ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI EARNINGS PER SHARE PADA INDUSTRI FOOD AND BAVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
SHARE PADA INDUSTRI FOOD AND BAVERAGES YANG GO PUBLIC
DI BURSA EFEK JAKARTA
Variable Influencing Earning per Share of Food and Beverage Industries at the Jakarta
Stock Exchange
SUTEJO Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Ubud Salim.
Dosen Jurusan Manajemen FE UB Bambang Swasto
Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, FIA
ABSTRAK
Ide penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa para investor bersedia melakukan investasi, kalau obyek investasi tersebut mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari obyek investasi lainya, sehingga perusahaan yang go public harus menarik bagi calon investor. Earnings per share merupakan salah satu indikator utama yang digunakan investor dalam melihat daya tarik suatu saham. Informasi ini akan bermanfaat bagi pengambilan keputusan di bidang keuangan pada industri food and baverages yang menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel return
on equity (X1), net sales (X2), current ratio (X3), debt to equity (X4), inventory turnover
(X5), total assets turnover (X6), dan net profit margin (X7) terhadap earnings per share,
baik secara simultan maupun secara partial. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil keseluruhan elemen populasi industri food and baverages yang go public di Bursa Efek Jakarta, mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 1996 dengan rincian sebagai berikut: tahun 1992 berjumlah 9 perusahaan, tahun 1993 berjumlah 15 perusahaan, tahun 1994 berjumlah 19 perusahaan, tahun 1995 berjumlah 20 perusahaan dan tahun 1996 berjumlah 20 perusahaan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, dengan hasil sebagai berikut : Pertama, return on equity (X1), net sales (X2), current ratio (X3), dan net profit
debt to equity (X4), inventory turnover (X5), total assets turnover (X6),
margin (X7) secara simultan berpengaruh dalam menentukan variabilitas earnings per share.
Kedua, diantara berbagai variabel bebas tersebut hanya inventory turnover (X5) yang tidak berpengaruh secara signifikan dalam menentukan variabilitas earnings per share, hal ini tentunya tidak terlepas dari kenyataan pada industri food and baverages di Indonesia, dimana untuk menjamin kelancaran dan kualitas bahan baku yang dibeli, perusahaan harus memberikan bantuan teknis maupun modal kerja kepada para supplier lokal, sehingga perusahaan harus menyediakan modal atau kredit lunak dalam rangka kerja sama yang saling menguntungkan. Di sisi lain bahan baku industri food and baverages dalam prakteknya dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan panen para supplier, sehingga dari berbagai kendala yang dihadapi industri food and baverages tersebut sebagai akibatnya kadang- kadang bahan baku melimpah dan tidak jarang mengalami kekurangan atau menghadapi kelangkaan. Oleh karena itu tingginya tingkat perputaran persediaan tidak dapat menunjukan efisiensi perusahaan. Diantara variabel bebas yang berpengaruh signifikan tersebut net sales
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
Berkorelasinya negatif net sales (X2) terhadap earnings per share disebabkan adanya peningkatan biaya operasional dan meningkatnya jumlah lembar saham biasa setiap tahunya, sehingga peningkatan jumlah lembar saham biasa dan peningkatan net sales (X2) yang tidak di ikuti dengan efisiensi biaya operasional akan menurunkan pendapatan per lembar saham biasa. Sedangkan current ratio (X3) berkorelasi negatif terhadap earnings per share yang disebabkan adanya peningkatan jumlah kas, piutang, dan persediaan pada current assets, kondisi ini menunjukan adanya investasi yang berlebihan pada current assets, sehingga menyebabkan perusahaan beroperasi kurang efisien.
Implikasi dari temuan ini bahwa manajemen perlu lebih memfokuskan perhatianya pada faktor-faktor yang terbukti mempengaruhi earnings per share dalam rangka meningkatkan kinerja saham perusahaan sebagaimana di indikasikan oleh earnings per share.
Kata kunci: Earning per share
ABSTRACT
This research has as its rationale the fact that investors are willing to invest their money in a particular object of investment (stock) if the latter is able to yield a higher return than provided by other objects of investment. Earnings per share is a main indicator used by investors to examine whether or not a particular stock is profitable. Information resulted from earnings per share is fundamentally useful for the financial decision made by firms whose stock is listed in the stock exchange.
This research aimed at identifying both the simultaneous and partial influence of such variables as: return on equity (X ), net sales (X ), current ratio (X ), debt to equity (X ),
1
2
3
4
inventory turnover (X ), total assets turnover (X ), and net profit margin (X ), on earnings
5
6
7
per share. To examine such influence, this research investigated the food and beverages industries listed at the Jakarta Stock Exchange. The sample investigated included: 9 firms of 1992, 15 firms of 1993, 19 firms of 1994, 20 firms for 1995 and 20 firms for 1996. The multiple regression model was then estimated based on the data collected from the firms.
Results of this research indicate some important findings. First, such variables as: return on equity (X ), net sales (X ), current ratio (X ), debt to equity (X ), inventory
1
2
3
4
turnover (X ), total assets turnover (X ), and net profit margin (X ), simultaneously
5
6
7
influence the variability of earnings per share. Second, among these independent variables, it was only X which did not significantly influence the variability of earnings per share. This
5
finding is highly related to the fact that the food and beverages industry in Indonesia, to ensure the supply and quality of raw material purchased, the firm must help the local suppliers with technical assistance and working capital. The industry is to prov ide capital or soft loan to maintain sound and beneficial cooperation. On the other hand, raw material for the food and beverages industry, in practice, is influenced by the successful and fail harvest of suppliers. Finally, as a consequence of the constraints faced by food and beverages industry, lack of raw material is evident in a one period and abundance of raw material is evident in another. Accordingly, high inventory turnover did not indicate t he firm’s efficiency. Among the significantly influencing independent variables net sales (X ) and current
2
ratio (X ) showed negative influence on earnings per share. Negative correlation was found
3
between net sales (X ) and earnings per share and was due to the increase of operating
2
expenses and the number of outstanding stock each year. The increasing number of
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
Sebenarnya patut dikaji, apa yang disimpulkan Arthur Andersen itu. Sebab, kenyataanya Indonesia sedang menghadapi masalah sumber dana ini. Dana dari luar negeri semakin sulit di dapat. Sementara itu sumber dana dalam negeri, yang secara tradisional dipasok oleh perbakan, kini mengalami hambatan, akibat kridit macet.
membuktikan adanya perubahan dalam memperoleh dana tambahan ekspansi yang tadinya hanya terfokus pada pinjaman namun pada periode tersebut berpindah melalui pasar modal.
Food and Beverages . Kenyataan tersebut
tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada tahun 1991 sebanyak 14 perusahaan, dan tahun 1997 menjadi 23 perusahaan. Kondisis ini menunjukan peranan pasar modal cukup besar dalam memacu pertumbuhan Industri
Food and Beverages yang go public dari
Pada tahun 1988 perusahaan yang go public berjumlah 24, dan tahun 1997 perusahaan yang go public menjadi 248 perusahaan. Sedangkan jumlah perusahaan
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar pasar modal benar-benar dapat menjadi media bagi dunia usaha untuk memperoleh sumber-sumber pembiayaan dan media bagi investor untuk melakukan investasi yang menarik. Diantaranya dengan dikeluarkanya 3 (tiga) paket kebijaksanaan yang termuat dalam Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, dan Paket Desember 1988.
Penelitian yang dilakukan Arthur An- dersen menyimpulkan bahwa Indonesia akan menghadapi peningkatan kebutuhan modal yang sangat besar, dan kebutuhan tersebut tidak akan mampu dipenuhi dari tabungan dalam negeri, sehingga pasar modal akan dijadikan alternatif utama sumber modal dalam negeri.
2
Dalam upaya memantapkan partum- buhan dunia usaha, baik di sektor industri manufaktur maupun sektor industri lainya dibutuhkan dana yang begitu besar. Sumber-sember pendanaan pembangunan sektor bisnis yang dapat diupayakan dari dana internal maupun dana eksternal, dengan terbatasnya dana internal maka perusahaan dapat mencari alternatif tambahan dana eksternal yaitu melalui pinjaman dan menjual surat berharga melalui pasar modal. Keberadaan pasar modal sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan sumber permodalan sangat dibutuhkan, dimana lembaga ini nantinya dapat menampung dana masyarakat baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
PENDAHULUAN
Keyword: earning per share.
Based on this research findings the firm management needs to focus more on factors proven to influence the earnings per share in making their strive to improve the corporate performance as indicated by their earnings per share.
) and earnings per share was due to the increase of current asset components, namely, cash, account receivables, and inventory. This indicates over investment in current assets, which in turn, deteriorates the operating efficiency of the firms.
3
expenses, will decrease the earnings per share. On the other hand, the negative correlation between the current ratio (X
Lain halnya dengan alternatif sumber dana di pasar modal walaupun mengalami goncangan yang cukup dahsyat akibat badai moneter, akan tetapi lembaga ini sudah menunjukan titik cerah menuju perbaikan. Nilai kapitalisasi pasar saham (NKPS) akhir 1998 meningkat 10 % dibanding 1997 yaitu menjadi Rp. 175,70 Triliyun. Kemudian total saham baru di BEJ selama tahun 1998 bertambah menjadi perusahaan, apakah struktur modalnya sederhana atau komplek. Perusahaan yang struktur modalnya sederhana, diminta untuk menyajikan laporan basic earning per share pada halaman muka laporan laba rugi.
per share tergantung pada struktur modal
per share ?
Menurut FASB perhitungan earning
Perhitungan Earning per Share.
pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode untuk tiap lembar saham yang beredar (Baridwan, 1992). Informasi mengenai pendapatan per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan deviden yang akan dibagikan. Selain itu EPS juga berguna bagi pihak pemegang saham, karena dengan adanya peningkatan EPS tentunya akan bertambah pada pendapatan yang akan diperolehnya. Peningkatan EPS akan mendorong peningkatan harga saham.
KERANGKA KONSEP Pengertian Earning Per Share Earning per share merupakan jumlah
terhadap earning per share secara partial.
equity, net sales, current ratio, debt to equity, inventory turn over, total assets turn over, dan nert profit margin
2. Untuk mengetahui pengaruh return on
terhadap earning per share secara serempak.
equity , net sales, current ratio, debt to equity, inventory turn over, total assets turn over, dan net profit margin
1. Untuk mengetahui pengaruh return on
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
partial berpengaruh terhadap earning
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
sales, current ratio, debt to equity, inventory turn over, total assets turn over, dan net profit margin, secara
Apakah variabel return on equity, net
equity, inventory turn over, total assets turn over dan net profit margin secara earning per share ? 2.
, net sales, current ratio, debt to
equity
Apakah variabel-variabel return on
Bedasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah pene- litian sebagai berikut : 1.
earning per share adalah net sales, curent ratio, debt to equity, inventory turnover, total assets turnover, dan net profit margin.
EPS diginakan sebagai bahan per- timbangan oleh calon investor dalam investasi di pasar modal, maka perlu dianalisis lebih lanjut variaber-variabel yang mempengaruhinya. Menurut pene-litian yang dilakukan oleh Harmadi (1998) bahwa variabel-variabel yang mempe-ngaruhi
Angka-angka ini menggambarkan pentingnya earning per share dalam menganalisis saham biasa.
share mengalami depresiasi sebesar –61 %.
dibanding 1996 ( Jurnal Pasar Modal Indonesia, Des 1998 :23). Kondisi Pasar Modal Indonesia diharapkan akan semakin menarik bagi investor maupun bagi perusahaan yang akan memperoleh sumber dana dari sektor ini. Menurut Irawan (1996 : 36) bahwa laba bersih per lembar saham merupakan salah satu indikator utama yang digunakan calon investor dalam melihat daya tarik suatu saham. Untuk mengetahui mengapa investor dan analis sangat menaruh perhatian pada earning per share, maka berikut ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang mendukung hal tersebut : Penelitian yang dilakukan oleh V. Niederhoffer dan P.J. Regan yang meneliti 50 saham terbaik dan terburuk selama 5 tahun. Dari 50 saham terbaik yang diambil sampel sebanyak 650 perusahaan, menunjukan terjadinya apresiasi harga saham selama 5 tahun sebesar 182 % dengan pertumbuhan earning per share sebesar 199 %. Sedangkan untuk 50 saham terburuk, mengalami depresiasi harga saham sebesar
- –62 % dan earning per
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
primary earning per share atau fully diluted earning per share pada halaman
Untuk fully diluted earning per share saham preferen diasumsikan dapat ditukar menjadi saham biasa, sehingga pada bagian numerator deviden preferen tidak dikurang- kan.
dengan rumus sebagai berikut : Primary Earning Per Share = (net income - preffered devidens) / (weighted average common shares outstanding + Likely new issuanees) Fully Diluted Earning Per Share = (net income) / (average common shares outstanding + Likely new issuanees)
Primary Earning Per Share dan Fully diluted Earning Per Share dapat dihitung
Dalam perhitungan laba per sahan dilusian, laba bersih dan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar harus disesuaikan dengan memperhitungkan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif. Bila efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif dikonversikan menjadi saham biasa, maka deviden, bunga dan pendapatan serta beban lainya yang berhubungan dengan efek tersebut tidak akan timbul lagi. Sebaliknya, saham baru yang muncul akan mendapat hak atas laba bersih.
yang dapat ditukar menjadi saham biasa atas dasar perjanjian sebelumnya.
dilited. Contohnya adalah saham preferen
muka laporan laba rugi. Pada dasarnya perbedaan fully diluted earning per share dan primary earning per share diakibatkan oleh dua macam surat berharga. Pertama, ekuivalen saham biasa yaitu surat berharga yang nilainya didasarkan pada kemampuan dengan saham biasa dan ini dikategorikan sebagai EPS primary. Contoh ekuivalen saham biasa adalah opsi atau waran, dan obligasi konvertible debt yang dapat di call menjadi saham biasa (Douglas, Mai E. Iskandar, dan Jong-Chul 1994). Kedua, surat berharga lain yang mempunyai potensi untuk ditukar menjadi saham biasa atau yang digolongkan kelompok pertama tersebut dan ini masuk kedalam EPS fully
Kalau perusahaan mempunyai struk- tur modal yang komplek yang terdiri atas saham biasa, opsi atau warant dan surat berharga lainya yang dapat dikonversi menjadi saham biasa, maka perusahaan yang bersangkutan diwajibkan melaporkan
struktur modal yang komplek diminta untuk menyajikan primary earning per share atau
Perhitungan Earning Per Share Pada Struktur Modal Yang Komplek.
karena devidens preffered tersebut bukan merupakan hak pemegang saham biasa, dan disini saham preferen tidak dapat ditukar ke saham biasa.
Basic earning per share = (Net Income - Preffered stock devidens) / (Weigted average common shares outstanding) Deviden saham preferen dikurangkan
modal yang sederhana dapat dihitung sebagai berikut :
Earning per share (EPS) untuk struktur
Dasar yang digunakan dalam per- hitungan earning per share untuk per- usahaan yang struktur modalnya seder-hana adalah bahwa perusahaan tersebut di- samping menggunakan hutang juga meng- gunakan saham biasa dan surat berharga lainya yang tidak dapat dikonversi menjadi saham biasa. Menurut Smith et al. (1988)
Perhitungan Earning Per Share Pada Struktur Modal Yang Seder- hana
fully diluted earning per share dihalaman muka laporan laba rugi.
Berdasarkan kajian penelitian ter- dahulu dan kajian teori, maka variabel yang mempengaruhi earning per share dalam penelitian ini adalah :
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
Return on Equity Return on equity menunjukanberikut : Aktiva lancar Current Ratio : Hutang lancer
D/A D/E : 1 - D/A dimana : A = Total Asset; D = Besarnya debt; 1 - D/A : Equity.
digunakan untuk mengukur ratio perbandingan antara jumlah hutang dengan besarnya equity perusahaan. Menurut Weston and Brigham (1993:302) untuk menghitung debt to equity adalah sebagai berikut :
Debt to Equity Debt to equity
Apabila current assets berlebihan maka, hal ini akan menyerap dana yang tertanam dalam carrent asset, sehingga perusahaan akan beroperasi kurang efisien, hal ini tentunya akan berpengaruh pada profit perusahaan.
ratio yang terlalu berlebihan, berarti banyak dana yang tertanam di dalam current asset.
Dari hasil perhitungan current ratio tersebut bila hasilnya menunjukan semakin besar maka perusahaan semakin mampu didalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid. Akan tetapi current
current ratio digunakan rumus sebagai
kemampuan dari ekuitas modal sendiri yang di investasikan untuk menghasilkan keuntungan bersih. Menurut Westen and bringham (1993:305) Return on equity dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba bersih ROE : Equitas modal sendiri
utama dari kebanyakan analisis keuangan adalah likwiditas. Likwiditas disini merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan kas yang tersedia. Menurut Westen and Brigham (1993) Untuk menghitung
Current Ratio.
profitabilitas perusahaan. Sehingga perusahaan harus meningkatkan net sales agar profit perusahaan meningkat.
net sales maka akan berpengaruh terhadap
dapatan perusahaan yang akan digunakan untuk menutupi biaya perusahaan. Apabila jumlah net sales lebih besar dari biaya-biaya perusahaan, maka akan diperoleh profit demikian juga sebaliknya. Net sales menggambarkan kemampuan perusahaan untuk meraih daya tarik terhadap konsumen. Apabila net sales terus berkembang semakin besar, maka perusahaan dapat memperoleh kesempatan yang diberikan oleh pasar. Semakin besar
Net Sales Net sales merupakan sumber pen-
Ratio ini mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan kontribusi pe- milik atau seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dana lain untuk kepentingan pemilik. Dari hasil per- hitungan ROE tersebut perusahaan dapat meninjau seberapa jauh efektivitas pinjam- an kepada kreditur. Bila pinjaman dari kreditur mengharuskan pembayaran biaya modal yang lebih tinggi dari laba operasi, maka akan menurunkan ratio ini dibanding modal pemilik. Sehingga apabila per- usahaan menggunakan dana dari luar yang memerlukan biaya modal yang tinggi maka akan berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan.
Ratio ini menunjukan berapa kali besarnya debt dibanding dengan equity. Semakin besar ratio ini, berarti semakin besar sumber dana yang berasal dari debt. Sehingga asset yang dimiliki perusahaan
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
Net Profi Net profit margin merupakan per-
equity, net sales, current ratio, debt to equity, inventory turn over, total assets turn over, dan net profit margin secara
1. Diduga variabel-variabel return on
Mengacu pada rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hipotesis.
Semakin besar ratio ini berarti semakin besar sisa yang diberikan oleh penjualan setelah dikurangi biaya-biaya termasuk pajak. Apabila ratio ini rendah maka perlu dilihat apakah harga jual yang ditetapkan perusahaan apakah sudah sesuai atau belum, karena harga jual yang terlalu rendah akan berpengaruh terhadap ratio ini. Disamping itu perusahaaan juga harus melihat seberapa besar efisiensi biaya yang telah diperoleh perusahaan.
sentase sisa dari setiap rupiah penjualan setelah dikurangi seluruh biaya termasuk pajak. Menurut Weston dan Brigham (1993:304) ratio ini dapat dihitung dengan rumus : Net Profit After Tax Net Profit Margin : Net Sales
semakin efisien penggunaan seluruh assets perusahaan dalam memperoleh penjualan. Namun bila ratio ini rendah maka perlu dilihat apakah ada suatu assets yang tidak produktif lagi tapi masih digunakan oleh perusahaan untuk mendukung penjualan. Disamping itu total assets turn over yang rendah dapat disebabkan adanya assets yang menganggur, maka perlu dioperasikan seoptimal mungkin, sehingga akan ber- pengaruh pada produktivitas. produktivitas yang tinggi akan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. Apabila ratio ini kurang dari satu, berarti sumber dana yang diperoleh perusahaan lebih besar modal sendiri dari pada hutangnya. Sehingga pendanaan assets perusahaan lebih banyak didanai dari modal sendiri, begitu juga sebaliknya. Besar kecilnya debt to equity akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini disebabkan oleh banyak sedikitnya beban perusahaan dari sumber pendanaan tersebut.
Net Sales Total Assets Turn Over : Total Assets
untuk mengukur efisiensi penggunaan seluruh assets dalam rangka memperoleh penjualan. Menurut Weston and Brigham (1993:299) total assets turn over dapat dihitung dengan rumus :
Total Assets Turn Over Total asset turn over ditekankan
Semakin besar inventory turn over maka semakin cepat perputaran persediaan, sehingga perusahaan dapat dikatakan beroperasi dengan efisien. Bila perputaran persediaan sangat tinggi, berarti tidak terlalu banyak dana yang tertanam dalam persediaan atau mungkin produktivitas sangat tinggi, sehingga perusahaan dapat bekerja secara efisien. Perputaran persediaan yang tinggi ini tentunya akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Harga pokok penjualan Inventory turn over = Rata-rata persediaan
kecepatan perputaran persediaan dalam suatu periode. Menurut Weston and Brigham (1993) Inventory turn over dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Inventory Turn Over Inventory turn over menunjukan
serempak berpengaruh signifikan terhadap earning per share.
- – 1996 adalah sebagai berikut : Tahun 1992 berjumlah 9 perusahaan, tahun 1993 berjumlah 15 perusahaan, tahun 1994 berjumlah 19 perusahaan, tahun 1995 berjumlah 20 perusahaan, dan tahun 1996 berjumlah 20 perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keseluruhan populasi selama periode pengamatan untuk diteliti, hal ini disebabkan jumlah populasi yang kecil.
Menurut Smith, at,.al,. (1988: 524) dengan rumus sebagai berikut :
digunakan rumus sebagai berikut : Current Ratio = Aktiva lancar / Hutang lancar
ratio
Menurut Weston and Brigham (1993:259) Untuk menghitung current
Current Ratio (X3)
merupakan sumber pen- dapatan perusahaan yang akan digunakan untuk menutupi biaya perusahaan. Apabila jumlah net sales lebih besar dari biaya-biaya perusahaan, maka akan diperoleh profit demikian juga sebaliknya.
Net Sales (X2) Net sales
Laba bersih ROE = Equitas modal sendiri
Menurut Weston and bringham (1993) Return on equity dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return on Equity (X1)
Variabel bebas (X) adalah variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Variabel bebas ini terdiri dari :
Variabel bebas
Sedangkan untuk struktur modal perusahaan yang komplek dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Primary Earning Per Share = (net income - preffered devidens) / (weighted average common shares outstanding + Likely new issuanees) Fully Diluted Earning Per Share = (net income) / (weighted average common shares outstanding + Likely new issuanees)
Basic earning per share = (Net Income - Preffered stock devidens) / (Weigted average common shares outstanding)
per share, yang merupakan pendapatan per lembar saham untuk satu periode akuntansi.
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
equity, net sales, current ratio, debt to equity, inventory turn over, total assets turn over, dan net profit margin secaraVariabel terikat (Y) adalah earning
Variabel terikat
Berdasarkan pokok permasalahan dan rumusan hipotesis, variabel penelitian yang akan dianalisis dikelompokan ke dalam dua variabel, yaitu :
Identifikasi variabel
Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi.
beverages untuk periode pengamatan tahun 1992 sampai dengan tahun 1996.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder, yang meliputi pekembangan laporan keuangan Industri food and
Pengumpulan Data
Efek Jakarta mulai tahun 1992 sampai dengan tahun 1996, jumlah populasi industri food and beverages mulai tahun 1992
beverages yang sahamnya tercatat di Bursa
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang ada dalam sektor industri food and
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
partial berpengaruh terhadap earning per share.
Debt to Equity (X4)
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
Pengujian Hipotesis
Uji Heteroskedastisitas
sebesar 1,831 dan nilai (4-Du) sebesar 2,169. Sehingga nilai D.W berada diantara nilai Du hingga (4-Du) dan diperoleh kesimpulan bahwa model regresi yang diajukan tidak terjadi gejala autokorelasi.
u
sebesar 1,453, nilai D
L
Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil Durbin Waston (DW) sebesar 1,90185, dengan menggunakan tabel Durbin Waston pada taraf nyata 5% dan banyaknya variabel bebas sebanyak 7 serta jumlah observasi sebanyak 80 pengamatan, maka nilai D
Uji Autokorelasi
keseluruhan nilai koefisien korelasi antar variabel bebas tidak melebihi 0.8 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multi- kolonearitas.
factor berada dibawah nilai 10, dan
Dari uji multikolonisritas diperoleh hasil keseluruhan nilai variance inflating
Uji Multikolonearitas
Agar estimasi ordinary least squer (OLS) dari koefisien regresi tidak bias, maka diperlukan pengujian dan penanggulangan terhadap asumsi klasik, sehingga pengambilan keputusan dari hasil uji statistik mendekati keadaan yang sebenarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik
ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama- sama digunakan uji F, sedangkan untuk melihat pengaruh secara partial digunakan uji t.
memperoleh perkiraan yang tidak bias dan efisien dari model regresi, maka harus memenuhi asumsi klasik yaitu tidak terjadinya multikoloniaritas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan data harus tersebar normal.
untuk menghitung debt to equity adalah sebagai berikut : D/A D/E = 1 - D/A dimana : A = Total Asset; D = Besarnya debt; 1 - D/A = Equity.
SPSS for windows versi 6.0. Untuk
Keseluruhan analisis dilakukan de- ngan menggunakan paket program statistik
Net Profit Margin = Net Sales Metode Analisis Data.
Menurut Weston dan Brigham (1993) ratio ini dapat dihitung dengan rumus : Net Profit After Tax
Net Profit margin (X7)
Total Assets Turn Over= Total Assets
rumus : Net Sales
total assets turn over dapat dihitung dengan
Menurut Weston and Brigham (1993)
Total AssetsTurn Over (X6)
rumus sebagai berikut : Inventory Turn Over = (Harga pokok penjualan) / (Rata-rata persediaan)
Inventory turn over dapat dihitung dengan
Menurut Weston and Brigham (1993)
Inventory Turn Over (X5)
Dari hasil uji park dapat disbanding- kan peluang kesalahannya dengan tingkat signifikansi (alpha) 5%. Apabila signifikan T alpha > 5% maka dapat disimpulkan
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
(alpha) 0,05 maka 2-tailed p > sehingga setiap variabel bebasnya. data tersebar normal. Dari hasil uji dapat disimpulkan bahwa semua signifikan t dari tiap-tiap variabel
Model Persamaan Regresi Industri
bebas nilainya berada diatas 5%, sehingga Food and Baverages dapat dikatakan tidak terjadi gejala Hasil analisis tentang pengaruh antara heteroskedastisitas. variabel-variabel bebas dengan variabel terikat yaitu, return on equity(X1), net
Uji Normalitas sales(X2), carrent ratio(X3), debt to
Dari hasil perhitunga menunjukan equity(X4), inventory turn over(X5), total bahwa nilai two tailed p sebesar 0,5795 dan
assets turn over(X6), dan net profit
apabila dibandingkan dengan taraf nyata
margin(X7) terhadap earning per share, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Berganda Industri Food and Baverages Variabel Koeffisien T Sig. T Korelasi Koef.
Regresi Parsial De- terminan
(X1) Return On Equity 23,93861 10,5196 0,000000 0,311693 0,097152
X2) Net Sales -0,00018 -2,6236 0,010602 -0,252462 0,063737
(X3) Current Ratio -25,71232 -4,1022 0,000106 -0,288710 0,083353
(X4) Debt To Equity 20,72927 2,0239 0,046658 0,139287 0,019400
(X5) Inventory turn Over -3,46014 -1,2213 0,225855 0,007251 0,000525
(X6) Total Assets Turn Over 111,15220 2,9994 0,003708 0,079042 0,006247
(X7) Net Profit Margin 1951,77110 7,9555 0,000000 0,262987 0,069162
Constanta -208,49346 0,103300 Multiple R : 0,78285 R Square : 0,61285 Adjusted R Square : 0,57522 Standard Error : 281,35555 F hitung : 16,28236 Signifikan F : 0,00000 Durbin Waston Test : 1,90185Berdasarkan hasil regresi berganda yang mempengaruhi earning per share diatas, maka diperoleh persamaan regresi adalah return on equity(X1), net sales(X2), sebagai berikut : carrent ratio(X3), debt to equity(X4),
inventory turn over(X5), total assets turn
Y = -208,49646 + 23,93861x - 0,00018 . Dari
1 over(X6), dan net profit margin(X7)
x - 25,71232 x + 20,72927x - 3,46014x hasil analisis regresi berganda pengaruh
2
3
4
5
- 115,15220x + 1951,77110x . variabel bebas (x) terhadap variabel terikat
6
7
(Y) secara serempak dapat dilihat pada
Hasil regresi pengaruh variabel Tabel 1 yang ditunjukan pada nilai F
hitung = 16,28 dengan signifikan F =
bebas terhadap variabel terikat secara serempak. 0,0000. Apabila dibandingkan dengan nilai
Dalam analisis ini di uji variabel- F tabel pada taraf nyata (alpha) 5% variabel yang mempengaruhi earning per menunjukan angka sebesar 2,1397. Dengan
share secara serempak. Adapun variabel demikian F hitung > F tabel sehingga hubungan yang positif. Sedangkan apabila dilihat korelasi (r) antara masing-masing maka besarnya nilai korelasi (r) return on
equity terhadap earning per share adalah sebesar r : 0,311693.
sales yang tidak diikuti dengan efisiensi
Variabel Net Sales (X2)
Dari hasil analisa regresi diperoleh
net sales bertanda negatif (-) dengan
koefisien regresi sebesar -0,00018. Tanda negatif mempunyai arti bahwa setiap kenaikan net sales akan diikuti penurunan
earning per share. Hasil ini sebagai akibat
adanya peningkatan biaya operasional perusahaan dan meningkatnya jumlah lembar saham setiap tahunya. Sehingga peningkatan jumlah lembar saham dan net
akan menurunkan pendapatan per lembar saham. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung = -2,6236 sedangkan nilai t tabel pada taraf nyata 5% adalah sebesar 1,9935 sehingga nilai t hitung > t tabel berarti secara statistik net sales berpengaruh dalam menentukan variasi
earning per share dan mempunyai
earning per share dan mempunyai
hubungan yang negatif. Sedangkan apabila dilihat korelasi (r) antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, maka besarnya nilai korelasi net sales terhadap earning per share adalah sebesar r : -0,252462.
Variabel Current ratio (X3)
Dari hasil analisis menunjukan bahwa
carrent ratio bertanda negatif, dengan
koefisien regresi sebesar
- –25,71232. Tanda negatif mempunyai arti bahwa setiap penurunan carrent ratio akan berdampak meningkatnya pendapatan per lembar saham. Kondisi ini sebagai akibat dari peningkatan jumlah kas, piutang dan persediaan pada carrent assets. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung = -4,1022 sedangkan nilai t tabel pada taraf nyata 5% adalah sebesar 1,9935 sehingga nilai t hitung > t tabel berarti
carrent ratio berpengaruh dalam
konstan. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung : 10,5196 sedangkan nilai t tabel pada taraf nyata 5% adalah sebesar 1,9935 sehingga nilai t hitung > t tabel berarti secara statistik return on equity berpengaruh dalam menentukan variasi
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
Variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap earning per
secara serempak ketujuh variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap earning per
share industri food and baverages secara
signifikan pada taraf nyata (alpha) 5%, sehingga hipotesis pertama terbukti. Artinya terdapat bukti untuk menyinpulkan bahwa variabel return on equity(X1), net
sales(X2), carrent ratio(X3), debt to equity(X4), inventory turn over(X5), total assets turn over(X6), dan net profit margin(X7) berpengaruh signifikan
terhadap earning per share.
Hasil regresi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara partial
Secara partial dari ketujuh variabel bebas yang dipilih hanya satu variabel bebas yang tidak mempunyai pengaruh signifikan, sedangkan variabel bebas lainya mempunyai pengaruh yang signifikan.
share pada industri food and baverages
earning per share pada industri food and baverages, apabila variabel lain dianggap
yaitu, return on equity, net sales, carrent
ratio, debt to equity, total assets turn over, dan net profit margin sedangkan inventory turn over tidak berpengaruh signifikan,
sehingga masing-masing variabel bebas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Variabel Return on Equity (X1)
Dari hasil analisis regresi return on
equity bertanda positif (+) dengan koefisien
regresi sebesar 23,93861. Tanda positif ini mempunyai arti bahwa setiap kenaikan return on equity akan diikuti peningkatan
menentukan variasi earning per share dan mempunyai hubungan yang negatif.
WACANA Vol. 12 No. 4 Oktober 2009 ISSN. 1411-0199
positif. Sedangkan apabila dilihat korelasi (r) antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, maka besarnya nilai korelasi (r) debt to equity terhadap earning penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Harmadi (1998).
kan variasi earning per share. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kenyataan pada industri food and baverages di Indonesia, dimana untuk menjamin kelancaran dan kualitas bahan baku yang dibeli, per- usahaan masih harus memberikan bantuan teknis maupun modal kepada para supplier lokal. Sehingga perusahaan harus menye- diakan modal atau kredit lunak dalam rangka kerja sama yang saling meng- untungkan. Sedangkan bahan baku impor yang diperoleh dari negara yang sudah maju teknologinya upaya diatas tidak perlu dilakukan. Bahan baku produk ini sangat tergantung faktor alam, sehingga bahan baku industri food and baverages dalam prakteknya dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan panen para supplier (Prospektus industri food and baverages, 1996).
inventory turn over tidak dapat menjelas-
signifikansi dari koefisien regresi yang ditunjukan singnifikan t = -0,225855 maka lebih besar dari alpha 5% (tidak signifikan) atau dapat dilihat dengan cara mem- bandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel, dari perhitungan menunjukan nilai t hitung -1,2213 sedangkan nilai t tabel pada taraf nyata 5% adalah sebesar 1,9935 sehingga nilai t hitung < t tabel berarti
share . Akan tetapi besarnya tingkat
Tanda negatif ini menunjukan setiap kenaikan inventory turn over akan berdampak pada penurunan earning per
food and baverages bertanda negatif (-) dengan koefisien regresi sebesar -3,46014.
Dari hasil perhitungan regresi menunjukan inventory turn over industri
Inventory Turn Over (X5)
share dan mempunyai hubungan yang
masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, maka besarnya nilai korelasi (r) carrent ratio terhadap earning per share adalah sebesar r : -0,288710. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jonatan (1995) dan Penelitian yang dilakukan Harmadi (1998) yang menya-takan bahwa
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung = 2,0239 sedangkan nilai t tabel pada taraf nyata 5% adalah sebesar 1,9935 sehingga nilai t hitung > t tabel berarti secara statistik debt to equity berpengaruh dalam menentukan variasi earning per
industri food and baverages sebesar 1,108 kali, ini berarti dana untuk operasional perusahan lebih banyak diper- oleh dari sumber dana eksternal yaitu dari hutang. Karena kondisi ekonomi pada periode pengamatan ini lebih baik dari saat ini, maka kenaikan hutang akan mening- katkan pendapatn per lembar saham.
to equity
Demikian halnya rata-rata rasio debt
berarti setiap kenaikan hutang akan berdampak pada meningkatnya laba per lembar saham industri food and baverages. Perusahaan yang mempunyai hutang yang lebih rendah biasanya akan memiliki resiko yang relatif kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika ekonomi membaik. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai rasio hutang yang lebih tinggi maka akan menanggung resiko yang besar, tetapi mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi apabila kondisi ekonomi baik.
debt to equity bertanda positif (+). Ini
Dari hasil analisis regresi ditunjukan