusaha t empat penimbunan sement ara dibebaskan dari
t anggung j awab sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dalam hal barang yang dit imbun di t empat penimbunan
sement aranya:
a. musnah t anpa sengaj a;
b. t elah diekspor kembali, diimpor unt uk dipakai, at au
diimpor sement ara; at au
c. t elah dipindahkan ke t empat penimbunan sement ara
lain,
t empat
penimbunan berikat
at au t empat
penimbunan pabean.
(3) Perhit ungan bea masuk yang t erut ang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), sepanj ang t idak dapat didasarkan
pada t arif dan nilai pabean barang yang bersangkut an,
didasarkan pada t arif t ert inggi unt uk golongan barang yang
t ert era dalam pemberit ahuan pabean pada saat barang
t ersebut dit imbun di t empat penimbunan sement ara dan
nilai pabean dit et apkan oleh pej abat bea dan cukai.
(4) Ket ent uan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
t ermasuk t at a cara penagihan diat ur lebih lanj ut dengan
at au berdasarkan perat uran ment eri.
43.

Judul BAB VII diubah sehingga BAB VII berbunyi sebagai berikut :
BAB VII
PEMBAYARAN, PENAGIHAN UTANG,
DAN JAMINAN

44.

Judul BAB VII Bagian Pert ama diubah sehingga BAB VII Bagian
Pert ama berbunyi sebagai berikut :
Bagian Pert ama
Pembayaran

45.

Ket ent uan Pasal 36 ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal
36 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 36
(1) Bea masuk, denda administ rasi, dan bunga yang t erut ang
kepada negara menurut Undang-Undang ini, dibayar di kas
negara at au di t empat pembayaran lain yang dit unj uk oleh
Ment eri.
(2) Bea masuk, denda administ rasi, dan bunga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibulat kan j umlahnya dalam ribuan
rupiah.
(3) Ket ent uan
mengenai
t at a
cara pembayaran,
penerimaan, penyet oran bea masuk, denda administ rasi,
dan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sert a
pembulat an j umlahnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diat ur lebih lanj ut dengan at au berdasarkan perat uran
ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 21 46.

Ket ent uan Pasal 37 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diubah, dan
di ant ara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (sat u) ayat , yait u
ayat (2a) sehingga Pasal 37 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 37
(1) Bea masuk yang t erut ang waj ib dibayar paling lambat pada
t anggal pendaf t aran pemberit ahuan pabean.
(2) Kewaj iban membayar bea masuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diberikan penundaan dalam hal
pembayarannya dit et apkan secara berkala at au menunggu
keput usan pembebasan at au keringanan.
(2a) Penundaan kewaj iban membayar bea masuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (2):
a. t idak
dikenai
bunga sepanj ang pembayarannya
dit et apkan secara berkala;
b. dikenai bunga sepanj ang permohonan pembebasan at au
keringanan dit olak.
(3) Ket ent uan mengenai penundaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (2a) diat ur lebih lanj ut dengan at au
berdasarkan perat uran ment eri.

47.

Di ant ara Pasal 37 dan Bagian Kedua BAB VII disisipkan 1 (sat u)
pasal, yait u Pasal 37A yang berbunyi sebagai berikut :

(1)

(2)

(3)

(4)

48.

Pasal 37A
Kekurangan pembayaran bea masuk dan/ at au denda
administ rasi yang t erut ang waj ib dibayar paling lambat 60
(enam puluh) hari sej ak t anggal penet apan.
At as permint aan orang yang berut ang, Direkt ur Jenderal
dapat
memberikan
perset uj uan
penundaan
at au
pengangsuran kewaj iban membayar bea masuk dan/ at au
denda administ rasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 12 (dua belas) bulan.
Penundaan kewaj iban membayar bea masuk dan/ at au
denda administ rasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) set iap bulan dan
bagian bulan dihit ung 1 (sat u) bulan.
Ket ent uan mengenai
penundaan pembayaran ut ang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diat ur lebih lanj ut
dengan at au berdasarkan perat uran ment eri.

Ket ent uan Pasal 38 diubah dengan menambah 1 (sat u), yait u
ayat (3) sehingga Pasal 38 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 38
(1) Ut ang at au t agihan kepada negara berdasarkan UndangUndang ini yang t idak at au kurang dibayar dikenai bunga
sebesar 2% (dua persen) set iap bulan unt uk paling lama 24
(dua puluh empat ) bulan dihit ung sej ak t anggal j at uh t empo
sampai hari pembayarannya, dan bagian bulan dihit ung 1
(sat u) bulan.

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 22 (2) Penghit ungan ut ang at au t agihan kepada negara menurut
Undang-Undang ini dibulat kan j umlahnya dalam ribuan
rupiah.
(3) Jat uh t empo sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai
berikut :
a. dalam hal t agihan negara kepada pihak yang t erut ang
yait u 60 (enam puluh) hari sej ak t anggal penet apan
sebagaimana diat ur dalam Pasal 37A ayat (1);
b. dalam hal t agihan pihak yang berpiut ang kepada negara
yait u 30 (t iga puluh) hari sej ak t anggal surat keput usan
pengembalian oleh Ment eri.
49. Pasal 41 t et ap dengan perubahan penj elasan Pasal 41 sehingga
penj elasan Pasal 41 menj adi sebagaimana dit et apkan dalam
penj elasan pasal demi pasal dalam Undang-Undang ini.
50. Ket ent uan Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan di ant ara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 1 (sat u) ayat , yait u ayat (1a) sehingga
Pasal 44 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 44
(1) Dengan persyarat an t ert ent u, suat u kawasan, t empat , at au
bangunan dapat dit et apkan sebagai t empat penimbunan
berikat dengan mendapat kan penangguhan bea masuk
unt uk:
a. menimbun barang impor guna diimpor unt uk dipakai,
dikeluarkan ke t empat penimbunan berikat lainnya at au
diekspor;
b. menimbun barang guna diolah at au digabungkan sebelum
diekspor at au diimpor unt uk dipakai;
c. menimbun barang impor, dengan at au t anpa barang dari
dalam daerah pabean, guna dipamerkan;
d. menimbun, menyediakan unt uk dij ual dan menj ual
barang impor kepada orang dan/ at au orang t ert ent u;
e. menimbun barang impor guna dilelang sebelum diekspor
at au diimpor unt uk dipakai;
f. menimbun barang asal daerah pabean guna dilelang
sebelum diekspor at au dimasukkan kembali ke dalam
daerah pabean; at au
g. menimbun barang impor guna didaur ulang sebelum
diekspor at au diimpor unt uk dipakai.
(1a) Ment eri dapat menet apkan suat u kawasan,
t empat ,
at au bangunan unt uk dilakukannya suat u kegiat an t ert ent u
selain kegiat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
t empat penimbunan berikat .
(2) Ket ent uan
mengenai persyarat an, t at a cara pendirian
penyelenggaraan, pengusahaan, dan perubahan bent uk
t empat penimbunan berikat diat ur lebih lanj ut dengan at au
berdasarkan perat uran pemerint ah.

51. Ket ent uan Pasal 45 diubah sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai
berikut :

PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

- 23 Pasal 45
Barang dapat dikeluarkan dari t empat penimbunan berikat
at as perset uj uan pej abat bea dan cukai unt uk:
a. diimpor unt uk dipakai;
b. diolah;
c. diekspor sebelum at au sesudah diolah;
d. diangkut ke t empat penimbunan berikat lain at au
t empat penimbunan sement ara;
e. dikerj akan dalam daerah pabean dan kemudian
dimasukkan kembali ke t empat penimbunan berikat
dengan persyarat an yang dit et apkan oleh Ment eri; at au
f . dimasukkan kembali ke dalam daerah pabean.
(2) Barang dari t empat penimbunan berikat yang diimpor unt uk
dipakai berupa:
a. barang yang t elah diolah at au digabungkan;
b. barang yang t idak diolah; dan/ at au
c. barang lainnya,
dipungut bea masuk berdasarkan t arif dan nilai pabean
yang dit et apkan dengan perat uran ment eri.
(3) Orang yang mengeluarkan barang dari t empat penimbunan
berikat sebelum diberikan perset uj uan oleh pej abat bea
dan cukai t anpa bermaksud mengelakkan kewaj iban
pabean, dikenai sanksi administ rasi berupa denda sebesar
Rp75. 000. 000, 00 (t uj uh puluh lima j ut a rupiah).
(4) Pengusaha t empat penimbunan berikat yang t idak dapat
mempert anggungj awabkan barang yang seharusnya be