PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI DANA PENGHAPUSAN ASET MILIK PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG Gracelda Syukrie, Diah Gustiniati, Rini Fathonah Email: graceldasyukriegmail.com
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
KORUPSI DANA PENGHAPUSAN ASET MILIK PEMERINTAH KOTA
BANDAR LAMPUNG
(Jurnal)
Oleh:
GRACELDA SYUKRIE
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
KORUPSI DANA PENGHAPUSAN ASET MILIK PEMERINTAH KOTA
BANDAR LAMPUNG
Gracelda Syukrie, Diah Gustiniati, Rini Fathonah
Emailkrie@gmail.com
Abstrak
Korupsi merupakan gejala masyarakat disegala bidang baik ekonomi, hukum, sosial budaya, dan politik. Salah satu contoh bentuk korupsi yang terjadi di Bandar Lampung atas korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung, ditemukan pengelolaan barang (aset) yang tidak berada di tempatnya. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung dan apakah faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan milik Pemerintah Kota Bandar Lampung. Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab permasalahan di atas yaitu pendekatan yuridis normatif, dan yuridis empiris. Berdasarkan hasil penelitian upaya penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung ini menggunakan upaya preventif (pengawasan, pembinaan, dan pelatihan) dan represif (penyidikan, penuntutan, dan proses pengadilan). Kemudian mengenai faktor-faktor penghambat dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung yaitu faktor aparat penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat, serta faktor kebudayaan sebagai faktor yang paling vital. Saran yang dapat diberikan penulis adalah Inspektorat hendaknya meningkatkan kinerja dalam melakukan pengawasan sehingga mengantisipasi tindak korupsi dan penjatuhan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku korupsi untuk memberikan efek jera dan Pemerintah menyediakan sarana yang memadai dan lebih transparan terhadap masyarakat mengenai barang (aset) daerah agar terpeliharanya aset daerah.
Kata kunci : Penegakan Hukum, Korupsi, Penghapusan Aset.
CRIMINAL LAW ENFORCEMENT AGAINST CORRUPTION OF THE
ASSETS REMOVAL FUNDS OWNED BY CITY GOVERNMENT OF
BANDAR LAMPUNG
Gracelda Syukrie, Diah Gustiniati, Rini Fathonah
Email: graceldasyukrie@gmail.com
Abstract
Corruption is a symptom of society in all aspects, economic, legal, social, cultural, and political. One example of corruption in Bandar Lampung is corruption of the assets removal that was found Government items (assets) that was not in a should place. Problems in this thesis is how criminal law enforcement against corruption of the assets removal funds owned by city goverment of Bandar Lampung and what the inhibiting factor criminal law enforcement against corruption of the assets removal funs owned city goverment of Bandar Lampung. The problem approach used to address the above problems are normative juridical approach, and juridical empirical. Based on the results of research and discussion, criminal law enforcement efforts against corruption of the assets removal funds belonging to the City of Bandar Lampung is using criminal law penal and non-penal. However, in practice the management of goods (assets) of the Government did not go according to procedures and resulting in corruption. Later on inhibiting factors in law enforcement against corruption of the assets removal funds belonging to the City of Bandar Lampung is a factor legislation, law enforcement officers factor, factor means and facilities, community factors, and cultural factors as the most vital. Based on the research advice that can be given by the author is the inspectorate officers should improve performance in doing their job so it does not take a long time in the process of legal certainty, and as well as severe punishment to the corruption performer to provide a deterrent effect and the Government should provide adequate facilities and be more transparent to the community about their region goods (assets) to maintain their regional assets.
Keywords: Law Enforcement, Corruption, Assets Removal.
Korupsi merupakan gejala masyarakat disegala bidang baik ekonomi, hukum, sosial budaya, dan politik. Korupsi selalu mengandung unsur penyelewengan atau ketidakjujuran, penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Tindak pidana korupsi tidak hanya mengganggu pelaksanaan roda pemerintahan dan pembangunan, serta merupakan penyimpangan terhadap hak asasi manusia untuk kepentingan negara dan masyarakat, namun juga menyebabkan kerugian negara, yang dampaknya pada keterpurukan perekonomian sosial.
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, tindak pidana korupsi tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa. Sehingga dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa. Sebagaimana Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Salah satu contoh bentuk korupsi yang terjadi di Bandar Lampung atas korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung, bahwa ditemukan pengelolaan barang di Kota Bandar Lampung yang tidak 1 Abdul Latif, Hukum Administrasi dalam
Praktik Tindak Pidana Korupsi , Kencana, 2014, hlm.3
sesuai dengan ketentuan yaitu barang daerah (aset) yang tidak berada di tempatnya (kantor satuan kerja perangkat daerah).
I. PENDAHULUAN
Diketahui bahwa tersangka Achmad Subing selaku Staf Badan Kepegawaian Daerah Pemerintahan Kota Bandar Lampung terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau oranglain atau suatu korporasi, penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatannya atau kedudukannya yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.
1 Perbuatan tindak pidana korupsi
Berdasarkan kartu inventaris barang yang ada pada Badan Penggelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Bandar Lampung dan rekapitulasi daftar mutasi barang tahun anggaran 2007, satu unit buldoser merek Carrterpilar masih tercatat sebagai aset Pemkot Bandarlampung tetapi alat berat tersebut sudah tidak ada lagi di UPT TPA Bakung karena sudah dijual terdakwa kepada Yester seharga Rp 60.000.000,00. Perbuatan tersangka Subing dikenakan Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman hukuman pidana penjara 2 tahun 8 bulan dan denda sebesar Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan.
2 2 Kejari Bandarlampung Tahan Koruptor Penegasan ketentuan diatas, menunjukan bahwa dalam pengelolaan keuangan dapat terjadi penyimpangan, dalam bentuk penyalahgunaan wewenang, atau perbuatan melanggar hukum yang berakibat timbulnya kerugian keuangan negara. Mengingat
demikian banyaknya instansi (stuktur kelembagaan) dan pejabat (kewenangan) yang terkait dibidang penegakan hukum tampaknya memerlukan peninjauan dan penataan kembali seluruh stuktur kekuasaan/kewenangan penegakan hukum.
Penegakan hukum bukan semata
hanya masalah administratif, tetapi lebih menekankan pengelolaan barang milik daerah yang harus mengedepankan penegakan hukumnya dan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi dan keefektifan serta menciptakan nilai tambah sesuai dengan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 102 Tahun 2012 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan barang Milik Daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut: a.)
Bagaiamanakah penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung?
b.) Apakah faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik
http://eksposnews.com/, Sumber: Ekspos
Pemerintah kota Bandar Lampung?
Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam skripisi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dengan wawancara, studi pustaka, dan studi dokumen. Pengolahan data yaitu melalui seleksi data, klasifikasi data dan sistematisasi data. Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk uraian, lalu diinterpretasikan untuk dianalisis secara kualitatif, kemudian selanjutnya untuk ditarik suatu kesimpulan.
II. PEMBAHASAN A. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dana Penghapusan Aset Milik Pemerintah Kota Bandar Lampung
Penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah kota Bandar Lampung merupakan suatu hal yang penting. Dalam rangka penegakan hukum dilakukan sebagaimana mestinya terlebih dalam memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum sendiri, maka penegakan hukum dapat digunakan dalam rangka menyelaraskan nilai- nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, melibatkan konsep-konsep yang saling terkait dalam penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana adalah bagian dari mekanisme penegakan hukum (pidana), maka “pemidanaan” yang b iasa juga diartikan “pemberian pidana” tidak lain merupakan suatu proses kebijakan yang sengaja direncanakan. Artinya pemberian pidana itu untuk benar-benar dapat terwujud direncanakan melalui beberapa tahap yaitu: 3 1.
Tahap penetapan pidana oleh pembuat undang-undang;
2. Tahap pemberian pidana oleh badan yang berwenang; dan
3. Tahap pelaksanaan pidana oleh instansi pelaksana yang berwenang. Pelaksanaan upaya preventif (pengawasan) pada proses pengelolaan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung dilakukan dari pihak Badan Inspektorat sesuai tata aturan pemerintahan, sebagaimana Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor : 106/02.7/HK/2011 tentang pelaksanaan kegiatan penghapusan terhadap barang-barang inventaris milik Pemerintah Kota Bandar Lampung. Inspektorat dipimpin oleh Inspektur dan bertanggungjawab langsung sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan. Inspektorat mempunyai tugas sebagai berikut : 1.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksana urusan pemerintahan
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan perekonomian
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksaan urusan kesejahteraan sosial 3 Muladi dan Barda Nawawi, Bunga Rampai
Hukum Pidana , Bandung, Alumni,1992, 4.
Melaksanakan pengawasan terhadap urusan keuangan dan aset
5. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan 6. Berdasarkan hasil wawancara
Sahril Aldar
4
, menyatakan tindak pidana korupsi tidak terlepas dari masalah pengawasan keamanan. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan (preventif) yaitu dalam hal tindak pidana korupsi dana penghapusan aset, para aparat penegak hukum melakukan kerjasama terkait pengadaan mengenai penghapusan barang atau aset daerah. Pengawasan atau pemantauan mengenai badan pemeriksaan dana penghapusan di Bandar Lampung khususnya di Kantor Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung dilakukan agar tidak terjadi tindak pidana korupsi.
Menurut Penulis, upaya preventif sangat pening untuk mengawasi baik atau tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta menentukan informasi yang dihasilkan oleh berbagai Unit/Satuan Kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah Daerah.
Upaya represif tentunya upaya ini juga memperhatikan teori penegakan hukum yang terdiri gabungan dari Tahap Aplikasi yang merupakan tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan 4 Berdasarkan hasil wawancara pada Sahril
Aldar, tanggal 17 Desember 2014 di Pemerintah Kota Bandar Lampung hingga pengadilan, Tahap Eksekusi yang merupakan tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini, aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk undang- undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapakan oleh pengadilan yang meliputi : a.
Penyidikan
Dalam hal ini terdapat pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Penyidikan dilakukan oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) berdasarkan laporan atau penemuan yang tidak sesuai dengan inventaris yang diperoleh di lapangan melalui Inspektorat.
b. Penuntutan
Penuntut umum akan segera mempelajari berkas perkara tersebut dalam waktu 7 hari untuk menyimpulkan apakah berkas perkara tersebut sudah lengkap atau belum, hal ini sesuai dengan Pasal 128 Ayat (1) KUHAP. Jika penuntut umum berpendapat berkas perkara sudah lengkap selanjutnya akan dilakukan penuntutan sebagai tindak lanjut dari Kepolisian di dalam proses penegakan hukum khususnya tindak pidana korupsi, selanjutnya untuk ke persidangan akan dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Keputusan bahwa suatu perbuatan itu termasuk tindak pidana dan atau tidak untuk penuntutannya harus dituangkan dalam surat keputusan.
c. Proses Peradilan
Majelis Hakim yang menangani perkara dan ditetapkan persidangan, barulah mulai masuk kedalam proses persidangan sebagaimana diatur dalam acara pemeriksaan biasa.
Kemudian setelah melalui beberapa tahapan-tahapan seperti pemanggilan, pembukaan sidang dan pemeriksaan identitas terdakwa, tahap pembacaan surat dakwaan, tahap pembuktian, dan sampai pada tahap penuntutan, dimana pada tahap penuntutan ini dalam hal kaitan dengan sistem peradilan pidana terpadu
.
Berdasarkan hasil wawancara kepada Burhanudin
5
, menyatakan putusan yang dilakukan memperhatikan tuntutan mempertimbangkan seberapa besar akibat yang ditimbulkan dari pelanggaran tersebut dan apa yang menjadi faktor terdakwa melakukan perbuatan tersebut. Hal ini dapat ditentukan oleh fakta-fakta, barang bukti dan saksi-saksi dalam persidangan.
Penurut Penulis, penjatuhan pidana pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa sudah dilakukan secara integral, yaitu brupa adanya keterjalinan yang erat (keterpaduan/integralitas) atau satu kesatuan dari berbagai sub-sistem (komponen) yang terdiri dari substansi hukum. Terbukti secara sah meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana “melakukan tindak pidana korupsi dan sengaja memberikan bantuan untuk melakukan tindak pidana korupsi” sebagaimana diatur Pasal 3 (1) Jo.
Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan 5 Berdasarkan hasil wawancara pada
Burhanudin, tanggal 12 Januari 2014 di Pengadilan Negeri Tanjung Karang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 56 ayat (1) ke-1 KUHPidana, serta ketentuan- ketentuan lain yang berkenaan dengan perkara ini.
Penegakan hukum adalah sarana yang didalamnya terkandung nilai atau konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan sosial dan kandungan hukum bersifat abstrak. Masalah pokok penegakan hukum mempunyai arti netral sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:
6
1) Faktor Penegak Hukum
Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk dan menerapkan hukum. Penegak hukum berkaitan dengan Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, Lembaga Pemasyarakatan. Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang mempunyai kemampuan- kemampuan tertentu guna menampung aspirasi masyarakat. Penegak hukum harus peka terhadap masalah-masalah yang terjadi disekitarnya dengan 6 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum , Jakarta,
dilandasi suatu kesadaran bahwa persoalan tersebut ada hubungannya dengan penegakan hukum itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sahril Aldar menyatakan
7
bahwa di Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung mengalami kendala khususnya petugas penyidik pegawai negeri yang jumlahnya terbatas, ditambah lagi aparat negara yang menghalalkan perbuatannya, karena tidak semua aparat yang dilengkapi pengetahuan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil. PPNS juga mengakui bahwa terkadang adanya kesulitan dalam mencari unsur-unsur pembuktian.
B. Faktor Penghambat dalam Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dana Penghapusan Aset Milik Pemerintah Bandar Lampung
Menurut Penulis, bahwa terjadinya tindak pidana korupsi dana penghapusan aset tersebut karena kurangnya pedoman bimbingan dan konsultasi. Dengan kata lain, dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi lebih kepada bentuk kebijaksanaan penjatuhan hukuman, selain itu pengawasan yang dilakukan masih banyak kekurangan yang disebabkan karena kurangnya pembinaan dan pelatihan terhadap Pegawai Negeri Sipil. 2)
Faktor Sarana atau Fasilitas Sarana atau Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dan peranan yang aktual. Sehingga sarana atau fasilitas mempunyai peranan 7 Berdasarkan hasil wawancara pada Sahril
Aldar, tanggal 24 Desember 2014 di Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung yang sangat penting di dalam penegakan hukum. Berdasarkan penjelasan Leni Basri
8
faktor sarana atau fasilitas merupakan hal yang penting dalam mendukung proses penegakan hukum terhadap sebuah instansi. Tanpa adanya sarana atau fasilitas yang menunjang, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berjalan dengan lancar. Seperti pada kasus korupsi dana pengapusan aset milik pemerintah di Kota Bandar Lampung dalam proses penegakan hukumnya faktor sarana dan fasilitas kurang, tidak ada gudang tempat penyimpanan untuk barang (aset) tersebut sehingga kurang pengawasan mengakibatkan barang bisa hilang. Berdasarkan penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa dalam faktor sarana atau fasilitas kurang memadai sehingga bila terjadi kehilangan barang (aset) sewaktu proses pemeriksaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah negara para aparat penegak hukum sulit dalam pembuktiannya karena barang tidak berada disatu tempat.
3) Faktor Masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum di mana peraturan hukum berlaku atau diterapkan.
Basri, tanggal 24 Desember 2014 di Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung
Menurut Burhanudin
9
, masyarakat tergolong faktor yang mampu berperan aktif dalam proses penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Masyarakat dapat berperan memberikan informasi kepada para penegak hukum terhadap pegawai negeri yang diduga melakukan penyalahgunaan jabatan/korupsi. Pada kasus korupsi dana penghapusan aset masyarakat terkesan tidak perduli sehingga aparat penegak hukum kurang mendapatkan informasi mengenai keadaan yang diduga melakukan penyalahgunaan jabatan/korupsi.
Menurut penulis, sebenarnya tidak sepenuhnya menjadi kesalahan masyarakat terdapat dua golongan masyarakat yaitu masyarakat yang memang tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut merupakan suatu jenis tindak pidana, dan masyarakat yang mengetahui atau menduga hal tersebut merupakan suatu tindak pidana tetapi mereka tidak mengetahui langkah apa yang akan dilakukannya terhadap informasi yang dimilikinya tersebut. Pegawai Negeri wajib mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam melakasanakan kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil dan mematuhi ketentuan Pasal
3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang diantaranya menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil wajib menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan, melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada Pegawai Negeri Sipil dengan 9 Berdasarkan hasil wawancara pada
8 Berdasarkan hasil wawancara pada Leni
Burhanudin, tanggal 12 Januari 2014 di Pengadilan Negeri Tanjung Karang penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab, mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang dan/atau golongan, melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama dibidang keamanan, keuangan dan materiil, menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya dan membutuhkan sosialisasi dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi-informasi terkait dengan tindak pidana penyalahgunaan wewenang. Oleh karena itu, diadakannya sosialisasi untuk memperkenalkan kepada masyarakat agar dapat terciptanya keserasian antara penegak hukum dan masyarakat dalam membantu proses penegakan hukum dalam bidang pengelolaan keuangan daerah (aset) terhadap tindak pidana korupsi.
4) Faktor Kebudayaan
Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap buruk. Nilai-nilai tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan. Hal itulah yang dijadikan indikator di dalam penegakan hukum. Berdasarkan wawancara penulis dengan Burhanudin
10
, faktor 10 Berdasarkan hasil wawancara pada kebudayaan mengakibatkatkan persepsi tertentu terhadap penegakan hukum yaitu masih dianggapnya perbuatan yang lumrah untuk dilakukan, karena sering terjadi sebelumnya tindakan korupsi ini, sudah jelas sanksi hukumnya tetapi menjadi suatu hal yang dianggap biasa ditengah-tengah masyarakat.
Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara tindakan korupsi memang menjadi hal yang biasa terjadi sehingga dianggap sebagai hal yang lumrah untuk dilakukan meskipun itu suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, kenyataan inilah yang menyebabkan sebagai faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik pemerintah Kota Bandar Lampung.
III. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan simpulan sebagai berikut: 1.
Upaya Penegakan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi dana penghapusan aset milik Pemerintah Kota Bandar Lampung dilaksanakan melalui dua jalur yaitu, jalur non penal dan penal. Jalur non penal lebih menitikberatkan pada upaya preventif, yaitu dengan lebih diarahkan kepada sifat pengawasan, pembinaan, dan pelatihan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan jalur penal yaitu pemberantasan setelah terjadinya kejahatan atau tindak pidana, dengan dilakukannya penyidikan oleh
Pengadilan Negeri Tanjung Karang Inspektorat Kota Bandar bahwa bukan tanggung jawab Lampung, Badan Pemeriksa masyarakat dan aparatlah yang Keuangan dan Kepolisian lalu harus aktif. penuntutan oleh Jaksa Penuntut
DAFTAR PUSTAKA
Umum, dan untuk selanjutnya dapat diproses melalui Latif , Abdul. 2014. Hukum
Pengadilan sesuai dengan
Administrasi dalam Praktik
Undang-Undang Nomor
31 Tindak Pidana Korupsi , Tahun 1999 jo Undang-Undang Kencana. Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Muladi dan Barda Nawawi, 1992. Korupsi.
Bunga Rampai Hukum Pidana , Bandung. Alumni.
2. Faktor-faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor- terhadap tindak pidana korupsi
faktor yang Mempengaruhi
dana penghapusan aset milik Penegakan Hukum , Jakarta. Pemerintah Kota Bandar PT. RajaGrafindo Persada. Lampung antara lain :
Sudarto, 1986. Kapita Selekta a. faktor aparat penegak hukum,
Hukum Pidana , Bandung:
aparat yang khusus menangani Alumni. tindak pidana ini sedikit dan kurangnya profesional dalam
Internet :
melaksanakan tugasnya sehingga proses dalam Kejari Bandarlampung Tahan pembuktiannya memakan
Koruptor Penjual Aset
2 waktu yang cukup lama. November 2014.
b. faktor sarana atau fasilitas,
http://eksposnews.com/,
sarana dan fasilitas kurang Sumber: Ekspos News . [19:32]. memadai seperti tidak memiliki gudang penyimpanan barang (aset) yang akan dihapuskan, dan tidak memiliki cctv.
c. faktor masyarakat, masyarakat tidak perduli mengenai barang
(aset) yang dianggap tidak mempunyai nilai ekonomis dan tidaknya transparasi atau penyuluhan terhadap masyakarat mengenai aset pemerintah.
d. faktor kebudayaan, budaya tidak mau melapor apabila melihat kerusakan atau penyalahgunaan, dan cenderung menganggap