PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PLS DALAM PEMBINAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU-LINTAS PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DI KOTAMADYA BANDUNG.
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PLS DALAM
PEMBINAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU-LINTAS
PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR
Dl KOTAMADYA BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
DADANG SUNGKAWA
9 4 9 6 28
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof.Dr. H.D. Sudjana, M.Ed.
Pembimbing II
Prof .Dr.HTFTTnrsid Sumaatmadja
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Pengelolaan Pembelajaran PLS Da
lam Pembinaan Sikap Disiplin Berlalu-lintas Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Kotamaaya Bandung, penelitian ini pada
dasarnya ingin mengidentifikasi kondisi dan permasalahan
yang berkenaan dengan pengelolaan dan proses pembelajaran
PLS dalam mendidik calon pengemudi, dengan berdasarkan atas masalah » masih adanya kesenjangan antara figur
pe
ngemudi yang ada dalam kenyataan dewasa ini dengan figur
pengemudi ideal yang dinarapkan oleh masyarakat".
Secara operasional penelitian ini dilaksanakan atas
pertanyaan apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS
kepada pengemudi dan calon pengemudi sudah mengacu kepada
upaya membina siKap disiplin berlalu-lintas. Metode pene
litian yang digunakan adalah kualitatif naturalistik, de
ngan teknik pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara, doKumentasi dan studi literatur.
Eemuan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Pengelolaan dan proses pembelajaran yang >dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan bermo
tor belum mengacu pada upaya membina sikap
berlalu-lintas bagi calon-calon pengemudi.
iii
disiplin
2. Belum semua pengelola angkutan umum memberikan pembi
naan sikap disiplin berlalu-lintas kepada para pengemudinya.
3. Sopir-sopir senior umumnya belum memberikan pembinaan
sikap disiplin berlalu-lintas kepada calon pengemudi
sehingga dampaknya terhadap para pengemudi baru
cen-
derung kurang disiplin.
4. Paktor-faktor yang berpengaruh iangsung terhadap pem
binaan sikap disiplin berlalu-lintas adalah tidak diperoiehnya materi pembelajaran mengemudi secara leng-
Kap ( meliputi aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik), sikap dan kesadaran disiplin
pengemudi
rendah, keterbatasan pendidikan masyarakat di
bidang
lalu-lintas, belum ditegakan U.U. No.14 . Tahun
1992
secara tegas, keterbatasan petugas pengawas lalu-lin
tas, kurang lengkapnya rarabu-rambu dan marka jalan.
5. Sarana dan prasarana di lembaga-lembaga kursus menge
mudi umumnya belum lengkap.
6. Pihak kepolisian (SATLANTAS) belum memberlakukan
se-
leksi yang ketat dalam pemberian SIM.
7. Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas yang
telah
dilaksanakan oleh Pengelola Bus DAMRI dan Taksi kepa
da para pengemudinya patut ditiru oleh para pengelola
angkutan lainnya.
iv
DAPTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
V
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
viii
DAPTAR ISI
xiii
DAPTAR TABEL
xviii
DAPTAR GAMBAR
xix
DAPTAR LAMPIRAN
BAB I.
xx
PENDAHULUAN
1
A. Latar Beiakang Masalah dan Dasar
Pemikiran
1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan
penelitian
BAB II.
•
12
C. Definisi Operasional
16
D. Tujuan Penelitian
25
E. Manfaat Penelitian
25
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
27
A. Konsep dan Ruang Lingkup PLS
21
1. Pendidikan Sepanjang Hayat Sebagai
Landasan Penyelenggaraan PLS .....
2£
2. Pendidikan Orang Dewasa (POD).....
36
3. Empowering Process
45
B. Pengembangan Sumber Daya Manusia ....
xiii
50
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Melalui Pendidikan
2. PengemDangan Sumber Daya Manusia
53
Melalui Perbaikan Kesehatan
59
C. Pengembangan Sumber Daya Pengemudi..
62
1. Prasyarat dan Perangkat Menjadi
Pengemudi
•
63
•
2. Proses Menjadi Pengemudi
71
3. Pengelolaan Sumber Daya Pengemudi
92
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
99
A. Metode Penelitian ,
99
B. Subjek Penelitian
C. Tahapan Kegiatan Penelitian
-10.3
105
1. Pembuatan Rancangan Penelitian ••
2. Pelaksanaan Penelitian .........
XO-5
.105
3. Pembuatan Laporan Penelitian ••••
106
D. Teknik Pengumpuian Data
••
1. Observasi
'3-Q6
.407
•
2. Wawancara
3. Dokumentasi
•
J.08
•
4. Studi Literatur
5. Trianggulasi
•
E. Pengolahan dan Analisis Data
.113.
^43
115
P. Tempat dan Penjadwalan Waktu
117
Penelitian
BAB IV.
HASH. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Lembaga Kursus
xiv
119
' 130
1. Hasil Wawancara dengan Pengelola
Kursus Mengemudi
130
2. Hasil Wawancara dengan Warga
Belajar
J-31
3. Hasil Wawancara dengan Kepala
SATLANTAS POLWILTABBS Bandung,
Kepala DLLAJR dan Kepala PKTMB ....
132
4. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Lembaga Kursus
....
134
B. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi
pada Kegiatan Magang
142
1. Hasil Wawancara dengan Permagang ..
2. Hasil Wawancara dengan Pemagang ...
3. Hasil wawancara dengan Kepala
142
143
SATLANTAS POLWILTABES Bandung dan
Kepala DLLAJR Kotamadya Bandung ...
143
4. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Kegiatan Magang
...
144
C. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi
Secara Mandiri
•
147
1. Hasil Wawancara dengan Calon
Pengemudi Mandiri
147
2. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi Secara Mandiri
148
D. Analisis Pembelajaran Calon Pengemudi
Berdasarkan Komponen-Komponen PLS ...
1. Masukan Sarana
•
149
149
2. Masukan ivientah
150
3. Masukan Lingkungan
150
xv
4. Proses
151
5. Keluaran (output)
6. Masukan lain (other input)
7. Pengaruh (impact)
151
151
153
E. Penilaian Masyarakat Terhadap
Kedisiplinan Pengemudi
153
P. Pembinaan Sikap Disiplin Berlalu-
lintas Kepada Pengemudi
167
1. Pembinaan Oleh Satuan Lalu Lintas
POLRI
168
2. Pembinaan oleh DLLAJR
3. Pembinaan oleh Pengelola Angkutan
Umum
169
170
4. Pembinaan oleh KOBANTER Baru .....
181
G. Dampak Pembinaan Kedisiplinan Berlalu
lintas Kepada Pengemudi
183
H. Paktor yang Berpengaruh pada Pembina
an Sikap Disiplin Berlalu-lintas ....
184
1. Paktor Pendidikan
184
2. Keterbatasan Pendidikan Masyarakat
di Bidang Lalu Lintas
185
3. Penegakan Undang Undang No.14
Tahun iyy2 Secara Adil dan Tegas..
4. Keterbatasan Petugas Kepolisian
dan LLAJR
186
187
5. Kurangnya Ramou-Rambu dan Marka
Jalan
158
6. Sikap Disiplin dan Kesadaran
Disiplin Pengemudi ftendah
xvi
188
H. Diskusi Hasil Penelitian
I. Temuan Hasil Penelitian
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
190
194
197
197
••• 199
DAPTAR BACAAN
2°4
LAMPIRAN
209
xvii
DAPTAR TABEL
label
Halaman
1.2. Golongan SIM, Syarat Umur dan Pindah Go
longan SIM
66
2.4. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Kursus Me
ngemudi
129
3.4. Aspek Pembelajaran Pada Kursus Mengemudi
141
4.4. Komponen-Komponen PLS Dalam Pendidikan
Mengemudi
»
xviii
152
DAPTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.2.
Diagram Empowering Process Dalam PLS ..
2.2.
Bentuk Dan Komposisi Kukusan SDM
50
Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tahun
1990
56
3.2.
Sistem Magang Dalam Mengemudi
77
4.2.
Unsur-Unsur Kegiatan Belajar Sebagai
Proses
82
5.2.
Pengelolaan Sumber Daya pengemudi
6.4.
Struktur Organisasi Lembaga kursus
Mengemudi
7.4.
...
98
126
Struktur Organisasi Lembaga Kursus
Mengemudi Yang Memiliki Cabang
xix
127
DAPTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Halaman
Susunan Kepengurusan Perhimpunan Kursus Tek-
nik Mengemudi Bandung
2
Kurikulum dan Sylabus Pendidikan
Kendaraan Bermotor
209
Mengemudi
••
212
3 Pedoman Wawancara
216
4 Poto-Poto Hasil Observasi
223
5 Surat Izin Penelitian
235
6 Riwayat Hidup
236
xx
BAB I
P E N D A H U L U A N
Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran
Peningkatan mutu sumber daya manusia yang
di-
iringi dengan usaha pemerataan memperoleh
pelayanan
pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan
Republik
Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasi-
onal. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang
tersebut
ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl
Indone
sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah
dan pendidikan luar sekoiah.
Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah
merupakan satu kesatuan sistem pendidikan
nasional
yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk
ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
me
Maha 'Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
bangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri
ke-
serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pa-
sal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah
1
meru-
pakan pendidikan yang diselenggarakan di luar seko
iah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak ha-
rus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73
tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekoiah ( Pasal 1
ayat 1 ) pendidikan luar sekoiah adalah
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekoiah baik dilembagakan maupun tidak.
Russel Kleis ( 1974 : 6 ),dalam
bukunya yang
berjudul » Nonformal Education « mengemukakah
bahwa
pendidikan luar sekoiah adalah usaha pendidikan yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis.
Pendidikan
ini berbeda dengan pendidikan tradisional
terutama
yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendi
dikan luar sekoiah dilaksanakan dengan sukarela
dan
selektif, sesuai dengan keinginan serta kebutuhan peserta didik yang ingin belajar dengan sungguh-- sung-"
guh.
Pendidikan luar sekoiah sebagai sub sistem da
ri sistem Pendidikan Nasional, mampu memberikan
luang lebih besar kepada anggota masyarakat
peuntuk
terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya.
D. Sudjana ( 1992 : 1 ) memberikan batasan PLS sebagai
berikut :
Pendidikan luar sekoiah adalah setiap usaha pela
yanan pendidikan yang dilakukan dengan -\ sengaja,
teratur dan berencana di luar sistem sekoiah,ber-
langsung sepanjang umur yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia sehingga terwujud ma
nusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu me
ningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam ke
giatan sosial dan pembangunan masyarakat. .
Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan ,
yang dimaksud dengan pendididikan luar sekoiah
dalam
penelitian ini merupakan pendidikan di luar sistem se
koiah ( di masyarakat dan lembaga ) yang tidak berjen
jang dan berkesinambungan dengan tujuan untuk mengaktualisasi potensi setiap manusia agar hidup di
dunia
ini lebih baik, lebih berguna dan lebih bermanfaat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 73 tahun 1991, tujuan pendidikan luar sekoiah a-
dalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh ,
dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya ,
guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya,
(2)
membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,.-kete-
rampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
ngembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau
•eie.^elan-
jutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan (3)
memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan sekoiah.
4
Pendidikan luar sekoiah mempunyai derajat keketa-
tan dan keseragaman yang lebih rendah dibandingkan de
ngan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan seko
iah. Pendidikan luar sekoiah memiliki bentuk dan
isi
program yang bervariasi dibandingkan dengan pendidikan
sekoiah. Tujuan program pendidikan luar sekoiah
tidak
seragam sedangkan tujuan program pendidikan sekoiah adalah seragam untuk satuan, jenis dan jenjang pendidik
an.Peserta didik ( warga belajar ) dalam program pendi
dikan luar sekoiah tidak memiliki persyaratan ketat se-
bagaimana persyaratan yang berlaku bagi siswa pendidik
an sekoiah ( D. Sudjana, 1991 : 13 )•
Pentingnya peranan PLS dalam memajukan kehidupan
masyarakat diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah(l993:
2 ) sebagai berikut :
Pendidikan luar sekoiah nadir di tengah~rtengah,;
masyarakat jauh sebelum masyarakat mengenai lem
baga pendidikan sekoiah. Pendidikan luar sekoiah
yang ada di masyarakat berjalan seiring
dengan
pembudayaan, pelatihan dan pengembangan
sumber
daya manusia melalui lembaga, organisasi dan kelompok pembentuk pribadi, alam pikiran dan pandangan moral masyarakat. Di Indonesia kegiatan kegiatan yang merupakan upaya transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, norma yang di
lakukan secara sistematik,' terarah dan memiliki
tujuan dalam
bentuk yang » indigenous" teiah
berkembang sejak dulu, seperti pewarisan pengetahu.an, keterampilan, sikap, nilai, norma, melalui pen
didikan dalam keluarga, magang, organisasi, pemuda,
dan yang lebih terlembagakan adalah kegiatan pendi
dikan di pondok pesantren.
Pendidikan luar sekoiah sebagai bagian integral da
ri sistem pendidikan nasional, memiliki fungsi yang
se-
jajar dengan pendidikan persekolahan, yaitu :mengembang-^
kan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasio nal.
Mengacu kepada Undang - Undang Republik '.Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,
terutama yang terdapat pada (1) Pasal 9 ayat 3,
satuan
pendidikan luar sekoiah meliputi keluarga, kelompok be -
lajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis, (2)
Pasal
10 ayat 3, jalur pendidikan luar sekoiah merupakan pen didikan yang diselenggarakan di luar sekoiah melalui ke
giatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang
dan
bersinambungan. Ini mengandung pengertian bahwa ciri-ci-
ri yang membedakan pendidikan luar sekoiah dengan pendi
dikan sekoiah adalah keluwesan pendidikan luar
sekoiah
berkenaan dengan waktu dan lamanya belajar, usia peserta
didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan pengajaran
dan cara penilaian hasil belajar.
,
Menurut D. Sudjana ( 1991 : 44-51 ) pendidikan
luar
sekoiah,sebagai subsistem pendidikan nasional mencakup berbagai pendidikan lainnya sepanjang pendidikan
tersebut diselenggarakan di luar subsistem
sekoiah.
Jenis-jenis pendidikan tersebut diantaranya
ialah
Pendidikan Massa, Pendidikan Orang Dewasa, dan
Pen
didikan Perluasan.
Pendidikan Massa ( Mass Education ) adalah kesempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat
luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat
agar
warganya memiliki kecakapan membaca, menulis, berhi-
tung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upa
ya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya
sebagai
warga masyarakat dan sebagai warga negara.Dalam per-
kembangan lebih lanjut, pendidikan massa •menjangkau
pula kegiatan-kegiatan latihan bagi para
pemimpin
masyarakat yang secara sukarela menyelenggarakan dan
mengadakan pendidikan massa, dan meliputi pula
pe-
nyebaran informasi untuk menumbuhkan keyakinan
ma
syarakat terhadap usaha-usaha sosial yang perlu
di-
lakuKan secara dinamis.
Pendidikan orang dewasa ( Adult Education)adalah jenis pendidikan,yang disajikan untuk ; memoela-
jarkan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa merupa-
kan seluruh proses pendidikan yang terorganisasi di
luar sekoiah dengan berbagai bahan belajar, tingkat-
an, dan metoda, baik bersifat resmi maupun tidak,meliputi upaya keianjutan atau perDaikan
pendidikan
yang diperoleh dari sekoiah, akademi, universitas,atau magang. Pendidikan tersebut diperuntukan
bagi
orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya,a-
gar mereka dapat mengembangkan kemampuan:, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik keterampilan dan profesi yang teiah dimilikinya, memper
oleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan peri-
lakunya. Tujuannya adalah agar orang-orang
dewasa
mengembangkan pribadinya secara optimal dan berpar tisifasi secara seimbang dalam kehidupan sosial,eko-
nomi dan budaya yang terus berkembang. Sesuai dengan
deiinisi di atas, pendidikan orang dewasa !• memiliki
berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan
berke-
lanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer ,
pendidikan kader dan pendidikan kehidupan keluarga.
Pendidikan perluasan (Extension Education)adalah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya,
ke luar peserta didik di perguruan tinggi, yaitu ke
pada masyarakat. Misalnya penyuluhan pertanian.
8
Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan luar seko
iah di atas, penulis dalam penelitian ini mengungkapkan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas pengemudi
kendaraan bermotor sebagai kajian dari pendidikan lu
ar sekoiah, yaitu jenis pendidikan orang dewasa.
Se-
dangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.73
Tahun
1991 ( Bab III Pasal 3, ayat 2 dan 4 )termasuk
jenis
pendidikan umum dan pendidikan jabatan kerja.
(2) Pendidikan umum merupakan pendidikan
yang
mengutamakan perluasan dan peningkatan keterarapilan dan sikap warga belajar dalam bidang tertentu.
(4) Pendidikan jabatan kerja merupakan
pendi
dikan yang berusaha meningkatkan pengetahuan
kemampuan dan sikap warga belajar untuk me
menuhi persyaratan peKerjaan tertentu
pada
satuan Kerja yang bersangkutan.
Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas
diterapkan pada saat warga belajar mengikuti
bisa
pendi
dikan mengemudi ( pada kursus dan magang ) atau setelah mereka menjadi pengemudi. Pelaksanaan dalam
pen
didikan ini sangat penting untuk menanggulangi perma
salahan lalu-llntas yang dewasa ini terjadi di
kota-
kota besar, khususnya Kotamadya Bandung. Permasalahan
lalu-lintas itu berupa pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu-lintas.
9
Menurut data POLRI, di Indonesia pada tahun 1994 ter
dapat 11.004 orang tewas di jalanan. Jumlah itu terus
meningkat menjadi 11.019 orang pada tahun 1995 ( sam
pai minggu ketiga Desember ). Data itu belum termasuk
korban yang luka berat sehingga cacat
seumur
hidup
( Tajuk Rencana : Tak Nyaman Lagi di Jalan,Harian
U-
mum Pikiran Rakyat, Selasa 9 April 1996 ). Dalam dasa
warsa terakhir ini di Indonesia diperkirakan '
lebih
dari 100.000 orang tewas di jalan raya dengan kerugi-
an harta benda lebih dari 100 milyar rupiah (
Tabah,
1991 : 304 ).
Menurut data dari Polisi Daerah Jawa Barat,ter-
catat selama tahun 1992 akibat kecelakaan lalu-lintas
1.628 orang meninggal dunia dengan kerugian materi di
perkirakan Rp. 1.508.372.000,- sedangkan pada
tahun
1993 di Provinsi Jawa Barat akibat kecelakaan
lalu-
lintas mengalami peningkatan menjadi 1.773 orang
me
ninggal dunia dengan kerugian materi diperkirakan Rp.
1.913.981.000,- ( Eddi Sopandi, 1994 : 4 ).
Apabila diinventarisasi faktor penyeoab masalah
lalu-lintas ( pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan
lalu-lintas ) ada empat, meliputi (1) Paktor manusia
sebagai pemakai jalan, seperti pengemudi, pejalan ka-
10
ki, penumpang angkutan umum dan penumpang
mobil pri-
badi yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas,
(2)
Paktor kendaraan, seperti kuantitas dan kualitas ken-
daraan, kelengkapan flsik kendaraan, serta kelengkapan surat-surat kendaraan, (3) Paktor jalan/lingkungan
seperti ruas dan badan jalan, jembatan,
saluran air,
tempat pejalan kaki, pinggiran jalan, tepi jalan, se-
lokan jalan, lereng jalan dan rambu-rambu jalan,
(4) Faktor pengaturan lalu-lintas, jraitu
antara petugas yang terkait seperti
dan
koordinaei
Polisi,
DLLAJR,
POM ABRI, Departemen Pekerjaan Umum, petugas
parkir,
teknik lalu-lintas, pendidikan lalu-lintas serta
pe-
negakan hukum dan Undang-Undang Lalu-Lintas.
Dari ke empat faktor penyebab timbulnya masalah
lalu-lintas tersebut di atas, manusia merupakan
pe
nyebab atama (human error). Menurut PT Jasa Marga(lNDOSIAR, 6 April 1996) penyebab terjadinya
kecelakaan
lalu-lintas di jalan Tol 69 % disebabkan oleh manusia
dan 31 %disebabkan oleh kendaraan dan lingkungan.Me
nurut Polisi Daerah Jawa Barat, pelanggaran lalu-lin
tas di Jawa Barat dilakukan oleh soplr kendaraan umum
(54,72 %), sopir perusahaan/lembaga (19,15 %),
sopir
pribadi (13,67 %), pelajar/mahasiswa (4,32 %),
ABRI
(1,58 %) dan Iain-lain 6,56 %{ Eddi Sopandi,1994: 80)
11
Menurut Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumarsono,SH
( Direktur Lalu-Lintas POLRI ) pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan oleh para sopir, disebabkan para sopir
itu tidak menjiwai tugas
sebagai sopir, mereka asal
kerja sehingga tidak disiplin dalam berlalu-lintas(Per
bincangan lalu lintas di ANTEVE, 29 Januari 1996
jam
22.30 - 23.00 ).
Demikian pula halnya dengan keadaan di
Kotamad
ya Bandung, nampaknya permasalahan lalu lintas
pada
tahun-tahun terakhlr ini dapat dirasakan Iangsung oleh
para pemakai Jalan dan bisa disaksikan Iangsung di lapangan. Permasalahan lalu lintas di kotamadya Bandung
ini umumnya berupa pelanggaran lalu lintas yang nenia-
bulkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan data dari Kantor Polisi Wiiayah Kota
Besar Bandung, banyaknya kasus pelanggaran lalu-lintas
pada
tiga . tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tahun 1993 terjadi 35.142 kasus pelanggaran,tahun
1994 terjadi 30.270 kasus pelanggaran, dan tahun
1995 terjadi 37.356 kasus pelanggaran lalu-lintas
( POLWILTABES Bandung, 1996 : 38 )
Tingkat pendidikan pelaku pelanggaran lalu-lintas
pada tahun 1995 tercatat SD ( 5,02 %), SLTP (28,21 %)
12
SLTA ( 56,53 %), dan Perguruan Tinggi ( 10,24 %).Profesi pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995 diketahui terdiri dari Pegawai Negeri ( 5,49 %)t
pegawai
swasta ( 31,73 %), mahasiswa ( 7,01 %), pelajar (12,
37 %), sopir ( 5,56 %), sopir umum ( 32,57 %), pedagang ( 3,27 %), dan Iain-lain ( 2,20 %). Selanjutnya
pelaku pelanggaran lalu-lintas yang ditilang berdasar kan golongan SIM pada tahun 1995 terdiri dari SIM A(16,
25 %), SIM A Umum ( 23,19 %), SIM B 1 ( 6,26 %), SIM
B 1 Umum ( 17,79 %), SIM B 2 ( 0,99 %), SIM B 2 Umum
( 3,82 %), SIM C ( 24,15 %), dan tidak memiliki
SIM
sebesar 7,55 %( POLWILTABES Bandung, 1996 : 40 - 41 ).
Kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Kotamadya
Bandung selama tahun 1995 tercatat 466 kejadian dengan
korban meninggal dunia 97 orang, luka berat 88 orang,lu
ka ringan 121 orang dan kerugian materi ditaksir seki -
tar Rp. 533.540.000,- ( POLWILTABES Bandung, 1996 : 32)
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ma-
ka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih
adanya kesenjangan antara figur pengemudi yang ada
dalam kenyataan dewasa ini dengan figur pengemudi i^
deal yang diharapkan oleh masyarakat. Para pengemudi
dewasa ini cenderung memiliki sikap mental tidak ta-
13
at pada peraturan lalu-lintas, tidak sopan dalam
berlalu-lintas, dan rendahnya kesadaran pengemudi
seoagai pelayan masyarakat.
Sedangkan pengemudi ideal adalah •pengemudi
yang menjadi dambaan masyarakat. la memiliki dedikasi yang tinggi terhadap aktifitas mengemudi
sebagai profesinya. Pengemudi ideal ini memenuhi
persyaratan dari aspek-aspek kognitif,afektif dan
psikomotorik.
Aspek-aspek kognitif yang perlu dimiliki oleh seorang pengemudi adalah (1) memiliki •penge-
tahuan yang luas tentang peraturan lalu - lintas,
undang-undang lalu-lintas, jenis kendaraan, ukuran kendaraan, muatan, kualitas kendaraan,
kelas
jalan, dan persyaratan pengemudi, (2)memiliki pengetahuan tentang letak dan lokasi jalan atau me-
nguasai peta mental, (3) memiliki pengetahuan tata cara pergaulan dan kehidupan masyarakat.
Aspek-aspek afektif yang perlu dimiliki
o-
leh seorang pengemudi adalah (1) selalu patuh dan
taat pada peraturan lalu-lintas baik pada
waktu
ada petugas pengawas maupun tidak ada petugas pe-
14
ngawas lalu-lintas serta melaksanakannya dalam ke
hidupan nyata, (2) memiliki sikap sopan santun da
lam berlalu-lintas di jalan,tidak mementingkan di
rinya sendiri dalam mengendarai kendaraan,
selalu
memberikan kesempatan kepada pemakai jalan
lain
yang memerlukan, seperti : barisan ABRI, rombongan
anak sekoiah, pemadam kebakaran, ambulans, kenda raan yang mengangkut orang sakit atau ,. "kecelakaan
lalu-lintas dan kendaraan jenazah, (3) selalu men-
jaga hak dan kewajibannya sebagai pengemudi,(4)memelihara dan menjaga kendaraannya dengan baik ser
ta menyimpan kendaraannya selalu pada tempat
yang
aman, (5) tindakan dan perbuatannya dalam mengemu
di selalu ditujukan untuk keselamatan dirinya
orang-orang pada umumnya, (6) bagi pengemudi
dan
ang
kutan umum selalu menjaga keselamatan diri, kenda
raan, dan penumpang yang dibawanya baik manusia a-
tau barang, (7) dalam berbicara atau bertegur sapa
dengan orang lain seperti petugas, sesama pengemu
di, penumpang dan seDagainya selalu
-/menggunakan
kata-kata yang sopan dan pantas, (8) pandai bergaul dan berkomunikasi dengan masyarakat umum,
khu
susnya dengan penumpang, (9) memperhatikan dan me-
15
matuhi waktu istirahat dan bekerja, agar
terjaga
keselamatan diri, kendaraan serta penumpang
yang
dibawanya. Bagi pengemudi angkutan umum antar kota
perlu memberikan kesempatan kepada penumpang untuk
ke WC, sembahyang, makan, minum dan istirahat.
Aspek-aspek psikomotorik yang perlu dimiliki
oleh pengemudi adalah (1) memiliki dan .. menguasai
keterampilan mengemudikan kendaraan yang dibawanya
baik siang hari maupun malam hari, cuaca cerah
tau hujan (2) memiliki keterampilan untuk
baiki dan menanggulangi kendaraan yang
apabila mogok di jalan atau mengalami
a-
member-
dibawanya
kerusakan,
(3) memiliki keterampilan dalam pertolongan perta-
ma pada kecelakaan ( PPPK ) sehingga untuk
semen-
tara waktu ia dapat memberikan pertolongan
pada
dirinya, pemakai jalan dan penumpang yang mengala
mi kecelakaan..
Dalam tesis ini yang akan diteliti sebagai me
dia pembina kedisiplinan para pengemudi adalah :
a. Lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan
ber-
motor di Kotamadya Bandung.
b. Pengelola angkutan umum, yaitu Bus DAMRI, Taksi,
dan Angkutan Kota.
c. Para pengemudi/sopir senior yang memiliki kernet
( calon pengemudi ).
16
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,yang men
jadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah pengelolaan dan proses pembelajaran
PLS
pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor
di Kotamadya Bandung sudah mengacu kepada upaya
membina sikap disiplin berlalu-lintas
terhadap
calon pengemudi'?
bi Apakah pengelola angkutan umum sudah memberikan
pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas
kepada
para pengemudinya ?
c. Apakah sopir-sopir senior sudah memberikan pem
binaan sikap disiplin berlalu-lintas pada calon
pengemudi dan bagaimana dampak terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru ?
d. Paktor-faktor apa yang berpengaruh pada
pembi-
naan sikap disiplin berlalu-lintas.
C. Dffifinisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam
menaf-
sirkan judul tesis ini, penulis merasa perlu
untuk
menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam
pene
litian.
17
1. Pengelolaan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (BaduduZain, 1994 : 650 ) pengelolaan memiliki arti pengurusan, penyelenggaraan atau manajemen. Pengertian
manajemen menurut Donnely, Gibson dan
Ivancevich
(1987 : 5) adalah sebagai berikut :
Management is the process undertaken by
one
or more individuals to coordinate the "aclrivities of others to achieve results • nvrt''* a-
chievable by one individual acting alone.And
the process of management should be studied
by anyone planning to become a successful ma
nager.
artinya, manajemen adalah proses berusaha yang di
lakukan oleh seseorang atau banyak \: orang
untuk
mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai ha
sil, dimana kegiatan tersebut tidak dapat ,(dilaku
kan oleh seorang individu secara sendirian.Dan pro
ses manajemen akan dimulai dari seseorang mempelajari perencanaan sampai ia menjadi manajer
yang
berhasil.
Sedangkan menurut D. Sudjana ( 1992:11)
pe
ngelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan
ke
terampilan khusus untuk melakukan suatu
kegiatan
bersama orang lain atau melalui orang lain
dalam
mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya D. Sudjana
( 1992 : 12 ) berKesimpulan ;
18
Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam
mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia
sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan or
ganisasi yang teiah ditetapkan secara efisien
dan efektif.
Dari beberapa pengertian di atas penulis berke-
simpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan dalam
penelitian ini adalah proses berusaha yang dilakukan
oleh sejumlah orang secara terpadu dengan mendayagu
nakan sumber daya manusia dan sumber daya non manusia
dalam mencapai tujuan yang teiah ditetapkan.
2. Pembelajaran
Menurut D. Sudjana ( 1993 : 5 ), pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik
dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar
terjadi kegiatan belajar raembelajarkan. Di dalam ke
giatan pembelajaran akan terjadi interaksi aktif antara dua pihak, yaitu warga belajar dan sumber bela
jar. Warga belajar melakukan kegiatan belajar
sumber belajar berperan untuk membantu agar
dan
warga
belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif.
Dalam pembelajaran ini aktifitasnya ditekankan
pada warga. belajar yang melibatkan diri sepenuh ke
mampuan untuk belajar dan bukan mengutamakan kegiat
an mengajar yang didominasi oleh sumber belajar.
19
3. Pendidikan Luar Sekoiah ( PLS )
Menurut The South East Asian Ministry of Edu
cation Organization ( SEAMEO, 1971 ),pendidikan lu
ar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam ar-
ti luas yang di .dalamnya terdapat komunikasi
yang
teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah
sehingga seseorang atau kelompok memperoleh infor masi mengenai pengetahuan, latihan dan
bimbingan
sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya
( D. Sudjana, 1993 : 43 ).
Pengertian pendidikan luar sekoiah yang
lain
dikemukakan oleh Philip Coombs ( 1973 : 11 ) seba gai berikut :
Non formal education : any organized .eaucati-*
onal activity outside the established
formal
system - whether operating separately or as an
important feature of some
broader :^aetivitythat is intended to serve identifiable
lear
ning clienteles ana learning oojectives.
artinya pendidikan luar sekoiah (pendidikan non for
mal) adalah setiap kegiatan yang terorganisasi
dan
sistematis, di luar sistem persekolahan, yang aisediakan untuk melayani bentuk-bentuk belajar bagi pe
serta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpul -
kan, bahwa pendidikan luar seKolah bukan hanya meru-
20
pakan kegiatan proses belajar mengajar, akan tetapi
lebih luas daripada itu, di dalamnya terdapat komu-
nikasi yang teratur aan terarah oaik secara individu maupun kelompok mengenai ini'ormasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan. potensi setiap orang
baik
anak-anak maupun orang dewasa agar mereka mampu me
ningkatkan tarap kehidupannya. Disamping itu pendi
dikan luar sekoiah ini aapat melayani oentuk-bentuk
belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
dengan
sembarang dasar pendidikan, berkenaan dengan hampir
segala jenis ilmu yang hendak dituntut, dapat menganaalkan aneka ragam sponsor dan sumber dana
atau
dukungan, dan dapat diadakan dengan aneka corak dan
bentuk, menggunakan aneka ragam tenaga pengajar dan
metode pengajaran, dapat diselenggarakan pada
sem
barang waktu dan tempat, dengan kata lain PLS dapat
diselenggarakan secara pragmatis.
4. Pembinaan
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya meme-
lihara dan membawa sesuatu keadaan yang
seharusnya
terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya.Di
dalam manajemen pendidikan-'luar sekoiah,
pembinaan
dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau
program
21
yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari ren-
cana ( V. Sudjana, 1992 : 157 ).
-Dalam penelitian ini, pembinaan dimaksudkan,
setiap upaya yang dilakukan oleh pengelola/ sumber
belajar atau permagang dalam kegiatan pembelajaran
PLS kepada calon pengemudi atau warga belajar.
Bentuk dari pembinaan itu dapat
menggunakan
pendekatan Iangsung dan tidak Iangsung. Pendekatan
Iangsung terjadi apabila pihak pembina ( pengelola
atau sumber belajar ) bertatap muka.dengan
warga
belajar melalui kegiatan ceramah, penataran,rapat,
diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Sedangkan pen
dekatan tidak Iangsung dapat dilakukan melalui pe-
tunjuk tertulis atau perjanjian kerja.
5. Sikap
—
Pengertian sikap menurut Krech, Crutchfield,
dan Ballachey (1962: 139) adalah sebagai berikut :
...attitudes-enduring systems of positive or
negative evaluations, emosional feeling and
pro or contra action tendencies with respect
to social objects.
artinya, sikap yaitu sistem yang menetap dari penilaian-penilaian positif atau negatif,perasaan- pe-
22
rasaan emosional dan kecenderungan- kecenderungan
untuk mengadakan tindakan pro atau kontra terha dap obyek-obyek sosial.
Menurut Zimbardo dan Ebbesen ( dalam Abu Ahmadi, 1990 : 163 ) :
Sikap adalah suatu predisposisi ( keadaan mudah terpengaruh ) terhadap seseorang,ide atau
obyek yang ber isi komponen-komponen cogniti
ve, affective dan behavior.
sedangkan menurut Gerungan ( 1988 : 137 ) attitude
merupakan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat
merupakan sikap pandangan atau perasaan,tetapi si
kap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk ber-
tindak sesuai dengan sikap terhadap ooyek tadi itu.
Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan walaupun adanya perbedaan dalam mende -
finisikan sikap namun ada beberapa ciri yang sama
yaitu para akhli setuju bahwa sikap merupakan pre
disposisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku,si
kap ini dapat dipelajari dan dapat dihayati,
se
hingga bisa menjadi permanen dalam hati dan pikiran seseorang. karena itu baik buruknya sikap sese-
orang terhadap obyek sosial tertentu tergantung pa-
23
da dua faktor, yaitu (1) faktor intern yang terda pat dalam pribadi manusia, mempengaruhi
seseorang
untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh
dari
luar dirinya; (2) faktor ekstern yaitu faktor
yang
berasal dari luar pribadi manusia, dapat mempenga ruhi seseorang melalui interaksi manusia dalam ma -
syarakat.
Demikian pula dengan sikap seseorang atau ba
nyak orang terhadap disiplin berlalu-lintas
dapat
ditanamkan sedini mungkin melalui proses pembelajar
an sehingga menjadi sikap permanen yang positif.Ka-
rena itu bila seorang pengemudi memiliki sikap yang
positif terhadap disiplin berlalu-lintas maka ia a-
kan menjadi pengemudi ideal yang selalu mematuhi a-
turan lalu-lintas, tetapi sebaliknya bila
seorang
pengemudi memiliki sikap yang negatif terhadap
di
siplin berlalu-lintas maka ia akan melanggar terha
dap peraturan lalu lintas.
5. Disiplin
Menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1985 :254)disiplin dapat diartikan ketaatan pada aturan dan ta
ta tertib, atau latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata
tertib.
24
Dalam penelitian inipun yang dimaksud dengan disip-
'lin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib ya
itu pada peraturan lalu lintas.
6. Lalu Lintas
Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkut
an Jalan 1992 ( Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 )
yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerak ken -
daraan, orang dan hewan di jalan. Sedangkan menurut
Djajapermana ( 1980 : 1 ) lalu lintas adalah gerak
pindah manusia baik dengan alat penggerak
maupun
tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat la
in.
Dalam penelitian ini pengertian lalu - lintas
dibatasi pada gerak kendaraan bermotor roda empat
yang dikemudikan oleh sopir, baik kendaraan pribadi/
preman maupun kendaraan angkutan umum ( angkutan ma
nusia dan barang ).
i>ari penjelasan istilah-istilah yang dipakai
dalam tesis ini akhirnya penulis menyimpulkan ruang
lingkup penelitian adalah membahas dan mengkaji pe
nyelenggaraan program PLS yang berupa kursus-kursus
mengemudi dan kegiatan magang calon pengemudi ken daraan bermotor di Kotamadya Bandung dalam membina
sikap disiplin atau taat pada peraturan lalu lintas.
25
D. Tujuan Penelitian
Dengan berpijak pada rumusan masalah dan
per
tanyaan penelitian yang teiah dikemukakan sebelumnya
penulis menetapkan tujuan sebagai berikut :
1. Ingin Mengidentifikasi kondisi yang berkenaan de
ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada
kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Ko
tamadya Bandung.
2. Ingin mengidentifikasi kondisi pengelolaan angkut
an umum dalam fmembina
sikap disiplin '. berlalu-
lintas kepada para pengemudinya.
3» Untuk memahami proses pembelajaran magang
dalam
kegiatan. mengemudi dan dampaknya terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru*
4. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor
yang
berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu
lintas.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi iembaga-lembaga penyelenggara kursus
menge
mudi kendaraan, hasil penelitian ini sebagai .ma
sukan untuk memperbaiki,restrukturisasi,dan mengevaluasi program pendidikan yang teiah dilaksana-
26
kan selama ini.
2. Untuk lembaga pendidikan tinggi, khususnya
pro
gram pendidikan luar sekoiah, penelitian ini da
pat menghasilkan konsep pemberdayaan sumber daya
manusia pengemudi.
3. Bagi sumber belajar, hasil penelitian ini
dapat
dipakai dalam melengkapi proses pembelajaran ke
pada calon pengemudi (warga belajar)
terutama
yang berkenaan dengan pembinaan mental psikologi
berlalu-lintas.
4. Untuk para pengemudi hasil penelitian ini
ber-
manfaat dalam mengevaluasi diri dari hasil bela
jar dan pengalaman sehari-hari.
5. Bagi instansi yang berwenang memberikan izin
saha dan izin penyelenggaraan kepada
- lemoaga-
lembaga kursus mengemudi kendaraan, hasil
litian ini dapat dijadikan salah satu acuan
lam memberikan izin tadi.
u-
pene
da
BAB III
PROSEDUH. PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif na-
turalistik yang berupaya untuk melacak dan mendeskripsi data sebagaimana yang terjadi di lapangan secara a-
lami. Menurut S. Nasution ( 1992 : 5 ) penelitian kua
litatif pada hakekatnya mengamati orang
dalam
kungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
ling
berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
se-
kitarnya. Untuk itu peneliti
dan
berada
di
turun
ke
lapangan
3ana dalam waktu yang cukup lama.Apa yang
dilakukan oleh peneliti kualitatif naturalistik banyak
persamaannya dengan detektif atau mata-mata,penjelajah
atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan untuk
mem-
peiajari manusia
data
tertentu dengan mengumpuikan
yang banyak.
Penelitian kualitatif naturalistik bukan dituju
kan untuk mencari kebenaran secara mutlak, akan tetapi
mencari kebenaran berdasarkan pandangan berbagai pihak
yaitu pandangan dirinya sebagai peneliti,pandangan da
ri responden serta pandangan dari orang lain.Pandangan
pandangan tersebut tidak selalu bersifat subjektif
a-
tau relatiyistik melainKan bisa juga objektif, sehing99
100
ga tercapai konsensus di antara pandangan - pandangan
itu
yang menghasilkan kebenaran objektif. "Kebenaran"
menurut penelitian kualitatif naturalistik
bergantung
pada dunia realitas empirik dan konsensus dalam
masya
rakat ilmuwan ( S. Nasution, 1992 : 6 ).
Ciri-ciri penelitian kualitatif naturalistik
me
nurut S. Nasution ( 1992 : 9 - 12 ) adalah sebagai beri
kut : (1) sumber data ialah situasi yang wajar atau "na
tural setting", data dikumpuikan berdasarkan . observasi
situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja; (2) peneliti sebagai instrumen pene -
litian atau alat penelitian utama; (3) sangat deskriptif
diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak
dan
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian; (4)
memen-
tingkan proses maupun produk, juga memperhatikan
bagai-
mana perkembangan terjadinya sesuatu; (5) mencari
makna
di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat
me-
mahami situasi atau permasalahan; (6) mengutamakan
data
Iangsung dari lapangan dengan cara observasi atau wawan
cara; (7) trianggulasi, yaitu membandingkan
inforpasi
tentang hal yang sama, yang diperoleh dari berbagai
hak,agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan
(8) menonjolkan rincian kontekstual, yaitu
pi
data;
mengumpulkan
101
dan mencatat data secara mendetail; (9) subjek
yang
diteliti dipandang berkeduduKannya sama dengan peneli
ti, jadi tidak sebagai objek yang lebih rendah
dukannya; (10) mengutamakan perspektii emic,
kedu
artinya
mementingKan pandangan responden; (11) verifikasi, ya
itu mencari kasus-kasus yang berbeda dengan apa
yang
teiah ditemukan untuk memperoleh hal yang lebih diper-
caya; (12) menggunakan «! audit trail " ( melacak ) apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang
di-
kumpulkan; (13) sampling purpostf yang dipilih menurut
tujuan penelitian dan biasanya hanya sedikit; (14)partisipasi tanpa mengganggu, untuk memperoleh data
situasi yang alamiah; (15) mengadakan analisis
dan
sejak
awal penelitian dan selanjutnya sepanjang masa peneli
tian; (16) disain penelitian tampil dalam proses pene
litian.
Penggunaan metode kualitatif naturalistik
penelitian didasarkan pada keinginan untuk
dalam
memperoleh
gamoaran realitas yang holistik paua pengelolaan pem -
belajaran PLS dalam mengemudi kendaraan bermotor,
hingga diharapkan akan mendapat
pemahaman dan
se
makna
( verstehen ) dari kegiatan tersebut, dalam situasi wa
jar tanpa dibuat-buat.
Dalam penelitian kualitatif naturalistik, pene-
102
liti bertindak sebagai instrumen utama (
key
instru
ment ) untuk melacak, menseleksi, dan meratifikasi da
ta yang diperoleh dari lapangan. Karena bertindak
bagai instrumen utama, maka peneliti terjun
se
Iangsung
ke lapangan mengadakan observasi, pengamatan dan
wa
wancara dengan responden ( sumber informasi dan infor
mal! )•
Mekanisme kerja yang dilakukan penulis dalam pe
nelitian kualitatif naturalistik ini meliputi :
1. Mengidentifikasi pengelolaan sumber daya pengemudi
yang terjadi di masyarakat, mulai dari calon penge
mudi sampai menjadi pengemudi yang mandiri.
2. Mengidentifikasi program dan proses
pembelajaran
PLS dalam mendidik calon pengemudi.
3. Menyelami pikiran, perasaan dan harapan
responden
dalam upaya pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas
4. Dapat menganalisis keunggulan serta kelemahan
ngelolaan, program dan pembelajaran pendidikan
pe
me
ngemudi dewasa ini dikaitkan dengan upaya pembinaan
sikap disiplin dalam berlalu-lintas.
5. Membandingkan sifat-sifat pengemudi yang ada di la
pangan dengan persyaratan pengemudi ideal.
6. Menyusun program pembelajaran PLS bagi calon penge-
103
mudi.
Dasar pertimbangan penulis menggunakan metode-
penelitian kualitatif naturalistik ini adalah :
1. Ruang lingkup objek penelitian merupakan manusia
yang memiliki sikap, perilaku, pikiran dan
kei-
nginan yang selalu berubah-ubah secara cepat se
suai dengan kondisi perkembangan zaman.
2. Pembinaan sikap disiplin dalam berlalu -
lintas
bukan merupakan program pembelajaran yang
dapat
berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi pula oleh
latar belakang kepribadian, pendidikan dan kehi
dupan sosial-ekonomi calon pengemudi.
3. Kecocokan dengan masalah dan tujuan penelitian.
B. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini
adalah
orang-orang sumber informasi dan pemberi informasi
yang berkaitan dengan kegiatan serta kedisipilinan
para pengemudi kendaraan bermotor, yang
dari
terdiri
:
1. Sumber Belajar, yaitu :
a. Tiga orang pimpinan kursus mengemudi dari Pe-
lita Massa ( Persyaratan .- mengemudi
lengkap ), Umum (persyaratan mengemudi
cukup
ku-
104
rang lengkap), dan Santosa (persyaratan mengemu
di tidak lengkap).
b. Tiga orang pimpinan perusahaan angkutan umum,ya
itu dari Perusahaan Umum DAMRI, Taksi 4848,
dan
Angkutan Kota.
c. Pimpinan Perhimpunan Kursus Teknik Mengemudi Ban
dung
(PKTMB).
d. Pimpinan Koperasi Bandung Tertib Baru ( KOBANTER
Baru ).
e. Pembina kedisiplinan para pengemudi, yaitu Kepa
la Satuan Lalu Lintas Polisi Wilayah Kota
Bandung dan Kepala Dinas Lalu-Lintas
Besar
Angkutan
Jalan Raya ( DLLAJR ) Kotamadya Bandung.
2. Warga Belajar, yaitu :
a. Lima orang pengemudi kendaraan bermotor roda em-
pat, dari jenis kendaraan pribadi/preman, angkut
an kota ( ANGKOT ), taksi, bus DAMRI dan truk.
b. Lima orang calon pengemudi, yang terdiri
tiga orang dari lembaga kursus mengemudi,
dari:
satu
orang dari magang ( kernet ), dan satu orang lagi dari belajar mandiri.
5* Pengguna Jasa Pengemudi, yaitu :
104
105
Smpat orang masyarakat pemakai jasa pengemudi da
ri jenis kendaraan truk, bus,.Taksi dan ANGKOT.
C. Tahapan iiegiatan Penelitian
Tahap-tahap kegiatan penelitian ini adalah
se
bagai berikut :
1. Pembuatan Rancangan Penelitian
Pada tahap ini penulis menyusun disain pene
litian berdasarkan hasil studi pendahuluan
dari
permasalahan yang ditemukan di lapangan. Selanjut
nya untuk mendapatkan masukan dalam menmjau
per
masalahan itu penulis mengikuti seminar pra disain
penelitian dan mendapatkan bimbingan serta
penga-
rahan yang intensif dari tim dosen penilai,sehing
ga permasalahan yang akan diteliti disetujui.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan -
kegiatan yang meliputi : penyusunan
instrumen pe
nelitian, pengumpulan data, pengolahan dan anali
sis data, membuat kesimpulan hasil temuan peneli
tian, dan membuat rekomendasi.
106
Dalam penelitian kualitatif naturalistik ,
yang terpenting peneliti sendiri berperan seoa -
gai instrumen utama ( Key instrument ) yang ter
jun Iangsung ke lapangan. Sedangkan pedoman
wancara yang dibuat olen penulis hanya
wa
memuat
pertanyaan-pertanyaan pokok untuk menjaring data
lapangan yang diperlukan.
3. Pembuatan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan puncak kegiatan pene -
litian yang dilakukan setelah penelitian lapang
an berakhir, sekalipun laporan ini teiah dimulai
sejak proses penelitian berlangsung.
laporan penelitian mi berdasarkan
Penulisan
sistimatika
penulisan tesis yang diberlakukan pada
Program
Pasca Sarjana ikip Bandung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggu
nakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi,trianggulasi dan studi literatur. Masing-masing teknik
pengumpulan data tersebut akan dijelaskan
ini.
berikut
107
1.
Observasi
Observasi adalah suatu teknik
pengumpulan
data dengan cara peneliti mengadakan
pengamatan
secara Iangsung terhadap subjek-subjek yang diteliti. Teknik observasi ini dimaksudkan untuk
me-
ngetahui situasi dan keadaan objek penelitian.
Subjek dan objek yang diamati penulis dalam
penelitian ini adalah proses kegiatan pembelajar
an mengemudi pada kursus-kursus mengemudi, proses
kegiatan mengemudi untuk mendapatkan Surat
mengemudi dan kegiatan pengemudi dalam
izin
berlalu-
lintas.
Observasi yang dilakukan adalah partisipa -
tif, yaitu penulis secara Iangsung menjadi warga
belajar pada kegiatan kursus mengemudi dan menja
di masyarakat pemakai jasa pengemudi dalam mengamati kegiatan pengemudi berlalu-lintas.
Menurut S. Nasution ( 1992 : 59 - 60 ) man
faat observasi adalah (1) peneliti lebih mampu me-
mahami konteks data dalam keseluruhan situasi,(2)
pengalaman Iangsung memungkinkan peneliti
menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan
untuk
in-
duktif memungkinkan peneliti melakukan penemuan,
108
(3) peneliti dapat melihat hal-hal yang tidak diamati orang lain, khususnya orang-orang yang ber
ada dalam lingkungan itu, (4) peneliti dapat
me-
nemukan hal-hal yang tidak terungkapkan dalam wa
wancara karena bersifat sensitir atau
merugikan
nama lembaga, (5) peneliti dapat menemukan
hal-
hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti
memperoleh gambaran yang lebih konfrehensif,
dan
(6) di lapangan peneliti memperoleh kesan - kesan
pribadi dalam merasakan suasana situasi sosial.
Peralatan khusus yang digunakan oleh penulis
dalam observasi ini disamping alat tulis menulis,
ialah kamera foto.
2.
Wawancara
Teknik wawancara ini digunakan untuk menca
ri informasi primer dari responden. Wawancara
a-
tau interview merupakan bentuk komunikasi
verbal
sebagai alat untuk mengungkapkan apa yang
.dipi-
kirkan dan diinginkan oleh orang tentang berbagai
aspek kehidupan. Melalui wawancara yang mendalam,
kita dapat memasuki alam pikiran orang lain.
Wawancara ini
dilakukan oleh penulis ter -
hadap responden secara terbuka dengan menggunakan
109
alat tape recorder.
Tujuan wawancara ini adalah ingin mengidenti
fikasi kondisi dan permasalahan yang berkaitan
ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS
de
dalam
mendidik calon pengemudi dan para pengemudi.
Subjek-subjek yang akan diwawancara terdiri
dari
:
a. Pengelola Kursus Mengemudi
Wawancara dilakukan pada kantor kursus me
ngemudi yang bersangkutan pada jam-jam kerja de
ngan pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama
kur
sus, izin penyelenggaraan, jumlah kendaraan yang
dimiliki, jumlah pengemudi instruktur, kantor/ru
ang tunggu/ ruang kelas/kepustakaan, tujuan
pe-
ngelolaan kursus, materi pembelajaran yang dibe
rikan kepada calon pengemudi, proses pembelajar
an, dan kaitan antara pengelolaan dan proses pem
belajaran dengan pembinaan disiplin berlalu-lin
tas.
D* Pengelola / Pemilik / Pengurus Angkutan Umum
Wawancara dilakukan di kantor / rumah ma
sing-masing pengelola pada jam-jam kerja dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama pengelola
perusahaan, izin perusahaan, jumlah kendaraan ,
110
jumlah personil, kedisiplinan pengemudi, usaha
membina sikap disiplin terhadap pengemudi, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pada pembinaan
sikap disiplin berlalu-lintas.
c. Pengemudi Kendaraan Bermotor
Wawancara dengan para pengemudi mi dila
kukan di rumah, tempat kerja dan terminal-ter
minal kendaraan bermotor seperti di Cicaheum ,
K.ebon Keiapa, Leuwi Panjang dan Ledeng.
Waktu
wawancara ini dicari pada saat yang tepat
ke-
tika para pengemudi bersedia untuk diwawancara.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
ke
pada pengemudi ini adalah mengenai : usia
pe
ngemudi, pendidikan, golongan SIM, pengalaman
sebagai pengemudi, cara memperoleh keterampil
an mengemudi, memiliki kernet atau tidak,
ma
teri pembelajaran yang di
PEMBINAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU-LINTAS
PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR
Dl KOTAMADYA BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
DADANG SUNGKAWA
9 4 9 6 28
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof.Dr. H.D. Sudjana, M.Ed.
Pembimbing II
Prof .Dr.HTFTTnrsid Sumaatmadja
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Pengelolaan Pembelajaran PLS Da
lam Pembinaan Sikap Disiplin Berlalu-lintas Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Kotamaaya Bandung, penelitian ini pada
dasarnya ingin mengidentifikasi kondisi dan permasalahan
yang berkenaan dengan pengelolaan dan proses pembelajaran
PLS dalam mendidik calon pengemudi, dengan berdasarkan atas masalah » masih adanya kesenjangan antara figur
pe
ngemudi yang ada dalam kenyataan dewasa ini dengan figur
pengemudi ideal yang dinarapkan oleh masyarakat".
Secara operasional penelitian ini dilaksanakan atas
pertanyaan apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS
kepada pengemudi dan calon pengemudi sudah mengacu kepada
upaya membina siKap disiplin berlalu-lintas. Metode pene
litian yang digunakan adalah kualitatif naturalistik, de
ngan teknik pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara, doKumentasi dan studi literatur.
Eemuan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Pengelolaan dan proses pembelajaran yang >dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan bermo
tor belum mengacu pada upaya membina sikap
berlalu-lintas bagi calon-calon pengemudi.
iii
disiplin
2. Belum semua pengelola angkutan umum memberikan pembi
naan sikap disiplin berlalu-lintas kepada para pengemudinya.
3. Sopir-sopir senior umumnya belum memberikan pembinaan
sikap disiplin berlalu-lintas kepada calon pengemudi
sehingga dampaknya terhadap para pengemudi baru
cen-
derung kurang disiplin.
4. Paktor-faktor yang berpengaruh iangsung terhadap pem
binaan sikap disiplin berlalu-lintas adalah tidak diperoiehnya materi pembelajaran mengemudi secara leng-
Kap ( meliputi aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik), sikap dan kesadaran disiplin
pengemudi
rendah, keterbatasan pendidikan masyarakat di
bidang
lalu-lintas, belum ditegakan U.U. No.14 . Tahun
1992
secara tegas, keterbatasan petugas pengawas lalu-lin
tas, kurang lengkapnya rarabu-rambu dan marka jalan.
5. Sarana dan prasarana di lembaga-lembaga kursus menge
mudi umumnya belum lengkap.
6. Pihak kepolisian (SATLANTAS) belum memberlakukan
se-
leksi yang ketat dalam pemberian SIM.
7. Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas yang
telah
dilaksanakan oleh Pengelola Bus DAMRI dan Taksi kepa
da para pengemudinya patut ditiru oleh para pengelola
angkutan lainnya.
iv
DAPTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
V
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
viii
DAPTAR ISI
xiii
DAPTAR TABEL
xviii
DAPTAR GAMBAR
xix
DAPTAR LAMPIRAN
BAB I.
xx
PENDAHULUAN
1
A. Latar Beiakang Masalah dan Dasar
Pemikiran
1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan
penelitian
BAB II.
•
12
C. Definisi Operasional
16
D. Tujuan Penelitian
25
E. Manfaat Penelitian
25
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
27
A. Konsep dan Ruang Lingkup PLS
21
1. Pendidikan Sepanjang Hayat Sebagai
Landasan Penyelenggaraan PLS .....
2£
2. Pendidikan Orang Dewasa (POD).....
36
3. Empowering Process
45
B. Pengembangan Sumber Daya Manusia ....
xiii
50
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Melalui Pendidikan
2. PengemDangan Sumber Daya Manusia
53
Melalui Perbaikan Kesehatan
59
C. Pengembangan Sumber Daya Pengemudi..
62
1. Prasyarat dan Perangkat Menjadi
Pengemudi
•
63
•
2. Proses Menjadi Pengemudi
71
3. Pengelolaan Sumber Daya Pengemudi
92
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
99
A. Metode Penelitian ,
99
B. Subjek Penelitian
C. Tahapan Kegiatan Penelitian
-10.3
105
1. Pembuatan Rancangan Penelitian ••
2. Pelaksanaan Penelitian .........
XO-5
.105
3. Pembuatan Laporan Penelitian ••••
106
D. Teknik Pengumpuian Data
••
1. Observasi
'3-Q6
.407
•
2. Wawancara
3. Dokumentasi
•
J.08
•
4. Studi Literatur
5. Trianggulasi
•
E. Pengolahan dan Analisis Data
.113.
^43
115
P. Tempat dan Penjadwalan Waktu
117
Penelitian
BAB IV.
HASH. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Lembaga Kursus
xiv
119
' 130
1. Hasil Wawancara dengan Pengelola
Kursus Mengemudi
130
2. Hasil Wawancara dengan Warga
Belajar
J-31
3. Hasil Wawancara dengan Kepala
SATLANTAS POLWILTABBS Bandung,
Kepala DLLAJR dan Kepala PKTMB ....
132
4. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Lembaga Kursus
....
134
B. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi
pada Kegiatan Magang
142
1. Hasil Wawancara dengan Permagang ..
2. Hasil Wawancara dengan Pemagang ...
3. Hasil wawancara dengan Kepala
142
143
SATLANTAS POLWILTABES Bandung dan
Kepala DLLAJR Kotamadya Bandung ...
143
4. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi pada Kegiatan Magang
...
144
C. Deskripsi Pembelajaran Calon Pengemudi
Secara Mandiri
•
147
1. Hasil Wawancara dengan Calon
Pengemudi Mandiri
147
2. Analisis Pembelajaran Calon
Pengemudi Secara Mandiri
148
D. Analisis Pembelajaran Calon Pengemudi
Berdasarkan Komponen-Komponen PLS ...
1. Masukan Sarana
•
149
149
2. Masukan ivientah
150
3. Masukan Lingkungan
150
xv
4. Proses
151
5. Keluaran (output)
6. Masukan lain (other input)
7. Pengaruh (impact)
151
151
153
E. Penilaian Masyarakat Terhadap
Kedisiplinan Pengemudi
153
P. Pembinaan Sikap Disiplin Berlalu-
lintas Kepada Pengemudi
167
1. Pembinaan Oleh Satuan Lalu Lintas
POLRI
168
2. Pembinaan oleh DLLAJR
3. Pembinaan oleh Pengelola Angkutan
Umum
169
170
4. Pembinaan oleh KOBANTER Baru .....
181
G. Dampak Pembinaan Kedisiplinan Berlalu
lintas Kepada Pengemudi
183
H. Paktor yang Berpengaruh pada Pembina
an Sikap Disiplin Berlalu-lintas ....
184
1. Paktor Pendidikan
184
2. Keterbatasan Pendidikan Masyarakat
di Bidang Lalu Lintas
185
3. Penegakan Undang Undang No.14
Tahun iyy2 Secara Adil dan Tegas..
4. Keterbatasan Petugas Kepolisian
dan LLAJR
186
187
5. Kurangnya Ramou-Rambu dan Marka
Jalan
158
6. Sikap Disiplin dan Kesadaran
Disiplin Pengemudi ftendah
xvi
188
H. Diskusi Hasil Penelitian
I. Temuan Hasil Penelitian
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
190
194
197
197
••• 199
DAPTAR BACAAN
2°4
LAMPIRAN
209
xvii
DAPTAR TABEL
label
Halaman
1.2. Golongan SIM, Syarat Umur dan Pindah Go
longan SIM
66
2.4. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Kursus Me
ngemudi
129
3.4. Aspek Pembelajaran Pada Kursus Mengemudi
141
4.4. Komponen-Komponen PLS Dalam Pendidikan
Mengemudi
»
xviii
152
DAPTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.2.
Diagram Empowering Process Dalam PLS ..
2.2.
Bentuk Dan Komposisi Kukusan SDM
50
Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tahun
1990
56
3.2.
Sistem Magang Dalam Mengemudi
77
4.2.
Unsur-Unsur Kegiatan Belajar Sebagai
Proses
82
5.2.
Pengelolaan Sumber Daya pengemudi
6.4.
Struktur Organisasi Lembaga kursus
Mengemudi
7.4.
...
98
126
Struktur Organisasi Lembaga Kursus
Mengemudi Yang Memiliki Cabang
xix
127
DAPTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Halaman
Susunan Kepengurusan Perhimpunan Kursus Tek-
nik Mengemudi Bandung
2
Kurikulum dan Sylabus Pendidikan
Kendaraan Bermotor
209
Mengemudi
••
212
3 Pedoman Wawancara
216
4 Poto-Poto Hasil Observasi
223
5 Surat Izin Penelitian
235
6 Riwayat Hidup
236
xx
BAB I
P E N D A H U L U A N
Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran
Peningkatan mutu sumber daya manusia yang
di-
iringi dengan usaha pemerataan memperoleh
pelayanan
pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan
Republik
Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasi-
onal. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang
tersebut
ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl
Indone
sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah
dan pendidikan luar sekoiah.
Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah
merupakan satu kesatuan sistem pendidikan
nasional
yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk
ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
me
Maha 'Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
bangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri
ke-
serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pa-
sal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah
1
meru-
pakan pendidikan yang diselenggarakan di luar seko
iah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak ha-
rus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73
tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekoiah ( Pasal 1
ayat 1 ) pendidikan luar sekoiah adalah
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekoiah baik dilembagakan maupun tidak.
Russel Kleis ( 1974 : 6 ),dalam
bukunya yang
berjudul » Nonformal Education « mengemukakah
bahwa
pendidikan luar sekoiah adalah usaha pendidikan yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis.
Pendidikan
ini berbeda dengan pendidikan tradisional
terutama
yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendi
dikan luar sekoiah dilaksanakan dengan sukarela
dan
selektif, sesuai dengan keinginan serta kebutuhan peserta didik yang ingin belajar dengan sungguh-- sung-"
guh.
Pendidikan luar sekoiah sebagai sub sistem da
ri sistem Pendidikan Nasional, mampu memberikan
luang lebih besar kepada anggota masyarakat
peuntuk
terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya.
D. Sudjana ( 1992 : 1 ) memberikan batasan PLS sebagai
berikut :
Pendidikan luar sekoiah adalah setiap usaha pela
yanan pendidikan yang dilakukan dengan -\ sengaja,
teratur dan berencana di luar sistem sekoiah,ber-
langsung sepanjang umur yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia sehingga terwujud ma
nusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu me
ningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam ke
giatan sosial dan pembangunan masyarakat. .
Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan ,
yang dimaksud dengan pendididikan luar sekoiah
dalam
penelitian ini merupakan pendidikan di luar sistem se
koiah ( di masyarakat dan lembaga ) yang tidak berjen
jang dan berkesinambungan dengan tujuan untuk mengaktualisasi potensi setiap manusia agar hidup di
dunia
ini lebih baik, lebih berguna dan lebih bermanfaat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 73 tahun 1991, tujuan pendidikan luar sekoiah a-
dalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh ,
dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya ,
guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya,
(2)
membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,.-kete-
rampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
ngembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau
•eie.^elan-
jutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan (3)
memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan sekoiah.
4
Pendidikan luar sekoiah mempunyai derajat keketa-
tan dan keseragaman yang lebih rendah dibandingkan de
ngan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan seko
iah. Pendidikan luar sekoiah memiliki bentuk dan
isi
program yang bervariasi dibandingkan dengan pendidikan
sekoiah. Tujuan program pendidikan luar sekoiah
tidak
seragam sedangkan tujuan program pendidikan sekoiah adalah seragam untuk satuan, jenis dan jenjang pendidik
an.Peserta didik ( warga belajar ) dalam program pendi
dikan luar sekoiah tidak memiliki persyaratan ketat se-
bagaimana persyaratan yang berlaku bagi siswa pendidik
an sekoiah ( D. Sudjana, 1991 : 13 )•
Pentingnya peranan PLS dalam memajukan kehidupan
masyarakat diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah(l993:
2 ) sebagai berikut :
Pendidikan luar sekoiah nadir di tengah~rtengah,;
masyarakat jauh sebelum masyarakat mengenai lem
baga pendidikan sekoiah. Pendidikan luar sekoiah
yang ada di masyarakat berjalan seiring
dengan
pembudayaan, pelatihan dan pengembangan
sumber
daya manusia melalui lembaga, organisasi dan kelompok pembentuk pribadi, alam pikiran dan pandangan moral masyarakat. Di Indonesia kegiatan kegiatan yang merupakan upaya transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, norma yang di
lakukan secara sistematik,' terarah dan memiliki
tujuan dalam
bentuk yang » indigenous" teiah
berkembang sejak dulu, seperti pewarisan pengetahu.an, keterampilan, sikap, nilai, norma, melalui pen
didikan dalam keluarga, magang, organisasi, pemuda,
dan yang lebih terlembagakan adalah kegiatan pendi
dikan di pondok pesantren.
Pendidikan luar sekoiah sebagai bagian integral da
ri sistem pendidikan nasional, memiliki fungsi yang
se-
jajar dengan pendidikan persekolahan, yaitu :mengembang-^
kan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasio nal.
Mengacu kepada Undang - Undang Republik '.Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,
terutama yang terdapat pada (1) Pasal 9 ayat 3,
satuan
pendidikan luar sekoiah meliputi keluarga, kelompok be -
lajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis, (2)
Pasal
10 ayat 3, jalur pendidikan luar sekoiah merupakan pen didikan yang diselenggarakan di luar sekoiah melalui ke
giatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang
dan
bersinambungan. Ini mengandung pengertian bahwa ciri-ci-
ri yang membedakan pendidikan luar sekoiah dengan pendi
dikan sekoiah adalah keluwesan pendidikan luar
sekoiah
berkenaan dengan waktu dan lamanya belajar, usia peserta
didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan pengajaran
dan cara penilaian hasil belajar.
,
Menurut D. Sudjana ( 1991 : 44-51 ) pendidikan
luar
sekoiah,sebagai subsistem pendidikan nasional mencakup berbagai pendidikan lainnya sepanjang pendidikan
tersebut diselenggarakan di luar subsistem
sekoiah.
Jenis-jenis pendidikan tersebut diantaranya
ialah
Pendidikan Massa, Pendidikan Orang Dewasa, dan
Pen
didikan Perluasan.
Pendidikan Massa ( Mass Education ) adalah kesempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat
luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat
agar
warganya memiliki kecakapan membaca, menulis, berhi-
tung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upa
ya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya
sebagai
warga masyarakat dan sebagai warga negara.Dalam per-
kembangan lebih lanjut, pendidikan massa •menjangkau
pula kegiatan-kegiatan latihan bagi para
pemimpin
masyarakat yang secara sukarela menyelenggarakan dan
mengadakan pendidikan massa, dan meliputi pula
pe-
nyebaran informasi untuk menumbuhkan keyakinan
ma
syarakat terhadap usaha-usaha sosial yang perlu
di-
lakuKan secara dinamis.
Pendidikan orang dewasa ( Adult Education)adalah jenis pendidikan,yang disajikan untuk ; memoela-
jarkan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa merupa-
kan seluruh proses pendidikan yang terorganisasi di
luar sekoiah dengan berbagai bahan belajar, tingkat-
an, dan metoda, baik bersifat resmi maupun tidak,meliputi upaya keianjutan atau perDaikan
pendidikan
yang diperoleh dari sekoiah, akademi, universitas,atau magang. Pendidikan tersebut diperuntukan
bagi
orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya,a-
gar mereka dapat mengembangkan kemampuan:, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik keterampilan dan profesi yang teiah dimilikinya, memper
oleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan peri-
lakunya. Tujuannya adalah agar orang-orang
dewasa
mengembangkan pribadinya secara optimal dan berpar tisifasi secara seimbang dalam kehidupan sosial,eko-
nomi dan budaya yang terus berkembang. Sesuai dengan
deiinisi di atas, pendidikan orang dewasa !• memiliki
berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan
berke-
lanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer ,
pendidikan kader dan pendidikan kehidupan keluarga.
Pendidikan perluasan (Extension Education)adalah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya,
ke luar peserta didik di perguruan tinggi, yaitu ke
pada masyarakat. Misalnya penyuluhan pertanian.
8
Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan luar seko
iah di atas, penulis dalam penelitian ini mengungkapkan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas pengemudi
kendaraan bermotor sebagai kajian dari pendidikan lu
ar sekoiah, yaitu jenis pendidikan orang dewasa.
Se-
dangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.73
Tahun
1991 ( Bab III Pasal 3, ayat 2 dan 4 )termasuk
jenis
pendidikan umum dan pendidikan jabatan kerja.
(2) Pendidikan umum merupakan pendidikan
yang
mengutamakan perluasan dan peningkatan keterarapilan dan sikap warga belajar dalam bidang tertentu.
(4) Pendidikan jabatan kerja merupakan
pendi
dikan yang berusaha meningkatkan pengetahuan
kemampuan dan sikap warga belajar untuk me
menuhi persyaratan peKerjaan tertentu
pada
satuan Kerja yang bersangkutan.
Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas
diterapkan pada saat warga belajar mengikuti
bisa
pendi
dikan mengemudi ( pada kursus dan magang ) atau setelah mereka menjadi pengemudi. Pelaksanaan dalam
pen
didikan ini sangat penting untuk menanggulangi perma
salahan lalu-llntas yang dewasa ini terjadi di
kota-
kota besar, khususnya Kotamadya Bandung. Permasalahan
lalu-lintas itu berupa pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu-lintas.
9
Menurut data POLRI, di Indonesia pada tahun 1994 ter
dapat 11.004 orang tewas di jalanan. Jumlah itu terus
meningkat menjadi 11.019 orang pada tahun 1995 ( sam
pai minggu ketiga Desember ). Data itu belum termasuk
korban yang luka berat sehingga cacat
seumur
hidup
( Tajuk Rencana : Tak Nyaman Lagi di Jalan,Harian
U-
mum Pikiran Rakyat, Selasa 9 April 1996 ). Dalam dasa
warsa terakhir ini di Indonesia diperkirakan '
lebih
dari 100.000 orang tewas di jalan raya dengan kerugi-
an harta benda lebih dari 100 milyar rupiah (
Tabah,
1991 : 304 ).
Menurut data dari Polisi Daerah Jawa Barat,ter-
catat selama tahun 1992 akibat kecelakaan lalu-lintas
1.628 orang meninggal dunia dengan kerugian materi di
perkirakan Rp. 1.508.372.000,- sedangkan pada
tahun
1993 di Provinsi Jawa Barat akibat kecelakaan
lalu-
lintas mengalami peningkatan menjadi 1.773 orang
me
ninggal dunia dengan kerugian materi diperkirakan Rp.
1.913.981.000,- ( Eddi Sopandi, 1994 : 4 ).
Apabila diinventarisasi faktor penyeoab masalah
lalu-lintas ( pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan
lalu-lintas ) ada empat, meliputi (1) Paktor manusia
sebagai pemakai jalan, seperti pengemudi, pejalan ka-
10
ki, penumpang angkutan umum dan penumpang
mobil pri-
badi yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas,
(2)
Paktor kendaraan, seperti kuantitas dan kualitas ken-
daraan, kelengkapan flsik kendaraan, serta kelengkapan surat-surat kendaraan, (3) Paktor jalan/lingkungan
seperti ruas dan badan jalan, jembatan,
saluran air,
tempat pejalan kaki, pinggiran jalan, tepi jalan, se-
lokan jalan, lereng jalan dan rambu-rambu jalan,
(4) Faktor pengaturan lalu-lintas, jraitu
antara petugas yang terkait seperti
dan
koordinaei
Polisi,
DLLAJR,
POM ABRI, Departemen Pekerjaan Umum, petugas
parkir,
teknik lalu-lintas, pendidikan lalu-lintas serta
pe-
negakan hukum dan Undang-Undang Lalu-Lintas.
Dari ke empat faktor penyebab timbulnya masalah
lalu-lintas tersebut di atas, manusia merupakan
pe
nyebab atama (human error). Menurut PT Jasa Marga(lNDOSIAR, 6 April 1996) penyebab terjadinya
kecelakaan
lalu-lintas di jalan Tol 69 % disebabkan oleh manusia
dan 31 %disebabkan oleh kendaraan dan lingkungan.Me
nurut Polisi Daerah Jawa Barat, pelanggaran lalu-lin
tas di Jawa Barat dilakukan oleh soplr kendaraan umum
(54,72 %), sopir perusahaan/lembaga (19,15 %),
sopir
pribadi (13,67 %), pelajar/mahasiswa (4,32 %),
ABRI
(1,58 %) dan Iain-lain 6,56 %{ Eddi Sopandi,1994: 80)
11
Menurut Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumarsono,SH
( Direktur Lalu-Lintas POLRI ) pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan oleh para sopir, disebabkan para sopir
itu tidak menjiwai tugas
sebagai sopir, mereka asal
kerja sehingga tidak disiplin dalam berlalu-lintas(Per
bincangan lalu lintas di ANTEVE, 29 Januari 1996
jam
22.30 - 23.00 ).
Demikian pula halnya dengan keadaan di
Kotamad
ya Bandung, nampaknya permasalahan lalu lintas
pada
tahun-tahun terakhlr ini dapat dirasakan Iangsung oleh
para pemakai Jalan dan bisa disaksikan Iangsung di lapangan. Permasalahan lalu lintas di kotamadya Bandung
ini umumnya berupa pelanggaran lalu lintas yang nenia-
bulkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan data dari Kantor Polisi Wiiayah Kota
Besar Bandung, banyaknya kasus pelanggaran lalu-lintas
pada
tiga . tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tahun 1993 terjadi 35.142 kasus pelanggaran,tahun
1994 terjadi 30.270 kasus pelanggaran, dan tahun
1995 terjadi 37.356 kasus pelanggaran lalu-lintas
( POLWILTABES Bandung, 1996 : 38 )
Tingkat pendidikan pelaku pelanggaran lalu-lintas
pada tahun 1995 tercatat SD ( 5,02 %), SLTP (28,21 %)
12
SLTA ( 56,53 %), dan Perguruan Tinggi ( 10,24 %).Profesi pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995 diketahui terdiri dari Pegawai Negeri ( 5,49 %)t
pegawai
swasta ( 31,73 %), mahasiswa ( 7,01 %), pelajar (12,
37 %), sopir ( 5,56 %), sopir umum ( 32,57 %), pedagang ( 3,27 %), dan Iain-lain ( 2,20 %). Selanjutnya
pelaku pelanggaran lalu-lintas yang ditilang berdasar kan golongan SIM pada tahun 1995 terdiri dari SIM A(16,
25 %), SIM A Umum ( 23,19 %), SIM B 1 ( 6,26 %), SIM
B 1 Umum ( 17,79 %), SIM B 2 ( 0,99 %), SIM B 2 Umum
( 3,82 %), SIM C ( 24,15 %), dan tidak memiliki
SIM
sebesar 7,55 %( POLWILTABES Bandung, 1996 : 40 - 41 ).
Kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Kotamadya
Bandung selama tahun 1995 tercatat 466 kejadian dengan
korban meninggal dunia 97 orang, luka berat 88 orang,lu
ka ringan 121 orang dan kerugian materi ditaksir seki -
tar Rp. 533.540.000,- ( POLWILTABES Bandung, 1996 : 32)
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ma-
ka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih
adanya kesenjangan antara figur pengemudi yang ada
dalam kenyataan dewasa ini dengan figur pengemudi i^
deal yang diharapkan oleh masyarakat. Para pengemudi
dewasa ini cenderung memiliki sikap mental tidak ta-
13
at pada peraturan lalu-lintas, tidak sopan dalam
berlalu-lintas, dan rendahnya kesadaran pengemudi
seoagai pelayan masyarakat.
Sedangkan pengemudi ideal adalah •pengemudi
yang menjadi dambaan masyarakat. la memiliki dedikasi yang tinggi terhadap aktifitas mengemudi
sebagai profesinya. Pengemudi ideal ini memenuhi
persyaratan dari aspek-aspek kognitif,afektif dan
psikomotorik.
Aspek-aspek kognitif yang perlu dimiliki oleh seorang pengemudi adalah (1) memiliki •penge-
tahuan yang luas tentang peraturan lalu - lintas,
undang-undang lalu-lintas, jenis kendaraan, ukuran kendaraan, muatan, kualitas kendaraan,
kelas
jalan, dan persyaratan pengemudi, (2)memiliki pengetahuan tentang letak dan lokasi jalan atau me-
nguasai peta mental, (3) memiliki pengetahuan tata cara pergaulan dan kehidupan masyarakat.
Aspek-aspek afektif yang perlu dimiliki
o-
leh seorang pengemudi adalah (1) selalu patuh dan
taat pada peraturan lalu-lintas baik pada
waktu
ada petugas pengawas maupun tidak ada petugas pe-
14
ngawas lalu-lintas serta melaksanakannya dalam ke
hidupan nyata, (2) memiliki sikap sopan santun da
lam berlalu-lintas di jalan,tidak mementingkan di
rinya sendiri dalam mengendarai kendaraan,
selalu
memberikan kesempatan kepada pemakai jalan
lain
yang memerlukan, seperti : barisan ABRI, rombongan
anak sekoiah, pemadam kebakaran, ambulans, kenda raan yang mengangkut orang sakit atau ,. "kecelakaan
lalu-lintas dan kendaraan jenazah, (3) selalu men-
jaga hak dan kewajibannya sebagai pengemudi,(4)memelihara dan menjaga kendaraannya dengan baik ser
ta menyimpan kendaraannya selalu pada tempat
yang
aman, (5) tindakan dan perbuatannya dalam mengemu
di selalu ditujukan untuk keselamatan dirinya
orang-orang pada umumnya, (6) bagi pengemudi
dan
ang
kutan umum selalu menjaga keselamatan diri, kenda
raan, dan penumpang yang dibawanya baik manusia a-
tau barang, (7) dalam berbicara atau bertegur sapa
dengan orang lain seperti petugas, sesama pengemu
di, penumpang dan seDagainya selalu
-/menggunakan
kata-kata yang sopan dan pantas, (8) pandai bergaul dan berkomunikasi dengan masyarakat umum,
khu
susnya dengan penumpang, (9) memperhatikan dan me-
15
matuhi waktu istirahat dan bekerja, agar
terjaga
keselamatan diri, kendaraan serta penumpang
yang
dibawanya. Bagi pengemudi angkutan umum antar kota
perlu memberikan kesempatan kepada penumpang untuk
ke WC, sembahyang, makan, minum dan istirahat.
Aspek-aspek psikomotorik yang perlu dimiliki
oleh pengemudi adalah (1) memiliki dan .. menguasai
keterampilan mengemudikan kendaraan yang dibawanya
baik siang hari maupun malam hari, cuaca cerah
tau hujan (2) memiliki keterampilan untuk
baiki dan menanggulangi kendaraan yang
apabila mogok di jalan atau mengalami
a-
member-
dibawanya
kerusakan,
(3) memiliki keterampilan dalam pertolongan perta-
ma pada kecelakaan ( PPPK ) sehingga untuk
semen-
tara waktu ia dapat memberikan pertolongan
pada
dirinya, pemakai jalan dan penumpang yang mengala
mi kecelakaan..
Dalam tesis ini yang akan diteliti sebagai me
dia pembina kedisiplinan para pengemudi adalah :
a. Lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan
ber-
motor di Kotamadya Bandung.
b. Pengelola angkutan umum, yaitu Bus DAMRI, Taksi,
dan Angkutan Kota.
c. Para pengemudi/sopir senior yang memiliki kernet
( calon pengemudi ).
16
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,yang men
jadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah pengelolaan dan proses pembelajaran
PLS
pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor
di Kotamadya Bandung sudah mengacu kepada upaya
membina sikap disiplin berlalu-lintas
terhadap
calon pengemudi'?
bi Apakah pengelola angkutan umum sudah memberikan
pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas
kepada
para pengemudinya ?
c. Apakah sopir-sopir senior sudah memberikan pem
binaan sikap disiplin berlalu-lintas pada calon
pengemudi dan bagaimana dampak terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru ?
d. Paktor-faktor apa yang berpengaruh pada
pembi-
naan sikap disiplin berlalu-lintas.
C. Dffifinisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam
menaf-
sirkan judul tesis ini, penulis merasa perlu
untuk
menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam
pene
litian.
17
1. Pengelolaan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (BaduduZain, 1994 : 650 ) pengelolaan memiliki arti pengurusan, penyelenggaraan atau manajemen. Pengertian
manajemen menurut Donnely, Gibson dan
Ivancevich
(1987 : 5) adalah sebagai berikut :
Management is the process undertaken by
one
or more individuals to coordinate the "aclrivities of others to achieve results • nvrt''* a-
chievable by one individual acting alone.And
the process of management should be studied
by anyone planning to become a successful ma
nager.
artinya, manajemen adalah proses berusaha yang di
lakukan oleh seseorang atau banyak \: orang
untuk
mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai ha
sil, dimana kegiatan tersebut tidak dapat ,(dilaku
kan oleh seorang individu secara sendirian.Dan pro
ses manajemen akan dimulai dari seseorang mempelajari perencanaan sampai ia menjadi manajer
yang
berhasil.
Sedangkan menurut D. Sudjana ( 1992:11)
pe
ngelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan
ke
terampilan khusus untuk melakukan suatu
kegiatan
bersama orang lain atau melalui orang lain
dalam
mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya D. Sudjana
( 1992 : 12 ) berKesimpulan ;
18
Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya di dalam
mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia
sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan or
ganisasi yang teiah ditetapkan secara efisien
dan efektif.
Dari beberapa pengertian di atas penulis berke-
simpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan dalam
penelitian ini adalah proses berusaha yang dilakukan
oleh sejumlah orang secara terpadu dengan mendayagu
nakan sumber daya manusia dan sumber daya non manusia
dalam mencapai tujuan yang teiah ditetapkan.
2. Pembelajaran
Menurut D. Sudjana ( 1993 : 5 ), pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik
dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar
terjadi kegiatan belajar raembelajarkan. Di dalam ke
giatan pembelajaran akan terjadi interaksi aktif antara dua pihak, yaitu warga belajar dan sumber bela
jar. Warga belajar melakukan kegiatan belajar
sumber belajar berperan untuk membantu agar
dan
warga
belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif.
Dalam pembelajaran ini aktifitasnya ditekankan
pada warga. belajar yang melibatkan diri sepenuh ke
mampuan untuk belajar dan bukan mengutamakan kegiat
an mengajar yang didominasi oleh sumber belajar.
19
3. Pendidikan Luar Sekoiah ( PLS )
Menurut The South East Asian Ministry of Edu
cation Organization ( SEAMEO, 1971 ),pendidikan lu
ar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam ar-
ti luas yang di .dalamnya terdapat komunikasi
yang
teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah
sehingga seseorang atau kelompok memperoleh infor masi mengenai pengetahuan, latihan dan
bimbingan
sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya
( D. Sudjana, 1993 : 43 ).
Pengertian pendidikan luar sekoiah yang
lain
dikemukakan oleh Philip Coombs ( 1973 : 11 ) seba gai berikut :
Non formal education : any organized .eaucati-*
onal activity outside the established
formal
system - whether operating separately or as an
important feature of some
broader :^aetivitythat is intended to serve identifiable
lear
ning clienteles ana learning oojectives.
artinya pendidikan luar sekoiah (pendidikan non for
mal) adalah setiap kegiatan yang terorganisasi
dan
sistematis, di luar sistem persekolahan, yang aisediakan untuk melayani bentuk-bentuk belajar bagi pe
serta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpul -
kan, bahwa pendidikan luar seKolah bukan hanya meru-
20
pakan kegiatan proses belajar mengajar, akan tetapi
lebih luas daripada itu, di dalamnya terdapat komu-
nikasi yang teratur aan terarah oaik secara individu maupun kelompok mengenai ini'ormasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan. potensi setiap orang
baik
anak-anak maupun orang dewasa agar mereka mampu me
ningkatkan tarap kehidupannya. Disamping itu pendi
dikan luar sekoiah ini aapat melayani oentuk-bentuk
belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
dengan
sembarang dasar pendidikan, berkenaan dengan hampir
segala jenis ilmu yang hendak dituntut, dapat menganaalkan aneka ragam sponsor dan sumber dana
atau
dukungan, dan dapat diadakan dengan aneka corak dan
bentuk, menggunakan aneka ragam tenaga pengajar dan
metode pengajaran, dapat diselenggarakan pada
sem
barang waktu dan tempat, dengan kata lain PLS dapat
diselenggarakan secara pragmatis.
4. Pembinaan
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya meme-
lihara dan membawa sesuatu keadaan yang
seharusnya
terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya.Di
dalam manajemen pendidikan-'luar sekoiah,
pembinaan
dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau
program
21
yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari ren-
cana ( V. Sudjana, 1992 : 157 ).
-Dalam penelitian ini, pembinaan dimaksudkan,
setiap upaya yang dilakukan oleh pengelola/ sumber
belajar atau permagang dalam kegiatan pembelajaran
PLS kepada calon pengemudi atau warga belajar.
Bentuk dari pembinaan itu dapat
menggunakan
pendekatan Iangsung dan tidak Iangsung. Pendekatan
Iangsung terjadi apabila pihak pembina ( pengelola
atau sumber belajar ) bertatap muka.dengan
warga
belajar melalui kegiatan ceramah, penataran,rapat,
diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Sedangkan pen
dekatan tidak Iangsung dapat dilakukan melalui pe-
tunjuk tertulis atau perjanjian kerja.
5. Sikap
—
Pengertian sikap menurut Krech, Crutchfield,
dan Ballachey (1962: 139) adalah sebagai berikut :
...attitudes-enduring systems of positive or
negative evaluations, emosional feeling and
pro or contra action tendencies with respect
to social objects.
artinya, sikap yaitu sistem yang menetap dari penilaian-penilaian positif atau negatif,perasaan- pe-
22
rasaan emosional dan kecenderungan- kecenderungan
untuk mengadakan tindakan pro atau kontra terha dap obyek-obyek sosial.
Menurut Zimbardo dan Ebbesen ( dalam Abu Ahmadi, 1990 : 163 ) :
Sikap adalah suatu predisposisi ( keadaan mudah terpengaruh ) terhadap seseorang,ide atau
obyek yang ber isi komponen-komponen cogniti
ve, affective dan behavior.
sedangkan menurut Gerungan ( 1988 : 137 ) attitude
merupakan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat
merupakan sikap pandangan atau perasaan,tetapi si
kap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk ber-
tindak sesuai dengan sikap terhadap ooyek tadi itu.
Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan walaupun adanya perbedaan dalam mende -
finisikan sikap namun ada beberapa ciri yang sama
yaitu para akhli setuju bahwa sikap merupakan pre
disposisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku,si
kap ini dapat dipelajari dan dapat dihayati,
se
hingga bisa menjadi permanen dalam hati dan pikiran seseorang. karena itu baik buruknya sikap sese-
orang terhadap obyek sosial tertentu tergantung pa-
23
da dua faktor, yaitu (1) faktor intern yang terda pat dalam pribadi manusia, mempengaruhi
seseorang
untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh
dari
luar dirinya; (2) faktor ekstern yaitu faktor
yang
berasal dari luar pribadi manusia, dapat mempenga ruhi seseorang melalui interaksi manusia dalam ma -
syarakat.
Demikian pula dengan sikap seseorang atau ba
nyak orang terhadap disiplin berlalu-lintas
dapat
ditanamkan sedini mungkin melalui proses pembelajar
an sehingga menjadi sikap permanen yang positif.Ka-
rena itu bila seorang pengemudi memiliki sikap yang
positif terhadap disiplin berlalu-lintas maka ia a-
kan menjadi pengemudi ideal yang selalu mematuhi a-
turan lalu-lintas, tetapi sebaliknya bila
seorang
pengemudi memiliki sikap yang negatif terhadap
di
siplin berlalu-lintas maka ia akan melanggar terha
dap peraturan lalu lintas.
5. Disiplin
Menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1985 :254)disiplin dapat diartikan ketaatan pada aturan dan ta
ta tertib, atau latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata
tertib.
24
Dalam penelitian inipun yang dimaksud dengan disip-
'lin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib ya
itu pada peraturan lalu lintas.
6. Lalu Lintas
Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkut
an Jalan 1992 ( Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 )
yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerak ken -
daraan, orang dan hewan di jalan. Sedangkan menurut
Djajapermana ( 1980 : 1 ) lalu lintas adalah gerak
pindah manusia baik dengan alat penggerak
maupun
tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat la
in.
Dalam penelitian ini pengertian lalu - lintas
dibatasi pada gerak kendaraan bermotor roda empat
yang dikemudikan oleh sopir, baik kendaraan pribadi/
preman maupun kendaraan angkutan umum ( angkutan ma
nusia dan barang ).
i>ari penjelasan istilah-istilah yang dipakai
dalam tesis ini akhirnya penulis menyimpulkan ruang
lingkup penelitian adalah membahas dan mengkaji pe
nyelenggaraan program PLS yang berupa kursus-kursus
mengemudi dan kegiatan magang calon pengemudi ken daraan bermotor di Kotamadya Bandung dalam membina
sikap disiplin atau taat pada peraturan lalu lintas.
25
D. Tujuan Penelitian
Dengan berpijak pada rumusan masalah dan
per
tanyaan penelitian yang teiah dikemukakan sebelumnya
penulis menetapkan tujuan sebagai berikut :
1. Ingin Mengidentifikasi kondisi yang berkenaan de
ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada
kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Ko
tamadya Bandung.
2. Ingin mengidentifikasi kondisi pengelolaan angkut
an umum dalam fmembina
sikap disiplin '. berlalu-
lintas kepada para pengemudinya.
3» Untuk memahami proses pembelajaran magang
dalam
kegiatan. mengemudi dan dampaknya terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru*
4. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor
yang
berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu
lintas.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi iembaga-lembaga penyelenggara kursus
menge
mudi kendaraan, hasil penelitian ini sebagai .ma
sukan untuk memperbaiki,restrukturisasi,dan mengevaluasi program pendidikan yang teiah dilaksana-
26
kan selama ini.
2. Untuk lembaga pendidikan tinggi, khususnya
pro
gram pendidikan luar sekoiah, penelitian ini da
pat menghasilkan konsep pemberdayaan sumber daya
manusia pengemudi.
3. Bagi sumber belajar, hasil penelitian ini
dapat
dipakai dalam melengkapi proses pembelajaran ke
pada calon pengemudi (warga belajar)
terutama
yang berkenaan dengan pembinaan mental psikologi
berlalu-lintas.
4. Untuk para pengemudi hasil penelitian ini
ber-
manfaat dalam mengevaluasi diri dari hasil bela
jar dan pengalaman sehari-hari.
5. Bagi instansi yang berwenang memberikan izin
saha dan izin penyelenggaraan kepada
- lemoaga-
lembaga kursus mengemudi kendaraan, hasil
litian ini dapat dijadikan salah satu acuan
lam memberikan izin tadi.
u-
pene
da
BAB III
PROSEDUH. PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif na-
turalistik yang berupaya untuk melacak dan mendeskripsi data sebagaimana yang terjadi di lapangan secara a-
lami. Menurut S. Nasution ( 1992 : 5 ) penelitian kua
litatif pada hakekatnya mengamati orang
dalam
kungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
ling
berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
se-
kitarnya. Untuk itu peneliti
dan
berada
di
turun
ke
lapangan
3ana dalam waktu yang cukup lama.Apa yang
dilakukan oleh peneliti kualitatif naturalistik banyak
persamaannya dengan detektif atau mata-mata,penjelajah
atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan untuk
mem-
peiajari manusia
data
tertentu dengan mengumpuikan
yang banyak.
Penelitian kualitatif naturalistik bukan dituju
kan untuk mencari kebenaran secara mutlak, akan tetapi
mencari kebenaran berdasarkan pandangan berbagai pihak
yaitu pandangan dirinya sebagai peneliti,pandangan da
ri responden serta pandangan dari orang lain.Pandangan
pandangan tersebut tidak selalu bersifat subjektif
a-
tau relatiyistik melainKan bisa juga objektif, sehing99
100
ga tercapai konsensus di antara pandangan - pandangan
itu
yang menghasilkan kebenaran objektif. "Kebenaran"
menurut penelitian kualitatif naturalistik
bergantung
pada dunia realitas empirik dan konsensus dalam
masya
rakat ilmuwan ( S. Nasution, 1992 : 6 ).
Ciri-ciri penelitian kualitatif naturalistik
me
nurut S. Nasution ( 1992 : 9 - 12 ) adalah sebagai beri
kut : (1) sumber data ialah situasi yang wajar atau "na
tural setting", data dikumpuikan berdasarkan . observasi
situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja; (2) peneliti sebagai instrumen pene -
litian atau alat penelitian utama; (3) sangat deskriptif
diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak
dan
dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian; (4)
memen-
tingkan proses maupun produk, juga memperhatikan
bagai-
mana perkembangan terjadinya sesuatu; (5) mencari
makna
di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat
me-
mahami situasi atau permasalahan; (6) mengutamakan
data
Iangsung dari lapangan dengan cara observasi atau wawan
cara; (7) trianggulasi, yaitu membandingkan
inforpasi
tentang hal yang sama, yang diperoleh dari berbagai
hak,agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan
(8) menonjolkan rincian kontekstual, yaitu
pi
data;
mengumpulkan
101
dan mencatat data secara mendetail; (9) subjek
yang
diteliti dipandang berkeduduKannya sama dengan peneli
ti, jadi tidak sebagai objek yang lebih rendah
dukannya; (10) mengutamakan perspektii emic,
kedu
artinya
mementingKan pandangan responden; (11) verifikasi, ya
itu mencari kasus-kasus yang berbeda dengan apa
yang
teiah ditemukan untuk memperoleh hal yang lebih diper-
caya; (12) menggunakan «! audit trail " ( melacak ) apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang
di-
kumpulkan; (13) sampling purpostf yang dipilih menurut
tujuan penelitian dan biasanya hanya sedikit; (14)partisipasi tanpa mengganggu, untuk memperoleh data
situasi yang alamiah; (15) mengadakan analisis
dan
sejak
awal penelitian dan selanjutnya sepanjang masa peneli
tian; (16) disain penelitian tampil dalam proses pene
litian.
Penggunaan metode kualitatif naturalistik
penelitian didasarkan pada keinginan untuk
dalam
memperoleh
gamoaran realitas yang holistik paua pengelolaan pem -
belajaran PLS dalam mengemudi kendaraan bermotor,
hingga diharapkan akan mendapat
pemahaman dan
se
makna
( verstehen ) dari kegiatan tersebut, dalam situasi wa
jar tanpa dibuat-buat.
Dalam penelitian kualitatif naturalistik, pene-
102
liti bertindak sebagai instrumen utama (
key
instru
ment ) untuk melacak, menseleksi, dan meratifikasi da
ta yang diperoleh dari lapangan. Karena bertindak
bagai instrumen utama, maka peneliti terjun
se
Iangsung
ke lapangan mengadakan observasi, pengamatan dan
wa
wancara dengan responden ( sumber informasi dan infor
mal! )•
Mekanisme kerja yang dilakukan penulis dalam pe
nelitian kualitatif naturalistik ini meliputi :
1. Mengidentifikasi pengelolaan sumber daya pengemudi
yang terjadi di masyarakat, mulai dari calon penge
mudi sampai menjadi pengemudi yang mandiri.
2. Mengidentifikasi program dan proses
pembelajaran
PLS dalam mendidik calon pengemudi.
3. Menyelami pikiran, perasaan dan harapan
responden
dalam upaya pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas
4. Dapat menganalisis keunggulan serta kelemahan
ngelolaan, program dan pembelajaran pendidikan
pe
me
ngemudi dewasa ini dikaitkan dengan upaya pembinaan
sikap disiplin dalam berlalu-lintas.
5. Membandingkan sifat-sifat pengemudi yang ada di la
pangan dengan persyaratan pengemudi ideal.
6. Menyusun program pembelajaran PLS bagi calon penge-
103
mudi.
Dasar pertimbangan penulis menggunakan metode-
penelitian kualitatif naturalistik ini adalah :
1. Ruang lingkup objek penelitian merupakan manusia
yang memiliki sikap, perilaku, pikiran dan
kei-
nginan yang selalu berubah-ubah secara cepat se
suai dengan kondisi perkembangan zaman.
2. Pembinaan sikap disiplin dalam berlalu -
lintas
bukan merupakan program pembelajaran yang
dapat
berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi pula oleh
latar belakang kepribadian, pendidikan dan kehi
dupan sosial-ekonomi calon pengemudi.
3. Kecocokan dengan masalah dan tujuan penelitian.
B. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini
adalah
orang-orang sumber informasi dan pemberi informasi
yang berkaitan dengan kegiatan serta kedisipilinan
para pengemudi kendaraan bermotor, yang
dari
terdiri
:
1. Sumber Belajar, yaitu :
a. Tiga orang pimpinan kursus mengemudi dari Pe-
lita Massa ( Persyaratan .- mengemudi
lengkap ), Umum (persyaratan mengemudi
cukup
ku-
104
rang lengkap), dan Santosa (persyaratan mengemu
di tidak lengkap).
b. Tiga orang pimpinan perusahaan angkutan umum,ya
itu dari Perusahaan Umum DAMRI, Taksi 4848,
dan
Angkutan Kota.
c. Pimpinan Perhimpunan Kursus Teknik Mengemudi Ban
dung
(PKTMB).
d. Pimpinan Koperasi Bandung Tertib Baru ( KOBANTER
Baru ).
e. Pembina kedisiplinan para pengemudi, yaitu Kepa
la Satuan Lalu Lintas Polisi Wilayah Kota
Bandung dan Kepala Dinas Lalu-Lintas
Besar
Angkutan
Jalan Raya ( DLLAJR ) Kotamadya Bandung.
2. Warga Belajar, yaitu :
a. Lima orang pengemudi kendaraan bermotor roda em-
pat, dari jenis kendaraan pribadi/preman, angkut
an kota ( ANGKOT ), taksi, bus DAMRI dan truk.
b. Lima orang calon pengemudi, yang terdiri
tiga orang dari lembaga kursus mengemudi,
dari:
satu
orang dari magang ( kernet ), dan satu orang lagi dari belajar mandiri.
5* Pengguna Jasa Pengemudi, yaitu :
104
105
Smpat orang masyarakat pemakai jasa pengemudi da
ri jenis kendaraan truk, bus,.Taksi dan ANGKOT.
C. Tahapan iiegiatan Penelitian
Tahap-tahap kegiatan penelitian ini adalah
se
bagai berikut :
1. Pembuatan Rancangan Penelitian
Pada tahap ini penulis menyusun disain pene
litian berdasarkan hasil studi pendahuluan
dari
permasalahan yang ditemukan di lapangan. Selanjut
nya untuk mendapatkan masukan dalam menmjau
per
masalahan itu penulis mengikuti seminar pra disain
penelitian dan mendapatkan bimbingan serta
penga-
rahan yang intensif dari tim dosen penilai,sehing
ga permasalahan yang akan diteliti disetujui.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan -
kegiatan yang meliputi : penyusunan
instrumen pe
nelitian, pengumpulan data, pengolahan dan anali
sis data, membuat kesimpulan hasil temuan peneli
tian, dan membuat rekomendasi.
106
Dalam penelitian kualitatif naturalistik ,
yang terpenting peneliti sendiri berperan seoa -
gai instrumen utama ( Key instrument ) yang ter
jun Iangsung ke lapangan. Sedangkan pedoman
wancara yang dibuat olen penulis hanya
wa
memuat
pertanyaan-pertanyaan pokok untuk menjaring data
lapangan yang diperlukan.
3. Pembuatan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan puncak kegiatan pene -
litian yang dilakukan setelah penelitian lapang
an berakhir, sekalipun laporan ini teiah dimulai
sejak proses penelitian berlangsung.
laporan penelitian mi berdasarkan
Penulisan
sistimatika
penulisan tesis yang diberlakukan pada
Program
Pasca Sarjana ikip Bandung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggu
nakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi,trianggulasi dan studi literatur. Masing-masing teknik
pengumpulan data tersebut akan dijelaskan
ini.
berikut
107
1.
Observasi
Observasi adalah suatu teknik
pengumpulan
data dengan cara peneliti mengadakan
pengamatan
secara Iangsung terhadap subjek-subjek yang diteliti. Teknik observasi ini dimaksudkan untuk
me-
ngetahui situasi dan keadaan objek penelitian.
Subjek dan objek yang diamati penulis dalam
penelitian ini adalah proses kegiatan pembelajar
an mengemudi pada kursus-kursus mengemudi, proses
kegiatan mengemudi untuk mendapatkan Surat
mengemudi dan kegiatan pengemudi dalam
izin
berlalu-
lintas.
Observasi yang dilakukan adalah partisipa -
tif, yaitu penulis secara Iangsung menjadi warga
belajar pada kegiatan kursus mengemudi dan menja
di masyarakat pemakai jasa pengemudi dalam mengamati kegiatan pengemudi berlalu-lintas.
Menurut S. Nasution ( 1992 : 59 - 60 ) man
faat observasi adalah (1) peneliti lebih mampu me-
mahami konteks data dalam keseluruhan situasi,(2)
pengalaman Iangsung memungkinkan peneliti
menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan
untuk
in-
duktif memungkinkan peneliti melakukan penemuan,
108
(3) peneliti dapat melihat hal-hal yang tidak diamati orang lain, khususnya orang-orang yang ber
ada dalam lingkungan itu, (4) peneliti dapat
me-
nemukan hal-hal yang tidak terungkapkan dalam wa
wancara karena bersifat sensitir atau
merugikan
nama lembaga, (5) peneliti dapat menemukan
hal-
hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti
memperoleh gambaran yang lebih konfrehensif,
dan
(6) di lapangan peneliti memperoleh kesan - kesan
pribadi dalam merasakan suasana situasi sosial.
Peralatan khusus yang digunakan oleh penulis
dalam observasi ini disamping alat tulis menulis,
ialah kamera foto.
2.
Wawancara
Teknik wawancara ini digunakan untuk menca
ri informasi primer dari responden. Wawancara
a-
tau interview merupakan bentuk komunikasi
verbal
sebagai alat untuk mengungkapkan apa yang
.dipi-
kirkan dan diinginkan oleh orang tentang berbagai
aspek kehidupan. Melalui wawancara yang mendalam,
kita dapat memasuki alam pikiran orang lain.
Wawancara ini
dilakukan oleh penulis ter -
hadap responden secara terbuka dengan menggunakan
109
alat tape recorder.
Tujuan wawancara ini adalah ingin mengidenti
fikasi kondisi dan permasalahan yang berkaitan
ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS
de
dalam
mendidik calon pengemudi dan para pengemudi.
Subjek-subjek yang akan diwawancara terdiri
dari
:
a. Pengelola Kursus Mengemudi
Wawancara dilakukan pada kantor kursus me
ngemudi yang bersangkutan pada jam-jam kerja de
ngan pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama
kur
sus, izin penyelenggaraan, jumlah kendaraan yang
dimiliki, jumlah pengemudi instruktur, kantor/ru
ang tunggu/ ruang kelas/kepustakaan, tujuan
pe-
ngelolaan kursus, materi pembelajaran yang dibe
rikan kepada calon pengemudi, proses pembelajar
an, dan kaitan antara pengelolaan dan proses pem
belajaran dengan pembinaan disiplin berlalu-lin
tas.
D* Pengelola / Pemilik / Pengurus Angkutan Umum
Wawancara dilakukan di kantor / rumah ma
sing-masing pengelola pada jam-jam kerja dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai : nama pengelola
perusahaan, izin perusahaan, jumlah kendaraan ,
110
jumlah personil, kedisiplinan pengemudi, usaha
membina sikap disiplin terhadap pengemudi, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pada pembinaan
sikap disiplin berlalu-lintas.
c. Pengemudi Kendaraan Bermotor
Wawancara dengan para pengemudi mi dila
kukan di rumah, tempat kerja dan terminal-ter
minal kendaraan bermotor seperti di Cicaheum ,
K.ebon Keiapa, Leuwi Panjang dan Ledeng.
Waktu
wawancara ini dicari pada saat yang tepat
ke-
tika para pengemudi bersedia untuk diwawancara.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
ke
pada pengemudi ini adalah mengenai : usia
pe
ngemudi, pendidikan, golongan SIM, pengalaman
sebagai pengemudi, cara memperoleh keterampil
an mengemudi, memiliki kernet atau tidak,
ma
teri pembelajaran yang di