Struktur Komunitas Dan Asosiasi Gastropoda Dengan Tumbuhan Lamun di Perairan Pesisir Lamongan Jawa Timur

E-ISSN: 2338-1671

  

Struktur Komunitas Dan Asosiasi Gastropoda Dengan Tumbuhan Lamun

di Perairan Pesisir Lamongan Jawa Timur

  1

  2

  3 Reinier B. Hitalessy , Amin S. Leksono , Endang Y. Herawati .

1 Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Universitas Brawijaya

  2 3 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Jurusan MSP, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

  

ABSTRAK

Gastropoda adalah salah satu kelas dari moluska yang diketahui berasosiasi dengan baik dengan ekosistem lamun.

  

Komunitas gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan di padang lamun, dimana gastropoda

merupakan hewan dasar pemakan detritus (detritus feeder) dan serasah dari daun lamun yang jatuh dan mensirkulasi zat-

zat yang tersuspensi di dalam air guna mendapatkan makanan. Penelitian struktur komunitas dan asosiasi gastropoda

dengan tumbuhan lamun di perairan pesisir Lamongan, desa Banjarwati, Jawa Timur dilakukan dari bulan September

sampai Nopember 2011, dengan menggunakan metode transek linier kuadrat untuk pengambilan sampel gastropoda dan

lamun. Pengambilan data dilakukan di tiga stasiun, dimana setiap stasiun dibagi menjadi tiga sub stasiun. Secara umum

O substrat dasar perairan berupa pasir dan lempung berpasir. Parameter fisika-kimia perairan adalah suhu 28-30

  C, salinitas

31-34 ‰ dan nilai pH 8. Analisa data yang dilakukan meliputi komposisi spesies gastropoda, keanekaragaman, pola asosiasi

serta pola penyebaran spesies gastropoda dan lamun. Dari hasil penelitian diperoleh 7 spesies gastropoda yang tergolong

dalam 3 ordo, 5 famili dan 5 genus. Sedangkan untuk lamun diperoleh 4 spesies yang tergolong dalam 2 famili dan 4 genus.

Nilai kepadatan dan frekuensi kehadiran tertinggi spesies gastropoda di ketiga stasiun pengamatan didominasi oleh spesies

Strombus fasciatus, dengan nilai penting sebesar 54,551. Sedangkan Cymodocea rotundata adalah spesies lamun dengan

nilai penting sebesar 70,121. Berdasarkan nilai indeks keragaman dan keserasian spesies, ekosistem lamun diperairan

pesisir desa Banjarwati, Lamongan memiliki gastropoda dengan nilai indeks keragaman sedang dan tidak ada dominansi

spesies. Pola asosiasi spesies gastropoda dan lamun di perairan pesisir desa Banjarwati, Lamongan bersifat positif dan

negatif, tergantung dari proporsi jumlah spesies yang hadir pada setiap petak pengamatan serta pola penyebaran yang

umumnya berkelompok.

  Kata kunci: asosiasi, gastropoda, komunitas, lamun.

  

ABSTRACT

  

Gastropods are one class of mollusca are known to associate with the seagrass ecosystem. Gastropode community is an

important component in the food chain in the seagrass beds, as a for detritus feeder. They are also a feeder for seagrass

leaf litter by circulating substances suspended in the water. A research of gastropode community structure and its

association with seagrass in coastal waters Lamongan, East Java, was conducted from September to November 2011, using

the quadratic linear transect sampling method. Data were collected from three stations, that each was divided into three

sub-stations. In general bottom substrate consisted of sand and sandy or claus. Physico-chemical parameters of waters

O showed temperature range between 28-30

  C, salinity at 31- 34 ‰ and pH at 8. Data analysis was conducted on the species

composition, species diversity, as well as the association patterns gastropod. The results were obtained 7 gastropod species

belonging to 3 orders, 5 families and 5 genera. As for the 4 species obtained seagrass species belonging to 2 families and 4

genera. Value of the density and frequency of gastropod species in the presence of the third highest observation stations

were dominated by species of Strombus fasciatus, with critical value of 54,551. While seagrass species Cymodocea

rotundata was the essential value of 70,121. Based on the value of diversity index and evenness of species, seagrass coastal

waters at Banjarwati, Lamongan village has gastropod species diversity is and showed no species dominance. Generally

gastropod species and species of seagrasses in coastal waters Banjarwati, Lamongan village had a pattern that is both

positive and negative, depending on the proportion of the number of species present in each plot of the observations and

the general distribution pattern flocking.

  Keywords: associations, communities, gastropode, seagrass.

  Alamat Korespondensi Penulis: Reinier B. Hitalessy Email : sunnyloma@yahoo.com Alamat : Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Pattimura

  64

  PENDAHULUAN Padang lamun adalah satu-satunya tumbuhan

  berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun dan akar sejati. Lamun umumnya hidup di perairan dangkal sampai dengan kedalaman sekitar 4 meter [1]. Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi oleh lamun seperti pasir, lumpur dan batuan. Namun padang lamun lebih sering ditemukan di perairan dengan substrat lumpur berpasir tebal di antara ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang [2]. Padang lamun dihuni oleh banyak jenis invertebrata bentik, organisme demersal serta pelagis yang menetap maupun yang tinggal sementara di ekosistem tersebut. Beberapa jenis biota yang tinggal di padang lamun untuk mencari makan dan tempat perlindungan selama masa kritis dalam siklus hidupnya, terutama saat masih anakan. Selain itu, beberapa jenis organisme lainnya adalah pengunjung yang datang setiap hari untuk mencari makan.

  Banyak di antara jenis-jenis biota padang lamun yang tinggal menetap maupun tinggal sementara tersebut memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, terutama jenis epibentik, misalnya berbagai kepiting, udang, keong (siput), kerang, cumi-cumi, gurita, teripang dan berbagai jenis ikan. Salah satu kelompok fauna yang umumnya ditemukan di perairan pesisir khususnya di daerah padang lamun dan hidup berasosiasi adalah gastropoda, baik yang hidup sebagai epifauna (merayap di permukaan) maupun infauna (membenamkan diri di dalam sedimen). Dalam rantai makanan, gastropoda epifauna merupakan komponen yang memanfaatkan biomassa epifit di daun lamun. Sedangkan gastropoda infauna menjadi komponen yang memanfaatkan serasah di permukaan sedimen. Dalam kehidupan manusia, banyak jenis gastropoda padang lamun yang bernilai ekonomis penting, yang dapat dikonsumsi maupun dimanfaatkan sebagai ornamental [3].

  Kehadiran gastropoda sangat ditentukan oleh adanya vegetasi lamun yang ada di daerah pesisir. Kelimpahan dan distribusi gastropoda dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat, ketersediaan makanan, pemangsaan dan kompetisi. Tekanan dan perubahan lingkungan dapat mempengaruhi jumlah jenis dan perbedaan pada struktur komunitas gastropoda. Komunitas gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan di padang lamun, dimana gastropoda merupakan hewan dasar pemakan detritus (detritus feeder) dan serasah dari daun lamun yang jatuh dan mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi di dalam air guna mendapatkan makanan.

  Gastropoda umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu sumber protein sudah dikenal sejak lama. Bagian tubuh gastropoda yang umumnya dimanfaatkan adalah daging dan cangkangnya. Daging gastropoda dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani dan cangkangnya digunakan sebagai bahan baku dalam industri dan perhiasan [4].

  Asosiasi spesies merupakan hubungan timbal balik antar spesies di dalam suatu komunitas dan dapat digunakan untuk menduga komposisi komunitas [5]. Menurut [6], ada atau tidaknya asosisai spesies dalam suatu komunitas dapat menunjukan tingkat keragaman dalam komunitas tersebut. Tingkat asosiasi spesies yang tinggi akan menunjukan keragaman spesies yang tinggi pula.

  Dalam suatu komunitas yang terbentuk oleh banyak spesies, beberapa spesies diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran spesies lain dari komunitas tersebut. Spesies yang berkelompok dan saling berhubungan akan membentuk suatu komunitas yang dinamis, karena kehadiran atau ketidakhadiran suatu spesies sangat tergantung pada hadir atau tidak hadirnya spesies lain berinteraksi dengannya [7]. Salah satu ciri dalam suatu komunitas perairan adalah terdapat asosiasi yang jelas antara spesies yang sama maupun di antara spesies yang berbeda. Asosiasi fauna dengan lamun merupakan salah satu kajian yang paling menarik serta mudah untuk diamati oleh para peneliti di Indonesia. Ekosistem lamun yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia, merupakan tempat penelitian yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih intensif di masa yang akan datang. Tingginya tutupan vegetasi lamun di perairan memungkinkan kehadiran berbagai biota yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun untuk mencari makan, tempat hidup, memijah dan tempat berlindung untuk menghindari predator. Salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki ekosistem lamun adalah di perairan pesisir Lamongan. Ekosistem lamun pada perairan pesisir Lamongan berada di daerah pasang surut dengan substrat yang didominasi oleh pasir dan lempung berpasir. Perairan ini sebagai salah satu kawasan pesisir, merupakan daerah yang dipenuhi dengan berbagai aktivitas manusia sehingga kemungkinan besar juga akan mempengaruhi keanekaragaman spesies gastropoda yang berasosiasi di dalamnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis gastropoda yang berasosiasi dengan spesies lamun di perairan pesisir Lamongan, sehingga dapat menjadi acuan dalam upaya pengelolaan dan pengembangan daerah pesisir pantai terutama sumberdaya ekosistem lamun dan gastropoda yang berkelanjutan.

  66 METODE PENELITIAN

  Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai Nopember 2011. Lokasi penelitian bertempat di perairan pesisir desa Banjarwati, Lamongan, Jawa Timur.

  Lokasi Penelitian Gambar 1. Lokasi Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian

  Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 112° 4 0’ 41’’ - 112° 35’ 45’’ Bujur Timur

  (BT) dan 6° 51 ’ 54’’ - 7° 23’ 60’’ Lintang Selatan (LS). Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah 1.812,8 km² atau + 3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km

  2 .

  Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban (Gambar 1). Adapun wilayah pesisir dan lautan di Kabupaten Lamongan terletak pada wilayah bagian utara pesisir pulau Jawa, yang berlokasi pada dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong. Ekosistem lamun pada perairan pesisir Lamongan berada di daerah pasang surut dengan substrat yang didominasi oleh pasir dan lempung berpasir.

  Penentuan Lokasi Penelitian

  Agar representatif dan mewakili tiap keadaan sekitar lokasi penelitian, maka pengambilan sampel gastropoda dilakukan pada 3 stasiun didasarkan atas perbedaan tata guna lahan serta pengaruh lingkungan tiap stasiun terhadap komunitas gastropoda. Ketiga stasiun tersebut yaitu : Stasiun 1 : hachery udang. Stasiun 2 : bengkel kapal. Stasiun 3 : pemukiman. Setiap stasiun dibagi lagi menjadi tiga sub stasiun. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam menganalisis asosiasi gastropoda dengan tumbuhan lamun. Pengambilan sampel gastropoda dan lamun menggunakan metode transek linear kuadrat [8] (Gambar 2). Stasiun-stasiun ini ditempatkan sejajar dengan garis pantai ke arah laut. Jarak antar transek adalah 100 meter,sedangkan jarak antar plot atau petak pengamatan adalah 20 meter atau disesuaikan dengan kondisi lamun.

  Gambar 2. Transek dan plot pengambilan sampel gastropoda dan lamun tiap stasiun pengamatan

  Cara Kerja

  Jenis kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kegiatan dilapangan berupa pengambilan sampel dan pengukuran beberapa parameter perairan secara in situ, sedangkan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: thermometer (mengukur suhu), salinometer (mengukur salinitas), kertas lakmus (mengukur pH), rol meter (mengukur jarak transek dan stasiun), ember plastik (menampung sampel), kantong plastik berlabel (tempat sampel), formalin 4 % (mengawetkan sampel), buku identifikasi (identifikasi sampel) dan alat tulis menulis .

  Lokasi Penelitian

  . Hal ini menunjukkan bahwa salinitas pada ekosistem lamun di lokasi penelitian berada dalam kisaran salinitas optimal untuk kehidupan spesies gastropoda. Tabel 1 menunjukkan bahwa pH air laut pada lokasi penelitian memiliki nilai pH 8. Nilai ini menunjukkan bahwa derajat keasaman ekosistem lamun di lokasi penelitian dalam keadaan yang relatif stabil. Menurut [6], bahwa nilai pH yang relatif bagi kehidupan organisme perairan termasuk gastropoda berkisar antara 7,0 – 8,5.

  /

  1 Suhu (

  C) 29,0 30,0 28,0

  2 Salinitas ( / 00 ) 32,0 34,0 31,0 3 pH 8 8 8

  Data Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu perairan pada tiga stasiun pengamatan mempunyai kisaran antara 28,0 C – 30,0 C . Suhu terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 28,0

  C, sedangkan suhu tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 30,0 C. Suhu di habitat gastropoda berkisar antara 28 C - 34

  C, kisaran suhu yang melebihi batas toleransi dapat menyebabkan penurunan aktivitas metabolisme dan bahkan kematian pada gastropoda [15]. Kisaran suhu optimal bagi spesies lamun adalah

  20 C

  C. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suhu pada ekosistem lamun di perairan pesisir Lamongan berada dalam kisaran suhu optimal untuk kehidupan spesies gastropoda dan spesies lamun [16]. Umumnya spesies gastropoda dapat hidup di perairan dengan salinitas yang berkisar antara 31

  00

  HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Fisika – Kimia Perairan Tabel 1. Rata-rata nilai faktor fisika-kimia perairan di tiga stasiun pengamatan

  0 0

  [17]. Berdasarkan data pada Tabel 1, diketahui bahwa salinitas pada lokasi penelitian berkisar antara 31 /

  00

  00

  . Salinitas terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 31 /

  00

  , sedangkan salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 33 /

  00

   No Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

  ) dengan merujuk pada [10]. Dan pola penyebaran spesies gastropoda dianalisa dengan menggunakan indeks Morisita (I) [11].

  • – 30

  Asosiasi Spesies

  Metode Pengambilan Sampel Gastropoda

  Pengambilan contoh gastropoda dilakukan dengan menggunakan metode transek linier kuadrat berukuran 1 x 1 m

  2

  , yang dilakukan pada saat air surut. Pada setiap stasiun ditarik garis transek tegak lurus dari garis pantai kearah laut, pada tiap-tiap jarak 20 m diletakkan transek kuadrat (Gambar 2). Gastropoda yang diambil adalah gastropoda yang menempel pada tumbuhan lamun dan permukaan sedimen. Semua gastropoda yang terdapat di dalam transek diambil dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, selanjutnya diawetkan dalam larutan formalin 4% dan diidentifikasi dengan berpedoman pada Dharma [9].

  Metode Pengambilan Sampel Lamun

  Kepadatan lamun diukur dengan metode transek kuadrat dengan menggunakan petak kuadrat berukuran 1 x 1 m. Pengamatan dan pengidentifikasian jenis lamun dilakukan secara langsung di lapangan di dalam plot yang sama dengan pengambilan sampel gastropoda pada setiap plot dalam transek.

  Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Perairan

  Pengukuran parameter fisika-kimia perairan meliputi : suhu, salinitas dan pH dilakukan saat pengambilan sampel gastropoda dan lamun. Setelah mendapatkan hasil dari masing-masing pengukuran parameter fisika-kimia perairan, selanjutnya ditulis pada worksheet. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis.

  Analisa asosiasi spesies antara spesies gastropoda dengan spesies lamun menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 dan dilanjutkan dengan uji chi-square ( X

  2

  2

  ) [10]. Analisa asosiasi dilakukan untuk menentukan tipe dan tingkatan asosiasinya antara spesies gastropoda dengan spesies lamun di ekosistem lamun.

  Pola Penyebaran

  Pola penyebaran spesies dalam suatu komunitas menunjukan interaksi spesies tersebut dengan lingkungan tempat hidupnya . Pola penyebaran spesies gastropoda ditentukan berdasarkan perbandingan antara jumlah total petak pengamatan dan jumlah individu suatu spesies dengan jumlah total individu spesies di setiap stasiun, dengan menggunakan indeks Morisita [11].

  Analisis Data

  Semua variabel pengamatan dihitung dengan formula tertentu, yaitu : nilai kepadatan dan frekuensi kehadiran spesies dihitung dengan merujuk pada [12], indeks nilai penting (INP) dihitung dengan merujuk pada [13]. Indeks keragaman (

  H’), indeks dominansi (D) dan indeks keserasian (e) dihitung dengan merujuk pada [14].

  Asosiasi spesies antara spesies gastropoda dengan spesies lamun menggunakan tabel kontingensi 2 x 2 dan dilanjutkan dengan uji chi-square (X

  • – 37 /
  • – 33 /

1 Strombus Mesogastropoda Strombidae

2 Strombus Mesogastropoda Strombidae

6 Conus Neogastropoda Conidae

7 Cerithiun Archeogastropoa Cerithidae

  68 Komposisi Spesies Gastropoda dan Spesies

  nilai sebesar 0,097 ind/m

  , sedangkan spesies gastropoda dengan nilai kepadatan terendah yaitu Vexillum rugosum sebesar 0,097 ind/m

  2

  . Spesies gastropoda dengan nilai kepadatan tertinggi pada stasiun 2 adalah

  Strombus fasciatus yaitu 0,167 ind/m

  2

  , sedangkan kepadatan terendah terdapat pada spesies

  Vexillum rugosum dan Vexillum plicarium dengan

  Conus radiatus yaitu 0,264 ind/m

  2

  . Pada stasiun 3 spesies gastropoda dengan nilai kepadatan tertinggi adalah

  Strombus fasciatus sebesar 0,181 ind/m

  2

  , sedangkan spesies gastropoda dengan kepadatan terendah adalah Cypraea vitellus yaitu 0,097 ind/m

  2

  (Gambar 3). Untuk spesies lamun yang ditemukan di tiga lokasi pengamatan, diketahui bahwa pada stasiun 1, spesies lamun dengan nilai kepadatan tertinggi adalah Cymodocea rotundata yaitu 0,472 ind/m

  2

  ,

  2

  Dari hasil penghitungan data spesies gastropoda pada tiga stasiun pengamatan, diketahui bahwa pada stasiun 1 spesies gastropoda dengan kepadatan tetinggi didominasi oleh spesies

  Lamun

  22 rugosum

  Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh sebanyak 7 spesies gastropoda yang tergolong dalam 3 ordo, 5 famili dan 5 genus (Tabel 2). Sedangkan untuk spesies lamun diperoleh 4 spesies yang tergolong dalam 2 famili dan 4 genus (Tabel 3).

  Tabel 2. Komposisi spesies gastropoda yang ditemukan di No Spesies Ordo Famili ∑ Ind

  39 urceus

  33 fasciatus

  3 Cyprea Mesogastropoda Cypraeidae

  27 vitellus

  4 Vexillum Neogastropoda Costellaridae

  27 plicarium

  5 Vexillum Neogastropoda Costellaridae

  19 radiatus

  Kepadatan

  15 granosum Tabel 3. Komposisi spesies lamun yang ditemukan di perairan pesisir desa Banjarwati, Lamongan.

  No Spesies Kelas Famili ∑ Ind

  1 C ymodocea Angiospermae Potamogetonaceae 108 rotundata

  2 Thalassia Angiospermae Hydrocharitaceae 107 hemprichii

  3 Enhalus Angiospermae Hydrocharitaceae 106 acoroides

  46 uninervis

  Berdasarkan komposisi spesies gastropoda (Tabel 2), dapat dikatakan bahwa di perairan pesisir desa Banjarwati, Lamongan memiliki jumlah spesies gastropoda sebanyak 7 spesies. Jika

  dibandingkan dengan hasil penelitian di tempat lain, hasil dari penelitian gastropoda di padang lamun perairan pesisir desa Banjarwati Lamongan ini termasuk sangat rendah. Penelitian [18] di Kepulauan Seribu menemukan 23 jenis. Penelitian di Teluk Gilimanuk, Bali ditemukan 35 jenis [19].

  Penelitian [20] di Kepulauan Natuna Besar mendapatkan 56 jenis gastropoda. Penelitian [21] di Kepulauan Bangka Belitung menemukan 70 jenis. Penelitian [22] di Banyuglugur, Jawa Timur menemukan 39 jenis. Pada penelitian di Tanjung Merah, Sulawesi Utara ditemukan 31 jenis gastropoda [23]. Sebanyak 24 jenis gastropoda ditemukan di Teluk Ambon, Maluku [24]. Penelitian di Pulau Moti, Maluku Utara ditemukan 93 jenis [25] . Dan Penelitian di Pulau Talise, Sulawesi Utara ditemukan 182 jenis [26].

  Secara umum dapat dikatakan bahwa perairan pesisir desa Banjarwati Lamongan khususnya ekosistem lamun semakin besar mendapat tekanan gangguan baik secara alamiah maupun degradasi lingkungan akibat aktivitas masyarakat dan pemanfaatan sumberdaya laut yang tidak ramah lingkungan. Menurut [27], bahwa kandungan logam berat Pb pada perairan di pesisir Desa Bajarwati, di ekosistem lamun mencapai 0,029 – 0,052 mg/l. Nilai tersebut sudah melewati ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.02/MENKLH/2003 yaitu sebesar < 0,008 mg/l. Lebih lanjut menurut [28], di pesisir pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun telah mengalami gangguan yang cukup serius akibat pembuangan limbah industri dan pertumbuhan penduduk, dan diperkirakan sebanyak 60 % ekosistem lamun telah mengalami kerusakan.

4 Halodule Angiospermae Potamogetonaceae

  sedangkan kepadatan terendah terdapat pada spesies Enhalus acoroides yaitu 0,417 ind/m

   4 Vexillum 52,450 51,119 41,232 plicarium

  Nilai Penting

  Tingkat kepentingan suatu spesies dinyatakan dengan nilai penting yang menggambarkan dominansi spesies-spesies tertentu dalam suatu komunitas. Semakin besar nilai-nilai tersebut maka semakin besar pula indeks nilai penting, yang berarti semakin tingginya peranan spesies tertentu dalam komunitas. Dari hasil analisa data, diperoleh nilai penting spesies gastropoda dan spesies lamun seperti tersaji dalam (Tabel 4 dan Tabel 5). Pada stasiun 1 dan stasiun 2, terlihat bahwa spesies Strombus

  fasciatus adalah spesies gastropoda dengan jumlah

  individu terbanyak dengan indeks nilai penting tertinggi yaitu masing-masing sebesar 73,409 dan 72,092. Sedangkan untuk stasiun 3 indeks nilai penting diwakili oleh spesies Conus radiatus dengan indeks nilai penting sebesar 58,199 (Tabel 4).

  Tabel 4. Indeks nilai penting spesies gastropoda yang ditemukan di perairan pesisir desa Banjarwati Lamongan Nilai INP ( %)

   No Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun

  3

  1 Strombus 73,409 72,092 32,383 fasciatus

   2 Strombus 64,904 63,602 55,697 urceus

   3 Cyprae 60,770 63,214 30,546 vitellus

  5 Vexillum 48,467 49,973 33,921 rugosum

  2 .

   6 Conus - - 58,199 radiatus

  7 Cerithium - - 48,021 granosum

  Untuk spesies lamun, terlihat bahwa spesies

  Cymodocea rotundata mempunyai indeks nilai Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7

  0.05

  0.1

  0.15

  0.2

  0.25

  2 ) Kepadatan Frek Kehadiran

  substrat, tetapi lebih ditemukan melimpah pada daerah dengan substrat yang lunak dan mempunyai kandungan pasir yang tinggi.

  rotundata umumnya dapat hidup pada semua tipe

  . Tingginya frekuensi kehadiran spesies ini disebabkan karena substrat di perairan pantai desa Banjarwati umumya didominasi oleh pasir. Menurut [29], Cymodocea

  2 .

  . Untuk stasiun 2, frekuensi kehadiran tertinggi sebesar 0,389 ind/m

  2

  stasiun 1, frekuensi kehadiran tertinggi sebesar 0,375 ind/m

  rotundata pada stasiun 1 dan stasiun 2. Untuk

  Untuk stasiun 2, nilai kepadatan tertinggi adalah

  Cymodocea rotundata dengan nilai sebesar 0,417

  ind/m

  2

  , sedangkan kepadatan terendah terdapat pada spesies Enhalus acoroides dan Thalassia

  hemprichii dengan nilai sebesar 0,403 ind/m

  2 .

  2

  Spesies lamun dengan nilai kepadatan tertinggi pada stasiun 3 adalah Enhalus acoroides yaitu 0,653 ind/m , sedangkan nilai kepadatan terendah terdapat pada spesies Cymodocea rotundata yaitu 0,611 ind/m

0.3 N il a i (in d /m

  Gambar 3. Grafik kepadatan dan frekuensi kehadiran spesies gastropoda di tiga stasiun pengamatan

3.Cypraea vitellus 4. Vexillum rugosum. 5. Vexillum plicarium (Stasiun 3) :1. Cerithium granosum 2. Strombus urceus 3.

  Strombus fasciatus 4.Cypraea vitellus 5. Vexillum rugosum 6. Vexillum plicarium 7. Conus radiatus Frekuensi Kehadiran

  Dari hasil penghitungan data spesies gastropoda di tiga stasiun pengamatan menunjukan bahwa pada stasiun 1 dan stasiun 2, spesies gastropoda dengan nilai frekuensi kehadiran tertinggi adalah

  Strombus fasciatus yaitu sebesar 0,167 ind/m

  2

  , sedangkan untuk stasiun 3, frekuensi kehadiran tertinggi diwakili oleh spesies Conus radiatus yaitu 0,236 ind/m

  2

  (Gambar 3). Pada ketiga stasiun pengamatan, spesies gastropoda dengan kepadatan tertinggi memiliki nilai frekuensi kehadiran yang tinggi pula. Tingginya nilai frekuensi kehadiran spesies-spesies tersebut disebabkan karena adanya kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang ditempatinya. Secara keseluruhan, spesies lamun dengan frekuensi kehadiran tertinggi adalah Cymodocea

  Keterangan : (Stasiun 1 dan 2) : 1. Strombus urceus 2. Strombus fasciatus jumlah individu spesies di ketiga lokasi pengamatan cenderung hampir sama [4].

  dan

  0.5

  Keragaman spesies yang rendah di stasiun 1 dan stasiun 2 diduga disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya makanan sehingga mengakibatkan spesies tertentu cenderung mencari lingkungan lain yang lebih sesuai. Menurut [16], bahwa rendahnya keragaman spesies akibat proses rantai makanan yang berlangsung tidak dinamis dan cenderung lebih pendek serta kurangnya asosiasi antar spesies. Keragaman spesies yang rendah pada daerah ini juga disebabkan oleh letaknya yang berdekatan dengan hachery udang dan bengkel kapal serta adanya aktivitas masyarakat pesisir yang memanfaatkan gastropoda sebagai sumber makanan dan perhiasan sehingga mempengaruhi tingkat keragaman gastropoda.

  Gambar 6. Nilai keragaman, dominansi dan keserasian spesies gastropoda di tiga stasiun pengamatan Keterangan : 1. Indeks Shannon Wienner (Keragaman) 2.

  Indeks Simpson (Dominansi) 3. Indeks Evennes (Keserasian) Dominansi

  Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 6, terlihat bahwa nilai indeks dominansi (D) pada setiap stasiun pengamatan adalah sama yaitu kurang dari satu. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat dominansi spesies walaupun ditemukan spesies- spesies tertentu yang hadir dalam jumlah yang besar. Tidak adanya dominansi spesies juga ditunjukan oleh tingginya nilai keragaman dan keserasian spesies di lokasi penelitian. Menurut

  [30], bahwa secara umum nilai keragaman

  berbanding terbalik dengan nilai dominansi. Jika nilai keragaman spesies tinggi maka nilai dominansi spesies akan rendah, dan jika nilai keragaman spesies rendah maka nilai dominansi spesies akan tinggi. Besarnya jumlah spesies pada suatu daerah menunjukan keragaman yang tinggi sehingga cenderung tidak ada spesies tertentu yang dominan. Menurut [16], semakin kecil nilai dominansi (D), maka semakin tinggi nilai

  1

  ’) tersebut menunjukan bahwa keragaman spesies gastropoda pada ketiga stasiun pengamatan tergolong sedang. Hal ini disebabkan karena proporsi atau perbandingan antara spesies keragaman spesies ( H’) dan keserasian spesies (e), sehingga suatu komunitas akan semakin beragam.

  1.5

  2

  2.5

4 Halodule - - 51,658

  1

  2

  3 N il a i Keragaman Dominansi Keserasian Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

  70 penting tertinggi pada stasiun 1 dan stasiun 2, masing-masing dengan indeks nilai penting sebesar 103,375 dan 101,571. Sedangkan untuk stasiun 3, indeks nilai penting tertinggi diwakili oleh spesies

  Enhalus acoroides yaitu sebesar 76,612 (Tabel 5).

   3 Enhalus 64,728 66,285 50,974 acoroides

  Menurut [5], bahwa di antara spesies-spesies yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan kinerja komunitas. Sementara kepentingan relatif dari suatu spesies dalam suatu komunitas ditentukan oleh jumlah, ukuran dan produktifitasnya.

  Tabel 5. Indeks nilai penting spesies lamun yang ditemukan di perairan pesisir desa Banjarwati Lamongan

   Nilai INP ( % No Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun

  3

   1 Cymodocea 70,121 70,015 48,695 rotundata

   2 Thalassia 65,151 63,700 48,673 hemprichii

   uninervis Keragaman, Dominansi dan Keserasian Spesies Gastropoda

   Spesies Individu 1 5 49 1,226 0,079 0,762 2 5 46 1,251 0,081 0,777 3 7 87 2,236 0,311 1,149 Keragaman

  Dari penghitungan data hasil pengamatan, maka diperoleh nilai indeks keragaman (

  H’), indeks

  dominansi (D) dan indeks keserasian (e) spesies gastropoda yang disajikan dalam Tabel 6 berikut ini

  Tabel 6. Jumlah spesies gastropoda, indeks keragaman ( H’), indeks dominansi (D) dan indeks keserasian (e) di tiga stasiun pengamatan

  .

   Stasiun Jumlah Jumlah Nilai H’ Nilai D Nilai e

  Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Tabel 6 dan Gambar 6, diketahui bahwa stasiun 1 memiliki nilai keragaman spesies sebesar 1,226, stasiun 2 sebesar 1,251 dan stasiun 3 sebesar 2,236. Nilai indeks keragaman (H

  Keserasian

  acoroides dan Thalassia hemprichii, Vixellum plicarium dengan Thalassia hemprichii serta Conus radiatus dengan Cymodocea rotundata, Enhallus acoroides dan Thalassia hemprichii.

  Pola Penyebaran Gastropoda Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola

  herbivorous yang dimiliki oleh spesies gastropoda tersebut, sehingga terdapat kecenderungan dimana lamun dimanfaatkan sebagai sumber makanan utamanya [33]. Asosiasi negatif juga terjadi karena adanya kompetisi atau persaingan dengan spesies lamun terhadap sumberdaya (nutrisi) dan ruang yang sama. Dalam asosiasi negatif, hubungan antara spesies cenderung bersifat merugikan sehingga salah satu spesies akan tertekan.

  Vixellum plicarium berasosiasi dengan Cymodocea rotundata, Halodule uninervis dan Enhalus acoroides, serta Conus radiatus dengan Halodule uninervis. Asosiasi negatif dapat terjadi karena sifat

  dan Halodule uninervis. Spesies gastropoda

  Vixellum rugosum dengan Cymodocea rotundata

  Spesies gastropoda Cypraea vitellus berasosiasi dengan Halodule uninervis dan Enhalus acoroides,

  Enhalus acoroides, Strombus fasciatus dengan Cymodocea rotundata, Halodule uninervis dan Thalassia hemprichii.

  dan

  Halodule uninervis

  dan Thalassia hemprichhi, Strombus urceus dengan

  Cerithium granosum dengan Halodule uninervis

  Hasil penelitian juga menunjukan adanya asosiasi negatif antara spesies gastropoda dengan spesies lamun. Asosiasi negatif antara spesies

  spesies Vixellum rugosum dengan Enhallus

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di stasiun 1 dan stasiun 2 memiliki keserasian spesies (e) yang rendah yaitu 0,762 dan 0,777 bila dibandingkan dengan stasiun 3 yang memiliki nilai keserasian spesies yang tinggi yaitu 1,149 (Tabel 6 dan Gambar 6). Hal ini diindikasikan dengan ditemukannya spesies-spesies gastropoda dalam jumlah yang hampir sama. Tidak adanya dominansi spesies juga menyebabkan stasiun 3 memiliki nilai keserasian spesies yang tinggi. Menurut [16], keserasian spesies yang tinggi disebabkan oleh tidak adanya dominansi spesies tertentu di dalam komunitas. Selain itu, semakin rendah dominansi spesies, maka semakin tinggi keserasian spesies.

  Cypraea vitellus yang berasosiasi dengan Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii,

  spesies Strombus fasciatus yang berasosiasi dengan spesies lamun Enhallus acoroides. Spesies

  Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii,

  spesies gastropoda Strombus urceus dengan

  Cymodocea rotundata dan Enhallus acoroides,

  Pada stasiun 3, terlihat adanya asosiasi positif dan asosiasi negatif antara spesies gastropoda dengan spesies lamun. Asosiasi positif antara spesies gastropoda Cerithium granosum dengan

  positif spesies gastropoda dengan tiga spesies lamun karena kelima spesies yang berasosiasi cenderung selalu ditemukan bersama-sama atau tidak ditemukan bersama dalam setiap petak pengamatan [5]. Asosiasi positif antara spesies gastropoda dengan spesies lamun terjadi karena lamun bukan merupakan sumber makanan tetapi hanya dimanfaatkan sebagai tempat perlindungan dari predator dan kecepatan arus yang kuat [32]. Asosiasi positif cenderung bersifat mutualistik sehingga salah satu spesies tidak merasa dirugikan oleh spesies lainny a.

  acoroides dan Thalassia hemprichii). Asosiasi

  tiga spesies lamun (Cymodocea rotundata, Enhallus

  urceus, Strombus fasciatus, Cypraea vitellus, Vexillum rugosum dan Vexillum plicarium) dengan

  Dari hasil analisa data asosiasi pada tiga stasiun pengamatan, terlihat adanya asosiasi positif dan asosiasi negatif antara spesies gastropoda dengan spesies lamun. Pada stasiun 1 dan stasiun 2, menunjukan adanya asosiasi positif antara spesies gastropoda dengan spesies lamun. Asosiasi positif terjadi antara kelima spesies gastropoda (Strombus

  Asosiasi Spesies

  Pada stasiun 1 dan stasiun 2, diperoleh nilai keserasian spesies yang kurang dari 0,8 (Tabel 6). Nilai ini menunjukan bahwa keserasian spesies di kedua stasiun ini rendah karena adanya tekanan dari faktor-faktor lingkungan. Menurut [31], nilai keserasian spesies yang rendah menunjukan adanya ketidakstabilan komunitas akibat tekanan faktor-faktor lingkungan seperti makanan dan adaptasi.

  penyebaran spesies gastropoda pada ekosistem lamun di perairan pesisir desa Banjarwati Lamongan adalah berkelompok. Hal ini disebabkan karena pada ke tiga stasiun pengamatan nilai Indeks Morisitanya lebih besar dari 1 ( I > 1 ). Dimana pada stasiun 1, nilai Indeks Morisita berkisar antara 1,119 – 1,857, pada stasiun 2 nilai Indeks Morisita berkisar antara 1,119 – 1,803 dan pada stasiun 3 nilai Indeks Morisita berkisar antara 1,121 – 1,738. Menurut [6], pola penyebaran berkelompok umumnya terjadi karena adanya variasi faktor lingkungan seperti ketersediaan nutrisi, jenis substrat, asosiasi dengan spesies lain, suhu, salinitas, pH dan kandungan oksigen sehingga suatu spesies cenderung untuk mencari habitat yang sesuai dengan batas toleransinya terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Selain itu, pola penyebaran berkelompok juga terjadi karena

  • – Ambon. Perairan Maluku dan Sekitarnya, Vol. 11 (1996).

  [14]. Odum, E. P. 1975. Ecology ; The Link Between The Natural And Social Sciences, 2

  Statistical Ecology a Rimer on Methode and Computing. A Willey Interscience Publication,

  Canada. [11]. Bakus, J. Gerard. 1990. Quantitative Ecology

  And Marine Biology,

  Departemen of Biological Sciences University of Southern California Los Angeles. A. A. Balkema / Rotterdam.

  [12]. Krebs, C. J. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and Abudance.

  Second Edition. Harper and Row, New York. [13]. Ambalika, I. 2005. Asosiasi Gastropoda Di

  Ekosistem Padang Lamun Perairan Pulau Lepar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

  (Skripsi) Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

  nd Edition.

  [9]. Dharma, B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia.

  Holt, Rinehart and Winston. [15]. Ruswahyuni dan susilowati, 1991. Hubungan

  Tekstur Dasar Perairan Dengan Distribusi Bivalvia Secara Vertikal di Pantai Bondo, Jepara, LEMLIT-UNDIP, semarang. 52 hal.

  [16]. Odum, E. P. 1971. Foundamental of Ecological. W.

  B. Sounders Company. Philadelphia. [17]. Hutabarat, S dan S. M. Evans., 2000.

  Pengantar Oseanografi,

  Universitas Indonesia-Press, Jakarta. [18]. Cappenberg,H.A.W., dan M.G.L. Panggabean.

  2005. Moluska di Perairan Terumbu Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, P2O- P2B LIPI, Jakarta- Bogor 37: 69

  2006. Komunitas Moluska di Perairan Teluk

  PT Sarana Graha. Jakarta. [10]. Ludwig, J. A. and J. F. Reynolds. 1988.

  and Transect Methods. Ed. Johannes Publication.

  Erlangga, Jakarta. [8]. Stodart, O. R. and R. E. Johannes. 1978. Plotes

  2. Perlu dilakukan usaha konservasi ekosistem lamun dan gastropoda dengan melibatkan masyarakat setempat, dalam hal pemanfaatan gastropoda sebagai sumber pangan dan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir dan meningkatkan daya tarik wisata bahari.

UCAPAN TERIMA KASIH

  72 adanya kecenderungan berkelompok berdasarkan umur, kepentingan memijah, melindungi diri dan tidak adanya persaingan [34],[35].

  KESIMPULAN 1. Nilai kepadatan dan frekuensi kehadiran tertinggi spesies gastropoda di ketiga stasiun

  pengamatan didominasi oleh spesies Strombus fasciatus, dengan nilai penting sebesar 54,551. Sedangkan untuk spesies lamun dengan nilai kepadatan, kelimpahan dan frekuensi kehadiran tertinggi didominasi oleh spesies Cymodocea

  rotundata, dengan nilai penting yang mencapai

  70,121. Berdasarkan nilai indeks keragaman ( H’) dan keserasian spesies (e), ekosistem lamun diperairan pesisir desa Banjarwati Lamongan memiliki keragaman spesies gastropoda yang sedang dan menunjukan tidak adanya dominansi spesies (D).

  2. Umumnya spesies gastropoda dan spesies lamun di perairan pesisir desa Banjarwati Lamongan mempunyai pola asosiasi yang bersifat positif dan negatif, yang tergantung dari proporsi jumlah spesies yang hadir pada setiap petak pengamatan serta pola penyebaran yang umumnya berkelompok.

Dokumen yang terkait

Analisis Kesesuaian Vegetasi Lokal Untuk Ruang Terbuka Hijau Jalur Jalan di Pusat Kota Kupang The Analysis Of Compatibility For A Local Vegetation In Green Open Space On The Main Road At The Center Of Kupang City

0 0 10

Penentuan Jenis Alat Tangkap Ikan Pelagis yang Tepat dan Berkelanjutan dalam Mendukung Peningkatan Perikanan Tangkap di Muncar Kabupaten Banyuwangi Indonesia

2 2 6

PENGARUH PENGALAMAN KERJA TERHADAP TINGKAT PROFESIONAL SEORANG AUDITOR DALAM BIDANG AUDITING (Study Survei di KAP wilayah Surakarta dan Yogyakarta) Oleh Jumingan Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surakarta Abstrak - PENGARUH PENGALAMAN KERJA TERHADA

1 0 11

Diversitas Arthropoda Herbivor Pengunjung Padi Merah di Sawah Organik di Desa Sengguruh, Kepanjen Diversity of Herbivore Arthropods Visitor on Red Paddy Variant in Organic Paddy Field of Sengguruh Village, Kepanjen

0 0 8

Pola Pengelompokkan Masyarakat Miskin Berdasarkan Kemiripan Karakteristik Akses Spasial di Kelurahan Sukoharjo Kota Malang Clasification Pattern of Spatial Access Similarity-based on Poor Society in Sukoharjo Sub-district, Malang

0 0 9

Koordinasi Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Nganjuk

1 1 11

Analisis Resiko Bencana Sebelum dan Setelah Letusan Gunung Kelud Tahun 2014 (Studi kasus di Kecamatan Ngantang, Malang) Disaster Risk Assessment of Kelud Vulcano, Before and After Eruption in 2014 (Study case of Ngantang Subdistrict, Malang, Indonesia)

0 0 8

ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671 Pengaruh Faktor Komunikasi, Sumberdaya, Sikap Pelaksana, Dan Struktur Birokrasi Terhadap Output Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Di Kabupaten Probolinggo

0 0 7

Perencanaan Pengembangan Wilayah Kawasan Minapolitan Budidaya di Gandusari Kabupaten Blitar Analysis of Development Minapolitan Aquaculture Planning in Gandusari Blitar

1 2 8

Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal di Kota Blitar, Jawa Timur

0 0 7