Dirjen BUK – Materi Ws PCC, 11 Nov 2014

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K)
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Disampaikan pada:
Workshop Implementasi Paradigma Pelayanan Berfokus Pada Pasien
Jakarta, 11 - 12 November 2014

I.

Isu Strategis Pembangunan Kesehatan 2015
– 2019
II. Implementasi Kebijakan JKN dan Akreditasi
III. Sistem Rujukan dan Rujukan RegionalNasional
IV. Potensi Fraud dalam Pelayanan Kesehatan

1.

2.
3.
4.


5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Meningkatkan akses & kualitas yankes ibu,bayi,balita,remaja &
lansia
Meningkatakan akses thd yan gizi masyarakat
Meningkatkan P2PL
Meningkatkan ketersediaan,keterjangakauan,pemerataan dan
kualitas farmasi, alat kesehatan
Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
Meningkatkan Promkes dan pemberdayaan masyarakat
Mengembangkan JKN
Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan kualitas SDM Kes
Mengembangkan yankes primer

Menguatkan yankes rujukan yang berkualitas
Menguatkan manajemen dan SIK
Meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan

RPJMN I
2005 -2009
Bangkes
diarahkan untuk
meningkatkan
akses dan mutu
yankes

KURATIFREHABILITATIF

RPJMN II
2010-2014
Akses
masyarakat thp
yankes yang
berkualitas telah

lebih
berkembang dan
meningkat

RPJMN III
2015 -2019
Akses
masyarakat
terhadap yankes
yang berkualitas
telah mulai
mantap

RPJMN IV
2020 -2025
Kes masyarakat
thp yankes
yang
berkualitas
telah

menjangkau
dan merata di
seluruh wilayah
Indonesia

PROMOTIF - PREVENTIF

VISI:
MASYARAKAT
SEHAT
YANG MANDIRI
DAN
BERKEADILAN

Arah pengembangan upaya kesehatan, dari kuratif bergerak ke arah
promotif, preventif sesuai kondisi dan kebutuhan

4

Sasaran Strategi Ditjen BUK:

Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
No
1
2
3
4

INDIKATOR
SEMULA
Persentase kecamatan dengan kesiapan akses
layanan kesehatan primer
Persentase kabupaten/kota dengan kesiapan akses
layanan rujukan
Jumlah RS yang terakreditasi
Jumlah puskesmas yang terakreditasi

2014 2015


2018

2019

0

61%

79%

85%

90%

95%

50

60%


70%

80%

90%

95%

59
0

440
250

842
750

1124
1500


1165
3000

2247
5000

No
MENJADI
1 Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
0
terakreditasi

Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD
2 yang terakreditasi

Target
2016 2017

Target
350


700

1400

2800

5600

233 233

293

356

416

477

1.

2.
3.
4.
5.

5.

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
harus memahami Jaminan Kesehatan Nasional secara utuh
Memahami sistem pembayaran prospektif INA CBG’s
Menyiapkan semua panduan dan clinical pathway serta
mengimplementasikannya.
Pengawasan implementasi panduan dan Clinical Pathway
Efisiensi :
 Penggunaan obat, alat dan bahan serta tindakan medis
- tanpa mengorbankan kepentingan pasien,
 Pemanfaatan sarana penunjang air, listrik, atau telepon
 Pemeliharaan Sarpras lainnya, gedung dan kendaraan.
Membentuk sistem pengawasan internal untuk mengawasi
kepatuhan tenaga kesehatan/ non kesehatan terhadap

kebijakan yang sudah dibuat.

Standar Pelayanan Kedokteran
UU No 29/ 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 44

Permenkes RI No.1438/2010 Standar Pelayanan Kedokteran
SIFAT
CAKUPAN

NASIONAL

Legalisasi
KEMENKES

PNPK

PEMBUAT

organisasi
profesi

FASYANKES

SPO

pimpinan
fasilitas
YANKES

Sesuai = standar profesi

PANDUAN
PRAKTIK KLINIS

ALUR KLINIS
= clinical pathway
Sesuai standar profesi
ALGORITME
PROTOKOL
PROSEDUR
STANDING ORDER

Standar Proses Teknis: Deskripsi dan kegunaannya
Clinical Practice
Guidelines
Clinical Pathways

Algorithma
Procedures

Protocols

Standing Orders

SI27082013

J Ashton, 2002

1.

2.

3.

RS yang ingin bekerjasama dengan
BPJS harus memenuhi kriteria
kriteria yang ditetapkan 
Permenkes No. 71/2013
RS harus melaksanakan proses
kredensial oleh BPJS
Salah satu persyaratan mutlak
Kredensial oleh BPJS adalah
Akreditasi RS

UU 44/2009 :Pasal 40

UU No. 44/2009 tentang
RS

Untuk Peningkatan MUTU pelayanan
RS “WAJIB” diakreditasi min.3th/ 1X
:

Ayat 3  RS WAJIB mengikuti akreditasi
nasional akreditasi

Permenkes RI No. 012/2012
Tentang Akreditasi RS

Permenkes No 56 / 2014
Tentang Klasifikasi dan
Perizinan RS

SK Menkes No. 428/2012 Tentang
Penetapan Lembaga Independen
Pelaksana Akreditasi di Indonesia

Keputusan Dirjen BUK
No.HK.02.04/I/2790/11

Merupakan peraturan REVISI
Permenkes 147/2010 dan Revisi
Permenkes 340/2010

Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi
RS di Indonesia terdiri atas :
• Komisi Akreditasi RS (KARS)
• Joint Commissions International (JCI) yang
merupakan lembaga pelaksana akreditasi
yang berasal dari luar negeri

STANDAR AKREDITASI RS NASIONAL

D
A
S
A
R
H
U
K
U
M

79
6,1 %
32
2,5 %

VERSI 2007: 1277 RS 
Renstra 2010-2014 : 92,67%




43
3,39 %
463
36,3%

RSUD & vertikal
Swasta



* 932 RS : 5 Yan

BUMN



* 139 RS : 12 Yan

TNI



* 206 RS : 16 Yan
Th. 2014, jml RS 2.379 53,67 (????)





660
51,89 %

Polri

VERSI 2012
61 RS YANG TERDIRI:



46 RS : PARIPURNA



5 RS : UTAMA



6 RS : MADYA



4 RS : DASAR



JCI  19 RS
* 6 RS PEMERINTAH DAN 13 RS SWASTA

2389RS

61RS

2328

Tantangan Besar
utk Akreditasi RS
Data RS ONLINE 10 November 2014

Seluruh Rs Wajib Terakreditasi

Instrumen tahun 2012 (mengacu JCI edisi 4)
Fokus pada Keselamatan Pasien
Tambahan Penilaian 3 Program Pemerintah (MDG’s)
Dimulai Juni 2012

(Section I: PatientCentered Standards)
(8 Chapter)
(7 Bab)

(Section II: Health Care
Organization Management
standards)
(6 Bab)

(6 Chapter)

(International Patient
Safety Goals (IPSG))
(Chapter 1Section I)

J.C.I

Sasaran I:
Kelompok
Standar
Pelayanan
berfokus pada
pasien

Sasaran II :
Kelompok
Standar
Manajemen
Rumah Sakit

Sasaran III:
Sasaran
Keselamatan
Pasien RS

Edisi 5. Thn 2014

19

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

RSUPN CM*
RSUPSanglah*
RSUPFatmawati*
RSPADGatot Soebroto*
RSUP dr Sardjito
RSUP Dr. Wahidin S.
RS SiloamKarawaci
RS Santosa Bandung
RS Eka Hospital BSD
RS Eka Hospital P. Baru
RS Premier Bintaro
RS Premier Jatinegara
RS Premier Surabaya
RS Pdk. Indah – Puri Indah
RSAwal Bros Bekasi
RSAwal Bros Tangerang
RSAwal Bros Pekanbaru
RSAwal Bros Batam
RS JEC,Kedoya-Jakarta

NAMA RS PEMERINTAH YANG SUDAH DIAKREDITASI
VERSI 2012
NO

NAMA RS

STATUS

KEPEMILIKAN

1

RSCM

Paripurna

Kemkes

2

RSUP Fatmawati

Paripurna

Kemkes

3

RSPAD Gatot Soebroto

Paripurna

TNI AD

4

RSUD Soetomo

Paripurna

PemProv

5

RS TNI AL Ramelan

Paripurna

TNI AL

6

RS Cicendo

Paripurna

Kemkes

7

RSUP Kariadi

Paripurna

Kemkes

8

RSUP Sardjito

Paripurna

Kemkes

9

RSUD Wangaya

Paripurna

PemKot

10

RSUP Wahidin Sudirohusodo

Paripurna

Kemkes

11

RS Orthopaedi,Solo

Paripurna

Kemenkes

12

RSU Tabanan

Madya

PemKab

13

RSUP Sanglah

Madya

Kemenkes

14

RS TNI AL DR. Midiyato S

Dasar

TNI AL

15

RSU Sinjai

Dasar

PemKab

UU No: 44 /2009
Pasal 6 Ayat I (c)

Permenkes No 12 / 2012 ttg. Akreditasi
RS
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAN PEMDA
1.

Pemerintah dan
PemDa
bertanggung jawab
untuk :

2.

3.

Membina dan
mengawasi
penyelenggaraan RS
1.
2.

Pasal 16
Pemerintah dan Pemda wajib mendukung,
memotivasi, mendorong & memperlancar proses
pelaksanaan Akreditasi untuk semua RS.
Pemerintah dan Pemda dapat memberikan
bantuan pembiayaan kepada RS untuk proses
akreditasi.
Bantuan pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) bersumber dari APBN, APBD atau
sumber lain yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
Menteri melalui Dirjen melakukan Binwas dalam
penyelenggaraan Akreditasi
Binwas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengikutsertakan Pemda,
BPRS dan Asosiasi Perumahsakitan.

RS Kab/kota

RS Rujukan Regional

RS Rujukan Nasional

Fasyankes Primer

RUJUK BALIK

KONSEP REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN
Output : Penetapan RS Pusat
Rujukan Regional dalam PERGUB

Puskesmas

Puskesmas

Puskesmas

Pusat Rujukan
Puskesmas
Rujukan
Regional
1

Rujukan
Regional
5

Rujukan
Regional
2

Rujukan
Nasional
Rujukan
Regional
4

RS di Kabupaten/kota, balai

Pusat Rujukan kabupaten /kota

Rujukan
Regional
3

RS di Kabupaten/kota, balai

Puskesmas

Keterangan:

Klinik

Primer (GK)
Rujukan Sekunder
Rujukan Tersier (tidak berlaku pada daerah dengan kondisi tertentu)

BPM

DPM

LANGKAH PEMBENTUKAN REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN
10 Langkah Regionalisasi

1.

10.

Mapping

MOnev

9.

Memban
gun
sistem
Informasi
Rujukan

8.

Mengada
kan
Pembinaa
n

3.

Regionalisasi
Sistem
Rujukan
7.

Melakuk
an uji
coba

Output : PERGUB RS
Rujukan Regional

2.
Penetapan
RS
Regional

6.

Penyusu
nan
Clinical
Pathway

Pembagi
an Peran

4.

Penguata
n
Fasyank
es
5.

Penyusuna
n
Pedoman
Pelayanan
Kedoktera
n (PPK)

NO

KRITERIA

RS NASIONAL

RS REGIONAL / PROP

RS KAB / KOTA

Menteri Kesehatan

Gubernur

Bupati / walikota

Rujukan lintas provinsi
/mengampu sekurangnya 4
provinsi

Rujukan lintas kabupaten
/mengampu sekurangnya 4
kabupaten/ kota

Rujukan lintas
kecamatan

A & RS Pendidikan

B & RS Pendidikan

C dan D

1

Penetapan
peraturan

2

Akses rujukan

3

Kelas RS

4

Akreditasi

Paripurna, JCI / Kelas dunia

Minimal Utama

Madya/Dasar

5

Transportasi

Memiliki akses darat, udara
dan air min. dari 4 Provinsi

Memiliki akses darat, udara dan
air min. dari 4 kabupaten

Akses dari
kecamatan

6

Sistem Remunerasi

+

+/-

+/-

7

Sister Hospital

Dengan RS bersertifikasi
akreditasi nas
dan/intenasional LN

Dengan RS Nasional/RS Tersier
lainnya yg berstatus akreditasi
Nas/Internasional dalam negeri

8

Unggulan

Min. 2 layanan subspesialis

spesialistik

Sesuaikan dengan
Permenkes 56/2014

9

Anggaran

Pusat dan Pemda terpilih

Pusat dan Pemda

Pemda

10

Jumlah Penduduk

Provinsi dengan kategori
penduduk padat

Menyesuaikan

-

11

Evaluasi

Setiap 5 th

Setiap 5 th

Sesuai Pemda

Sister Hospital dg RS
regional

RS RUJUKAN NASIONAL














Menjadi rumah sakit rujukan nasional sebagai
pengampu rujukan medik dari rumah sakit
regional sesuai ketentuan yang berlaku;
melakukan rujuk balik sesuai indikasi dan
ketentuan yang berlaku;
mengembangkan layanan unggulan
subspesialistik sesuai klasifikasi dan jenis rumah
sakit;
menyusun standar prosedur operasional rumah
sakit dengan sistem rujukan dari rumah sakit
regional jejaringnya;
menyiapkan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, alat, bahan,
fasilitasdansisteminformasiyang mendukung
pelayanan sebagai rumah sakit rujukan nasional
sesuai standar;
mengembangkan Health Technology
Assesment/HTA khususnyapenapisan
teknologitepatgunasecaraaktif di
wilayahsekitarnyadenganmengutamakanprodukd
alamnegeritermasukmenggunakanrisetberbasisp
elayanan;
penguatanpenerapanhospital bylaws/peraturan
internal rumahsakit yang
menjadilandasantransparansi, akuntabilitas,
etikadanhukumkesehatan di rumahsakit;

RS RUJUKAN REGIONAL












Menjadi rumah sakit rujukan regional sebagai
pengampu rujukan medik dari rumah sakit
kabupaten/kota sesuai ketentuan yang berlaku;
Melakukan rujuk balik sesuai indikasi dan
ketentuan yang berlaku;
Mengembangkan layanan unggulan spesialistik
sesuai klasifikasi dan jenis rumah sakit;
Menyusun standar prosedur operasional rumah
sakit dengan sistem rujukan yang merupakan
kolaborasi dari jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan di kabupaten/kota;
Menyiapkan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, alat, bahan, fasilitas dan sistem
informasi yang mendukung pelayanan sebagai
rumah sakit rujukan regional sesuai standar;
Merupakan jejaring penerapan Health Technology
Assesment/HTA khususnya penapisan teknologi
tepat guna secara aktif di wilayah sekitarnya
dengan mengutamakan produk dalam negeri
termasuk menggunakan riset berbasis pelayanan;
Penguatan penerapan hospital bylaws/peraturan
internal rumah sakit yang menjadi landasan
transparansi, akuntabilitas, etika dan hukum
kesehatan di rumah sakit;

PENETAPAN RS RUJUKAN NASIONAL
(Kepmen No. HK.02.02/Menkes/390/2014)

No

Nama RS

Provinsi RS
Rujukan
Nasional

1

RSUP HAM

Sumatera
Utara

2

RSUP M.
Djamil

Sumatera Barat

3

RSUP M.
Hoesin

Sumatera
Selatan

4

RSUPN CM

DKI Jakarta

5

RSUP HS

Jawa Barat

6

RSUP
Kariadi

Jawa Tengah

7

RSUP
Sardjito

DI Yogyakarta

8

RSUD
Soetomo

Jawa Timur

9

RSUP
Sanglah

Bali

10

RSUD
Soedarso

Kalimantan
Barat

11

RSUD W.
Syahranie

Kalimantan
Timur

12

RSUP WH

Sulawesi
Selatan

13

RSUP
Kandou

Sulawesi Utara

14

RSUD Dok II

Papua

2 Regional : 2
RS

5 Regional : 5
RS

4 Regional

6 Regional : 10
RS
2
Regional

2 Regional : 2
RS

3
Regional

2 Regional : 3
RS

5 Regional : 9 RS

5 Regional : 4 RS
7 Regional : 13 RS

1 RS
4 Regional : 6 RS

6 Regional : 6 RS

5 Regional : 5 RS

6 Regional
5 Regional : 7 RS

9 Regional : 15 RS

4 Regional : 5
RS
6 Regional : 6 RS

IV. FRAUD DALAM
PELAYANAN KESEHATAN






27



Adanya perubahan sistem pembiayaan di Indonesia
Adanya perubahan pada mekanisme pembayaran
bagi RS menjadi claim INA-CBG
Sifat dasar manusia yang ingin mendapat lebih
Dalam sistem yang menggunakan mekanisme
klaim, selalu ada potensi fraud.

FRAUD
 Fraud atau kecurangan pelayanan kesehatan

” yang canggih
merupakan bentuk kriminal “kerah
putih”
dan berefek terhadap sistem pembayaran kesehatan
publik & swasta
 Fraud pelayanan kesehatan merupakan salahsatu faktor
dominan yang menyebabkan melambungnya biaya
pelayanan kesehatan di AS




Prediksi premi BPJS 2014 : sekitar 38,5 T
Dana Klaim RS: Sekitar 25 T

28

Potensi kerugian fraud dengan angka di AS
Hitungan 5% = 1.25 T
Hitungan 10% = 2.5 T

FAKTA-FAKTA YANG ADA:
 Sudah terjadi Potensi Fraud
 Diskusi mendalam dengan 7 RS besar: ada
berbagai hal yang diduga sudah terjadi 
15 jenis fraud dan ada 3 jenis fraud yg
spesifik terjadi Indonesia

Dari hasil penelitian, terdapat juga bentuk-bentuk fraud lain yang tidak ada dalam
daftar NHCAA namun terjadi di Indonesia:
Tindakan

Definisi Operasional

Waktu Penggunaan Ventilator -14%

Menagihkan penggunakan ventilator >96
padahal waktu penggunaannya lebih singkat.

Phantom Visit 14%

Tagihan visit dokter yang tidak diberikan

Phantom Procedurs 14%

Tagihan pekerjaan dokter yang tidak diberikan



Regulator;
Kemenkes/Dinas
Kesehatan
Propinsi dan
Kabupaten


Penegak Hukum.
Kejaksaan, Polisi,
KPK

BPJS: Unit
Pencegahan
Fraud

Pelayanan
Kesehatan. RS,
pelayanan
primer, industri
farmasi





jam,

Kementerian Kesehatan sebagai:
Regulator  Kemenkes, DinKes
Prov. dan atau Kab. sebagai
lembaga Penindakan Adminstratif
Unit Pencegahan dan Anti Fraud di
RS sebagai: Pencegahan dan Deteksi
Internal
Unit Pencegahan dan Anti Fraud di
BPJS dan di Asuransi Kesehatan
Swasta sebagai: Pencegahan dan
Deteksi Eksternal
KPK, Kejaksaan dan Bareskrim
sebagai: Penegak Hukum
(Penindakan Perdata dan Pindana)

1. Menetapkan Pengorganisasian Unit
Pencegahan dan Deteksi Fraud
 Alternatif 1a: Unit berdiri sendiri dan
bekerja mandiri.
 Aternatif 1b: Unit berdiri sendiri namun
bekerja sama dengan SPI dan juga dengan
Komite Medik serta Komite Keperawatan.
 Alternatif 2: Unit terintegrasi kedalam
Satuan Pengawas Intern (SPI).

2. Melakukan Pencegahan


Menyusun kebijakan direksi mengenai definisi dan jenis
tindakan yang termasuk fraud dalam pelayanan kesehatan di
RS



Menyusun komitmen bersama untuk memerangi fraud dalam
pelayanan kesehatan



Menyusun program kepatuhan dalam proses klaim INA CBG’s



Melakukan program edukasi pencegahan, deteksi dan
penindakan fraud



Menerbitkan berbagai media sosialisasi pencegahan fraud bagi
para staf RS



Melakukan pendekatan-pendekatan rohani untuk untuk lebih
meningkatkan moral klinisi



Mengawasi dan memperketat hubungan antara klinisi dan
detailer

Membangun sistem pengawasan sistem rujukan eksternal dan internal melalui
BPRS – Dewas RS – Komite Medis
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN RUMAH SAKIT ( UU RS )
BADAN PENGAWAS RS DAN KOMITE MEDIK
PENGAWASAN non TEKNIS

M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T

BPRS Pusat
Stake
Holder

BPRS
Prov

Pem/pemda
Pemilik

PENGAWASAN TEKNIS

Kemen Kes
Dinkes Prov
Dinkes kab/kota
RS

PERSI / AS.RS
PERHIMPUNAN
PROFESI

MASYARAKAT

DEWAN
PENGAWAS
(PENENTUAN ARAH
KEBIJAKAN RS )

DIREKSI
TIM KPRS

UUD 1945 PS 28 H AYAT 1 DAN PASAL 34 AY 3
UU NO 8 / 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
UU NO 29 TH 2004 TTG PRAKTEK KEDOKTERAN
UU NO 40 TH 2004 TTG SJSN
UU NO 11 TH 2005 TTG PENGESAHAAN
INTERNATIONAL COVENANT ON
ECONOMIC,SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UU NO 11 TH 2008 TTG KETERBUKAAN INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
UU NO14 TH 2008 TENTANG KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
UU TENAGA KERJA, UU IMIGRASI
UU NO 25 TH 2009 TTG PELAYANAN PUBLIK
UU NO 36 TH 2009 TENTANG KESEHATAN
UU NO 43 TH 2009 TENTANG KEARSIPAN
UU NO 24 TH 2011 TENTAMG BPJS
UU NO 44 TH 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

SPI

KOMITE MEDIS

AKREDITASIKARS
JCI-ISO
KNKP-RS

ETIKA / UU

KESELAMATAN
PASIEN RS

TATA KELOLA KLINIS
MUTU MEDIS

MUTU MANAJEMEN
ASES PASIEN – BIAYA
RS(KEUANGAN)

DOKTER

Masyarakat

PASIEN - KELUARGA ( BPJS )

KOMITE MEDIK : ETIKA DAN DISIPLIN (PROFESIONALISME)
RUMAH SAKIT

HBL

COORPORATE
GOVERNANCE

KOMITE MEDIK

DIREKTUR

SUB KOM KRIDENTIAL

CBL-MSBL

CLINICAL
GOVERNANCE
(TATA KELOLA
KLINIS)

REK CLIN PRIVILAGE
DELINIATION KE DIR
entering to the profession

CLIN APPOINT
(DELINIATION )

STR
SIP

-

maintaining professionalism

KOMPETENSI
KNOWLEDGE
SKILL

Clinical
Leader
Manager
Practioner

DPJ P/ CLI N I CAL
LEADERSH I P

SUB KOM
MUTU

SUB KOM ETIK- DISIPLIN

expelling from the profession

ETIKA

PELAYANAN MEDIK

AUDIT MEDIK /
KLINIK

EBM / INA CBG

Praktik
dr. /dr. Sp

PATIENTSAFETY

Profesionalisme staf
medis

PROFESIONAL
DEVELOPMENT AND CREDENTIALING

Infection control

CLINICAL PERFORMANCE ----- EVALUATION

CLINICAL RISK MANAGEMENT

PASIEN VALUES AND ENGAGEMENT

PENCEGAHAN
MEDICAL
FRAUD

DISIPLIN
ETIK

Billing for services not rendered
Upcoding of services
Upcoding of items
Unbundling
Duplicate claims

Excessive services
Unnecessary services
Kickbacks
"Reflex testing“
"Defective Testing"