PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN PENYINARAN TELAPAK TANGAN DAN PERBANDINGAN DENGAN PENGUKURAN TINGGI BADAN

PENILAlAN STATUS GI21 DENGAN PENYMARAN TELAPAK TANGAR
DAN PERBANDINGAN DENGAN PENGUKURAN TMGGI BADAN
Okh: Basvki Bmthan; Edwi Sarawuh- dan SyLvifudin Lstinulu

.let radioird yang pottab& dm
t e w eleGo&u memimpt aman darl ef& mtUninya. Dewan memggmmkan aht W &dmkan
pnileLns h i n s caergi protein d m membapdhghntp dongn pcnUnian seearn
sntro~y.agtelah~hrPrte~tinbdb.bsaPeneWhnw
mcBbatlmm 161 asuk&638 bulrP yang b e h bPrl pcn?.nkW Isomis dan tetnh
~-lmdart.b.h.gp

S

c

t

d

n


b

-

p

--

P

t

~

o

~

~


~

Clap& tP.gm dm pw@mgm d.ditu diperilea s e M lndlqnfk
Umur bhmg (WAogh) lfnihl mem@h& metode T p o e r - ~ u a c - f I
(TW-22 An&-&
m d u n i -0-4
(-bat)
m m
( s e w 38.5%) lnny8 terdetekri scbcss 153 pmen rnaarPt amtmponletd
Hal W d k b d h n perbedssn mar knmdogb d m oaur biologh (1; 0-23

-r

)a*.iman hi, d.pst

arposta pcndck (temulaet pmdmbmp),pertarbadhuubph SLQIP o@mmn.

tatus
S
Pedam


adiY=g
tatangnga behun

gizi string digambarkan secara parsial (tidak secara utuh) atas dasar
hanya nilai-nilai hasil penguknran biokimia atau klinik atan antropometri.

yang demikian itu perln pernabmum yang benar akan makna nilai-~lai
tersebut dan perlu hati-hati di dalam inteqmtasinya. Sering terjadi penilaian secara
anVopometri seharusnya rfiintepemikan status kalori-protein, diinteqmmbn untuk
slatns gizi secara keseluruhan.
Pertumbuhan tubub (somatik) mernpakan oenrninan keadam gizi secara
menyelunrh karena melibathn bemm system metabolisme & dabm tubuh.
Pertumlmhan sMnatik dapat diukar secara a n t m p m t r i s (tinggi ba&n dan atau berat
badan) dan dapdt pula &nha secara radiologis. penilaian gangguan pe%tumbubamya
sering ctigurrakan parameter indeks tinggi badan menurut umur. Penyimpangan ke kiri
dari birkn (distribusl tinggi badan anak sehat) diinterpretasikan suatu petunjuk terdapat
gangguan pertumbuhan dan keadaan gizikurang a m bahkan g i z i i (I).
Pengukuran perhmbuhm somatilt secara antrapomerris untuk menggambarkan
status gizi masa l a p a n biasa digmakan untuk pengukuran ma@ survai dan karang

tepat untuk penilaian status gizi individu. Cam ini praktis, murah clan clapat dilakdran
oleh a w m bengan pelatihao yang baik dan dalam waktn siugkat. Namun, pada
&samya pengukuran secara antmpometris rnengmhng kelemahankelemahan yang
jika tidak dipahami dapat mengarahkanpada kesimpulan yang tidak tepat (2).
Fkngkmm pertumbuhan secara radiognfis menggamlxxhm keadaan status gizi
secara menyeluruh, mernpertratikan konsekuensi fisiologis, lebih o b y W dm dapat
ctigunakan untuk memprediksi pemrmbuban selanjutnya. Penentuan status gizi secara
radiografis menjadi attertlatif penentuan dengan antropomebi, temama jika umur tidak
diketahui. Cara ini juga dapat dipidcan alat untnlc menguji validitas pengukumn secara
antropometris. Dengan kemajuan teknologi elektrsaat ini, telah pula &em-

2

Budiman, &asuki; dkk

bangkan pcngukuran dengan sinar X yaug 'tin*
radmhp h g a t leinah. Alatnya
dapet dibawa kemanqm (portable) dan dapat dioperasikan dengan tenaga d i d (3).
Tulisan ini adalah had penelitian yang membabas penilaian status gizi atas dasar
pmgdcuran secara antropometns dibandhgkan dengan foto sinar-X telapak tangan.

Pembahasan meliputi pertumbuhan tulang menurut tmg@ badan, kesesuaian umur
kronolws dengan umur tuIang $m pertumbuhan pada kelompokgender.

Penelitien ini be&ifat ekspbmi
klinis dengm mcaqqm kmdcsional
( c r e o n a l ) ,untuk memberhn gambaran pertumbuhan tulang pada saat
penguktlraa FWthpn penelitiatl ini adabh anak mia antara 6-60 Man di wilayah
Kabupaten Bogor.
Sejak a d penelitian Cehh dilakukaa pengdompolran piartisipan menurut status
p e r t u m b h atas dasar tinggi badan menurut umur. Partisipan yang tinggi badanqa
Isurang diui 85 persen baku (Standar Lokal)(4) pada keiompok umurnya @end&)
ddcutkan pa& kelompdr I dan selain itu (85 % atau lebbh dari balu) dikdompokan
pada kelompok I1 (normal). Dengan demikian telah tendentifibs1 partisipan yang
pemun-buhannya terlambat dan ylmg pertumbuhannya baik menurut antiopmetri.
Pengel0upk-m sejak awal dimaksudkan untuk mendapatkan jumiah partisipan yang
seimbang. Jlamlah partisipan dalam penelitian ini 161 aaak, yang terdiri dari 73 anak
laki-laki clan 88 goak perempuan
Partisipan ditapis dari peseTta kegiatan posyandn dengzm carb peqghrm tinggi
bada~bdita dan anak tidak mempnnyai tanda-tanda klinis menderita sakit kronis
Selanjump dengan persetujuan orangtua anak dilakukan pejanjian utrtuZr dilakukan

penilaian pertumbuhan secara radiografis di Pusat Penelitian dan Pengembmgan Gizi,
Bogor.
P e m a h h n tulang ini digambackan dari pertmhbuhan titik pusat pertmnbuhan
tulaag pcrgelangan dan telapak tangan yang jumMuqa 20. Ti&-ti& pusat
pemunbuhaa itu m&puti radins, u/nu,metacarpal i1.3,5;
proximat phalanx 1,3,5;
medial phalanx 3, 5; distal phalanx 1, 3, 5 capitattrmr, hamatunt, tripehum, ltutuhrm,
scapoideum, trapen.urn d m tropezoideum. Keduapllub tit& tnlang tersebnt luxnbuh
tidak secara t m m m n dm akan tamp& semuanya (20 tit&) pa& umur tmtentu.
Diameter dam jumlah titik pusat pertumbuhan berbeda memrrut mmu dm jenis
kelamin, sehingga semakin tua usia seorang anak akax~semakin leogkap jumlah dan
semakin besu di?meter tulangnya. Pada film positif has2 penyimran a h tampak
jumlah clan ctiameter tm&ut. Besar diameter dm jumlah tulang mempunpi skor
mtuk semp keLompok umur terbmtu. Skor tersebut dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah clan diameter tit& tulang dengan baku yang dikembangkan
oleh Tanner (3). Masing-masing umur mempunyai baku ukuran t d i r i . Hasil
penyinaran itu setelah dibandingkan dengan baku panduan, kemudian diberi skor.
Anak yang menderit. kelambatan m b u h a n , j d a h tulangnya !ebih sedilrit dan
diameter ttdangnya lebih kecil.
Pesawat sinar-X Model HP-300 @ortable) digmakm mnuk mengnlcrnan

pertmbuhan tulang. Penilaizlll dilakukan dengan mmghitung skm pertumbuhan yang
terdapat pada film pasitif dengan mengikm sistem TW2 (Tanr~r-Whitehouse-2)(3)

Budiman, Basuki; dkk

dan dihdingkan dengan nilai standar skor menurut gender yang terdapat daiam buku
petunjuk.

Besar penyimpangan pengukuran menurut pengukuran se-cara antropometris
diketahui dari perbedaantlya dengan hasil pengukuran secara penyinaran. Perbedaan
umur tulang clan umur kronologis juga dapat dihitung dengan cara pembandingan itu.
Analisis juga akan menghltung tingkat keterlarnbatan rnenwut pengukuran sexma
a n w m e t r i s . Dengan cara Tabel Sihng perturnkhan menurut k&ua cara yang
dilakukan dapat dihitung sensitibitas antropometri terhadap pengukuran radiogralis.
Dalam ha1 ini pengukuran radiogratis dijadikan sebagai baku (gold-standard) karena
lebih objektif dibandingkan pengukuran dengan antropomeui. Dari analisis tabel
silang itu &pat pula dperktrakan penyunpangan prevalensi hasil pengukuran secara
anwpmetri.

Makalah ini membahas pertumbuhan yang dipandang ciari dua aspek yaitu secara

antropometris dan radiolop. Agar dapat dibedakan kedua cara im maka istilah
"kelambatan" perlu dbedakan, yaitu pengukuran secara antropometris menggunbn
istilah pendek-normal di satu pihak dan secara radiologis tetap menggunakan istilah
lambat-normal.
Tabel 1. Sebaran partisipan menurut postur tubtrh, gender dan pertumbuhan
tulang secara radiografie
Postsr Tubuh

hmlab

161

62

38.5

99

61.5
L


Budiman, Bmuki; dkk

4

Partisipan penelitian ini jwnlahqa 161 anak dan berasd dari Kecanlatan Ciomas,
Kabupaten Bogor terdiri dari 73 anak laki-laki dan 88 anak perenrpuan. Sebagian
besar partisipan baumur kurang dari 36 bulan dan yang berpostur pendek (mengalami
kelambatan pertumbuhan) dengan proporsi 15,s persen. Tidak ada perbedaan proporsi
anak laki-laki dan perempuan yang berpostur pendek. Atas dasar pertumbuhan tulang,
proporsi partisipan yang mengalarm kelambatan pertumbuhan sebesar 38,5 persen.

Tabel 2. Seharan partimenurut portur tnbuh dan persentase perturnh h a n 20 titik tulang

Pemntaee PertumbPban

Postmr Tomb

0-39.9


Tosd

40-99.9

100 +

10

9

0
3

12
13

34

22


40

24

61
75

Pendek
Laki-lakl
Pe-Puan

Normal

Laki-lak.
Perempuan

2
1

5
11

Ketermgan :
1 pertumbuhan 20 ti& tulang pergelangan dan telapak tangan

Di antara anak-anak yaug pcndek ttrnyata 40 persen (10 a&) normal. Jika
dipisahLan menurut gender, 16.7 persen anak laki-laki dan 61.5 persen anak
perempuan y m g dikategorikan pendek, menurut
tuLaag tMmasak normal
(tidak pendelr). Di lain pihak, 34.3 persen dari 136 an& yang tmmsuk nomid sccara
antmpometri teanyata pertumbdm tnlangnya lambat.
Pembedaan gender
memberikan peluujuk behwa kedua kelompok yaug dilategadtau n o d menurut
pengukman semra antropometri mempmyai peluang yang sama (anak laki-laki 34.4
persen d m anak perempuan 34.7 persen) teridentifikasi terlambat pertumbuhan
tulangnya flabel 1). .
Di antara ads-anak yang pendek tersebut temyata banya 3 anak yang
pertumhhan tnlangnya meneapai 100 persen itupun dicapai oleh anak perempuan. Tak
satupun anak Mi-laki yang posbwnya pendek, pert\rmbuhannya mencapai 100 ptrsen.
Di lain pihak anak-anak yang posrur tubPlhnya normal, pemtmbuhan tulangnya gang
&pat meacapai 100 persen sebQnyak 3 3 3 ytrsen atau 36 an&. Berdasarkan
penopaian 100 persen perhmbuhan tulang ini, tidak ada pcrbedaan anak laki-lakidan
petempt18n. Namun denrikian masih terdapat 11.8 penen anak yang pemrmbuhan
tulangnya di bawah 40 persen (Tabel 2).
Sebaran partisipan menurut persentax pemunbuhan titikdtik tulang
pertumbuhm berkisar antara 0 dan 170 persen. Nilai no1 berarti pertumbuhan tulang
hlum tampak dengan sinar-X, sedang 170 persen berarti pemmbuhan tulang anak

Budiman, Basuki; dkk

terrnasuk cepat untuk umur kronologisnya. Nilai modus pada rentangan umur 40-99.9
persen. Jumlah anak yang titik tumbPlhnya belum dapat dideteksi &anyak 19 anak
(15,5%), sedangkan anak yang pertumbuhannya mencapai 100 persen atau lebih
sebanyak 49 anak. Secara radiologis pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan tidak

berbeda.
Perbedaan umur tulang dengan umur kmnologis disajikan secara terpisah menurut
gender pada Tabel 3. Pembedaan ini disebabkan baku (acuan) untuk penghitungan
umur tulang yang berbeda bagi anak perempuan dan anak laki-laki.

Tabel 3. Sebarao partisipan memrnt umur kronologis dan umur tulang

(misalnya 9/12)

Pada Tabel 3 tarnpak bahwa 12.2 persen partisipan mengalami perceptan umur
kurang lebih satu tahun. Pembedaan gender menunjukkan bahwa beda proporsi
partisipan yang mengalami percepatan tidak berbeda, yaitu 13.7 persen untuk laki-laki
dan 11.4 persen untuk perempuan. Di lain pihak, secara keseluruhan 38,5 persen anak
mengalami kelambatan kematangan perhnbuhan tulang, yang p d a anak laki-laki
mencapai 41,l persen clan pada anak perempuan mencapai 36,4 persen.

Pengukuran secara antropometris dimaksudkan untuk mengetahui deposit kaloriprotein yang dialarni oleh sesmrang terutama pada usia di bawah lima tahun.
Pengukuran dengan cara ini relatif mudah, murah dapat dilaksanakan oleh orang awam
dengan pelatihan yang baik dan waktu yang digunakan untuk mengukur relatif singkat.

~

~

-

~

~

~

r

m

luas. Namun pcn@mm ini me-

t

o

l

t

p

e

n

s

l

l

k

n

r

ketrmahan antara lain korang sewsitif, tidak
mdeeksi gmgguan status gizi dahmjangka walrtu pedek, tidak dapat membedakan
gangakibat kekumngan zat gizi tertentu yang berkaitan den@
metabalisome
kalori-protein(2).
.. .
P * ~ i n i E a m r p P r k b s h w a ~
aatmpolnetris sangat rendah (Sec24.2%), yang berarti bahwa jumlah & yang
kela1nbatan~tuiangsehanrsnya62aaekbanyaterdeteksio&h~
antrapbtmtris sebanyak 15 anak. Akibamya banyak anak yang sebenarnya rnenderita
kurang gizi ctibategorikansebagai an& n o d . Konsekncnsi lebih jauh adatah bahwa
pada prevalensi anak yang rnderita kumggizi hasil penguknran antropomctri jauh di
bawah prewlensi yang schnmya dengan perbedaaa lebih dari 20 penen Qnmdensi
semta radiografis = 38.5 O/o; secara mtmpometris = 15.5%). Prevalensi secara
cmtropwtsi medebti pxwalensi secara radiologis @a perh~~~buhan
no1 persen,
yang berarti anak pada kedaau kurang gizi yang sangat burnk.
Kelemahan yang tampek meacobk pada rmtmpometri seperti y m g -id
dalam penelitian hi, addah penggunaan umur kronologis di d a h penilaian status
peilmbdm sccara antqnwhis. Umur kronologis lebih dulu (lebib ma)
dhndingkan mur tulang. Mianak usia enam butan menurut nrmv
tnlang/biologis menjad~umm 18 bulan w krollblogh atau lebih. PadaW
pengukuran seava anlropometris m t a m a mendasarkan pada kemamgan massa
tubuh terutanla tuiang.
Jlka antxgmWi &tap diguaakan sebagai alat pramem s&lm kalopi-pmteh,
karena k e e f i s i maka
~
hasil pilaiamya seharusaya mtnggunakao umur
tulang dengaxt cara mentransfiiikan umur kmdogis dengan ~ l ntuIanglMdogis.
r
Gambamn ktadaan ktuang kaloriqxoteh &pat juga dipemleh &ngan mengoreksi
besar prevahsi hasil a n t m p w h i d h l h n Mar koreksi (dalam penelitian hi
38,5115.5).

MemgeWmijnmlah anak yang normaI secara amqum&~lcbih reliabel karena
.
pm&mmya lebih sesuai b g a n penilaian secara radio@%,
seperti yang
*

dinmjukbn oleh spesifisitas pengukuran scava antmpametrik.(Sp=89.9). Anak yang
dideteksi normal dengan cara anrmpometri memang norml (spesirfik), tetapi ti&
dapat mermjukkan anak yang mengalami kclambatan pertumbnhan. Sensitivitas yang
rendah memberi petunjuk bahwa antropomefn tidak dapat mendeteksi jumlah anak
yang mengalami kelambatan pertumbuhan. Oleh karena itu menyajikan proporsi ansk
yang normal lebih baik daripada prevalensi kurang kalori-protein.
RacIiogra6 di sawing reliabel untuk pcnilaian urnur kronologis (5) telah pula
digunakan untuk penelitian kaitan massa (kepadataa) tulang ibu dengan berat badan
. .
bayi yang diidudm (6),genctika (7) dan ptologi osteoporosis (8). Hubungaxk antara
umur tubing dengan umur kronologis seperti yang dilaporkan oleh Johnstone(5) dapat
berlaiaan luxfish korelasinya tergantung demensi ukuran tubuh yang digunakan.
Acheson (9) juga pernah melaporkan bahm k q t a n kernatangan (maturation rate)
tulang ber4raitan dengan tubuh, walaupun ada faktm lain yang ikut berpengaruh
(confounder),misalnya faktor lingkungan. Pada anak-anak yang pmmh mengalami
kwasiorkor, pemmbuhamya terhambat, sehingga pendek karena pada saat itu teQadi
dekalsifikasi (10).

s

1. - ~ p e r t a m b u h a n ~ c a r a a n t m p a n s e t r i s k u r a a g ~ - m
digunakau untuk menyajikan prwalensi pewkita delisit kaidti protein dan kurang
bmmw&at bila digonakan pada anak pexqmm2. ~ a n t r o p o m e t r i b a i k u n t u k m e n y a t a k a s l p m p o r s i a n a k d i b a n a h l i a m
tahun yang pertlrmbubannya normal dan pembe&m gender tidak
madah
3. Penyimpangaa umtu kronologis terhadap umur tuh@iobgis sebesar
tahm
(1:O-2,5)tahm
4.

PadaanaLyangpendekdanbaosiadibawahlirrcalahun,~~gqpa
~ b e l u m ~ o p t i m u m ~ g k a n ~ ~
padausiayangsamadanposhrrnyawmral.~tnlsngpuia~~
laki cendemg Wih baik daripda pereqmn

1.

Garn, Stanfqr M In: Optimd nutritional amsessment in n u t r i t i d and grmvth.
New Yark: PlPress, 1979. pp 275-298.

2. G i i Rosalind S. Principles of mctn'tional assemnent. New Yak Wad Univ.
Press., 1990.4,155-161
3. Tamra,JU;etaLAssesPmentof~letalmabarityadpedidiondsdaftheje;ht
(TW2 Method). 2 nd Ed. San Diego: Academy Press, 1990.
4. BiQrlg Sosio Ekommetdk Gizi dan Statistik Pedomar rh@mcvrm pnpkuran
antropometri a h penenturn Reodaan gizi. Puslithang Gizi, 1980.
5. Johnstme, Francis E.'Ihc relationship of certain growth vnriabies to audogical
andskeletal age. Human Biol. 1957(28):17-27
6. Krismmrachaj KAVR and Leda Iyengar. Eflect of ntatrrrnrl nrrfmttriii an on
bone density ofneonates. A m J . Clin Nutr. 1975(28):482.986.
7. -Il;
d al. Sibling dmtlmities in number of ossl~cutio~
centrrs of thc hawd
and wrist in a malrrounshed population. Human Biol.1978(50):73-81
8. BoFaustina and G. RanEflect o/ the level ond type of dietary
protein on bone integrity at mfurity. Nutrition Reports International. 1985 (3 1):
1291-13001985
9. Acheson, RM.and CW Dupertois. The relationship between physique and rate of
skeletal maturation in boys. Human Biol. 1957(29):167-193
lo. Jones, PRM. and RFA Dean.Effect of kwashiorkor on the development of the
bones of hands. J . Trap. P a . 1954 (Stpt):5148

a

n