e book LMC SD MI 2012

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012



13 Naskah Terbaik
Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) 2012

Pelangi Untuk Jingga
Sherina Salsabila, Naisa Nurul Izza, Ahmad Ali Ashshidiqi, Amelia Nuraisyah Quinsi Jemy,
Ramadhani Ayu Wiguna, Laksita Judith Tabina, Nurmawulansari Rahadian, Keira Arviadita Sutantio,
Saira Ulinnuha, Dita Aulia Firdiana, Tiara Indah Permata Hati, Devita Mayanda Heerlie, Gabriella Verencia
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Gedung E Lantai 5, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan,
Jakarta 10270
Telp. (021) 5725616
Editor: Joni Ariadinata
Layout isi: Tri Isti
Ilustrasi sampul & isi: Tri Isti
Diterbitkan pertama kali oleh
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Tahun Anggaran 2013
Cetakan pertama, Januari 2013
ISBN :



13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

Kata Sambutan
Kebiasaan membaca dan menulis merupakan sebuah kegiatan kreatif yang perlu terus
dikembangkan dan dibudayakan di kalangan para siswa. Karena kita semua tahu, penguasaan
ilmu pengetahuan sejatinya lebih banyak ditentukan oleh seberapa besar minat dan kemauan
seseorang dalam melakukan aktivitas membaca sekaligus menulis. Semakin banyak yang
dibaca, tentulah akan semakin banyak yang diketahui dan dipahami serta semakin banyak
karya yang bisa diciptakan. Namun realitas yang kita hadapi saat ini adalah masih rendahnya
kemauan dan kemampuan para siswa untuk membaca, apalagi untuk mengekpresikannya
ke dalam berbagai bentuk tulisan. Padahal kemauan dan kemampuan para siswa dalam hal
membaca dan menulis tentu pada gilirannya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
akan mempengaruhi kemauan dan kemampuan ia dalam membaca dan menulis.

Di tengah keprihatinan akan rendahnya minat dan kemampuan “baca-tulis” inilah,
Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar diharapkan dapat menjadi sebuah daya dorong untuk memacu dan mengarahkan
para siswa untuk berkompetisi menampilkan pengalaman hasil membaca untuk kemudian
mengekspresikannya dalam karya tulis khususnya cerita anak. Selain itu, ajang lomba ini juga
diharapkan menjadi daya dorong bagi para siswa untuk unjuk kemampuan sekaligus meraih
prestasi dan penghargaan. Karenanya kepada mereka yang terpilih menjadi pemenangnya
diberikan berbagai penghargaan, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri.
Buku yang kini di tangan pembaca ini merupakan 13 karya terbaik dari ajang Lomba
Menulis Cerita Anak (LMCA) tahun 2012 berdasarkan hasil penilaian objektif para dewan juri.
Setelah dikumpulkan dan disunting lantas diterbitkan menjadi buku yang enak dibaca. Tujuan
menerbitkan buku ini, selain merupakan upaya dokumentasi dan publikasi juga merupakan
sosialisasi kepada para siswa. Diharapkan dengan membaca karya-karya rekan sejawatnya yang
terdapat dalam buku ini mereka akan termotivasi untuk mengikuti Lomba Menulis Cerita Anak
(LMCA) pada masa yang akan datang. Di samping itu, karenanya buku ini juga didistribusikan
ke perpustakaan-perpustakaan sekolah diharapkan akan ikut menambah jumlah koleksi bukubuku bacaan yang telah ada.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar menyambut baik upaya penerbitan kumpulan
tulisan karya-karya terbaik para siswa semacam ini. Diharapkan tradisi yang baik ini perlu
terus dilanjutkan di masa-masa mendatang. Semoga publikasi hasil karya para siswa ini dapat
menjadi pemicu dan pemacu semangat para siswa untuk terus berkarya secara kreatif dan

inovatif.
Jakarta, Februari 2013
a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
Sekretaris Direktorat Jenderal,

Dr. Thamrin Kasman
NIP 19601126 198803 1 001
13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012



Muara Kasih di Pangkuan Bunda
Joni Ariadinata

B

apak kita, sastrawan terkemuka Taufiq Ismail, mencucurkan air mata pada
salah satu peserta lomba yang dengan sangat berat hati didiskualifikasi. Ia

dipulangkan di tengah ketatnya wawancara serta presentasi seleksi final yang diikuti

oleh seluruh calon pemenang. Ia diberi sangsi teguran keras, serta pembinaan yang
berpulang kepada guru serta orangtua. Rasa malu, harga diri, serta nama baik sekolah
yang sejak awal menjadi taruhannya, pada hari itu tercoreng .
Taufiq Ismail memang pantas untuk bersedih hati. Sebab dari 14 naskah
terbaik, satu peserta terpaksa harus gugur karena sedikit kecurangan yang dilakukan.
Padahal sedikit kecurangan dalam bentuk apa pun (baik itu menjiplak, atau mendapat
bantuan dari guru serta orangtua dengan proporsi yang tidak bisa ditolelir), akan
dengan sangat mudah diketahui. Sistem penjurian yang ketat dengan melibatkan 10
juri yang memiliki pengalaman serta keahlian di bidangnya, menjadi jaminan bahwa
segala bentuk kecurangan tak akan mudah lolos. Alangkah disayangkan, karena ia
adalah putra terbaik yang diharapkan kelak akan mengemban amanat luhur sebagai
pewaris tanah air di masa depan. Mereka adalah anak-anak negeri yang dicita-citakan
memiliki kejujuran, kecerdasan, serta dedikasi dan tanggungjawab moral semenjak
usia dini. Para guru, orangtua, memiliki peran yang sungguh-sungguh mulia untuk ikut
mewujudkannya.
Tapi baiklah, di tengah kesedihan lantaran satu peserta harus gugur dan
pulang membawa nama yang tidak terhormat, masih ada 13 peserta yang sungguh
mewartakan berita baik. 13 peserta, yang dengan segala upayanya, telah berhasil
menyisihkan ribuan peserta yang datang dari seluruh penjuru tanah air. Ada 6.000
naskah yang mencoba berkompetensi untuk menjadi yang terbaik, dan 13 diantaranya

telah lolos dengan sangat meyakinkan. Inilah 13 naskah cerita terbaik, yang dihimpun
dan diterbitkan dengan penghargaan yang tinggi, sebagai upaya dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberi
sumbangan penting terhadap pendidikan karakter bangsa.
Pendidikan karakter bangsa bercita-cita mewujudkan anak negeri yang cerdas,
kreatif, jujur, memiliki kepekaan (tenggang rasa), adil dipenuhi kasih sayang, serta
bertanggungjawab terhadap diri dan tanah airnya. Pendidikan karakter bangsa, yang
tentu telah menjadi tanggungjawab bersama, dimana salah satunya diemban oleh

v

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

pendidikan kesusastraan, lewat media karya sastra. Mengapa karya sastra? Karena
karya sastra, di hampir semua negara maju, wajib diperkenalkan serta dipelajari
dalam kurikulum sekolah semenjak usia dini. Kesusastraan merupakan salah satu pilar
penting untuk menuju pada taraf keberbudayaan. Kesusastraan merupakan gerbang
bagi anak usia dini, untuk mengenalkan mereka pada kecintaan terhadap buku,
yang merupakan syarat dari terbukanya ilmu pengetahuan. Maka tidak heran jika
kesusastraan dianggap setara dengan kedokteran, matematika, fisika, biologi, serta

sains, yang selalu mendapat anugerah tertinggi pada setiap penyerahan hadiah nobel
di tingkat dunia.
Sekarang marilah kita bayangkan seorang Sherina Salsabila, yang menjadi
pemenang kali ini dengan judul cerita Pelangi untuk Jingga, yang sekaligus menjadi
judul utama buku ini. Sherina ketika menulis cerita ini, memasuki usia 12, yakni usia
anak yang hampir memasuki periode remaja. Tapi apa yang ditulis Sherina, adalah
kegelisahan yang jauh melampaui batas umurnya. Ia mengambil pelajaran dari dunia
kanak-kanak keseharian, dipadu dengan pengalaman baca yang luas, sehingga
menghasilkan sebuah “catatan pribadi” yang tidak saja menggetarkan akan tetapi
menyisakan makna yang dalam terhadap pembacanya. Sherina, dalam usianya yang
relatif belia, telah bersikap dan bertindak dalam format pikiran besar. Sebab di sanalah
letak kedalaman serta nilai dari sebuah karya sastra ditentukan. Cerita mungkin
hanyalah sarana, akan tetapi sikap di balik cerita itulah nilai yang sesungguhnya.
Siapakah Sherina? Mengapa dia bisa menulis dengan kegelisahan yang menggetarkan,
tidak saja jika cerita itu dibaca oleh anak-anak sebayanya, akan tetapi juga ketika cerita
itu dibaca oleh orang dewasa?
Ada seorang anak penderita autis, yang bagi kebanyakan orang dijauhi karena
tidak lazim dan cenderung mengganggu. Tapi tidak bagi tokoh utama yang ditulis
Sherina, ia menerimanya sebagai berkah. Maka lewat pertemanan yang tulus, ia telah
menunjukkan kepada dunia, bahwa kasih sayang tanpa membeda-bedakan, memiliki

kekuatan yang besar untuk mengubah kehidupan. Itulah sikap dari kebesaran jiwa
yang dituliskan Sherina lewat cerita Pelangi untuk Jingga. Ia menggali tema berdasarkan
pengalaman, menambahnya dengan pengamatan, serta menyempurnakannya lewat
berbagai referensi. Pengamatan, penelitian, serta penggalian referensi, adalah kerja
intelektual. Sementara menuliskan hasilnya, yang dikembangkan dengan kreatifitas
imajinasi, adalah merangkai seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki. Antara hati dan
pikiran, menyatu dalam sebuah aliran, yang memunculkan sikap dan penilaian. Bisa
dibayangkan seseorang seperti Sherina, yang telah menuliskan sesuatu yang besar
bagi jiwanya, ketika kelak ia menjadi sosok yang penting bagi negeri ini. Apakah ia
13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

v

akan menjadi seorang pemimpin, seorang politisi, seorang praktisi hukum, atau
bahkan seorang dokter atau insinyur. Maka sikap yang telah dipahaminya semenjak
usia belia, akan terbawa dalam setiap keputusan besarnya kelak. Bisa dibayangkan
pula, seluruh pembaca yang tergetar oleh cerita yang ditulis Sherina (baik pembaca
usia sebaya dengan Sherina, atau pembaca dewasa), maka mereka akan mengambil
sebuah pelajaran berharga, yang juga akan mempengaruhi sebuah keputusan besar
ketika mereka memiliki kekuasaan untuk turut mengubah sesuatu. Itulah sejatinya

karya sastra. Itulah pendidikan bagi pembangunan sebuah karakter.
Sherina adalah salah satu anak yang cukup beruntung. Ia diperkenalkan pada
buku-buku cerita oleh keluarganya, semenjak usia 4 tahun. Semakin bertambah umur,
semakin besar pula minatnya pada buku. Buku-buku itulah yang membuka gerbang
kecerdasan bagi Sherina, sehingga beberapa penghargaan sempat ia raih. “Cita-citaku
yang belum terlaksana, adalah memiliki perpustakaan pribadi di rumah,” begitu ucap
Sherina. Andaikan semua anak di negeri ini memiliki semangat dan keinginan yang
serupa dengan Sherina, maka terbayang betapa leganya para pendiri bangsa melihat
masa depan negeri ini kelak.
Jika masih belum cukup dengan contoh Sherina, maka marilah kita tengok
cerita yang mendapat peringkat dua. Sebuah cerita dengan judul Cerita Bringbun dan
Chikuita, yang ditulis oleh Nafisa Nurul Izza. Kecintaan Nafisa pada alam, menghasilkan
sebuah kisa pedih tentang sebatang pohon beringin yang terluka akibat kekejaman
manusia. Pohon beringin yang berdiri kokoh dan rimbun di pojok alun-alun, yang
selalu menjadi tempat berteduh dan berlindung tidak saja bagi manusia akan tetapi
juga burung-burung. Nah, pada suatu ketika, pohon beringin itu merasakan dirinya
sakit. Sakit yang semakin hari semakin parah. Beberapa dahan mulai mengering, serta
daun-daunnya berguguran. Pohon beringin itu (yang dalam cerita dipanggil dengan
nama Bringbun), menderita lantaran seluruh tubuhnya dipenuhi paku-paku. Pakupaku berkarat, paku-paku jahat, yang ditancapkan oleh manusia untuk kepentingan
pemasangan reklame. Ditambah sayatan-sayatan pisau dari mereka yang menuliskan

sesuatu untuk kenang-kenangan, maka lengkaplah sudah siksaan yang dialami
Bringbun. Setiap hari, daun-daun yang bergururan semakin banyak, dan Bringbun
terancam mati. Kondisi seperti itulah, yang kemudian diketahui oleh Chikuita, seekor
burung yang selalu menjadikan Bringbun sebagai tempat singgah sebelum ia pulang.
Dialog antara Bringbun dan Chikuita, menggambarkan nyanyian kepedihan penulisnya
(Nafisa) pada kejahatan manusia dalam merusak alam. Pohon-pohon, burung-burung,
yang seharusnya mendapat perlindungan karena jasa-jasanya, telah dengan sengaja
dirusak dan dibunuh untuk kepentingan sesaat.“Mereka tidak tahu bahwa pohon dan

v

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

binatang juga bisa merintih, dan merasakan kesakitan seperti manusia,” begitu ungkap
Nafisa dalam wawancara dengan para juri. “Di rumah saya memiliki pohon nangka
dan mangga, yang saya rawat dengan sebaik-baiknya. Saya suka membayangkan
bisa berbicara dan berdialog dengan mereka, untuk mengucapkan terima kasih.
Sebab mereka telah memberi kami sekeluarga buah mangga dan nangka yang manis,
yang tidak saja cukup untuk dimakan sekeluarga, akan tetapi juga bisa dibagikan ke
tetangga. Daunnya membuat sejuk pekarangan, sedangkan akarnya menjadi penahan

hujan sehingga sumur di rumah tak pernah kering. Saya suka membuka jendela kamar,
dan melihat sawah. Beruntung di lingkungan perumahan tempat saya tinggal, masih
ada sawah tersisa.”
“Hal yang paling tidak saya sukai adalah melihat anak-anak di kampung
seberang. Banyak anak-anak yang kerjanya hanya nongkrong, bermain play station,
merokok, serta seringkali mengeluarkan kata-kata kasar. Mereka sepertinya tidak
memiliki rencana untuk masa depan. Mau jadi apa mereka, kalau kebiasaannya terusmenerus seperti itu?”
Berapakah usia Nafisa? Pandangannya yang kritis, keinginannya yang besar,
serta sikapnya yang tegas, seperti melampaui batas usia yang sesungguhnya. Padahal
usia Nafisa tidak berbeda dengan Sherina, yakni 12 tahun. Buku-bukulah yang
membuka keluasan pandangan Nafisa terhadap beragam persoalan yang terjadi di
lingkungannya. Nafisa memiliki perpustakaan pribadi, dan ratusan judul buku cerita
menjadi koleksi kesayangan.
Seperti halnya Sherina, ia beruntung sejak kecil diperkenalkan pada buku-buku
cerita oleh orangtuanya. Kesukaan pada buku cerita, yang mendorong Nafisa untuk
menulis. “Beberapa tulisan saya dimuat di harian Pikiran Rakyat. Saya ingat honor
pertama ketika tulisan itu dimuat, saya menerima uang 50.000,- rupiah. Sungguh saya
sangat senang, dan saya bermimpi suatu ketika bisa menerbitkan tulisan-tulisan saya
dalam sebuah buku.” Apakah Nafisa ingin menjadi seorang penulis?
“Cita-cita saya menjadi guru.”

Ada yang bercita-cita menjadi guru, menjadi dokter, menjadi insinyur, pengusaha,
tentara, bahkan ada yang dengan tegas mengatakan, “bercita-cita menjadi astronot.”
Hanya sedikit yang murni bercita-cita menjadi penulis.
Kesukaan pada menulis memang tidak harus mengarahkan seseorang menjadi
penulis. Menulis hanyalah sebuah tahapan dari aktualisasi kegelisahan yang dipicu
oleh pemikiran-pemikiran kritis dari pengamatan, serta bertambahnya wawasan dari
sejumlah bacaan. Seseorang yang telah terpicu kesukaannya terhadap membaca, akan
cenderung merespon kegelisahannya dengan membayangkan diri jika ia menulis. Maka
13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

v

ketika direspon dengan sedikit sentuhan motivasi (lewat sebuah lomba misalnya),
seorang pembaca yang baik akan dengan mudah menjadi penulis yang baik.
Pada dasarnya, semua bidang dari setiap profesi, pasti membutuhkan proses
menulis. Seorang dokter pada akhirnya harus menuliskan ilmunya, agar ilmu
kedokteran semakin berkembang. Begitupun seorang insinyur, seorang politisi,
seorang praktisi hukum, bahkan bagi seorang pejabat, atau pemimpin negara. Sebuah
negeri membutuhkan lahirnya para penulis dari berbagai profesi, agar negeri itu
semakin maju dan dihargai. Bukankah sejarah telah mencatat, bahwa hampir semua
pendiri bangsa (seperti Sukarno, Hatta, Muhammad Yamin, Syahrir, Ki Hajar Dewantoro,
dan lain sebagainya), adalah seorang penulis? Sukarno adalah seorang insinyur, tapi ia
adalah insinyur yang melahirkan banyak buku. Sementara Hatta adalah seorang ahli di
bidang ekonomi, tapi ia pun menulis. Mereka semua menuliskan gagasan-gagasannya
dalam bentuk buku, yang bisa dibaca oleh para penerusnya. Mereka mencintai buku,
dan memulai kecintaannya pada buku, melalui karya sastra.
Peran orangtua, sangat dominan dalam dalam mengawali kecintaan anak pada
buku. Kemudian barulah lingkungan sekolah, serta lingkungan pergaulan. Beberapa
sekolah tercatat memiliki kepedulian yang tinggi, lebih-lebih pada sekolah-sekolah
swasta unggulan, yang menyediakan perpustakaan lengkap. Bahkan beberapa sekolah
memiliki perpustakaan kelas, disamping perpustakaan utama yang disediakan untuk
seluruh murid. Kefira A. Sutantio dan Gabriella Venecia misalnya, mereka adalah dua
pemenang yang beruntung memiliki lingkungan sekolah dengan perpustakaan
lengkap. Masing-masing sekolahnya, menyediakan perpustakaan kelas dengan ratusan
buku cerita. “Guru kami selalu memotivasi murid-murid dengan beragam buku cerita.
Semua buku yang disarankan guru untuk dibaca, disediakan di perpustakaan kelas.”
Kefira A. Sutantio menulis cerita dengan judul Biar Kuno Tapi Keren. Sebuah cerita
yang sangat kritis tentang seorang tokoh yang lebih mencintai kebudayaan bangsa
lain dibandingkan kebudayaan milik bangsa sendiri. Tokoh yang lebih merasa keren
dengan mengenal kesenian berbau Amerika dibandingkan reog,lenong,serta keseniankesenian berbau daerah yang dianggapnya kuno. Hingga dalam sebuah kesempatan,
tokoh utama yang ditulis Kefira mengunjungi Amerika, dan mendapat kenyataan
bahwa setiap delegasi dari berbagai negara dengan bangga memperkenalkan budaya
khas negaranya masing-masing. Barulah tokoh utama sadar bahwa ia betul-betul
sangat keliru dalam sikap dan pandangannya terhadap kekayaan sebuah bangsa.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai kebudayaannya,” begitu ungkap
Safira. Sementara Gabriella Venecia menulis cerita dengan judul Sepucuk Surat untuk
Ibu. Sebuah cerita yang mengingatkan pembaca akan legenda Malin Kundang, yakni

v

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Akan tetapi, Gabriella mengemasnya
dengan cara yang betul-betul berbeda.
Ada yang dominan pada tema-tema yang dipilih oleh para pemenang pada
tahun ini. Mereka rata-rata lebih tertarik pada penggalian tema kasih sayang, daripada
tema kejujuran seperti pada tahun lalu. Ahmad Ali Ashshidiqi, yang merupakan
pemenang urutan tiga dengan judul Maafkan Aku, …Kek, menulis tentang bagaimana
pahit getir hubungan kasih sayang antara tokoh utama dengan kakeknya yang
mulai pikun. Amelia Nuraisyah Quinsi Jemy, dengan cerita berjudul Brownies dari
Mama, menggambarkan bagaimana lembut dan agungnya kasih sayang seorang
ibu, yang dilambangkan oleh keindahan kenangan tentang sebuah kue brownies.
Ramadhani Ayu Wiguna, lewat cerita Persahabatan Si Betung, mengangkat cerita
persahabatan antara rumpun bambu, burung pipit, dan tikus tanah. Laksita Judith
Tabina, mengangkat cerita dengan judul Pengorbanan Bu Ilma, yang menggambarkan
bagaimana tulusnya perjuangan seorang guru dalam mengantarkan muridnya
meraih prestasi. Nurmawulansari Rahadian, menulis cerita dengan judul Kutemukan
Pelajaran dalam Perjalanan, yang menggambarkan betapa pentingnya bersatu dalam
sebuah ikatan persahabatan. Safira Ulinnuha, menulis cerita dengan judul Bidadari
Penjaga Hati, yang menggambarkan perjuangan seorang kakak dalam menjaga
adik tercintanya. Tiara Indah Permata Hati, menulis cerita dengan judul Nisa Sayang
Bunda, yang menggambarkan penyesalan seorang anak yang selalu menyepelekan
pentingnya kehadiran seorang ibu. Kemudian Devita Mayanda Heerlie, menulis cerita
dengan judul Satu Hari Bersama Adikku, yang menggambarkan kemesraan hubungan
antara kakak beradik yang kadangkala disertai pertentangan.
Sedangkan Dita Aulia Firdiana, lewat cerita dengan judul Malaikat Sekolah
Hutan, memilih tema yang hampir sama dengan pemenang ke dua Nafisa Nurul Izza,
yakni keberpihakannya terhadap kelestarian lingkungan alam. Keduanya sama-sama
mengemas cerita dalam bentuk fabel.
Demikianlah beragam teknik dan cara bertutur telah ditunjukkan dengan
kekhasan masing-masing penulis dalam menuliskan ceritanya. Sesungguhnya masih
ada banyak hal istimewa yang bisa dicatat dari hasil perjuangan mereka, hingga
kemudian diundang sebagai finalis ke Jakarta, dan ditetapkan sebagai pemenang.
Seperti Laksita Judith Tabina misalnya, yang tinggal di kampung terpencil di lereng
gunung Dieng, Wonosobo. Siapa menyangka dengan minimnya fasilitas yang
disediakan sekolah, dengan sulitnya menjangkau toko buku, tapi ia telah menerbitkan
puluhan buku serta meraih belasan penghargaan di tingkat nasional? Kemudian
Safira Ulinnuha, yang juga datang dari dusun terpencil di lereng gunung Sumbing,
13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

x

Temanggung, yang dengan upaya kerasnya dalam mendapatkan buku-buku bacaan
secara mandiri, telah berhasil menerbitkan beberapa buku serta penghargaan dari
penerbit besar di negeri ini.
Terakhir adalah catatan istimewa dari peraih beberapa kali penghargaan sains
dan matematika, Devita Mayanda Heerlie, yang datang dari Pontianak, Kalimantan
Barat. Devita Mayanda Heerlie, yang juga peraih puluhan penghargaan melukis dari
berbagai lembaga internasional, bercita-cita menjadi seorang pengusaha. “Saya telah
merintis usaha dengan membuka beberapa toko di Pontianak. Saya merancang sepatu,
merancang kaos, serta beragam hiasan rumah yang dilukis dengan tangan saya sendiri.
Saat sekarang memang omsetnya masih terbilang kecil, akan tetapi suatu saat saya
akan mengembangkan usaha ke kota-kota lain yang lebih besar.” Predikat sebagai
“pengusaha kecil” telah membawa Devita menjadi tamu istimewa dalam acara KickAndy, sebuah acara yang memiliki peringkat cukup tinggi di sebuah statsiun televisi
di Jakarta. Berapakah usia Devita sekarang? Ia lahir pada Mei 2003. Maka jika dihitung
pada hitungan 2013 di tahun ini, usia Devita baru memasuki tahun ke 10. Kegemaran
pada buku-buku bacaan, telah meluaskan wawasan Devita dalam menyerap berbagai
hal positif dalam memandang masa depan.
13 pemenang telah mencatatkan keistimewaannya masing-masing. Mereka
adalah para pecinta buku, para pejuang gigih, penerus generasi yang kelak akan menjadi
bagian penting dari perubahan negeri ini. Selamat untuk para pemenang. Penghargaan
yang tinggi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, dalam upaya menjaring mereka-mereka yang berprestasi.
Jakarta, 2013

x

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

Tim Juri
Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA)
No.

Nama

Unit Kerja

Jabatan
Dalam Tim

1

Dr. Taufiq Ismail

Sastrawan/Majalah Horison

Ketua

2

Dr. Yetty Mulyati, M.Pd

UPI Bandung

Anggota

3

Dra. Nenden Lilis Aisyah, M.Pd

UPI Bandung

Anggota

4

Drs. Khalid A. Harras, M.Pd

UPI Bandung

Anggota

5

Joni Ariadinata, S.Pd

Sastrawan/Majalah Horison

Anggota

6

Dra. Priscila Fitriasi Limbong, M.Hum UI Depok

Anggota

7

Drs. Adi Wicaksono

Sastrawan

Anggota

8

Dr. Ganjar Harimansyah, M.Hum

BPP Bahasa

Anggota

9

Rayani Sri Widodo

Sastrawan

Anggota

10

Drs. Sori Siregar

Sastrawan

Anggota

11

Syahrial, M.Hum

UI Depok

Anggota

12

Daniel Hariman Jacob, S.S

UI Depok

Anggota

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

x

Kata Sambutan
Muara Kasih di Pangkuan Bunda
Joni Ariadinata
Tim Juri

iii

Pelangi untuk Jingga (Sherina Salsabila)

1

Cerita Bringbun dan Chikuita (Nafisa Nurul Izza)

12

Maafkan Aku, … Kek (Ahmad Ali Ashshidiqi)

23

Brownies dari Mama (Amelia Nuraisyah Quinsi Jemy)

31

Persahabatan Si Betung (Ramadhani Ayu Wiguna)

41

Pengorbanan Bu Ilma (Laksita Judith Tabina)

52

iv
xi

Kutemukan Pelajaran dalam Perjalanan (Nurmawulansari Rahadian) 61
Biar Kuno Tapi Keren (Kefira Arviadita Sutantio)

69

Bidadari Penjaga Hati (Safira Ulinnuha)

88

Malaikat Sekolah Hutan (Dita Aulia Firdiana)

98

Nisa Sayang Bunda (Tiara Indah Permata Hati)

106

Satu Hari Bersama Adikku (Devita Mayanda Heerlie)

116

Sepucuk Surat untuk Ibu (Gabriella Verencia)

126

x

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

Pelangi untuk
Jingga
Sherina Salsabila

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

1

P

ulang sekolah siang itu, aku turun dari becak. Membayar
ongkos, dan segera membuka pintu pagar. Tiba-tiba pita
rambutku ditarik oleh seseorang dari belakang. Tapi aku sudah
tidak kaget lagi, karena pastilah itu si Jingga. Aku menoleh padanya
sambil tersenyum. Jingga pun tertawa dengan girang, sembari berlari
menuju rumahnya.
Usia Jingga sebaya denganku. Seandainya dia normal, barangkali
saat ini Jingga juga telah duduk di kelas 6 sepertiku. Wajahnya cantik,
dengan mata sedikit sipit. Muka cantik itu selalu terlihat polos, apalagi
kalau ia sedang diam. Tak seorang pun akan menyangka kalau Jingga
adalah anak yang berkebutuhan khusus.
Jingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Ia hanya bisa
mengucapkan beberapa kata, dan kata yang sama selalu diucapkan
berulang-ulang. Aku dan Jingga berkawan baik. Kami bertetangga, dan
sama-sama tinggal di komplek perumahan yang padat penduduk.
Jingga jarang keluar dari rumah. Kedua orangtuanya melarang
Jingga untuk sering bermain di luar. Karena selalu saja ia menjadi bahan
olok-olok, diejek, bahkan dijauhi. Tidak hanya anak-anak saja, bahkan
para orangtua mereka pun, seringkali tak mau anaknya bermain dengan
Jingga.
Tapi tidak demikian halnya denganku. Aku selalu tetap berusaha
untuk menerima Jingga apa adanya. Bahkan Mama dan Papa sangat
senang ketika aku bisa bermain dan tertawa bersama Jingga. Kata
Mama, alangkah baiknya jika kita bisa menemani Jingga. Mengajari ia
untuk mengenal hal-hal unik diluar sana, yang mungkin belum Jingga
ketahui.
Kedekatan aku dan Jingga bermula dari sebuah lukisan. Sebuah
kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan. Ketika itu aku sedang
menyelesaikan sebuah lukisan yang akan aku ikutkan dalam sebuah
perlombaan tingkat kotamadya. Lukisan itu temanya tentang Hijaunya
Alamku. Aku mengerjakannya berhari-hari dengan penuh kesungguhan.
Begitu cermat dan teliti, dari siang sepulang sekolah, hingga tiba suara
adzan Maghrib menyapa. Dari sinilah awal kisah itu dimulai. Yakni pada
sebuah Maghrib yang hampir gelap. Saat aku berhenti sejenak dari

2

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

lukisanku, untuk mandi dan berwudhu lantaran harus menunaikan
sholat.
Ketika kembali ke ruang belajar itulah, aku melihat Jingga sedang
tertawa gembira. Tak ada yang aneh dengan kebiasaan Jingga yang
seperti itu. Tapi..., seketika kakiku terasa lemas. Kepalaku langsung
pusing seketika. Lukisanku! Ya Allah, lukisan itu. Aku melihat Jingga
tengah mencorat-coret lukisanku, menyembur-nyemburkan cat air
dengan kuas, sambil tertawa gembira! Lukisan yang telah susah payah
aku kerjakan beberapa hari ini, hancur dalam sekejap. Rusak akibat
goresan cat air yang ditorehkan Jingga di atasnya....
Aku segera meraih lukisan itu, dan berlari menuju kamar Mama.
Aku berlari sambil menangis, dengan air mata tak terbendung. Jingga
juga ikut berlari dan tertawa senang di belakangku. Barangkali ia
mengira aku mengajaknya bermain petak umpet seperti biasanya.
Dalam pelukan Mama, aku menangis sejadi-jadinya. Aku mengadu
sambil memperlihatkan lukisan yang telah dirusak Jingga.
Mama menghiburku dan mengajakku untuk memperbaiki
lukisan itu. Tapi mana mungkin? Aku tak akan mungkin sanggup
mengulangnya lagi dari awal. Karena lukisan itu harus diserahkan besok
pagi kepada Panitia Lomba. Ah, percuma saja aku menghabiskan tenaga,
mengeluarkan semua emosiku berhari-hari. Kini yang tinggal hanyalah
balasan tawa geli dari Jingga. Bahkan sepertinya ia mengejek, dan ikut
memberi saran mustahil, dengan mengacung-acungkan tangannya ke
atas. Huhhh..., aku benar-benar sangat kesal pada kamu, Jingga!!
Sepertinya Mama memahami perasaanku pada Jingga. Dengan
lembut Mama membujuk Jingga agar menjauh dariku. “Pulanglah
Jingga, besok pagi boleh bermain lagi.”
Setelah Jingga pulang, aku memandang lukisan yang hampir
sempurna itu dengan perasaan hancur. Betapa tidak, di balik gunung
yang berwarna hijau bersih itu, seharusnya adalah langit biru cemerlang.
Tapi kini telah diubah oleh Jingga, menjadi warna-warni yang tak
beraturan. Sedih, marah, dan sangat kecewa.
Tak berapa lama kemudian Papa yang baru pulang dari kantor
menghampiriku. Rupanya Mama telah menceritakan semuanya pada

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

3

Papa. Dengan lembut Papa memberi semangat padaku, agar mau
memaafkan Jingga, dan menghiburku agar bisa memperbaiki lukisan
itu tanpa membuatnya dari awal lagi. Papa meyakinkanku bahwa aku
pasti bisa mengolah lukisan itu menjadi lebih indah lagi, karena kata
Papa aku memiliki jiwa seni yang bagus. Setelah mengecup keningku,
Papa meninggalkan aku diruang belajar itu sendirian.
Papa saja yakin aku bisa membuatnya jadi lebih bagus, mengapa
aku tidak? Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya
perlahan. Lalu aku meletakkan lukisan itu diatas meja gambar,
mengeluarkan peralatan dengan lengkap, dan mulai berimajinasi
dengan lukisanku. Aku melihat coret-coretan Jingga, mematut gradasi
warna-warni itu..., aha...!! Aku tahu bahwa semburat pelangi di balik
bukit itu akan membuat langit biru menjadi sangat indah. Yup.., pelangi
yang indah seperti namaku, Pelangi.
Aku mengerjakan lukisanku sambil membayangkan wajah
Jingga yang sedang tersenyum manis. Huffttttt, akhirnya selesai juga.
Sekarang lukisan itu menjadi jauh lebih hidup. Aku tersenyum puas.
Kemudian memperlihatkan lukisan itu kepada Mama dan Papa yang
berada di ruang tamu. Mama memuji karyaku, Pelangi.
“Ini benar-benar jauh lebih indah dari yang tadi, Sayang...,” Mama
memelukku. Papa menyambung pujian Mama, “Betul sekali. Itu semua
karena ada sebuah pelangi yang cantik menghiasi langitnya.” Aku pun
mencium pipi Mama dan Papa seraya berterimakasih telah memuji
karyaku ini.
Aku segera masuk kamar dan tidur. Rencananya besok pagi setelah
mengirim lukisan itu ke Kantor Pos, aku akan membelikan es krim buat
Jingga. Sebagai tanda permintaan maafku padanya. Sungguh aku
menyesal telah memarahi Jingga.
***
Waktu berlalu tanpa terasa. Ketika itu aku tengah bermain bersama
Jingga. Seseorang datang, membunyikan bel dan menunggu di teras
rumah. Aku meninggalkan Jingga dan berlari menghampiri. Ternyata
seorang lelaki pengantar surat dari Kantor Pos. Ia menyodorkan sebuah
amplop surat, yang jelas tertera di sudut kanannya adalah namaku.


13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

Dengan tak sabar aku membukanya. Dengan perasaan gemetar aku
membaca isi surat, yang ternyata adalah sebuah pemberitahuan. Ya
Tuhan! Dalam surat itu tertulis bahwa aku, menjadi pemenang Lomba
Melukis Tingkat Kotamadya!! Dan hebatnya lagi, aku menjadi juara
satu.
Betapa senangnya hatiku. Aku langsung berlari menemui Mama.
Mama sangat senang sekali, dan berkata bahwa kemenanganku ini
adalah berkat andil Jingga. Aku pun memeluk sahabatku itu dengan
bahagia, dan bertekad dalam hati akan mengajari Jingga melukis.
Sejak saat itu, setiap Jingga bermain ke rumahku, aku selalu
menyediakan kertas serta krayon. Sambil menggoreskan krayon di atas
kertas, aku mengajari Jingga nama-nama warna. Juga tak lupa mengeja
warna-warna itu dalam bentuk kata. Hari demi hari berlalu bersama
Jingga, kami gembira kala menggambar dan belajar mengucapkan
nama benda yang kami warnai. Ternyata Jingga anak yang luar biasa
berbakat. Lihatlah sekarang, dia sudah tahu nama semua warna. Bahkan
Jingga juga sudah mampu mengucapkan banyak kata.
Suatu sore, hujan baru saja berhenti Jingga berlari menuju
rumahku sambil membawa peralatan gambarnya. Tapi dia tidak segera
masuk seperti biasanya, hanya berdiri di pinggir pagar rumahku. Dari
sana dia berteriak dan meloncat-loncat gembira seraya memanggilku
dengan gerakan tangannya. Aku pun keluar menemuinya.... Tahukah
kamu teman, apa yang diperlihatkan Jingga padaku?
Dia menunjuk ke arah langit dan memperlihatkan gambar yang
telah dibuatnya. Karena ia begitu heboh, beberapa teman lain di
komplek itu juga ikut mendekati kami. Lalu dengan sangat jelas Jingga
berkata, “P E L A N G I..!”
Tidak itu saja, Jingga juga memamerkan suaranya dengan
menyanyikan lagu Pelangi. Diam-diam, kesungguhan Jingga menyihir
yang lain untuk ikut serta. Teman-teman, dan juga aku, secara spontan
mengikuti irama Jingga bernyanyi. Sungguh suasana menjadi gembira.
Dari kejauhan aku melihat Mama dan ibunya Jingga berpelukan. Mereka
terharu melihat Jingga, dan terutama sikap teman-teman yang biasanya
menjauhi Jingga.

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012



Semakin hari Jingga semakin ceria. Sekarang Jingga sudah tidak
lagi seperti Jingga yang dulu, Jingga yang dijauhi dan dibenci oleh
semua orang, perlahan-lahan sirna. Kini Jingga sudah memiliki banyak
teman, dan sudah bisa bergaul dengan siapa saja.
Kegembiraan kami di sore itu meyakinkan aku akan satu hal. Bahwa
kasih dan sayang yang tulus, akan menghantarkan banyak kebahagiaan
dalam hidup kita.
Aku melihat langit. Sebuah pelangi muncul di antara deretan awan.
Indah sekali, seperti mewakili persahabatan kami. Aku dan Jingga. [*]

Mengenal Lebih Dekat
Sherina Salsabila
Asalamualaikum. Hai..., kenalan yuuk.
Namaku Sherina Salsabila, biasa dipanggil
Sherina atau Sher. Aku lahir di Padang,
29 Oktober 2000. Sekarang aku akan
menceritakan keseharianku.
Aku tinggal bersama kedua orangtuaku,
di sebuah rumah sederhana di tengah
perumahan yang padat penduduk. Rumahku
tidaklah besar, tapi sangat nyaman buat aku
dan kedua adikku. Kami senang karena punya
banyak teman bermain. Teman-teman disekitar rumah kami berasal dari
latar belakang suku yang berbeda-beda. Ada yang dari Padang, Manado,
Jawa, Batak, Ambon juga Bali dan Aceh. Kami hidup rukun dan saling
membantu satu sama lain. Biasanya kami bermain kejar-kejaran atau
main sepeda dan petak umpet di lapangan berumput dekat mesjid.
Rumahku tidak begitu jauh dari SD-ku yang dulu. Kami bertiga
bersekolah di sana. Kami biasa berangkat sekolah terkadang berjalan
kaki, atau naik sepeda, tapi yang lebih sering dibonceng sepeda motor
diantar Papa.
Saat ini aku telah duduk dikelas 7 SMP. Tepatnya di SMP Negeri 180
Jakarta. Tapi aku tidak akan pernah melupakan SD-ku tercinta, namanya


13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

SDN Jatirahayu VIII Bekasi. Di SD ini jugalah, guruku menemukan bakat
terpendamku sebagai penulis. Sekolah memberi banyak masukan,
informasi penting juga kritik dan saran. Seperti Lomba Menulis Cerita
(LMC) yang diadakan oleh Kemendiknas ini, aku diberitahu oleh pihak
sekolah, dan pada saat mengikuti lomba sekitar bulan Juni 2012 aku
masih tercatat sebagai siswa kelas 6 SDN Jatirahayu VIII Bekasi.
Ibu Kepala Sekolah beserta guru-guruku di sini turut mendorong
dan sangat memotivasi kemajuanku untuk terus berkarya. Seperti
pada saat meminta tandatangan Kepala Sekolah sebagai salah satu
persyaratan LMC, beliau dengan senang hati meluangkan waktunya
yang sibuk untukku.
Pernah juga ketika aku memenangkan Children Helping Children,
lomba menulis tingkat Nasional yang diadakan oleh Tupperware
Indonesia pada tahun 2010, Kepala Sekolah memberikan izin kepadaku
selama 4 hari untuk mengikuti karantina di acara itu. Tidak itu saja,
bahkan beliau menyediakan satu bus besar untuk membawa rombongan
50 orang teman-temanku beserta 3 orang guru pendamping untuk
menyemangati aku diacara penyerahan penghargaannya di Taman
Ismail Marzuki, Jakarta.
Aku senang berteman dan aku punya banyak sahabat. Temanku
ada di sekolah, di dunia maya, bahkan aku punya teman dari luar negeri
yang sering berkomunikasi denganku via email dan internet. Dan
teman-teman bermainku di rumah, paling suka berkumpul di rumahku,
seperti Raif, Aang, Tauik, Daniel, Alda, Yunita, Rio juga Rachel. Mereka
semua adalah sahabatku diwaktu SD, walaupun sekarang kami semua
sudah SMP dan tidak sekolah di tempat yang sama lagi. Tapi kami masih
sering bermain bersama, atau sekedar janjian berkumpul lagi di SD
kami, karena SD Jatirahayu VIII tempat kami menuntut ilmu selama 6
tahun itu letaknya strategis dan juga nyaman. Selain mereka, aku juga
punya teman bermain yang lain yaitu Dohar, seorang anak perempuan
seusiaku yang berkebutuhan khusus. Dohar jugalah yang menjadi
inspirasi dari ceritaku.
Aku adalah seorang kakak dengan dua orang adik perempuan
yang cantik dan pintar. Kesenanganku menulis berawal karena aku

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012



sangat suka membaca. Sejak dari usia 4 tahun aku sudah sangat tertarik
pada cerita yang ada gambarnya. Memang pada waktu itu aku belum
bisa membaca, tapi suka dan tertarik pada Majalah Bobo, Donal Bebek
dan buku-buku cerita bergambar lainnya. Semakin usiaku bertambah,
kegemaranku membaca semakin besar. Buku-buku yang aku koleksi
mulai beragam, ada cerita anak, komik Jepang, serial Barbie, dongeng,
cerita fantasi seperti Harry Potter atau novel-novel remaja bahkan novel
dewasa koleksi mama seperti Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata dan
Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Semua buku itu aku suka, karena
banyak memberiku semangat untuk meraih cita-cita dan impianku di
masa depan. Semua buku-buku yang aku baca itu menginspirasiku
untuk bisa membuat sebuah cerita yang juga asyik dibaca.
Maka mulailah aku menulis di diary yang selalu saja cepat habis
halamannya. Atau aku mencoba menulis cerita di atas selembar
kertas, kemudian memperlihatkannya kepada mama, papa, dan adikadikku. Ide-ide cerpenku banyak terinspirasi dari kehidupanku seharihari. Ternyata cerita-cerita pendek yang aku tulis sangat disukai dan
digemari oleh kedua adikku yang juga senang membaca. Karena aku
dan keluargaku adalah keluarga yang sederhana, maka untuk membeli
sebuah buku yang harganya lumayan mahal, kami harus bersabar
menunggu uang tabungan cukup.
Aku menyisihkan sedikit demi sedikit uang saku yang diberi mama,
yang jumlahnya juga tidak banyak. Setelah terkumpul baru kami ke
toko buku untuk membelinya. Tapi.., tak jarang juga saat uang untuk
membeli buku sudah terkumpul, ehh... malah bukunya sudah habis,
hehehehe....
Tapi setelah aku pikir-pikir, justru hambatan-hambatan dan seperti
itulah yang membuatku tidak kehabisan akal, agar adik-adikku bisa
membaca cerita yang baru. Kenapa tidak aku saja yang membuatkan
mereka cerita? Yaaa, itulah awalnya aku mulai membuat cerita pendek.
Aku tulis yang rapi lalu aku ketik di komputer sekolah atau warnet,
diberi judul yang menarik serta ditambahi beberapa gambar yang aku
buat sendiri.
Aku dan keluargaku adalah keluarga kecil yang sederhana. Papaku
mencari nafkah dengan berwiraswasta, sedangkan mamaku bekerja


13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

di sebuah perusahaan swasta. Beliau berdua selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan kami, terutama untuk kepentingan sekolah dan
buku-buku.
Adik-adikku juga memiliki bakat yang luar biasa, Queen Aura yang
sekarang duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar. Dia tomboy dan juga
sangat suka membaca, dan berbakat sekali membuat cerita bergambar.
Sudah pernah ikut lomba juga, walau belum pernah menang.
Adikku yang bungsu Princeyla Aughea baru duduk di kelas 1 Sekolah
Dasar. Dia adalah anak yang luar biasa karena dari bayi sudah terbiasa
dikelilingi oleh banyak buku. Tahukah kawan, di usia 3 tahun adikku ini
telah lancar membaca. Mereka berdua juga sudah mulai menulis, walau
masih sebatas diary dan cerita-cerita tentang keseharian.
Kedua orangtuaku sangat mendukung hobi dan kesenangan kami
membaca. Demi melihatku yang senang menulis, dan selalu bolakbalik ke warnet untuk mengetik, akhirnya mamaku mengusahakan
membelikan aku seperangkat komputer. Walau tidak baru, tapi lengkap
dengan printer dan modemnya. Aku sangat senang sekali, karena
komputer itu sangat banyak manfaatnya buat kemajuanku menulis.
Prestasi yang aku raih dalam bidang menulis ini belumlah banyak,
namun demikian beberapa judul karanganku seperti “Aku dan Siti
Sahabat Abjad” menjadi Juara III Nasional Tingkat SD, Children Helping
Children Tupperware Indonesia pada 2010.
Beberapa waktu yang lalu karyaku yang berjudul “2 Sahabat, 7
Pohon dan 7 Impian” juga berhasil menjadi Juara I Nasional Tingkat SD,
Children Helping Children Tupperware Indonesia pada bulan Juni 2012.
Dan sampai hari ini, karyaku yang aku beri judul “Pelangi untuk
Jingga” menghantarkan aku sampai ke sini, menjadi 15 Finalis Terbaik
LMC Kemendiknas SD/MI 2012.
Bercerita tentang proses kreatifku membuat “Pelangi untuk
Jingga” ini, cukup singkat. Setelah aku melihat tema LMC aku memilih
tema ‘kasih sayang’ dan memang latar belakang cerita ini adalah kisah
keseharianku bermain dengan teman yang bernama Dohar. Dohar
adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus yang dalam istilah
medisnya disebut dengan Autis.
Dahulu Dohar tidak diterima oleh lingkungan disekitar kami, karena
13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012



dia membuat semua orang jengkel. Tapi berbeda dengan keluargaku,
orangtuaku dapat memahami bahwa anak-anak yang berkebutuhan
khusus seperti Dohar juga berhak mendapatkan penerimaan yang
sama seperti anak lainnya. Maka mama dengan senang hati menerima
semua keonaran yang dibuat Dohar di rumah kami. Aku juga berusaha
menempatkan Dohar sebagai teman yang sama normalnya denganku,
mengajaknya bermain, mengajarkannya mewarnai, bermain alat
musik, mengajaknya dan mengajarkannya membaca buku-buku cerita
bergambar. Semua pengalamanku bersama Dohar itulah yang akhirnya
melahirkan sebuah cerpen yang berjudul “Pelangi untuk Jingga”. Kenapa
judulnya begitu? Karena Dohar sangat suka sekali menyanyikan lagu
Pelangi-Pelangi, dan warna kesukaannya adalah warna jingga.
Kalau ditanya berapa jumlah buku yang pernah aku baca antara
tahun 2011 dan 2012, aku tidak bisa menjawabnya dengan pasti, karena
begitu banyaknya buku yang aku baca. Barangkali ada lebih dari 30
buku.
Aku punya impian yang belum kesampaian, yaitu memiliki
perpustakaan sendiri di rumah, agar buku-buku koleksi kami juga
bermanfaat buat teman dan orang-orang di sekitarku. Tapi untuk
mewujudkannya mungkin masih butuh waktu, mengingat kondisi
rumahku yang masih mengontrak dan kecil.
Untunglah aku memiliki papa yang kreatif, papa membuatkan
“rumah yang nyaman” untuk semua koleksi bacaan kami yaitu sebuah
peti yang antik dari kayu bekas packingan. Peti itu unik sekali kalau
ditutup dia berubah jadi sebuah meja, dan ketika dibuka berubah
menjadi kotak harta karun kami, hehehehe....
Tapi aku tidak pernah patah semangat untuk mewujudkan
imipianku. Karena aku pernah membaca sebuah kalimat dari sebuah
novel bahwa ‘Jangan pernah meremehkan mimpi setinggi apapun,
karena Allah Maha Mendengar’ dan mengamini. Kalimat itu itu saya
dapat dari novel Negeri 5 Menara “Man jadda wajadda Man shabara
zhaira..!”Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, dan siapa yang
bersabar akan beruntung. Juga aku selalu ingat pesan dari mamaku,
bahwa “bila kamu melakukan segala hal dengan baik, maka hasil yang
akan kamu dapat adalah hasil terbaik”
Nah... itulah aku, seorang gadis kecil yang beranjak remaja dengan
10

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

banyak impian yang ingin diraih. Tentu dengan segudang kegiatan
ekskul juga tugas-tugas sekolah yang menumpuk, karena aku di kelas 7
ini, Alhamdulillah lulus tes masuk kelas unggulan. Juga terpilih menjadi
pengurus Osis, ditunjuk sebagai Ketua Bidang Berbangsa dan Bernegara.
Aktif sebagai Paskibra di sekolahku dan juga sekarang bergabung
dalam beladiri Pencak Silat. Semua kegiatan positif yang aku ikuti itu
semakin menunjang kemampuanku dalam menulis. Karena banyak hal
dari keseharianku itu, yang bisa aku tuangkan dalam tulisanku.
Aku juga sangat peduli dengan teman-temanku sesama pelajar
di negeri ini. Aku prihatin dengan banyaknya tawuran pelajar antar
sekolah yang banyak memakan korban nyawa. Menurutku sekarang
ini, anak-anak sekolah terlalu banyak mengkonsumsi informasi yang
tidak sehat dari media televisi juga internet. Pihak sekolah juga harus
menambahkan lagi tentang budi pekerti, kasih sayang, etika dan
kegiatan sosial yang membangkitkan rasa welas asih dan empati buat
sesama. Tapi tentunya semua itu juga harus didukung secara penuh
oleh keluarga dan orangtua di rumah. Karena menurutku, anak yang
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari keluarganya
akan mempunyai rasa simpati dan empati yang kuat untuk lingkungan
diluar dirinya.
Aku menghimbau semua teman dan sahabat diseluruh pelosok
negeri tercinta ini... Ayo sahabat, kita songsong masa depan dengan
kegiatan yang positif dan bermanfaat. Karena Indonesia di masa depan
itu ada ditangan KITA..!!

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

11

Cerita Bringbun
dan Chikuita
Nafisa Nurul Izza
12

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

K

utilang. Begitu nama yang diberikan bangsa manusia kepada
kami. Sedangkan sahabat-sahabatku biasa memanggil aku
Chikuita. Ya, Chikuita, yang artinya si Kutilang yang suka

bercerita.
Hobiku jalan-jalan. Aku suka pergi ke pinggiran hutan. Aku juga
suka pergi ke, persawahan, kebun, atau pepohonan rimbun di tamantaman kota ini. Di sana aku biasanya bercerita tentang apa saja pada
semua sahabatku bangsa lora dan fauna.
Seperti itulah yang aku lakukan pagi ini. Aku mengunjungi
sahabatku Bringbun (Beringin rimbun). Bringbun tumbuh di salah satu
pojok Balaikota. Saat aku berkunjung seminggu lalu, buah Bringbun
masih kecil-kecil dan mentah. Mudah-mudahan saat ini sudah banyak
yang matang. Jadi aku bisa menikmati buahnya sambil bercerita dengan
dia.
O ya, Bringbun sahabatku ini termasuk pohon yang pintar dan
tahu banyak hal. Mungkin karena letak Bringbun di pojok Balaikota.
Kata Bringbun, setiap hari banyak sekali orang yang duduk-duduk di
bawahnya. Mereka ada yang ngobrol, ada yang berdiskusi, ada yang
membaca koran, majalah, buku, atau internet di laptop yang mereka
bawa. Jadi, secara tidak sengaja Bringbun suka mendengarkan diskusi
orang-orang itu, atau menguping saat mereka sibuk ngobrol. Bahkan,
seringkali Bringbun ikut membaca buku, majalah, koran, atau informasiinformasi yang ada di internet tersebut. Nah, karena aku juga ingin
pintar seperti dia, makanya aku sering sekali mengunjungi Bringbun.
Selain ingin mendengarkan berita-berita terbaru dari dia, aku juga bisa
menikmati buahnya yang lumayan enak.
Tidak sampai tiga puluh menit meluncur dari markasku di Taman
Hutan Raya Kota, aku sudah sampai di salah satu dahan Bringbun.
Setelah mengucapkan salam dan menanyakan kabar, aku minta ijin
menikmati buahnya yang telah matang. Sambil makan buahnya, dalam
hati aku heran dengan sikap sahabatku ini. Tidak seperti biasanya, pagi
ini Bringbun sangat pendiam. Padahal biasanya, setiap aku datang
dia langsung nyerocos bercerita tentang berbagai hal. Kini Bringbun
terlihat kaku dan hanya membisu. Salamku saat datang tadi, juga hanya
dijawabnya dengan singkat saja. Ada apa ini, kataku dalam hati.
Karena ingin tahu, aku pun bertanya kepadanya, kenapa dia seperti
13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

13

itu. Tadinya Bringbun tampak ogah-ogahan bercerita. Tapi setelah aku
desak, akhirnya dia mau juga curhat kepadaku.
“Tadi malam seseorang hendak membakarku, Chikuita. Dia
mengatakan, bahwa tak ada gunanya pohon tumbuh di sini. Untunglah
ada yang mencegah.”
“Syukurlah kalau begitu. Tetapi kenapa engkau masih sedih?
Bukankah engkau telah selamat?”
“Sahabatku Chikuita, aku sedih karena masih saja ada manusia
yang tidak mengerti. Tahukah kamu, Chikuita, bahwa selama ini
kamilah bangsa pepohonan di kota ini, yang paling menderita?” tanya
Bringbun.
“Kenapa kau berkata seperti itu Bringbun?” Aku balik bertanya.
“Begini Chikuita. Tiap hari, kami bangsa pepohonan, dari pagi
hingga larut malam harus bekerja keras menyerap polusi udara. Udaraudara kotor penuh racun itu, dikeluarkan dari berbagai kendaraan milik
bangsa manusia. Setiap hari jumlah kendaraan semakin bertambah
banyak, sementara jumlah pepohonan semakin sedikit. Padahal kami
harus mengubah udara yang kotor dan beracun tersebut, menjadi
oksigen bersih yang dibutuhkan manusia,” demikian Bringbun
mengawali curhatnya. Aku hanya mengangguk-angguk, mendengarkan
curhat Bringbun yang panjang lebar. Sambil terus menikmati buahnya.
“Kamu tahu Chikuita. Walaupun pekerjaan rutin semacam ini
melelahkan, tapi kami tulus dan ikhlas melakukannya. Karena memang
begitulah tugas utama kami, ketika diciptakan Tuhan. Kami bahagia
bisa memberikan manfaat kepada bangsa manusia.” Suara Bringbun
terdengar ditekan, seolah-olah seluruh kesedihan hendak ia tumpahkan.
Aku mengangguk setuju, dan menunggu cerita selanjutnya.
“Tapi tahukah balasan apa yang kami terima? Balasan dari sebagian
besar bangsa manusia penghuni kota ini, kepada kami?”
Aku terdiam dan menunggu.
“Semakin padat dan kotor kota mereka, maka semakin banyak
bangsa kami dianiaya, dirusak, bahkan dibantai!” kini suaranya terdengar
marah dan kesal.
“Masukdmu bagaimana, Bringbun?” tanyaku tidak paham.
“Lihat saja, Chikuita, lihat dengan cermat. Sekarang aku akan
membuka rahasia ini. Coba engkau hitung, ada berapa ratus paku
di tubuhku? Coba kau terbang berkeliling, dan hitung satu per satu,”
1

13 Naskah Terbak Lomba Menuls Certa Anak (LMCA) Tahun 2012

Bringbun berhenti berbicara. Aku sungguh terkejut mendengar hal ini.
“Sekarang ini aku mulai sakit, Chikuita,” kata Bringbun melanjutkan.
“Paku-paku itu, lama-lama berkarat, dan mengotori aliran getahku.
Menghambat suplai makanan dari akar menuju daun. Kemarin-kemarin
aku masih bisa berusaha bertahan.”
“Kenapa mereka tega melakukan itu, Bringbun?” aku spontan
kembali bertanya.
“Karena bangsa manusia selalu meremehkan yang lain. Selalu
ingin mudah, dan murah. Mereka memasang poster, pengumuman,
iklan-iklan, bahkan bendera-bendera, dengan memaku dan memotong
dahan-dahan seenaknya. Bahkan memaku tubuh-tubuh kami dengan
besi, lalu meninggalkan besi-besi itu, untuk mereka pergunakan kembali
pada saat dibutuhkan.”
Aku segera menghentikan makanku, dan melihat-lihat dahan
Bringbun. O la la.., Aku hitung, hanya dalam satu dahan saja, hampir
ada tiga puluhan paku berbagai ukuran yang menancap. Belum
pada batangnya, aku melihat ratusaan paku, hingga besi-besi yang
menonjol, sungguh mengerikan. Aku bergidik dan membayangkan
betapa sakit