Pengaruh kebijakan deviden, free cash flow, struktur aset dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur tahun 2014 - 2016 - Perbanas Institutional Repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

  Penelitian terkait kebijakan hutang sebelumnya telah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu. Berikut ini peneliti memaparkan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan untuk referensi dan perbandingan dalam penelitian kali ini :

  

1. Linda, Maya Febrianty Lautania, dan Muhammad Arfandynata

(2017)

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur aset, dan investment opportunity set terhadap kebijakan hutang

  free cash flow,

  perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode 2011-2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 perusahaan LQ-45 periode 2011-2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

  

sampling . Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur aset, free cash

  dan investment opportunity set. Teknik analisis data yang digunakan dalam

  flow,

  penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan struktur aset, Free Cash Flow, dan investment opportunity set berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan investment opportunity set sebagai variabel independen, sedangkan peneliti saat ini menggunakan kebijakan dividen, Free

  Cash Flow , struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen.

  b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah tahun 2011-2015, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan oleh peneliti sekarang adalah tahun 2014-2016.

  c.

  Peneliti terdahulu menggunakan sampel dari perusahaan LQ-45, sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur.

2. Luluk Muhimatul Ifada, dan Yunandriatna (2017)

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan,

  

free cash flow, kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan

  hutang pada perusahaan manufaktur tahun 2012-2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 195 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

  

sampling . Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran

  perusahaan, free cash flow, kepenilikan manajerial, dan kebijakan dividen. Teknik kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang digunakan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang adalah kebijakan dividen dan free cash flow.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial sebagai variabel independen, sedangkam peneliti saat ini menggunakan kebijakan dividen, Free Cash Flow, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen.

  b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2012-2014, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan dalam penelitian saat ini adalah tahun 2014-2016.

3. Merna (2017)

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kebijakan dividen, profitabilitas, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen, penelitian ini menunjukkan bahwa struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan kebijakan dividen, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang diteliti oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah kebijakan dividen, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan profitabilitas sebagai variabel independen, sedangkan peneliti saat ini tidak menggunakan variabel independen tersebut dalam penelitian.

  b.

  Periode penelitian yang digunakan peneliti terdahulu adalah hanya satu tahun yaitu tahun 2014, sedangkan periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah tiga tahun yaitu tahun 2014-2016.

4. Ita Trisnawati (2016)

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris terkait pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, arus kas bebas, ukuran rentang periode 2009-2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

  

sampling . Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial,

  kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, arus kas bebas, ukuran perusahaan, dan struktur aset. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, arus kas bebas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang diteliti oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah kebijakan dividen, arus kas bebas, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan profitabilitas sebagai variabel independen, sedangkan peneliti saat ini menggunakan kebijakan dividen, Free

  Cash Flow , struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan peneliti terdahulu adalah tahun 2009-2011, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah tahun 2014-2016.

  c.

  Peneliti terdahulu menggunakan sampel dari perusahaan non keuangan sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur.

5. Muhammad Fahmi dan Rahmawati Hanny Yustrianthe (2015)

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur insider

  

ownership , set peluang investasi, struktur aset, ukuran perusahaan, free cash flow,

  dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 34 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI rentang periode 2011-2013. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

  

sampling . Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur insider

ownership , set peluang investasi, struktur aset, ukuran perusahaan, free cash flow,

  dan profitabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan struktur

  

insider ownership, set peluang investasi, dan free cash flow tidak berpengaruh

terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini sama sama menggunakan Free Cash b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalaha analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan struktur insider ownership, set peluang investasi, dan profitabilitas sebagai variabel independen.

  b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan peneliti terdahulu adalah tahun 2011-2013, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah tahun 2014-2016.

6. Ade Dwi Suryani & Muhammad Khafid (2015)

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Free Cash

  

Flow , pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan

  terhadap kebijakan hutang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Free Cash Flow, pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan Free Cash

  

Flow , pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang diteliti oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah Free Cash Flow, pertumbuhan perusahaan, dan kebijakan dividen.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, sedangkan peneliti saat ini menggunakan kebijakan dividen, Free

  Cash Flow , struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen.

  b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan peneliti terdahulu adalah hanya tahun 2013, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah tahun 2014-2016.

7. Daryosh Javid & Milad Milano (2015)

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Free Cash Flow dengan kebijakan hutang dengan menggunakan leverage sebagai pengukuran.

  Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran periode 2008-2012. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Free Cash Flow. Penelitian ini menggunakan analisis

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang diteliti oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah Free Cash Flow.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi berganda.

  Perbedaan : a.

  Terdapat variabel independen pada penelitian saat ini yang tidak diteliti oleh peneliti terdahulu, yaitu kebijakan dividen, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan.

  b.

  Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran, sedangkan sampel yang digunakan peneliti saat ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  c.

  Rentang periode penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah tahun 2008-2012, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan oleh peneliti saat ini adalah tahun 2014-2016.

8. Riki Sanjaya (2014)

  Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, tangibilitas, kepemilikan institusional, aliran kas bebas, umur perusahaan, dan kredit karbon terhadap kebijakan hutang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 55 Variabel independen yang diigunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, tangibilitas, kepemilikan institusional, aliran kas bebas, umur perusahaan, dan kredit karbon. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tangibilitas dan aliran kas bebas berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, umur perusahaan, dan kredit karbon tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang digunakan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah pertumbuhan perusahaan dan aliran kas bebas.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan tangibilitas, ukuran perusahaan, profitabilitas, kepemilikan institusional, umur perusahaan, dan kredit karbon sebagai variabel independen, sedangkan peneliti saat ini menggunakan kebijakan dividen, Free

  Cash Flow , struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen.

  b.

  Periode penelitian yang digunakan penelitian terdahulu adalah periode 2012, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah c.

  Peneliti terdahulu menggunakan sub sektor industri dasar dan kimia sebagai sampel, sedangkan peneliti saat ini menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel.

9. Mudrika Alamsyah Hasan (2014)

  Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris terkait pengaruh struktur kepemilikan manajerial, arus kas bebas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 37 perusahaan sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI rentang periode 2009-2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

  

sampling . Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur

  kepemilikan manajerial, arus kas bebas, dan ukuran perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan salah satu variabel independen yang digunakan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah arus kas bebas.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : menggunakan kebijakan dividen, Free Cash Flow, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen.

  b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan peneliti terdahulu adalah tahun 2009-2011, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah tahun 2014-2016.

  c.

  Peneliti terdahulu menggunakan sampel dari perusahaan sub sektor industri dasar dan kimia, sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur.

10. Richard Kofi Akoto & Dadson Awvunyo Vitor (2014)

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur di Ghana. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di negara Ghana. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas, struktur aset, dan growth opportunity. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas, struktur aset, dan growth opportunity berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan salah satu variabel independen yang diteliti oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah struktur aset.

  Perbedaan : a.

  Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Ghana, sedangkan sampel yang digunakan dalam peneliti saat ini adalah perusahaan manufaktur di Indonesia.

11. Wati Aris Astuti dan Nurlaelasari (2013)

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh free cash flow dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan PT. Intraco Penta Tbk rentang periode 2005-2011. Variabel independen yang digunakan dalam penelitan ini adalah free

  

cash flow dan profitabilitas. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi

  linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang digunakan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah free cash flow.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan profitabilitas sebagai variabel independen, sedangkan peneliti saat ini menggunakan kebijakan dividen, Free Cash Flow, b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan peneliti terdahulu adalah tahun 2005-2011, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah tahun 2014-2016.

  c.

  Peneliti terdahulu menggunakan PT. Intraco Penta Tbk sebagai sampel, sedangkan peneliti saat ini menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel.

12. Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani (2012)

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan struktur aset, retained earning, dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI rentang periode 2007-2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  

free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan struktur aset, retained

earning, dan kepemilikan manajerial. Teknik analisis data yang digunakan dalam

  penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, dan retained earnings berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sedangkan free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  Persamaan : a.

  Persamaan variabel independen yang diteliti oleh peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah free cash flow, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan.

  b.

  Persamaan teknik analisis data yang digunakan peneliti terdahulu dengan peneliti saat ini adalah analisis regresi linier berganda.

  Perbedaan : a.

  Peneliti terdahulu menggunakan profitabilitas, retained earnings, dan kepemilikan manajerial sebagai variabel independen, sedangkan peneliti saat ini menggunakan kebijakan dividen, Free Cash Flow, struktur aset, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen.

  b.

  Rentang periode penelitian yang digunakan peneliti terdahulu adalah tahun 2007-2011, sedangkan rentang periode penelitian yang digunakan peneliti saat ini adalah tahun 2014-2016.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pecking Order Theory

  Pecking Order Theory menjadi landasan dalam penelitian ini. Myers

  dan Majluf (1984) menjelaskan bahwa Pecking Order Theory mengatur sebuah tingkatan ketertarikan perusahaan terhadap pendanaan investasi. Dijelaskan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal yang bersumber dari laba ditahan, arus kas dari depresiasi, amortisasi, dan sumber pendanaan internal lainnya untuk seperti pinjaman, penerbitan surat hutang obligasi, dan pilihan terakhir yaitu penerbitan saham baru.

  Kebijakan pendanaan eksternal melalui hutang dan penerbitan surat hutang obligasi tersebut disebut juga kebijakan hutang. Kebijakan hutang adalah kebijakan pendanaan eksternal yang diambil oleh perusahaan untuk mendanai investasi guna perkembangan bisnis. Penerbitan saham baru akan menjadi pilihan terakhir bagi perusahaan dikarenakan akan muncul biaya penerbitan saham baru (floatation cost), sedangkan untuk penerbitan surat obligasi biaya penerbitan akan lebih kecil, hal ini dikemukakan oleh Horne dan Wachowicz (2013:210). Selain itu, penerbitan saham baru juga merupakan suatu sinyal bagi pemegang saham tentang kondisi perusahaan saat ini dan mendatang sedang tidak baik.

  Alasan perusahaan lebih menyukai pendanaan eksternal melalui penerbitan obligasi diantaranya, bunga obligasi lebih rendah apabila dibandingkan dengan dividen yang harus dibayarkan kepada para pemegang saham. Penerbitan surat hutang obligasi juga dapat mengurangi kewajiban pajak, karena bunga pinjaman merupakan biaya yang dibebankan kepada perusahaan, sedangkan dividen merupakan pembagian laba dan tidak dikategorikan sebagai pembebanan biaya. Investor obligasi tidak akan memiliki hak suara dalam perusahaan lain halnya investor saham, sehingga hal itu tidak akan mempengaruhi manajemen.

2.2.2. Kebijakan Hutang

  mentransfer aset atau memberikan jasa ke pihak lain dimasa mendatang, sebagai akibat transaksi dimasa lalu. Hutang perusahaan dikelompokkan menjadi dua yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek adalah hutang yang masa pelunasannya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sedangkan hutang jangka panjang adalah hutang yang masa pelunasannya dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.

  Kebijakan hutang adalah salah satu keputusan pendanaan yang bersumber dari pihak luar luar. Menurut Syadeli (2013) dalam Saputra (2017) kebijakan hutang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pendanaan tambahan untuk membiayai aktivitas perusahaan.

  Kebijakan hutang diukur menggunakan Debt to Equity Ratio yaitu dengan membandingkan total hutang dengan total ekuitas perusahaan. Debt to

  

Equity Ratio digunakan untuk mengindikasikan seberapa besar hutang sebuah

  perusahaan yang digunakan untuk menjalankan operasionalnya dibandingkan dengan modal yang dimiliknya.

2.2.3. Kebijakan Dividen

  Menurut Besley dan Brigham (2005:300) dividen adalah pembagian uang tunai yang dilakukan untuk pemegang saham dari laba perusahaan, baik laba yang dihasilkan pada periode berjalan atau dalam periode sebelumnya. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir dan Agus, 2008) dalam (Sari, 2016:8). Teori the bird in the hand yang dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner dalam (Nurmasari,2015) menyatakan bahwa investor lebih menyukai dividen daripada capital gain karena dividen dinilai lebih memiliki kepastian daripada capital gain. Dividen dinilai lebih dapat meningkatkan kemakmuran serta memiliki risiko yang lebih kecil daripada capital gain. Maka apabila perusahaan memiliki kecenderungan membayarkan dividen secara stabil, akan dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata investor karena mengindikasikan kondisi perusahaan yang semakin baik di masa depan.

  Van Horne dan Wachowicz (2007:268) menjelaskan bahwa aspek utama kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan saldo laba ditahan perusahaan. Kebijakan dividen diukur dengan rasio pembayaran dividen (Dividend Payout

  

Ratio ). Dividend Payout Ratio yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak

  yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Menurut Weygandt et al (2008:186) Dividend payout ratio merupakan rasio pembayaran dividen dengan mengukur proporsi laba yang dibayar sebagai dividen. Apabila laba yang dihasilkan perusahaan besar, maka semakin besar pula dividen yang akan dibagikan, sebaliknya apabila perusahaan mengalami rugi maka dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan pun akan semakin kecil. Perusahaan tidak akan membayar dividen diluar batas kemampuannya.

  2.2.4. Free Cash Flow Free Cash Flow adalah arus kas bebas yang dimiliki oleh perusahaan

  untuk melakukan tambahan investasi, melunasi hutang, membeli saham treasuri, atau penambahan atas likuiditas perusahaan (Kieso et al, 2011:211-212). Menurut Brigham dan Houston (2013:109) free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk dibayarkan kepada pemegang saham dan pemilik hutang setelah perusahaan melakukan investasi dalam aset tetap, produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Menurut Keown et al (2011) free Cash Flow merupakan jumlah uang tunai yang tersedia dari operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih dan aset tetap.

  Perusahaan dalam memperlakukan free cash flow juga sering menimbulkan konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham. Manajemen berpendapat bahwa agar free cash flow dapat memberikan manfaat secara optimal, maka free cash flow digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang strategis guna meningkatkan keuntungan perusahaan jangka panjang. Namun berbeda dengan pendapat pemegang saham yang lebih menginginkan free cash flow dibagikan kepada mereka sebagai tambahan dividen untuk meningkatkan kesejahteraan (Linda, Lautania, dan Arfandynata, 2017).

  2.2.5. Struktur Aset

  Menurut Kasmir (2011:39) aset merupakan harta atau kekayaan yang besar alokasi untuk masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai umur relatif permanen yang memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun yang dimiliki serta digunakan untuk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali serta nilainya relatif material (Munawir, 2010:139).

  Struktur aset menggambarkan kekayaan perusahaan yang dapat dijadikan jaminan dalam memperoleh pendanaan eksternal berupa hutang.

  Perusahaan dengan struktur aset yang besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman. Kreditur akan menilai bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk melunasi hutangnya dengan menggunakan asetnya. Perusahaan yang lebih memilih mengalokasikan labanya untuk pembelian sejumlah aset tetap sebagai investasi jangka panjang, maka apabila ada kesempatan untuk mengembangkan bisnis namun perusahaan memiliki dana internal yang kurang memadai, perusahaan tersebut akan menggunakan aset tetapnya sebagai jaminan dalam memperoleh pinjaman. Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang (Brigham dan Houston, 2011:188). Struktur aset diukur dengan membandingkan aset tetap dengan total keseluruhan aset. Semakin besar persentase aset tetap yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan semakin mudah mendapatkan akses sumber dana dari pihak eksternal, karena semakin besar pula aset tetap yang dapat dijaminkan kepada

2.2.6. Pertumbuhan Perusahaan

  Menurut Hendria (2015) dalam Saputra (2017) pertumbuhan perusahaan merupakan peningkatan jumlah aset suatu perusahaan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan perusahaan sangat erat kaitannya dengan pendanaan. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan pesat berarti membutuhkan dana yang banyak untuk terus mengembangkan bisnisnya. Perusahaan-perusahaan di sektor manufaktur tentunya membutuhkan dana untuk melakukan produksi.

  Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang aktivitasnya mengelola bahan baku menjadi barang jadi lalu menjualnya kepada konsumen. Jumlah produksi pada perusahaan manufaktur sangat bergantung kepada tingkat permintaan konsumen. Semakin tinggi permintaan konsumen, maka semakin besar pula dana yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas produksi. Jika permintaan konsumen naik dan dana internal kurang memadai untuk melakukan proses produksi, maka sumber pendanaan eksternal akan menjadi pilihan perusahaan jika ingin digunakan untuk penambahan kapasitas produksi demi perkembangan bisnis.

  Pertumbuhan perusahaan diukur dengan membandingkan selisih total aset tahun sekarang dan tahun sebelumnya dengan total aset tahun sebelumnya (Nurmasari, 2015). Peningkatan aset perusahaan ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan ukuran perusahaan melalui aset. Tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin pesat mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut sedang mengadakan ekspansi atau sedang memperbesar kapasitas produksi

2.3. Pengaruh Antar Variabel

2.3.1. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang

  Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan apakah laba perusahaan di akhir periode akan dialokasikan ke laba di tahan untuk pembiayaan investasi di masa yang akan datang ataukah dialokasikan ke pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang stabil atau meningkat secara teratur, hal ini akan memunculkan kewajiban perusahaan dalam menyediakan dana untuk pembayaran dividen.

  Sesuai dengan The Bird In The Hand Theory yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai dividen daripada capital gain, maka perusahaan memiliki kecenderungan membayarkan dividen secara rutin kepada pemegang saham dan akan berpengaruh terhadap penggunaan hutang yang kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan ingin meminimalisir beban yang dimilikinya. Menurut Damodaran (2002) dalam Merna (2017:68) menyatakan bahwa perusahaan dengan debt ratio yang tinggi akan membayar dividen lebih rendah. Hal ini disebabkan perusahaan sudah berkomitmen untuk lebih mendahulukan menggunakan cash flow bagi pembayaran debt. Maka perusahaan dengan debt ratio yang tinggi akan membagikan dividen dalam jumlah yang kecil karena perusahaan telah memiliki beban dan akan mendahulukan penggunaan keuntungan bagi pembayaran kepada para kreditor. perusahaan apabila perusahaan memiliki dana internal yang kurang memadai. Hal ini didukung oleh Pecking Order Theory bahwa perusahaan memilih pendanaan eksternal jika dirasa pendanaan internal kurang cukup mumpuni. Hasil penelitian Ifada & Yunandriatna (2017) dan Suryani & Khafid (2015) menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

2.3.2. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang

  Free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk

  dibayarkan kepada pemegang saham dan pemilik hutang setelah perusahaan melakukan investasi dalam aset tetap, produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham dan Houston, 2013:109). Menurut Keown et al (2011) free Cash Flow merupakan jumlah uang tunai yang tersedia dari operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih dan aset tetap.

  Menurut Hardiningsih dan Oktaviani (2012) bahwa semakin besar free

  

cash flow suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaan hutangnya, karena

free cash flow merupakan dana internal yang dalam perlakuannya sering

  menimbulkan konflik keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Sesuai dalam agency theory, pemegang saham mengehendaki free cash flow dibagikan dalam bentuk dividen, sedangkan manajemen menghendaki free cash flow digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek yang dapat memberikan keuntungan rendahnya free cash flow, maka untuk tetap bisa membiayai kegiatannya, perusahaan memerlukan dana pengganti yang bersumber dari hutang.

  Hal tersebut juga sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyatakan pendanaan investasi melalui arus kas internal memang diminati oleh perusahaan, namun jika kemudian dana internal kurang mencukupi untuk memenuhi pembiayaan investasi maka pendanaan eksternal pun akan menjadi alternatif. Hasil penelitian Linda, Lautania, dan Arfandynata (2017), Ifada & Yunandriatna (2017), Javid & Milano (2015), Sanjaya (2014), Hasan (2014), dan Astuti & Nurlaelasari (2013) menyatakan Free Cash Flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

2.3.3. Pengaruh Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang

  Struktur aset merupakan kekayaan perusahaan yang diharapkan dapat memberi manfaat di masa yang akan datang. Bentuk investasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah salah satunya dengan mengalokasikan laba perusahaannya untuk pembelian sejumlah aset tetap sebagai bentuk investasi. Jika perusahaan di kemudian hari memerlukan sejumlah dana namun persediaan uang kas perusahaan kurang mumpuni, maka aset tetap dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendanaan dengan cara dimanfaatkan menjadi jaminan pinjaman kepada kreditur. Perusahaan yang memiliki aset tetap yang banyak cenderung lebih mudah menggunakannya sebagai jaminan suatu pinjaman kepada kreditur, karena kreditur akan beranggapan

  Booth et al (2001) juga berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah lebih banyak, akan mampu untuk menerbitkan surat hutang lebih banyak pula. Semakin besar proporsi aset tetap dalam suatu perusahaan, maka semakin besar pula penggunaan hutang oleh perusahaan. Hal ini didukung oleh

  

Pecking Order Theory bahwa perusahaan akan menggunakan sumber pendanaan

  eksternal untuk mengembangkan bisnisnya jika pendanaan internal sudah teralokasikan ke sesuatu yang lain. Hasil penelitian Linda, Lautania, dan Arfandynata (2017), Merna (2017), Trisnawati (2016), Akoto & Vitor (2014), dan Hardiningsih & Oktaviani (2012) menyatakan bahwa struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

2.3.4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang

  Pertumbuhan perusahaan sejalan dengan pertambahan pendanaan. Hal ini dikarenakan untuk mengembangkan bisnis, perusahaan perlu untuk memperluas investasi atau penambahan kapasitas produksi dalam sektor manufaktur. Perusahaan sektor manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan sektor manufaktur yang sedang mengalami perkembangan pesat, umumnya membutuhkan biaya yang besar pula untuk mendanai aktivitas produksi yang bertambah seiring dengan tingginya permintaan konsumen.

  Jika perusahaan membutuhkan tambahan dana untuk mendanai sumber pendanaan bagi perusahaan. Semakin meningkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin meningkat pula penggunaan hutang oleh perusahaan. Hal ini didukung oleh Pecking Order Theory yaitu perusahaan mengambil alternatif sumber pendanaan eksternal apabila sumber pendanaan internal dirasa kurang cukup untuk perluasan bisnis. Hasil penelitian Trisnawati (2016) dan Hardiningsih & Oktaviani (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

  2.4. Kerangka pemikiran

  Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

  Kebijakan Dividen

  Free Cash Flow

  Kebijakan Hutang Struktur Aset

  Pertumbuhan Perusahaan

  2.5. Hipotesis penelitian

  Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu dugaan yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan H1 : Kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang. H2 : Free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang. H3 : Struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang. H4 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh struktur kepemilikan profitabilitas. dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan perbankan nasional

1 5 143

Pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan dividen, Pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan risiko Bisnis terhadap kebijakan hutang perusahaan Pertambangan tahun 2012-2016 - Perbanas Institutional Repository

0 3 10

Pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan dividen, Pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan risiko Bisnis terhadap kebijakan hutang perusahaan Pertambangan tahun 2012-2016 - Perbanas Institutional Repository

0 1 32

Pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan dividen, Pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan risiko Bisnis terhadap kebijakan hutang perusahaan Pertambangan tahun 2012-2016 - Perbanas Institutional Repository

0 2 8

Pengaruh ukuran perusahaan, kebijakan dividen, struktur modal, dan keputusan investasi terhadap nilai perusahaan industri manufaktur - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

Pengaruh kepemilikan manajerial,profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang - Perbanas Institutional Repository

1 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur aset danprofitabilitas terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur tahun 2014 – 2016 - Perbanas Institutional Repository

0 0 30

Pengaruh free cash flow, institutional ownership, life cycle stage terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

Pengaruh free cash flow, institutional ownership, life cycle stage terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh free cash flow, institutional ownership, life cycle stage terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 32