Dirjen BUK – Materi Ws PCC, 11 Nov 2014
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K)
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Disampaikan pada:
Workshop Implementasi Paradigma Pelayanan Berfokus Pada Pasien
Jakarta, 11 - 12 November 2014
I.
Isu Strategis Pembangunan Kesehatan 2015
– 2019
II. Implementasi Kebijakan JKN dan Akreditasi
III. Sistem Rujukan dan Rujukan RegionalNasional
IV. Potensi Fraud dalam Pelayanan Kesehatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Meningkatkan akses & kualitas yankes ibu,bayi,balita,remaja &
lansia
Meningkatakan akses thd yan gizi masyarakat
Meningkatkan P2PL
Meningkatkan ketersediaan,keterjangakauan,pemerataan dan
kualitas farmasi, alat kesehatan
Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
Meningkatkan Promkes dan pemberdayaan masyarakat
Mengembangkan JKN
Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan kualitas SDM Kes
Mengembangkan yankes primer
Menguatkan yankes rujukan yang berkualitas
Menguatkan manajemen dan SIK
Meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan
RPJMN I
2005 -2009
Bangkes
diarahkan untuk
meningkatkan
akses dan mutu
yankes
KURATIFREHABILITATIF
RPJMN II
2010-2014
Akses
masyarakat thp
yankes yang
berkualitas telah
lebih
berkembang dan
meningkat
RPJMN III
2015 -2019
Akses
masyarakat
terhadap yankes
yang berkualitas
telah mulai
mantap
RPJMN IV
2020 -2025
Kes masyarakat
thp yankes
yang
berkualitas
telah
menjangkau
dan merata di
seluruh wilayah
Indonesia
PROMOTIF - PREVENTIF
VISI:
MASYARAKAT
SEHAT
YANG MANDIRI
DAN
BERKEADILAN
Arah pengembangan upaya kesehatan, dari kuratif bergerak ke arah
promotif, preventif sesuai kondisi dan kebutuhan
4
Sasaran Strategi Ditjen BUK:
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
No
1
2
3
4
INDIKATOR
SEMULA
Persentase kecamatan dengan kesiapan akses
layanan kesehatan primer
Persentase kabupaten/kota dengan kesiapan akses
layanan rujukan
Jumlah RS yang terakreditasi
Jumlah puskesmas yang terakreditasi
2014 2015
2018
2019
0
61%
79%
85%
90%
95%
50
60%
70%
80%
90%
95%
59
0
440
250
842
750
1124
1500
1165
3000
2247
5000
No
MENJADI
1 Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
0
terakreditasi
Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD
2 yang terakreditasi
Target
2016 2017
Target
350
700
1400
2800
5600
233 233
293
356
416
477
1.
2.
3.
4.
5.
5.
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
harus memahami Jaminan Kesehatan Nasional secara utuh
Memahami sistem pembayaran prospektif INA CBG’s
Menyiapkan semua panduan dan clinical pathway serta
mengimplementasikannya.
Pengawasan implementasi panduan dan Clinical Pathway
Efisiensi :
Penggunaan obat, alat dan bahan serta tindakan medis
- tanpa mengorbankan kepentingan pasien,
Pemanfaatan sarana penunjang air, listrik, atau telepon
Pemeliharaan Sarpras lainnya, gedung dan kendaraan.
Membentuk sistem pengawasan internal untuk mengawasi
kepatuhan tenaga kesehatan/ non kesehatan terhadap
kebijakan yang sudah dibuat.
Standar Pelayanan Kedokteran
UU No 29/ 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 44
Permenkes RI No.1438/2010 Standar Pelayanan Kedokteran
SIFAT
CAKUPAN
NASIONAL
Legalisasi
KEMENKES
PNPK
PEMBUAT
organisasi
profesi
FASYANKES
SPO
pimpinan
fasilitas
YANKES
Sesuai = standar profesi
PANDUAN
PRAKTIK KLINIS
ALUR KLINIS
= clinical pathway
Sesuai standar profesi
ALGORITME
PROTOKOL
PROSEDUR
STANDING ORDER
Standar Proses Teknis: Deskripsi dan kegunaannya
Clinical Practice
Guidelines
Clinical Pathways
Algorithma
Procedures
Protocols
Standing Orders
SI27082013
J Ashton, 2002
1.
2.
3.
RS yang ingin bekerjasama dengan
BPJS harus memenuhi kriteria
kriteria yang ditetapkan
Permenkes No. 71/2013
RS harus melaksanakan proses
kredensial oleh BPJS
Salah satu persyaratan mutlak
Kredensial oleh BPJS adalah
Akreditasi RS
UU 44/2009 :Pasal 40
UU No. 44/2009 tentang
RS
Untuk Peningkatan MUTU pelayanan
RS “WAJIB” diakreditasi min.3th/ 1X
:
Ayat 3 RS WAJIB mengikuti akreditasi
nasional akreditasi
Permenkes RI No. 012/2012
Tentang Akreditasi RS
Permenkes No 56 / 2014
Tentang Klasifikasi dan
Perizinan RS
SK Menkes No. 428/2012 Tentang
Penetapan Lembaga Independen
Pelaksana Akreditasi di Indonesia
Keputusan Dirjen BUK
No.HK.02.04/I/2790/11
Merupakan peraturan REVISI
Permenkes 147/2010 dan Revisi
Permenkes 340/2010
Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi
RS di Indonesia terdiri atas :
• Komisi Akreditasi RS (KARS)
• Joint Commissions International (JCI) yang
merupakan lembaga pelaksana akreditasi
yang berasal dari luar negeri
STANDAR AKREDITASI RS NASIONAL
D
A
S
A
R
H
U
K
U
M
79
6,1 %
32
2,5 %
VERSI 2007: 1277 RS
Renstra 2010-2014 : 92,67%
43
3,39 %
463
36,3%
RSUD & vertikal
Swasta
* 932 RS : 5 Yan
BUMN
* 139 RS : 12 Yan
TNI
* 206 RS : 16 Yan
Th. 2014, jml RS 2.379 53,67 (????)
660
51,89 %
Polri
VERSI 2012
61 RS YANG TERDIRI:
46 RS : PARIPURNA
5 RS : UTAMA
6 RS : MADYA
4 RS : DASAR
JCI 19 RS
* 6 RS PEMERINTAH DAN 13 RS SWASTA
2389RS
61RS
2328
Tantangan Besar
utk Akreditasi RS
Data RS ONLINE 10 November 2014
Seluruh Rs Wajib Terakreditasi
Instrumen tahun 2012 (mengacu JCI edisi 4)
Fokus pada Keselamatan Pasien
Tambahan Penilaian 3 Program Pemerintah (MDG’s)
Dimulai Juni 2012
(Section I: PatientCentered Standards)
(8 Chapter)
(7 Bab)
(Section II: Health Care
Organization Management
standards)
(6 Bab)
(6 Chapter)
(International Patient
Safety Goals (IPSG))
(Chapter 1Section I)
J.C.I
Sasaran I:
Kelompok
Standar
Pelayanan
berfokus pada
pasien
Sasaran II :
Kelompok
Standar
Manajemen
Rumah Sakit
Sasaran III:
Sasaran
Keselamatan
Pasien RS
Edisi 5. Thn 2014
19
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
RSUPN CM*
RSUPSanglah*
RSUPFatmawati*
RSPADGatot Soebroto*
RSUP dr Sardjito
RSUP Dr. Wahidin S.
RS SiloamKarawaci
RS Santosa Bandung
RS Eka Hospital BSD
RS Eka Hospital P. Baru
RS Premier Bintaro
RS Premier Jatinegara
RS Premier Surabaya
RS Pdk. Indah – Puri Indah
RSAwal Bros Bekasi
RSAwal Bros Tangerang
RSAwal Bros Pekanbaru
RSAwal Bros Batam
RS JEC,Kedoya-Jakarta
NAMA RS PEMERINTAH YANG SUDAH DIAKREDITASI
VERSI 2012
NO
NAMA RS
STATUS
KEPEMILIKAN
1
RSCM
Paripurna
Kemkes
2
RSUP Fatmawati
Paripurna
Kemkes
3
RSPAD Gatot Soebroto
Paripurna
TNI AD
4
RSUD Soetomo
Paripurna
PemProv
5
RS TNI AL Ramelan
Paripurna
TNI AL
6
RS Cicendo
Paripurna
Kemkes
7
RSUP Kariadi
Paripurna
Kemkes
8
RSUP Sardjito
Paripurna
Kemkes
9
RSUD Wangaya
Paripurna
PemKot
10
RSUP Wahidin Sudirohusodo
Paripurna
Kemkes
11
RS Orthopaedi,Solo
Paripurna
Kemenkes
12
RSU Tabanan
Madya
PemKab
13
RSUP Sanglah
Madya
Kemenkes
14
RS TNI AL DR. Midiyato S
Dasar
TNI AL
15
RSU Sinjai
Dasar
PemKab
UU No: 44 /2009
Pasal 6 Ayat I (c)
Permenkes No 12 / 2012 ttg. Akreditasi
RS
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAN PEMDA
1.
Pemerintah dan
PemDa
bertanggung jawab
untuk :
2.
3.
Membina dan
mengawasi
penyelenggaraan RS
1.
2.
Pasal 16
Pemerintah dan Pemda wajib mendukung,
memotivasi, mendorong & memperlancar proses
pelaksanaan Akreditasi untuk semua RS.
Pemerintah dan Pemda dapat memberikan
bantuan pembiayaan kepada RS untuk proses
akreditasi.
Bantuan pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) bersumber dari APBN, APBD atau
sumber lain yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
Menteri melalui Dirjen melakukan Binwas dalam
penyelenggaraan Akreditasi
Binwas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengikutsertakan Pemda,
BPRS dan Asosiasi Perumahsakitan.
RS Kab/kota
RS Rujukan Regional
RS Rujukan Nasional
Fasyankes Primer
RUJUK BALIK
KONSEP REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN
Output : Penetapan RS Pusat
Rujukan Regional dalam PERGUB
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Pusat Rujukan
Puskesmas
Rujukan
Regional
1
Rujukan
Regional
5
Rujukan
Regional
2
Rujukan
Nasional
Rujukan
Regional
4
RS di Kabupaten/kota, balai
Pusat Rujukan kabupaten /kota
Rujukan
Regional
3
RS di Kabupaten/kota, balai
Puskesmas
Keterangan:
Klinik
Primer (GK)
Rujukan Sekunder
Rujukan Tersier (tidak berlaku pada daerah dengan kondisi tertentu)
BPM
DPM
LANGKAH PEMBENTUKAN REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN
10 Langkah Regionalisasi
1.
10.
Mapping
MOnev
9.
Memban
gun
sistem
Informasi
Rujukan
8.
Mengada
kan
Pembinaa
n
3.
Regionalisasi
Sistem
Rujukan
7.
Melakuk
an uji
coba
Output : PERGUB RS
Rujukan Regional
2.
Penetapan
RS
Regional
6.
Penyusu
nan
Clinical
Pathway
Pembagi
an Peran
4.
Penguata
n
Fasyank
es
5.
Penyusuna
n
Pedoman
Pelayanan
Kedoktera
n (PPK)
NO
KRITERIA
RS NASIONAL
RS REGIONAL / PROP
RS KAB / KOTA
Menteri Kesehatan
Gubernur
Bupati / walikota
Rujukan lintas provinsi
/mengampu sekurangnya 4
provinsi
Rujukan lintas kabupaten
/mengampu sekurangnya 4
kabupaten/ kota
Rujukan lintas
kecamatan
A & RS Pendidikan
B & RS Pendidikan
C dan D
1
Penetapan
peraturan
2
Akses rujukan
3
Kelas RS
4
Akreditasi
Paripurna, JCI / Kelas dunia
Minimal Utama
Madya/Dasar
5
Transportasi
Memiliki akses darat, udara
dan air min. dari 4 Provinsi
Memiliki akses darat, udara dan
air min. dari 4 kabupaten
Akses dari
kecamatan
6
Sistem Remunerasi
+
+/-
+/-
7
Sister Hospital
Dengan RS bersertifikasi
akreditasi nas
dan/intenasional LN
Dengan RS Nasional/RS Tersier
lainnya yg berstatus akreditasi
Nas/Internasional dalam negeri
8
Unggulan
Min. 2 layanan subspesialis
spesialistik
Sesuaikan dengan
Permenkes 56/2014
9
Anggaran
Pusat dan Pemda terpilih
Pusat dan Pemda
Pemda
10
Jumlah Penduduk
Provinsi dengan kategori
penduduk padat
Menyesuaikan
-
11
Evaluasi
Setiap 5 th
Setiap 5 th
Sesuai Pemda
Sister Hospital dg RS
regional
RS RUJUKAN NASIONAL
Menjadi rumah sakit rujukan nasional sebagai
pengampu rujukan medik dari rumah sakit
regional sesuai ketentuan yang berlaku;
melakukan rujuk balik sesuai indikasi dan
ketentuan yang berlaku;
mengembangkan layanan unggulan
subspesialistik sesuai klasifikasi dan jenis rumah
sakit;
menyusun standar prosedur operasional rumah
sakit dengan sistem rujukan dari rumah sakit
regional jejaringnya;
menyiapkan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, alat, bahan,
fasilitasdansisteminformasiyang mendukung
pelayanan sebagai rumah sakit rujukan nasional
sesuai standar;
mengembangkan Health Technology
Assesment/HTA khususnyapenapisan
teknologitepatgunasecaraaktif di
wilayahsekitarnyadenganmengutamakanprodukd
alamnegeritermasukmenggunakanrisetberbasisp
elayanan;
penguatanpenerapanhospital bylaws/peraturan
internal rumahsakit yang
menjadilandasantransparansi, akuntabilitas,
etikadanhukumkesehatan di rumahsakit;
RS RUJUKAN REGIONAL
Menjadi rumah sakit rujukan regional sebagai
pengampu rujukan medik dari rumah sakit
kabupaten/kota sesuai ketentuan yang berlaku;
Melakukan rujuk balik sesuai indikasi dan
ketentuan yang berlaku;
Mengembangkan layanan unggulan spesialistik
sesuai klasifikasi dan jenis rumah sakit;
Menyusun standar prosedur operasional rumah
sakit dengan sistem rujukan yang merupakan
kolaborasi dari jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan di kabupaten/kota;
Menyiapkan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, alat, bahan, fasilitas dan sistem
informasi yang mendukung pelayanan sebagai
rumah sakit rujukan regional sesuai standar;
Merupakan jejaring penerapan Health Technology
Assesment/HTA khususnya penapisan teknologi
tepat guna secara aktif di wilayah sekitarnya
dengan mengutamakan produk dalam negeri
termasuk menggunakan riset berbasis pelayanan;
Penguatan penerapan hospital bylaws/peraturan
internal rumah sakit yang menjadi landasan
transparansi, akuntabilitas, etika dan hukum
kesehatan di rumah sakit;
PENETAPAN RS RUJUKAN NASIONAL
(Kepmen No. HK.02.02/Menkes/390/2014)
No
Nama RS
Provinsi RS
Rujukan
Nasional
1
RSUP HAM
Sumatera
Utara
2
RSUP M.
Djamil
Sumatera Barat
3
RSUP M.
Hoesin
Sumatera
Selatan
4
RSUPN CM
DKI Jakarta
5
RSUP HS
Jawa Barat
6
RSUP
Kariadi
Jawa Tengah
7
RSUP
Sardjito
DI Yogyakarta
8
RSUD
Soetomo
Jawa Timur
9
RSUP
Sanglah
Bali
10
RSUD
Soedarso
Kalimantan
Barat
11
RSUD W.
Syahranie
Kalimantan
Timur
12
RSUP WH
Sulawesi
Selatan
13
RSUP
Kandou
Sulawesi Utara
14
RSUD Dok II
Papua
2 Regional : 2
RS
5 Regional : 5
RS
4 Regional
6 Regional : 10
RS
2
Regional
2 Regional : 2
RS
3
Regional
2 Regional : 3
RS
5 Regional : 9 RS
5 Regional : 4 RS
7 Regional : 13 RS
1 RS
4 Regional : 6 RS
6 Regional : 6 RS
5 Regional : 5 RS
6 Regional
5 Regional : 7 RS
9 Regional : 15 RS
4 Regional : 5
RS
6 Regional : 6 RS
IV. FRAUD DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
27
Adanya perubahan sistem pembiayaan di Indonesia
Adanya perubahan pada mekanisme pembayaran
bagi RS menjadi claim INA-CBG
Sifat dasar manusia yang ingin mendapat lebih
Dalam sistem yang menggunakan mekanisme
klaim, selalu ada potensi fraud.
FRAUD
Fraud atau kecurangan pelayanan kesehatan
“
” yang canggih
merupakan bentuk kriminal “kerah
putih”
dan berefek terhadap sistem pembayaran kesehatan
publik & swasta
Fraud pelayanan kesehatan merupakan salahsatu faktor
dominan yang menyebabkan melambungnya biaya
pelayanan kesehatan di AS
Prediksi premi BPJS 2014 : sekitar 38,5 T
Dana Klaim RS: Sekitar 25 T
28
Potensi kerugian fraud dengan angka di AS
Hitungan 5% = 1.25 T
Hitungan 10% = 2.5 T
FAKTA-FAKTA YANG ADA:
Sudah terjadi Potensi Fraud
Diskusi mendalam dengan 7 RS besar: ada
berbagai hal yang diduga sudah terjadi
15 jenis fraud dan ada 3 jenis fraud yg
spesifik terjadi Indonesia
Dari hasil penelitian, terdapat juga bentuk-bentuk fraud lain yang tidak ada dalam
daftar NHCAA namun terjadi di Indonesia:
Tindakan
Definisi Operasional
Waktu Penggunaan Ventilator -14%
Menagihkan penggunakan ventilator >96
padahal waktu penggunaannya lebih singkat.
Phantom Visit 14%
Tagihan visit dokter yang tidak diberikan
Phantom Procedurs 14%
Tagihan pekerjaan dokter yang tidak diberikan
•
Regulator;
Kemenkes/Dinas
Kesehatan
Propinsi dan
Kabupaten
•
Penegak Hukum.
Kejaksaan, Polisi,
KPK
BPJS: Unit
Pencegahan
Fraud
Pelayanan
Kesehatan. RS,
pelayanan
primer, industri
farmasi
•
•
jam,
Kementerian Kesehatan sebagai:
Regulator Kemenkes, DinKes
Prov. dan atau Kab. sebagai
lembaga Penindakan Adminstratif
Unit Pencegahan dan Anti Fraud di
RS sebagai: Pencegahan dan Deteksi
Internal
Unit Pencegahan dan Anti Fraud di
BPJS dan di Asuransi Kesehatan
Swasta sebagai: Pencegahan dan
Deteksi Eksternal
KPK, Kejaksaan dan Bareskrim
sebagai: Penegak Hukum
(Penindakan Perdata dan Pindana)
1. Menetapkan Pengorganisasian Unit
Pencegahan dan Deteksi Fraud
Alternatif 1a: Unit berdiri sendiri dan
bekerja mandiri.
Aternatif 1b: Unit berdiri sendiri namun
bekerja sama dengan SPI dan juga dengan
Komite Medik serta Komite Keperawatan.
Alternatif 2: Unit terintegrasi kedalam
Satuan Pengawas Intern (SPI).
2. Melakukan Pencegahan
Menyusun kebijakan direksi mengenai definisi dan jenis
tindakan yang termasuk fraud dalam pelayanan kesehatan di
RS
Menyusun komitmen bersama untuk memerangi fraud dalam
pelayanan kesehatan
Menyusun program kepatuhan dalam proses klaim INA CBG’s
Melakukan program edukasi pencegahan, deteksi dan
penindakan fraud
Menerbitkan berbagai media sosialisasi pencegahan fraud bagi
para staf RS
Melakukan pendekatan-pendekatan rohani untuk untuk lebih
meningkatkan moral klinisi
Mengawasi dan memperketat hubungan antara klinisi dan
detailer
Membangun sistem pengawasan sistem rujukan eksternal dan internal melalui
BPRS – Dewas RS – Komite Medis
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN RUMAH SAKIT ( UU RS )
BADAN PENGAWAS RS DAN KOMITE MEDIK
PENGAWASAN non TEKNIS
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
BPRS Pusat
Stake
Holder
BPRS
Prov
Pem/pemda
Pemilik
PENGAWASAN TEKNIS
Kemen Kes
Dinkes Prov
Dinkes kab/kota
RS
PERSI / AS.RS
PERHIMPUNAN
PROFESI
MASYARAKAT
DEWAN
PENGAWAS
(PENENTUAN ARAH
KEBIJAKAN RS )
DIREKSI
TIM KPRS
UUD 1945 PS 28 H AYAT 1 DAN PASAL 34 AY 3
UU NO 8 / 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
UU NO 29 TH 2004 TTG PRAKTEK KEDOKTERAN
UU NO 40 TH 2004 TTG SJSN
UU NO 11 TH 2005 TTG PENGESAHAAN
INTERNATIONAL COVENANT ON
ECONOMIC,SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UU NO 11 TH 2008 TTG KETERBUKAAN INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
UU NO14 TH 2008 TENTANG KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
UU TENAGA KERJA, UU IMIGRASI
UU NO 25 TH 2009 TTG PELAYANAN PUBLIK
UU NO 36 TH 2009 TENTANG KESEHATAN
UU NO 43 TH 2009 TENTANG KEARSIPAN
UU NO 24 TH 2011 TENTAMG BPJS
UU NO 44 TH 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
SPI
KOMITE MEDIS
AKREDITASIKARS
JCI-ISO
KNKP-RS
ETIKA / UU
KESELAMATAN
PASIEN RS
TATA KELOLA KLINIS
MUTU MEDIS
MUTU MANAJEMEN
ASES PASIEN – BIAYA
RS(KEUANGAN)
DOKTER
Masyarakat
PASIEN - KELUARGA ( BPJS )
KOMITE MEDIK : ETIKA DAN DISIPLIN (PROFESIONALISME)
RUMAH SAKIT
HBL
COORPORATE
GOVERNANCE
KOMITE MEDIK
DIREKTUR
SUB KOM KRIDENTIAL
CBL-MSBL
CLINICAL
GOVERNANCE
(TATA KELOLA
KLINIS)
REK CLIN PRIVILAGE
DELINIATION KE DIR
entering to the profession
CLIN APPOINT
(DELINIATION )
STR
SIP
-
maintaining professionalism
KOMPETENSI
KNOWLEDGE
SKILL
Clinical
Leader
Manager
Practioner
DPJ P/ CLI N I CAL
LEADERSH I P
SUB KOM
MUTU
SUB KOM ETIK- DISIPLIN
expelling from the profession
ETIKA
PELAYANAN MEDIK
AUDIT MEDIK /
KLINIK
EBM / INA CBG
Praktik
dr. /dr. Sp
PATIENTSAFETY
Profesionalisme staf
medis
PROFESIONAL
DEVELOPMENT AND CREDENTIALING
Infection control
CLINICAL PERFORMANCE ----- EVALUATION
CLINICAL RISK MANAGEMENT
PASIEN VALUES AND ENGAGEMENT
PENCEGAHAN
MEDICAL
FRAUD
DISIPLIN
ETIK
Billing for services not rendered
Upcoding of services
Upcoding of items
Unbundling
Duplicate claims
Excessive services
Unnecessary services
Kickbacks
"Reflex testing“
"Defective Testing"
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Disampaikan pada:
Workshop Implementasi Paradigma Pelayanan Berfokus Pada Pasien
Jakarta, 11 - 12 November 2014
I.
Isu Strategis Pembangunan Kesehatan 2015
– 2019
II. Implementasi Kebijakan JKN dan Akreditasi
III. Sistem Rujukan dan Rujukan RegionalNasional
IV. Potensi Fraud dalam Pelayanan Kesehatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Meningkatkan akses & kualitas yankes ibu,bayi,balita,remaja &
lansia
Meningkatakan akses thd yan gizi masyarakat
Meningkatkan P2PL
Meningkatkan ketersediaan,keterjangakauan,pemerataan dan
kualitas farmasi, alat kesehatan
Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
Meningkatkan Promkes dan pemberdayaan masyarakat
Mengembangkan JKN
Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan kualitas SDM Kes
Mengembangkan yankes primer
Menguatkan yankes rujukan yang berkualitas
Menguatkan manajemen dan SIK
Meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan
RPJMN I
2005 -2009
Bangkes
diarahkan untuk
meningkatkan
akses dan mutu
yankes
KURATIFREHABILITATIF
RPJMN II
2010-2014
Akses
masyarakat thp
yankes yang
berkualitas telah
lebih
berkembang dan
meningkat
RPJMN III
2015 -2019
Akses
masyarakat
terhadap yankes
yang berkualitas
telah mulai
mantap
RPJMN IV
2020 -2025
Kes masyarakat
thp yankes
yang
berkualitas
telah
menjangkau
dan merata di
seluruh wilayah
Indonesia
PROMOTIF - PREVENTIF
VISI:
MASYARAKAT
SEHAT
YANG MANDIRI
DAN
BERKEADILAN
Arah pengembangan upaya kesehatan, dari kuratif bergerak ke arah
promotif, preventif sesuai kondisi dan kebutuhan
4
Sasaran Strategi Ditjen BUK:
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
No
1
2
3
4
INDIKATOR
SEMULA
Persentase kecamatan dengan kesiapan akses
layanan kesehatan primer
Persentase kabupaten/kota dengan kesiapan akses
layanan rujukan
Jumlah RS yang terakreditasi
Jumlah puskesmas yang terakreditasi
2014 2015
2018
2019
0
61%
79%
85%
90%
95%
50
60%
70%
80%
90%
95%
59
0
440
250
842
750
1124
1500
1165
3000
2247
5000
No
MENJADI
1 Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
0
terakreditasi
Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD
2 yang terakreditasi
Target
2016 2017
Target
350
700
1400
2800
5600
233 233
293
356
416
477
1.
2.
3.
4.
5.
5.
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
harus memahami Jaminan Kesehatan Nasional secara utuh
Memahami sistem pembayaran prospektif INA CBG’s
Menyiapkan semua panduan dan clinical pathway serta
mengimplementasikannya.
Pengawasan implementasi panduan dan Clinical Pathway
Efisiensi :
Penggunaan obat, alat dan bahan serta tindakan medis
- tanpa mengorbankan kepentingan pasien,
Pemanfaatan sarana penunjang air, listrik, atau telepon
Pemeliharaan Sarpras lainnya, gedung dan kendaraan.
Membentuk sistem pengawasan internal untuk mengawasi
kepatuhan tenaga kesehatan/ non kesehatan terhadap
kebijakan yang sudah dibuat.
Standar Pelayanan Kedokteran
UU No 29/ 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 44
Permenkes RI No.1438/2010 Standar Pelayanan Kedokteran
SIFAT
CAKUPAN
NASIONAL
Legalisasi
KEMENKES
PNPK
PEMBUAT
organisasi
profesi
FASYANKES
SPO
pimpinan
fasilitas
YANKES
Sesuai = standar profesi
PANDUAN
PRAKTIK KLINIS
ALUR KLINIS
= clinical pathway
Sesuai standar profesi
ALGORITME
PROTOKOL
PROSEDUR
STANDING ORDER
Standar Proses Teknis: Deskripsi dan kegunaannya
Clinical Practice
Guidelines
Clinical Pathways
Algorithma
Procedures
Protocols
Standing Orders
SI27082013
J Ashton, 2002
1.
2.
3.
RS yang ingin bekerjasama dengan
BPJS harus memenuhi kriteria
kriteria yang ditetapkan
Permenkes No. 71/2013
RS harus melaksanakan proses
kredensial oleh BPJS
Salah satu persyaratan mutlak
Kredensial oleh BPJS adalah
Akreditasi RS
UU 44/2009 :Pasal 40
UU No. 44/2009 tentang
RS
Untuk Peningkatan MUTU pelayanan
RS “WAJIB” diakreditasi min.3th/ 1X
:
Ayat 3 RS WAJIB mengikuti akreditasi
nasional akreditasi
Permenkes RI No. 012/2012
Tentang Akreditasi RS
Permenkes No 56 / 2014
Tentang Klasifikasi dan
Perizinan RS
SK Menkes No. 428/2012 Tentang
Penetapan Lembaga Independen
Pelaksana Akreditasi di Indonesia
Keputusan Dirjen BUK
No.HK.02.04/I/2790/11
Merupakan peraturan REVISI
Permenkes 147/2010 dan Revisi
Permenkes 340/2010
Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi
RS di Indonesia terdiri atas :
• Komisi Akreditasi RS (KARS)
• Joint Commissions International (JCI) yang
merupakan lembaga pelaksana akreditasi
yang berasal dari luar negeri
STANDAR AKREDITASI RS NASIONAL
D
A
S
A
R
H
U
K
U
M
79
6,1 %
32
2,5 %
VERSI 2007: 1277 RS
Renstra 2010-2014 : 92,67%
43
3,39 %
463
36,3%
RSUD & vertikal
Swasta
* 932 RS : 5 Yan
BUMN
* 139 RS : 12 Yan
TNI
* 206 RS : 16 Yan
Th. 2014, jml RS 2.379 53,67 (????)
660
51,89 %
Polri
VERSI 2012
61 RS YANG TERDIRI:
46 RS : PARIPURNA
5 RS : UTAMA
6 RS : MADYA
4 RS : DASAR
JCI 19 RS
* 6 RS PEMERINTAH DAN 13 RS SWASTA
2389RS
61RS
2328
Tantangan Besar
utk Akreditasi RS
Data RS ONLINE 10 November 2014
Seluruh Rs Wajib Terakreditasi
Instrumen tahun 2012 (mengacu JCI edisi 4)
Fokus pada Keselamatan Pasien
Tambahan Penilaian 3 Program Pemerintah (MDG’s)
Dimulai Juni 2012
(Section I: PatientCentered Standards)
(8 Chapter)
(7 Bab)
(Section II: Health Care
Organization Management
standards)
(6 Bab)
(6 Chapter)
(International Patient
Safety Goals (IPSG))
(Chapter 1Section I)
J.C.I
Sasaran I:
Kelompok
Standar
Pelayanan
berfokus pada
pasien
Sasaran II :
Kelompok
Standar
Manajemen
Rumah Sakit
Sasaran III:
Sasaran
Keselamatan
Pasien RS
Edisi 5. Thn 2014
19
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
RSUPN CM*
RSUPSanglah*
RSUPFatmawati*
RSPADGatot Soebroto*
RSUP dr Sardjito
RSUP Dr. Wahidin S.
RS SiloamKarawaci
RS Santosa Bandung
RS Eka Hospital BSD
RS Eka Hospital P. Baru
RS Premier Bintaro
RS Premier Jatinegara
RS Premier Surabaya
RS Pdk. Indah – Puri Indah
RSAwal Bros Bekasi
RSAwal Bros Tangerang
RSAwal Bros Pekanbaru
RSAwal Bros Batam
RS JEC,Kedoya-Jakarta
NAMA RS PEMERINTAH YANG SUDAH DIAKREDITASI
VERSI 2012
NO
NAMA RS
STATUS
KEPEMILIKAN
1
RSCM
Paripurna
Kemkes
2
RSUP Fatmawati
Paripurna
Kemkes
3
RSPAD Gatot Soebroto
Paripurna
TNI AD
4
RSUD Soetomo
Paripurna
PemProv
5
RS TNI AL Ramelan
Paripurna
TNI AL
6
RS Cicendo
Paripurna
Kemkes
7
RSUP Kariadi
Paripurna
Kemkes
8
RSUP Sardjito
Paripurna
Kemkes
9
RSUD Wangaya
Paripurna
PemKot
10
RSUP Wahidin Sudirohusodo
Paripurna
Kemkes
11
RS Orthopaedi,Solo
Paripurna
Kemenkes
12
RSU Tabanan
Madya
PemKab
13
RSUP Sanglah
Madya
Kemenkes
14
RS TNI AL DR. Midiyato S
Dasar
TNI AL
15
RSU Sinjai
Dasar
PemKab
UU No: 44 /2009
Pasal 6 Ayat I (c)
Permenkes No 12 / 2012 ttg. Akreditasi
RS
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAN PEMDA
1.
Pemerintah dan
PemDa
bertanggung jawab
untuk :
2.
3.
Membina dan
mengawasi
penyelenggaraan RS
1.
2.
Pasal 16
Pemerintah dan Pemda wajib mendukung,
memotivasi, mendorong & memperlancar proses
pelaksanaan Akreditasi untuk semua RS.
Pemerintah dan Pemda dapat memberikan
bantuan pembiayaan kepada RS untuk proses
akreditasi.
Bantuan pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) bersumber dari APBN, APBD atau
sumber lain yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
Menteri melalui Dirjen melakukan Binwas dalam
penyelenggaraan Akreditasi
Binwas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengikutsertakan Pemda,
BPRS dan Asosiasi Perumahsakitan.
RS Kab/kota
RS Rujukan Regional
RS Rujukan Nasional
Fasyankes Primer
RUJUK BALIK
KONSEP REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN
Output : Penetapan RS Pusat
Rujukan Regional dalam PERGUB
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Pusat Rujukan
Puskesmas
Rujukan
Regional
1
Rujukan
Regional
5
Rujukan
Regional
2
Rujukan
Nasional
Rujukan
Regional
4
RS di Kabupaten/kota, balai
Pusat Rujukan kabupaten /kota
Rujukan
Regional
3
RS di Kabupaten/kota, balai
Puskesmas
Keterangan:
Klinik
Primer (GK)
Rujukan Sekunder
Rujukan Tersier (tidak berlaku pada daerah dengan kondisi tertentu)
BPM
DPM
LANGKAH PEMBENTUKAN REGIONALISASI SISTEM RUJUKAN
10 Langkah Regionalisasi
1.
10.
Mapping
MOnev
9.
Memban
gun
sistem
Informasi
Rujukan
8.
Mengada
kan
Pembinaa
n
3.
Regionalisasi
Sistem
Rujukan
7.
Melakuk
an uji
coba
Output : PERGUB RS
Rujukan Regional
2.
Penetapan
RS
Regional
6.
Penyusu
nan
Clinical
Pathway
Pembagi
an Peran
4.
Penguata
n
Fasyank
es
5.
Penyusuna
n
Pedoman
Pelayanan
Kedoktera
n (PPK)
NO
KRITERIA
RS NASIONAL
RS REGIONAL / PROP
RS KAB / KOTA
Menteri Kesehatan
Gubernur
Bupati / walikota
Rujukan lintas provinsi
/mengampu sekurangnya 4
provinsi
Rujukan lintas kabupaten
/mengampu sekurangnya 4
kabupaten/ kota
Rujukan lintas
kecamatan
A & RS Pendidikan
B & RS Pendidikan
C dan D
1
Penetapan
peraturan
2
Akses rujukan
3
Kelas RS
4
Akreditasi
Paripurna, JCI / Kelas dunia
Minimal Utama
Madya/Dasar
5
Transportasi
Memiliki akses darat, udara
dan air min. dari 4 Provinsi
Memiliki akses darat, udara dan
air min. dari 4 kabupaten
Akses dari
kecamatan
6
Sistem Remunerasi
+
+/-
+/-
7
Sister Hospital
Dengan RS bersertifikasi
akreditasi nas
dan/intenasional LN
Dengan RS Nasional/RS Tersier
lainnya yg berstatus akreditasi
Nas/Internasional dalam negeri
8
Unggulan
Min. 2 layanan subspesialis
spesialistik
Sesuaikan dengan
Permenkes 56/2014
9
Anggaran
Pusat dan Pemda terpilih
Pusat dan Pemda
Pemda
10
Jumlah Penduduk
Provinsi dengan kategori
penduduk padat
Menyesuaikan
-
11
Evaluasi
Setiap 5 th
Setiap 5 th
Sesuai Pemda
Sister Hospital dg RS
regional
RS RUJUKAN NASIONAL
Menjadi rumah sakit rujukan nasional sebagai
pengampu rujukan medik dari rumah sakit
regional sesuai ketentuan yang berlaku;
melakukan rujuk balik sesuai indikasi dan
ketentuan yang berlaku;
mengembangkan layanan unggulan
subspesialistik sesuai klasifikasi dan jenis rumah
sakit;
menyusun standar prosedur operasional rumah
sakit dengan sistem rujukan dari rumah sakit
regional jejaringnya;
menyiapkan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, alat, bahan,
fasilitasdansisteminformasiyang mendukung
pelayanan sebagai rumah sakit rujukan nasional
sesuai standar;
mengembangkan Health Technology
Assesment/HTA khususnyapenapisan
teknologitepatgunasecaraaktif di
wilayahsekitarnyadenganmengutamakanprodukd
alamnegeritermasukmenggunakanrisetberbasisp
elayanan;
penguatanpenerapanhospital bylaws/peraturan
internal rumahsakit yang
menjadilandasantransparansi, akuntabilitas,
etikadanhukumkesehatan di rumahsakit;
RS RUJUKAN REGIONAL
Menjadi rumah sakit rujukan regional sebagai
pengampu rujukan medik dari rumah sakit
kabupaten/kota sesuai ketentuan yang berlaku;
Melakukan rujuk balik sesuai indikasi dan
ketentuan yang berlaku;
Mengembangkan layanan unggulan spesialistik
sesuai klasifikasi dan jenis rumah sakit;
Menyusun standar prosedur operasional rumah
sakit dengan sistem rujukan yang merupakan
kolaborasi dari jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan di kabupaten/kota;
Menyiapkan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, alat, bahan, fasilitas dan sistem
informasi yang mendukung pelayanan sebagai
rumah sakit rujukan regional sesuai standar;
Merupakan jejaring penerapan Health Technology
Assesment/HTA khususnya penapisan teknologi
tepat guna secara aktif di wilayah sekitarnya
dengan mengutamakan produk dalam negeri
termasuk menggunakan riset berbasis pelayanan;
Penguatan penerapan hospital bylaws/peraturan
internal rumah sakit yang menjadi landasan
transparansi, akuntabilitas, etika dan hukum
kesehatan di rumah sakit;
PENETAPAN RS RUJUKAN NASIONAL
(Kepmen No. HK.02.02/Menkes/390/2014)
No
Nama RS
Provinsi RS
Rujukan
Nasional
1
RSUP HAM
Sumatera
Utara
2
RSUP M.
Djamil
Sumatera Barat
3
RSUP M.
Hoesin
Sumatera
Selatan
4
RSUPN CM
DKI Jakarta
5
RSUP HS
Jawa Barat
6
RSUP
Kariadi
Jawa Tengah
7
RSUP
Sardjito
DI Yogyakarta
8
RSUD
Soetomo
Jawa Timur
9
RSUP
Sanglah
Bali
10
RSUD
Soedarso
Kalimantan
Barat
11
RSUD W.
Syahranie
Kalimantan
Timur
12
RSUP WH
Sulawesi
Selatan
13
RSUP
Kandou
Sulawesi Utara
14
RSUD Dok II
Papua
2 Regional : 2
RS
5 Regional : 5
RS
4 Regional
6 Regional : 10
RS
2
Regional
2 Regional : 2
RS
3
Regional
2 Regional : 3
RS
5 Regional : 9 RS
5 Regional : 4 RS
7 Regional : 13 RS
1 RS
4 Regional : 6 RS
6 Regional : 6 RS
5 Regional : 5 RS
6 Regional
5 Regional : 7 RS
9 Regional : 15 RS
4 Regional : 5
RS
6 Regional : 6 RS
IV. FRAUD DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
27
Adanya perubahan sistem pembiayaan di Indonesia
Adanya perubahan pada mekanisme pembayaran
bagi RS menjadi claim INA-CBG
Sifat dasar manusia yang ingin mendapat lebih
Dalam sistem yang menggunakan mekanisme
klaim, selalu ada potensi fraud.
FRAUD
Fraud atau kecurangan pelayanan kesehatan
“
” yang canggih
merupakan bentuk kriminal “kerah
putih”
dan berefek terhadap sistem pembayaran kesehatan
publik & swasta
Fraud pelayanan kesehatan merupakan salahsatu faktor
dominan yang menyebabkan melambungnya biaya
pelayanan kesehatan di AS
Prediksi premi BPJS 2014 : sekitar 38,5 T
Dana Klaim RS: Sekitar 25 T
28
Potensi kerugian fraud dengan angka di AS
Hitungan 5% = 1.25 T
Hitungan 10% = 2.5 T
FAKTA-FAKTA YANG ADA:
Sudah terjadi Potensi Fraud
Diskusi mendalam dengan 7 RS besar: ada
berbagai hal yang diduga sudah terjadi
15 jenis fraud dan ada 3 jenis fraud yg
spesifik terjadi Indonesia
Dari hasil penelitian, terdapat juga bentuk-bentuk fraud lain yang tidak ada dalam
daftar NHCAA namun terjadi di Indonesia:
Tindakan
Definisi Operasional
Waktu Penggunaan Ventilator -14%
Menagihkan penggunakan ventilator >96
padahal waktu penggunaannya lebih singkat.
Phantom Visit 14%
Tagihan visit dokter yang tidak diberikan
Phantom Procedurs 14%
Tagihan pekerjaan dokter yang tidak diberikan
•
Regulator;
Kemenkes/Dinas
Kesehatan
Propinsi dan
Kabupaten
•
Penegak Hukum.
Kejaksaan, Polisi,
KPK
BPJS: Unit
Pencegahan
Fraud
Pelayanan
Kesehatan. RS,
pelayanan
primer, industri
farmasi
•
•
jam,
Kementerian Kesehatan sebagai:
Regulator Kemenkes, DinKes
Prov. dan atau Kab. sebagai
lembaga Penindakan Adminstratif
Unit Pencegahan dan Anti Fraud di
RS sebagai: Pencegahan dan Deteksi
Internal
Unit Pencegahan dan Anti Fraud di
BPJS dan di Asuransi Kesehatan
Swasta sebagai: Pencegahan dan
Deteksi Eksternal
KPK, Kejaksaan dan Bareskrim
sebagai: Penegak Hukum
(Penindakan Perdata dan Pindana)
1. Menetapkan Pengorganisasian Unit
Pencegahan dan Deteksi Fraud
Alternatif 1a: Unit berdiri sendiri dan
bekerja mandiri.
Aternatif 1b: Unit berdiri sendiri namun
bekerja sama dengan SPI dan juga dengan
Komite Medik serta Komite Keperawatan.
Alternatif 2: Unit terintegrasi kedalam
Satuan Pengawas Intern (SPI).
2. Melakukan Pencegahan
Menyusun kebijakan direksi mengenai definisi dan jenis
tindakan yang termasuk fraud dalam pelayanan kesehatan di
RS
Menyusun komitmen bersama untuk memerangi fraud dalam
pelayanan kesehatan
Menyusun program kepatuhan dalam proses klaim INA CBG’s
Melakukan program edukasi pencegahan, deteksi dan
penindakan fraud
Menerbitkan berbagai media sosialisasi pencegahan fraud bagi
para staf RS
Melakukan pendekatan-pendekatan rohani untuk untuk lebih
meningkatkan moral klinisi
Mengawasi dan memperketat hubungan antara klinisi dan
detailer
Membangun sistem pengawasan sistem rujukan eksternal dan internal melalui
BPRS – Dewas RS – Komite Medis
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN RUMAH SAKIT ( UU RS )
BADAN PENGAWAS RS DAN KOMITE MEDIK
PENGAWASAN non TEKNIS
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
BPRS Pusat
Stake
Holder
BPRS
Prov
Pem/pemda
Pemilik
PENGAWASAN TEKNIS
Kemen Kes
Dinkes Prov
Dinkes kab/kota
RS
PERSI / AS.RS
PERHIMPUNAN
PROFESI
MASYARAKAT
DEWAN
PENGAWAS
(PENENTUAN ARAH
KEBIJAKAN RS )
DIREKSI
TIM KPRS
UUD 1945 PS 28 H AYAT 1 DAN PASAL 34 AY 3
UU NO 8 / 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
UU NO 29 TH 2004 TTG PRAKTEK KEDOKTERAN
UU NO 40 TH 2004 TTG SJSN
UU NO 11 TH 2005 TTG PENGESAHAAN
INTERNATIONAL COVENANT ON
ECONOMIC,SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UU NO 11 TH 2008 TTG KETERBUKAAN INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
UU NO14 TH 2008 TENTANG KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
UU TENAGA KERJA, UU IMIGRASI
UU NO 25 TH 2009 TTG PELAYANAN PUBLIK
UU NO 36 TH 2009 TENTANG KESEHATAN
UU NO 43 TH 2009 TENTANG KEARSIPAN
UU NO 24 TH 2011 TENTAMG BPJS
UU NO 44 TH 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
SPI
KOMITE MEDIS
AKREDITASIKARS
JCI-ISO
KNKP-RS
ETIKA / UU
KESELAMATAN
PASIEN RS
TATA KELOLA KLINIS
MUTU MEDIS
MUTU MANAJEMEN
ASES PASIEN – BIAYA
RS(KEUANGAN)
DOKTER
Masyarakat
PASIEN - KELUARGA ( BPJS )
KOMITE MEDIK : ETIKA DAN DISIPLIN (PROFESIONALISME)
RUMAH SAKIT
HBL
COORPORATE
GOVERNANCE
KOMITE MEDIK
DIREKTUR
SUB KOM KRIDENTIAL
CBL-MSBL
CLINICAL
GOVERNANCE
(TATA KELOLA
KLINIS)
REK CLIN PRIVILAGE
DELINIATION KE DIR
entering to the profession
CLIN APPOINT
(DELINIATION )
STR
SIP
-
maintaining professionalism
KOMPETENSI
KNOWLEDGE
SKILL
Clinical
Leader
Manager
Practioner
DPJ P/ CLI N I CAL
LEADERSH I P
SUB KOM
MUTU
SUB KOM ETIK- DISIPLIN
expelling from the profession
ETIKA
PELAYANAN MEDIK
AUDIT MEDIK /
KLINIK
EBM / INA CBG
Praktik
dr. /dr. Sp
PATIENTSAFETY
Profesionalisme staf
medis
PROFESIONAL
DEVELOPMENT AND CREDENTIALING
Infection control
CLINICAL PERFORMANCE ----- EVALUATION
CLINICAL RISK MANAGEMENT
PASIEN VALUES AND ENGAGEMENT
PENCEGAHAN
MEDICAL
FRAUD
DISIPLIN
ETIK
Billing for services not rendered
Upcoding of services
Upcoding of items
Unbundling
Duplicate claims
Excessive services
Unnecessary services
Kickbacks
"Reflex testing“
"Defective Testing"