PROBLEMATIKA KAJIAN LINGUISTIK AL QURAN

BAB II
BARAT DAN PROBLEMATIKA LINGUISTIK KAJIAN
ALQURAN: CHRISTOPH LUXENBERG

A. Biografi Christoph Luxenberg
Christoph Luxenberg merupakan nama samaran seorang sarjana dari
Jerman yang membantah pandangan Muslim ortodoks mengenai Alquran. 1 Dari
beberapa sumber yang dapat dipercaya, dia adalah seorang warga dari Jerman
yang berkebangsaan Lebanon dan penganut Kristen, yang mempunyai nama asli
Ephraem Malki, yaitu seorang Dr. Phil. dalam bidang Arabustik. Dia adalah salah
seorang Orientalisme kontemporer yang mengkaji tentang kebahasaan Alquran.
Bahasa Alquran menjadi salah satu pengkajian yang penting bagi dunia Barat.
Mereka berpendapat bahwa bahasa Alquran itu banyak yang dipengaruhi oleh
bahasa asing, diantaranya yang menyatakan pemikiran ini adalah Abraham Geiger
(tokoh pendiri Yahudi Liberal di Jerman). Abraham berpendapat pada salah satu
esainya bahwa kosakata Ibrani cukup banyak mempengaruhi terhadap bahasa
Alquran. Esainya ini merupakan hasil kompetisi untuk masuk ke Universitas
Bonn tahun 1882 dan dia berhasil memenagngkan kompetisi tersebut. Pada tahun
1883, esai ini duterbitkan kedalam bahasa Jerman dengan judul: Was Hat
Mohammed aus dem Jdenthume aufgenommen? (Apa yang telah Muhammad
Pinjam dari Yahudi?). Kata-kata yang berada dalam Alquran seperti: Tabut,

Taurat, Jannatu, Jahannam, Akhbar, Thagut, Ma’un, Malakut berasal dari bahasa
Ibrani.2
Dalam sebuah artikel dijelaskan bahwa alasan Luxenberg menggunakan
nama samaran dari Ephraem Malki menjadi Christoph Luxenberg adalah untuk
menjaga dirinya dari kemungkinan-kemungkinan akibat kekerasan. Nama
1

Abdullah Saeed, Pengantar Studi Alquran, terj. Sulkhah dan Syahiron Syamsuddin,
(Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2016), 160.
2
Khaeruddin Yusuf, Orientalis dan Duplikasi Bahasa Alquran (Telaah dan Sanggahan
atas Karya Christoph Luxenberg, vol. 9 (Diponegoro: Hunafa, 2012), 152.

3

4

Chrishtoph Luxenberg terinspirasi dari nama Georg Christoph Lichtenberg,
seorang perusak mitos. Lux (latin) diterjemahkan sebagai Licht (jerman).
Kebanyakan versi yang beredar menyebutkan bahwa Luxenberg adalah Sarjana

Jerman dalam bidang Semitic Languages. Hans Jansen, soerang professor di
Universitas Leyden menduga bahwa Luxenberg adalah orang Lebanon yang
beragama Kristen. Mengingat tulisan Francois de Blois dalam Journal of Quranic
Studies yang mempertanyakan pengetahuan Luxenberg tentang bahasa Arab.3
Dalam kajiannya, Luxenberg menggunakan pendekatan filologis
mendekonstruksi keontentikan mushaf Us^ma>ni>. Pada tahun 2003,
tepatnya pada tanggal 28 Mei, Christoph diundang dalam ceramah di Universitas
des Saarlandes yang membahas tentang “Pengaruh Bahasa Aramaik terhadap
bahasa Alquran”. Dia adalah seorang Dosen yang juga aktif dalam bidang menulis
dan memberikan wawancara unuk media masa.4
Berikut diantara karya Christoph Luxenberg:
1. Die Siro-Aramäische Lesart des Koran: Ein Beitrag zur Entschlüsselung der
Koransprache terbit di tahun 2000.
2. Weihnachten im Quran. di Streit um den Quran, Die Luxenberg Debatte:
Standpunkte und Hintergründe terbit di tahun 2004.
3. Der Koran zum Islamischen Kopftuch terbit di tahun 2004.
4. Neudeutung der Arabischen Inschrift im Felsendom zu Yerusalem. di Die
Dunklen Anfänge, neue Forschungen zur Entstehung und frühen Geschichte
des Islam terbit di tahun 2005.
5. Relikte Siro-aramäischer Buchstaben di frühen Korankodizes im hejazi- und

kufi- duktus. di Der frühe Islam terbit di tahun 2007.
6. The Siro-Aramaic Reading Quran - Sebuah Kontribusi untuk Decoding dari
Alquran terbit di tahun 2007.

3

http://en.m.wikipedia.org/wiki/Christoph_Luxenberg (Kamis, 7 Desember 2017,

11.23)
4

Ibid,. 156

5

7. Die syrische Liturgie und die geheimnisvollen Buchstaben im Quran terbit di
tahun 2008.
Dari sekian karya Luxenberg, belum ada yang diterjemah kedalam
bahasa Indonesia. Salah satu karya nya yang telah diterjemah adalah Die SiroAramäische Lesart des Koran: Ein Beitrag zur Entschlüsselung der
Koransprache. Buku terjemahannya terbit dalam bahasa Inggris pada 1 Mei 2007

oleh penerbit Hans Schiler Publishers dengan tebal 352 halaman.5
Luxenburg mengklaim bahwa bahasa Alquran sebenarnya bukan dari
bahasa Arab, melainkan banyak dipengaruhi oleh bahasa Syiriak-Aramaik,
sehingga banyak ungkapan yang sering dibaca keliru dan sulit dipahami, kecuali
merujuk ke Syiriak-Aramaik yang merupakan bahasa yang ada pada masa itu
(Lingua Franca).6 Bahasa Syro-Aramaik (Syiriak) menurut Aidin Husaini adalah
bahasa komunikasi tulis di Timur Dekat mulai abad ke-2 sampai ke-7 Masehi.
Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan oleh warga yang yang tinggal di Eddesa
(Negara kota di Mesopotemia Atas). Sampai munculnya Alquran, bahasa ini
digunakan sebagai media komunikasi yang luas dan penyebaran bahasa serta
budaya Arameans, Arab dan Persia. Budaya ini telah banyak memproduksi
literature yang yang sangat kaya di Timur dekat sejak abad ke-4 sampai
digantikan dengan bahasa Arab abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Salah satu yang
terpenting menurutnya adalah literature thw Syiriac Aramaik dan matrik budaya
ketika itu, praktis merupakan literature dan budaya Kristen. Dan juga dia
menyatakan bahwa tradisi Arab tulis merupakan transmisikan melalui media
Kristen.7
Dalam ajaran Islam, membaca Alquran itu sudah dihitung sebagai pahala,
berbeda lagi dengan membaca Hadis. Dan dalam surat Al Muzammil ayat 4,
menyatakan bahwa membaca Alquran itu harus mengikuti sebutan asal, dan orang

muslim yang membaca Alquran dengan benar itu akan mendapat pahala. Alquran
5

http://books.google.co.id (Rabu, 13 Desember 2017, 11.49)
Ibid,. 157.
7
Ibid,. 157.
6

6

adalah sumber hukum pertama umat Islam, untuk itulah bahasa Alquran dikaji
dengan teliti untuk mendapatkan makna yang tepat agar dapat dijalankan dengan
baik sesuai fungsi dan maksud dari ayat tersebut dan dihayati sebagai ‘amar
ma;ruf nahi munkar. Dalam kajian bahasa Arab yaitu bahasa Alquran disini
muncullah perkembangan ilmu-ilmu cabang bahasa Arab seperti bala>ghah
(badi>’, ma’a>ni>, baya>n, s}araf, nah}w, dan lain-lain. dan dalam
kajian untuk mendapatkan makna-makna yang sesuai dan yang tepat dalam
Alquran, maka muncullah ilmu ‘Ulu>mul Qur’a>n beserta cabang-cabangnya.


B. Metode dan Pemikiran Chrishtoph Luxenberg terhadap Al Quran
Menurut Luxenberg, dengan melakukan kajian semantic terhadap
sejumlah kata dalam Alquran Arab yang diambil dari perbendaharaan bahasa
Syiriac, Alquran yang dianut sekarang ini (Mushaf Usmani) adalah salah salin
(mistransribed) dan berbeda dengan teks aslinya. Teks aslinya lebih mirip bahasa
Aramaic dan naskah asli itu sendiri telah dimusnahkan oleh khalifah Usman.8
Dalam bukunya yang berjudul Die Syro-aramaische Lesart des Koran:
Ein Beitrag zur Entschlusselung der Koranprache (Cara Membaca Alquran
dengan Bahasa Syro-aramaic: Sebuah sumbangsih upaya pemecahan kesukaran
memahami bahasa Alquran), Chrishtoph Luxenberg menyatakan pendapatnya
tentang Alquran. Setidaknya ada tiga pernyataan Luxenberg tentang Alquran,
yaitu:9
1. Bahasa Alquran itu sebenarnya bukan bahasa Arab.
2. Kosa-kata Alquran berasal dari Syro-Aramaik dan ajarannya pun diambil dari
tradisi kitab suci Yahudi dan Kristen-Syiria.
3. Alquran yang ada tidak sahih, perlu ditinjau kembali dan diedit kembali.
8

Adian Husain, “Takkan Pernah Berhasil Upaya Meruntuhkan Orisinalitas Al
Qur’an”, https://labbaik.wordpress.com/2007/05/03/takkan-pernah-berhasil-upaya-meruntuhkanorisinalitas-al-qur%E2%80%99an/ (Jum’at, 27 Oktober 2017, 11.36)

9
Syamsuddin Arif, Al-Qur’an, Orientalisme dan Luxenberg, dalam jurnal Al Ihsan, 17

7

Chirstoph Luxenberg, menyatakan bahwa bahasa Alquran hanya dapat
dipahami jika dikembalikan ke bahasa asalnya, Syro-Aramaic. Karena
menurutnya, bahasa Alquran bukanlah bahasa Arab. Melainkan bahasa Syro –
Aramaic yang menjadi lingua franca masyarakat Arab pada masa itu.10 Yaitu
masa diturunkannya Alquran pada masyarakat Arab.
Bahasa Syro-Aramaic sendiri adalah bahasa Syiriac dengan dialek
Aramaik. Bahasa ini merupakan bahasa komunikasi tulis di Timur Dekat mulai
abad ke-2 sampai 7 Masehi. Digunakan di kawasan Eddesa. Sebuah Negara kota
di Mesopotamia. Bahasa ini kemudian menjadi wahana bagi penyebaran agama
Kristen dan budaya Syiriac ke wilayah Asia, Malabar dan bagian Timur Cina.
Bahasa ini juga menjadi media bagi penyebaran budaya Arameans, Arab dan
sebagian Persia. Dalam sejarahnya, bahasa Syiria-Aramaic ini telah menghasilkan
banyak literatur di Timur Dekat sejak abad ke-4. Kemudian keberadaannya
tergeser oleh bahasa Arab pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi.11
Chrishtoph Luxenberg menggunakan pendekatan filologis dalam

kajiannya terhadap Alquran. Alasan Chrishtoph menggunakan analisa filologi
adalah karena adanya perbedaan qiraat (bacaan) dalam Alquran. Hal inilah yang
kemudian mengantarkan Chrishtoph Luxenberg pada kesimpulan bahwa bahasa
Arab bukanlah bahasa tulis yang resmi. Melainkan bahasa lisan.12
Untuk menguatkan pendapatnya bahwa bahasa Alquran bukanlah bahasa
Arab, Luxenberg menunjukkan beberapa ayat yang menurutnya berasal dari
bahasa Syiriac. Berikut adalah beberapa kosakata yang dipermasalahkan oleh
Luxenberg:13

10

Ibid., 17.
Adian Husain, “Takkan Pernah Berhasil Upaya Meruntuhkan Orisinalitas Al
Qur’an”, https://labbaik.wordpress.com/2007/05/03/takkan-pernah-berhasil-upaya-meruntuhkanorisinalitas-al-qur%E2%80%99an/ (Jum’at, 27 Oktober 2017, 11.36)
12
Khaeruddin Yusuf, “Orientalisme dan Duplikasi …, 157-158.
13
Syamsuddin Arif, Al-Qur’an, Orientalisme dan Luxenberg…, 17-18
11


8

Asal
Ayat

Tuduhan

Lafadz

: ‫المدثر‬
51

َ ‫ن‬
‫ة‬
ٍ ‫و َر‬
ِ ‫ت‬
ْ ‫ق‬
ْ ‫فَ ّر‬
َ ‫س‬
ْ ‫م‬

ّ
.... ‫ن‬
َ ْ‫ملُو‬
َ ْ‫ن يَع‬
ِ ْ ‫لِلذِي‬
َ
‫ت‬
...
ِ ‫السيّأ‬
ّ
َ ّ ‫قَالُوْآ ءَاذَن‬
... ‫ك َما ِمنّا‬
ٍ‫ن شَ هِيْد‬
ِ
ْ ‫م‬
َ ِ ‫ل بَعْد َ ذ َال‬
ُ
ٍ ُ ‫عت‬
ٍ ‫ك َزنِيْم‬


: ‫النسآء‬
18
: ‫فصلت‬
47
: ‫القلم‬
13
: ‫يوسف‬
88
:‫النحل‬
103

: ‫مريم‬
24
: ‫الكهف‬
61

... ‫جا ٍة‬
َ ‫م ْز‬
َ ِ ‫جئْنَا بِب‬
ّ ٍ‫ضاعَة‬
ِ َ‫و‬
...
... ‫ن‬
ِ ْ ‫ن يُل‬
َ ‫و‬
ُ ‫سا‬
َ ّ‫ل‬
ْ ُ ‫حد‬
َ ْ ‫ن الّذِي‬
َ
‫ي‬
ِ ‫ج‬
َ ْ‫ أع‬...
ّ ‫م‬

bahasa

Qasu>rah

Syiriac
Syiriac:

Saniyya>t

sanyata

Idz-dza>ka
‘alin dan

Syiriac
Syiriac:

rati>m

rti>m
Syiriac: m-

murajjiyatin
Yalghuzu>n

raggayta

a

Syiriac-Igez

‫حتْهآ‬
ِ ‫ فَنَادَاهَا‬... Nahitiha
ْ َ‫ن ت‬
ْ ‫م‬
َ ّ ‫فَات‬
ْ َ ‫ فِى الب‬,‫ه‬
َ َ ‫خذ‬
ُ َ ‫سبِيْل‬
ِ‫حر‬
‫س َربَا‬
Syarya
َ

Syiriac
Syiriac

Selain kosa kata tersebut, Luxenberg juga mengorek-orek surah al-‘Alaq.
Ia menytatakan bahwa isi surah al-‘Alaq sama dengan surat al-Fatihah. Kedua
surat ini diambil dari liturgiKristen-Syiriac tentang jamuan malam terakhir jesus.14
Pemikiran Luxenberg yang kedua adalah tentang ajaran Islam. Ia
menganggap bahwa tradisi ajaran Alquran diambil dari kitab Yahudi dan KristenSyiria (Peshitta). Sehingga Alquran yang ada sekarang ini perlu direvisi karena
terjadi banyak kesalahan makna dalam penafsirannya oleh para mufassir.
Kesimpulan ini didapatkan Luxenberg dari investigasi terhadap perbendaharaan
kata Alquran terhadap bahasa Syiria-aramaic sebagai lingua franca masyarakat
Arab pada waktu itu. Menurutnya juga, bahasa fushah adalah bahasa yang datang
14

Ibid., 18

9

kemudian, setelah keberadaan bahasa Syiria-aramaic di Arabia.15Luxenberg juga
menyimpulkan bahwa Alquran tidak bisa menggantikan ajaran Yahudi dan
Kristen, dua agama pendahulunya. Tapi sebaliknya, Alquran mendekatkan dua
ajaran itu pada komunitas Arab.16
Satu hal yang penting dari kajiannya Luxenberg adalah bahwa bahasa
dan literature Syiria-aramaic yang kemudian melahirkan tradisi tulis adalah
ditransmisikan melalui media Kristen. Kemudian Luxenberg menyimpulkan
bahwa Alquran adalah turunan Bible dan liturgy Kristen-Syiria.17
Misalnya, nama surat al-Fatihah, menurut Luxenberg, kata fatihah
berasal dari bahasa Syiria “ptaxa” yang berarti pembukaan. Dalam tradisi KristenSyiria, ptaxa harus dibaca sebagai panggilan untuk berpartisipasi dalam
sembahyang. Dalam Islam, surat ini juga wajib dibaca dalam salat. Kata-kata lain
dalam Alquran seperti quran, hur dan sebagainya juga berasal dari bahasa Syiria.18
Terhadap kata Alquran sendiri, Luxenberg menyatakan bahwa kata ‫قرأن‬
yang dipahami sarjana muslim sebagai ‫( قرأ‬membaca) atau ‫( قرن‬menghubungkan)
adalah keliru. Menurut Luxenberg, ‫ قرأن‬berasal dari kata qeryana (bahasa: Syiriac)
yang berarti ajaran liturgy dari Injil kuno.19
Tokoh lain yang menggugat bahwa penyebab munculnya perbedaan
bacaan Alquran adalah Taufik Adnan Amal. Senada dengan Luxenberg, Adnan
juga mengklaim bahwa penyebab munculnya perbedaan bacaan (qiroah) Alquran
karena penulisan Alquran yang belum sempurna. Belum sempurna disini diartikan
dengan belum digunakannya tanda titik dan harokat. Sehingga satu huruf dapat
dibaca dengan banyak versi. Seperti huruf ta’ yang bisa dibaca dengan hurufatau
tsa’. Selain itu, meskipun Alquran sudah ditulis dalam satu rasm, tapi masyarakat
15

Khairuddin Yususf, Orientalisme dan Duplikasi …, 159.
Ibid., 159.
17
Adian Husain, “Takkan Pernah Berhasil Upaya Meruntuhkan Orisinalitas Al
Qur’an”, https://labbaik.wordpress.com/2007/05/03/takkan-pernah-berhasil-upaya-meruntuhkanorisinalitas-al-qur%E2%80%99an/ (Jum’at, 27 Oktober 2017, 11.36)
18
Khairuddin Yusuf, Orientalisme dan Duplikasi …, 159.
19
Ibid.,158.
16

10

tetap membacanya sesuai dengan lahjah masing-masing. Dari sinilah di masa
mendatang muncul aliran-aliran atau madzhab-madzhab qiro’ah.20
C. Sanggahan terhadap Pemikiran-pemikiran Chrishtoph Luxenberg
Seperti orientalis yang lain, Luxenberg mempertanyakan motivasi
utsman mengkodifikasi Alquran. Ia mengira bahwa Alquran yang dimusnahkan
dengan mushaf utsmani yang beredar sekarang ini berbeda. Ini sangat tidak benar.
Mengingat proses kodifikasi pada masa Utsman dilakukan dengan sangat terbuka,
dan Alquran selalu diingat dan dihafal oleh ribuan bahkan jutaan orang. Jadi tidak
mungkin ada perbedaan dalam Alquran. Sekalipun ada, setiap kekurangan atau
kesalahan dalam Alquran pasti dengan segera diketahui dan diperbaiki.21
Dalam kajiannya ini, Christoph Luxenberg menyatakan beberapa
pemikirannya yang mana baik dari kalangan orientalis sendiri maupun orang
Muslim khusunya, menyangga hasil pemikirannya semantiknya itu terhadap
Alquran. Luxenberg menyatakan bahwa syariat yang ada dalam Alquran
merupakan jiplakan dari Yahudi dan Nasrani. Pemikirannya yang seperti ini tentu
merupakan suatu bentuk pertentangan dengan pendapat orientalis lainnya. Dengan
pemikirannya tersebut, yang mana berlawanan dengan hasil pemikiran tokoh
orientalis lainnya, dan pemikiran mereka merupakan sanggahan bagi Christoph.
Beberapa pendapat tookoh yang menjadi sanggahan untuk pemikiran Christoph:
1. Dr. Tyler
Salah satu tokoh orientalis dari Jenewa, yang berpendapat bahwa “Alquran
berbeda dengan kitab-kitab lainnya, didalamnya tidak saling bertentangan.
Alquran mempunyai sanad, sehingga tidak ada keraguan sedikitpun dari lafallafalnya bahwa dari Allah SWT.22
20

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran (Jakarta: 2011), 338-339
Adian Husain, “Takkan Pernah Berhasil Upaya Meruntuhkan Orisinalitas Al
Qur’an”, https://labbaik.wordpress.com/2007/05/03/takkan-pernah-berhasil-upaya-meruntuhkanorisinalitas-al-qur%E2%80%99an/ (Jum’at, 27 Oktober 2017, 11.36)
22
Khairuddin Yusuf, Orientalisme dan Duplikasi…, 160.
21

11

2. Adian Husaini
Menyatakan bahwa Christoph ini dipandang sebagai ancaman terhadap kajian
Alquran. Adian menguatkan pendapatnya ini dengan menyebutkan beberapa
analisis menurut beberapa tokoh buku Christoph di Jurnal HUGOYE, Journal
of Syiriac Studies, Robbert R. Phenix Jr dan Corneli B. Horn, dari University of
St, Thomas, Summit Avue St, Paul, mencatat implikasi metode kajian filologi
yang dilakukan Christoph terhadap Alquran. Menurut mereka, “Any future
scientific study of the Qur’an will necessarily have to take this method into
consideration. Even if scholars disagree with the conclusions, the philological
method is robust.”
Adian juga berpendapat bahwa, apapun metodenya, kesimpulan
kajiannya ini sebenarnya sama atau tidak jauh beda dengan para orientalis dan
misionaris Kristen yang juga melakukan kajian yang serupa trhadap Alquran.
Intinya, mereka menggugat Alquran sebagai “wahyu” yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad Saw. bahwa Alquran itu tanjil, suci, bebas dari
kesalahan, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Alquran (Al Hijr ([15]:
9).
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa Christoph telah keliru dalam
kajiannya. Letak kekeliruannya juga terdapat pada kesimpulannya yang yaitu
tentang qiraat dalam Alquran menunjukkan bahwa bahasa Arab pada waktu itu
belum mantep dan belum dipakai untuk bahsa tulis. Dan kitab gundul pada
waktu itu menjadi salah satu sebabterjadinya perbedaan qira’at. Dari sini
kekeliruannya sangatlah jelas, karena dia menyamakan qira’at dengan rasm,
yang pada sebenanrnya jika melihat kitab klasik, baik yang berkaitan dengan
bahasa Arab secara umum maupun yang ada pada kitab Ulumul Quran, akan
ditemukan bahwa tulisan Arab mengalami perkembangan sepanjang sejarah.23

23

Ibid., 162.

12

Dia juga salah dalam memahami tulisan (rasm)Alquran. Ia menganggap
bahwa perbedaan muncul karena tulisan gundul, tapi pada yang sebenarnya
variasi telah ada sebelum dikodifikasiakannya Alquran, bahkan rasm atau
tulisan Alquran itu telah disepakati dan dibuat sedemikian rupa agar dapat
mewakili dan dapat menampung berbagai macam bacaan yang diterima.
3. Syamsuddin Arief
Memberikan sanggahan ilmiahnya terhadap teori Christoph, yang menunjuk
pada 3 asumsi keliru yang digunakannya. Pertama, Christph mengira bahwa
Alquran yang dibaca berdasarkan tulisannyasehingga pembaca boleh
seenaknya berspekulasi tentang suatu bacaan. Kedua, dia menganggap tulisan
adalah segalanya, dan tulisan sebagai patokan, dan menhadu pada teks. Ketiga,
dia menyatakan bahwa Alquran sama dengan bible, dimana pembaca boleh
mengubah

dan

mengotak-atikteks

yang

dibaca.

Ketiga

asumsi

ini

digunakannya sebagai pondasi argumennya, tanpa membuktikan terlebih
dahulu kebenarannya.24
Persoalan tentang dituduhnya Alquran yang merupakan jiplakan dari
orang non muslim, sudah disebutkan dalam Alquran, “Dan sesungguhnya
Kami telah mengtahui bahwa mereka berrkata: Sesungguhnya Alquran itu
diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Dan pada
sebenarnya, bahasa orang yang mereka tuduhkan adalah bahsa ‘ajam,
sedangkan Alquran itu dalam bahsa Arab yang terang. (‘Arabiyyun
Mubi>n) surat An Nahl [16]: 103.25
Jika diperhatikan, Alquran memang banyak menyerap istilah yang sama
dengan istilah yang digunakan agama sebeblumnya, bahkan istilah dalam
tradiri Quraish. Misal, s{aum (puasa), haji, dll. Jika ditemukan banyak istilah
atau terminologi dalam Alquran yang sama dengan istilah dalam bible atau
24
25

Ibid., 163.
Ibid., 166.

13

tradisi sebelum Islam, itu tidaklah berarti bahwa Alquran merupakan jiplakan
dari kitab agama lain, karena juga salah satu fungsi Alquran adalah sebagai
“parameter”

dan

“korektor”

terhadap

penyimpangan

terhadap

kitab

sebelumnya. Yang banyak mengingatkan penyimpangan dan perubahan pada
kitab para Nabi.26
Maka kesimpulan Christoph mengenai ketiga asumsinya itu bukan
sesuatu hal yang bisa meruntuhkan kewibawaan mushaf Utsmani yang
memiliki kekuatan hujjah yang kuat sebagai wahyu Allah. Ketiga asumsinya
itu menunjukkan adanya ketidakobektifan dengan apotik. Ketika seseorang
ingin

mengkritik,

tidak

boleh

ada

peluang

untuk

perasaan

benci

mempengaruhinya, apalagi dilandasi dengan egoism dan kepentingan sendiri
yang sering dijadikan segalanya menjadi bias, tidak objektif.27

26
27

Ibid., 167.
Ibid., 168.