MENGASUH ANAK SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS

MENGASUH ANAK

SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS

PENGANTAR TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni

Oleh:

DANAR HARI KUSUMA NIM. C. 0606006 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

MENGASUH ANAK SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS

Disusun Oleh: DANAR HARI KUSUMA NIM. C. 0606006

Telah disetujui oleh pembimbing Untuk diajukan dalam sidang Tugas akhir Tanggal:...............................................

commit to user

MENGASUH ANAK SEBAGAI TEMA DALAM KARYA GRAFIS

Disusun Oleh:

DANAR HARI KUSUMA NIM. C. 0606006

Telah disetujui oleh Tim Penguji Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, Surakarta Pada Tanggal………............................………

Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn. NIP.195103221985031001

Sekretaris

Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. NIP.195007111981031001

Penguji I

Dr. Nooryan Bahari, M.Sn

NIP.196502201990031001

Penguji II

Sigit Purnomo Adi, S.Sn. M.Sn. NIP. 19820316200501103

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Danar Hari Kusuma NIM : C0606006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul “Mengasuh Anak Sebagai Tema Dalam Karya Seni Grafis ” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam pengantar Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan konsep pengantar karya TA dan gelar yang diperoleh dari pengantar karya ini dicabut.

commit to user

PERSEMBAHAN

 Allah SWT  Ayah, Ibu dan keluarga tercinta  Almamater

commit to user

MOTTO

 Siapa yang kalah dengan senyum, dialah pemenangnya.  Pengetahuan adalah kekuatan.  Semua masalah pasti ada jalan keluarnya.  Di balik cobaan atau masalah terdapat hikmah yang dapat diambil bagi yang

mampu melewatinya.  Jalani sesuatu dengan ikhlas.

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran, kemudahan, rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “MENGASUH ANAK SEBAGAI TEMA DALAM KARYA GRAFIS”. Tak lupa shalawat dan salam diperuntukkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang memberikan suri tauladan kepada umat manusia.

Selama mengerjakan Tugas Akhir ini, penulis banyak melalui perjuangan berharga dan tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis tidak akan sanggup dan mampu menyelesaikan Tugas Akhir tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang bersedia memberikan sumbangan pikiran, waktu, dan tenaga bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed. Ph. D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

2. Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa

3. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum, selaku Koordinator Tugas Akhir yang selalu memberikan masukan dan bimbingan dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Dr. Nooryan Bahari, M.Sn. selaku pembimbing I Tugas Akhir ini yang telah bersedia memberikan masukan, saran, kritik, sumbangan pikiran, tenaga, dan waktu kepada penulis.

commit to user

5. Sigit Purnomo Adi, S.Sn, M.Sn. selaku pembimbing II Tugas Akhir ini yang telah bersedia memberikan masukan, saran, kritik, sumbangan pikiran, tenaga, dan waktu kepada penulis.

6. Bapak, Ibu tercinta yang telah memberi dukungan material dan spiritual serta kasih sayang yang tak terhingga.

7. Keluarga Mas Joko yang telah memberi dorongan semangat dan inspirasiku dalam menentukan judul Tugas Akhir ini.

8. Devi Asriyani yang telah mengisi hari-hariku, terimakasih atas kesabaranya, semangat, dukungan, dan kasih sayangnya.

9. Teman-teman seperjuangan Cerly, Ervan, Angga, Yudhitira, Harya, Joni dan para teman-teman seni rupa murni UNS.

10. Semua pihak yang telah turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah penulis buat ini masih ada kekurangan dan jauh dari sempurna, maka penulis berharap para pembaca bersedia memberikan saran dan kritik yang membangun supaya penulisan ini lebih baik. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa seni rupa murni pada khususnya.

Penulis

Danar Hari Kusuma

commit to user

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Akrilik, kertas dan tinta cetak (Tinta Offset) ........................... 29

2. Gambar 2. Alat menggambar dan peralatan cetak .................................... 30

3. Gambar 3. Mesin pres ............................................................................... 30

4. Gambar 4. Skets di kertas dan di akrilik ................................................... 31

5. Gambar 5. Penggoresan atau melukai akrilik dengan jarum dan alat gores minidrill ........................................................................................... 31

6. Gambar 6. Memasukkan dan membersihkan tinta di permukaan acuan cetak (akrilik) ............................................................................................ 32

7. Gambar 7. Melembabkan dan meletakkan kertas di atas acuan cetak. ..... 32

8. Gambar 8. Pengepresan dan mengangkat kertas dari acuan cetak ............ 33

9. Gambar 9. Acuan setelah pencetakan dan hasil cetakan ........................... 33

10. Gambar 10. Karya dengan judul Menimang-nimang................................ 34

11. Gambar 11. Karya dengan judul Berebut Mainan. ................................... 36

12. Gambar 12. Karya dengan judul Aku, Adik dan Ibu ................................ 37

13. Gambar 13. Karya dengan judul Bermain Bersama ................................. 49

14. Gambar 14. Karya dengan judul Mendengarkan ...................................... 40

15. Gambar 15. Karya dengan judul Saling Tunjuk ....................................... 41

16. Gambar 16. Karya dengan judul Ayah Ibu Bekerja .................................. 43

17. Gambar 17. Karya dengan judul Da..Da..Ayah ........................................ 44

18. Gambar 18. Karya dengan judul Nonton Tv ............................................. 46

commit to user

19. Gambar 19. Karya dengan judul Belajar Hemat ....................................... 47

20. Gambar 20. Karya dengan judul Berjamaah ............................................. 49

21. Gambar 21. Karya dengan judul Menyusui .............................................. 50

22. Gambar 22. Karya dengan judul Menyuapi .............................................. 52

23. Gambar 23. Karya dengan judul Kecupan Ibu .......................................... 54

commit to user

ABSTRAK

Danar Hari Kusuma. C. 0606006. 2012. Mengasuh Anak Sebagai Tema Dalam Karya Grafis . Pengantar Karya Tugas Akhir (S-1) Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tugas Akhir ini, penulis mengungkapkan gagasan tentang mengasuh anak dalam bentuk karya seni grafis, mengasuh anak adalah sikap seseorang dalam berinteraksi dengan anak. Interaksi yang dilakukan antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan tingkah laku yang umum dilakukan di masyarakat. Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu 1) Bagaimana aktivitas pengasuhan anak oleh orang di lingkungan keluarganya?, 2) Bagaimana merumuskan konsep penciptaan karya grafis?, 3) Bagaimana menentukan medium dan teknik yang dapat mendukung visualisasi karya grafis berdasarkan tema mengasuh anak? Tujuan Penulisan ini adalah 1) Mendiskripsikan aktivitas pengasuhan anak oleh orang di lingkungan keluarganya, 2) Merumuskan konsep penciptaan karya grafis, 3) Menentukan medium dan teknik yang dapat mendukung visualisasi karya seni grafis. Dengan pengalaman serta kemampuan yang dimiliki, penulis mencoba menvisualisasikan aktivitas mengasuh anak ke dalam karya seni grafis dengan teknik cetak dalam atau drypoint. Diharapkan karya ini dapat dinikmati oleh semua yang melihatnya, serta para pengamat seni dan pecinta seni. Dan semoga karya ini mampu memberikan wacana baru untuk semuanya.

Kata Kunci: Anak; karya grafis; drypoint.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan bagian terpenting dari sebuah keluarga. Anak juga merupakan aset atau calon penerus kehidupan keluarga. Menyadari betapa pentingnya keberadaan anak di dalam kehidupan keluarga, maka banyak orang tua berusaha semaksimal mungkin mengasuh serta membesarkan anaknya dengan sebaik-baiknya.

Dalam bukunya yang berjudul Meng-install Akhlak Anak, Bambang Trim menyatakan bahwa Ibnu Sina adalah tokoh ilmuwan Muslim yang tersohor di bidang kedokteran. Namun, ternyata Ibnu Sina juga menaruh perhatian terhadap pola pengasuhan anak. Lebih dari sepuluh abad yang lalu Ibnu Sina sudah mendengungkan pentingnya kesehatan moral, fisik, perilaku pada anak alias akhlak mulia.

Teramat menarik menelusuri mengamati tumbuh kembang anak dan melihat bagaimana seorang anak menjalani kehidupan di lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan anak. Di lingkungan inilah anak paling banyak mendapatkan asupan kasih sayang, perhatian, pendidikan dan pengaruh dari anggota keluarga tersebut.

Penulis mengamati kehidupan sehari-hari keluarga kakak penulis yang sedang mengasuh dua anaknya yang berusia 6 bulan dan 6 tahun. Berdasarkan pengamatan tersebut penulis menyimpulkan bahwa mengasuh dan mendidik anak tidaklah semudah untuk membesarkannya. Karena mendidik anak tanpa Penulis mengamati kehidupan sehari-hari keluarga kakak penulis yang sedang mengasuh dua anaknya yang berusia 6 bulan dan 6 tahun. Berdasarkan pengamatan tersebut penulis menyimpulkan bahwa mengasuh dan mendidik anak tidaklah semudah untuk membesarkannya. Karena mendidik anak tanpa

Profesionalitas bukan hanya urusan dalam berbisnis atau manajemen perusahaan, melainkan juga diperlukan dalam mengurus anak atau manajemen anak. Anak berperilaku baik adalah hasil pengasuhan dan pendidikan yang benar dari kedua orang tuanya. Orang tua pun memerlukan pengetahuan dan ketrampilan tentang pola asuh anak. Tentu jangan menganggap sepele apabila kita mengibaratkan anak sebagai aset masa depan, baik bagi keluarga, bangsa dan negara maupun bagi agama.

Tiada orang tua yang menginginkan anaknya berakhlak buruk. Anak yang diidam-idamkan adalah anak yang saleh dan berakhlak baik. Namun, ada orang tua menjadi berlebihan dalam memanjakan dan overprotective manakala menginginkan anaknya selalu berada dalam keadaan sehat, aman dan bahagia. Pada sisi lain, ada orang tua menghabiskan hari-harinya dengan pergi ke ladang sawah, bekerja, bercengkrama sesama para orang tua, keluarga dan lain-lain. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan dan hilangnya perhatian terhadap anak dan dapat merusak akhlak yang menyebabkan penyakit mental.

Berdasarkan uraian di atas, menggugah kesadaran penulis sendiri, betapa uniknya kehidupan dan cara mengasuh anak di lingkungan keluarga, sehingga mendorong mengangkatnya sebagai tema dalam mengerjakan karya seni grafis.

Berdasarkan beberapa identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka perlu ada batasan sehingga lebih fokus dan sistematis terhadap judul Tugas Akhir yang dibuat. Permasalahan yang akan dikaji dan diwujudkan dalam karya seni grafis adalah pengasuhan anak usia dini oleh orang di lingkungan keluarganya.

C. Rumusan Masalah

Dalam penulisan ini penulis mengajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas pengasuhan anak oleh orang di lingkungan keluarganya?

2. Bagaimana merumuskan konsep penciptaan karya grafis?

3. Bagaimana menentukan medium dan teknik yang dapat mendukung visualisasi karya grafis berdasarkan tema mengasuh anak?

D. Tujuan Masalah

Tujuan dalam penulisan ini:

1. Mendiskripsikan aktivitas pengasuhan anak oleh orang di lingkungan keluarganya.

2. Merumuskan konsep penciptaan karya grafis.

3. Menentukan medium dan teknik yang dapat mendukung visualisasi karya seni grafis.

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk panduan dalam pembuatan karya.

2. Untuk menjelaskan dan mempertanggung jawabkan pembuatan karya.

3. Mengajak serta berusaha menggugah kepada para penikmat karya supaya lebih mengetahui tentang pengasuhan anak di lingkungan keluarga.

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Mengasuh

Kata mengasuh mempunyai beberapa makna yang sama dengan kata merawat, mendidik, mengajar dan melatih. Namun, jika diperhatikan lebih seksama, antar kata saling bersinonim dan mempunyai perbedaan, khususnya pada penerapannya dalam konteks.

Kata mengasuh lebih condong pada menjaga dan memelihara bayi atau anak kecil. Kata mendidik mempunyai makna yang lebih luas daripada kata-kata yang lain, sehingga penggunaannya dalam konteks juga bisa lebih luas, yang bermakna melakukan upaya untuk mengubah sikap, tata laku, dan pengetahuan seseorang. Bandingkan dengan kata mengajar dan melatih. Kata mengajar lebih mengacu pada transfer ilmu dari guru ke murid melalui lisan, sedangkan melatih lebih mengacu pada pembelajaran yang dilakukan dengan perbuatan. (http://www.ardiyanti-ayu.blogspot.com/. Diakses pada Minggu, 27 Februari 2011, pukul 17.00 WIB)

Mengasuh banyak diartikan sebagai usaha dalam mendidik anak. Orang tua sebagai pendidik memilih pola asuh yang sesuai dalam mempengaruhi perkembangan anak, serta membimbingnya kepada kehidupan yang layak dan bermartabat. Proses pengasuhan selalu bersifat dinamis dalam mencari bentuk atau pola asuh yang lebih efektif dan baik. (Bambang Trim, 2008:10)

Mengasuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; meng·a·suh v 1 menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil: 2 ki

membimbing (membantu, melatih, dsb) supaya dapat berdiri sendiri (tt membimbing (membantu, melatih, dsb) supaya dapat berdiri sendiri (tt

Secara umum dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengasuhan adalah kegiatan dalam rangka mendidik, membimbing, mengarahkan anak, baik secara fisik maupun mental, keyakinan hidup, dan moral.

B. Pengertian Anak

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa.

Walaupun begitu istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usianya secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan istilah "anak". (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak/. Diakses pada Minggu, 27 Februari 2011, pukul 17.00 WIB)

Anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak n 1 keturunan yang kedua; 2 manusia yang masih kecil; 3 binatang

yang masih kecil; 4 pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-tumbuhan yang besar; 5 orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah, dsb); 6 orang yang termasuk dalam suatu golongan pekerjaan (keluarga dsb); 7 bagian yang kecil (pada suatu benda); 8 yang lebih kecil dari pada yang lain; (Hasan Alwi, 2007:41)

Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak

John Locke mengemukakan bahwa anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. (Dyah Ayuningsih, 2010:11)

Freud berpendapat bahwa anak melewati fase-fase perkembangan, yaitu:

1) Fase oral : 0 sampai kira-kira 1 tahun Fase ini aktivitas mulut merupakan sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut.

2) Fase anal : 1 sampai kira-kira 3 tahun Fase ini berpusat pada alat pembuangan kotoran. Pengeluaran kotoran menghilangkan sumber ketidak senangan dan menghasilkan rasa lega.

3) Fase falis : 3 sampai kira-kira 5 tahun Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah organ terpenting dan perasa.

4) Fase latent: 5 sampai kira-kira 12 tahun

Anak secara relatif lebih mudah dididik daripada fase-fase sebelum dan sesudahnya.

5) Fase pubertas : 12 sampai kira-kira 20 tahun Pada fase ini impuls-impuls menonjol kembali. Kegiatan ini jika dapat disublimasikan maka seorang anak akan sampai pada fase kematangan.

6) Fase genital : 20 tahun keatas Pada fase ini seorang telah sampai pada fase dewasa. (Agus Sujanto, 2004:63)

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting untuk kehidupannya. Karena masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Masa inilah sebagai golden age yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini. Secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:

1) Faktor bawaan Adalah faktor yang diturunkan dari kedua orang tuanya, baik yang bersifat fisik maupun psikis.

2) Faktor lingkungan Adalah faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. (Dyah Ayuningsih, 2010:93-96) 2) Faktor lingkungan Adalah faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. (Dyah Ayuningsih, 2010:93-96)

Menurut Havighurst dalam bukunya Hurlock yang berjudul Psikologi Perkembangan , tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun adalah sebagai berikut:

1) Belajar memfungsikan visual motoriknya secara sederhana.

2) Belajar memakan makanan padat.

3) Belajar bahasa.

4) Kontrol badan.

5) Mengenali realita sosial atau fisiknya.

6) Belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya.

7) Belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani. Menurut Havighurst tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah

sebagai berikut:

1) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan- permainan yang umum.

yang sedang tumbuh.

3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.

4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

5) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.

6) Pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.

7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai.

8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.

9) Mencapai kebebasan pribadi. Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak

hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental, sosial dan emosional. Tugas-tugas pada masa setiap perkembangan adalah satu tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam hidup seseorang, dimana keterbatasan dalam menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia serta keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidak bahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas berikutnya. (Elizabeth Hurluck, 1990)

Anak menurut UU no 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu “Pemenuhan hak-hak anak agar mereka dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, Anak menurut UU no 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu “Pemenuhan hak-hak anak agar mereka dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

C. Mengasuh Anak

Seperti yang dikutip dari penjelasan diatas, maka mengasuh anak adalah sikap seseorang dalam berinteraksi dengan anak. Interaksi yang dilakukan antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan tingkah laku yang umum dilakukan di masyarakat.

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Pengasuhan anggota keluarga penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang sehat dan berakhlak baik. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh HR Bukhari dan Muslim: “Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci. Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (penyembah api berhala)”. (HR Bukhari Muslim)

Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya. Kebahagiaan diperoleh apabila anggota keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan menumbuh kembangkan anak. Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis,

Yusuf, 2002:38) Kasih sayang berbeda pengertian dengan kemanjaan. Kasih sayang yang berlebihan tidak identik dengan kemanjaan. Kemanjaan adalah kasih sayang yang menyimpang sehingga akhirnya menumbuhkan penyakit hati. Kemanjaan ini bisa dalam bentuk memberikan kelonggaran dan kelapangan yang tidak semestinya kepada anak dengan alasan sayang. (Bambang Trim, 2008:15)

Metode yang dipilih orang tua sebagai metode pengasuhan anak, yaitu permisif, otoriter dan otoritatif Tipe-tipe pola mengasuh orang tua kepada anak:

1) Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, terbiasa memukul, berkata kotor dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang

2) Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang mutlak harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.

Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3) Pola Asuh Otoritatif Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh 3) Pola Asuh Otoritatif Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh

Tingkah laku orang tua selalu menjadi tolak ukur anak dalam proses pendidikan dalam keluarga. Anak akan meniru orang tua dalam bersikap dan berperilaku, baik disadari ataupun tidak. Kecenderungan seorang anak menirukan segala sesuatu yang muncul dari prilaku orang tua disebabkan karena mereka memiliki keinginan yang kuat untuk tumbuh berkembang menjadi seperti ibu dan ayahnya. Tidak jarang kita jumpai orang tua melarang anaknya bertindak agresif, namun disadari atau tidak disadari orang tua tersebut melakukan tindakan tersebut.

Hubungan orang tua dengan anak dipengaruhi persepsi anak terhadap pengasuhan yang dialami dan masukan terhadap motivasi hukuman dari orang tua. Semakin otoriter pengasuhan anak, semakin mendendam anak itu dan semakin besar kemungkinan anak akan senang melawan dan tidak patuh secara sengaja. (Elizabeth Hurluck, 1990:205)

Dunia anak adalah dunia bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Kegiatan bermain maksudnya adalah suatu kegiatan yang

Yusuf, 2002:172) Menganggap dunia anak adalah dunia bermain, orang tua sering tidak tanggap soal mainan yang cocok untuk anak dan memberi keleluasaan terhadap permainan yang justru membahayakan. Mainan seperti play station yang berformat perang atau berbau kekerasan akan memberikan efek berbahaya untuk pikiran, kesehatan dan kehidupan sosial anak.

Sama halnya permainan yang perlu adanya batasan, makanan juga perlu adanya batasan supaya tidak menjadi berlebihan. Penyakit obesitas adalah penyakit kegemukan yang disebabkan perilaku makan yang berlebihan. Orang tua menganggap anaknya yang berbadan gemuk atau subur sebagai ciri kesehatan dan kemakmuran. Padahal, kegemukan memperbesar risiko kematian pada anak akibat penyempitan pembuluh darah. (Bambang Trim, 2008:52-53)

Anak sebelum dapat bertanggung jawab sendiri, masih sangat menggantungkan diri, meminta isi, bekal, cara bertindak terhadap sesuatu, cara berfikir, dsb kepada orang tuanya. Sebagian besar hidup si anak berada di bawah asuhan dan bergantung kepada si ibu. Inilah sebabnya dikatakan Surga anak adalah di telapak kaki ibu, yang artinya sebagian dari perilaku anak ditentukan oleh ibu. Besar pengaruhnya perilaku ibu terhadap perkembangan pribadi anak.

Orang Jawa mengatakan bahwa : Kacang, mangsa tinggala lanjaran. Maksudnya tidak mungkin seorang anak tidak melakukan apa yang sejak kecil dicontohkan orang tuanya. (Agus Sujanto, 2004:9)

Seni rupa sebagai cabang atau bagian dari seni pada umumnya, diartikan sebagai suatu cabang seni yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia lewat objek-objek dua atau tiga dimensional yang memerlukan ruang dan waktu (P. Mulyadi, 1994:7).

Secara teoritis seni juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu seni murni atau Fine Art dan seni yang dimanfaatkan untuk macam-macam kepentingan atau Apllied Art. Seni murni adalah apabila di dalam penciptaannya si seniman hanya terikat oleh persyaratan yang ada di dalam seni itu sendiri, dan tidak harus terikat oleh misalnya gaya yang disenangi masyarakat, ditempatkan dimana dan sebagainya. Sedang Applied Art atau seni terapan ialah seni yang selain bentuknya harus indah juga masih harus mengingat persyaratan yang berkaitan dengan unsur pemakaiannya; misalnya rumah harus nyaman ditempati, kursi harus sesuai dengan tujuannya. (P. Mulyadi, 1994:7).

Seni Murni juga disebut seni ekspresif atau estetis, yang fungsi utamanya mengkomunikasikan pengalaman estetis penciptanya kepada penikmat seni agar mereka memperoleh pengalaman yang sama dengan penciptanya. Sebagai media ekspresi, seni murni dapat menumbuhkan rasa senang, rasa haru, dan empati yang ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-unsur bentuk yang menunjang wujud utuh dari suatu karya. (Nooryan Bahari, 2008:81)

Ekspresi itu sendiri adalah pengungkapan atau proses menyatakan (maksud, gagasan, perasaan) dalam bentuk nyata. (Mikke Susanto, 2002:35)

Dalam hal pengertian seni, terlalu banyak ahli yang mengatakan persoalan seni. Belum ada kesepakatan yang jelas mengenainya. Karena tinjauan yang Dalam hal pengertian seni, terlalu banyak ahli yang mengatakan persoalan seni. Belum ada kesepakatan yang jelas mengenainya. Karena tinjauan yang

Dengan demikian seni merupakan suatu kegiatan merancang sesuatu untuk menjadi sebuah karya seni dengan melibatkan pengalaman dan pengamatan serta ungkapan perasaan supaya orang lain dapat merasakan apa yang dirasakan melalui karya seni.

E. Komponen Seni dan Unsur Seni

Komponen seni dalam proses penciptaan seni sebagai landasan berkarya. Komponen seni tersebut meliputi: Subject matter, isi dan bentuk.

1. Subject matter

Subject Matter dalam seni adalah sesuatu persoalan yang akan diungkap pada suatu karya, dan sering kali juga disebut pokok soal atau tema. Tetapi karena persoalan ini kadang-kadang sulit untuk dipecahkan terutama dalam seni rupa, maka orang cenderung beranggapan bahwa pokok soal adalah tema. Seperti pengertian “subject matter” berikut ini. Terlepas dari dibedakannya pokok soal dan tema, maka pada setiap karya seni yang beraliran abstrak sekalipun, akan selalu memiliki subject matter, pokok soal atau tema. Dalam karya-karya abstrak subject matter yang dimaksud ada dalam dunia ide atau konsep-konsep intelektual, dan ini berlainan dengan karya-karya non abstrak dimana Subject matter mendasarkan pada obyek-obyek yang dapat dilihat atau fakta-fakta. (P. Mulyadi, 1994:15).

pengolahan batiniah seniman terhadap hal-hal atau apa saja yang ideal. Waktu dan kondisi lingkungan beserta situasi psikis seniman sangat menentukan tempatnya subject matter dan karya. (Suryo Suradjijo, 2000:66)

2. Isi atau arti Isi disebut sebagai kualitas atau arti, yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga dimaksudkan sebagai final statement, mood atau pengalaman penghayat, isi merupakan arti yang essential daripada bentuk, dan seringkali dinyatakan sebagai sejenis emosi, aktifitas intelektual atau assosiasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa bentuk dari suatu karya menimbulkan emosi atau ekspresi terhadap kita, atau menstimulir aktifitas intelektual penghayatnya, sebenarnya kita sedang berhadapan dengan isi atau arti. (P. Mulyadi, 1994:16- 17)

3. Bentuk Bentuk dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal pula sebagai totalitas karya, yang merupakan organisasi unsur-unsur rupa sehingga terwujud apa yang disebut karya. Unsur-unsur yang dimaksudkan adalah : garis, shape, gelap-terang, warna. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap dengan panca indera, dengan kata lain bisa dilihat, diraba, atau didengar (dalam musik). (P. Mulyadi, 1994:16) 3. Bentuk Bentuk dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal pula sebagai totalitas karya, yang merupakan organisasi unsur-unsur rupa sehingga terwujud apa yang disebut karya. Unsur-unsur yang dimaksudkan adalah : garis, shape, gelap-terang, warna. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap dengan panca indera, dengan kata lain bisa dilihat, diraba, atau didengar (dalam musik). (P. Mulyadi, 1994:16)

Garis dimulai dari sebuah titik merupakan jejak yang ditimbulkan oleh titik-titik yang digerakan atau merupakan sederetan titik-titik yang berhimpit. Juga merupakan goresan atau sapuan yang sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang atau pita. Wujud suatu garis terdiri dari garis aktual atau garis formal (grafis, tergambar, sungguh, nyata, kongkrit) dan garis ilusif atau sugestif (khayal, semu). (Mikke Susanto, 2002:43)

1) Garis aktual atau garis formal. Garis dengan pola-pola terukur, dimana diperlukan alat misalnya mistar atau penggaris, jangka, untuk mendapatkan kesempurnaan dari garis terukur (geometris itu) garis-garis itu misalnya garis lurus, garis lengkung, garis bergelombang dan garis patah-patah

2) Garis ilusif atau sugesti. Kehadiran garis ini tidak bersifat aktual atau formal , tetapi hanya semu dan ilusif. Hadirnya garis tersebut terjadi karena pengulangan unsur, atau karena merupakan batas bidang dan warna. Garis ilusif

Arsad Hakim, 1997:35)

b. Shape atau bidang. Shape adalah suatu bidang yang terbatas baik secara teratur atau tidak dibatasi oleh garis ataupun warna. (P. Mulyadi, 1994:6)

Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interprestasi tertentu. Karya jenis ini menggambarkan alam tanpa illusi, artinya cara mengungkapkannya lebih bertolak pada ketajaman pengamatan kita. Karya jenis ini betul-betul apa adanya, tetapi ada juga pengertian bahwa realis adalah mencerminkan keadaan sesungguhnya. Dalam penampilannya kadang-kadang keadaan yang dilukiskan dipertajam. (P. Mulyadi, 1994:51)

c. Warna. Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya; corak rupa. Peranan warna sangat dominan pada karya seni rupa, hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan, deskripsi alam, ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik dan justru dalam kaitan yang beraneka ragam. (Mikke Susanto, 2002:113)

Warna terlihat karena distribusi cahaya terhadap mata yang disebabkan oleh pemantulan cahaya dari benda-benda yang ada di alamini. Refleksi itu sampai ke mata kita melalui retina, menembus kesadaran kita untuk selanjutnya menanggapi benda yang tampak dan berwarna tersebut.

cahaya, dan warna yang melalui refleksi atau pantulan cahaya. Ada dua macam cara pemunculan dari warna bukan warna cahaya. Pertama, pemunculan secara fisik (campuran fisik) seperti warna cat (pigmen). Berikutnya dalah percampuran warna melalui system optik, dimana perbedaan suatu warna terjadi pada retina mata yang terlihat. (Arfial Arsad Hakim, 1997:89).

Warna dapat dibedakan dalam dua pengertian, warna sebagai fenomena dan warna sebagai bahan yang berasal dari pigmen warna. Warna merupakan salah satu unsur ekspresif karena kualitasnya begitu mempesona langsung kepada emosi penghayatnya. (Suryo Suradjijo, 2000:73)

d. Tekstur. Tekstur adalah sifat permukaan dari suatu benda atau bidang, yang memberi karakter atas suatu benda atau bidang permukaan tersebut, apakah permukaannya halus, sedang atau kasar. Tekstur dibedakan menjadi dua:

1) Tekstur nyata (tekstur aktual)

Tekstur nyata atau actual/virtual texture (nyata, sesungguhnya) atau disebut juga tactile texture (dapat diraba dan dirasakan), misal permukaan tembok, kaca dan sebagainya. Tekstur tersebut dapat berupa tekstur alami, maupun tekstur buatan

Misalkan kita menciptakan atau membuat tekstur dengan menggunakan suatu alat tertentu misalnya cat dengan kanvas, lalu hasil yang kita dapatkan terlihat seolah-olah permukaan itu sangat kasar atau mungkin sangat licin atau seakan-akan terdiri dari serat- serat dan sebagainya. Padahal jika kita raba yang kita rasakan hanya kehalusan permukaan kertas atau bidang gambar tertentu. Di sini tekstur yang hadir bersifat semu. Ia hadir dalam imajinasi visual. Sebagai contoh dari tekstur semu ini adalah diketemukan bermacam- macam tekstur buatan yang diciptakan dengan berbagai tekhnik- tekhnik arsir, titik-titik, cap dan lain-lain. (Arfial Arsad Hakim, 1997:100-101).

F. Seni Grafis

Seni rupa mempunyai beberapa cabang seni, salah satunya adalah seni grafis. Seni grafis berasal dari bahasa Yunani, yaitu grafos yang artinya tulisan atau gambar yang dibuat dengan jalan menggoreskan benda tajam di atas lempengan batu atau logam. Pada perkembangannya bekas goresan pada batu kali diisi dengan tinta untuk dicetak pada kertas karena dapat dipakai untuk menggandakan.

Menurut Nathan Knobler dalam buku yang ditulis P. Mulyadi yang berjudul Pengetahuan Seni, seni grafis (cetak) merupakan pengubahan gambar bebas karya perupa menjadi cetak yang melalui proses manual dan menggunakan material tertentu. Seni grafis merupakan salah satu cabang seni rupa yang erat

karya. (P. Mulyadi, 1994:8) Proses pembuatan karya seni grafis menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, kecuali pada teknik Monotype. Tiap salinan karya dikenal sebagai edisi cetakan. Lukisan atau drawing, di sisi lain menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, bahan yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa, mika digunakan untuk drypoint, batu digunakan untuk litografi , papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini.

Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, di masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.

G. Drypoint

Cetak dalam adalah suatu teknik cetak dimana garis atau bidang cetakannya berada pada permukaan klise yang lebih rendah. Garis atau bidang cetak tersebut dipersiapkan sebagai garis atau bidang yang dapat diisi tinta untuk dipindahkan keatas permukaan kertas. (Rusmadi, 1988:24)

Drypoint adalah suatu pariasi dari engraving, dimana garis-garis yang membentuk pada permukaan plat merupakan hasil goresan dengan sejenis jarum. (Rusmadi, 1988:31)

tembaga atau logam diolah terlebih dahulu usahakan pada bagian tepi plat sudah dihaluskan guna menghindari sobeknya kertas pada waktu penintaan dengan mesin pres. Proses cukilan atau goresan langsung dilakukan pada permukaan plat, namun bila menginginkan ada warna yang lebih gelap atau terang, dilakukan cukilan atau goresan lebih dalam lagi. Kemudian dilakukan penintaan pada plat, hilangkan tinta yang berada pada permukaan plat paling luar hingga tinta yang tersisa hanya pada bagian yang terjadi pengeroposan tadi. Langkah selanjutnya dilakukan pencetakan, sebelum pencetakan kertas dilembabkan terlebih dahulu supaya nantinya dalam pencetakan warna lebih mudah terangkat dan penyerapan warna di atas kertas lebih baik.

MENGASUH ANAK SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS

A. Implementasi Teoritis

Awal proses kehidupan manusia adalah pada masa anak-anak. Anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga merupakan pribadi yang masih bersih dan sangat peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungannya. Rangsangan yang didapat banyak berasal dari lingkungan keluarga, karena di lingkungan inilah anak menghabiskan waktu-waktu kesehariannya.

Pengasuhan anak memiliki keunikan sendiri. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyoroti tentang pengasuhan anak di lingkungan keluarga. Seorang anak tentunya tidak dapat langsung mengenal dan memahami alam sekitar. Keluarga sebagai komunitas pertama memiliki peran penting dalam pembangunan mental dan karakteristik sang anak. Di dalam keluarga, anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dengan demikian pola asuh yang diterapkan orang tua dalam keluarganya memegang peranan penting bagi proses interaksi anak di lingkungan masyarakat kelak.

Kehidupan keluarga yang suasananya penuh cinta kasih dan nuansa yang islami, maka dari sana akan hadir individi-individu dengan tumbuh kembang yang wajar sebagaimana diharapkan. Sebaliknya keluarga yang kehidupannya diisi dengan sentakan-sentakan, broken home, broken heart, perlakuan sadis dan kekejaman, hilangnya kasih sayang dan jalinan cinta, maka keluarga beginilah

sampah masyarakat yang menyedihkan. Tingkah laku orang tua selalu menjadi tolak ukur anak dalam proses pendidikan dalam keluarga. Anak akan meniru orang tua dalam bersikap dan berperilaku, baik hal tersebut mereka sadari atau tidak disadari. Semenjak dilahirkan ke dunia, anak akan meniru perilaku orang tua dan orang di sekelilingnya. Kecenderungan seorang anak menirukan segala sesuatu yang muncul dari perilaku orang tua disebabkan karena mereka memiliki keinginan yang kuat untuk tumbuh berkembang menjadi seperti ibu dan ayahnya. Tidak jarang kita jumpai orang tua yang melarang anaknya bertindak agresif, namun tidak disadari orang tua tersebut melakukannya sehingga tidak menutup kemungkinan anak itu melakukan tindakan yang sama pada teman atau pun anggota keluarga lainnya.

Dalam keluarga, seorang anak akan mendapati hal-hal yang tidak didapati di lingkungan masyarakat, seperti perhatian yang penuh, kasih sayang kedua orang tua, kenyamanan, keceriaan, terpenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dan banyak hal lain lagi. Keluarga menjadi motor penggerak keberhasilan anak dalam mencapai inspirasi pergaulannya dengan teman-temannya serta lingkungan masyarakat sekitar.

Seorang anak akan merasa termotivasi jika hasil jerih payah dan prestasinya dihargai orang tua, sehingga dalam perkembangan anak tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar. Akan tetapi terkadang kita jumpai orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anak dapat memenuhi keinginan orang tuanya itu. Hal ini akan menimbulkan rasa keterpaksaan pada diri anak baik Seorang anak akan merasa termotivasi jika hasil jerih payah dan prestasinya dihargai orang tua, sehingga dalam perkembangan anak tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar. Akan tetapi terkadang kita jumpai orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anak dapat memenuhi keinginan orang tuanya itu. Hal ini akan menimbulkan rasa keterpaksaan pada diri anak baik

Penulis menuangkan ide tentang mengasuh anak khususnya di lingkungan keluarga ke dalam karya seni grafis, penulis menggunakan teknik drypoint. Dengan teknik ini penulis merasakan transfer emosi ketika dituangkan ke dalam karya lebih mudah tersampaikan, selain itu penulis sangat menyukai kekhasan dari garis-garis sebagai penegas yang merupakan pengambaran dari figur yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan tekstur yang dimunculkan dalam bidang cetakan ketika menggunakan teknik drypoint ini.

B. Implementasi Visual

1. Konsep Bentuk Melalui proses pengamatan, perenungan serta pemikiran yang matang, maka mendorong penulis untuk mengekspresikan ke dalam bentuk figur atau obyek manusia baik anak-anak maupun dewasa sebagai figur utama. Penulis menggunakan foto dan sketsa langsung untuk mendapatkan sebuah gambar, serta mendapatkan dari majalah, surat kabar dan internet yang kemudian dituangkan ke dalam karya.

Penulis mengangkat figur ini secara realis supaya cepat menangkap, memahami dan mengerti apa yang dirasakan serta dilakukan orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya sehari-hari terutama di lingkungan keluarga.

dikerjakan dalam pembuatan karya. Penulis pada karya memunculkan wujud garis yaitu garis formal dengan bermacam-macam bentuk, karakater atau sifat garis. Garis ilusif (khayali, semu) juga dimunculkan dalam karya ini, yang merupakan pembatas suatu bentuk, ruang, massa atau warna. Garis-garis dimunculkan sebagai penegas yang merupakan pengambaran dari figur yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Disamping penggambaran yang realis, juga dilengkapi gambaran ornamen-ornamen berupa garis-garis. Figur anak-anak dan orang dewasa juga sangat sederhana dan tidak begitu rumit. Secara keseluruhan background dari karya tersebut memainkan bidang-bidang dengan garis-garis sehingga kesan realis hanya pada figur utama saja.

Sedangkan pada proses pewarnaan, secara keseluruhan warna yang digunakan dalam karya Tugas Akhir ini adalah warna hitam, adapun warna putih dianggap sebagai warna dasar yang didapat dari warna kertas. Warna- warna pada karya-karya ini sebagai penegas untuk menyatakan suasana pengasuhan anak. Penggunaan warna disini hanya memainkan dua warna yang dihasilkan.

2. Medium Medium adalah bahan atau material yang pada dasarnya adalah sesuatu yang konkrit sesuatu yang nyata-nyata ada seperti cat, tinta, batu, pasir, dan sebagainya.

Gambar 1. Akrilik, kertas dan tinta cat. Foto dokumentasi, 2012.

Pada karya grafis ini penulis menggunakan kertas concord dan tinta cetak. Medium yang digunakan sebagai acuan cetakan pada pengerjaan drypoint ini adalah plat mika plastik yang diberi tinta cetak kemudian dicetak di atas kertas.

3. Teknik Penulis memilih menggunakan teknik drypoint. Selain prosesnya cepat, penulis juga lebih menguasai teknik tersebut. Penulis lebih cocok menggunakan teknik drypoint sesuai dengan karakter karya yang akan dibuat, dan juga cenderung mendalami drypoint diantara sekian banyak teknik yang ada pada seni grafis.

Pemanfaatan teknik gores dengan tangan menggunakan satu alat pokok yaitu alat berupa jarum dan paku yang dalam seni grafis alat ini disebut needle . Penulis menggunakan bahan mika maka alat torehnya adalah alat mesin minidril, paku, dan amplas.

Gambar 2. Alat menggambar dan peralatan cetak. Foto dokumentasi, 2012.

Bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan karya drypoint inipun juga mudah didapat. Bahan yang digunakan adalah kertas concord , mika akrilik, cat tinta dan pengencer cat minyak tanah. Sedangkan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan karya drypoint adalah alat menggambar, mesin pres, kertas, jarum drypoint, minidril, amplas, mesin pres cetak sarung tangan, dan skrap.

Gambar 3. Mesin pres. Foto dokumentasi, 2012.

Proses awal yang dilakukan penulis adalah membuat sketsa seperti yang diinginkan, setelah proses sketsa karya sudah jadi seperti yang diinginkan, kemudian sketsa dipindahkan pada medium plat mika. Mulanya gambar dipindahkan ke mika plastik, sketsa karyanya bisa dibuat tidak negatif ketika dipindah ke acuan cetak, karena acuan cetak dari mika plastik ini berwarna putih bening atau tembus pandang.

Gambar 4. Skets di kertas dan di akrilik. Foto dokumentasi, 2012.

Sesudah acuan cetak digambari, maka dilanjutkan dengan proses penorehan atau goresan di bagian belakang acuan cetak yang digambar, supaya hasil cetakan tidak terbalik. Penggoresan menggunakan alat gores berupa paku, alat minidrill dan amplas hingga mendapatkan kedalaman yang diinginkan. Apabila diinginkan adanya gradasi maka proses goresan diulang hingga mendapatkan kedalaman yang sekiraya sudah dapat untuk mencetak gradasi warna.

Gambar 5. Penggoresan atau melukai akrilik dengan jarum dan alat gores minidril.

Foto dokumentasi, 2012.