STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO. 408/PDT.G/2007/PN.JKT.PST TENTANG PENCEMARAN NAMA BAIK DITINJAU DARI HUKUM ACARA PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 1999 TENTANG PERS.
STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
JAKARTA PUSAT NO. 408/PDT.G/2007/PN.JKT.PST TENTANG
PENCEMARAN NAMA BAIK DITINJAU DARI HUKUM ACARA
PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 1999 TENTANG
PERS
Charles Jacob
AX0 050 560
ABSTRAK
Pers bukanlah pranata yang bebas dari persoalan. Ada kalanya
berita-berita pers tidak menyenangkan bagi suatu pihak, yang disebabkan
oleh analisis wartawan yang tidak luput dari kelemahan dan kesalahan.
Hal inilah kemudian yang memicu sebagian pihak untuk membawa
persoalan tersebut kedalam ranah hukum dengan dalih, bahwa apa yang
diberitakan oleh pers telah menimbulkan suatu kerugian. Dalam kasus
yang dijadikan sebagai objek penelitian ini, merupakan suatu kasus yang
mirip dengan apa yang dinamakan Libel Tourism Case yang menurut
penulis baru pertama kalinya terjadi di Indonesia.
Dalam perkara ini, Richard Bruce Ness yang berkewarganegaraan
Amerika telah mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
terhadap Jane Perlez yang merupakan Warga Negara Australia, The New
York Times yang merupakan media pers yang berkantor di New York
Amerika Serikat, dan Evelyn Rusli serta Muktita Suhartono yang
berkewarganegaraan Indonesia dan berperan sebagai jurnalis/wartawan
dari The New York Times yang membantu Jane Perlez. Gugatan tersebut
didasari oleh karena pemberitaan yang telah ditulis oleh JP dan diterbitkan
oleh The New York Times, dirasakan oleh Richard Bruce Ness bersifat
memojokkan, mendiskreditkan, menyalahkan dan mencemarkan nama
baiknya. Atas pemberitaan tersebut, RBN merasa dirugikan secara
materiil dan immateriil.
Terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menolak gugatan yang diajukan oleh RBN oleh karena para Tergugat
secara hukum tidak terbukti melakukan perbuatan melanggar hukum.
Putusan tersebut didasarkan pada kode etik jurnalistik yang berlaku
secara universal. Dalam hal ini, ditinjau dari Hukum Acara Perdata,
khususnya mengenai kewenangan mengadili, Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat secara hukum berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini
dengan menerapkan hak choice of jurisdiction atau choice of court
.Sedangkan mengenai penggunaan kode etik jurnalistik yang berlaku
secara universal sebagai dasar untuk memutus perkara ini telah sesuai
dan memenuhi amanat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang
Pers.
Kata kunci: pers, kode etik jurnalistik, choice of jurisdiction
iv
CASE STUDY OFSTATE COURT DECISIONS JAKARTA CENTER NO.
408/PDT.G/2007/PN.JKT.PST REVISED ON DEFAMATION OF CIVIL
PROCEDURE LAW AND THE LAW 40 OF 1999 CONCERNING THE
PRESS
Charles Jacob
AX0 050 560
ABSTRACT
Institution of the press is not free of problems. There are times when news
releases are no fun for a party, which is caused by the analysis of
journalists who are not free of weaknesses and mistakes. It is then that
triggers some parties to bring the issue into the realm of law on the
pretext, that what is reported by the press have led to a loss. In cases that
serve as the object of this study, is a case similar to the so-called libel
Tourism Case by author for the first time that happened in Indonesia.
In this case, Richard Bruce Ness the American citizen has filed a lawsuit in
the Central Jakarta District Court against Jane Perlez is a citizen of
Australia, The New York Times that the news media offices in New York
the United States, and Evelyn Rush and the Muktita Suhartono citizen of
Indonesia and served as a journalist / reporter from The New York Times
that helps Jane Perlez. The lawsuit is based on the due proclamation was
written by JP and published by The New York Times, Richard Bruce Ness
is felt by nature discredit, discredit, blame and defame his good name. On
the news, RBN feel disadvantaged in material and immaterial.
Against the lawsuit, the Central Jakarta District Court rejected a lawsuit
filed by the Defendants RBN therefore is not legally guilty of any crime.
This decision was based on journalistic code of ethics that are universal. In
this case, in terms of Civil Procedure, particularly regarding the authority of
the judge, the Central Jakarta District Court is legally authorized to
investigate and prosecute this case by applying the right choice of
jurisdiction or choice of court. As for the use of journalistic ethics that are
universal as the basis for deciding the case has been appropriate and
fulfill the mandate of the Act No. 40 of 1999 on the Press.
Keyword: pers, jurnalisme ethic code, choice of jurisdiction.
v
JAKARTA PUSAT NO. 408/PDT.G/2007/PN.JKT.PST TENTANG
PENCEMARAN NAMA BAIK DITINJAU DARI HUKUM ACARA
PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 1999 TENTANG
PERS
Charles Jacob
AX0 050 560
ABSTRAK
Pers bukanlah pranata yang bebas dari persoalan. Ada kalanya
berita-berita pers tidak menyenangkan bagi suatu pihak, yang disebabkan
oleh analisis wartawan yang tidak luput dari kelemahan dan kesalahan.
Hal inilah kemudian yang memicu sebagian pihak untuk membawa
persoalan tersebut kedalam ranah hukum dengan dalih, bahwa apa yang
diberitakan oleh pers telah menimbulkan suatu kerugian. Dalam kasus
yang dijadikan sebagai objek penelitian ini, merupakan suatu kasus yang
mirip dengan apa yang dinamakan Libel Tourism Case yang menurut
penulis baru pertama kalinya terjadi di Indonesia.
Dalam perkara ini, Richard Bruce Ness yang berkewarganegaraan
Amerika telah mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
terhadap Jane Perlez yang merupakan Warga Negara Australia, The New
York Times yang merupakan media pers yang berkantor di New York
Amerika Serikat, dan Evelyn Rusli serta Muktita Suhartono yang
berkewarganegaraan Indonesia dan berperan sebagai jurnalis/wartawan
dari The New York Times yang membantu Jane Perlez. Gugatan tersebut
didasari oleh karena pemberitaan yang telah ditulis oleh JP dan diterbitkan
oleh The New York Times, dirasakan oleh Richard Bruce Ness bersifat
memojokkan, mendiskreditkan, menyalahkan dan mencemarkan nama
baiknya. Atas pemberitaan tersebut, RBN merasa dirugikan secara
materiil dan immateriil.
Terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menolak gugatan yang diajukan oleh RBN oleh karena para Tergugat
secara hukum tidak terbukti melakukan perbuatan melanggar hukum.
Putusan tersebut didasarkan pada kode etik jurnalistik yang berlaku
secara universal. Dalam hal ini, ditinjau dari Hukum Acara Perdata,
khususnya mengenai kewenangan mengadili, Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat secara hukum berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini
dengan menerapkan hak choice of jurisdiction atau choice of court
.Sedangkan mengenai penggunaan kode etik jurnalistik yang berlaku
secara universal sebagai dasar untuk memutus perkara ini telah sesuai
dan memenuhi amanat dari Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang
Pers.
Kata kunci: pers, kode etik jurnalistik, choice of jurisdiction
iv
CASE STUDY OFSTATE COURT DECISIONS JAKARTA CENTER NO.
408/PDT.G/2007/PN.JKT.PST REVISED ON DEFAMATION OF CIVIL
PROCEDURE LAW AND THE LAW 40 OF 1999 CONCERNING THE
PRESS
Charles Jacob
AX0 050 560
ABSTRACT
Institution of the press is not free of problems. There are times when news
releases are no fun for a party, which is caused by the analysis of
journalists who are not free of weaknesses and mistakes. It is then that
triggers some parties to bring the issue into the realm of law on the
pretext, that what is reported by the press have led to a loss. In cases that
serve as the object of this study, is a case similar to the so-called libel
Tourism Case by author for the first time that happened in Indonesia.
In this case, Richard Bruce Ness the American citizen has filed a lawsuit in
the Central Jakarta District Court against Jane Perlez is a citizen of
Australia, The New York Times that the news media offices in New York
the United States, and Evelyn Rush and the Muktita Suhartono citizen of
Indonesia and served as a journalist / reporter from The New York Times
that helps Jane Perlez. The lawsuit is based on the due proclamation was
written by JP and published by The New York Times, Richard Bruce Ness
is felt by nature discredit, discredit, blame and defame his good name. On
the news, RBN feel disadvantaged in material and immaterial.
Against the lawsuit, the Central Jakarta District Court rejected a lawsuit
filed by the Defendants RBN therefore is not legally guilty of any crime.
This decision was based on journalistic code of ethics that are universal. In
this case, in terms of Civil Procedure, particularly regarding the authority of
the judge, the Central Jakarta District Court is legally authorized to
investigate and prosecute this case by applying the right choice of
jurisdiction or choice of court. As for the use of journalistic ethics that are
universal as the basis for deciding the case has been appropriate and
fulfill the mandate of the Act No. 40 of 1999 on the Press.
Keyword: pers, jurnalisme ethic code, choice of jurisdiction.
v