FAKTOR RISIKO TERJADINYA KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DI KABUPATEN BALANGAN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

FAKTOR FUSIKO TERJADINYA KECACINGAN YADA ANAK SEKOLAI-I 111
KABUPATEN BALANGAN PROPlNSl KALIMANTAN SELATAN
Nita Raliayu
Loka Litbang P2B2 Tanah Buinbu

.:

Abstrnct. Worm diseczse is .still above 111enatiotlul /urge1 to be trchieved 0~32010 /he/[ i.c.

109%. This is clue anlong other beh~iviorsrelclteel to the habits of .schoolchildrc~r~.
7;)
menurzaikcrnkun prevcrleiice uf ~ ~ o r n zits , is necessar?; ant1 ul~propriuleirirc/rr,etrtiom~.s
irr
ccordunce with the conditiotis qf the Lrren. This rcsetrrch is to stud}) the hehtrvior 01'
schoolchild re^^ on the incidence of worn1 infestation. A cross .sc:'cfiot~trld~>,c.i~qtr.
771c)
population is children grade 1-6 e1ementur;v school SDN High C,'lifp' District. Surrrl~lc~.~
were st{ccessful& interviewed childreti UMLJ return the pot bused or? thc c~~lcz~lcrtiori
ji)rn~ula,stool scmzple collected (1 total of 91 samnples. Stn've): c!f'paru.silolo o f ' rhc. 91
chil~~11'c.n
~ l h ocollect the pot e.1-crement .found 25 chiltlrrn (27%) 11o.siti~'~~

u'ortlr
inf>.stution.Floor of the hou.se thut purlially / wholly m~tdcjqf'.voil hus 3 tiriles tho t.i,\k of
1 1 t j ~ ( )c!f:floor.ir~g
c
qfficted worm m a 2.973, 95% (.'I 1. I31 to 7.818]. Hou.ses ~ ~ i ttllr
that is not made qf .soil will reduce the risk of lvorm infection by 67% to o~.c21r/bun the
~ ~ ~ u r ~ ihozrse,from
fblu'
the grozrnd,floor, so thut haasprotected the groun~lfloori,\ tlot goirrg
li7elnzinthiu.siLs0.34 lolver conyured to that nrucle from the grountl.floor. ,jloot. of'tlrc~1 1 0 1 1 \ 0
thut purti~il!\i '1 ~ c h o l bnracle c?f .soil i.s the most u'omir7unt ,filctor ,fi,v the. cxl,o.ver/ ~t.ol-nr
inf;'.sluliorl

-

-

Keyword: ri,sk,fi~ctor,
behavior, occzrrrerice worm ir!fcction, school c~liildre~~


PENDAWULUAN
Diperkirakan lebih dari dua millar
orang terinfeksi cacing diseluruh dunia dan
300 juta diantaranya menderita infeksi
berat dengan 150 ribu kematian terjadi
setiap tahun akibat infeksi cacing usus
STH. Infeksi terbanyak disebabkan oleh A.
Iz~nzhricoides sebesar 1.2 milyar, T. tricehizrra sebesar 795 juta dan cacing IV.
umericanus dan A. duodenale sebanyak
740 juta (Suriptiastuti, 2006). ( I '
Transinisi A. lumhricoides dan T.
trichiurci dapat terjadi secara langsung,
dengan tertelannya larva infektif yang
inelekat di jari tangan pada waktu anak
menghisap jari atau tidak inencuci tangan
sebelum makan. Ini sering terjadi terutama
pada anak-anak yang sering bermain dan
koiitak dengan tanah yang tercemar dengan

telur matang. Secara tidak langsung

transmisi juga dapat tcrjadi bila tinja
lnanusia mengandung telur infektif
terdapat ditanah, melekat pada badanlkaki
lalat daii kecoa yang keinudian seraiigga
tersebut niencemari makanan yang tidal\
tertutup (Helmy,2000).

'*'

Upaya penaiiggulangai~kecacingan
belum menunj ukkan hasil y ang inaksiinal.
dapat dilikat disebagian besar proviusi di
Indonesia angka prevalensi peiiyakit
cacing saat ini masih di atas target nasional
yang ingin dicapai pada tahuii 3010 yaitu
0,05 berarti hnsil
perhitungan statistik tidak bermakna.
Penelitian ini mendapatkan ijin dari
Halitbangda Propinsi Kalimantan Selatan


Bul. Penelit. Kesehat.'Suplemen,2010: 12 - 17

dan mendapat persetujuan etik penelitian
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Badan Litbangkes.

HASIL
Survei Parasitologi
Sampel penelitian adalah anak-anak
SDN Tebing Tinggi (kelas 1 - 6) yang mengembalikan pot tinjanya dan bersedia di
wawancarai untuk mengetahui perilaku
anak sekolah terhadap kejadian kecacingan, dapat dilihat pada Gambar 1:
Dari 91 anak didapatkan 25 anak
positif kecacingan (27%), spesies yang
dominan adalah cacing gelang (A. lumbricoides). Dari spesies yang ditemukan
antara lain hookworm, I: trichiura dan A.
lumbricoides yang disebabkan karena
kontak dengan tanah (soil-transmittedhelminthes), sedangkan E. vermicularis
merupakan kelompok nematoda non STH,
infeksi umum yang memang banyak

menyerang dikalangan anak karena cara
penularannya yang sangat cepat dan
mudah (bisa melalui inhalasi, pakaian,
sprei, oral, dll).
Anak berusia 6 - 9 tahun dengan
jenis kelamin perempuan mempunyai
risiko terkena kecacingan di bandingkan

anak yang berusia 10 - 13 tahun dengan
jenis kelamin laki-laki sebesar 0,8 kali.
Perilaku Anak yang
- bermain di tanah,
memasukkan jari ke mulut dan menggigit
kuku mempunyai risiko terkena kecacingan sebesar 0,7 - 1 kali. Sedangkan
rumah dengan lantai yang terbuat dari
tanah mempunyai risiko terkena kecacingan sebesar 3 kali di bandingkan
rumah dengan lantai bukan terbuat dari
tanah T. trichiura prevalensinya tinggi
pada keadaan sosial ekonomi yang rendah.
Cacing ini menginfeksi segala umur dan

semua jenis kelamin. cara penularannya
melalui makananlminuman yang tercemar
telur infektif, dengan faktor risiko yang
sama pula.
Biasanya ascariasis menyebar pada
keadaan lingkungan yang jelek, banyak
lalat yang berperan sebagai vector, tidak
memperhatikan kebersihan makananlminuman. Berrnain ditanah, tidak cuci tangan
sebelum makan, Rumah dengan jenis
lantai yang bukan terbuat dari tanah akan
menurunkan risiko 67% untuk terjadi kecacingan dibandingkan rumah yang berjenis lantai dari tanah, jadi yang memiliki
lantai bukan tanah terproteksi 0,34 lebih
rendah terjadi kecacingan di bandingkan
lantai yang terbuat dari tanah.

Gambar 1 Persentase Kecacingan di SDN Tebing Tinggi

Faktor Risiko Terjadinya Kecacingan . . . ......(Nita)

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Perilaku Anak

Sekolah
No.
1.

2.

3.

4.

5.

Karakteristik
Umur
6 - 9 Tahun
10 - 13 Tahun
Jumlah

Jumlah


Persentase (%)

Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
Bermain di tanah
Ya
Tidak
Jumlah
Memasukkan jari ke
mulut
Ya
Tidak
Jumlah
Menggigit Kuku
Ya
Tidak
Jumlah


Karakteristik Responden (I iubungaii
aspek sosial deiiiografi dengaii kejadian kecacingan)

PEMBAHASAN

a.

Pada hasus di SDN Tebing tiiiggi,
infeksi terbanyak adalah A. 1uvlzhricoide.s
atau cacing gelang. Cacing ini bersifat kosmopolit, terutalna ditemukan pada daerah
panas dan lembab. Daerah penyebarannya
saina dengaii BAB di sembarang teinpat,
bal~kanpada daerah - daerah tertentu yaiig
memanfkatkan
tinja sebagai pupuk
tailamail merupakan faktor risiko ascuriu.sis. Gizi yang jelek pang harus dilakukan adalah nielakukan pengobatan pada
suinber infeksi, selain memperbaiki lingkungan, mengurangi populasi lalat/kecoa,
n~ei~.jaga kebersilian makanlminuman.
pemakaiaii jamban keluarga, anak-anak
dilarang bermain di tanah, menggunting

kuku secara teratur, sel-ta membiasakan
mencuci tangan sebeluin inakaii.

lIasil uji analisis statistik antara
aspek sosial demografi (uniur, jenis
kelamin dan perilaku anak sekolali) dengan
kejadian kecacingan di SDN 'I'ebing
Tinggi Kec. 'l'ebing 'l'iiiggi Kab. Halangan
Propinsi Kalimantan Selatan berdasarkan
kategori umur terhadap kejadian kecacingan menunjukkan hubungan P-0.68 8
mendukuiig penelitian Yared Merid el. trl
( 5 ) melaporkan bahua kejadian kecacingan
lebih sering pada anak-anak karciia niempunyai kontak yang era1 dengan suniber
infeksi dan anak-anak digambarkan lebih
rentan dari pada orang delvasa.
Anak yang her-jenis kelamin
pereinpuan incmpunyai risiko tcrinfeksi
kecacingan, di baiidiiigkan laki-laki.

Bul. Penelit. Kesehat, Suplemen, 2010: 12 - 17


Tabel 2. Beberapa Karakteristik Demografi dan Perilaku Anak Sekolah Terhadap Kejadian
Kecacingan
I

Variabel

Hasil Pemeriksaan
Positif
%
negatif

%

95% CI

P

1,131-7.818

0.027

RR

Jenis kelamin :
laki-lahi
Perempuan
Hermain di tanah
Tidak
Positif
Memasukkan jari ke tnulut
Tidak
Positif
Menggigit I \ L I ~ U
Tidah
Positif
Jenis lantai Ru~nah
Tidak terbuat dr tanah
Terbuat dari tanah

18 19,8
8 8,s

28
37

30,8
40,7

2,97

Tabel 3. Model Akhir Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Jenis Lantai Rumah dengan
Kejadian Kecacingan
1

Variabels

Hasil Pemeriksaan
Positif
%
negatif

%

RR
suaian

95% CI

P

Jenis Lantai Rumah :
Bukan terbuat dari tanah
Terbuat dari tanah

18
8

19,s
8,s

28
37

30,s
40,7

Referens
3,lO

1,158-8.284

0,924

Jenis kelamin :
laki-laki
Pere~npuan

9
17

9,9
65.4

34
31

37,4
47,7

Referens
0.45

0,172-1.207

0.114

Faktor Risiko Ter.jadinya Kecacingan . . . . . . . . . (Nira)

Seperti Ilalnya penelitian oleh Abdul
Rahnlan dalam Sri Alemina Ginting
melaporkan bahwa tidak adanya liubungan
bernlakna antara jenis kelamin dengan
infcksi cacing usus. Studi yang dilakukan
oleh Norhaqati, ( " 1 pada anak orang asli di
Malaysia dipcroleh bahwa tidak ada
liubungan bermakna antara jenis kela~nin
dan infeksi cacing. Hal ini mengindikasikan tidak ada perbedaan perilaku pada
anak laki-laki dan perempuan
Rerdasarkan hasil observasi lantai
runiah yang sebagian/seluruhnya terbuat
dari tanah mempunyai risiko terkena kecacingan sebesar 3 kali lebih besar dibandingkan dengan lantai rumah qang
tidak terbuat dari tauah.
I'erilaku bennain ditanah dengan
kejadian kecacingan P=0,892 hasil ini didukung oleh I'enelitian Peter J. Hotes
(2003) ( 7 ) yang mengatakan bahwa perilaku mempengaruhi terjadinq a infeksi
cacingan yaitu ditularkan lewat tanah.
.lenis lantai rumah terbuat dari tanah atau
sebagian
tanah
mempunyai
risiko
cacingan.

KESIMPULAN
Rumah dengan jenis lantai yang
bukan terbuat dari tanah akan menurunkan
risiko 67% untuk terjadi kecacingan
dibanclingkan rumah pang berjenis lantai
dari tanah. jadi yang memiliki lantai bukan
tanah terproteksi 0,34 lebih rendah terjadi
kecacingan di bandingkan lantai yang
terbuat dari tanah. Anak yang tinggal di
rumah yang lantainya terbuat dari tanah
memiliki kemungkinan 3 kali lipat imtuk
menderita kecacingan di bandingkan anak

yang tinggal di rumah jang lantain~a
bukan terbuat dari tanah.
UCAPAN TERIMA KASlH

Kepada Jajaran Piinpinan Badan
Penelitian dan Pengenlbangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan KI yang tclah
memberikan kesempatan dan Lepercaqaan
untuk melakukan penelitian ini.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Kalimantan
Selatan, Kepala
Ilinas
Kesehatan Kota Ralangan. Pimpinan
Puskesmas Tebing Tinggi dan seniuti pihak
yang terlibat dalam penelitian ini.
Kepala Sekolah SIIN I ebing
Tinggi, para pengajar dan niurid-niurid
SDN, yang telah inembantu dsn berpartisipasi dalam penelitian ini.
DAFTAH KIJ,JIIKAN
1 . Suriptiastuti. Inf'eksi soil tranmitted Iielriiintli :

ascariaiss. trichuriasis dan cacing tambang.
Hagiari I'arasitologi FK Ijnivcrsitas 'l'risaLti.
[Jniversa Medicina. 2006: 25( 2) April-Jt~ni :
84-93

2. Helrni. D. Penyakit cacing di unlt perniuh~riian
transinigrasi propinsi bengkulu pada anah
sekolah dasar, Media Litbang Kesehatan.
2000.X ( 2 ) .
3. Departemen Kesehatan KI. Pedoman umum
program nasional peniberantasan cacingan dl
era desentralisasi. Subdit Diare clan Penlahit
Pencernaan, Direktorat Jendral PPM&PL..
Jaharta: 2004

4. Departemen Kesehatan RI. laporan ha5il s i ~ r ~ e i
morbiditas kecac~ngan di tahun 3005. subdit
diare dan pen) akit pencemaan
I1irektor-t
Jendral I'PM&PI,. Jakarta: 2005