T1 802012104 Full text

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
KEDISIPLINAN SISWA DI SMK KRISTEN SALATIGA

Gabriella Fanita Tresna Nusari
Chr. Hari Soetjiningsih

Fakultas Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan
kedisiplinan siswa kelas II SMK Kristen Salatiga.Penelitian inimenggunakan pendekatan
kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak 37siswa. Teknik pengambilan
sampel menggunakan metode jenuh yaitu semua populasi dijadikan sampel.Pengumpulan
data yang dilakukan menggunakan skala kecerdasan emosional, dengan jumlah 22 item
yang valid dan kedisiplinan siswa sebanyak 17 item yang tidak valid. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan
kedisiplinan siswa pada pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi kecerdasan emosi akan semakin tinggi pula kedisiplinan siswa

Kata Kunci :Kecerdasan emosional dan kedisiplinan siswa

i

Abstract

This study aims to determine the relationship of emotional intelligence and discipline grade
II STM Christian Salatiga. This study uses a quantitative approach. Participants in this
study was 37 students. The sampling technique using saturated ie all population sampled.
Data collection was performed using emotional intelligence scale, with the number of 22
items that valid and discipline of students were 17 valid items. The results showed that,
there is a positive relationship between emotional intelligence and discipline of students in
the second grade students of Christian SMK Salatiga. This means that the higher emotional
intelligence the higher the student discipline

Keywords: Emotional intelligence and discipline students


ii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian
Di dalam dunia pendidikan, untuk meraih prestasi di sekolah maupun di luar
sekolah, ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh anak didik. Selain anak didik harus
unggul dalam kecerdasan akademik dan kecerdasan emosionalnya, anak didik juga harus
mempunyai perilaku disiplin yang kuat. Hal itu dikarenakan disiplin merupakan suatu
aturan pendidikan yang menunjuk pada sejenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar
yang tepat atau mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktifitas
(Arikunto, 1993).
Disiplin merupakan salah satu sarana pendidikan dan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kesuksesan anak didik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Karena dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mengubah, membina, dan
membentuk perilaku-perilaku taat terhadap nilai-nilai yang telah diajarkan dan diteladankan
oleh pendidik (Tulus, 2004). Kedisiplinan merupakan ketaatan dan kepatuhan seseorang

terhadap tata tertib, kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang berlaku. Disiplin merupakan hal
yang sangat penting dalam berbagai aktifitas manusia sebagai salah satu alat untuk
mencapai tujuan. Kedisiplinan yang ditetapkan di sekolah bertujuan untuk membina,
mendorong, dan melatih anak didik agar dapat mengendalikan dan mengarahkan
tingkahlaku dirinya dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah,
sehingga timbul rasa tanggungjawab dan kematangan diri, yang menjadikan proses belajar
siswa berjalan dengan lancar. Jadi kedisiplinan merupakan salah satu sikap dan perilaku

2

yang harus dimiliki oleh setiap individu demi kelancaran dalam menjalankan berbagai
aktifitas kehidupan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa yaitu kecerdasan emosi.
Seperti yang diungkapkan oleh Ernawaty (2015), yang menemukan ada pengaruh
kecerdasan emosi terhadap kedisiplinan siswa. Semakin tinggi kecerdasan emosi pada
siswa maka siswa tersebut akan semakin disiplin dalam mentaati peraturan sekolah.
Penelitian Ernawaty (2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
kecerdasan emosi dengan kedisiplinan pada siswa. Namun penelitian Agfalla (2013),
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh atau hubungan antara kecerdasan emosi dengan
kedisiplinan siswa.

Berdasarkan teori atau pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat diambil
pengertian bahwa, kecerdasan emosional dan kedisiplinan merupakan hal yang sangat
penting dalam berbagai aktifitas manusia, sebagai salah satu alat untuk mempermudah
mencapai tujuan. Jadi adakah pengaruh kecerdasan emosional siswa dalam kemampuan
mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi berbagai macam hasratnya, dan
menetapkan berbagai sasaran aktivitasnya terhadap kedisiplinan siswa dalam menaati
berbagai macam peraturan yang diterapkan di sekolah.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa anak yang pintar atau dikatakan memiliki
IQ tinggi pasti akan sukses dalam menjalani kehidupannya, terutama dalam kehidupan
akademiknya. Anggapan tersebut dipatahkan oleh Daniel Goleman seorang Profesor dari
Harvard University yang telah mempopulerkan kecerdasan emosional. Menurutnya
peranan IQ menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosional dalam peraihan puncak
prestasi di dunia kerja (Goleman, 1995).

3

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan potensi
untuk mempelajari ketrampilan, yaitu keterampilan praktis yang didasarkan pada lima
unsur kecerdasan emosional, yang terdiri dari; mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain

(Goleman,1995). Oleh karena itu, emosi sangat penting bagi rasionalitas. Dalam liku-liku
perasaan dengan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan kita dari saat ke
saat, bekerja bahu-membahu dengan pikiran yang rasional, mendayagunakan atau tidak
mendayagunakan pikiran itu sendiri.
Demikian juga, otak nalar memainkan peran eksekutif dalam emosi kita, kecuali
pada saat-saat emosi mencuat lepas kendali dan otak emosional berjalan tak terkendalikan.
Dalam artian tertentu kita mempunyai dua otak, dua pikiran dan dua jenis kecerdasan yang
berlainan yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Jadi keberhasilan kita dalam
kehidupan ditentukan oleh kedua-duanya tetapi kecerdasan emosionallah yang memegang
peranan (Goleman,1995).
Berdasarkan wawancara awal dengan dengan guru kelas II siswa SMK Kristen
kurang disiplin dan sulit diatur untuk mentaati peraturan sekolah. seperti membolos, tidak
mengerjakan tugas, terutama kelas II yang menunjukan jati diri dengan menggas kendaraan
roda dua dengan suara yang keras. Dari uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti ingin
meneliti kaitan antara kecerdasan emosi dan kedisiplinan siswa. Rumusan masalahnya
adalah apakah ada hubungan kecerdasan emosi dengan kedisiplinan siswa. Adapun tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan hubungan kecerdasan emosi dengan kedisiplinan
sisw. Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi kepada SMK Kristen

4


Salatiga terutama kelas II untuk mengembangkan kecerdasan emosional kepada siswa
guna meningkatkan kedisiplinan siswa.

TINJAUAN PUSTAKA

Kedisiplinan Siswa
Menurut Arikunto (1993) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pengajaran
secara Manusiawi, menjelaskan bahwa disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Kedisiplinan merupakan
bentuk kepatuhan seseorang terhadap aturan-aturan atau tata tertib yang berlaku karena
didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1993).

Aspek-aspek Kedisiplinan
Menurut Arikunto (1993) dalam Sulistyowati (2001) kedisiplinan siswa dapat
dilihat dalam empat aspek yaitu :
1) Disiplin dalam menepati jadwal belajar
2) Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu belajar
3) Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat
belajar baik disekolah seperti mentaati tata tertin, maupun disiplin di rumah seperti

teratur dalam belajar
4) Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan
yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.

5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan dalam pengamalannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, di bawah ini
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa antara lain :

1)

Faktor Intern
Faktor intern merupakan segala sifat dan kecakapan yang dimiliki seseorang dalam

perkembangannya, diperoleh dari hasil keturunan.(Sukmadinata,2009). Jadi merupakan
faktor dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi:
a).

Faktor Emosi

Emosi adalah pengalaman afektif yang menyertai penyesuaian batin secara

menyeluruh, keadaan mental dan fisiologis yang meluap-luap pada diri individu, yang
memperlihatkan sendiri pada tingkah laku yang jelas dan nyata. Emosi merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkahlaku/perilaku.
b).

Faktor Pola Pikir
Pola pikir seseorang atau masyarakat suatu daerah dapat mempengaruhi pada sikap

hidup seseorang, karena pola pikir atau cara pandang seseorang atau masyarakat suatu
daerah yang satu berbeda dengan cara pandang seseorang masyarakat suatu daerah yang
lainnya.

6

c).

Faktor Motivasi
Motivasi menurut Djaali (2008), adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang


yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dan sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
2)

Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor dari luar diri seseorang yang sering disebut faktor

lingkungan. Lingkungan dalam pengertian umum, artinya di sekitar kita. Lingkungan ini
mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara
lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik, artinya lingkungan
mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan
sekitarnya. Sebagai faktor eksternal, lingkungan terdiri atas dua macam yakni faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial anak dalam sekolah
adalah guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas. Selanjutnya yang termasuk
lingkungan sosial anak dalam masyarakat adalah tetangga, temanteman sepermainan
disekitar perkampungan anak tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh dan anakanak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Sedangkan
yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah dan
letaknya, alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar (Muhibbin, 1995).


Kecerdasan Emosional.
Goleman (1995), mengidentifikasi kecerdasan emosional merupakan kemampuan
emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika

7

menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu
mengatur suasana hati, kemampuan berenpati dan membina hubungan dengan orang lain.
Sementara Supriadi (2007) mengartikan kecerdasan emosional sebagai suatu dimensi
kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk
watak

dan

karakteristik

didalamnya

terkandung


kemampuan-kemampuan

seperti

kemampuan mengendalikan sosial, empati,motivasi, semangat kesabaran, ketekunan dan
keterampilan sosial.

Aspek Kecerdasan Emosi
Sebagai bahan rujukan dan pegangan gambaran kecerdasan emosional yang dimiliki
oleh seseorang. Goleman (1995) mengemukakan tentang aspek kecerdasan emosional
secara spesifik meliputi:
1)

Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan sendiri

2)

Pengetahuan diri, yaitu menangani emosi sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas dari guru

3)

Motivasi, yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menuntun siswa untuk
mengambil inisiatif sehingga bertindak efektif, serta bertahan jika mengalami
kegagalan

4)

Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami
perspektif mereka dan menumbuhkan hubungan saling percaya

8

5)

Ketrampilan sosial, yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi, mampu berinteraksi dengan baik,
menggunakan ketrampilan sosial untuk bekerja sama dengan siswa lain

Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kedisiplinan Siswa

Kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk kemampuan yang memahami,
memantau, mengendalikan perasaan dan emosi diri sendiri maupun orang lain serta
menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan seseorang.
Emosi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan pikiran positif dengan cara-cara tertentu.
Diantaranya dengan memberikan harapan dalam diri seseorang. Harapan merupakan sebuah
kekuatan dalam berpikir positif dan bermanfaat daripada memberikan sedikit hiburan
ditengah kesengsaraan dan penderitaan. Karena pada dasarnya emosi menggerakkan
seseorang untuk meraih sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Emosi dapat menjadi bahan
bakar untuk memotivasi seseorang dan selanjutnya membentuk persepsi dan menggerakkan
tindakan-tindakan seseorang (Goleman, 1995).
Dalam kecerdasan emosional dikenal istilah flow, yang merupakan inti dan puncak
dari emotional intelligence. Flow adalah keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap
kedalam apa yang sedang dikerjakan, perhatiannya hanya terfokus pada pekerjaan yang
harus diselesaikan dan kesadarannya menyatu dengan tindakan. Dalam flow, emosi tidak
hanya ditampung dan disalurkan tetapi juga bersifat konstruktif (mendukung), memberi
tenaga dan selaras dengan tugas yang sedang dihadapi dan menjadi pendukung bagi setiap
aktifitas seseorang. Flow merupakan keadaan yang bebas dari gangguan emosional yang

9

negatif, jauh dari paksaan, dan perasaan penuh motivasi untuk mencapai kesuksesan dalam
hidup (Goleman, 1995).
Kecerdasan emosional memliki relevansi yang positif dengan perilaku disiplin.
Karena kecerdasan emosional membantu seseorang dalam mengelola emosi dan
memotivasi diri untuk berperilaku tepat atau disiplin dalam menjalani kehidupan. Disiplin
dalam berperilaku menaati peraturan dan tata tertib sekolah merupakan salah satu alat
dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah
memiliki peraturan-peraturan yang tentunya mengandung tujuan yang ingin dicapai, tujuan
tersebut bisa tercapai dengan maksimal apabila semua komponen sekolah menaati
peraturan yang berlaku.

Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah penulis paparkan diatas,
maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif
keberdasan emosi dengan kedisiplinan siswa

METODE PENELITIAN
Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu variabel tergantung
dan variabel bebas.
Variabel bebas

: Kecerdasan emosi

Variabel tergantung

: Kedisiplinan siswa

10

Definisi Operasional
Kedisiplinan adalah merupakan bentuk kepatuhan seseorang terhadap aturan-aturan
atau tata tertib yang berlaku karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata
hatinya. Aspek kedisiplinan menggunakan aspek yang diungkapkan Arikunto (1993) dalam
Sulistyowati (2001) kedisiplinan siswa dapat dilihat dalam empat aspek yaitu : Disiplin
dalam menepati jadwal belajar, disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan
menunda-nunda waktu belajar, disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin dalam menjaga
kondisi fidik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta
berolahraga secara teratur.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan
sosial yang kemudian membentuk watak dan karakteristik didalamnya terkandung
kemampuan-kemampuan seperti: kesadaran diri, pengetahuan diri, motivasi, empati,
ketrampilan social (Goleman, 1995),.

Populasi dan Sampel
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas II STM Kristen Salatiga yang
berjumlah 37 Siswa. Dari keseluruhan siswa tersebut dijadikan sebagai sampel penelitian.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk
memperoleh data yang diselidiki. (Suryabrata, 2004). Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu dengan memberikan kuesioner kepada siswa siswa kelas II STM Kristen
Salatiga.

11

Skala Pengukuran
Skala pengukuran kedisipinan dan kecerdasan emosi ini diukur dengan
menggunakan skala likert. Range skor untuk pernyataan yang bersifat favorable adalah 4
(SS), 3 (S), 2 (TS) dan 1 (STS).

Analisis Aitem
Uji Validitas: uji ini untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan
sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cara meminta
pendapat atau penilaian ahli yang berkompeten dengan masalah yang diteliti. Data
dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation (r hitung) lebih besar 0.3.
Hasil uji validitas untuk variabel kecerdasan emosi sebanyak 40 item, diperoleh hasil
sebanyak 18 item dinyatakan gugur karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih
kecil dari 0,3, dan sebanyak 22 item dinyatakan valid karena memiliki nilai pearson
correlation yang lebih besar dari 0,3. Uji validitas untuk kedisiplinan siswa sebanyak 30
item, diperoleh hasil sebanyak 13 item gugur karena memiliki nilai pearson correlation
yang lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 17 item dinyatakan valid karena memiliki nilai
pearson correlation yang lebih besar dari 0,3.
Uji realibilitas digunakan untuk menunjuk sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen dikatakan reliable bila memiliki
Alpha Cronbach lebih besar .dari 0,6. Jika dilihat dari uji reliabilitas, variabel kecerdasan
emosi memiliki nilai alpha 0,856 dan kedisiplinan siswa memiliki nilai 0,808 yang

12

keduanya lebih besar dari 0,600 yang artinya data reliable dan dapat dinyatakan ke uji
selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1
Reliabilitas Kecerdasan Emosi
Cronbach's Alpha

N of Items

.856

22

Tabel 2
Reliabilitas Kedisiplinan Siswa
Cronbach's Alpha

N of Items

.808

17

Metode Analisis Data
Untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan,
digunakan analisa korelasi. Metode analisa yang digunakan adalah korelasi product
moment. Perhitungan korelasi dalam penelitian ini dengan menggunakan SPSS 17.0 for
windows.

13

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Responden
Subyek penelitian ini dilakukan di kelas II SMK Kristen Salatiga. Reponden dalam
penelitian ini berjumlah 37 siswa, dengan sebagian besar siswa adalah laki-laki sebanyak
36 siswa dan perempuan hanya 1 (satu) siswa. Usia responden sebagian besar berusia 16
tahun sebanyak 33 siswa dan yang berusia 17 tahun sebanyak 4 siswa.

Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji normalitas dan linearitas yang bertujuan untuk
mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing masing variabel.
Data dari variabel penelitian diuji normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov test menggunakan SPSS. Hasil diketahui bahwa variabel kecerdasan emosi
memiliki memiliki koefisien normalitas 0,959 dan kedisiplinan siswa memiliki koefisien
normalitas 0,199 yang mana nilai keuannya lebih besar dari 0,05 dengan demikian variabel
kecerdasan emosi dan kedisiplinan siswa memiliki distribusi normal. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tebel berikut:

14

Tabel 3
Uji Normalitas Data
Kecerdasan
Emosi
N

Kedisiplinan
Siswa

37

37

112.33

85.25

9.946

7.149

Absolute

.085

.179

Positive

.085

.179

Negative

-.060

-.108

Kolmogorov-Smirnov Z

.508

1.074

Asymp. Sig. (2-tailed)

.959

.199

Normal Parameters

a

Mean
Std. Deviation

Most Extreme
Differences

Uji Linearitas
Untuk uji linearitas menunjukan bahwa ada hubungan kecerdasan emosi dan
kedisiplinan siswa adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda = 14,096
dan nilai signifikansi 0,063 > 0,05. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan
kecerdasan emosi dan kedisiplinan siswa ini menunjukan garis yang sejajar atau linear.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut:

Tabel 4
Uji Linearitas Data

15

ANOVA Table
Sum of
Squares
Kedisiplinan Siswa *

Between Groups

Kecerdasan Emosi

(Combined)

1324.583

Mean
df

Square

24

594.808

Deviation from Linearity

729.775

23

31.729

464.167

14

42.197

1788.750

37

Total

1 594.808 14.096 .063

Analisis Deskriptif
1.

Kecerdasan Emosi
Variabel kecerdasan emosional akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi,

sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori
kecerdasan emosional mempunyai 22 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4,
sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :
Jumlah skor tertinggi 22 x 4 = 88
Jumlah skor terendah 22 x 1 = 22
Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
3 (tiga) kategori
= 88 - 22
3
= 22

Tabel 5

Sig.

55.191 1.308 .330

Linearity

Within Groups

F

.752 .729

16

Kategorisasi Pengukuran Kecerdasan Emosional
Interval

Ketegori

Jumlah Siswa

Persentase

22 ≤ x ≤ 44

Rendah

0

0,00 %

44 ≤ x ≤ 66

Sedang

29

78,38 %

66 ≤ x ≤ 88

Rata-rata

73,86
Tinggi

8

21,62 %

37

100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan kecerdasan emosional siswa pada siswa
kelas II STM Kristen Salatiga sebagian besar dalam kategori sedang sebesar 78,38 % dan
kategori tinggi sebesar 21,62 %. Dengan rata-rata sebesar 73,86 yang artinya kecerdasan
emosi pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga adalah sedang.

2.

Kedisiplinan Siswa
Variabel kedisiplinan akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi, sedang,

rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori
kedisiplinan siswa mempunyai 17 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4,
sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :
Jumlah skor tertinggi 17 x 4 = 68
Jumlah skor terendah 17 x 1 = 17
Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
3 (tiga) kategori

17

= 68 - 17
3
= 17
Tabel 6
Kategorisasi Pengukuran Kedisilinan Siswa
Interval

Ketegori

Jumlah Siswa

Persentase

17 ≤ x ≤ 34

Rendah

0

0,00 %

34 ≤ x ≤ 51

Sedang

30

81,08 %

60 ≤ x ≤ 68

Tinggi

7

18,92 %

37

100 %

Rata-rata

55,86

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan kedisiplinan siswa pada siswa kelas II
STM Kristen Salatiga sebagian besar dalam kategori sedang sebesar 81,08 % dan kategori
tinggi sebesar 18,92 %. Dengan rata-rata sebesar 55,86 yang artinya kedisiplinan siswa
pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga adalah sedang.

Pengujian Hipotesis
Hasil korelasi product moment menunjukan ada hubungan positif antara kecerdasan
emosi dengan kedisiplinan siswa. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosi akan
meningkatkan kedisiplinan siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

18

Tabel 7
Uji Korelasi

Kecerdasan Emosi

Kecerdasan

Kedisiplinan

Emosi

Siswa

Pearson
1

.577**

Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kedisiplinan Siswa

.000
37

37

.577**

1

Pearson
Correlation
Sig. (1-tailed)
N

.000
37

37

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Kecerdasan emosi memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa pada pada
siswa kelas II STM Kristen Salatiga yang ditunjukan dengan nilai signifikansi 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05 (5 %) dengan nilai r = sebesar 0,577. Sedangkan sumbangan efektif
sebesar (0,577)2x 100% = 32,49 %, yang artinya kecerdasan emosi memiliki sumbangan
efektif terhadap kedisiplinan siswa sebesar 32,49 %.

19

PEMBAHASAN

Terdapat hubungan kecerdasan emosi memiliki hubungan positif dengan
kedisiplinan siswa pada pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga. Kecerdasan emosi
memiliki sumbangan efektif terhadap kedisiplinan siswa sebesar 32,49 %. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Ernawaty (2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif antara kecerdasan emosi dengan kedisiplinan pada siswa.
Kecerdasan emosional memliki relevansi yang positif dengan perilaku disiplin.
Karena kecerdasan emosional membantu seseorang dalam mengelola emosi dan
memotivasi diri untuk berperilaku tepat atau disiplin dalam menjalani kehidupan. Disiplin
dalam berperilaku menaati peraturan dan tata tertib sekolah merupakan salah satu alat
dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah
memiliki peraturan-peraturan yang tentunya mengandung tujuan yang ingin dicapai, tujuan
tersebut bisa tercapai dengan maksimal apabila semua komponen sekolah menaati
peraturan yang berlaku.
Menurut Goleman, (1995), kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk
kemampuan yang memahami, memantau, mengendalikan perasaan dan emosi diri sendiri
maupun orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran
dan tindakan seseorang. Emosi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan pikiran positif
dengan cara-cara tertentu. Diantaranya dengan memberikan harapan dalam diri seseorang.
Harapan merupakan sebuah kekuatan dalam berpikir positif dan bermanfaat daripada
memberikan sedikit hiburan ditengah kesengsaraan dan penderitaan. Karena pada dasarnya

20

emosi menggerakkan seseorang untuk meraih sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Emosi
dapat menjadi bahan bakar untuk memotivasi seseorang dan selanjutnya membentuk
persepsi dan menggerakkan tindakan-tindakan seseorang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Terdapat hubungan Kecerdasan emosi memiliki hubungan positif dengan
kedisiplinan siswa pada pada siswa kelas II SMK Kristen Salatiga. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi kecerdasan emosi akan semakin tinggi pula kedisiplinan siswa.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1)

Bagi siswa
Diharapkan untuk meningkatkan kedisiplinan yanitu dengan cara meningkatkan
kecerdasan emosi dengan cara mengontrol emosinya

2)

Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya lebih memperhatikan siswanya, terutama dalam hal kecerdasan
emosi, mengevaluasi serta memotivasi siswa. Karena semakin tinggi kecerdasan
emosi maka akan meningkatkan kedisiplinan siswa.

3)

Bagi Peneliti Selanjutnya

21

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut, diharapkan
dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh, seperti
pola asuh orang tua, pengaruh teman sebaya dan dapat melakukan penelitian dengan
memperluas orientasi penelitian pada tingkat pendidikan lain dengan karakteristik
subjek yang beragam.

22

DAFTAR PUSTAKA

Agfalla, N, (2013). Pengaruh Kedisiplinan Siswa Dan Kecerdasan Emosi Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Ismuba Siswa Di SMP Muhammadiyah Piyungan Bantul
Yogyakarta. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Arikunto, S, (1993). Matode Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta
Djaali, (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
Ernawati, (2012). Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap
Hasil Belajar Siswa Sma Negeri Di Kota Makassar. Jurnal Bionature, Volume 16,
Nomor 1, April 2015, hlm.17-20
Goleman, D, (1995). Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih Penting dari pada IQ.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock, E.B., (1994). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kholifah, (2011). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kedisiplinan Pada Siswa.
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang
Muhibbin, S, (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata, N,S, (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sulistyowati, S, (2001). Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu
Pekalongan
Supriadi. (2007). Educational Leadership. Jurnal Pendidikan. Vol. x1. No. 9
Suryabrata. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Tulus, T, (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo