Tinjauan Yuridis Peralihan Harta Waris Kepada Ahli Waris Saat Akan Dilakukan Hubungan Jual-Beli Atas Tanah Waris.

(1)

TINJAUAN YURIDIS PERALIHAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS SAAT AKAN DILAKUKAN JUAL BELI TANAH ATAS WARIS

Emilius Christianus Gussy 1087017

ABSTRAK

Tanah merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan aturan-aturan agar dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemiliknya guna mencapai ketertiban, karena tanah memiliki nilai ekonomis, dan tempat kehidupan manusia untuk melangsungkan kegiatan kehidupannya. Tanah dalam kaitanya dengan hukum waris merupakan obyek pewarisan yang hak atas kepemilikanya dan peralihanya diatur dalam hukum waris. Namun terdapat pengaturan khusus mengenai kepemilikan pertanahanya, sehingga terdapat perbedaan pengaturan tentang peralihan hak atas tanah waris.

Penelitian ini disusun dalam bentuk legal memorandum dengan sistematika penulisan sebagai berikut : kasus posisi dan rumusan masalah, pemeriksaan dokumen, landasan teori, legal memorandum dan kesimpulan. Adapun secara singkat kasus posisi dalam penelitian ini membahas mengenai tanah yang merupakan tanah waris karena dibeli oleh Alm Tuan A dan Nyonya B, namun tanah itu disertifikatkan atas nama Nyonya B, ketika tanah tersebut akan dijual oleh Nyonya B, terdapat perbedaan pemahaman mengenai proses peralihan atas tanah waris tersebut.

Tanah tersebut merupakan tanah waris sehingga peralihan kepemilikanya harus dilakukan terlebih dahulu, pejabat yang berwenang mengatur pewarisan ini adalah notaris.selanjutnya dapat dilakukan balik nama terlebih dahulu kepada Ahli waris agar kepemilikan ahli waris diakui menurut Hukum Agraria, Adapaun dalam melakukan kegiatan balik nama para ahli waris harus melakukan kewajiban pembayaran perpajakan atas tanah tersebut.


(2)

ABSTRACT

TINJAUAN YURIDIS PERALIHAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS SAAT AKAN DILAKUKAN JUAL BELI TANAH ATAS WARIS

Land is a major requirement in human life. Hence, rules are required in order to provide certainty legal for the owner to achieve orderliness, because the land has economic value and the place for human to life their live. Land which has relation to the inheritance law is the object of inheritance which its property and its transition are stipulated by the law of inheritance, However, there are exceptional regulation regarding the ownership of the land, so that there are different regulations of land inheritance transmission.

This research arranged in the form of legal memorandum with the writing systematic as follows : cases of position and the formulation problems, examination of documents, the theory, legal memorandum and conclusion. As a short position in the case of this research concerning the land discuss who is heir because the land purchased by a Mr A and Mrs B,but the land certified on behalf of Mrs B, when the land will be sold by Mrs B, there were differences understanding of the process of transition for the heirs of land.

The land was in heirs transitional so that its ownership have to do first, the authorized official set the inheritance of acquired this is a notary, next can be done from the first to the heirs to possession of heirs recognized according to the law of agrarian affairs. And in conducting any activity turning the names of the heirs had to do tax payment obligation the area.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PERNYATAAN………....ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……….iv

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA SIDANG……… v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT………... vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI………... ix

BAB I KASUS POSISI A. Kasus Posisi………...1

B. Rumusan dan Idenfitikasi Masalah………3

BAB II DOKUMEN TERKAIT A.Pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Keterangan…….4

B. kegiatan balik nama sebelum dilakukan penjualan tanah……..9

C. kewajiban perpajakan yang harus dibayar oleh ahli waris……12

BAB III LANDASAN TEORI A.Pengertian hukum waris menurut hukum perdata……….14

B. Tinjauan umum mengenai kepemilikan tanah………..21

C. Pengertian Hukum Agraria……….. 26


(4)

E. Tinjauan Umum tentang Perpajakan atas tanah……….32 BAB IV LEGAL OPINION

A. Pejabat yang berwenang mengeluarkan SKHW………...40 B. balik nama ahli waris sebelum dilakukan penjualan………….50 C. Kewajiban perpajakan yang harus dibayar oleh Ahli waris…..57 1. Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan………57

2. PPH-PHTB………...65

3. BPHTB jual beli………...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. kesimpulan………...…72 B.Saran……….75


(5)

1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I

Tinjauan Yuridis Peralihan Harta Waris Kepada Ahli Waris saat akan dilakukan Jual-Beli Atas Tanah Waris

A. Kasus Posisi

Pada tanggal 24 Mei tahun 1980 dilaksanakan perkawinan antara Tuan A, seorang WNI keturunan Tionghoa dari Kalimantan dan Nyonya B,WNI keturunan Suku Jawa dan Suku Sunda. Perkawinan tersebut dilaksanakan secara Katholik di Gereja X, dan telah dicatatkan di catatan sipil pada tanggal 1 Juni tahun 1980. Dari pernikahan itu memiliki keturunan 2 orang anak, dengan nama masing-masing, bernama C yang lahir pada tanggal 2 Agustus tahun 1984 dan D yang lahir pada tanggal 2 september pada tahun 1989. Dalam perjalanan rumah tangganya tersebut Tuan A dan Nyonya B membeli sebidang tanah pada tanggal 5 Agustus 1990 dengan luas 10.000 m2. Tanah itu di sertifikatkan atas nama Nyonya B, dan setelah beberapa tahun setelahnya Tuan A meninggal dunia pada tanggal 3 desember 2008 akibat penyakit yang dideritanya, hal ini dibuktikan menurut surat keterangan kematian di Rumah Sakit. setelah peristiwa itu Nyonya B dan kedua anaknya menyepakati untuk menjual tanah tersebut agar dapat membiayai kehidupan mereka. Selanjutnya Nyonya B melakukan konsultasi ke Notaris tentang tindakan yang harus dilakukan dalam pengurusan penjualan tanah.


(6)

2 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Notaris tersebut menyarankan kepada Nyonya B untuk dibuatkan Akta Keterangan Hak Waris dan dilakukan balik nama terlebih dahulu karena tanah itu tidak dimiliki oleh nyonya B sendiri, melainkan tanah itu dimiliki juga oleh kedua anaknya sebagai ahli waris. tidak hanya kepada notaries, Nyonya B juga meminta saran dan masukan kepada pihak BPN, namun terdapat perbedaan pendapat dari pihak BPN, menurut BPN bahwa Nyonya B dapat langsung menjual tanah tersebut karena sertifikat tersebut sudah terdaftar atas nama Nyonya B, dan mengenai bahwa tanah tersebut merupakan tanah waris, maka para ahli waris dari kedua anaknya dimintakan untuk memberikan surat persetujuan atas penjualan tanah tersebut.

Berdasarkan kasus ini penulis mengambil kesimpulan adalah terjadi perbedaan pemahaman mengenai penjualan tanah atas waris dimana satu pihak yakni notaris, menginginkan balik nama terlebih dahulu, dan satu pihak lainya yakni Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengatakan tidak perlu dilakukan balik nama. Sehingga penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dengan mengangkatnya dalam penulisan legal memorandum, adapun permasalahan hukumnya akan disampaikan di bawah ini.


(7)

3 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA B. Permasalahan Hukum

1. Siapakah pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan hak waris ?

2. Apakah sebelum dilakukan penjualan, sertifikat harus dibalik nama oleh ahli waris terlebih dahulu ?

3. Kewajiban perpajakan apakah yang harus dibayar oleh ahli waris beratian dengan beralihnya/pengalihan hak atas tanah ?


(8)

79 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diulas oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, penulis akan menyimpulkan point-point penting pada pembahasan permasalahan tersebut pada bagian ini, pembahasan yang mencakup pada rumusan permasalahan yang penulis angkat dalam penulisan legal memorandum. Antara lain :

1. Berdasarkan kasus posisi diketahui Tuan A telah meninggal dunia,setelah terjadinya peristiwa kematian pada Tuan A, maka terjadi suatu peralihan atas kekayaan Tuan A kepada para ahli warisnya atau disebut pewarisan. Kekayaan tersebut dalam hal ini adalah sebidang tanah yang dibeli oleh Tuan A(Alm) dan Nyonya B, mengingat bahwa Tuan A (Alm) dan Nyonya B merupakan pasangan suami istri yang memiliki keturunan 2 orang anak bernama C dan D maka berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur pewarisan bahwa ahli waris dari Tuan A adalah Nyonya B, C dan D. Dalam melaksanakan suatu pewarisan harus mengikuti prosedur-prosedur dalam hal ini salah satunya adalah membuat keterangan waris dari pejabat yang berwenang. Berdasarkan peraturan perundang-undangan ada beberapa Pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan waris, perbedaan pejabat dalam membuat


(9)

80 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA keterangan waris ditentukan dari perbedaan penggolongan penduduk dan agama. Hal ini terjadi karena hukum pewarisan Indonesia masih menggunakan produk hukum jaman kolonial belanda. Apabila melihat kasus posisi bahwa Tuan A merupakan Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa dan menurut ketentuan bahwa pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa adalah Notaris, maka pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan waris bagi Nyonya B, C dan D adalah Notaris.

2. Objek tanah yang akan dijual tersebut merupakan harta bersama dari kepemilikan Tuan A(Alm) dan Nyonya B, Tuan A (Alm) memiliki sebagian dari seluruh tanah tersebut dan melihat bahwa Tuan A(Alm) sudah meninggal dunia, maka perlu dilakukan suatu peralihan atas kepemilikan Tuan A (Alm) berupa sebagian dari tanah tersebut, kepada para ahli warisnya yakni Nyonya B, C dan D, hal ini sesuai dengan pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan-Peraturan Pokok Agraria, ketentuan tersebut menyatakan bahwa hak milik setiap peralihan dan penghapusan dan pembebanan harus dilakukan kegiatan pendaftaran tanah. setiap peralihan yang dimaksud adalah peralihan yang terjadi karena kematian yang mengakibatkan pewarisan dan peralihan yang terjadi karena hubungan hukum seperti jual beli,gadai, dan lain-lainya. Adapun ketentuan yang lebih tegas mengenai adanya suatu peralihan karena pewarisan adalah pasal 42 ayat 1 Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan tersebut mengatakan bahwa terjadinya suatu


(10)

81 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA peralihan karena pewarisan harus dilakukan balik nama melalui kegiatan pendaftaran tanah, apabila tidak dilakukan maka melanggar ketentuan tersebut sehingga akan terdapat sanksi yang diterima. Selain itu,para ahli waris harus melakukan balik nama atas kepemilikan tanah waris itu adalah bahwa ahli waris dalam hal ini C dan D sebelum menjual tanah tersebut harus menjadi diakui sebagai pemilik atas tanah yang sah, kepemilikan atas tanah dari C dan D dalam hal ini harus dibuktikan dengan sertifikat. Sertifikat merupakan bukti hak yang diakui oleh hukum agraria. Oleh karena itu surat persetujuan dari C dan D tidak dapat dijadikan alat bukti kepemilikan, sehingga C dan D harus melakukan balik nama agar C dan D dapat melakukan jual beli dan hak-haknya sebagai pemilik yang akan mendapatkan pembayaran atas penjualan tanah tersebut tidak terlanggar.

3. Kewajiban perpajakan yang harus dibayarkan oleh C dan D adalah menurut ketentuan peraturan perundang-perundangan mengenai perpajakan, mengingat para ahli waris dalam mendapatkan suatu waris berupa tanah harus melakukan pembayaran pajak yaitu Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dengan besar pembayaran yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai BPHTB Waris, selanjutnya para ahli waris dalam akan melakukan penjualan atas tanah tersebut juga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pajak penghasilan bahwa para ahli waris harus melakukan kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan


(11)

(PPH-82 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA PHTB)dengan peraturan perundang-undangan terkait,untuk perhitungan tariff (PPH-PHTB) adalah sebagai berikut : 5% x NJOP dan juga kewajiban perpajakan juga dikenakan kepada pembeli yang membeli tanah dari para ahli warisnya. pihak pembeli tersebut dikenakan kewajiban untuk membayar BPHTB karena memperoleh hak atas tanah dan bangunan dari hasil pembelian. Adapun penghitungan tarif adalah sebagai berikut : BPHTB = 5% x (NPOP-NPOPTKP)

B. SARAN

1. Dalam rangka memberikan kepastian hukum berkaitan peralihan hak atas tanah yang terjadi karena suatu pewarisan, dan saat ini terjadi perbedaan pada prakte prosedur suatu pewarisan oleh pejabat yang terkait maka diperlukan keseragaman aturan prosedur mengenai pejabat yang berwenang dalam menentuan harus dibalki nama atau persetujuan dari pihak BPN.

2. Sosialisasi agar tidak terjadi kehilangan potensi pendapatan Negara dari BPHTB Waris bidang pertanahan, setiap peralihan hak atas tanah waris harus dilakukan balik nama sertifikat karena untuk memberikan perlindungan kepada ahli waris sebagai pemilik yang sah atas warisan berupa tanah tersebut karena bukti kepemilikan yang sah adalah sertifikat. Selain itu juga kegiatan balik nama sertifikat harus dilakukan karena hal itu diatur dengan jelas dalam peraturan perundang-undangan terkait,agar untuk kemudian tidak terjadi lagi pengenyampingan aturan mengenai balik nama sertifikat karena dapat


(12)

83 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari. Selain itu kepada Kepala Kantor Pertanahan hendaknya melakukan sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat mengenai proses dan persyaratan pendaftaran tanah kepada kantor Badan Pertanahan Nasional.

3. Diperlukan ketelitian dan kecermatan kepada PPAT/PPATS sebagai fungsi pemungut pajak dalam setiap peralihan kepemilikan atas tanah dan juga PPAT yang berperan sebagai pejabat yang melakukan peralihan hak atas tanah agar menilai kebenaran mengenai alat bukti kepemilikan atas tanah agar kedepanya tidak terjadi permasalahan hokum dan ada keseragaman pada kasus-kasus seperti ini.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

SumberBuku

A.Pitlo, Hukum Waris Indonesia, Jakarta : PT. Intermasa.2013

AP.Parlindungan, Pendaftaran tanah-tanah dan konferensi Hak milik atas tanah menurut UUPA, Bandung : Alumni. 1988.

Adrian Sutedi, Peralihan hak atas tanah dan pendaftarannya, Jakarta : Sinar Grafika.

Bernhard Limbong, Hukum Agraria Nasional,Jakarta : Margaret Pustaka. 2012

Boedi Harsono, Hukum Agraria Nasional, sejarah pembentukan UUPA, isi dan pelaksanaanya, Jakarta : Djambatan. 2005

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah Di Indonesia dan peraturan pelaksanaanya, Bandung : Alumni. 1993

Dr. Oyok Abuyamin, Perpajakan Pusat dan Daerah,Bandung : Humaniora. 2010

Erman Suparman, Hukum Waris Indonesia, Jakarta : PT. Refika Aditama.2005

Effendi Peranin, Hukum Agraria Di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1994

L.J. Van Apeldoom, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Pradya Paramita. 2013

Surini Ahlan Sjarif,Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat. Jakarta : Kencana. 2006

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa. 2003

Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agama,Jakarta : Karunia. 1988

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, Jakarta : Kencana. 2010

Wirawan B. Ilyas dan Richard Button, Hukum Pajak, Jakarta : PT. Salemba Empat Patria. 2001


(14)

SumberUndang-Undang

KitabUndang-UndangHukumPerdata

Undang-UndangNomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasiKependudukan

Undang-UndangNomor 11 Tahun 1974 TentangPerkawinan

Undang-UndangNomor 5 Tahun 1960 TentangPeraturanPokok-PokokAgraria

Undang-UndangNomor 20 Tahun 2000 TentangPerubahanAtasUndang-UndangNomor 21 Tahun 1997 tentang Bea PerolehanHakAtas Tanah danBangunan


(1)

keterangan waris ditentukan dari perbedaan penggolongan penduduk dan agama. Hal ini terjadi karena hukum pewarisan Indonesia masih menggunakan produk hukum jaman kolonial belanda. Apabila melihat kasus posisi bahwa Tuan A merupakan Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa dan menurut ketentuan bahwa pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa adalah Notaris, maka pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan waris bagi Nyonya B, C dan D adalah Notaris.

2. Objek tanah yang akan dijual tersebut merupakan harta bersama dari

kepemilikan Tuan A(Alm) dan Nyonya B, Tuan A (Alm) memiliki sebagian dari seluruh tanah tersebut dan melihat bahwa Tuan A(Alm) sudah meninggal dunia, maka perlu dilakukan suatu peralihan atas kepemilikan Tuan A (Alm) berupa sebagian dari tanah tersebut, kepada para ahli warisnya yakni Nyonya B, C dan D, hal ini sesuai dengan pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan-Peraturan Pokok Agraria, ketentuan tersebut menyatakan bahwa hak milik setiap peralihan dan penghapusan dan pembebanan harus dilakukan kegiatan pendaftaran tanah. setiap peralihan yang dimaksud adalah peralihan yang terjadi karena kematian yang mengakibatkan pewarisan dan peralihan yang terjadi karena hubungan hukum seperti jual beli,gadai, dan lain-lainya. Adapun ketentuan yang lebih tegas mengenai adanya suatu peralihan karena pewarisan adalah pasal 42 ayat 1 Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan tersebut mengatakan bahwa terjadinya suatu


(2)

81 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA peralihan karena pewarisan harus dilakukan balik nama melalui kegiatan pendaftaran tanah, apabila tidak dilakukan maka melanggar ketentuan tersebut sehingga akan terdapat sanksi yang diterima. Selain itu,para ahli waris harus melakukan balik nama atas kepemilikan tanah waris itu adalah bahwa ahli waris dalam hal ini C dan D sebelum menjual tanah tersebut harus menjadi diakui sebagai pemilik atas tanah yang sah, kepemilikan atas tanah dari C dan D dalam hal ini harus dibuktikan dengan sertifikat. Sertifikat merupakan bukti hak yang diakui oleh hukum agraria. Oleh karena itu surat persetujuan dari C dan D tidak dapat dijadikan alat bukti kepemilikan, sehingga C dan D harus melakukan balik nama agar C dan D dapat melakukan jual beli dan hak-haknya sebagai pemilik yang akan mendapatkan pembayaran atas penjualan tanah tersebut tidak terlanggar.

3. Kewajiban perpajakan yang harus dibayarkan oleh C dan D adalah menurut

ketentuan peraturan perundang-perundangan mengenai perpajakan, mengingat para ahli waris dalam mendapatkan suatu waris berupa tanah harus melakukan pembayaran pajak yaitu Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dengan besar pembayaran yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai BPHTB Waris, selanjutnya para ahli waris dalam akan melakukan penjualan atas tanah tersebut juga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pajak penghasilan bahwa para ahli waris harus melakukan kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan


(3)

(PPH-PHTB)dengan peraturan perundang-undangan terkait,untuk perhitungan tariff (PPH-PHTB) adalah sebagai berikut : 5% x NJOP dan juga kewajiban perpajakan juga dikenakan kepada pembeli yang membeli tanah dari para ahli warisnya. pihak pembeli tersebut dikenakan kewajiban untuk membayar BPHTB karena memperoleh hak atas tanah dan bangunan dari hasil pembelian. Adapun penghitungan tarif adalah sebagai berikut : BPHTB = 5% x (NPOP-NPOPTKP)

B. SARAN

1. Dalam rangka memberikan kepastian hukum berkaitan peralihan hak atas tanah

yang terjadi karena suatu pewarisan, dan saat ini terjadi perbedaan pada prakte prosedur suatu pewarisan oleh pejabat yang terkait maka diperlukan keseragaman aturan prosedur mengenai pejabat yang berwenang dalam menentuan harus dibalki nama atau persetujuan dari pihak BPN.

2. Sosialisasi agar tidak terjadi kehilangan potensi pendapatan Negara dari

BPHTB Waris bidang pertanahan, setiap peralihan hak atas tanah waris harus dilakukan balik nama sertifikat karena untuk memberikan perlindungan kepada ahli waris sebagai pemilik yang sah atas warisan berupa tanah tersebut karena bukti kepemilikan yang sah adalah sertifikat. Selain itu juga kegiatan balik nama sertifikat harus dilakukan karena hal itu diatur dengan jelas dalam peraturan perundang-undangan terkait,agar untuk kemudian tidak terjadi lagi pengenyampingan aturan mengenai balik nama sertifikat karena dapat


(4)

83 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari. Selain itu kepada Kepala Kantor Pertanahan hendaknya melakukan sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat mengenai proses dan persyaratan pendaftaran tanah kepada kantor Badan Pertanahan Nasional.

3. Diperlukan ketelitian dan kecermatan kepada PPAT/PPATS sebagai fungsi

pemungut pajak dalam setiap peralihan kepemilikan atas tanah dan juga PPAT yang berperan sebagai pejabat yang melakukan peralihan hak atas tanah agar menilai kebenaran mengenai alat bukti kepemilikan atas tanah agar kedepanya tidak terjadi permasalahan hokum dan ada keseragaman pada kasus-kasus seperti ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

SumberBuku

A.Pitlo, Hukum Waris Indonesia, Jakarta : PT. Intermasa.2013

AP.Parlindungan, Pendaftaran tanah-tanah dan konferensi Hak milik atas tanah menurut UUPA, Bandung : Alumni. 1988.

Adrian Sutedi, Peralihan hak atas tanah dan pendaftarannya, Jakarta : Sinar Grafika. Bernhard Limbong, Hukum Agraria Nasional,Jakarta : Margaret Pustaka. 2012

Boedi Harsono, Hukum Agraria Nasional, sejarah pembentukan UUPA, isi dan pelaksanaanya, Jakarta : Djambatan. 2005

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah Di Indonesia dan peraturan pelaksanaanya, Bandung : Alumni. 1993

Dr. Oyok Abuyamin, Perpajakan Pusat dan Daerah,Bandung : Humaniora. 2010 Erman Suparman, Hukum Waris Indonesia, Jakarta : PT. Refika Aditama.2005

Effendi Peranin, Hukum Agraria Di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1994 L.J. Van Apeldoom, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Pradya Paramita. 2013

Surini Ahlan Sjarif,Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat. Jakarta : Kencana. 2006 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa. 2003

Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agama,Jakarta : Karunia. 1988 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, Jakarta : Kencana. 2010

Wirawan B. Ilyas dan Richard Button, Hukum Pajak, Jakarta : PT. Salemba Empat Patria. 2001 Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, Yogyakarta : CV. Andi Ofset. 2009


(6)

SumberUndang-Undang

KitabUndang-UndangHukumPerdata

Undang-UndangNomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasiKependudukan Undang-UndangNomor 11 Tahun 1974 TentangPerkawinan

Undang-UndangNomor 5 Tahun 1960 TentangPeraturanPokok-PokokAgraria

Undang-UndangNomor 20 Tahun 2000 TentangPerubahanAtasUndang-UndangNomor 21 Tahun 1997 tentang Bea PerolehanHakAtas Tanah danBangunan


Dokumen yang terkait

Akibat Hukum Perbuatan Jual Beli Harta PeninggalanTanpa Persetujuan Para ahli Waris Yang Lain

2 230 106

KAJIAN YURIDIS TENTANG WASIAT WAJIBAH KEPADA AHLI WARIS NON MUSLIM MENURUT HUKUM WARIS ISLAM

0 3 18

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WARIS YANG TELAH TERJADI PERALIHAN HAK ATAS DASAR JUAL BELI Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Tanah Waris Yang Telah Terjadi Peralihan Hak Atas Dasar Jual Beli (Studi Putusan No. 129/Pdt.G/2015/Pn Skh

0 5 16

SKRIPSITINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WARIS Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Tanah Waris Yang Telah Terjadi Peralihan Hak Atas Dasar Jual Beli (Studi Putusan No. 129/Pdt.G/2015/Pn Skh Di Pengadilan Negeri Sukoharjo).

0 4 10

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS YANG BEDA AGAMA Tinjauan Yuridis Terhadap Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris Yang Beda Agama Melalui Wasiat Wajibah.

0 6 19

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS YANG BEDA AGAMA Tinjauan Yuridis Terhadap Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris Yang Beda Agama Melalui Wasiat Wajibah.

0 9 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Terhadap Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris Yang Beda Agama Melalui Wasiat Wajibah.

0 7 18

DAFTAR PUSTAKA Tinjauan Yuridis Terhadap Pembagian Harta Waris Kepada Ahli Waris Yang Beda Agama Melalui Wasiat Wajibah.

0 6 4

Penyelesaian Sertifikat Tanah Waris Dalam Jual Beli Yang Dilakukan Oleh Ahli Waris Lain.

1 9 61

KEDUDUKAN AHLI WARIS TERHADAP HARTA WARI

0 0 7