Tabel 1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Bidang Ketenagaan di Garuda Indonesia Kota Medan
Keywords: Ethical Culture, Person-Organization Fit, Intention to Stay.
Abstrak: Penelitian ini menguji Pengaruh Budaya Etika terhadap Kesesuaian Individu dengan Organisasi dan dampaknya pada Niat untuk Bertahan (Studi pada PT. Garuda Indonesia Medan). Data yang dikumpulkan yaitu pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. Sebanyak 84 responden dimasukkan. Menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Budaya Etika berpengaruh signifikan terhadap Niat untuk Bertahan pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. 2) Kesesuaian Individu dengan Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Niat untuk Bertahan pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. 3) Budaya Etika berpengaruh signifikan terhadap Kesesuaian Individu dengan Organisasi pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. 4) Budaya Etika berpengaruh signifikan terhadap Niat untuk Bertahan dimediasikan oleh Kesesuaian Individu dengan Organisasi pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan.
Kata Kunci : Budaya Etika, Kesesuaian Individu dengan Organisasi, Niat untuk Bertahan
PENDAHULUAN
PT. Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Pada tanggal 26 Sumber daya manusia dalam organisasi
januari 1949 menjadi hari jadi Garuda Indonesia, merupakan aspek krusial yang menentukan
dimana maskapai bernama Indonesian Airways ini keefektifan suatu organisasi. Kinerja suatu
terbang dari Yogjakarta menuju Jakarta dengan perusahaan sangat ditentukan oleh kondisi dan
pesawat yang bernama Seulawah, yang diambil perilaku karyawannya. Oleh karena itu organisasi
dari nama gunung terkenal di Aceh. Setahun senantiasa perlu melakukan investasi dengan
kemudian, Garuda Indonesia resmi menjadi melaksanakan fungsi manajemen sumber daya
perusahaan milik Negara. Garuda Indonesia manusia (MSDM) yaitu mulai perekrutan,
Menjadi perusahaan penyeleksian sampai mempertahankan sumber
penerbangan yang handal dengan menawarkan daya manusia. Tepeci (2001), mengatakan bahwa
layanan yang berkualitas kepada masyarakat sebuah organisasi dapat berjalan efektif bila
keramahan Indonesia. didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM).
dunia
menggunakan
Perusahaan Garuda Indonesia memiliki misi Pernyataan tersebut menerangkan bahwa sebuah
sebagai perusahan penerbangan pembawa bendera perusahaan
yang mempromosikan berkelanjutan tergantung pada bagaimana kinerja
dapat mengalami
kepada dunia guna menunjang sumber
Indonesia
ekonomi nasional dengan mempertahankan diri dan loyalitas para karyawan
daya manusianya.
memberikan pelayanan yang profesional. Tabel 1 merupakan hal yang perlu diperhitungkan.
menunjukkan keadaan karyawan pada perusahaan
Garuda Indonesia Kota Medan di mana dengan jumlah karyawan sebanyak 88 orang.
Tabel 1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Bidang Ketenagaan di Garuda Indonesia Kota Medan
No Posisi Karyawan
Jumlah Karyawan
3 General affairs
dilihat bahwa perusahaan memilih sebuah organisasi merupakan kondisi dimana
Niat karyawan untuk bertahan dalam
Dapat
karyawan yang sudah dikenalnya seperti sanak karyawan cenderung ingin tinggal bersama
organisasi sampai keadaan dimana para karyawan saudara maupun kerabatnya yang belum tentu terpaksa harus pergi atau meninggalkan organisasi
mempunyai kesesuaian dengan perusahaan. dengan alasan tertentu. Perusahaan Garuda
Budaya etika organisasi dibentuk salah Indonesia ini berharap agar niat para karyawan
satunya dari nilai-nilai yang berkembang dalam untuk tetap bekerja dan bergabung lebih lama
organisasi dan pada akhirnya akan memberi dengan perusahaan dapat terjadi secara intens,
identitas yang jelas pada organisasi tersebut, karena melihat semakin banyak masalah dan
memudahkan berkembangnya komitmen bersama, tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan ke
system social dan depannya.
mendorong
stabilitas
membentuk perilaku dengan membantu anggota Kesesuaian indvidu dengan organisasi
organisasi menyadari keadaan (Goffman, 1959). (P-O Fit) merupakan kesesuaian antara nilai-nilai
Garuda Indonesia individu dengan nilai-nilai organisasi (Kristof,
Perusahaan
mengaharapkan agar karyawan memiliki etika 1996). Dengan adanya pemahaman terhadap P-O
yang baik dan professional layaknya menjaga dan Fit, ada baiknya jika perusahaan Garuda
menjalankan nilai-nilai moral seperti tanggung Indonesia Medan memilih karyawannya dengan
jawab dan berintegritas. Ada baiknya jika nilai dan keyakina yang sesuai dengan nilai
perusahaan dan karyawan memiliki nilai-nilai perusahaan dan membentuk pengalaman-
yang dapat membantu pengalaman yang dapat memperkuat kesesuaian
etika
yang baik
pertumbuhan perusahaan. Hubungan antara CEO tersebut. Karena hal ini yang sangat diharapkan
dengan perusahaan merupakan dasar budaya oleh
etika. Jika perusahaan harus etis, maka pemimpin berkembang lebih maju.
perusahaan agar
perusahaan
dapat
semua tindakan dan Akan tetapi kesesuaian tersebut tidak
perkataannya. Dengan hal itu pemimpin Garuda terealisasi dengan baik., hal ini disebabkan
Indonesia Medan harus memberi contoh yang adanya perilaku perusahaan yang menyimpang
baik kepada karyawan nya. Akan tetapi yang terjadi di perusahaan
dari pemahaman P-O Fit ini, perusahaan tersebut belum memiliki etika yang dikategorikan seharusnya merekrut karyawan yang memiliki
baik dan disiplin. Sering terjadi perilaku-perilaku kecocokan niali maupun keyakinan yang sama
kurang etis yang menghambat kinerja perusahaan bahkan menyebabkan keluarnya karyawan dari
agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai. perusahaan. Dikarenakan kondisi budaya etis juga agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai. perusahaan. Dikarenakan kondisi budaya etis juga
KAJIAN PUSTAKA
(Ciulla, 2004 ; Guillen, 2006 dalam Pablo et al, 2012).
Budaya Etika
Nilai, asumsi dan keyakinan ditujukan melalui budaya etika bersifat moral dalam diri
Nilai-nilai dan
keyakinan
yang
sendiri, yang memfasilitasi kebahagiaan, yang berkembang dalam organisasi merupakan dasar dianggap Aristoteles sebagai akhir tujuan manusia adanya budaya organisasi. Nilai-nilai ini berperan dalam menjalani hidup (Ciulla, 2004 dalam Pablo penting dalam mempengaruhi perilaku etis et al, 2012). Dengan demikian, ketika kebajikan individu dalam organisasi (Kinicki dan Kreitner, moral yang berpengalaman dalam hubungan 2001 dalam Fakhri, 2003). Nilai-nilai tersebut manusia, karyawan cenderung merasa lebih memiliki lima komponen yakni (1) nilai adalah dihargai, dicintai, dan diperlakukan dengan baik konsep atau keyakinan, (2) nilai untuk mencapai (Argandona, 2011 dalam Pablo et al, 2012). perilaku yang diinginkan, (3) nilai melebihi Karena etika dan kebajikan moral yang begitu erat situasi/objek, (4) nilai memandu pemilihan atau
dengan keunggulan dan evaluasi perilaku dan peristiwa, dan (5) nilai kesempurnaan tindakan manusia (Argandona, diperoleh melalui tingkat kepentingannya. Nilai- 2011 ; Mele, 2009 dalam Pablo et al, 2012). nilai
akan
terkait
organisasi dapat
berbentuk
elite ,
meritocratic, leadership , dan collegial dimana
Indikator Budaya Etika
nilai-nilai organisasi ini cenderung stabil, tidak ada satupun sistem nilai yang terbaik (semuanya
Budaya etis organisasi diukur dengan saling melengkapi).
menggunakan 5 item yang dikembangkan oleh Budaya
(Hunt et al, 1989) yaitu : (1) Perilaku kurang etis pandangan luas tentang persepsi karyawan pada
(2) Perilaku etis dikompromikan (3) Tidak adanya tindakan etis pimpinan yang menaruh perhatian
ketidakpastian (4) Mementingkan keperluan pentingnya etika di perusahaan dan akan
pribadi (5) Mementingkan keperluan perusahaan memberikan penghargaan ataupun sangsi atas
Setiap item pertanyaan berisi tentang tindakan yang tidak bermoral (Hunt et al, 1989).
tindakan-tindakan yang dilakukan pimpinan Budaya etika organisasi adalah standar yang
terhadap bawahannya pada tindakan yang etis memandu
maupun tidak etis. Pengukuran budaya etis organisasi (Schein, 1985 dalam Wibowo, 2007).
adaptasi eksternal dan
internal
organisasi diukur dalam 5 pertanyaan. Budaya etika organisasi dibentuk salah satunya
Pada tahun 2005, ERC mengadakan dari nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi
Nasional Etika Bisnis survey (NBES). Dimana dan pada akhirnya akan memberi identitas yang
mengungkapkan bahwa budaya etis terkait erat jelas pada organisasi tersebut, memudahkan
dengan hasil etika, etrutama dalam organisasi berkembangnya komitmen bersama, mendorong
yang sudah memiliki budaya yang kuat. Hal ini stabilitas sistem sosial, dan membentuk perilaku
diukur dengan 5 item yang dilakukan oleh ERC, dengan membantu anggota organisasi menyadari
yaitu : (1) Etika sebagai prioritas (2) Contoh yang keadaan sekelilingnya. Dalam menggambarkan
baik dari perilaku etis (3) Komitmen (4) budaya
etis organisasi, memusatkan pada Dukungan rekan kerja (5) Tanggung jawab semua ketidakteraturan tingkah laku dalam interaksi
tingkatan manajemen
masyarakat (Hunt et al, 1989). Sebagai bagian dari budaya organisasi,
Kesesuaian Individu dengan Organisasi
budaya etika dapat dipandang sebagai akibat dari interaksi antara formal (misalnya upaya pelatihan
Kesesuaian individu dengan organisasi dan kode etik) dan informal (misalnya perilaku
(P-O Fit) secara luas didefinisikan sebagai rekan kerja dan normai mengenai etika) system
kesesuaian antara nilai-nilai organisasi dengan yang berpotensi untuk meningkatkan perilaku etis
(Kristof, 1996). Pada di kalangan karyawan (Trevino et al, 1998 dalam
nilai-nilai
individu
penelitian tentang seleksi karyawan, P-O fit dapat Pablo et al, 2012). Dari perspektif Aristotelian,
diartikan sebagai kecocokan atau kesesuaian budaya yang mendukung etika memungkinkan
antara calon karyawan dengan atribut-atribut untuk
organisasi (Judge et al, 1992). P-O fit didasarkan mencerminkan potensi keunggulan manusia
menghargai setiap
tindakan
yang
pada asumsi keinginan individu untuk memelihara pada asumsi keinginan individu untuk memelihara
Kesesuaian personal value (2) Pemenuhan Menurut Sekiguchi (2004) P-O fit
kebutuhan (3) Kesesuaian terhadap sesame (4) menekankan
Rasa nyaman (5) Kecocokan kerja organisasi memiliki karakteristik yang sama
sejauh
mana
seseorang dan
yang mencerminkan dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.
Tiga
item
keseluruhan P-O Fit dari (Cable dan Judge , 1996 Selama ini perusahaan dalam merekrut karyawan
dalam Pablo et al, 2012) yaitu : (1) Kesesuaian didasarkan pada pendekatan tradisional yaitu
nilai (2) Kesesuaian kepribadian (3) Kesesuaian kesesuaian antara individu dengan pekerjaan yang
antar rekan kerja.
ditawarkan (Person-Job Fit). Kristof (1996) dan Sekiguchi (2004) berpendapat bahwa pendekatan
Niat Untuk Bertahan
person-job fit ini kurang baik dalam proses seleksi karyawan, mereka berpendapat bahwa efektivitas
Niat untuk meninggalkan atau tinggal organisasi tidak hanya didukung oleh kesuksesan
dipengaruhi oleh kepuasan dan komitmen tugas pekerjaan karyawan saja tetapi perlu
karyawan terhadap organisasi. Ada akumulasi memperhatikan perilaku karyawan secara luas.
penelitian yang luas menunjukkan bahwa ketika pekerja puas dengan pekerjaan mereka dan
Pendekatan kesesuaian individu dengan organisasi dapat mendukung hal ini. Menurut
berkomitmen untuk organisasi, maka mereka Kristof (1996) ada dua bentuk pendekatan, yaitu :
memiliki kecenderungan lebih rendah untuk (1) Supplementary Fit terjadi jika seseorang
meninggalkan organisasi (Arthur, 2001; Mitchell et al, 2001; Mobley, 1977; Mobley et al 1979).
melengkapi, menarik dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lain di dalam
Hunjra et al (2010) dalam Gary (2012) lingkungan tersebut. (2) Complementary Fit yaitu
mengatakan, layaknya komitmen organisasi, niat terjadi jika karakteristik seseorang menciptakan
untuk tinggal merupakan proses psikologis. lingkungan atau menambah sesuatu yang kurang
Konsep intention to stay mengacu pada tingkat kemungkinan seorang karyawan yang berencana
dalam lingkungan tersebut Beberapa peneliti berpendapat bahwa
untuk tetap dengan organisasi (Gary, 2012) . individu dan organisasi saling tertarik manakala
perusahaan tidak dapat menganggap bahwa terdapat kesesuaian (compatibility) antara satu
karyawan tidak akan pergi ketika mereka melihat kesempatan kerja yang lebih besar diluar
dengan yang lain, hal ini sangat berpengaruh terhadap organisasi dalam merekrut karyawan dan
organisasi ini (Matier, 1990 dalam Gary, 2012). juga sikap karyawan untuk memilih pekerjaan
perusahaan/organisasi harus tersebut (Chatman, 1989
Sebuah
; O’ Reilly et al, 1991). memberikan hak dan kewajiban bagi karyawan Perilaku individu adalah sebuah fungsi dari
nya, agar kesejahteraan karyawan dapat terjalin. atribut-atribut personal dan situasional yang
Ada beberapa tanggung jawab perusahaan kepada saling berinteraksi, perspektif interaksi ini
karyawan nya seperti kompensasi, lingkungan dan meningkatkan
perlindungan kerja, motivasi, respon yang cepat karyawan dan tujuan mereka dalam organisasi,
dan kelancaran dalam berkomunikasi. Perusahaan juga perlu melakukan retensi karyawan dengan
karena interaksi individu dengan organisasi secara bersama-sama akan mempengaruhi perilaku.
metode-metode seperti (1) komunikasi, (2) pemberian insentif, (3) kesejahteraan karyawan,
Indikator Kesesuaian
Individu
dengan
(4) keselamatan karyawan, dan (5) hubungan industrial (Hasibuan, 2000).
Organisasi Indikator Niat Untuk Bertahan (Intention to
Dalam penelitian ini variabel kesesuaian individu dengan
organisasi dibentuk
oleh
Stay)
indikator yang ditelti oleh (Kristof, 1996) yaitu : Berdasarkan Konovsky dan Cropanzano (1) Kesesuaian nilai (value congruence) (2) (1991) dan Randall et al., (1999) dalam Pablo et Kesesuaian
tujuan (goal congruence )
al., (2012), niat untuk tinggal memiliki tiga item Pemenuhan kebutuhan karyawan (employee need indikator yang disesuaikan, yaitu: (1) Niat Untuk fulfillment ) (3( Kesesuaian karakteristik kultur- Tetap pada organisasi tanpa batas (2) Niat untuk kepribadian. Sedangkan menurut Edward (1991)
dan Valentine (2002) dimensi dari kesesuaian dan Valentine (2002) dimensi dari kesesuaian
Niat untuk tinggal juga dapat diukur mendapatkan pekerjaan baru.
Niat untuk
menggunakan tiga item yang dikembangkan oleh Niat untuk tinggal diukur dengan
(Mowday et al, 1984) yaitu : (1) Niat tanpa batas menggunakan instrument yang dikembangkan
(2) Niat mencari pekerjaan baru (3) Tidak oleh (Weiss et al, 1967), dua instrument yang
memiliki niat berhenti.
dipakai adalah : (1) Niat untuk meninggalkan (2) Niat untuk bekerja dengan organisasi
P-O FIT (Z)
Budaya Etika Niat Untuk Bertahan
(X) (Y)
GAMBAR 1. Model Penelitian
Hipotesis
penelitian. (2) Data Sekunder, yaitu data yang peneliti kumpulkan dari dokumen-dokumen yang
H1 : Budaya etika berpengaruh signifikan ada di PT. Garuda Indonesia Medan. Selain itu terhadap niat untuk bertahan
juga data sekunder ini peneliti peroleh dari kajian H2 : Kesesuaian individu dengan organisasi
pustaka.
berpengaruh signifikan terhadap niat
untuk bertahan H3 : Budaya etika berpengaruh signifikan
Pengukuran
terhadap Kesesuaian individu dengan organisasi
Penelitian ini menguji 3 (tiga) variabel H4: Budaya etika berpengaruh signifikan
yaitu (1) Budaya Etika (variabel independen = X). terhadap niat untuk bertahan
(2) Kesesuaian Individu dengan Organisasi dimediasikan Kesesuaian individu dengan
(variabel independen mediasi = Z). dan (3) Niat organisasi.
Untuk Bertahan (variabel dependen = Y). Setiap variabel diukur dengan menggunakan skala Likert
METODE PENELITIAN
(Likert scale). Setiap indikator pada variabel dituangkan dalam bentuk pernyataan dalam
Populasi dan Sampel
kuisioner. Setiap pernyataan disediakan jawaban mulai dari “sangat tridak setuju” (STS) = 1 hingga
Populasi pada penelitian ini adalah “sangat setuju” (SS) = 5. Responden akan seluruh karyawan PT. Garuda Indonesia Medan
memilih jawaban dari pernyataan yang sesuai yang berjumlah 88 orang. Karena jumlah
dengan persepsi mereka dan tentunya berdasarkan populasina relatif sedikit, maka semua populasi
yang mereka alami dalam organisasi tempat dijadikan sampel. Jadi metode sampel penelitian
mereka bekerja.
ini adalah metode sensus atau sampel jenuh.
Peralatan Analisis
Sumber dan Teknik Pengumpula Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis Untuk menguji pengaruh langsung dan data yaitu: (1) Data Primer, yaitu data yang
pengaruh tidak langsung terhadap variabel peneliti ambil dari sumber langsung responden
Hierarchical Linear dengan menyebarkan kuisioner kepada setiap
penelitian
digunakan
Modelling (Baron dan Kenny, 1986). Penelitian responden yang telah ditetapkan sebagai sampel
ini menguji variabel intervenning (variabel ini menguji variabel intervenning (variabel
antara variabel prediktor (independen) dan dibawah ini). Menurut Baron dan Kenny (1986)
variabel kriterion (dependen). suatu variabel disebut variabel intervening jika
Variabel
Path A
Mediasi (Z) Path B
Variabel
Path C
Variabel
Independent (X) Dependent (Y)
GAMBAR 2. Konsep Peranan Variabel Mediator
Menurut Baron dan Kenny (1986) dan X sebagai prediksi. Langkah pengaruh mediasi terjadi jika terdapat 4 kriteria
ini melibatkan mediator seolah- berikut:
olah menjadi sebuah variabel
1. Variabel independen
mempengaruhi
hasil.
variabel dependen. Langkah 3: Menunjukkan bahwa mediator
2. Variabel independen
mempengaruhi variabel hasil. variabel mediasi.
mempengaruhi
Gunakan Y sebagai variabel
3. Variabel mediasi harus mempengaruhi kriteria dalam persamaan regresi variabeldependen
dan X dan Z sebagai prediksi.
4. Mediasi penuh (full/perfect mediation) Tidak cukup hanya berkorelasi, terjadi jika pengaruhvariabel independen
antara mediator dengan hasilnya pada variabel dependen secara langsung
berkorelasi karena adalah tidak signifikan, tapi pengaruhnya
mungkin
disebabkan oleh signifikan ketika melibatkan variabel
keduanya
variabel X. Dengan demikian mediasi.
variabel awal harus disamakan mediation) terjadi jika pengaruh variabel
menghasilkan efek independen pada variabel dependen baik
dalam
mediator pada hasil yang ada. secara langsung maupun tidak langsung
Langkah 4: Untuk menetapkan bahwa Z sangat adalah signifikan.
mempengaruhi hubungan XY, pengaruh X dan Y mengendalikan
Metode Hierarchical Linear Modelling Z harus nol. Efek pada langkah 3 ini digunakan untuk menguji pengaruh antara
dan 4 diperkirakan pada perkiraan variabel independen dengan variabel dependen,
yang sama. dimana model ini memiliki 4 (empat) langkah
Jika keempat langkah ini terpenuhi, dalam membangun mediasi (Baron dan Kenny,
maka data itu konsisten dengan hipotesis sehingga 1986; Judd and Kenny, 1981), yaitu:
variabel Z benar memediasi hubungan X Y dan Langkah 1: Menunjukkan bahwa variabel awal
jika tiga langkah pertama terpenuhi tetapi langkah berhubungan
yang keempat tidak, maka mediasi parsial di Gunakan Y sebagai variabel
kriteria dalam persamaan regresi dan X sebagai prediksi. Langkah
Adapun formula pada peralatan analisis ini menetapkan bahwa ada efek
adalah sebagai berikut:
1). Y = α + β1X
yang mungkin di mediasi.
2). Z = α + β1X
Langkah 2: Menunjukkan bahwa variabel awal
berhubungan dengan mediator. 3). Y = α + β1X + β2Z
Keterangan:
Gunakan Z sebagai variabel kriteria dalam persamaan regresi
Niat untuk bertahan
Budaya etika
Koefisien dengan organisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian deskripsi terhadap karakteristik responden.
Karakteristik Responden
Tabel 2 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden
No. Karakteristik
Jumlah Responden
Persentase
Umur < 25 Tahun
1 25-30 Tahun
31-40 Tahun
41-50 Tahun
2 Jenis Kelamin Pria
Lama berkerja
3 1-6 tahun
6-10 tahun
4 Belum menikah
Sumber: Data primer, 2015.
Hasil Uji Validitas Konstruk
menjadi pengukuran yang tepat, hal ini dilihat dari Eigen 3,705 dengan muatan factor (loading
Tabel 3 merupakan hasil analisis atau uji factor ) yang memiliki interval 0,802 hingga konstruk “niat untuk bertahan” variabel ini
0,911. Varians yang dapat dijelaskan (variance diadopsi pendapat (Konovsky dan Cropanzano,
explained ) pada factor sebesar 74,103%. Nilai 1991; Weiss et al, 1967 ; Mowday et al, 1984).
Kaiser-Meyer-OlkinMeasure of Sampling Hasil uji menunjukkan bahwa item pertanyaan
Adequacy pada variabel dependen sebesar 0,822 yang terlibat dalam penelitian ini memiliki
dan hasil uji Barlett’s Test of Sphericity konstruk korelasi yang baik sehingga dapat
menunjukkan signifikan 0,000 (p<0,01).
Tabel 3
Matriks Principal Component Analysis Variabel dependen (n=84)
(Niat Untuk Bertahan)
Muatan No
Item Faktor “Niat Untuk Bertahan”
Faktor
1. Saya selalu berpikir untuk berhenti pada organisasi ini 0,897 Saya berniat untuk mendapatkan pekerjaan yang baru di luar
2. 0,911 organisasi ini
3. Saya berencana untuk mengundurkan diri dari perusahaan 0,869
4 Saya selalu berpikir untuk berhenti pada organisasi ini 0,802 sebelum masa pensiun
5 Saya ingin mencari perusahaan yang baru untuk bekerja di 0,820 5 Saya ingin mencari perusahaan yang baru untuk bekerja di 0,820
Varians yang dapat dijelaskan %
Kaiser-Meiyer-Olkin Measure Of Samplig Adequacy
Barlet's Test Of Sphericity
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Hasil analisis validitas konstruk “budaya etika” yang diambil berdasarkan pendapat (Hunt et al,1989; ERC, 2005) (Tabel 4) menunjukkan bahwa 4 item pertanyaan yang terlibat dalam penelitian ini memiliki konstruk korelasi yang baik.
Tabel 4 Matriks Principal Component Analysis Variabel Independen (n=84)
(Budaya Etika)
Muatan No
Item Faktor “Budaya Etika”
Faktor
1 Manager menetapkan contoh yang baik dari perilaku etis 0,702
2 Komitmen 0,731 Saya merasakan dukungan dari rekan kerja dalam memenuhi
3 0,833 standar perusahaan
4 Setiap tingkatan manajemen selalu bertanggung jawab atas 0,782 setiap tindakan dengan standar organisasi
Nilai Eigen
Varians yang dapat dijelaskan %
Kaiser-Meiyer-Olkin Measure Of Samplig Adequacy
Barlet's Test Of Sphericity
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Selanjutnya, Tabel 5 adalah hasil uji validitas konstruk “kesesuaian Individu dengan organisasi” atau P-O Fit (Kristof, 1986; Edward, 1991), menunjukkan bahwa semua item yang terlibat dalam penelitian memiliki korelasi konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat.
Tabel 5 Matriks Principal Component Analysis Variabel Mediasi (n=84)
(Kesesuaian Individu dengan Organisasi)
No.
Item Faktor “Kesesuaian Individu dengan Organisasi” Muatan Faktor
1 Saya merasa nilai personal yang saya anut cocok dengan organisasi
2 Perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan saya dengan baik
3 Perusahaan ini memiliki kultur yang sesuai dengan kepribadian saya
4 Saya merasa nilai-nilai pribadi saya cocok dengan perusahaan ini
5 Perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan saya dengan baik
6 Perusahaan ini memiliki kesamaan dengan diri saya terutama pada
kepedulian dengan orang lain
7 Saya merasa perusahaan ini sangat berarti bagi hidup saya
8 Saya benar-benar merasa cocok dengan perusahaan ini
Nilai Eigen
Varians yang dapat dijelaskan %
Kaiser-Meiyer-Olkin Measure Of Samplig Adequacy
Barlet's Test Of Sphericity
Sumber: Data Primer (diolah), 2015
Uji Reliabilitas
nilai Cronbach alpha masing-masing sebesar 0,912, 0,760, dan 0,901. Dengan demikian
Tabel 6 adalah hasil uji reabilitas,di seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam mana
ukuran reliabilitas dianggap handal variabel penelitian dapat dikatakan reliabel berdasarkan
(handal) karena nilai Cronbach’s Alpha lebih dari (Malholtra, 2003). Hasil analisis menunjukkan
pada Cronbach
Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s Alpha
Jumlah
No. Variabel
1. Niat untuk Bertahan
2. Budaya Etika
Handal dengan Organisasi
Sumber: Data Primer (diolah), 2015
Hasil Analisis Normalitas
normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov. Nilai yang Pengujian normalitas dilakukan dengan
disyaratkan adalah 0,05, maka data tersebut menggunakan
dinyatakan normal dengan nilai 0,269. pengujian
residual (Tabel
Pengujian
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual N
Normal Parameters
Std. Deviation
Most Extreme Differences Positive
Negative
-,109 Kolmogorov-Smirnov Z 1,001
Asymp. Sig. (2-tailed) ,269
a. Test distribution is Normal.
Analisis
b. Calculated from data.
Multikolinearitas
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
(Ghozali, 2001). Hasil menguji apakah model regresi ditemukan adanya
Uji multikolinearitas bertujuan untuk
diantara
variabel
memperlihatkan bahwa tidak ada variabel yang memperlihatkan bahwa tidak ada variabel yang
independen dalam model regresi.
Tabel 8 Pengujian Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics Tolerance
ETIKA (Constant)
ETIKA PO FIT
1,064 Sumber: Analisis Data Primer, 2015
4.3 Deskriptif Data Penelitian
tingkat penyebaran data (std.Deviation) dan hubungan
variabel sebagaimana Secara ringkas deskripsi data penelitian
antar
diperlihatkan dalam Tabel 9 berikut: ini disajikan dalam bentuk nilai rata-rata (mean),
Tabel 9 Rata-rata, Standar Deviasi dan Korelasi Antar Variabel
Variabel
Mean
Standar Deviasi
1 Budaya Etika
Niat Untuk Bertahan
1 Kesesuaian Indvidu dengan
Sumber: Data Primer (diolah), 2015
Tabel 8 juga menunjukkan nilai rata-rata Indonesia Medan untuk variabel ini relative tinggi (mean) dari variabel yang digunakan dalam
dibandingkan variabel lainnya. penelitian berkisar antara 2,6714 sampai dengan 3,7338 dengan tingkat penyebaran data berkisar
8 juga antara 0,87020 hingga 1,33409. Dari ketiga
Selain
itu
pada Tabel
menunjukkan nilai korelasi antar variabel, nilai variabel yang terlihat, variabel Budaya Etika
korelasi berkisar antara 0,245 sampai dengan merupakan variabel dengan nilai mean tertinggi
0,300. Tidak hanya nilai Variance Inflation yang berarti dukungan jawaban karyawan PT.
Factor (VIF) yang dapat memprediksikan Garuda Indonesia Medan untuk variabel ini
multikolinearitas antar cenderung positif dibandingkan dengan variabel
terjadinya
masalah
variabel independen, nilai korelasi juga dapat lainnya. Sementara variabel Kesesuaian Individu
masalah multikolinearitas. dengan Organisasi merupakan variabel dengan
memprediksikan
Menurut Ghozali (2001) nilai korelasi antar tingkat penyebaran data terbesar, yang berarti
variabel independen yang lebih dari 0,90 tingkat perbedaan jawaban karyawan PT.Garuda
menunjukkan adanya masalah multikolineritas.
Karena pada tabel 4.8 tidak ada nilai korelasi di variabel independen dalam tabel 4.8 menunjukkan atas 0,90 maka hasil pengujian korelasi antar
tidak adanya masalah multikolinearitas.
Tanggapan Responden terhadap “Niat Untuk
Indonesia Medan kurang baik dengan nilai rata- rata 2,672 di mana angka tersebut bernilai di
Bertahan” (Y)
bawah skor 3 (skor untuk pilihan kurang setuju). Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar
Tabel 10 adalah deskripsi tanggapan
Garuda Indonesia responden terhadap pernyataan “Niat Untuk Medan
karyawan
PT.
setuju untuk Bertahan” karyawan PT. Garuda Indonesia sejumlah pertanyaan tentang niat untuk bertahantersebut.
menjawab kurang
Medan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Niat untuk Bertahan karyawan PT. Garuda
Tabel 10 Deskriptif Niat Untuk Bertahan Karyawan PT. Garuda Indonesia Medan, 2015
No. PERTANYAAN STS TS KS S SS Mean
1. Saya selalu berpikir untuk berhenti pada organisasi ini
20 20 30 14 0 2,45 Saya berniat untuk mendapatkan pekerjaan yang baru di luar
10 16 30 26 2 2,93 organisasi ini
3. Saya berencana untuk mengundurkan diri dari perusahaan
Saya selalu berpikir untuk berhenti pada organisasi ini sebelum
8 24 32 18 2 2,79 masa pensiun
Saya ingin mencari perusahaan yang baru untuk bekerja di tahun
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Tanggapan Responden terhadap “Budaya
Garuda Indonesia Medan sudah baik dengan nilai rata-rata 4,075 di mana angka tersebut bernilai 4
Etika” (X)
(skor untuk pilihan setuju). Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar karyawan PT. Garuda
menjawab setuju untuk variabel budaya etika dapat dilihat pada Tabel 11,
Hasil analisis
deskriptif
terhadap
Indonesia Medan
sejumlah pertanyaan tentang budaya etika menunjukkan bahwa budaya etika karyawan PT.
tersebut.
Tabel 11 Deskriptif Budaya Etika Karyawan PT. Garuda Indonesia Medan, 2015
No. PERTANYAAN
STS
TS
KS S SS Mean
1. Manager menetapkan contoh yang baik dari perilaku etis
2. Komitmen
Saya merasakan dukungan dari rekan kerja dalam
0 2 14 58 10 3,90 memenuhi standar perusahaan
Setiap tingkatan manajemen selalu bertanggung jawab
0 2 10 58 14 4,00 atas setiap tindakan dengan standar organisasi
Rerata 4,075
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Tanggapan Responden terhadap Kesesuaian
dibulatkan bernilai 4 (skor untuk pilihan setuju).
Individu dengan Organisasi (Z)
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
Garuda Indonesia Medan Tabel
PT.
menjawab setuju untuk sejumlah pertanyaan responden terhadap variabel “kesesuaian individu dengan organisasi” pada PT. Garuda Indonesia tentang kesesuaian individu dengan organisasi
Medan. Hasil analisis diskriptif menunjukkan nilai rata-rata 3,880 dimana angka tersebut
Tabel 12 Deskriptif Kesesuaian Individu dengan Organisasi Karyawan PT. Garuda Indonesia Medan, 2015
No.
Pernyataan
STS TS KS S SS Mean
Saya merasa nilai personal yang saya anut cocok dengan
0 0 8 62 14 4,07 organisasi
2. Perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan saya dengan baik
2 2 20 50 10 3,76 Perusahaan ini memiliki kultur yang sesuai dengan kepribadian
2 4 8 60 10 3,86 saya
Saya merasa nilai-nilai pribadi saya cocok dengan perusahaan
0 4 10 56 14 3,95 ini
5 Perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan saya dengan baik
2 4 20 52 6 3,67 Perusahaan ini memiliki kesamaan dengan diri saya terutama
0 4 14 58 8 3,83 pada kepedulian dengan orang lain
7 Saya merasa perusahaan ini sangat berarti bagi hidup saya
8 Saya benar-benar merasa cocok dengan perusahaan ini
Rerata 3,880
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Analisis Pengaruh Antar Variabel
Penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu Budaya Etika (X) sebagai variabel bebas,
Untuk mengetahui pengaruh Budaya Etika Kesesuaian Individu dengan Organisasisebagai terhadap Kesesuaian Individu dengan Organisasi
variabel mediasi (Z) dan Niat untuk Bertahan dan dampaknya pada Niat untuk Bertahan pada
sebagai variabel terikat (Y). variabel bebas akan karyawan PT. Garuda Indonesia Medan dilakukan
mempengaruhi variabel mediasi dan variabel analisis regresi yang menjelaskan hubungan
mediasi akan mempengaruhi variabel terikat. fungsional secara terpisah dari beberapa variabel.
organisasi dapat dilihat pada table 13 berikut ini. Hasil analisis pengaruh Budaya Etika terhadap Kesesuaian Individu dengan
Tabel 13 Analisis Pengaruh Budaya Etika terhadap Kesesuaian Individu dengan Organisasi
Standardize Unstandardized
B Std. Error
1 Budaya Etika
0,000 Sumber:Analisis Data Primer, 2015
dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien korelasi Menurut Hair, et al (2006) jika dalam
bertujuan untuk melihat keeretan hubungan antara pengskalaan digunakan skala likert, maka untuk
satu variabel dengan variabel lain. Koefisien koefisien regresi digunakan nilai stadardizid
korelasi (R) positif kuat apabila hasil korelasi coefficients, dimana nilai konstantanya tidak perlu
mendekati +1 atau sama dengan +1. Korelasi di interpretasikan. Dari hasil output spss tersebut
negatif kuat apabila hasil korelasi mendekati -1 dapat dibuat garis persamaan linier adalah sebagai
atau sama dengan -1. Tidak ada korelasi apabila berikut:
hasil korelasi mendekati 0 atau sama dengan 0.
Z = 0,402X
Jika korelasi bernilai +1 atau -1 maka variabelnya menunjukkan korelasi sempurna positif atau
Maka dari persamaan tersebut dapat
negatif.
dijelaskan bahwa koefisien regresi budaya etika Sementara koefisien determinan (R 2 ) (X) bernilai positif (0,402) artinya ketika budaya
mengukur seberapa jauh kemampuan variabel- etika pada karyawan PT. Garuda Indonesia
variabel independen dalam menjelaskan variasi Medan meningkat, maka akan meningkatkan
variabel dependen (Ghozali, 2001). Maka analisis kesesuaian individu dengan organisasi pada
koefisien korelasi dan determinasi variabel bebas karyawan tersebut.
(X) dengan variabel terikat (Z) dapat dilihat dari Selain
tabel berikut.
penelitian ini juga menguji koefisien korelasi (R)
Tabel 14 Hasil Analisis Korelasi dan Korelasi Determinasi
Model
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
1,17419 Sumber: Data Primer (diolah), 2015
1 0,402 a 0,162
Analisis Pengaruh Budaya Etika terhadap Niat untuk Bertahan dengan Kesesuaian Individu dengan Organisasi sebagai variable mediasi
Hasil analisis pegaruh Budaya Etika Individu dengan Organisasi sebagai variable terhadap Niat untuk Bertahan dengan Kesesuaian
mediasi dapat dilihat pada table 15 berikut ini.
Tabel 15 Analisis Pengaruh Budaya Etika terhadap Niat untuk Bertahan dengan Kesesuaian Individu dengan Organisasi sebagai variable mediasi
T Sig. Model
B Std. Error
1 Budaya Etika
5,229 .000 Budaya Etika
a. Dependent Variable: Niat Untuk Bertahan Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Dari tabel 15 dapat dibentuk garis tinggi niat untuk bertahan pada karyawan persamaan linier sebagai berikut:
tersebut.
Selanjutnya untuk model 3 pada table 14
dapat dibentuk garis persamaan linier sebagai Maka dari persamaan tersebut dapat
Y = 0,336X
berikut:
menjelaskan bahwa berdasarkan hasil nilai
Y = 0,242X + 0,235Z
standardized coefficients tidak terdapat nilai
konstanta, hanya terdapat nilai koefisien regresi Persamaan tersebut menjelaskan bahwa Budaya Etika (X) yaitu sebesar 0,336.
koefisien regresi Kesesuaian individu dengan Koefisien regresi budaya etika (X)
organisasi (Z) bernilai positif (0,235) artinya benilai positif (0,336) artinya semakin tinggi
semakin tinggi Kesesuaian individu dengan budaya etika yang dirasakan oleh karyawan PT.
organisasi pada karyawan PT. Garuda Indonesia Garuda Indonesia Medan maka akan semakin
Medan, maka akan semakin tinggi tingkat niat untuk bertahan yang dihasilkan oleh karyawan PT. Garuda Indonesia Medan tersebut.
Tabel 16 Hasil Analisis Korelasi dan Korelasi Determinasi Model Summary c
Model
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0,80765 Sumber: Analisis Data Primer, 2015
3 0,399 b 0,159
Hasil analisis koefisien korelasi antara residu menunjukkan bahwa adanya faktor-faktor budaya etika terhadap niat untuk bertahan
lain yang dapat mempengaruhi vaiabel kesesuaian diperoleh R sebesar 0,336 yang menjelaskan
individu dengan organisasi. Dengan demikian pengaruh positif antara budaya etika (X) terhadap
budaya etika masih kurang dominan dalam niat untuk bertahan (Y) dengan keeratan
untuk bertahan pada hubungan sebesar 33,6%.
mempengaruhi
niat
karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. Nilai koefisien deteminasi adjusted R
Sedangkan, hasil analisis koefisien square sebesar 0,102 menjelaskan bahwa budaya
korelasi antara budaya etika (X) terhadap niat etika (X) terhadap niat untuk bertahan (Y) sebesar
untuk bertahan (Y) dimana kesesuaian indvidu 10,2%. Sementara sisa (nilai residu) dari peran
dengan organisasi dimasukkan sebagai variabel variable tersebut sebesar 0,898 (89,8%).Nilai
pemediasi (Z) diperoleh R sebesar 0,399 yang
dengan kesesuaian indvidu dengan organisasi (Z) dengan organisasi dengan keeratan hubungan
sebagai pemediasi sebesar 13,9%. Sementara nilai sebesar 39,9%.
sisa (nilai residu) dari peran variabel tersebut Nilai koefisien determinasi adjustedR
sebesar 0,861 (86,1%).
square sebesar 0,139 menjelaskan bahwa budaya
Pengujian Hipotesis
organisasi dengan nilai koefisien regresi sebesar Pengujian hipotesis dilakukan dengan
0,235 serta nilai probabilitas <0,05. Dengan menggunakan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 Modeling (HLM) untuk mengetahui pengaruh
antar variabel, yang meliputi: Selanjutnya hipotesis 4 memprediksikan
1. Budaya etika berpengaruh terhadap niat efek mediasi menggunakan analisis regresi. Baron untuk bertahan sebagai hipotesis 1.
dan Kenny (1986) mengemukakan bahwa
2. Kesesuaian individu dengan organisasi pengaruh mediasi terjadi jika terdapat 4 kriteria berpengaruh terhadap niat utuk bertahan
berikut, yaitu:
sebagai hipotesis 2.
a. Variabel independen berpengaruh signifikan
3. Budaya etika memiliki pengaruh terhadap terhadap variabel dependen. kesesuaian indvidu
b. Variabel independen berpengaruh signifikan sebagai hipotesis 3.
dengan
organisasi
terhadap variabel mediasi.
4. Budaya etika memiliki pengaruh terhadap
c. Variabel mediasi berpengaruh signifikan niat untuk bertahan dimediasikan oleh
terhadap variabel dependen. kesesuaian indvidu
d. Efek mediasi terjadi ketika pengaruh sebagai hipotesis 4.
dengan
organisasi
variabel independen terhadap variabel dependen menjadi tidak signifikan atau
variabel pemediasi tabel 16 menunjukkan bahwa budaya etika
Berdasarkan hasil analisis regresi pada
berkurang
jika
dimasukkan ke dalam model. Mediasi penuh berpengaruh signifikan terhadap niat untuk
(full/perfect mediation) terjadi jika pengaruh bertahan dengan nilai koefisien regresi masing-
variabel independen pada variabel dependen masing sebesar 0,336 dengan nilai probabilitas
menjadi tidak signifikan ketika variabel <0,05. Sehingga hal tersebut membuktikan bahwa
mediasi dimasukkan ke dalam model. hipotesis 1 terdukung.
Mediasi parsial (partial mediation) terjadi Berdasarkan hasil analisis regresi pada
jika pengaruh variabel independen pada tabel 17 menunjukkan bahwa kesesuaian individu
variabel dependen berkurang ketika variabel dengan
pemediasi dimasukkan ke dalam model. terhadap niat untuk bertahan dengan nilai
organisasi berpengaruh
siginifikan
Pengaruh variabel independen yaitu koefisien regresi sebesar 0,402 dengan nilai
Budaya etika (X) terhadap variabel dependen probabilitas <0,05. Dengan demikian dapat
yaitu niat untuk bertahan (Y) ketika mediator disimpulkan bahwa hipotesis 2 terdukung.
yaitu kesesuaian individu dengan organisasi (Z) Berdasarkan hasil analisis regresi pada
diuji secara lengkap dapat dilihat pada tabel tabel 15 menunjukkan budaya etika berpengaruh
berikut.
signifikan terhadap kesesuaian individu dengan
Tabel 17 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Untuk Menguji Efek Mediasi Dari Kesesuaian Individu dengan Organisasi (PO Fit)
PO Fit
Niat Untuk Bertahan
(Y) Tahapan Persamaan
Budaya Etika(X)
0,242 PO Fit(Z)
0,235 R
7,676 * Signifikansi pada tingkat p<0,05
F 15,800
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 17 diatas, menunjukkan bahwa Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tahap ketiga yang menguji pengaruh variabel
pengaruh budaya etika terhadap niat untuk independen terhadap dependen melalui variabel
bertahan dimediasikan oleh kesesuaian individu pemediasi menunjukkan bahwa budaya etika
secara parsial (partial berpengaruh signifikan terhadap niat untuk
dengan
organisasi
mediation) sehingga hipotesis 4 terdukung. Hasil bertahan dengan nilai koefisien regresi (β) sebesar
pengujian hipotesis penelitian ini terangkum pada 0,336 dengan probabilitas <0,05. Nilai (β)
tabel berikut.
berkurang dari 0,336 menjadi 0,242 ketika variabel mediasi dimasukkan ke dalam model.
Tabel 18 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis
Keterangan
H1 Budaya etika berpengaruh terhadap niat untuk bertahan Terdukung Kesesuaian individu dengan organisasi memiliki pengaruh
H2 Terdukung terhadap niat untuk bertahan
Budaya etika memiliki pengaruh terhadap Kesesuaian individu
H3 Terdukung dengan organisasi
Kesesuaian individu dengan organisasi memediasi budaya etika
H4 Terdukung terhadap niat untuk bertahan
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Berikut ini adalah gambaran hubungan organisasi sebagai pemediasi pada karyawan PT. antara variabel budaya etika terhadap niat untuk
Garuda Indonesia Medan yang dapat dituangkan bertahan dengan kesesuaian individu dengan
pada kerangka pemikiran berikut:
Kesesuaian individu dengan organisasi
0,402 0,235 (Z)
Budaya Etika
Niat Untuk Bertahan (X)
(Y)
GAMBAR 3. Konsep Pemikiran Teoritis Setelah Pengujian
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan Indonesia Medan. Hal ini sesuai dengan bahwa budaya etika pengaruh signifikan terhadap
penjelasan Dalton (1982) yang mengatakan niat untuk bertahan pada karyawan PT. Garuda
bahwa kondisi iklim etis sangat berkaitan bahwa kondisi iklim etis sangat berkaitan
pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. merasakan kepuasan untuk tetap bekerja bersama
Dalam Valentine et al (2002) menyatakan bahwa organisasi. Penegakan etika ini harus terus
perlunya pengembangan etika dalam konteks dilakukan
penerapan PO Fit karena karyawan lebih memilih mempertahankan karyawan potensialnya dimana
oleh organisasi
agar
dapat
perusahaan yang bermoral. Karyawan akan perkembangan dan persaingan saat ini yang
melakukan pekerjaannya dengan pemahaman sangat tinggi. Hal ini mencerminkan budaya etika
bahwa pemimpin akan membalasnya dengan pada PT. Garuda Indonesia Medan tersebut pada
memberikan penghargaan atau pertimbangan akhirnya
positif lainnya. Organisasi juga dapat memperkuat bertahan.
berhubungan dengan
niat
untuk
sistem kerja agar karyawan selalu mendukung Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan
perilaku etis.
bahwa kesesuaian individu dengan organisasi Pengujian hipotesis 4 menunjukkan pengaruh signifikan terhadap niat untuk bertahan
bahwa kesesuaian individu dengan organisasi pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. Hal
memediasi pengaruh antara budaya etika terhadap ini sekata dengan penjelasan Kristof-Brown et al
niat untuk bertahan karyawan PT. Garuda (2005) yang mengatakan bahwa PO Fit telah
Indonesia Medan. P-O fit dapat didasarkan pada terbukti berhubungan dengan sikap kerja. PO fit
keharmonisan antara keyakinan individu dan telah menunjukkan bahwa kebutuhan individu
organisasi atau tujuan individu dan organisasi. PO terutama kepuasan dan persyaratan organisasi
Fit ini dapat membantu perusahaan untuk proses harus terpenuhi. Dengan demikian, selama
seleksi maupun mempertahankan karyawan. individu puas dengan kebutuhan, harapan,
Dengan adanya budaya etis yang baik maka akan keinginan yang diberikan oleh organisasi, maka
membuat kebutuhan dan keinginan karyawan karyawan berkewajiban untuk menunjukkan
terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan pemahaman komitmen yang lebih besar dan memiliki niat
PO Fit untuk menyeimbangkan kedua hal untuk tetap bekerja dengan organisasi tersebut.
tersebut.
Pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa budaya etika berpengaruh signifikan
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
untuk bertahan pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan.
1. Budaya etika dan kesesuaian individu dengan organisasi merupakan prediktor niat untuk
Saran
bertahan pada karyawan PT. Garuda Indonesia Medan. Di antara kedua variable tersebut,
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya etika memiliki pengaruh yang lebih
budaya etika berpngaruh terhadap niat untuk dominan terhadap berhasilnya niat untuk
bertahan. Oleh karena itu perusahaan harus bertahan seorang karyawan.
menciptakan suasana yang beretika dan
2. Budaya etika beperngaruh signifikan terhadap bermoral pada system maupun peraturan niat untuk bertahan pada PT. Garuda
kerja yang dibuat agar keinginan para Indonesia Medan
karyawan dapat terealisasi dengan baik. Hal
3. Kesesuaian individu dengan organisasi ini juga dibantu dengan menjadikan beperngaruh signifikan terhadap niat untuk
karyawan merupakan orang yang paling bertahan pada PT. Garuda Indonesia Medan
krusial dalam proses kerja diperusahaan.
2. Kesesuaian individu dengan organisasi (PO kesesuaian individu dengan organisasi pada
4. Budaya etika beperngaruh signifikan terhadap
Fit) juga merupakan hal yang penting dalam PT. Garuda Indonesia Medan
memediasi pengaruh budaya etika terhadap
5. Kesesuaian individu dengan organisasi niat untuk bertahan. Oleh karena itu memediasi secara parsial (partial mediation)
perusahaan harus menjalankan pemahaman pengaruh antara budaya etika terhadap niat
PO Fit ini dengan baik. Pemahaman ini membantu
perusahaan dalam seleksi maupun mempertahankan karywan yang perusahaan dalam seleksi maupun mempertahankan karywan yang
perusahaan dapat dibutuhkan oleh perusahaan. Hal ini dapat
perusahaan
agar
menghormati hak dan kewajiban karyawan dilakukan dengan cara memahami nilai,
dan terjadinya saling melengkapi. Hal ini kebutuhan, maupun keinginan karyawan
dapat memudahkan antara satu dengan yang pada PT. Garuda Indonessia Medan.
lain.
3. Para karyawan PT. Garuda Indonesia Medan perlu memahami nilai maupun tujuan
Kristof-Brown, A. L., Zimmerman, R. D., & Johnson, E. C. (2005). Consequences of Arthur, D. 2001. Employee recruitment and
REFERENSI
individuals’ fit at work: A meta-analysis retention
Person-job, Person-organization, AMACOM Person- group, and Personsupervisor Fit’. Autry, C. W., Daugherty, P.J., 2003. Warehouse
58, 281 –342. operation employees: linking person-
Personnel Psychology,
Markowitz, Gary A. (2012), Faculty Intent to Stay organization fit, job satisfaction and
Perceived Relationship coping response. Journal of Business
and
the
withSupervisor at a Career-Focused Logistic , Vol. 24, 1, 171-197
University.
Cable, D., & Judge, T. A. (1994). Pay preferences Mitchell, TR, Holtom, BC, Lee, TW, Erez, M. and job search decisions: A person-
2001. Why people stay: using job organization fit perspective. Personnel
predict voluntary Psychology , 47, 317 –348
embeddednessto
turnover. Academy of Management Chatman, J. A. 1989. Improving interactional
Journal , 44(6):1102-1121. organizational research: a model of
Mobley, WH, Griffeth, RW, Hand, HH, & person-organization fit. Academy of
Meglino, BM. 1979. Review and Management Review , 14 (3), 333-349
conceptual analysis of employee Dalton, Dan, R., William, D.T., dan David, M.K.
turnover process. Psychological Bulletin, 1982.
86:493-522 Books. functionaltaxonomy, The Academy of
Mowday, R. T., Koberg, C. S. and McArthur, A. Management Review ; January: Hal. 117.
W. (1984) The Psychology of the Ethics Resource Center (2005). National Business
Withdrawal Process: A Cross-validation Ethics Survey . Washington, DC: ERC.
T est of Mobley’s Intermediate linkages Greenberg, J. 2005. Managing Behavior in
Model of Turnover in Two Samples, Organizations, Fourth Edition. Pearson
Academy of Management Journal, 27(1), Education, Inc. New Jersey. Griffeth,
R.W., dan S. Gaertner. 2001. A role for Noe, Raymond, A., John, R.H., Barry, G., dan equity theory
Patrick, M.W. 2011. Manajemen Sumber Hasibuan SP, Malayu. 2002. Manajemen Sumber
Daya Manusia: Mencapai Keunggulan Daya Manusia , Edisi Revisi, Jakarta: PT.
Bersaing . Jakarta: Salemba Empat. Bumi Aksara.
Nursasongko, panji (2010) pengaruh corporate Hunt, S. D., V. R. Wood dan L. B. Chonko. 1989.
ethical value terhadap kinerja, kepusan “Corporate