Ade Priangani 2014 (DAYA SAING INVESTASI DAN PERDAGANGAN KEPULAUAN RIAU SEBAGAI GARDA TERDEPAN PERBATASAN INDONESIA-SINGAPURA)

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265 DAYA SAING INVESTASI DAN PERDAGANGAN KEPULAUAN RIAU SEBAGAI GARDA TERDEPAN PERBATASAN INDONESIA-SINGAPURA Oleh Ade Priangani

  Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung Abstrak Istilah daya saing (competitiveness), meskipun setidaknya telah “diawali” oleh konsep keunggulan komparatif (comparative advantage) Ricardo sejak abad 18, kini mendapat perhatian yang semakin besar terutama tiga dekade belakangan ini. Daya saing, satu dari sekian jargon yang sangat populer, tetapi tetap tak sederhana untuk dipahami. Seperti diungkapkan oleh Garelli (2003), konsep yang multidimensi ini sangat memungkinkan beragam definisi dan pengukuran. Tidaklah mengejutkan jika perkembangan pandangan dan diskusi tentang daya saing tak luput dari kritik dan perdebatan yang juga terus berlangsung hingga kini.

  

Kata Kunci: Daya saing, investasi, perdagangan, Kepulauan Riau.

Pendahuluan

  Dalam literatur, istilah “daya saing” (competitiveness) mempunyai interpretasi/tafsiran beragam. Tak satupun yang penulis klaim sebagai “definisi baku” yang diterima semua pihak. Tentang ini, barangkali benar yang disampaikan Michael Porter: “There is no accepted definition of

  competitiveness. Whichever definition of competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no generally accepted theory to explain it . . .. “ (Porter, 1990). “Competitiveness remains a concept that is not well understood, despite widespread acceptance of its importance . . . .

  “(Porter, 1990).

  Perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa perumusan paradigma untuk pengembangan daya saing itu harus memperhatikan faktor-faktor: kompetisi, intervensi minimal dari pemerintah (negara), penemuan ide-ide asli (genuine idea), dan perhitungan secara cermat dampak globalisasi terhadap kehidupan sosial-politik satu bangsa. Dari keempat faktor ini, globalisasi merupakan faktor predator.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Maksudnya rumusan atau pemahaman terhadap ketiga faktor yang lain sangat ditentukan oleh pemahanian kita mengenai "apa itu globalisasi"

  Konsep daya saing, dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan makhluk hidup untuk dapat tumbuh (berkembang) secara normal di antara makhluk hidup lainnya sebagai pesaing dalam satu habitat (dalam satu bidang usaha dsb); sedangkan menurut Riswanda Imawan dalam Jurnal Politika, Vol. 6, No.1, Juli 2002, berkaitan dengan aktivitas perekonomian dan hal itupun biasanya dipahami dalam kerangka pikir ekonomik. Konsep ini pada dasarnya menjelaskan upaya peningkatan bargaining

  position

  dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan kita berhadapan dengan posisi dan tujuan pihak lain. (Riswanda, 2002: 79-80)

  Dalam ekonomi, menurut Farrel, M.J. dalam Journal of the

  Royal Statistic Society, Series A,

  CXX, Part 3, 253-290, dikatakan bahwa daya saing pada tingkat mikro (perusahaan – firm level) sering diartikan sebagai : satu, Kemampuan suatu perusahaan menguasai, meningkatkan dan mempertahankan suatu posisi pasar; dua, Kemampuan suatu perusahaan mengatasi perubahan dan persaingan pasar dalam memperbesar dan mempertahankan keuntungannya (profitabilitas), pangsa pasar, dan/atau ukuran bisnisnya (skala usahanya); dan tiga, Kapasitas menjual produk secara menguntungkan (Cockburn, et al., 1998).

  Dalam pandangan Porter (1990), Konsep keunggulan kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan perbedaan- perbedaan dengan lainnya.

  Selanjutnya Porter menyatakan bahwa pusat perhatian perusahaan untuk memelihara dan menciptakan keunggulan kompetitif adalah mencapai kinerja yang besar, sedangkan yag dimaksudkan kinerja yang baik adalah yang memenuhi kondisi berikut : satu, Tujuan yang jelas dan pemenuhan kebijaksanaan fungsi manajemen seperti produksi dan pemasaran selalu secara kolektif

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  memperlihatkan posisi yang kuat di pasar; dua, Tujuan dan kebijaksanaan tersebut tumbuh berdasarkan kekuatan serta diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan eksternal; tiga, Harus memenuhi eksploitasi dan kompetisi khusus (distentive competency) sebagai faktor pendorong (drives factors) untuk menjalankan sebuah perusahaan serta dapat dilakukan dinamis.

  Kompetitif dalam hal ini adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan cara membedakan dirinya dengan para pesaingnya. Di samping itu, Porter melihat bahwa salah satu faktor yang paling penting untuk menghadapi persaingan global adalah kemampuan kompetitif yang dimiliki suatu negara. Jika suatu negara mempunyai keunggulan dalam hal faktor biaya atau mutu faktor yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, maka negara itu akan menjadi tempat produksi dan ekspor akan mengalir ke negara lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk mencapai keunggulan kompetitif diperlukan 3

  (tiga) strategi: (1) strategi keunggulan biaya; (2) strategi diferensiasi, dan (3) strategi fokus.

  Dalam era globalisasi ekonomi, keunggulan kompetitif menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena dalam era seperti ini tidak cukup hanya mengandalkan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu negara, sebab dalam konteks daya saing komoditas yang akan diperdagangkan memiliki keunggulan komparatif dari segi kelimpahan faktor, tetapi belum tentu kompetitif. Oleh karena itu Thurow (1996) mengungkapkan bahwa suatu saat konsep keunggulan komparatif itu akan bergeser memperhitungkan teknologi sebagai unsur dinamis, oleh karena penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mampu menghasilkan peralatan canggih untuk menggeser sebagian besar tenaga kerja manusia, sehingga ratio modal/tenaga kerja bukan lagi menjadi variabel-variabel penting, walaupun tenaga kerja tetap dibutuhkan namun peranannya menjadi sangat kurang dalam proses produksi.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  competitive advantage

  faktor sumber daya menjadi lebih penting.

  (yang ada di negara tersebut) kompetitif. Daya saing suatu negara ditentukan oleh

  advantage (CA) jika perusahaan

  Menurut Porter, suatu negara memperoleh keunggulan daya saing / competitive

  dibentuk oleh 3 unsur utama, yaitu persyaratan dasar, penopang efisiensi, faktor inovasi dan kecanggihan.

  World Economic Forum (WEF)

  Indeks daya saing menurut

  resource based strategy diamana

  adalah suatu usaha yang lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain termasuk kemampuan penyesuaian teknologi hardware (mesin produksi). Untuk memelihara keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustainable

  Gunawan (1998) selanjutnya mengemukakan bahwa

  strategy) di dalam melakukan

  Berkaitan dengan daya saing suatu komoditas, pola perdagangan sekarang ini tidak serta merta melihat pendekatan pasar sebagai dasar untuk melakukan strategi (market based

  Di masa depan tuntutan teknologi merupakan karakteristik dalam proses pengembangan ekspor dengan mengambil dasar pemikiran dan asumsi-asumsi yang dibangun oleh teori klasik, oleh karena teori-teori klasik tidak melihat pentingnya pengaruh proses teknologi terhadap pola perdagangan dunia. Pada akhirnya dikatakan bahwa keunggulan kompetitif akan lebih menentukan daya suatu negara atau suatu komoditas daripada keunggulan komparatifnya. Paltts dan Gregory (1991) mengungkapkan bahwa faktor pemilihan tergantung pada keunggulan suatu komoditi yang dihasilkan oleh perusahaan atau industri tergantung pada permintaan konsumen terhadap produk cukup signifikan mendorong perusahaan untuk lebih kompetitif.

  Dalam konteks lainnya, Tambunan (1996) mengemukakan bahwa daya saing suatu komoditas di pasar internasional juga ditentukan oleh teknologinya.

  merupakan tugas yang harus direalisasikan.

  competitive advantage) adalah

  perdagangan internasional, tetapi juga didasarkan pada pentingnya pendekatan yang disebut dengan

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  kemampuan industri melakukan inovasi dan meningkatkan kemampuannya. Perusahaan memperoleh (CA) karena tekanan dan tantangan. Perusahaan menerima manfaat dari adanya persaingan di pasar domestik, supplier domestik yang agresif, serta pasar lokal yang memiliki permintaan tinggi. Perbedaaan dalam nilai-nilai nasional, budaya, struktur ekonomi, institusi, dan sejarah semuanya memberi kontribusi pada keberhasilan dalam persaingan. Perusahaan menjadi kompetitif melalui inovasi yang dapat meliputi peningkatan teknis proses produksi atau kualitas produk. Selanjutnya Porter mengajukan Diamond Model (DM) yang terdiri dari empat determinan (factor-faktor yang menentukan)

  National Competitive Advantage

  (NCA). Empat atribut ini adalah:

  factor conditions, demand conditions, related and supporting industries, dan firm strategy, structure, and rivalry. (Cho dan

  Moon, 2003)

  Factor conditions mengacu

  pada input yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti tenaga kerja, sumber daya alam, modal dan infrastruktur. Argumen

  Porter, kunci utama faktor produksi adalah “diciptakan” bukan diperoleh dari warisan. Lebih jauh, kelangkaan sumber daya (factor

  disadvantage) seringkali

  membantu negara menjadi kompetitif. Terlalu banyak (sumber daya) memiliki kemungkinan disia- siakan, ketika langka dapat mendorong inovasi.

  Demand conditions,

  mengacu pada tersedianya pasar domestik yang siap berperan menjadi elemen penting dalam menghasilkan daya saing. Pasar seperti ini ditandai dengan kemampuan untuk menjual produk-produk superior, hal ini didorong oleh adanya permintaan barang-dan jasa berkualitas serta adanya kedekatana hubungan antara perusahan dan pelanggan.

  Related and Supporting Industries, mengacu pada

  tersedianya serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri pendukung dan perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat positif yang berujung pada penngkatan daya saing perusahaan. Porter mengembangkan model dari faktor kondisi semacam ini dengan industrial clusters atau

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  agglomeration, yang memberi manfaat adanya potential

  technology knowledge spillover,

  kedekatan dengan dengan konsumer sehingga semakin meningkatkan market power.

  Firm strategy, Structure and Rivalry, mengacu pada strategi

  dan struktur yang ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas persaingan pada industri tertentu. Faktor Strategi dapat terdiri dari setidaknya dua aspek: pasar modal dan pilihan karir individu. Pasar modal domestik mempengaruhi strategi perusahaan, sementara individu seringkali membuat keputusan karir berdasarkan peluan dan

  prestise. Suatu negara akan

  memiliki daya saing pada suatu industri di mana personel kuncinya dianggap prestisius. Struktur mengikuti strategi. Struktur dibangun guna menjalankan strategi. Intensitas persaingan (rivalry) yang tinggi mendorong inovasi. (Cho dan Moon, 2003)

  Porter juga menambahkan faktor lain: peran pemerintah dan

  chance, yang dikatakan memiliki

  peran penting dalam menciptakan NCA. Peran dimaksud, bukan sebagai pemain di industri, namun melalui kewenangan yang dimiliki memberikan fasilitasi, katalis, dan tantanan bagi industri. Pemerintah menganjurkan dan mendorong industri agar mencapai level daya saing tertentu. Hal-hal tersebut dapat dilakukan pemerintah melalui kebijakan insentif berupa subsidi, perpajakan, pendidikan, fokus pada penciptaan dan penguatan factor conditions, serta menegakkan standar industri.

  Poin utama dari DM, Porter mengemukakan model penciptaan daya saing yang self-reinforcing, di mana persaingan domestik men- stimulasi tumbuhnya industri dan secara bersamaan membentuk konsumen yang maju (sophisticated) yang selalu menghendaki peningkatan dan inovasi. Lebih jauh DM juga mempromosikan industrial cluster. Kontribusi Porter menjelaskan hubungan antara firm-industry-

  country, serta bagaimana

  hubungan ini dapat mendukung negara dan sebaliknya.

  Faktor dalam menentukan daya saing menurut IMD World Competitiveness Yearbook terbagi menjadi 4 kategori yaitu, kinerja ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, infrastruktur.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Setiap kategori memiliki beberapa kriteria. IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) memeringkat dan menganalisis kemampuan suatu negara dalam menciptakan dan menjaga lingkungan di mana perusahaan dapat bersaing. Persaingan akan membawa suatu negara lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain.

  Kinerja ekonomi terdiri dari 77 kriteria mengenai evaluasi makro ekonomi domestik. Kriteria kinerja ekonomi meliputi ekonomi domestik, perdagangan internasional, investasi internasional, pengangguran dan harga.

  Efisiensi pemerintah terdiri dari 72 kriteria mengenai kebijakan pemerintah yang mempengaruhi iklim kompetitif. Kriteria efisiensi pemerintah meliputi keuangan publik, kebijakan fiskal, kerangka kerja institusi, peraturan bisnis, dan kerangka kerja sosial.

  Efisiensi bisnis terdiri dari 68 kriteria yang mempengaruhi kinerja perusahaan dalam inovasi, keuntungan dan tanggung jawab. Kriteria efisiensi bisnis meliputi produktivitas dan efisiensi, pasar tenaga kerja, pembiayaan, perilaku dan praktik manajemen.

  Faktor infrastruktur terdiri dari 95 kriteria yang berhubungan dengan segala kebutuhan dasar untuk bisnis, teknologi, ilmiah, dan sumber daya manusia. Faktor infrastruktur meliputi infrastruktur dasar, infrastruktur teknologi, infrastruktur ilmiah, kesehatan, lingkungan dan pendidikan.

  Menurut asisten Deputi Urusan Koordinasi Ekonomi dan Pembiayaan Regional Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Huda Bahweres, ada empat hal yang dapat dilakukan dalam peningkatan daya saing. Pertama, perbaikan kemudahan berusaha.

  Kedua, memperbaiki tata kelola

  ekonomi seperti akses lahan, infrastruktur, kualitas peraturan daerah, dibiaya transaksi dan keamanan. Ketiga, identifikasi dan reformasi peraturan yang tumpang tindih. Dan, Keempat, penyederhanaan perizinan terutama terkait dengan kemudahan berusaha. (Padang Ekspres, 29 September 2011)

  Parameter daya saing menurut pandangan Dong-Sung Cho dan Hwy-Chang Moon, 2003, terdiri dari sumberdaya alam;

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265 Porter, Evolusi Teori Daya Saing”

  lingkungan bisnis; industri terkait

  Salemba Empat. Jakarta. Dengan perbaikan

  dan pendukung; permintaan domestik (keseluruhannya Jika diperbandingkan termasuk dalam faktor fisik); secara internasional, kemampuan pekerja; politisi dan birokrat; antar negara sangat berbeda wirausahawan; manajer dan dalam dayasaingnya. Hal ini insinyur profesional dimungkinkan karena sejarah

  (keseluruhannya termasuk dalam perkembangannyapun memiliki faktor manusia); peluang peristiwa. awal yang berbeda. Kaitannya

  Kalau kita bandingkan dengan siklus hidup daya saing model Diamond dari Porter dan maka Indonesia perlu Model Sembilan Faktor dari Dong- mempertimbangkan beberapa Sung Cho dan Hwy-Chang Moon aspek yang menonjol atas faktor didapat sebagai berikut: fisik dan faktor manusia. Seorang

  Perbandingan Model Diamond dan Model Sembilan

  marketer perlu mempertimbangkan

  Faktor Diamond Sembilan Model Model Faktor strateginya dengan melihat keunggulan dan faktor yang

1. Kondisi 1.

  Faktor Sumberda

  berpengaruh atas situasi

  2. Strategi ya yang Faktor Perusaha dianugrah fisik

  persaingan tersebut. Negara

  an, kan struktur,

  2. Faktor

  seperti Indonesia, faktor manusia

  dan Lingkungan Internal persainga Bisnis n

  3. Industri yang sangat menonjol adalah

  3. Industri terkait dan terkait dan pendukung Faktor

  politisi dan birokrat. Politisi dan

  pendukun

  4. Manusi g Permintaan a

  birokrat perlu dimobilisasi untuk

  4. Kondisi Domestik Faktor permintaan Ekstern

  mendukung pengembangan

  al 5. Pemerintah

  5. Pekerja dayasaing ekspor. Dengan begitu,

  6. Politisi dan Birokrat

  kemauan politis untuk membangun 7.

  Wirausah national competitiveness sangat

  6. Peluang awan

  8. Manajer

  kuat, seperti halnya negara Korea

  dan Insinyur

  pada 10 tahun lalu atau Thailand

  yang profesiona l di masa kini.

  9. Peluang,

  Sehingga menurut Ryan

  peristiwa Sumber

  : Dong-Sung Cho and Hwy-

  Kiryanto (Kepala Ekonom BNI), Chang Moon, 2003. Terjemahan .

  “From Adam Smith to Michael

  untuk jangka menengah dan

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  panjang, Indonesia tidak bisa lagi bertumpu pada faktor keunggulan pasar, namun juga harus memperbaiki faktor-faktor lainnya yang selama ini dinilai masih menjadi kelemahan agar peringkat daya saingnya melonjak setidaknya setara dengan sesama negara-negara di kawasan ASEAN. (Infobank news.com, 11 Juni 2013)

  Pembahasan

  Dalam melakukan analisis daya saing, penulis mengacu pada parameter daya saing menurut pandangan Dong-Sung Cho dan Hwy-Chang Moon, 2003, terdiri dari sumberdaya alam; lingkungan bisnis; industri terkait dan pendukung; permintaan domestik (keseluruhannya termasuk dalam faktor fisik); pekerja; politisi dan birokrat; wirausahawan; manajer dan insinyur profesional (keseluruhannya termasuk dalam faktor manusia); peluang peristiwa.

  Sumber Daya Alam

  Kepulauan Riau memiliki berbagai macam sumber daya alam meliputi: bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan lain-lain. Peranan sektor pertanian merupakan sektor kontribusi 5,32% terhadap PDRB 2005, Sektor tersebut belum berkembang maksimal karena luas lahan lebih kecil dibandingkan luas perairan. Di luar itu, tanah merah di kepulauan ini pun hanya bisa ditanamin jenis tanaman tertentu yang memerlukan penelitian dan pengembangan khusus untuk meningkatkan produksinya.

  Luas lahan sawah di provinsi ini mencapai 1.792 ha sedangkan lahan bukan sawah terdiri atas lahan kering dan lahan lainnya mencapai 694.924 ha dan 74.607 ha, Luas lahan hortikultura mencapai 42.728 ha. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 130 ha, lahan sawah irigasi sederhana mencapai 104 ha, sementara lahan sawah dengan irigasi desa mencapai luas 309 ha dan lahan sawah tadah hujan seluas 1.249 ha. Luas lahan panen seluruh kabupaten di Kepulauan Riau mencapai 94 ha clan dapat memproduksi padi sebanyak 249 ton dengan rata-rata produksi 5,20 ton/ha.

  Hasil palawija adalah jagung dengan luas lahan panen 585 ha dan produksi 1.267 ton; ubi

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  kayu dengan luas lahan panen 708 ha dan produksi 4,927 ton; ubi jalar 1.159 ton; dan kacang tanah dengan lahan panen 124 ha dan produksi 179 ton.

  Produksi sayur-mayur hasil produksi 723 ton, kacang panjang dengan hasil produksi 1.295 ton, bayam dengan hasil produksi 26.715 ton dan kangkung dengan hasil produksi 842 ton.

  Dari sektor perkebunan, komoditas yang, berpotensi di provinsi kepulauan Riau adalah cengkeh dengan luas lahan 14.716 ha perkebunan kelapa seluas 39.491 ha, perkebunan karet seluas 34.891 ha, perkebunan lada seluas 449 ha, perkebunan sagu seluas 3.949 ha, dan perkebunan gambir seluas 996 ha.

  Sektor peternakan dibedakan menjadi tiga jenis kelompok, masing-masing ternak berternak lele dan unggas. Pada kelompok ternak, kambing adalah ternak dengan populasi terbanyak hingga 18.166 ekor, diikuti 9.976 ekor sapi dan 422.655 ekor babi. Populasi unggas terdiri atas 585.226 ekor ayam buras, 347.800 ekor ayam petelur, 452.510 ekor ayam pedaging 21.634 ekor itik 26.270 ekor puyuh.

  Selain perikanan tangkap, pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya sangat cocok di provinsi ini. Di Kabupaten Bintan, Karimun dan Natuna terdapat budidaya ikan yang bernilai ekonomis seperti ikan kerapu, napoleon dan kakap. Potensi budidaya ikan air tawar dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Natuna. Pada 2006, Total produksi perikanan tangkap mencapai 217.094,91 ton dan produksi ikan budidaya 3.475,70 ton.

  Wilayah Kepulauan Riau memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena sebagian dan kabupaten memiliki potensi hasil tambang seperti bauksit dan timah, sementara di bawah laut terdapat minyak dan gas. Cadangan minyak bumi mencapai 298,81 million meter barrel oil (MMBO), sementara cadangan gas alam sebanyak 55,3 triliun square cubic feet (TSCF) terdapat di Kabupaten Natuna. Timah dengan jumlah cadangan, mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Bauksit dengan total cadangan

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  15.880,000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjong Pinang. Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.

  Sementara pasir darat dengan total cadangan mencapai 39.826.400 ton terdapat di Putau Karimun dan Pulau Bintan.

  Kepulauan Riau memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir dan kuarsa.

  Lingkungan Bisnis

  Iklim menjalankan bisnis di Indonesia semakin membaik, dilihat dari daftar Doing Business Report 2013 yang dilansir oleh

  International Finance Corporation

  (IFC), berada di peringkat 128 dari 185 negara. Posisi Indonesia dalam daftar tersebut diapit oleh Ethiopia dan Bangladesh.

  Perbaikan iklim menjalankan bisnis di Indonesia disebabkan oleh semakin mudahnya proses mendapatkan sambungan listrik untuk bisnis. Disamping itu, Kepulauan Riau, khususnya Pulau Batam adalah daerah yang strategis dengan letak geografis yang berada dekat Singapura dan Malaysia, merupakan daerah yang cukup baik untuk berinvestasi. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung sepenuhnya kebutuhan usaha seperti pelabuhan bingkar muat berstandar international, ketersediaan kawasan industrial baik elektronik, perkapalan, pipa dan lainnya. Didukung dengan Free Trade Zone area menjadikan Batam sebagai lokasi yang strategis sehingga pengembangan usaha di Batam mampu menawarkan iklim investasi yang berbeda dengan daerah lainnya.

  Dari data yang dikeluarkan Otorita Batam (OB) diperoleh gambaran jumlah realisasi investasi asing di kawasan bebas Batam terus membaik. Pada 2011 untuk penanaman

  Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan pada 2011 nilai investasi Singapura mencapai US$ 5,1 miliar. Pada tahun 2012 nilai investasi Singapura di Indonesia

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  mengalami penurunan menjadi sekitar US$ 4,9 miliar. Sedangkan pada semester I tahun 2013 sekitar US$ 1,9 miliar.

  Masa depan Batam masih tergantung situasi Singapura, sebab . 71,4% investasi di Batam adalah dari Singapura. Minat investor Singapura sangat besar atas Provinsi ini karena alasan tenaga kerja, teknologi dasar, sumberdaya alam dan ketersediaan lahan (Heng, 2006).

  Singapura juga merupakan mitra dagang terbesar dan warganya merupakan wisatawan mancanegara terbanyak ke Kepri. (Media Indonesia.com, 6 Oktober 2012). Meski trend investasi menggembirakan, neraca perdagangan Kepulauan Riau (Batam/Bintan) masih terlihat sangat kecil dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya, namun Singapura tetap menjadi negara tujuan ekspor dan impor terbesar Provinsi Kepulauan Riau. Singapura menjadi negara tujuan utama Kepri karena secara geografis berdekatan. Dari struktur ekspor, Singapura mendominasi hingga 63,06 persen dari total ekspor Kepri rata-rata US$ 6,82 miliar setiap tahun. Sedangkan struktur impor Kepri untuk

  Singapura sebesar 62,32 persen dari total impor rata-rata US$ 19,7 miliar per tahun.

  Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan ekspor Kepri 10,95 persen tiap tahun. Sementara laju impor Kepri terus meningkat sejak pemerintah menetapkan Kawasan Perdagangan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun. Jika sebelum FTZ, pada 2006-2007 impor lebih rendah dibanding ekspor yaitu sebesar US$ 1,97 miliar dan US$ 6,49 miliar, maka setelah FTZ tahun 2008 berlaku, impor meningkat tajam menjadi US$ 12,17 miliar dibanding ekspor US$ 7,47 miliar. Tahun 2008 terjadi defisit neraca perdagangan US$ 4,7 miliar. (AntaraNews, 22 Januari 2011)

  Ekspor Batam tahun 2008 mencapai US$ 6,49 miliar. Lima komoditas utamanya ekspor yakni mesin/peralatan listrik, mesin- mesin/pesawat mekanik, produk besi dan baja, kapal laut dan perangkat optik. Sementara impor tahun 2008 US$ 10.061 juta. Komoditas impor utama impor yakni mesin/peralatan listrik, bahan bakar mineral, mesin

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  pesawat mekanik, produk besi dan baja, serta besi dan baja.

  Industri pengolahan di Batam umumnya industri substitusi impor yang tergantung pada bahan baku impor cukup besar jumlahnya. Industri ini merupakan model yang paling kompetetitif dilihat dari biaya produksi tiap negara. Terkait teori lokasi Industri, saat ini Indonesia bersaing dengan China, Vietnam dan India. Seperti yang diungkapkan Paul Krugman (2008), peraih Nobel Ekonomi 2008, dalam bukunya Ekonomi

  Internasional: Teori dan kebijakan,

  tentang pola perdagangan dan lokasi aktivitas ekonomi. Selain itu, sebagian besar hasil produksi Batam juga dikirim ke daerah lain di Indonesia, baik bahan setengah jadi maupun produk akhir. Ini tentu menguntungkan Batam sebagai basis produksi, namun Batam perlu juga hati-hati terkait "pintu masuk" impor nasional yang masih terlihat juga barang illegal.

  Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau tahun 2009 mencapai US$ 8.268,81 juta.

  Ekspor ke Singapura selama tahun 2009 mencapai US$ 4.773,24 juta dengan konstribusi 57,73 persen.

  Sedangkan nilai impor Provinsi Kepulauan Riau mencapai US$ 9,16 miliar. Negara pemasok barang impor Provinsi Kepulauan Riau Desember 2009 terbesar ditempati oleh Singapura dengan nilai US$ 415,73 juta dengan pangsa 53,56 persen.

  Industri Terkait dan Pendukung

  Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Dengan letak yang geografis yakni berbatasan dengan Singapura dan Malaysia serta terletak di Selat Melaka yang merupakan jalur pelayaran sibuk di dunia, menjadikan Batam mempunyai nilai jual lebih serta tenaga kerja yang cukup dengan jumlah perusahaan mencapai ribuan perusahaan.

  Keberadaan industri di Batam di letakan pada suatu kawasan industri yang dibagi kepada tingkat industri itu sendiri. Adapun macam industri di Batam khususnya Industri ringan yang meliputi industri manufacturing, industri elektronika, industri garment, industri plastik dan lainnya.

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265

  Industri terkait dan mendukung industri berbasis pendukung di Kepulauan Riau teknologi di kawasan pelabuhan sudah cukup memadai hal ini dan perdagangan bebas (FTZ). ditandai dengan adanya kawasan- Saat ini pembangunan "Batam kawasan industri ringan dan berat Techno Park" digunakan untuk yang telah berdiri di Batam dan memfasilitasi industri teknologi dan sekitarnya. Diantaranya Kawasan juga memfasilitasi startup UKM Industri ringan sebagai berikut: yang berbasiskan IT.

  Kawasan Industri Ringan

  Disamping itu, kawasan

  Batam Industri Batamindo, menjadi Batamind Bintan Citra Indah

  kawasan industri terbaik di luar

  o g Buana Industri Invesment Industr Centre al Park

  pulau Jawa. Dari 74 kawasan

  Cakrawala ial Park Park III

  I

  industri di Indonesia yang lolos

  Batamind Bintang Citra Kara o Industri Buana Industria

  seleksi, Batamindo sukses

  Invesment al Park Industria l Park

  Cakrawala

  II l I

  memborong tiga penghargaan

1 Batu Cammo Executiv Latrade

  sekaligus pada Penganugerahan

  Ampar Industri e Industri

  Industrial al Park Industria

  Kawasan Industri yang digelar oleh

  Park l Park Batu Citra Hijrah

  Kementerian Perindustrian pada

  Merah Buana Industria Industrial Centre l Park

  24 Oktober 2013. Gelar pertama

  Complex Park II Sumber:

  yang direbut Batamindo yakni sebagai kawasan industri terbaik di

  Disamping kawasan industri ringan,

  Luar Pulau Jawa. Lalu kedua

  di Batam telah berdiri kawasan industri berat di daerah berikut:

  sebagai kawasan industri terbaik

  Kawasan Industri Berat Batam

  ke-3 se Indonesia dan ketiga

  1 Kabil Industrial Park

  sebagai kawasan industri yang

  2 Seafront Industrial City

  3

  memiliki pengelola lingkungan

  Sekupang Makmur Abadi

  terbaik peringkat ke-2 seluruh

  Sumber Indonesia.

  Dalam upaya

  Permintaan Domestik

  pengembangan kawasan industri, Permintaan Domestik

  Badan Pengusahaan (BP) Batam Kepulauan Riau pada hakekatnya mulai fokus mengembangkan sejalan dengan permintaan

  "Batam Techno Park" untuk domestik Indonesia secara

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  nasional. Permintaan Domestik Kepulauan Riau dinilai oleh Dana Moneter Internasional (IMF) tumbuh kuat dan berkelanjutan.

  Indonesia memiliki posisi yang kuat di tengah situasi global yang tidak menentu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6 persen pada tahun 2012 dan 6,3 persen pada tahun 2013. Meskipun demikian, IMF menilai pertumbuhan Indonesia membutuhkan reformasi lebih lanjut.

  IMF mencatat langkah reformasi kebijakan dan struktur makro ekonomi selama lebih dari satu dekade terakhir telah membuat Indonesia memiliki posisi yang kuat di tengah krisis global. Keseimbangan sektor keuangan dan korporasi Indonesia cukup sehat. Turunnya utang memberikan kelonggaran bagi pemerintah untuk lebih leluasa mengeluarkan stimulus.

  IMF memprediksi permintaan domestik Indonesia yang kuat akan mendorong tumbuhnya kredit dan mengakibatkan inflasi di angka 5 persen pada akhir tahun 2013. IMF memperkirakan transaksi berjalan Indonesia akan menyentuh level defisit tahun 2013 akibat pelemahan permintaan global.

  Dalam jangka menengah, defisit masih akan terjadi akibat tingginya impor barang modal yang dibiayai oleh investasi asing langsung. Defisit terjadi bukan karena pelemahan fundamental ekonomi Indonesia, tapi lebih karena upaya pemerintah mendorong peningkatan investasi asing langsung.

  Pekerja/Tenaga Kerja

  Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam pembangunan nasional, regional dan sektoral. Provinsi Kepulauan Riau memiliki letak geografis yang strategis berbatasan langsung dengan 5 (lima) negara tetangga, memiliki keunggulan investasi internasional dan menjadi lokomotif perekonomian nasional di bidang industri dan perdagangan.

  Sampai saat ini masalah ketenagakerjaan masih cukup kompleks, seperti besarnya jumlah penganggur seiring jumlah angkatan kerja yang kian meningkat. Sumber Sakernas Agustus 2012 jumlah penganggur terbuka di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 46.798 orang atau

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  5,37 persen dan jumlah angkatan kerja 871.365 orang.

  Selain itu kualitas tenaga kerja yang masih rendah serta informasi pasar kerja yang relatif masih terbatas, permasalahan menyangkut pengupahan pekerja yang masih rendah baik yang diakibatkan produktivitas pekerja yang masih rendah maupun akibat penerapan upah yang diterapkan oleh perusahaan.

  Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah besarnya pengangguran terbuka, jumlah setengah penganggur yang sangat besar, serta masalah lain seperti rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja, sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor lainnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu maka diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Kepulauan Riau.

  Politisi dan Birokrat

  Politik blok birokrasi atau (bahasa Inggris: building blocks) dalam administrasi publik adalah menyangkut umumnya dilakukan oleh para politisi hasil dari sebuah pemilu dan para birokrat dalam kriteria normatif kebijakan untuk mengalokasikan tugas pembuat kebijakan oleh politisi non birokrat dalam pendelegasian dan menunjukkan bidang kerja birokrasi yang bersinambung bahwa keduanya umumnya dapat berbeda secara umum disebut jabatan karier dan non karier dalam bentuk dan tatanan yang mengandung struktur dan kultur, struktur yang mengetengahkan sebuah susunan dari suatu tatanan dan kultur yang mengandung nilai (values), sistem kebiasaan yang dilakukan oleh para pelakunya yang dapat mencerminkan perilaku dari sumberdaya manusianya.

  Hubungan antara pejabat politik (political leadership) dan birokrasi yang akan menjadikan suatu hubungan yang konstan (bersinambung) antara fungsi kontrol dan dominasi dalam hubungan seperti ini maka akan senantiasa timbul persoalan, siapa

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  mengontrol siapa dan siapa pula yang menguasi, memimpin dan mendominasi siapa, persoalan ini sebenarnya merupakan persoalan klasik sebagai perwujudan dikotomi politik dan administrasi kemudian timbul dua pertanyaan yakni apakah birokrasi sebagai subordinasi dari politik (executive

  ascendancy) atau birokrasi sejajar

  dengan politik (bureaucratic sublation).

  Gangguan politikus terhadap birokrasi kerap terjadi di semua daerah, termasuk Kepulauan Riau. Sedangkan birokrasinya sendiri masih menjadi hambatan bagi investor untuk mengembangkan investasinya di Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau. Reformasi birokrasi yang sudah terus- menerus diupayakan dan digulirkan oleh pemerintah, tidak serta-merta bisa memenuhi harapan para pengusaha. Birokrasi masih saja dianggap rumit dan berbelit-belit.

  Pemerintah pun berupaya memberikan kenyamanan dan pelayanan kepada investor. Tidak hanya dengan menjaga kondisi keamanan wilayah, tetapi terus- menerus berupaya menciptakan dan menjaga iklim berinvestasi dalam bentuk kelancaran birokrasi.

  Sebagai salah satu realisasi konkret dari upaya itu, Sejak bulan Juli 2013, dari pemerintah pusat melalui BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) telah dilakukan perbaikan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal. Perbaikan itu melalui Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 5 Tahun 2013, terkait Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal, yang merevisi Peraturan Kepala BKPM sebelumnya, yaitu Perka BKPM Nomor 12 Tahun 2009.

  Hal itu dilakukan dalam rangka penyerderhanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal. Sebagai panduan pelaksanaan pelayanan penanaman modal terkait prosedur pengajuan dan persyaratan permohonan perizinan dan non perizinan di instansi penyelenggaraan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) di bidang Penanaman Modal, para pelaku dan usaha, serta masyarakat umum lainnya.

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal tersebut bertujuan untuk mewujudkan kesamaan dan keseragaman prosedur pengajuan dan persyaratan tata cara Perizinan dan Non perizinan Penanaman Modal di Instansi penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal di seluruh Indonesia. Di samping itu akan memberikan informasi kepastian waktu penyelesaian permohonan Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal dan akhirnya diharapkan dapat tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, akurat, transparan, dan akuntabel. Yang, tentu saja sesuai dengan kewenangan masing- masing kabupaten/kota maupun provinsi sendiri.

  Kemajuan berarti dari Perka BKPM No 5 Tahun 2013 itu, yaitu, untuk memulai usaha, investor sudah tidak perlu lagi melakukan pendaftaran penanaman modal.

  Tetapi, investor bisa langsung mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Prinsip Penanaman Modal.

  Maka, sesuai kewenangannya, pemerintah provinsi hanya akan mengeluarkan izin sesuai urusan dan kewenangan yang menjadi kewenangan provinsi. Akan tetapi khusus kewenangan perizinan di kawasan bebas Batam Bintan Karimun diatur tersendiri, yaitu para pengusaha dapat mengajukan permohonan perizinan ke Badan Pengusahaan Batam Bintan Karimun.

  Khusus untuk wilayah Kepri, maka urusan Pemerintah di Bidang Penanaman Modal yang diberikan pelimpahan wewenang kepada Gubernur dan urusan- urusan pemerintah Provinsi yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan untuk wilayah Natuna Anambas Lingga (NAL) dan Tanjungpinang masih dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD), dan pada akhir tahun 2013 akan dikeluarkan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Provinsi Kepri. Perda PTSP-nya sendiri sedang dalam proses penyelesaian pada triwulan

  IV ini.

  Adapun jenis-jenis layanan Perizinan dan Non-perizinan dimaksud terdiri dari:

  ISSN 0853-

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  2265

  1. Layanaan Perizinan usaha tertentu dan/atau di Penanaman Modal: Izin daerah-daerah tertentu; Prinsip Penanaman Modal; Angka Pengenal Importir Izin Usaha untuk berbagai Produsen (APIP) Angka sektor usaha; Izin Prinsip Pengenal Importir Umum Perluasan Penanaman (API-U); Rencana Modal; Izin Usaha Penggunaan Tenaga Kerja Perluasan untuk berbagai Asing (RPTKA); sektor usaha; Izin Prinsip Rekomendasi Visa untuk Perubahan Penanaman Bekerja (TA.01); Izin Modal; Izin Usaha Memperkerjakan Tenaga Perubahan untuk berbagai Asing (IMTA). sektor usaha; Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Proses perizinan dan Penanaman Modal; Izin legalitas usaha di Provinsi Kepri, Usaha Penggabungan bisa dikatakan unik karena daerah Perusahaan Penanaman ini memiliki karakter yang berbeda Modal untuk berbagai dengan wilayah lain di Indonesia. sektor usaha; Izin Provinsi Kepri memiliki, Kawasan Pembukaan Kantor Perdagangan Bebas dan Cabang; Izin Kantor Pelabuhan Bebas (Free Trade Perwakilan Perusahaan Zone/FTZ). Masing-masing Asing (KPPA) dan, Surat wilayah ini sudah mengantongi Izin Usaha Perwakilan ketentuan-ketentuan dalam Perusahaan Perdagangan prosedur legalitas usaha.

  Asing (SIUP3A). Semuanya telah diatur dalam

  2. Layanan Nonperizinan: undang-undang, sehingga Fasilitas bea masuk atas diharapkan tidak terjadi tumpang import mesin; Fasilitas bea tindih produk hukum, yang masuk atas import barang akhirnya dapat membingungkan dan bahan; Usulan fasilitas bagi investor.

  Pajak Penghasilan (PPh) Untuk itu, Pemerintah Badan untuk Penanam Provinsi Kepri telah membuat Modal di bidang- bidang ranperda tentang perubahan atas

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  Perda No 5 tahun 2011, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, dan lembaga lain Provinsi Kepri.

  Tujuan pembuatan Ranperda tersebut adalah untuk merumuskan upaya peningkatan pelayanan publik, khususnya pelayanan perizinan terpadu satu pintu bidang penanaman modal dan non penanaman modal, dengan pembentukan organisasi perangkat daerah yang sesuai dengan kaidah pembentukan organisasi perangkat daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Wirausahawan

  Berkembangnya kewira usahaan di Kepulauan Riau saat ini, adalah salah satu keuntungan dari letak strategisnya. Dimana Kepri bertetangga dengan 2 negara, yaitu Singapura dan Malaysia. Sehingga, perdagangan ekspor impor menjadi mata pencaharian hampir seluruh masyarakat di Kepri, khususnya kota Batam.

  Kewirausahaan di Kepulauan Riau diawali dengan adanya industrial park di berbagai pulau, salah satunya adalah Pulau Batam yang dahulunya menjadi tempat penyimpanan minyak. Di Kepulauan Riau salah satu tempat perdagangan bebas tepatnya di Batam, banyak investor yang membuka perusahaan di Batam karena mudahnya mengimpor bahan-bahan baku yang di butuhkan mereka.

  Untuk meningkatkan animo masyarakat menjadi wiusahawan, Kadin Kota Batam menyediakan uang bantuan wirausaha bagi mahasiswa di Batam sebesar Rp160 juta dalam program pembinaan kewirausahaan mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki usaha cukup mengirimkan proposal ke Kadin Batam. Usaha yang dijalankan bisa sendiri atau kelompok. Dan nantinya akan diberikan bimbingan dalam usaha yang akan dilaksanakan.

  Manajer dan Insinyur Profesional

  SDM merupakan faktor utama dan strategis bagi tercapainya keberhasilan pembangunan suatu bangsa. SDM

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan, baik di bidang ekonomi maupun di bidang sosial dan budaya. SDM yang berdaya saing tinggi merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan di era globalisasi yang diwarnai dengan semakin ketatnya persaingan serta tiadanya batas antar negara (borderless nation) dalam interaksi hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk memenangkan dan menangkap peluang yang ada, pengembangan SDM harus ditekankan pada penguasaan kompetensi yang fokus pada suatu bidang tertentu yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan daya saing di tingkat nasional maupun internasional.

  SDM yang berkualitas akan mendorong terciptanya produktivitas yang tinggi yang akan menjadi modal dasar bagi keberhasilan pembangunan perekonomian secara nasional. Selain itu, dalam menjawab berbagai tantangan dan peluang ke depan, dibutuhkan pula SDM yang berjiwa wirausaha, yang dapat memanfaatkan keunggulan sumber daya (comparative

  advantage) menjadi keunggulan

  daya saing (competitive

  advantage) dengan proses

  transformasi nilai tambah (added

  value) dan tranformasi teknologi

  sebagai acuan. Dengan tumbuhnya masyarakat yang berjiwa wirausaha diharapkan akan mampu menjadi modal dasar dalam membangun perekonomian nasional untuk mensejahterakan kehidupan bangsa dan pada akhirnya akan memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam mewujudkan SDM seperti yang dicita-citakan tersebut diperlukan kerja keras untuk menghadapi berbagai kendala dan tantangan yang berat.

  Peluang Peristiwa

  Peristiwa yang sedang berlangsung di kepulauan Riau yang diyakini akan memberikan kontribusi pada peningkatan daya saing adalah FTZ. Sejak diterbitkan UU 44/2007 Tentang Perubahan atas UU 36/2000 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU 1/2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, era

  ISSN 0853- 2265

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)

  baru dalam pengelolaan pertumbuhan ekonomi makin bebas dan terbuka. implementasi UU ini melalui PP 46/2007, PP 47/2007, dan PP 48/2007 sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun.

  Berbagai insentif di kawasan bebas ini diharapkan menjadi magnet bagi investor. Aglomerasi ekonomi menjadikan Batam sebagai salah satu yang termasuk kawasan bebas (free trade zone). Letaknya yang 15 km dari Singapura menjadikan Batam kawasan andalan Indonesia, sebagai kawasan industri maupun lalu lintas perdagangan internasional.

  Otonomi daerah juga menentukan keberhasilan pembangunan di Kepulauan Riau terutama di wilayah Batam, Bintan, dan Karimun (BBK). Dengan FTZ, peluang daerah dalam pengembangan industri dengan investasi terbuka luas. Keuntungan BBK dari segi geografis (geographical advantage) meningkatkan volume distribusi barang dan jasa dan economies of scale dan akhirnya penciptaan lapangan kejra baru yang menjadi ekspektasi masyarakat. Kini, FTZ

  BBK belum signifikan mendorong kinerja ekonomi Kepri karena masih belum optimalnya peran FTZ BBK. Secara teori, FTZ akan menjadikan Kepri sebagai pusat pertumbuhan regional ke pasar internasional seperti Singapura- Malaysia dan Thailand.

  Optimalisasi peran FTZ perlu terus didorong agar cita-cita sebagai pusat poertumbuhan ekonomi regional menjadi kenyataan. Untuk lebih mengotimalkan peran FTZ BBK, kebijakan lanjutan adalah:

  Pertama adalah mengembangkan