Ekstrakulikuler melestarikan Budaya Daerah dengan kegiatan PENCAK SILAT di Sekolah Dasar | Sasatra Pendidikan SBK PENCAK SILAT

Kegiatan EKSTRAKULIKULER Pengembangan Diri Dengan Melestarikan
BUDAYA DAERAH PENCAK SILAT dI Sekolah Dasar
Dirilis oleh .lestaripendidikan

Latar Belakang
TUJUAN yang disertai harapan-harapan luhur bagi terbentuknya sebuah pelestarian nilai-nilai budaya
nusantara sangat lah di perlukan, seperti laju perkembangan salah satu olah raga yang mengandung
banyak nilai-nilai budaya bangsa. Ditengah keaneka ragaman yang kita temui, Negara kita juga kaya akan
keaneka ragaman baik hayati adat istiadat dan juga seni budaya. Salah satu yang ada di dalamnya adalah
seni budaya pencak silat dengan berbagai keunikan di dalamnya.
Sebagai contoh Indonesia tercatat menjadi akar kebudayaan ini dan diakui memiliki sejarah ilmu beladiri
dan seni pencak yang lahir berabad-abad tahun lalu seperti Aliran Cimande, Silat Tuo, Silat Kumanggo,
Silat Minang, Cikalong, Cikaret, Serak, Bandrong, Sitembak, Sipecut, dll. Dalam hal ini pencak silatlah
tentunya yang menjadi sorotan utama jika kita akan membahas pentingnya sebuah pelestarian khususnya
dalam konteks olah raga prestasi bagi generasi muda.
Kita seharusnya patut bangga bahwasannya beladiri peninggalan nenek moyang kita pencak silat sudah
mulai tumbuh dan menyebar di bagian belahan dunia di berbagai negara tetangga seperti: Singapura,
Malaysia, jepang, Amerika, Belanda, dll, hampir di semua benua ada pencak silatnya dengan kata lain
perkembangannya sudah sekian jauh dan berkembang sepeti yang di harapkan.
Namun, lain hal fenomena yang kita hadapi di dalam negeri, dalam upaya mendukung kegiatan tersebut
di tengah generasi muda sudah semakin sempit, apalagi sulitnya memasukan sebuah kurikulum olahraga

pencak silat di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Tak ayal akibatnya bisa kita lihat, kejayaan Seni
Budaya Pencak Silat yang dimiliki oleh Indonesia sudah semakin surut dan yang mempriatinkan yalah
generasi muda sudah seakan kurang peduli terhadap asset Seni Budaya yang dimiliki oleh bangsanya
sendiri.
Ini sebuah kenyataan yang agak sulit diungkapkan karena bagai menepuk air di dulang, membuat kita
terasa mengelus dada dan menarik nafas panjang. Akan tetapi, hal ini tidak bisa terus-menerus didiamkan
tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. kita harus tidak segan untuk mengajak semua pihak yang terkait
untuk berdialog bersama dan merenung bersama mengenai manfaat dari pentingnya sebuah pelestarian.

Maka, Setiap jajaran Pencak Silat dan semua pihak yang terkait di luar itu termasuk dalam hal ini peran
sekolah atau dunia pendidikan berkenan untuk turut ambil peran masing-masing untuk saling bekerjasama
dan mendukung dan dilakukan secara terus menerus. Bahwasannya, Pecak Silat adalah bidang lain yang
seharusnya juga mendapat kesempatan memposisikan dirinya dalam penanggulangan ini, di samping
sebagai olah raga prestasi. Kini sudah saatnya sekolah memiliki pandangan lebih luas terhadap kegiatan
kesenian-olahraga di sekolah dalam mata pelajaran intra dan ekstra.
Sekolah juga seharusnya mempertimbangkan minat, bakat, hobi siswa yang sangat bervariasi dan diberi
wadah mengikuti perkembangan jaman. Hobi adalah kompetensi yang memerlukan pengembangan yang
memiliki hubungan ke arah profesi di kemudian hari. Sekolah dalam hubungan dengan kehidupan harus
dapat memberikan respon, mempertimbangkan, serta bersedia untuk turut serta memperhatikan hal ini
dalam jangka panjang ke depan dan sebelum itu perlu kiranya membahas peranan perguruan sebagai

media sebagai transfer pengetahuan dalam pembinaan prestasi olah raga-Pencak Silat di sekolah.
Paradigma Pencak Silat
Gejala umum yang tampak di sekolah pada saat Pencak Silat ini dikenalkan adalah kegiatan tersebut tidak
benar-benar melibatkan semua siswa. Hanya segelintir orang yang mau terlibat dan itu pun tampak
terpaksa. Mereka lebih tertarik untuk melirik budaya bangsa lain di banding bangsanya sendiri. Anehnya,
guru-guru pun lebih mendukung hal itu malah seakan mempersulit misi budaya dan olah raga ini untuk
masuk ke lingkungan sekolah dengan berbagai alasan yang intinya menolak, ini lah realita dan merupakan
sebuah paradigma terhadap pencak silat, yang kita hadapi di jaman globalisasi seperti sekarang.
Apakah karena kurang paham tentang Seni Budaya Pencak Silat atau apa itu silat? Apakah karena merka
memang sudah tidak perduli lagi terhadap budaya sendiri?
Ini yang patut kita bahas bersama dalam sebuah pembicaraan meja bundar di sekolah antara Perguruan
sebagai wakil dari misi pelestarian Seni Budaya Pencak Silat, pihak Sekolah (komite sekolah) dan juga
orang tua murid atau masyarakat.
Sekolah kadang-kadang terlalu cepat mengambil kebijakan yang memang di rasa kurang bijak yang di
pegaruhi oleh figure birokrasi di dalamnya. Sekolah dengan senang hati menganggap dirinya mampu
menjawab kebutuhan masyarakat. Termasuk melayani politik kekuasaan yang dipresentasikan melalui
jargon yang merasuk ke dalam sekolah. Seperti halnya memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan
masyarakat menjadi wacana yang membuat semangat bertanding yang melahirkan atletik mengangkat
prestise Sekolah.


Lambat laun, hal itu kemudian itu memasuki kebijakan pengembangan potensi bagi siswa-siswa di
sekolah dengan anggaran yang tidak sebanding dengan pengembangan kesenian. Contoh nyata,
pembangunan sarana olah raga lain yang jauh mengalahkan ketersediaan sarana berekspresi kesenianbudaya-olah raga (Pencak Silat). Bahkan terkadang lebih tragis, jika hal itu sampai juga mengalahkan
kepentingan yang paling mendasar seperti perpustakaan.
Disamping sebagai hobby, olah raga juga memiliki fungsi untuk kesehatan jiwa dan raga. Ada banyak
jenis olah raga, dari yang bersifat kelompok maupun yang individual, yang bersifat permainan atau yang
memiliki nilai seni, dari yang sangat aman hingga yang berbahaya. Pemilihan jenis olah raga tergantung
selera, karakter, dan pertimbangan kita, seperti Pencak Silat. Hal itu karena olah raga yang satu ini dirasa
dapat memberikan kebutuhan yang lebih daripada sekedar olah raga gerak badan saja.
Namun, memiliki beberapa manfaat dibandingkan dengan jenis olah raga lainnya, ditinjau dari sudut
fisik, mental, dan pengetahuan. Dari segi fisik, Pencak Silat melatih tidak saja otot-otot kita saja, tetapi
juga organ dalam, darah, kulit, tulang, dll. Di dalam Pencak Silat, aspek kekuatan tidak hanya
ditimbulkan dari kekuatan tenaga saja, tetapi juga menimbulkan kekuatan yang disebut tenaga ledakan. Di
samping power, kita juga melatih stamina / daya tahan kita.
Bila kita bicara mengenai olah raga secara umum, maka tidak bisa lepas membicarakan mengenai stamina
ini. Di dalam Pencak Silat, kita melatih berbagai macam stamina yang tidak terdapat dalam jenis olah
raga lainnya:
1. Stamina dinamis.Tidak seperti stamina statis seperti pada olah raga lainnya seperti angkat besi, pencak
melatih stamina kita untuk bergerak aktif.
2. Stamina dari seluruh tubuh.Pencak Silat melibatkan seluruh bagian tubuh kita. Kebanyakan olah raga

lain menitik beratkan pada salah satu atau beberapa bagian tubuh saja. Pelatihan termasuk kelenturan dan
koordinasi gerak serta keseimbangan disamping nilai estetikanya.
3. Stamina dari metabolisme aerobic (oxygenic) dan anaerobic.Pencak Silat merupakan olah raga yang
memiliki kombinasi metabolisme aerobic dan anaerobic. Tidak seperti dalam olah raga marathon yang
98% membutuhkan metabolisme aerobic.
4. Stamina terhadap kecepatan.Dalam peragaan serang bela dibutuhkan stamina kecepatan yang tinggi
dan percepatan / impulse yang terkendali.

5. Stamina terhadap daya tahan pukulan.Hal yang specific untuk jenis olah raga bela diri, yang mana kita
perlu juga melatih ketahanan terhadap pukulan dan bantingan.
Disamping itu, Pencak Silat juga memiliki kelebihan dalam membina jiwa / mental kita, yang
membedakannya dari jenis olah raga lainnya;
1. Menambah kepercayaan diri.
2. Disamping fisik juga melatih mental dan pikiran kita.
3. Menimbulkan kewaspadaan yang tinggi.
4. Memupuk kegesitan dan kelincahan mental.
5. Lebih menumbuhkan jiwa ksatria.
6.Mempertebal kedisiplinan dan keuletan yang lebih tinggi karena sifat latihannya yang sulit dan lama.
7.Melatih kita untuk lebih banyak berpikir disamping hanya sekedar menggunakan otot belaka.
Dari segi pengetahuan, kita juga akan lebih mengenal dan mengetahui bagian-bagian tubuh kita baik

fungsi serta kelebihan dan kelemahannya. Dalam tingkat yang lebih tinggi, kita bisa merasakan adanya
aliran energy melalui saluran energy (meridian) kita. Hal yang terakhir ini sangatlah membantu kita untuk
mempelajari tenaga dalam dan meditasi.
Disamping itu, dari segi pengetahuan kita juga lebih memahami hukum-hukum fisika mekanika yang
dapat dirasakan secara langsung dalam aplikasi jurus-jurusnya. Dan bila kita berpikir mengenai teknik,
maka juga tidak lepas dari konsep strategi, yang mana merupakan suatu konsep yang tidak terlepas dari
mempelajari kejiwaan manusia beserta tingkah lakunya. Mempelajari lebih jauh lagi, kita akan mulai
tertarik pada kefilsafatan.
Pendek kata dapat disimpulkan bahwa berlatih Pencak Silat akan memberikan jalan untuk lebih maju
setahap lagi dalam menjaga kesehatan kita. Mungkin tak terbayang memang jika sebenarnya
pengembangan olah raga prestasi pada sebuah Sekolah dapat melahirkan kebijakan menjaring atlet pada
tahun ajaran baru untuk memperkuat barisan atlet di sekolah.
Di balik itu semua, ada kecenderungan untuk meraih publikasi yang luas melalui prestasi olah raga dan
ini bisa menjadi ukuran keberhasilan sebuah sekolah. Berburu atau meminang calon atlet setiap tahun
ajaran baru dilakukan untuk membela tanah air bernama sekolah diperlukan untuk event olah raga
Porseni. Kontinuitas pembinaan olah raga prestasi di Sekolah muaranya akan melahirkan atlet pembela
nama daerah, nama bangsa dan negara. Semangat sekolah semacam ini -tidak hanya dalam bidang olah

raga -- membuat posisi kesenian ? dan pelestarian kebudayaan bangsa sekolah menjadi sebuah pertanyaan
bagi kita.

Apa itu Pencak Silat ?
Beberapa waktu lalu, seperti yang pernah di muat oleh satu wartawan Surat kabar Kompas bahwa
PENCAK silat merupakan seni bela diri produk Melayu yang keberadaannya patut untuk di lestarikan.
Ketua Persilat (Persekutuan Silat Antar Bangsa), Eddie M Nalapraya mengakui hal itu. Ditegaskan salah
satu program utama dari IPSI (Ikatan Pencak silat Seluruh Indonesia) adalah terus menerus
memasyarakatkan Pencak Silat agar tak lagi dianggap sebagai seni bela diri yang ketinggalan jaman.
Pencak Silat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka berarti, permain-an
(keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan sebagainya. Silat
diartikan sebagai olahraga (permainan) yang didasari ketangkasan menyerang dan membela diri, baik
dengan atau tanpa senjata. Bersilat adalah bermain (atau berkelahi) dengan menggunakan ketangkasan
menyerang dan mempertahankan diri. Sedangkan Pencak Silat bermakna, kepandaian bertarung dalam
pertandingan (atau perkelahian) seni bela diri khas Indonesia.
Menurut President IPSI (Ikatan Pencak Silat Indoneisa) mendefinnisikan Pencak Silat sebagai
ketrampilan dan ilmu tentang pola gerak bertenaga yang efektif, indah dan menyehatkan tubuh, yang di
jiwai budi pekerti luhur berdasar ketaqwaan kepada Tuhan YME, serta berujuan untuk membentuk
ketahanan diri dan memupuk rasa tanggung jawab sosial. Dengan demikian pencak silat bukan ilmu atau
keterampilan untuk berkelahi, melainkan suatu beladiri ?self defence? atau ?martial art?, merupakan suatu
perpaduan yang luwes antar scien dan skill dalam bahasa Indonesia disebut kan bahwa pencak silat adalah
Indonesia self defence art atau Indonesia martial art.
Dalam arti sesungguhnya, disepakati ada empat aspek yang terkandung dalam Pencak Silat. Yaitu sarana

pembinaan mental spiritual, bela diri, olahraga, dan seni yang tidak dapat di pisahkan. Seperti tercermin
dalam lambang trisula, di mana ketiga ujungnya mencerminkan unsur seni, bela diri dan olahraga,
sementara gagangnya diyakini melambangkan pembinaan mental spiritual.
Sebagai seni, Pencak Silat merupakan wujud perilaku budaya suatu kelompok, yang di dalamnya
terkandung unsur adat, tradisi, hingga filsafat. Hal itu menjadi penyebab perbedaan gerakan silat antara
suatu daerah dengan daerah lainnya di Tanah Air ini. Demikian pula dengan jenis musik yang mengiringi
gerakan-gerakan silat yang seperti tarian lemah gemulai tersebut.

Sebagai olahraga, dalam perkembangannya Pencak Silat melangkah menjadi suatu jenis 'gerak-badan',
senam atau jurus yang dapat dipertandingkan. Perkembangannya kian pesat, setelah disepakatinya suatu
aturan pertandingan olahraga pencak silat, seperti kelas peserta, luas arena, dewan pendekar, dewan
hakim, ketua pertandingan, dewan wasit dan juri, lamanya pertandingan setiap babaknya, seragam
pertandingan dan sebagainya.
Sebagai bela diri, pencak silat memang tumbuh berawal dari naluri manusia untuk melakukan pembelaan
terhadap serangan fisik yang menghampirinya. Seseorang yang menguasai Pencak Silat (pendekar)
diharapkan mampu melindungi diri dari setiap serangan, atau bahkan bisa mendahului menyerang untuk
menghindari 'kerusakan' yang lebih besar.
Seorang pendekar mampu mengembangkan daya tempurnya, sehingga dalam tempo singkat berhasil
memenangkan pertarungan. Berarti, dia harus memiliki kemampuan mengatur siasat/strategi bertempur
(bahasa Jawa, gelar), baik saat satu lawan satu, atau dikeroyok beberapa orang lawan.

Sebagai pembinaan mental spiritual atau olah batin, lebih banyak ditujukan untuk membentuk sikap dan
watak kepribadian. Faktor ajaran agama yang menyertai latihan pencak silat, biasanya berperan besar
untuk mengembangkan fungsi ini.
Sulit ditunjukkan secara eksplisit produk dari pembinaan mental spiritual tersebut, namun banyak
aktivitas lain yang dihasilkan seperti, penyembuhan spiritual, serta demonstrasi tenaga dalam, yang
merupakan wujud dari keberhasilan latihan olah batin. Disamping itu Sebagai seni budaya Bangsa yang
berlandaskan Pancasila, Pencak Silat harus berlandaskan kepercayaan terhadap ?ke-Esaan Sang Pencipta.
Secara kasat mata memang masih ada perbedaan, yakni di pencak silat didominasi gerakan mirip tarian,
sementara pada bela diri yang lain dominan dengan gerakan keras sejak awal hingga selesai. Hal itu
masih ditambah teriakan keras (di karate disebut kiai), yang di pencak silat tak begitu akrab dilakukan.
Secara ringkas ada tiga prinsip teknis olahraga Pencak Silat, yakni teknik sambut serangan, penerapan
teknik tinggi untuk meraih nilai penuh, serta selalu menggunakan kaidah-kaidah silat. Teknik dan taktik
sambut serangan, yakni tindakan saat menerima serangan lawan, dengan menangkis, menghindar,
mengelak dan kemudian membalas menyerang.
Dalam setiap gerakan Pencak Silat (sebagai olahraga), unsur-unsur seni dan bela diri tentu harus
tercermin. Sedangkan aspek pembinaan mental spiritual sudah terimplementasi di dalamnya. Misalnya,
walau tak ada peraturan tertulis, namun seorang pesilat dilarang menyerang lawan yang sedang

mengembangkan kaidah-kaidah perguruannya.
Pengembangan Intrakurikuler melalui Muatan Lokal

Sebenarnya, ada banyak hal yang menjerat sekolah bisa dikritisi sebagai lembaga yang kurang kritis
dalam pengembangan kompetensi siswa. Terutama, ketika sekolah lebih cenderung melihat satu aspek
lebih dominan daripada aspek lain termasuk di dalamnya pengembangan kesenian.
Apalagi dengan beraninya beberapa guru menyimpulkan bahwa kesenian telah dipinggirkan -sebuah
bentuk marginalisasi yang kontraproduktif pengembangan nilai lokal. Tapi, betapa bangganya sekolahsekolah telah menganggap dirinya bertanggung jawab terhadap pengembangan nilai lokal, padahal
sikapnya kurang memiliki komitmen dalam pengembangan nilai lokal dalam wujud karya estetis.
Benar, sekolah-sekolah di Bali dalam pengembangan muatan lokal memberi wadah dalam lomba
mengarang, melukis, ketrampilan lokal, dll. Mungkin hal nya serupa dengan di Bali setidaknya Pencak
Silat dapat pula di kembangkan melalui kurikulum tersebut pada system pendidikan kita.
Jika memang hal itu terlalu resmi dan muluk ? muluk bias saja sebelumnya ada semacam masa
penyeleksian terlebih dahulu sebelum pencak silat itu menapat posisi yang strategis di sekolah seperti
melalui beberapa tahap yakni;
Tahap Pra-formal; Dilakukan semacam uji coba kedalam pencak silat yang belum memenuhi standar
teknis yaitu belum dapat memiliki sumber-sumber pendidikan (misalnya guru, prasarana, sarana
pendidikan, dsb.) yang memadai untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan secara minimal.
Untuk dapat mulai dikembangkan kemampuannya, melaui satuan-satuan pendidkan ini perlu dilengkapi
fasilitas minimal ada pengenalan terlebih dahulu di lingkungan sekolah, yang mungkin saja melalui
kalangan dewasa atau jajaran para guru dapat dinaikkan tahap berikutnya, yaitu Tahap Formalitas.
Tahap Formalitas; Setelah melewati taham sebelunya di harapkan mereka sudah memiliki sumber-sumber
pendidikan yang telah melakukan pengujian agar bias memberikan gambaran pentingnya olahraga pencak

silat ini meski masih secara minimal. Dengan begitu Satuan-satuan pendidikan ini sudah mencapai
standar teknis secara minimal, seperti dalam jumlah dan kualifikasi guru yang telah mengenal Silat,
kualifikasi penyediaan sarana latihan, dan kualifikasi system yang akan di terapkan secara terpadu pada
lingkungan Sekolah.

Terhadap satuan-satuan pendidikan yang sudah mencapai standar minimal teknis ini, capacity building
dilakukan melalui peningkatan kemampuan administratur (seperti kepala Sekolah) dan pelaksana
pendidikan (seperti guru-guru, instruktur, tutor, dsb.) agar dapat melaksanakan pengelolaan pendidikan
Pencak Silat di sekolah secara efisien serta dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang kreatif dan
inovatif.
Jika pengembangan kemampuan ini sudah berhasil dilakukan, maka satuan-satuan pendidikan ini dapat
ditingkatkan tahap perkembangannya berikutnya, yaitu Tahap Transisional- dan Pengembangan.
Menciptakan Generasi Muda Yang Berprestasi
Daya pikir, kreativitas dan inovasi manusia akan terbatas manakala fisik manusia berada pada kondisi
sakit. Manusia tidak akan banyak berbuat apa-apa dan tidak akan mampu membangun apa pun tanpa
didukung kesehatan fisik yang prima. Saat ini pemerintah daerah masih melihat olah raga hanya bagian
dari aktivitas masyarakat sehari-hari yang kurang mendapat sentuhan, sedangkan rumah sakit dibangun di
sana-sini untuk mengobati yang sakit.
Padahal, mencegah lebih baik daripada mengobati. Pembinaan olah raga prestasi juga terkadang hanya
sibuk manakala menghadapi event Porda, PON saja, pembinaan yang serius tidak ditampakkan oleh

pemerintah daerah. Belum lagi, penghargaan terhadap atlet berprestasi dan sudah mengharumkan
Kabupatenpun masih terbatas dan sesaat.
Untuk mendorong terciptanya masyarakat maju dan mandiri, agar mampu menjadi subjek pembangunan
dalam kerangka otonomi daerah dan isu globalisasi, perlu terus dilakukan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Salah satu bentuk usaha peningkatan kualitas manusia tersebut bisa dilakukan
melalui pemberdayaan generasi muda dan olah raga.
Usaha pemberdayaan generasi muda, meliputi pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemuda sebagai insan pelopor penggerak pembangunan dan
sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang untuk
berperan serta dalam pembangunan.
Usaha dalam bidang pelestarian olah raga seperti Pencak Silat prestasi, meliputi pengembangan kebijakan
dan manajemen olah raga pencak silat, pembinaan dan pemasyarakatan olah raga tersebut dan
peningkatan sarana dan prasarana olah raganya.
Tujuan pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat prestasi, adalah untuk

mengembangkan dan menyelaraskan berbagai kebijakan pembangunan olah raga, serta memperkuat
kelembagaan olah raga pencak silat dan Tujuan pembinaan dan pemasyarakatan olah raga pencak silat
prestasi adalah untuk meningkatkan budaya olah raga, kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat
dan anak didik mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga tinggi.
Selain itu, untuk mendorong dan menggerakan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati
langsung hakikat dan manfaat olah raga Pencak Silat sebagai kebutuhan hidup, meningkatkan kegiatan
olah raga termasuk olah raga masyarakat dan olah raga tradisional, meningkatkan upaya pemanduan
bakat dan pembibitan olah raga Pencak Silat sejak dini usia, serta mendukung upaya pencapaian prestasi
olah raga.
Sedangkan tujuan peningkatan sarana dan prasarana olah raga Pencak Silat adalah untuk menyediakan,
mengadakan, dan membangun sarana dan prasarana olah raga pencak silat untuk mendukung kegiatan
pembinaan dan pengembangan olah raga, serta pencapaian prestasi olah raga Pencak Silat.
Penutup
Untuk bisa menjawab sebuah cita-cita yang patut di perjuangkan ini, harus di lakukan berbagai perubahan
dan perbaikan di semua pihak dengan tulus dan terbuka agar niat baik yang terkandung di balik upaya
pengembangan dan pelestarian pencak silat dapat terwujud;
1. Persepsi Kepala Sekolah
Melalui kerja sama dengan orang tua, guru dan masyarakat sekitar sekolah, kepala sekolah mengatur
keuangan untuk program pengembangan kuriklum ekstra/intra-kulikuler di sekolah. Dia membuat sistem
manajemen sekolah setransparan mungkin agar dapat memperoleh kepercayaan dari orang tua. Kemudian
kepala sekolah giat meningkatkan hubungan antara orang tua, guru dan siswa. Di dalam program
pengembangan, kepala sekolah melaksanakan program ekstrakurikuler sebanyak mungkin agar dapat
memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat.
Sebagai dari inisiatif ini, peranserta guru dan siswa dalam manajemen sekolah meningkat. Kepala sekolah
memperkenalkan gaya baru manajemen sosial untuk mengenalkan pencak silat kepada guru dan orang
tua. Ia membentuk panitia yang melibatkan semua pemegang peranan dalam proses pengembangan olah
raga dan pencak silat sekolah.
Semua panitia memiliki hubungan sejawat yang ikhlas. Koordinasi dikelola oleh salah satu wakil kepala
sekolah. Dalam beberapa kasus yang melibatkan siswa mereka berperanserta dalam panitia tersebut dan
bekerjasama dengan guru. Pembetukan perwakilan guru dilakukan untuk meningkatkan peranserta kelas.

Disamping unsur diatas Kepala Kekolah juga dapat menjalin hubungan yang baik antara Sekolah dan
perguran. Ada hal penting yang telah dapat di pelajari dari pelatihan Pencak Silat tersebut adalah: agar
tidak terjadi simpang siuran wewenang antara pihak perguruan dan sekolah terkait pelaksanaan kegiatan
tersebut, dalam hal ini perguruan di harapkan mengikuti jadwal dan peraturan atau kebijakan sesuai yang
di tentukan oleh sekolah yang tujuannya agar pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar.
2. Perubahan Yang Dibuat
a. Fasilitas/ Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah
Berbagai fasilitas sangatlah perlu untuk di adakan guna mendukung terlaksananya kegiatan, tidak hanya
Pencak Silat saja tetapi juga Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya termasuk kegiatan kepemudaan
serta untuk memperkenalkan berbagai ketrampilan kegiatan yang dapat membuka peluang dalam dunia
kerja minimal ditingkatkan untuk dapat memenuhi berbagai permintaan siswa, baik untuk akademik
maupun jalur kejuruan.
Salah satu contoh pada ekstrakulikuler Pencak Silat penyediaan sarana olah raga sangatlah mendukung
untuk dapat mencapai target yang di inginkan serta meminimalisasi kecelakaan yang mungkin timbul,
seperti adanya matras dan body protector yang di berlukan pada saat berlatih. Sebagai hasilnya, mereka
lebih antusias terhadap pekerjaan dan bekerjasama dengan guru dan orang tua siswa lebih efektif.
b. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah dapat dinilai dengan melihat berbagai perubahan positif di Sekolah, Kepala Sekolah di
harap merupakan yang paling berhasil dalam bidang manajemen perubahan. Ia mendorong guru untuk
lebih kreatif dan memberikan tanggung jawab kepada staf untuk mengontrol bersama kegiatan
ekstrakulikuler, dan merubah persepsi yang negative terhadap kegiatan ini termasuk menjaga hubungan
baik dengan perguruan. Dia mengajak semua pemegang peranan untuk berperanserta dalam membuat
keputusan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan sekolah.
c. Guru
Sikap guru di harap meningkat secara jelas dan kehadiran mereka juga meningkat. Mereka lebih
mendukung siswa dan antusias sekali dalam mengajar. Melalui dorongan Kepala Sekolah, para guru lebih
siap mendukung pelaksanakan berbagai metode pengajaran yang kreatif. Ketika hendak melakukan
pendekatan baru di dalam kelas, para guru bertanggung jawab untuk membuat usaha yang memadai agar

dapat melakukan evaluasi terhadap keefektifan kegiatan Pencak Silat yang mereka ikuti, agar para siswa
dapat terhindar dari kegiatan yang negative di luar sekolah dengan mengarahkan mereka dengan
pengetahuan dan ketrampilan beladiri yang dimiliki kearah fungsi olah raga prestasi Sekolah.
d. Siswa
Sikap siswa kelihatannya telah meningkat secara positif. Kini siswa berada di sekolah lebih lama,
walaupun sarana angkutan yang tersedia sangat terbatas dan keadaan cuaca telah membatasi waktu
mereka. Mereka memiliki kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam olahraga dan
kebudayaan bangsa sendiri. Peranserta siswa di dalam kegiatan beragamapun di harapkan meningkat
pula, dan banyak siswa perempuan yang ikut belajar untuk mengantisipasi pelaku kejahatan pada diri
mereka. Kini para siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk mengenal, mempelajari dan merubah
persepsi tentang olah raga pencak silat yang ternyata layak juga untuk di kembangkan.
e. Hubungan dengan Masyarakat
Melalui kegiatan ini yang di lakukan dengan system yang jitu, di harapkan dapat menekan angka tawuran
di lingkunag Sekolah atau kegiatan negative lainnya yang kerap merubah reputasi siswa dan selanjutnya
dapat menjaga ?good will? sekolah di mata masyarakat.
Hal lain, kegiatan ini juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Sekolah dapat terlihat
ketika seorang siswa ketinggalan uang sakunya untuk menaiki kendaraan umum maka supir membiarkan
siswa tersebut untuk membayarnya di lain waktu karena nama baik dan nilai-nilai negative yang lazim
ada pada siswa telah sedikit-sedikit terkikis. Masyarakat juga menjamin keamanan sekolah dengan
memantau siswa atau tamu-tamu yang tak dikenal.
f. Orang Tua
Peran serta orang tuapun sangat di yakini meningkat. Mereka menunjukkan kepeduliannya terhadap
progam yang telah diusulkan oleh Sekolah. Hal ini terjadi karena prestasi sekolah ini yang meningkat.
Orang tua dan para guru bertatap muka untuk membahas kembali program siswa paling sedikit sekali
pada setiap cawu untuk mengevaluasi kepositifan kegiatan ini serta sejauh mana dapat mempengaruhi
prestasi siswa didik tentunya. Sebagian besar orang tua hanya mendapatkan pendidikan yang terbatas dan
mereka menganggap bahwa pendidikan adalah persiapan untuk membina anak-anak yang di harapkan
bagi bangsa.
Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakulikuler saja mungkin tidak akan cukup untuk membantu siswa dapat
mengembangkan bakat, pengetahuan, dan keahlian yang dimilikinya. Justru peranan manajemen Sekolah

dalam mengembangkan sistem belajar mengajar akan sangat menentukan. Selain itu, peranan guru dalam
kegiatan belajar mengajar juga menjadi faktor penting dalam hal ini.
Disamping itu kebijakan peningkatan keberdayaan generasi muda dan olah raga Pencak Silat dapat juga
di laksanakan dengan tujuan;
1). Pemberdayaan potensi generasi muda dalam kewirausahaan, kepemimpinan, dan kepeloporan.
2). Pengembangan media aktivitas dan kreativitas generasi muda.
3). Peningkatan ruang partisipasi generasi muda dalam pembangunan.
4). Pemantapan ketahanan moral dan mental generasi muda.
5). Pemasyarakatan olah raga pencak silat .
6). Peningkatan prestasi olah raga pencak silat.
7). Peningkatan sarana dan prasarana olah raga pencak silat di masyarakat.
8). Pembinaan dan peningkatan manajemen olah raga pencak silat di sekolah.
9). Pengembangan wawasan olah raga pencak silat secara terpadu.
Beragamnya kegiatan ekskul yang diadakan di sekolah bagi orang tua, dimaksudkan agar para siswa
terhindar dari tawuran, di samping untuk meningkatkan prestasi siswa. Ada sebuah nilai yang sangat
berharga dari cerita diatas bahwa keahlian, pengetahuan, bakat, dan pengalaman hanya dapat bermanfaat
jika seseorang berada ditempat yang tepat.
Kebijakan sekolah sangat mempengaruhi semua pihak di sekolah, baik siswa maupun guru mungkin saja
masyarakat. Ketika sekolah membuat sebuah kebijakan atau peraturan sebaiknya juga melibatkan pihak
yang didasar oleh peraturan dan kebijakan tersebut. Mungkin tidak terlibat langsung, tetapi setidaknya
manajemen sekolah harus mendengar aspirasi guru maupun siswa.
Kasus yang banyak terjadi sekolah-sekolah, seringkali kebijakan dan peraturan sekolah hanya tergantung
dari keputusan dari Kepala sekolah dan para Wakasek saja. Hal ini bisa saja dibenarkan karena secara
struktural memang Kepala sekolah adalah decision maker. Tetapi yang perlu diingat adalah sekolah bukan
hanya milik kepala sekolah dan para wakilnya saja.
Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah sekolahh kita sudah mampu menyediakan
tempat yang tepat bagi para siswanya untuk dapat mengembangkan keahlian dan bakat, menimba
pengalaman dan pengetahuan, tidak hanya sebatas dari segi akademis saja?).