Transfer Massa Disertai Reaksi Kimia Pada Absorbsi H2S Dalam Pemurnian Gas Alam Maupun Biogas Menggunakan Larutan Absorben Fe-EDTA Dalam Packed Column.

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL

1. Judul Penelitian

: Transfer Massa Disertai Reaksi Kimia Pada
Absorbsi H2S Dalam Pemurnian Gas Alam
Maupun Biogas Menggunakan Larutan
Absorben Fe-EDTA Dalam Packed Column

2.Ketua Peneliti :
a. Nama lengkap
: Endang Kwartiningsih, S.T., M.T.
b. Jenis Kelamin
: Perempuan (P)
c. NIP
: 19730306 199802 2 001
d. Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
e. Jabatan Struktural
:f. Fakultas/ Jurusan

: Teknik / Teknik Kimia
g. Perguruan Tinggi
: Universitas Sebelas Maret
h. Pusat Penelitian
: LPPM Universitas Sebelas Maret
3. Jumlah Tim Peneliti
: 2 orang
4. Lokasi Penelitian
: Laboratorium Operasi Teknik Kimia UNS
5. Kerja Sama dengan Institusi Lain : 6. Masa Penelitian
: 2 tahun
7. Biaya yang diperlukan
:
a. Biaya yang disetujui tahun 2010 : Rp. 30.607.000,b. Biaya yang disetujui tahun 2011 : Rp. 32.000.000,-

Surakarta, 19 Oktober 2011
Ketua Peneliti,

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik UNS


Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT
NIP. 19710103 199702 1 001

Endang Kwartiningsih, S.T., M.T.
NIP. 19730306 199802 2 001

Menyetujui
Ketua LPPM
Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Sunardi, M.Sc.
NIP. 19540916 197703 1 001

i

RINGKASAN
Gas alam dengan kandungan metana yang tinggi banyak digunakan dalam
industri pupuk dan industri lainnya. Gas alam ataupun biogas berpotensi juga sebagai
bahan bakar. Akan tetapi penggunaan gas alam ataupun biogas tersebut bermasalah

karena kandungan H2S yang masih tinggi (1-5 %) yang berdampak pada pencemaran,
sehingga sebelum digunakan perlu dimurnikan terlebih dahulu. Pemurnian gas dari
kandungan H2S menggunakan Iron Chelated Solution (Fe-EDTA) memberikan
banyak kelebihan. Kelebihan tersebut diantaranya adalah efektifitas penyerapan H2S
tinggi, larutan absorben bisa diregenerasi sehingga biaya operasi murah . Kelebihan
lain yang tidak ada pada proses lain adalah sulfur yang terpisahkan dari biogas berupa
sulfur padat (komoditas bernilai ekonomi) atau paling tidak berupa residu yang
mudah dan aman dalam pembuangannya sehingga tidak mencemari lingkungan.
Chelated agent yang biasa digunakan adalah EDTA (Ethylene Diamine Tetra
Acetate). Iron Chelated Solution (Fe-EDTA) dibuat dengan melarutkan senyara
garam besi FeCl2 ke dalam larutan EDTA.
Penelitian dilakukan secara simulasi dan eksperimental. Penelitian secara
eksperimental dilakukan untuk validasi hasil simulasi. Dengan membandingkan hasil
percobaan dan hasil simulasi diperoleh nilai koefisien transfer massa dan konstanta
kecepatan reaksi. Data-data kinetika tersebut nantinya merupakan data yang bersifat
fundamental yang sangat diperlukan pada perancangan alat absorbsi H2S
menggunakan larutan absorben Fe-EDTA dalam skala pilot plant maupun dalam
skala yang lebih besar di industri. Tahap simulasi dilakukan dengan mengembangkan
model matematis pada proses absorbsi dalam packed column, dengan menyusun
neraca massa yang meliputi persamaan-persamaan transfer massa disertai reaksi

kimia. Ditinjau dari aspek kinetika reaksi, reaksi penyerapan H2S oleh larutan
absorben dapat dikategorikan sebagai reaksi heterogen yaitu gas dan cair. Mula-mula
H2S (ion S2-) mendifusi dari badan gas ke lapisan film gas (interface), selanjutnya
mendifusi lagi dari lapisan film cair (interface) ke badan cair. Ion S2- yang telah
berada dalam badan cair selanjutnya bereaksi dengan larutan absorben Fe-EDTA (ion
Fe3+) membentuk sulfur (S) dan ion ferro (Fe2+), :
S 2  2Fe 3 
 S  2Fe 2 ,dengan asumsi reaksi adalah reaksi elementer maka
kecepaan reaksi mengikuti persamaan :- rA = k. CA. CB2 dengan
A = ion sulfide (S2-), B = ion ferri (Fe3+), C = sulfur (S) dan D = ion ferro (Fe2+)
Persamaan-persamaan matematis yang telah disusun dalam kolom absorber yaitu :
dy A (YA .P  H .C A ) A.R.T
(1)

1
H
dz
G.P

k Ag a k Al a

dC A (YA .P  H .C A ) A
2 A.

 k .C A .C B .
H L
1
L
dz

k Ag a k Al a
2.k .C A .C B . A.
dC B

dz
L
2
dCC k .C A .C B . A.

dz
L


(2)

2

(3)
(4)
ii

dC D 2.k .C A .C B . A.
(5)

dz
L
Penyelesaian persamaan-persamaan matematis di atas dilakukan secara numerik
dengan program Matlab.
Tahap eksperimental dilakukan dengan pembuatan larutan Fe-EDTA dari
FeCl2 dan larutan EDTA. Selanjutnya larutan Fe-EDTA dilewatkan dalam packed
column yang dikontakkan dengan gas metana dengan kandungan H2S di dalamnya
secara counter current.

Dengan membandingkan komposisi gas hasil percobaan dan hasil simulasi
maka diperoleh nilai koefisien transfer massa di fase gas (kAga), koefisisen transfer
massa di fase cair (kAla) dan konstanta kecepatan reaksi (k). Pada tahun pertama
penelitian (Kwartiningsih, E., 2010) diperoleh nilai-nilai koefisisen transfer massa di
fase cair (kAla) jauh lebih rendah dari pada nilai-nilai nilai koefisien transfer massa di
fase gas (kAga) dan konstanta kecepatan reaksi (k). Hal ini berarti bahwa pada proses
absorbsi H2S menggunakan larutan absorben Fe-EDTA ditentukan oleh proses
transfer massa di fase cair. Transfer massa di fase cair jauh lebih lambat dibandingkan
transfer massa di fase gas maupun reaksi kimia di fase cair. Semakin besar laju alir
absorben maka nilai koefisisen transfer massa di fase cair (kAla) semakin besar pula.
Hal ini terjadi karena semakin besar laju alir absorben maka semakin besar bilangan
Reynolds yang menyebabkan peningkatan turbulensi sehingga transfer massa di fase
cair juga semakin cepat. Dari analisis dimensi dan pengolahan data diperoleh
hubungan antara bilangan-bilangan tak berdimensi yaitu bilangan Sherwood dan
2

 k a.Dp 2 
  .v.Dp 
  1,2342
bilangan Reynolds sebagai berikut :  Al




D


AB


Pada tahun ke-2 penelitian ini diamati variabel diameter packing. Nilai
koefisien perpindahan massa di fase cair pada berbagai diameter packing dapat dilihat
pada tabel 1. Semakin kecil diameter packing, nilai koefisien perpindahan massa
semakin besar karena semakin kecil diameter packing maka semakin besar juga luas
permukaan kontak antara gas dan absorben. Dari analisis dimensi dan pengolahan
data maka diperoleh hubungan antara nilai koefisien perpindahan massa di fase cair
dan diameter packing dalam kelompok tak berdimensi adalah sbb. :
1, 785
 k Al a.Dp2 
 Dp 
  26,17



 Dk 
 DAB 
0 , 0744

Tabel 1. Nilai kAla pada laju alir absorben 5,6 L/menit dan laju alir gas 5 L/menit
pada variasi diameter packing.
Diameter Packing
kAla (1/menit)
Dp/Dk
Sh = kALa.Dp2/DAB
¼ in = 0,635 cm
0,0015903
0,0635
0,18773
½ in = 1,270 cm
0,0014578
0,1270
0,68836

¾ in = 1,905 cm
0,0012409
0,1905
1,31836
Jika hubungan antara nilai koefisien perpindahan massa di fase cair pada
variasi laju alir dan variasi diameter packing digabung maka hubungan antara

iii

kelompok

 k Al a.Dp

 DAB


bilangan
2



 .v.Dp 
  15,78








tak
0 , 0744

berdimensi

menjadi

:

1, 71

 Dp 


 Dk 

Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh diameter packing lebih dominan dari pada
pengaruh laju alir absorben.

iv

SUMMARY
Biogas is very potential to be used as fuel because of its high content of
methane. Biogas had also been developed and used by several industries as
alternative fuel to substitute mineral oil. The disadvantage of biogas as fuel was its
high content of hydrogen sulfide, H2S which is potential to pollute the environment.
Because of this, biogas should be purified first before being used as fuel. Generally,
the content of H2S can be reduced physically, chemically or biologically methods,
but these methods have many disadvantages. Biogas purification ( also other gases)
from the content of H2S using Fe-EDTA (Iron Chelated Solution) gave several
advantages. The advantages were the absorbent solution can be regenerated that
means a cheap operation cost, the separated sulfur was a solid ( that is an economic
commodity ) or residue that is easy to handle and is save to be disposal to
environment. Iron Chelated Solution was made by solving the substance of salted
iron to EDTA solution.
This research was done by simulation and experimental. The experimental
research was done to valid the simulation result. By comparing the experiment and
simulation result, the mass transfer coefficient and the reaction rate constant was
found. Then the kinetics value was fundamental data that used to design H2S
absorption column by Fe-EDTA absorbent in pilot plant or in industry scale. The
simulation step was done by mathematical model arrangement representing the
absorption process in packed column through mass transfer arrangement such as mass
transfer equations and chemical reaction. The mass transfer equation consisted of gas
and liquid mass transfer. First, H2S (S2- ion) diffused from main body of gas to gas
film, then it diffused from gas film to liquid film and then it diffused from liquid film
to main body of liquid. S2- ion that was in main body of liquid were reacted with FeEDTA absorbent (Fe3+) to sulfure (S) and ferro ion (Fe2+), with the reaction equation :
S 2  2Fe 3 
 S  2Fe 2
With the assumption reaction was elementary reaction hence reaction rate
followed the equation : :- rA = k. CA. CB2 with : A = sulfide ion (S2-), B = ferri
ion (Fe3+), C = sulfur (S) and D = ferro ion (Fe2+). Mathematical equation which
had been compiled in absorber column that were :
dy A (YA .P  H .C A ) A.R.T

H
1
dz
G.P

k Ag a k Al a

(1)

dC A (YA .P  H .C A ) A
2 A.
 k .C A .C B .

H L
1
L
dz

k Ag a k Al a

(2)

dC B
2.k .C A .C B . A.
(3)

dz
L
2
dCC k .C A .C B . A.
(4)

dz
L
2
dC D 2.k .C A .C B . A.
(5)

dz
L
The solving of mathematical equation was done by numeric with the Matlab program.
2

v

The experimental step was done with the making of Fe-EDTA solution from
FeCl2 and EDTA. Then Fe-EDTA solution was flown in counter current packed
column that was contacted with H2S in the methane gas.
By comparing gas composition result of experiment and simulation, the value
of mass transfer coefficient in gas phase ( kAga), mass transfer coefficient in liquid
phase (kAla) and the reaction rate constant ( k) were found. In the first year research
(Kwartiningsih, E., 2010), the value of mass transfer coefficient in liquid phase (kAla)
were lower than values of mass transfer coefficient in gas phase (kAga) and the
reaction rate constant (k). It meant that H2S absorption process using Fe-EDTA
absorbent solution was determined by mass transfer process in liquid phase. Rate of
mass transfer in liquid phase was more slowly than rate of mass transfer in gas phase
and rate of chemical reaction in liquid phase. The higher flow rate of absorbent, the
higher value of mass transfer coefficient in liquid phase. It was happened because the
higher flow rate of absorbent, the higher Reynolds number that causing improvement
turbulence so that the rate of mass transfer in liquid phase was also faster. The
relation of dimensionless number between Sherwood number and Reynolds number
 k a.Dp 2 
  .v.Dp 
  1.2342
was :  Al


  
 D AB 
In the second year, the research focus in variation of packing diameter. The
value of mass transfer coefficient in liquid fase at variation of packing diameter can
be showed at table 2. The smaller packing diameter, the higher value of mass transfer
coefficient in liquid phase. It was happened because the smaller packing diameter, the
bigger contact surface area between gas and liquid. From analysis of dimension and
data processing from table 2, the relation of dimensionless number between
1.785
 k a.Dp 2 
Dp 
  26.17
Sherwood number and packing diameter was :  Al


 Dk 
 D AB 
0.0744

Table 2. Value of kAla at flow rate of absorbent = 5.6 L/minute and flow rate of gas =
5 L/minute at variation of packing diameter.
Packing Diamter
kAla (1/minute)
Dp/Dk
Sh = kALa.Dp2/DAB
¼ in = 0.635 cm
0.0015903
0.0635
0.18773
½ in = 1.270 cm
0.0014578
0.1270
0.68836
¾ in = 1.905 cm
0.0012409
0.1905
1.31836
If the relation of Sherwood number at variation of flow rate and packing
diameter were combined, so the relation of dimensionless number was :

 k Al a.D p 2 
.v.D p
  15.78

 
 D AB 








0.0744

 Dp

 Dk





1.71

That meant the influence of packing diameter more dominant than fluid flow
rate.

vi

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penelitian dan laporan penelitian Fundamental dengan judul Transfer Massa Disertai
Reaksi Kimia Pada Absorbsi H2S Dalam Pemurnian Gas Alam Maupun Biogas
Menggunakan Larutan Absorben Fe-EDTA Dalam Packed Column ini dapat
diselesaikan .
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model matematis proses absorbsi
H2S menggunakan larutan absorben Fe-EDTA, menyelesaikan model matematis yang
telah disusun dengan cara numerik, memperoleh data-data koefisisen transfer massa
dan konstansta kecepatan reaksi pada proses absorbsi H2S menggunakan larutan
absorben Fe-EDTA yang merupakan data yang bersifat fundamental yang sangat
diperlukan pada perancangan alat absorbsi dalam skala pilot plant maupun dalam
skala yang lebih besar di industri. Selain itu penelitian ini juga mempelari pengaruh
variabel laju alir fluida dan diameter packing terhadap koefisisen transfer massa dan
konstansta kecepatan reaksi pada proses absorbsi H2S menggunakan larutan absorben
Fe-EDTA.
Saran dan kritik

yang bersifat membangun dari para pembaca sangat

diharapkan untuk perbaikan ke depan, mengingat penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada DP2M
Ditjen Dikti dan UNS yang telah membiayai penelitian ini melalui Penelitian
Fundamental dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian dan
penulisan laporan ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat.

Surakarta, 19 Oktober 2011

Penyusun

vii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..

i

RINGKASAN DAN SUMMARY………………………………………

ii

PRAKATA………………………………………………………………

vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………

viii

BAB I.

PENDAHULUAN………………………………………….

1

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………

5

BAB III.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……………….

15

BAB IV. METODE PENELITIAN…………………………………..

16

HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….

18

BAB VI. KESIMPULAN ……………...…………………………….

22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

24

LAMPIRAN……………………………………………………………

26

BAB V.

viii