MAKALAH HAM TRISAKTI. docx (1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini
merupakan pengetahuan tentang KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA ,
semua ini dirangkum dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan
lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan
masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini.
Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang

KASUS

PELANGGARAN HAM DI INDONESIA Akhirnya, kami penyusun mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi
lebih sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk
membagikannya kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Cikaum, Juni 2015
Ai Maibillah

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya
tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya

pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa
memunculkan

pelanggaran

HAM

seorang

individu

terhadap

individu

lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam
bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun
didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih
optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga

sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul
“Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Indonesia”,untuk memberikan informasi
tentang apa itu pelanggaran HAM.
1.2

RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi Manusia” , maka
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1.3

1.

Apa pengertian pelanggaran HAM ?

2.

Apa saja macam-macam pelanggaran HAM?

3.


Apa contoh pelanggaran HAM di Indonesia?

4.

Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM?

TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di
Indonesia yaitu:
1.

Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.

2.

Untuk mengetahui macam-macam pelanggaran HAM.

3.


Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia.

4.

Upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.
1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

PENGERTIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan,
atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan
yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

2.2

MACAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1.

Pembunuhan masal (genosida)

Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan
(UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM).

2

2.

Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa
serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti
pengusiran penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan
dll.

Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

2.3

1.


Pemukulan

2.

Penganiayaan

3.

Pencemaran nama baik

4.

Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

5.

Menghilangkan nyawa orang lain

CONTOH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Tragedi Trisakti Sulut Api Reformasi 1998
Tujuh belas tahun yang lalu, enam mahasiswa Universitas Trisakti tewas
tertembus peluru polisi. Mereka menjadi martir saat melakukan aksi demonstrasi
menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden, pada 12 Mei 1998 silam.
Kematian pejuang pro demokrasi itu, dengan cepat menyebar dan membakar
amarah rakyat. Peristiwa itu terjadi saat ribuan mahasiswa menggelar longmarch
dari kampus Trisakti di Grogol, menuju Gedung DPR/MPR di Slipi Jakarta.
Namun, baru sampai depan kampus, mereka sudah dihadang ratusan polisi
bersenjata lengkap dengan posisi siap menembak. Meski dihadapkan dengan
moncong sejata, pemuda-pemudi pemberani ini tak gentar. Mereka tetap
melangsungkan aksi demonstrasi dengan menggelar mimbar bebas di jalan
selama berjam-jam. Polisi yang kesal kemudian menyuruh mahasiswa masuk,
sambil mengancam akan menembak jika mereka tak mendengar.
Mahasiswa pun setuju untuk kembali ke dalam kampus dengan damai.
Namun, saat akan masuk ke dalam kampus, mereka mendapat provokasi hingga
berujung pada bentrokan fisik. Suasana berubah menjadi chaos, dan terdengar
suara rentetan tembakan ke arah massa pro demokrasi itu.
Enam orang dinyatakan tewas dalam peristiwa penembakan itu. Sementara
16 orang mahasiswa lainnya, termasuk pelajar, dan masyarakat yang ikut dalam


3

aksi mengalami luka parah. Mereka dipukuli, diinjak, dan menjadi korban
penembakan brutal polisi.
Para mahasiswa yang tewas tertembak dalam tragedi Trisakti adalah Elang
Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi
96), Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin 95), Hendriawan
(Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen 96), Vero (Fakultas Ekonomi 96), dan
Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil 95).
Selain mahasiswa, Samsul Bahri, siswa STM juga tewas. Dia terkena peluru
tajam pada bagian perutnya hingga terburai, dan langsung dilarikan ke rumah
sakit untuk operasi. Sayang, nyawa pelajar pemberani ini tak tertolong.
Pada saat yang sama, di kampus Atmajaya, massa mahasiswa yang
tergabung dalam Forum Kota (Forkot) tengah melakukan aksi mimbar bebas di
dalam kampus. Saat mendengar rekannya tewas tertembus timah panas, mereka
berencana bergabung dengan mahasiswa Trisakti. Namun, baru sampai depan
kampus, mereka dihadang polisi.
Pasca peristiwa itu, amuk massa terjadi dimana-mana, hingga 15 Mei 1998.
Ribuan gedung, toko, dan rumah dihancurkan. Bahkan ada yang dibakar oleh
massa. Sasaran kemarahan massa saat itu dialihkan kepada etnis China. Tidak

hanya menjarah, massa juga membunuh, dan memperkosa para wanita keturunan
etnis minoritas itu.
Situasi

benar-benar

tidak

terkendali.

Mahasiswa

ada

yang

coba

menenangkan, namun gagal. Sedang aparat kepolisian, dan tentara yang berjagajaga di lokasi saat itu, hanya menonton dari kejauhan. Alhasil, ribuan orang
menjadi korban. Ada yang tewas dalam bentrok, hilang diculik, hingga
terpanggang api saat melakukan penjarahan.
Berdasarkan data Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), pelaku kerusuhan
pada 13-15 Mei 1998 dibagi menjadi dua golongan. Terdiri dari massa pasif
(massa pendatang) yang karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif, dan
kedua kelompok provokator.
Para provokator ini, umumnya bukan dari wilayah setempat. Secara fisik,
mereka tampak terlatih, dan sebagian memakai seragam sekolah seadanya (tidak
lengkap). Bahkan mereka tidak ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi
setelah gedung atau barang terbakar. Belum diketahui siapa provokator ini.

4

Mereka juga membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk keperluan
merusak dan membakar, seperti jenis logam pendongkel, bahan bakar cair,
kendaraan, bom molotov, dan sebagainya.
Kelompok inilah yang menggerakkan massa dengan memancing keributan,
memberikan tanda-tanda tertentu pada sasaran, melakukan perusakan awal,
pembakaran, dan mendorong aksi penjarahan. Kelompok ini datang dari luar, dan
bukan penduduk setempat. Jumlah mereka hanya belasan, tetapi sangat terlatih.
Kelompok ini mempunyai kemampuan ahli dan terbiasa menggunakan alat
untuk kekerasan. Mereka juga memiliki mobilitas yang tinggi dan kerja yang
sistematis. Dalam aksinya, mereka kerap menggunakan sarana transportasi,
seperti motor, mobil/Jeep, dan alat komunikasi (HT/HP).
Pada umumnya, kelompok ini sulit dikenali walaupun di beberapa kasus
dilakukan oleh kelompok dari organisasi pemuda (contoh di Medan, ditemukan
keterlibatan langsung Pemuda Pancasila). TGPF juga menemukan fakta adanya
keterlibatan anggota aparat keamanan dalam kerusuhan di Jakarta, Medan, dan
Solo.
Dalam kesimpulannya, TGPF menyatakan, kerusuhan Mei bersifat saling
terkait antar-lokasi, dengan model yang mirip provokator. Skala kerusuhan ini
sangat besar dan terdapat keseragaman waktu. Lebih jauh, kerusuhan terjadi
secara berurutan, dan sistematis.
Tim

juga

menemukan,

dugaan

adanya

faktor

kesengajaan

yang

mengandung unsur penumpangan situasi. Dimana para provokator diduga sengaja
menciptakan kerusuhan, sebagai bagian dari pertarungan politik di tingkat elite.
Kesimpulan itu merupakan penegasan bahwa terdapat keterlibatan banyak
pihak, mulai dari preman lokal, organisasi politik dan massa, hingga adanya
keterlibatan sejumlah anggota dan unsur di dalam ABRI yang ada di luar kendali
dalam kerusuhan itu.
2.4

UPAYAH PENYESLESAIAN DALAM PELANGGARAN HAM
Penyelesaian kasus trisakti nasibnya kurang lebih sama dengan reformasi,
yaitu mati suri. Bertahun-tahun sudah kasus trisakti terjadi, tapi para pelaku tidak
pernah terungkap dengan terang benderang, sehingga mereka tak pernah dibawa
ke meja hijau.

5

Padahal Komnas HAM menengarai adanya pelanggaran HAM berat pada
penangan demonstrasi mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Salah satu indikasi
sulitnya membongkar kasus ini adalah keterlibatan orang-orang penting
(berkuasa) pada saat itu atau bahkan sampai saat ini sehingga ada banyak
kepentingan yang menghalang-halangi penuntasa kasus ini.
Tahun demi tahun terus bergulir. Pemerintah (presiden) pun telah beberapa
kali berganti, namun penyelesaian kasus trisakti tidak tahu rimbanya. Komnas
HAM menyatakan bahwa mereka telah menyerahkan laporan penyalidikan kasus
itu sejak 6 Januari 2005 kepada Kejaksaan Agung. Namun sampai saat ini tidak
ada tindak lanjut yang jelas yang dapat diketahui masyarakat terutama keluarga
korban.
Untuk itu diperlukan keseriusan, kejujuran, dan kebranian berbagai pihak
untuk menuntaskan kasus ini. Presiden serta menkopolhukam dan kementrian
hukum dan HAM yang ada dibawahnya harus bertindak. DPR memberikan
pengawasan dan meningkatkan pemerintah, Kejaksaan Agung harus mengambil
langkah strtegis. Demikian juga keberadaan Komnas HAM dan pihak lainnya
untuk sama-sama mencari solusi penyelesaiann kasus ini. Tanpa itu semua,
sepertinya kita masih harus menunngu bagaimana akhir dari tragedy Trisakti.
Namun ada beberapa cara lagi yang menurut saya bisa dilakukan untuk
mengatasi kasus pelanggaran HAM pada kasus Trisakti ini.


Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan
seksama apa yang terjadi saat itu, siapa yang menembaki mahasiswa itu dan
mengapa

mereka

menuntaskannya

harus
agar

ditembaki.

Komnas

kepercayaan

bangsa

HAM

harus

Indonesia

segera
terhadap

pemerintahnya tidak hilang akibat janji-janji kosong mengenai tindakan
lanjut dari tragedi di Trisakti.


Kedua, tidak hanya Komnas HAM, pemerintah pun harus mendukung
penyelesaian kasus ini, yaitu dengan mendukung Komnas HAM dalam
investigasi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam investigasi. Parapejabat tinggi militer pun harus mendisiplinkan
mereka yang saat itu bertugas “menjaga ketertiban massa”, karena ternyata
mereka membunuh empat mahasiswa dengan peluru bermesiu, bukan

6

peluru karet. Dan suatu hal yang tidak biasa menertibkan massa dengan
peluru karet.


Saat penyelidikan usai, giliran lembaga yudikatif kita untuk mengadili
dengan adil tiap mereka yang bertanggung jawab akan aksi kekerasan dan
penembakan yang terjadi. Jangan sampai keputusan yang diambil tidak
sebanding denagn perbuatan mereka.



Bila ternyata Komnas HAM dan pemerintah ternyata tidak sanggup
melakukan penegakan HAM di Indonesia, masyarakat kita harus meminta
lembaga yang lebih tinggi lagi, yaitu PBB, untuk mengambil alih kasus ini
sebelum kasus ini kadaluarsa dan ditutup sehingga mengecewakan
masyarakat Indonesia.



Yang terakhir yang dapat saya uraikan agar menjadi suatu cara untuk
mengatasi terulangnya kejadian ini adalah pembenahan akan jiwa
pemerintah agar menghargai hak-hak asasi dari warga Indonesia, melalui
mengusahakn secara maksimal agar hak mereka untuk hidup dijunjung
tinggi, begitu pula hak asasi lain seperti hak mereka untuk memperoleh
penghidupan yang layak, perekonomian yang baik, kebebasab individu
diakui sesuai nilai Pancasila yangberkembang dalam masyarakat. Maka
pemerintah Indonesia harus memperbaiki hidup bangsa ini.

7

BAB III
PENUTUP

3.1

KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara
akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

3.2

SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita

8

DAFTAR PUSTAKA

http://nasional.sindonews.com/read/2013/05/14/15/748499/tragedi-trisakti-sulut-apireformasi-1998
http://lylanet.blogspot.com/2013/09/kasus-pelanggaran-ham.html
http://sikkabola.wordpress.com/2012/08/28/kasus-pelanggaran-ham-tragedi-trisakti/
http://www.anneahira.com/kasus-trisakti.htm

9