OPTIMISME MASA DEPAN NARAPIDANA DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA Optimisme Masa Depan Narapidana Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga.
OPTIMISME MASA DEPAN NARAPIDANA DITINJAU DARI
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
ARCIVID CHORYNIA RUBY
F100114016
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
OPTIMISME MASA DEPAN NARAPIDANA DITINJAU DARI
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
ARCIVID CHORYNIA RUBY
F100114016
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
OPTIMISME MASA DEPAN NARAPIDANA DITINJAU DARI
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
Arcivid Chorynia Ruby
arcivid.choryniaruby@gmail.com
Eny Purwandari
Fakultas Psikologi
Universitas Muhamamdiyah Surakarta
ABSTRAK
Optimisme masa depan diperlukan oleh narapidana untuk dapat bertahan
hidup baik di dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun setelah keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan sehingga narapidana tidak akan melakukan tindak
pelanggaran hukum lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) apakah
ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan optimisme masa depan
pada narapidana, 2) tingkat optimisme masa depan narapidana dan tingkat
dukungan sosial keluarga kepada narapidana, 3) sumbangan efektif dukungan
sosial keluarga terhadap optimisme masa depan pada narapidana. Sampel dari
penelitian ini adalah 100 orang narapidana laki-laki dan perempuan yang berusia
lebih dari 18 tahun di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Sragen. Teknik
pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling, dengan
karakteristik sampel sebagai berikut : a) narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II-A Sragen, b) berusia lebih dari 18 tahun, c) bisa membaca dan menulis.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif menggunakan alat ukur skala
optimisme masa depan dan skala dukungan sosial keluarga. Teknik analisis data
yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil
analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,473 dan sig. (1-tailed) =
0,000; p < 0,01, artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
dukungan sosial keluarga dengan optimisme masa depan. Optimisme masa depan
narapidana tergolong sedang dilihat dari rerata empirik (RE) 52,38 dan rerata
hipotetik (RH) 50. Dukungan sosial keluarga pada narapidana tergolong tinggi
dilihat dari rerata empirik (RE) 93,32 dan rerata hipotetik (RH) 72. dukungan
sosial keluarga terhadap optimisme masa depan narapidana sebesar 22,37%, maka
masih ada 77,63% faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap optimisme masa
depan narapidana selain faktor dukungan sosial keluarga.
Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Optimisme Masa Depan, Narapidana
v
kejahatan
PENDAHULUAN
tetap
memerlukan
perhatian, terutama bagi para pelaku
Manusia tentu mengharapkan
tindak
kehidupan di masa yang akan datang
dapat
dilalui
dengan
baik
meresahkan
dan
masyarakat.
peristiwa yang tidak terduga.
Misalnya : pencurian, perampokan,
Peningkatan angka kejahatan dapat
penganiayaan,
dilihat dari naiknya jumlah tahanan
Pemasyarakatan
pembunuhan,
dan
Artinya
Indonesia.
2013
ada
sampai
sebanyak
sering
mengindikasikan
bahwa
masalah
menjadi
kata-kata
yang
terungkap setelah melihat atau justru
mengalami
September 2015 ada 177,335 tahanan
tersebut
tersebut
marah, bahkan trauma psikologis
dan narapidana. Sedangkan sampai
Data
tindakan
dll.
harta benda korban. Takut, benci,
Desember 2014 ada 163,404 tahanan
narapidana.
pemerasan,
kekerasan terhadap fisik, psikis, dan
160,061 tahanan dan narapidana,
dan
pemerkosaan,
mengandung unsur pemaksaan atau
Menurut data Ditjen Pemasyarakatan
Desember
kasus
masyarakat pun sangat beragam.
saat ini mengalami peningkatan.
(www.ditjenpas.go.id)
Bentuk
pelanggaran hukum yang menimpa
Tingkat kejahatan di Indonesia
di
Hampir
kasus kriminalitas yang menimpa
kali menjadi sirna karena terjadi
Tahanan
masyarakat.
dapat
sosial maupun koran memberitakan
baik. Namun dalam prosesnya sering
Rumah
yang
setiap hari, melalui televisi, media
mendapatkan kualitas hidup yang
Lembaga
kejahatan
langsung.
1
hal
tersebut
secara
Masa depan memberikan dua
hukuman karena telah melakukan
pilihan dalam menghadapi berbagai
tindak
tantangan
perbuatan yang merugikan orang
kehidupan
yang
akan
pidana
dan
melakukan
muncul di kemudian hari, yaitu
lain.
pasrah kepada keadaan dan nasib
berpendapat
(pesimis) atau mempersiapkan diri
narapidana yang tidak mengulangi
sebaik mungkin dalam menghadapi
tindak pidana pantas untuk diberikan
tantangan
kesempatan
kehidupan
(optimis).
Namun
masyarakat
bahwa
kedua
juga
mantan
dan
tidak
Apabila solusi untuk pembentukan
dikucilkan dalam masyarakat karena
perilaku yang positif tidak segera
sama-sama makhluk Tuhan sehingga
ditemukan
ketika
mantan narapidana tersebut tidak
narapidana sudah merasa pesimis
akan mengulangi tindak pidana atau
dan putus asa terhadap masa depan,
melakukan tindak pidana lain. Akan
dikhawatirkan nantinya dikemudian
tetapi
hari muncul tindak kejahatan serupa
negatif mantan narapidana
dan berkembang kejahatan lainnya,
mengulang tindak pidana (residivis).
sehingga tidak hanya berdampak
Diantaranya
pada diri narapidana itu sendiri tetapi
khawatir mantan narapidana tersebut
juga berdampak terhadap orang-
melakukan
orang di lingkungan sekitarnya. Hasil
anggota
penjajakan awal peneliti menemukan
mengulangi
bahwa masyarakat umum merasa
lingkungan sekitar.
narapidana
terlebih
pantas
lagi
menerima
2
masyarakat
memandang
merasa
hal
was-was,
buruk
keluarga,
tindak
yang
terhadap
berbuat
pidana
atau
di
Sejak
lahir
manusia
telah
terhadap respon masyarakat yang
berhubungan dengan manusia lain,
akan
pada awalnya hubungan itu dimulai
narapidana
dari
mendapatkan
keluarga
kemudian
meluas
melakukan
penolakan
pesimis
untuk
pekerjaan
dan
dapat
atau
hingga ke lingkungan sekitarnya.
kehidupan yang lebih baik karena
Hasil
status mantan narapidana.
penelitian
Shofia
(2009)
mengenai optimisme masa depan
narapidana
di
Dalam kondisi yang demikian,
Lembaga
narapidana membutuhkan dukungan
Pemasyarakatan Klas IIA Sragen
sosial. Dukungan sosial merupakan
menunjukkan
hubungan
bahwa
narapidana
membantu
yang
dalam penelitian ini tidak hanya
bermanfaat dan diperoleh dari orang-
bersikap optimis dalam menghadapi
orang terdekat, salah satunya berasal
masa depan tetapi juga bersikap
dari
pesimis.
bersikap
lingkungan hidup pertama dan utama
optimis dalam menjalani kehidupan
bagi setiap individu. Karena itulah
yang akan datang menjadi lebih baik
dukungan
dari sebelumnya, narapidana optimis
diharapkan berasal dari keluarga.
dalam mendapatkan pekerjaan untuk
Aryatmi
menghidupi keluarga dan narapidana
dalam keluarga setiap individu akan
optimis dapat diterima kembali oleh
mendapat rangsangan, hambatan atau
masyarakat setelah selesai menjalani
pengaruh terhadap pertumbuhan dan
hukuman. Selain bersikap optimis,
perkembangan
narapidana juga bersikap pesimis
pribadinya, serta mulai mengenal
Narapidana
3
keluarga.
Keluarga
yang
(1985)
paling
adalah
utama
mengungkapkan
biologis
maupun
masyarakat sekitar. Individu tidak
narapidana akan tinggi. Dukungan
hanya dilatih untuk mengenal, tetapi
sosial
juga bagaimana menghargai dan
diberikan kepada narapidana bukan
mengikuti norma serta pedoman
sebagai
hidup
lewat
pelanggaran hukum yang dilakukan
dalam
masyarakat
keluarga
penting
dukungan
atas
untuk
tindakan
kehidupan
dalam
keluarga.
oleh narapidana, akan tetapi sebagai
Sependapat
dengan
Aryatmi,
dukungan
untuk
narapidana
memperbaiki
Akhdhiat
&
Marliani
(2011)
mengajak
diri.
menyatakan bahwa dalam keluarga
Menurut
inilah individu belajar mengenai
(2011) pelaku kriminalitas adalah
norma-norma yang berlaku dalam
seseorang yang melakukan perbuatan
masyarakat,misalnya memperhatikan
melanggar hukum dan norma-norma
keinginan orang lain, bekerja sama,
yang berlaku sehingga perbuatannya
dan
sebagai
itu merugikan orang lain. Karena
penambah pengalaman anggotanya
itulah, dukungan sosial keluarga
dalam
ikut
berperan dalam mengajak narapidana
bertingkah
memperbaiki diri dengan kembali
laku dalam interaksi yang dilakukan
menghargai aturan dan mengikuti
di luar keluarga. Ketika keluarga
norma-norma yang berlaku di dalam
sebagai
keluarga dan masyarakat, sehingga
saling
membantu
interaksinya
menentukan
cara-cara
pihak
menerima
pun
pertama
kehadiran
mau
narapidana
narapidana
Akhdhiat
akan
&
Marliani
menyadari
meskipun telah melanggar hukum,
kesalahan yang telah dilakukannya
maka
dan tidak akan mengulangi tindak
optimisme
masa
depan
4
pidana yang sama atau melakukan
kemampuan
tindak pidana lain dikemudian hari.
menginterpretasi secara positif segala
kejadian
Seligman (2006) menyatakan
bahwa
optimisme
suatu
menimpa
kejadian
seseorang,
seseorang
sehingga memaknai suatu hal atau
kejadian dari sisi positif bukan
berbeda. Mereka cenderung percaya
negatifnya
bersifat
Menurut
optimis percaya bahwa kekalahan
Mutmainnah,
bukanlah karena kesalahan mereka.
itu
sebagai
Ubaydillah
2013)
(dalam
aspek-aspek
optimisme adalah :
Ketika dihadapkan dengan situasi
hal
diwujudkan
hari.
hanya pada kejadian ini. Orang yang
menganggap
kemudian
melalui sikap atau perilaku sehari-
sementara dan penyebabnya terbatas
optimis
diwujudkan
tentang masa depan yang ingin diraih
menimpa mereka dengan cara yang
yang
kemudian
kemampuan pola pikir seseorang
berpikir tentang kejadian buruk yang
orang
dalam
Optimisme masa depan adalah
kejadian buruk. Orang yang optimis
buruk,
pengalaman
dalam perilaku.
yang
khususnya
bahwa kekalahan hanya
dan
untuk
kehidupannya, dimulai dari pikiran
berhubungan
dengan pola pikir dan keyakinan diri
tentang
seseorang
a. Kognitif
Individu percaya diri akan
kemampuan
tantangan dan berusaha keras untuk
dan
memiliki
keyakinan dan harapan yang
menyelesaikannya.
membangkitkan
Sedangkan menurut Primardi &
semangat,
mempunyai rencana dan langkah
Hadjam (2010) optimisme merupakan
yang terfokus dan selektif untuk
5
meraih hasil yang lebih baik,
1. Dukungan sosial keluarga
serta positif dan realistis serta
Adanya dukungan, motivasi
dapat menerima fakta.
dan perhatian dari keluarga yang
b. Afektif
berupa
Individu
agar
membesar-
individu berpikir dengan tenang
perasaan
dan mengubah pola pikir yang
yang positif terhadap diri dan
semula pesimis menjadi optimis
kemampuannya, serta memiliki
menyebabkan
penghayatan
menghilangnya pesimisme yang
besarkan
mampu
tidak
nasehat-nasehat
masalah,
yang
baik
menikmati
dan
hidup
perlahan-lahan
dimiliki.
sehingga bisa membedakan hal
2. Pengalaman orang lain
yang salah (menyimpang) dan
Tumbuhnya optimisme juga
hal yang benar.
dipengaruhi
c. Konatif
oleh
pengalaman
bersosialisasi dengan orang-orang
Individu mempunyai perilaku
di
sekitar
individu.
Ketika
yang lebih baik guna meraih
individu
hasil yang lebih baik dan mampu
orang lain memiliki optimisme
menjalankan agenda perbaikan
dan mampu melalui hal buruk
diri secara terus menerus.
yang saat ini sedang dialami
Cahyasari & Sakti (2014) faktor-
individu akan membuat individu
faktor
yang
mempengaruhi
melihat
pengalaman
tersebut bangkit dan memiliki
optimisme adalah :
sikap optimisme.
6
kerabat, sanak saudara yang bertalian
3. Religiusitas
Religiusitas
juga
oleh turunan, sanak saudara yang
memiliki
pengaruh pada individu dalam
bertalian
pengembangan
orang seisi rumah (anak, bini, batih)
Individu
yang
optimisme
yang
perkawinan,
atau
kepada individu yang bersangkutan.
memiliki
berpandangan
berkeyakinan
sesuatu
optimisme.
oleh
persepsi
dan
individu
mengenai
bahwa
segala
kehadiran anggota keluarga yang
terjadi
adalah
memberikan
dukungan,
motivasi,
kehendak Tuhan sehingga mereka
semangat maupun bantuan dalam
akan mendapat pertolongan.
kehidupan pribadi individu secara
Manfaat optimisme masa depan
langsung maupun tidak langsung dan
adalah mengurangi resiko mengalami
verbal maupun non-verbal terutama
depresi, mengurangi risiko masalah
ketika
kesehatan
menghadapi masalah.
serta
meningkatkan
kesehatan, meningkatkan perlakuan
Sarafino
baik, memudahkan penyesuaian diri,
bahwa
2006)
aspek
a. Dukungan Emosional.
dukungan sosial keluarga adalah
Dukungan sosial emosional
pemberian perasaan nyaman baik
meliputi empati dan perhatian
fisik maupun psikologis yang berupa
terhadap
pemberian perhatian, rasa dihargai
individu.
Dukungan
emosional tersebut memberikan
dan dicintai yang diberikan oleh
ayah-ibu,
sedang
dukungan sosial antara lain adalah :
Permatasari (2011) menyatakan
keluarga,
tersebut
(Komalasari,
mengemukakan
dan meningkatkan kepercayaan.
sanak
individu
perasaan
kaum
7
nyaman,
aman
dan
dicintai terutama pada saat-saat
saran atau umpan balik tentang
penuh tekanan.
keadaan atau apa yang dikerjakan
b. Dukungan Penghargaan.
Dukungan
individu.
penghargaan
e. Dukungan persahabatan.
diwujudkan melalui penghargaan
Suatu bentuk dukungan sosial
terhadap individu, dorongan atau
yang
persetujuan
dukungan bagi seseorang dalam
atau
terhadap
perasaan
perbandingan
individu
gagasan
individu
positif
lain.
penghargaan
serta
memberikan
usaha untuk mengurangi tekanan
dengan
yang dirasakan.
Dukungan
ini
dapat
f. Dukungan Motivasional.
terutama
Pemberian dorongan
dan
membantu meningkatkan harga
semangat pada individu yang
diri individu.
membutuhkan
untuk
menyelesaikan
permasalahan
c. Dukungan Instrumental.
Dukungan
instrumental
yang dihadapi.
meliputi
bantuan
langsung,
seperti
ketika
seseorang
istilah yang biasa digunakan oleh
memberikan bantuan uang untuk
hukum dan masyarakat. Meskipun
pengobatan, bagi ekonomi lemah
demikian, ada istilah lain yang sering
bantuan ini sangat berarti.
digunakan selain istilah narapidana,
Narapidana
d. Dukungan Informasi.
Dukungan
yakni
merupakan
Warga
suatu
Binaan
informasi
Pemasyarakatan. Akan tetapi dalam
mencakup pemberian nasehat,
penelitian skripsi ini menggunakan
8
istilah narapidana. Menurut UU No.
menggunakan Purposive Sampling
12
tentang
yaitu penentuan sampel penelitian
Pemasyarakatan, narapidana adalah
didasarkan pada karakteristik yang
terpidana yang menjalani pidana
telah
hilang kemerdekaan di Lembaga
Karakteristik sampel adalah sebagai
Pemasyarakatan berdasarkan putusan
berikut : a) narapidana di Lembaga
pengadilan yang telah memperoleh
Pemasyarakatan Klas II-A Sragen, b)
kekuatan hukum tetap. Sedangkan
berusia lebih dari 18 tahun, c) bisa
menurut Pasal 1 Ayat 3 UU No. 12
membaca dan menulis. Metode yang
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
digunakan adalah metode kuantitatif
Lembaga
menggunakan
Tahun
1995
Pemasyarakatan
yang
ditentukan
alat
sebelumnya.
ukur
skala
selanjutnya disebut Lapas adalah
optimisme masa depan dan skala
tempat
melaksanakan
dukungan sosial keluarga. Teknik
pembinaan Narapidana dan Anak
analisis data yang digunakan adalah
Didik Pemasyarakatan.
korelasi
untuk
Product
Moment
dari
Pearson dan uji crosstabs.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek penelitian ini adalah 100
dan
Berdasarkan hasil analisis data
perempuan yang berusia lebih dari
yang telah dilakukan menggunakan
18
teknik analisis Product Moment dari
orang
narapidana
tahun
laki-laki
di
Lembaga
Pemasyarakatan Klas II-A Sragen.
Carl
Teknik
program SPSS 15.0 For Windows
pengambilan
sampel
9
Pearson
dengan
bantuan
dapat
diketahui
nilai
koefisien
menyebabkan
perlahan-lahan
korelasi (r) sebesar 0,473 dan sig. (1-
menghilangnya
tailed)
dimiliki. Kehadiran keluarga sangat
=
0,000;
p
<
0,01,
pesimisme
yang
menunjukan ada hubungan positif
berpengaruh
yang
antara
narapidana saat mengalami keadaan
dukungan sosial keluarga dengan
yang tidak mengenakkan di dalam
optimisme
Lembaga Pemasyarakatan, selain itu
sangat
signifikan
masa
depan.
Hasil
dan
dibutuhkan
penelitian ini mendukung pendapat
kehadiran
Bukhori (2012); Seligman (dalam
membantu narapidana untuk selalu
Kasmayati,
Kasmayati
menjaga dan memulihkan keadaan
(2013); Cahyasari & Sakti (2014)
psikologis narapidana baik secara
bahwa
langsung maupun tidak langsung
2013);
adanya
dukungan
sosial
keluarga
juga
akan
keluarga dapat membuat optimisme
karena
individu
karena
bahwa keluarga tidak menolaknya.
merasa yakin bahwa bantuan akan
Bentuk dukungan sosial keluarga
selalu
yang
menjadi
tersedia
tinggi
bila
dibutuhkan,
narapidana
dirasakan
menganggap
oleh
narapidana
memberikan motivasi dan sarana,
sehingga optimisme masa depan
turut
narapidana meningkat diantaranya
mendukung
memberikan
informasi
dengan
yang
adalah
keluarga
yang
datang
dibutuhkan, serta menerima kondisi
menjenguk
narapidana
sehingga
apa adanya sehingga mengubah pola
membuat
narapidana
merasa
pikir mengenai masa depan yang
bahagia, keluarga yang membuat
semula pesimis menjadi optimis
narapidana merasa dihargai, keluarga
10
memberi
dorongan
narapidana
berbuat
bebas
baik
dari
Pemasyarakatan,
membawakan
kepada
adalah
setelah
diperlukan oleh seseorang agar dia
Lembaga
keluarga
makanan
nilai
berinteraksi
yang
norma
dengan
dasar
yang
orang-orang
dalam masyarakat yang lebih luas
kesukaan
(Akhdhiat
&
Marliani,
2011).
narapidana ketika sakit, keluarga
Dukungan sosial keluarga penting
yang
untuk diberikan kepada narapidana
memenuhi
narapidana,
kebutuhan
keluarga
yang
bukan
sebagai
dukungan
atas
menanyakan kegiatan sehari-sehari
tindakan pelanggaran hukum yang
narapidana
dilakukan oleh narapidana, akan
di
dalam
Lembaga
Pemasyarakatan dan mau mendengar
tetapi
cerita narapidana ketika berkunjung
mengajak narapidana memperbaiki
sehingga
narapidana
diri. Menurut Akhdhiat & Marliani
mampu menceritakan apa saja yang
(2011) pelaku kriminalitas adalah
dirasakannya,
akan
seseorang yang melakukan perbuatan
mengingatkan dengan cara yang baik
melanggar hukum dan norma-norma
ketika
yang berlaku sehingga perbuatannya
membuat
keluarga
narapidana
kesalahan,
serta
melakukan
keluarga
sebagai
dukungan
untuk
yang
itu merugikan orang lain. Karena
memberi
semangat
kepada
itulah, dukungan sosial keluarga
narapidana
agar
mudah
berperan dalam mengajak narapidana
tidak
menyerah.
memperbaiki diri dengan kembali
Selain itu, nilai dan norma yang
disosialisasikan
dalam
menghargai aturan dan mengikuti
keluarga
norma-norma yang berlaku di dalam
11
keluarga dan masyarakat, sehingga
(narapidana lajang dan narapidana
narapidana
yang
akan
menyadari
suah
menikah)
dapat
kesalahan yang telah dilakukannya
disimpulkan bahwa anggota keluarga
dan tidak akan mengulangi tindak
yang paling sering mengunjungi
pidana yang sama atau melakukan
narapidana
tindak pidana lain dikemudian hari.
narapidana yang sudah menikah
Berdasarkan tabulasi data yang
dilakukan
menunjukkan
lajang
maupun
adalah orangtua. Hasil penelitian ini
bahwa
mendukung
pendapat
Kasmayati
narapidana yang sudah menikah
(2013) bahwa orangtua yang telah
mendapat kunjungan dari orangtua,
memberikan dukungan, motivasi dan
pasangan, saudara, dan anak dengan
sarana
proporsi yang hampir seimbang.
mendukung
Begitu pula dengan tabulasi data
informasi yang dibutuhkan, serta
narapidana
menerima
lajang,
menunjukkan
untuk
anaknya,
dengan
kondisi
turut
memberikan
individu
apa
bahwa hanya orangtua dan saudara
adanya
yang yang mengunjungi narapidana
memiliki optimisme masa depan.
karena memang narapidana masih
Seligman (2006) juga menyatakan
berstatus
lajang sehingga belum
bahwa orangtua merupakan awal
memiliki pasangan (suami/istri) dan
mula optimisme individu. Orangtua
anak, meskipun demikian proporsi
yang
antara kunjungan orangtua dengan
depan tinggi akan membuat anaknya
saudara juga dapat dikatakan hampir
juga memiliki optimisme masa depan
seimbang.
yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Dari
kedua
diargram
12
akan
memiliki
membuat
individu
optimisme
masa
Ketika anak melakukan kesalahan,
41,4% maupun yang sudah menikah
penting
untuk
sebesar 43,7% adalah kasus narkoba
mengatakannya dengan cara yang
dengan masa hukuman terbanyak
baik. Hal ini dikarenakan anak bukan
yaitu lebih dari 3 tahun sampai 6
hanya
tahun. Menurut Akhdhiat & Marliani
bagi
orangtua
mendengarkan
dengan
seksama apa yang orangtua mereka
(2011)
katakan, tetapi juga bagaimana cara
dapat disebut penyimpangan sosial
orangtua mengatakannya. Akhdhiat
karena dianggap melanggar nilai dan
& Marliani (2011) mengemukakan
norma-normal yang berlaku. Selain
bahwa
itu,
orangtua
yang
menolak
penyalahgunaan
berdasarkan
narkoba
hasil
analisis
kehadiran anak akan menyebabkan
Crosstabs antara Optimisme Masa
anak
Depan,
menjadi
agresif,
suka
menyeleweng,
pembohong,
menjadi
yang tidak baik.
anak
dan
Keluarga,
Usia,
dan
menunjukkan
Dukungan
Masa
bahwa
Sosial
Hukuman
pada
Sehingga peranan orangtua dalam
narapidana yang mendapat dukungan
keluarga sangat besar pengaruhnya
sosial keluarga yang tinggi dengan
bagi perkembangan anaknya.
optimisme masa depan yang tinggi
Berdasarkan
hasil
analisis
ada sebanyak 11% dan narapidana
Crosstabs antara kasus pidana, masa
yang mendapat dukungan sosial
hukuman, dan status narapidana
keluarga yang sangat tinggi dengan
menunjukkan
pelanggaran
optimisme masa depan yang tinggi
hukum terbanyak yang dilakukan
ada sebanyak 21% paling banyak
oleh
berada pada rentang usia 20 - 40
bahwa
narapidana
lajang
sebesar
13
Tahun (dewasa muda) dengan masa
pengetahuan dibandingkan remaja.
hukuman >3 tahun - 6 tahun. Pada
Biasanya pada masa ini individu
masa hukuman >3 tahun – 6 tahun,
mulai berpikir lebih liberal dan
narapidana
dapat
bijaksana
menyesuaikan dengan kondisi di
keputusan
Lembaga
menyelesaikan masalah.
sudah
Pemasyarakatan.
Tahun
pertama sampai kedua di dalam
Lembaga
masa
transisi
mengambil
tentang
Berdasarkan
Pemasyarakatan
merupakan
dalam
variabel
bagi
kategorisasi
optimisme
mempunyai
cara
masa
depan
rerata empirik
(RE)
narapidana yang semula bisa bebas
sebesar 52,38 dan rerata hipotetik
melakukan
(RH)
apa
saja
dan
dapat
sebesar
50
yang
berarti
bertemu anggota keluarga setiap hari
optimisme masa depan pada subjek
menjadi terbatas selama berada di
penelitian
tergolong
sedang.
Lembaga Pemasyarakatan. Menurut
Sedangkan
kategorisasi
variabel
Akhdhiat & Marliani (2011) orang
dukungan
dewasa
mempunyai
awal
yang
matang
sosial
keluarga
rerata empirik
(RE)
kognitifnya lebih sistematis dalam
sebesar 93,32 dan rerata hipotetik
memecahkan masalah, begitu juga
(RH)
dalam
dukungan
merumuskan
hipotesis
sebesar
72
sosial
yang
keluarga
berarti
pada
masalah ia lebih terarah dengan
subjek penelitian tergolong tinggi.
pertimbangan logika yang semakin
Beberapa hal yang mempengaruhi
mantap
optimisme masa depan narapidana
memiliki
karena
lebih
pengalaman
banyak
dan
yang
14
tergolong
sedang
namun
dukungan sosial keluarga narapidana
narapidana
sedang
tergolong tinggi diantaranya adalah
kehadiran
keluarga
karena
direncanakan
ketika
berada
Lembaga
di
dalam
Pemasyarakatan
kalanya
membutuhkan
tidak
setiap
tiba-tiba
saat.
dapat
Ada
narapidana
narapidana merasa bahwa Lembaga
membutuhkan kehadiran keluarga,
Pemasyarakatan memberikan bekal
sedangkan keluarga berada di rumah.
ketrampilan yang tidak dibutuhkan
Kondisi ini tentu berbeda ketika
oleh narapidana sehingga narapidana
narapidana berada di rumah dan bisa
kurang mampu menikmati hidup dan
setiap hari bertemu dengan keluarga.
merasa bosan selama berada di
Hal inilah yang membuat narapidana
dalam
Pemasyarakatan.
memiliki optimisme masa depan
merasa
bahwa
yang tergolong sedang meskipun
hidup yang dijalani oleh narapidana
dukungan sosial keluarga narapidana
penuh dengan beban dan merasa
tinggi.
Lembaga
Narapidana
juga
bahwa keluarga menganggap bahwa
Dukungan
sosial
keluarga
apa yang dilakukan oleh narapidana
memiliki sumbangan efektif (SE)
selalu salah. Selain itu meskipun
terhadap variabel optimisme masa
dukungan sosial keluarga diberikan
depan narapidana sebesar 22,37%,
dalam
datang
hal tersebut menunjukkan bahwa
pada
masih ada 77,63% faktor-faktor lain
bentuk
berkunjung,
kenyataannya
keluarga
keluarga
namun
tidak
dapat
setiap
hari
yang
mengunjungi
berpengaruh
terhadap
optimisme masa depan narapidana
narapidana. Sementara waktu ketika
selain
15
faktor
dukungan
sosial
keluarga yang tidak diperhatikan
kiranya dengan menggunakan
dalam penelitian ini.
atau
Penelitian ini menunjukkan hasil
menambah
variabel
lain
variabel-
yang
belum
bahwa dukungan sosial keluarga
disertakan dalam penelitian ini
mempunyai
ataupun dengan menambah dan
pengaruh
terhadap
optimisme masa depan narapidana.
memperluas
Namun ada beberapa keterbatasan
penelitian.
ruang
lingkup
dalam penelitian ini, antara lain :
1.
Penelitian
yang
kurang
mendalam
sehingga
masih
banyak
data
yang
belum
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan
terungkap.
2.
Range usia
telah diuraikan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
dan karakteristik subjek kurang
1. Ada hubungan positif yang sangat
spesifik.
signifikan antara dukungan sosial
Generalisasi dari hasil penelitian
keluarga dengan optimisme masa
ini terbatas pada populasi tempat
depan. Artinya semakin tinggi
penelitian dilakukan sehingga
dukungan sosial keluarga maka
perlu dilakukan penelitian lagi
akan semakin tinggi optimisme
sebelum penerapan pada ruang
masa depan. Sebaliknya semakin
lingkup yang lebih luas dengan
karakteristik
penelitian,
analisis data dan pembahasan yang
yang digunakan
sebagai subjek terlalu melebar
3.
hasil
yang
rendah dukungan sosial keluarga
berbeda,
16
maka
akan
semakin
rendah
faktor-faktor
optimisme masa depan.
lain
yang
turut
berpengaruh terhadap optimisme
2. Tingkat optimisme masa depan
masa depan narapidana diluar
narapidana pada penelitian ini
faktor dukungan sosial keluarga
tergolong sedang. Berdasarkan
namun tidak diperhatikan dalam
Rerata Empirik (RE) yang lebih
penelitian ini.
besar dari Rerata Hipotetik (RH)
b. Saran
menunjukkan bahwa optimisme
masa
depan
tinggi
dari
narapidana
dugaan
Berdasarkan
lebih
penelitian
yang
telah dilakukan maka saran-saran
peneliti.
yang
dikemukakan
sehubungan
Tingkat dukungan sosial keluarga
dengan hasil penelitian adalah :
terhadap
1. Bagi Narapidana
narapidana
tergolong
tinggi. Rerata Empirik (RE) yang
Bagi narapidana disarankan
lebih besar dari Rerata Hipotetik
untuk tidak menyembunyikan
(RH)
masalah
menunjukkan
dukungan
sosial
bahwa
sendirian
namun
keluarga
berbagi kepada keluarga, yakin
terhadap narapidana lebih tinggi
akan kemampuan yang dimiliki,
dari dugaan peneliti.
menerima
3. Dukungan
sosial
keluarga
dan
segala
kelebihan
memiliki sumbangan efektif (SE)
mengikuti
terhadap optimisme masa depan
Pemasyarakatan
narapidana
sungguh-sungguh
Artinya
sebesar
77,63%
22,37%.
berasal
dari
menghayati
17
kekurangan
diri
kegiatan
bahwa
sendiri,
Lembaga
dengan
dan
kegiatan
tersebut memiliki manfaat untuk
aturan dan mengikuti norma-
narapidana, tetap yakin bahwa
norma
masa
masyarakat.
depan
sehingga
masih
tidak
harapan
akan
panjang
kehilangan
masa
yang
berlaku
di
2. Bagi Keluarga
depan,
Bagi keluarga narapidana
mendekatkan diri kepada Tuhan
disarankan untuk memberikan
dan ketika berada di dalam
dukungan,
Lembaga
penghargaan positif, nasehat dan
Pemasyarakatan
narapidana
disarankan
untuk
motivasi,
saran-saran atau umpan balik
memilih bekal ketrampilan yang
kepada
dibutuhkan
narapidana.
dengan keluarga selalu datang
Bila narapidana merasa tidak
ke persidangan terutama ketika
ada bekal
ketrampilan
pembacaan
dibutuhkan
maka
oleh
yang
narapidana
narapidana.
Misalnya
vonis,
ketika
berkunjung membawa makanan
bisa memilih sesuai dengan hobi
kesukaan
dan minat narapidana, sehingga
menanyakan aktivitas sehari-hari
narapidana
yang dilakukan narapidana di
dapat
menikmati
narapidana,
hidup dan tidak mudah bosan
dalam
selama
Pemasyarakatan,
berada
Lembaga
Selain
itu
di
dalam
Pemasyarakatan.
narapidana
Lembaga
mendengarkan
juga
mau
keluh
kesah
narapidana, apabila melakukan
disarankan untuk memperbaiki
kesalahan
diri dengan kembali menghargai
dengan cara yang baik dan lain-
18
maka
diingatkan
lain. Selain itu, keluarga juga
disarankan
berperan
mengajak
Lembaga
dalam
atau
narapidana
memperbaiki
diri
disarankan
seorang
tenaga
professional untuk membantu
kembali menghargai aturan dan
memecahkan
mengikuti norma-norma yang
narapidana
berlaku di dalam keluarga dan
keadaan psikologis narapidana,
masyarakat, sehingga narapidana
misalnya seorang psikolog yang
akan menyadari kesalahan yang
berwenang
telah dilakukannya dan tidak
kriminal atau psikolog sosial.
akan mengulangi tindak pidana
Selain
yang
Pemasyarakatan atau Pemerintah
sama
atau
melakukan
permasalahan
berkaitan
seperti
itu
dengan
psikolog
Lembaga
tindak pidana lain dikemudian
juga
hari. Tahun pertama sampai
mengembangkan
kedua merupakan masa transisi
ketrampilan yang sudah ada dan
yang penting bagi narapidana
menambah bekal ketrampilan
sehingga
yang baru untuk narapidana.
keluarga
juga
disarankan untuk memberikan
disarankan
untuk
bekal
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
perhatian lebih agar narapidana
3.
Pemerintah
menyediakan
dengan
Pemasyarakatan
Peneliti
selanjutnya
tidak merasa putus asa dan
disarankan
merasa pesimis.
variabel lain selain dukungan
Bagi Lembaga Pemasyarakatan
sosial keluarga yang diduga
atau Pemerintah
dapat mempengaruhi optimisme
19
memperhatikan
masa depan narapidana. Selain
Kita Jakarta. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma
itu peneliti selanjutnya juga
disarankan
Mutmainnah. (2013). Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan
Optimisme Masa Depan Pada
Mahasiswa Program Twinning Di
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Skripsi
(Tidak
Diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
menggunakan
metode lain selain kuantitatif
untuk pengumpulan data supaya
lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Permatasari, Ike Devi. (2011).
Hubungan Antara Dukungan
Sosial Keluarga Dan Persepsi
Terhadap Status Sosial Ekonomi
Dengan Harga Diri Pada Anak
Binaan Di Lembaga Studi
Kemasyarakatan (LSK) Bina
Bakat Surakarta. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Surakarta: Program
Studi
Psikologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Akhdhiat, H., & Marliani, R. (2011).
Psikologi
Hukum.
Bandung:
Pustaka Setia.
Aryatmi, S. (1985). Peranan
Keluarga
Memandu
Anak.
Jakarta: Rajawali.
Cahyasari, A. S., & Sakti, H. (2014).
Optimisme Kesembuhan Pada
Penderita Mioma Uteri. Psikologi
Undip , 13 No.1 , 21-33.
Primardi, A., & Hadjam, M. N.
(2010). Optimisme, Harapan,
Dukungan Sosial Keluarga, dan
Kualitas Hidup Orang Dengan
Epilepsi. Jurnal Psikologi , 3,
No.2, 123 - 133.
Direktorat
Jenderal
Pemasyarakatan.
(2015).
Retrieved September 18, 2015,
from
Sistem
Database
Permasyarakatan:
http://www.ditjenpas.go.id/
Seligman, M. E. (2006). Learned
Optimism. New York: Vintage
Books.
Kasmayati.
(2013).
Optimisme
Remaja Penyandang Cacat Akibat
Kecelakaan. EMPATHY Jurnal
Fakultas Psikologi , 2 No 1.
Shofia, F. (2009). Optimisme Masa
Depan
Narapidana.
Skripsi.
Retrieved Oktober 15 2014, from
http://etd.eprints.ums.ac.id/3603/
Komalasari, E. (2006). Dukungan
Sosial Pada Penderita Sakit
Jantung Di Rumah Sakit Harapan
20
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
ARCIVID CHORYNIA RUBY
F100114016
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
OPTIMISME MASA DEPAN NARAPIDANA DITINJAU DARI
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
ARCIVID CHORYNIA RUBY
F100114016
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
OPTIMISME MASA DEPAN NARAPIDANA DITINJAU DARI
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
Arcivid Chorynia Ruby
arcivid.choryniaruby@gmail.com
Eny Purwandari
Fakultas Psikologi
Universitas Muhamamdiyah Surakarta
ABSTRAK
Optimisme masa depan diperlukan oleh narapidana untuk dapat bertahan
hidup baik di dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun setelah keluar dari
Lembaga Pemasyarakatan sehingga narapidana tidak akan melakukan tindak
pelanggaran hukum lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) apakah
ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan optimisme masa depan
pada narapidana, 2) tingkat optimisme masa depan narapidana dan tingkat
dukungan sosial keluarga kepada narapidana, 3) sumbangan efektif dukungan
sosial keluarga terhadap optimisme masa depan pada narapidana. Sampel dari
penelitian ini adalah 100 orang narapidana laki-laki dan perempuan yang berusia
lebih dari 18 tahun di Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Sragen. Teknik
pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling, dengan
karakteristik sampel sebagai berikut : a) narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II-A Sragen, b) berusia lebih dari 18 tahun, c) bisa membaca dan menulis.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif menggunakan alat ukur skala
optimisme masa depan dan skala dukungan sosial keluarga. Teknik analisis data
yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil
analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,473 dan sig. (1-tailed) =
0,000; p < 0,01, artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
dukungan sosial keluarga dengan optimisme masa depan. Optimisme masa depan
narapidana tergolong sedang dilihat dari rerata empirik (RE) 52,38 dan rerata
hipotetik (RH) 50. Dukungan sosial keluarga pada narapidana tergolong tinggi
dilihat dari rerata empirik (RE) 93,32 dan rerata hipotetik (RH) 72. dukungan
sosial keluarga terhadap optimisme masa depan narapidana sebesar 22,37%, maka
masih ada 77,63% faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap optimisme masa
depan narapidana selain faktor dukungan sosial keluarga.
Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Optimisme Masa Depan, Narapidana
v
kejahatan
PENDAHULUAN
tetap
memerlukan
perhatian, terutama bagi para pelaku
Manusia tentu mengharapkan
tindak
kehidupan di masa yang akan datang
dapat
dilalui
dengan
baik
meresahkan
dan
masyarakat.
peristiwa yang tidak terduga.
Misalnya : pencurian, perampokan,
Peningkatan angka kejahatan dapat
penganiayaan,
dilihat dari naiknya jumlah tahanan
Pemasyarakatan
pembunuhan,
dan
Artinya
Indonesia.
2013
ada
sampai
sebanyak
sering
mengindikasikan
bahwa
masalah
menjadi
kata-kata
yang
terungkap setelah melihat atau justru
mengalami
September 2015 ada 177,335 tahanan
tersebut
tersebut
marah, bahkan trauma psikologis
dan narapidana. Sedangkan sampai
Data
tindakan
dll.
harta benda korban. Takut, benci,
Desember 2014 ada 163,404 tahanan
narapidana.
pemerasan,
kekerasan terhadap fisik, psikis, dan
160,061 tahanan dan narapidana,
dan
pemerkosaan,
mengandung unsur pemaksaan atau
Menurut data Ditjen Pemasyarakatan
Desember
kasus
masyarakat pun sangat beragam.
saat ini mengalami peningkatan.
(www.ditjenpas.go.id)
Bentuk
pelanggaran hukum yang menimpa
Tingkat kejahatan di Indonesia
di
Hampir
kasus kriminalitas yang menimpa
kali menjadi sirna karena terjadi
Tahanan
masyarakat.
dapat
sosial maupun koran memberitakan
baik. Namun dalam prosesnya sering
Rumah
yang
setiap hari, melalui televisi, media
mendapatkan kualitas hidup yang
Lembaga
kejahatan
langsung.
1
hal
tersebut
secara
Masa depan memberikan dua
hukuman karena telah melakukan
pilihan dalam menghadapi berbagai
tindak
tantangan
perbuatan yang merugikan orang
kehidupan
yang
akan
pidana
dan
melakukan
muncul di kemudian hari, yaitu
lain.
pasrah kepada keadaan dan nasib
berpendapat
(pesimis) atau mempersiapkan diri
narapidana yang tidak mengulangi
sebaik mungkin dalam menghadapi
tindak pidana pantas untuk diberikan
tantangan
kesempatan
kehidupan
(optimis).
Namun
masyarakat
bahwa
kedua
juga
mantan
dan
tidak
Apabila solusi untuk pembentukan
dikucilkan dalam masyarakat karena
perilaku yang positif tidak segera
sama-sama makhluk Tuhan sehingga
ditemukan
ketika
mantan narapidana tersebut tidak
narapidana sudah merasa pesimis
akan mengulangi tindak pidana atau
dan putus asa terhadap masa depan,
melakukan tindak pidana lain. Akan
dikhawatirkan nantinya dikemudian
tetapi
hari muncul tindak kejahatan serupa
negatif mantan narapidana
dan berkembang kejahatan lainnya,
mengulang tindak pidana (residivis).
sehingga tidak hanya berdampak
Diantaranya
pada diri narapidana itu sendiri tetapi
khawatir mantan narapidana tersebut
juga berdampak terhadap orang-
melakukan
orang di lingkungan sekitarnya. Hasil
anggota
penjajakan awal peneliti menemukan
mengulangi
bahwa masyarakat umum merasa
lingkungan sekitar.
narapidana
terlebih
pantas
lagi
menerima
2
masyarakat
memandang
merasa
hal
was-was,
buruk
keluarga,
tindak
yang
terhadap
berbuat
pidana
atau
di
Sejak
lahir
manusia
telah
terhadap respon masyarakat yang
berhubungan dengan manusia lain,
akan
pada awalnya hubungan itu dimulai
narapidana
dari
mendapatkan
keluarga
kemudian
meluas
melakukan
penolakan
pesimis
untuk
pekerjaan
dan
dapat
atau
hingga ke lingkungan sekitarnya.
kehidupan yang lebih baik karena
Hasil
status mantan narapidana.
penelitian
Shofia
(2009)
mengenai optimisme masa depan
narapidana
di
Dalam kondisi yang demikian,
Lembaga
narapidana membutuhkan dukungan
Pemasyarakatan Klas IIA Sragen
sosial. Dukungan sosial merupakan
menunjukkan
hubungan
bahwa
narapidana
membantu
yang
dalam penelitian ini tidak hanya
bermanfaat dan diperoleh dari orang-
bersikap optimis dalam menghadapi
orang terdekat, salah satunya berasal
masa depan tetapi juga bersikap
dari
pesimis.
bersikap
lingkungan hidup pertama dan utama
optimis dalam menjalani kehidupan
bagi setiap individu. Karena itulah
yang akan datang menjadi lebih baik
dukungan
dari sebelumnya, narapidana optimis
diharapkan berasal dari keluarga.
dalam mendapatkan pekerjaan untuk
Aryatmi
menghidupi keluarga dan narapidana
dalam keluarga setiap individu akan
optimis dapat diterima kembali oleh
mendapat rangsangan, hambatan atau
masyarakat setelah selesai menjalani
pengaruh terhadap pertumbuhan dan
hukuman. Selain bersikap optimis,
perkembangan
narapidana juga bersikap pesimis
pribadinya, serta mulai mengenal
Narapidana
3
keluarga.
Keluarga
yang
(1985)
paling
adalah
utama
mengungkapkan
biologis
maupun
masyarakat sekitar. Individu tidak
narapidana akan tinggi. Dukungan
hanya dilatih untuk mengenal, tetapi
sosial
juga bagaimana menghargai dan
diberikan kepada narapidana bukan
mengikuti norma serta pedoman
sebagai
hidup
lewat
pelanggaran hukum yang dilakukan
dalam
masyarakat
keluarga
penting
dukungan
atas
untuk
tindakan
kehidupan
dalam
keluarga.
oleh narapidana, akan tetapi sebagai
Sependapat
dengan
Aryatmi,
dukungan
untuk
narapidana
memperbaiki
Akhdhiat
&
Marliani
(2011)
mengajak
diri.
menyatakan bahwa dalam keluarga
Menurut
inilah individu belajar mengenai
(2011) pelaku kriminalitas adalah
norma-norma yang berlaku dalam
seseorang yang melakukan perbuatan
masyarakat,misalnya memperhatikan
melanggar hukum dan norma-norma
keinginan orang lain, bekerja sama,
yang berlaku sehingga perbuatannya
dan
sebagai
itu merugikan orang lain. Karena
penambah pengalaman anggotanya
itulah, dukungan sosial keluarga
dalam
ikut
berperan dalam mengajak narapidana
bertingkah
memperbaiki diri dengan kembali
laku dalam interaksi yang dilakukan
menghargai aturan dan mengikuti
di luar keluarga. Ketika keluarga
norma-norma yang berlaku di dalam
sebagai
keluarga dan masyarakat, sehingga
saling
membantu
interaksinya
menentukan
cara-cara
pihak
menerima
pun
pertama
kehadiran
mau
narapidana
narapidana
Akhdhiat
akan
&
Marliani
menyadari
meskipun telah melanggar hukum,
kesalahan yang telah dilakukannya
maka
dan tidak akan mengulangi tindak
optimisme
masa
depan
4
pidana yang sama atau melakukan
kemampuan
tindak pidana lain dikemudian hari.
menginterpretasi secara positif segala
kejadian
Seligman (2006) menyatakan
bahwa
optimisme
suatu
menimpa
kejadian
seseorang,
seseorang
sehingga memaknai suatu hal atau
kejadian dari sisi positif bukan
berbeda. Mereka cenderung percaya
negatifnya
bersifat
Menurut
optimis percaya bahwa kekalahan
Mutmainnah,
bukanlah karena kesalahan mereka.
itu
sebagai
Ubaydillah
2013)
(dalam
aspek-aspek
optimisme adalah :
Ketika dihadapkan dengan situasi
hal
diwujudkan
hari.
hanya pada kejadian ini. Orang yang
menganggap
kemudian
melalui sikap atau perilaku sehari-
sementara dan penyebabnya terbatas
optimis
diwujudkan
tentang masa depan yang ingin diraih
menimpa mereka dengan cara yang
yang
kemudian
kemampuan pola pikir seseorang
berpikir tentang kejadian buruk yang
orang
dalam
Optimisme masa depan adalah
kejadian buruk. Orang yang optimis
buruk,
pengalaman
dalam perilaku.
yang
khususnya
bahwa kekalahan hanya
dan
untuk
kehidupannya, dimulai dari pikiran
berhubungan
dengan pola pikir dan keyakinan diri
tentang
seseorang
a. Kognitif
Individu percaya diri akan
kemampuan
tantangan dan berusaha keras untuk
dan
memiliki
keyakinan dan harapan yang
menyelesaikannya.
membangkitkan
Sedangkan menurut Primardi &
semangat,
mempunyai rencana dan langkah
Hadjam (2010) optimisme merupakan
yang terfokus dan selektif untuk
5
meraih hasil yang lebih baik,
1. Dukungan sosial keluarga
serta positif dan realistis serta
Adanya dukungan, motivasi
dapat menerima fakta.
dan perhatian dari keluarga yang
b. Afektif
berupa
Individu
agar
membesar-
individu berpikir dengan tenang
perasaan
dan mengubah pola pikir yang
yang positif terhadap diri dan
semula pesimis menjadi optimis
kemampuannya, serta memiliki
menyebabkan
penghayatan
menghilangnya pesimisme yang
besarkan
mampu
tidak
nasehat-nasehat
masalah,
yang
baik
menikmati
dan
hidup
perlahan-lahan
dimiliki.
sehingga bisa membedakan hal
2. Pengalaman orang lain
yang salah (menyimpang) dan
Tumbuhnya optimisme juga
hal yang benar.
dipengaruhi
c. Konatif
oleh
pengalaman
bersosialisasi dengan orang-orang
Individu mempunyai perilaku
di
sekitar
individu.
Ketika
yang lebih baik guna meraih
individu
hasil yang lebih baik dan mampu
orang lain memiliki optimisme
menjalankan agenda perbaikan
dan mampu melalui hal buruk
diri secara terus menerus.
yang saat ini sedang dialami
Cahyasari & Sakti (2014) faktor-
individu akan membuat individu
faktor
yang
mempengaruhi
melihat
pengalaman
tersebut bangkit dan memiliki
optimisme adalah :
sikap optimisme.
6
kerabat, sanak saudara yang bertalian
3. Religiusitas
Religiusitas
juga
oleh turunan, sanak saudara yang
memiliki
pengaruh pada individu dalam
bertalian
pengembangan
orang seisi rumah (anak, bini, batih)
Individu
yang
optimisme
yang
perkawinan,
atau
kepada individu yang bersangkutan.
memiliki
berpandangan
berkeyakinan
sesuatu
optimisme.
oleh
persepsi
dan
individu
mengenai
bahwa
segala
kehadiran anggota keluarga yang
terjadi
adalah
memberikan
dukungan,
motivasi,
kehendak Tuhan sehingga mereka
semangat maupun bantuan dalam
akan mendapat pertolongan.
kehidupan pribadi individu secara
Manfaat optimisme masa depan
langsung maupun tidak langsung dan
adalah mengurangi resiko mengalami
verbal maupun non-verbal terutama
depresi, mengurangi risiko masalah
ketika
kesehatan
menghadapi masalah.
serta
meningkatkan
kesehatan, meningkatkan perlakuan
Sarafino
baik, memudahkan penyesuaian diri,
bahwa
2006)
aspek
a. Dukungan Emosional.
dukungan sosial keluarga adalah
Dukungan sosial emosional
pemberian perasaan nyaman baik
meliputi empati dan perhatian
fisik maupun psikologis yang berupa
terhadap
pemberian perhatian, rasa dihargai
individu.
Dukungan
emosional tersebut memberikan
dan dicintai yang diberikan oleh
ayah-ibu,
sedang
dukungan sosial antara lain adalah :
Permatasari (2011) menyatakan
keluarga,
tersebut
(Komalasari,
mengemukakan
dan meningkatkan kepercayaan.
sanak
individu
perasaan
kaum
7
nyaman,
aman
dan
dicintai terutama pada saat-saat
saran atau umpan balik tentang
penuh tekanan.
keadaan atau apa yang dikerjakan
b. Dukungan Penghargaan.
Dukungan
individu.
penghargaan
e. Dukungan persahabatan.
diwujudkan melalui penghargaan
Suatu bentuk dukungan sosial
terhadap individu, dorongan atau
yang
persetujuan
dukungan bagi seseorang dalam
atau
terhadap
perasaan
perbandingan
individu
gagasan
individu
positif
lain.
penghargaan
serta
memberikan
usaha untuk mengurangi tekanan
dengan
yang dirasakan.
Dukungan
ini
dapat
f. Dukungan Motivasional.
terutama
Pemberian dorongan
dan
membantu meningkatkan harga
semangat pada individu yang
diri individu.
membutuhkan
untuk
menyelesaikan
permasalahan
c. Dukungan Instrumental.
Dukungan
instrumental
yang dihadapi.
meliputi
bantuan
langsung,
seperti
ketika
seseorang
istilah yang biasa digunakan oleh
memberikan bantuan uang untuk
hukum dan masyarakat. Meskipun
pengobatan, bagi ekonomi lemah
demikian, ada istilah lain yang sering
bantuan ini sangat berarti.
digunakan selain istilah narapidana,
Narapidana
d. Dukungan Informasi.
Dukungan
yakni
merupakan
Warga
suatu
Binaan
informasi
Pemasyarakatan. Akan tetapi dalam
mencakup pemberian nasehat,
penelitian skripsi ini menggunakan
8
istilah narapidana. Menurut UU No.
menggunakan Purposive Sampling
12
tentang
yaitu penentuan sampel penelitian
Pemasyarakatan, narapidana adalah
didasarkan pada karakteristik yang
terpidana yang menjalani pidana
telah
hilang kemerdekaan di Lembaga
Karakteristik sampel adalah sebagai
Pemasyarakatan berdasarkan putusan
berikut : a) narapidana di Lembaga
pengadilan yang telah memperoleh
Pemasyarakatan Klas II-A Sragen, b)
kekuatan hukum tetap. Sedangkan
berusia lebih dari 18 tahun, c) bisa
menurut Pasal 1 Ayat 3 UU No. 12
membaca dan menulis. Metode yang
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
digunakan adalah metode kuantitatif
Lembaga
menggunakan
Tahun
1995
Pemasyarakatan
yang
ditentukan
alat
sebelumnya.
ukur
skala
selanjutnya disebut Lapas adalah
optimisme masa depan dan skala
tempat
melaksanakan
dukungan sosial keluarga. Teknik
pembinaan Narapidana dan Anak
analisis data yang digunakan adalah
Didik Pemasyarakatan.
korelasi
untuk
Product
Moment
dari
Pearson dan uji crosstabs.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek penelitian ini adalah 100
dan
Berdasarkan hasil analisis data
perempuan yang berusia lebih dari
yang telah dilakukan menggunakan
18
teknik analisis Product Moment dari
orang
narapidana
tahun
laki-laki
di
Lembaga
Pemasyarakatan Klas II-A Sragen.
Carl
Teknik
program SPSS 15.0 For Windows
pengambilan
sampel
9
Pearson
dengan
bantuan
dapat
diketahui
nilai
koefisien
menyebabkan
perlahan-lahan
korelasi (r) sebesar 0,473 dan sig. (1-
menghilangnya
tailed)
dimiliki. Kehadiran keluarga sangat
=
0,000;
p
<
0,01,
pesimisme
yang
menunjukan ada hubungan positif
berpengaruh
yang
antara
narapidana saat mengalami keadaan
dukungan sosial keluarga dengan
yang tidak mengenakkan di dalam
optimisme
Lembaga Pemasyarakatan, selain itu
sangat
signifikan
masa
depan.
Hasil
dan
dibutuhkan
penelitian ini mendukung pendapat
kehadiran
Bukhori (2012); Seligman (dalam
membantu narapidana untuk selalu
Kasmayati,
Kasmayati
menjaga dan memulihkan keadaan
(2013); Cahyasari & Sakti (2014)
psikologis narapidana baik secara
bahwa
langsung maupun tidak langsung
2013);
adanya
dukungan
sosial
keluarga
juga
akan
keluarga dapat membuat optimisme
karena
individu
karena
bahwa keluarga tidak menolaknya.
merasa yakin bahwa bantuan akan
Bentuk dukungan sosial keluarga
selalu
yang
menjadi
tersedia
tinggi
bila
dibutuhkan,
narapidana
dirasakan
menganggap
oleh
narapidana
memberikan motivasi dan sarana,
sehingga optimisme masa depan
turut
narapidana meningkat diantaranya
mendukung
memberikan
informasi
dengan
yang
adalah
keluarga
yang
datang
dibutuhkan, serta menerima kondisi
menjenguk
narapidana
sehingga
apa adanya sehingga mengubah pola
membuat
narapidana
merasa
pikir mengenai masa depan yang
bahagia, keluarga yang membuat
semula pesimis menjadi optimis
narapidana merasa dihargai, keluarga
10
memberi
dorongan
narapidana
berbuat
bebas
baik
dari
Pemasyarakatan,
membawakan
kepada
adalah
setelah
diperlukan oleh seseorang agar dia
Lembaga
keluarga
makanan
nilai
berinteraksi
yang
norma
dengan
dasar
yang
orang-orang
dalam masyarakat yang lebih luas
kesukaan
(Akhdhiat
&
Marliani,
2011).
narapidana ketika sakit, keluarga
Dukungan sosial keluarga penting
yang
untuk diberikan kepada narapidana
memenuhi
narapidana,
kebutuhan
keluarga
yang
bukan
sebagai
dukungan
atas
menanyakan kegiatan sehari-sehari
tindakan pelanggaran hukum yang
narapidana
dilakukan oleh narapidana, akan
di
dalam
Lembaga
Pemasyarakatan dan mau mendengar
tetapi
cerita narapidana ketika berkunjung
mengajak narapidana memperbaiki
sehingga
narapidana
diri. Menurut Akhdhiat & Marliani
mampu menceritakan apa saja yang
(2011) pelaku kriminalitas adalah
dirasakannya,
akan
seseorang yang melakukan perbuatan
mengingatkan dengan cara yang baik
melanggar hukum dan norma-norma
ketika
yang berlaku sehingga perbuatannya
membuat
keluarga
narapidana
kesalahan,
serta
melakukan
keluarga
sebagai
dukungan
untuk
yang
itu merugikan orang lain. Karena
memberi
semangat
kepada
itulah, dukungan sosial keluarga
narapidana
agar
mudah
berperan dalam mengajak narapidana
tidak
menyerah.
memperbaiki diri dengan kembali
Selain itu, nilai dan norma yang
disosialisasikan
dalam
menghargai aturan dan mengikuti
keluarga
norma-norma yang berlaku di dalam
11
keluarga dan masyarakat, sehingga
(narapidana lajang dan narapidana
narapidana
yang
akan
menyadari
suah
menikah)
dapat
kesalahan yang telah dilakukannya
disimpulkan bahwa anggota keluarga
dan tidak akan mengulangi tindak
yang paling sering mengunjungi
pidana yang sama atau melakukan
narapidana
tindak pidana lain dikemudian hari.
narapidana yang sudah menikah
Berdasarkan tabulasi data yang
dilakukan
menunjukkan
lajang
maupun
adalah orangtua. Hasil penelitian ini
bahwa
mendukung
pendapat
Kasmayati
narapidana yang sudah menikah
(2013) bahwa orangtua yang telah
mendapat kunjungan dari orangtua,
memberikan dukungan, motivasi dan
pasangan, saudara, dan anak dengan
sarana
proporsi yang hampir seimbang.
mendukung
Begitu pula dengan tabulasi data
informasi yang dibutuhkan, serta
narapidana
menerima
lajang,
menunjukkan
untuk
anaknya,
dengan
kondisi
turut
memberikan
individu
apa
bahwa hanya orangtua dan saudara
adanya
yang yang mengunjungi narapidana
memiliki optimisme masa depan.
karena memang narapidana masih
Seligman (2006) juga menyatakan
berstatus
lajang sehingga belum
bahwa orangtua merupakan awal
memiliki pasangan (suami/istri) dan
mula optimisme individu. Orangtua
anak, meskipun demikian proporsi
yang
antara kunjungan orangtua dengan
depan tinggi akan membuat anaknya
saudara juga dapat dikatakan hampir
juga memiliki optimisme masa depan
seimbang.
yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Dari
kedua
diargram
12
akan
memiliki
membuat
individu
optimisme
masa
Ketika anak melakukan kesalahan,
41,4% maupun yang sudah menikah
penting
untuk
sebesar 43,7% adalah kasus narkoba
mengatakannya dengan cara yang
dengan masa hukuman terbanyak
baik. Hal ini dikarenakan anak bukan
yaitu lebih dari 3 tahun sampai 6
hanya
tahun. Menurut Akhdhiat & Marliani
bagi
orangtua
mendengarkan
dengan
seksama apa yang orangtua mereka
(2011)
katakan, tetapi juga bagaimana cara
dapat disebut penyimpangan sosial
orangtua mengatakannya. Akhdhiat
karena dianggap melanggar nilai dan
& Marliani (2011) mengemukakan
norma-normal yang berlaku. Selain
bahwa
itu,
orangtua
yang
menolak
penyalahgunaan
berdasarkan
narkoba
hasil
analisis
kehadiran anak akan menyebabkan
Crosstabs antara Optimisme Masa
anak
Depan,
menjadi
agresif,
suka
menyeleweng,
pembohong,
menjadi
yang tidak baik.
anak
dan
Keluarga,
Usia,
dan
menunjukkan
Dukungan
Masa
bahwa
Sosial
Hukuman
pada
Sehingga peranan orangtua dalam
narapidana yang mendapat dukungan
keluarga sangat besar pengaruhnya
sosial keluarga yang tinggi dengan
bagi perkembangan anaknya.
optimisme masa depan yang tinggi
Berdasarkan
hasil
analisis
ada sebanyak 11% dan narapidana
Crosstabs antara kasus pidana, masa
yang mendapat dukungan sosial
hukuman, dan status narapidana
keluarga yang sangat tinggi dengan
menunjukkan
pelanggaran
optimisme masa depan yang tinggi
hukum terbanyak yang dilakukan
ada sebanyak 21% paling banyak
oleh
berada pada rentang usia 20 - 40
bahwa
narapidana
lajang
sebesar
13
Tahun (dewasa muda) dengan masa
pengetahuan dibandingkan remaja.
hukuman >3 tahun - 6 tahun. Pada
Biasanya pada masa ini individu
masa hukuman >3 tahun – 6 tahun,
mulai berpikir lebih liberal dan
narapidana
dapat
bijaksana
menyesuaikan dengan kondisi di
keputusan
Lembaga
menyelesaikan masalah.
sudah
Pemasyarakatan.
Tahun
pertama sampai kedua di dalam
Lembaga
masa
transisi
mengambil
tentang
Berdasarkan
Pemasyarakatan
merupakan
dalam
variabel
bagi
kategorisasi
optimisme
mempunyai
cara
masa
depan
rerata empirik
(RE)
narapidana yang semula bisa bebas
sebesar 52,38 dan rerata hipotetik
melakukan
(RH)
apa
saja
dan
dapat
sebesar
50
yang
berarti
bertemu anggota keluarga setiap hari
optimisme masa depan pada subjek
menjadi terbatas selama berada di
penelitian
tergolong
sedang.
Lembaga Pemasyarakatan. Menurut
Sedangkan
kategorisasi
variabel
Akhdhiat & Marliani (2011) orang
dukungan
dewasa
mempunyai
awal
yang
matang
sosial
keluarga
rerata empirik
(RE)
kognitifnya lebih sistematis dalam
sebesar 93,32 dan rerata hipotetik
memecahkan masalah, begitu juga
(RH)
dalam
dukungan
merumuskan
hipotesis
sebesar
72
sosial
yang
keluarga
berarti
pada
masalah ia lebih terarah dengan
subjek penelitian tergolong tinggi.
pertimbangan logika yang semakin
Beberapa hal yang mempengaruhi
mantap
optimisme masa depan narapidana
memiliki
karena
lebih
pengalaman
banyak
dan
yang
14
tergolong
sedang
namun
dukungan sosial keluarga narapidana
narapidana
sedang
tergolong tinggi diantaranya adalah
kehadiran
keluarga
karena
direncanakan
ketika
berada
Lembaga
di
dalam
Pemasyarakatan
kalanya
membutuhkan
tidak
setiap
tiba-tiba
saat.
dapat
Ada
narapidana
narapidana merasa bahwa Lembaga
membutuhkan kehadiran keluarga,
Pemasyarakatan memberikan bekal
sedangkan keluarga berada di rumah.
ketrampilan yang tidak dibutuhkan
Kondisi ini tentu berbeda ketika
oleh narapidana sehingga narapidana
narapidana berada di rumah dan bisa
kurang mampu menikmati hidup dan
setiap hari bertemu dengan keluarga.
merasa bosan selama berada di
Hal inilah yang membuat narapidana
dalam
Pemasyarakatan.
memiliki optimisme masa depan
merasa
bahwa
yang tergolong sedang meskipun
hidup yang dijalani oleh narapidana
dukungan sosial keluarga narapidana
penuh dengan beban dan merasa
tinggi.
Lembaga
Narapidana
juga
bahwa keluarga menganggap bahwa
Dukungan
sosial
keluarga
apa yang dilakukan oleh narapidana
memiliki sumbangan efektif (SE)
selalu salah. Selain itu meskipun
terhadap variabel optimisme masa
dukungan sosial keluarga diberikan
depan narapidana sebesar 22,37%,
dalam
datang
hal tersebut menunjukkan bahwa
pada
masih ada 77,63% faktor-faktor lain
bentuk
berkunjung,
kenyataannya
keluarga
keluarga
namun
tidak
dapat
setiap
hari
yang
mengunjungi
berpengaruh
terhadap
optimisme masa depan narapidana
narapidana. Sementara waktu ketika
selain
15
faktor
dukungan
sosial
keluarga yang tidak diperhatikan
kiranya dengan menggunakan
dalam penelitian ini.
atau
Penelitian ini menunjukkan hasil
menambah
variabel
lain
variabel-
yang
belum
bahwa dukungan sosial keluarga
disertakan dalam penelitian ini
mempunyai
ataupun dengan menambah dan
pengaruh
terhadap
optimisme masa depan narapidana.
memperluas
Namun ada beberapa keterbatasan
penelitian.
ruang
lingkup
dalam penelitian ini, antara lain :
1.
Penelitian
yang
kurang
mendalam
sehingga
masih
banyak
data
yang
belum
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan
terungkap.
2.
Range usia
telah diuraikan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
dan karakteristik subjek kurang
1. Ada hubungan positif yang sangat
spesifik.
signifikan antara dukungan sosial
Generalisasi dari hasil penelitian
keluarga dengan optimisme masa
ini terbatas pada populasi tempat
depan. Artinya semakin tinggi
penelitian dilakukan sehingga
dukungan sosial keluarga maka
perlu dilakukan penelitian lagi
akan semakin tinggi optimisme
sebelum penerapan pada ruang
masa depan. Sebaliknya semakin
lingkup yang lebih luas dengan
karakteristik
penelitian,
analisis data dan pembahasan yang
yang digunakan
sebagai subjek terlalu melebar
3.
hasil
yang
rendah dukungan sosial keluarga
berbeda,
16
maka
akan
semakin
rendah
faktor-faktor
optimisme masa depan.
lain
yang
turut
berpengaruh terhadap optimisme
2. Tingkat optimisme masa depan
masa depan narapidana diluar
narapidana pada penelitian ini
faktor dukungan sosial keluarga
tergolong sedang. Berdasarkan
namun tidak diperhatikan dalam
Rerata Empirik (RE) yang lebih
penelitian ini.
besar dari Rerata Hipotetik (RH)
b. Saran
menunjukkan bahwa optimisme
masa
depan
tinggi
dari
narapidana
dugaan
Berdasarkan
lebih
penelitian
yang
telah dilakukan maka saran-saran
peneliti.
yang
dikemukakan
sehubungan
Tingkat dukungan sosial keluarga
dengan hasil penelitian adalah :
terhadap
1. Bagi Narapidana
narapidana
tergolong
tinggi. Rerata Empirik (RE) yang
Bagi narapidana disarankan
lebih besar dari Rerata Hipotetik
untuk tidak menyembunyikan
(RH)
masalah
menunjukkan
dukungan
sosial
bahwa
sendirian
namun
keluarga
berbagi kepada keluarga, yakin
terhadap narapidana lebih tinggi
akan kemampuan yang dimiliki,
dari dugaan peneliti.
menerima
3. Dukungan
sosial
keluarga
dan
segala
kelebihan
memiliki sumbangan efektif (SE)
mengikuti
terhadap optimisme masa depan
Pemasyarakatan
narapidana
sungguh-sungguh
Artinya
sebesar
77,63%
22,37%.
berasal
dari
menghayati
17
kekurangan
diri
kegiatan
bahwa
sendiri,
Lembaga
dengan
dan
kegiatan
tersebut memiliki manfaat untuk
aturan dan mengikuti norma-
narapidana, tetap yakin bahwa
norma
masa
masyarakat.
depan
sehingga
masih
tidak
harapan
akan
panjang
kehilangan
masa
yang
berlaku
di
2. Bagi Keluarga
depan,
Bagi keluarga narapidana
mendekatkan diri kepada Tuhan
disarankan untuk memberikan
dan ketika berada di dalam
dukungan,
Lembaga
penghargaan positif, nasehat dan
Pemasyarakatan
narapidana
disarankan
untuk
motivasi,
saran-saran atau umpan balik
memilih bekal ketrampilan yang
kepada
dibutuhkan
narapidana.
dengan keluarga selalu datang
Bila narapidana merasa tidak
ke persidangan terutama ketika
ada bekal
ketrampilan
pembacaan
dibutuhkan
maka
oleh
yang
narapidana
narapidana.
Misalnya
vonis,
ketika
berkunjung membawa makanan
bisa memilih sesuai dengan hobi
kesukaan
dan minat narapidana, sehingga
menanyakan aktivitas sehari-hari
narapidana
yang dilakukan narapidana di
dapat
menikmati
narapidana,
hidup dan tidak mudah bosan
dalam
selama
Pemasyarakatan,
berada
Lembaga
Selain
itu
di
dalam
Pemasyarakatan.
narapidana
Lembaga
mendengarkan
juga
mau
keluh
kesah
narapidana, apabila melakukan
disarankan untuk memperbaiki
kesalahan
diri dengan kembali menghargai
dengan cara yang baik dan lain-
18
maka
diingatkan
lain. Selain itu, keluarga juga
disarankan
berperan
mengajak
Lembaga
dalam
atau
narapidana
memperbaiki
diri
disarankan
seorang
tenaga
professional untuk membantu
kembali menghargai aturan dan
memecahkan
mengikuti norma-norma yang
narapidana
berlaku di dalam keluarga dan
keadaan psikologis narapidana,
masyarakat, sehingga narapidana
misalnya seorang psikolog yang
akan menyadari kesalahan yang
berwenang
telah dilakukannya dan tidak
kriminal atau psikolog sosial.
akan mengulangi tindak pidana
Selain
yang
Pemasyarakatan atau Pemerintah
sama
atau
melakukan
permasalahan
berkaitan
seperti
itu
dengan
psikolog
Lembaga
tindak pidana lain dikemudian
juga
hari. Tahun pertama sampai
mengembangkan
kedua merupakan masa transisi
ketrampilan yang sudah ada dan
yang penting bagi narapidana
menambah bekal ketrampilan
sehingga
yang baru untuk narapidana.
keluarga
juga
disarankan untuk memberikan
disarankan
untuk
bekal
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
perhatian lebih agar narapidana
3.
Pemerintah
menyediakan
dengan
Pemasyarakatan
Peneliti
selanjutnya
tidak merasa putus asa dan
disarankan
merasa pesimis.
variabel lain selain dukungan
Bagi Lembaga Pemasyarakatan
sosial keluarga yang diduga
atau Pemerintah
dapat mempengaruhi optimisme
19
memperhatikan
masa depan narapidana. Selain
Kita Jakarta. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma
itu peneliti selanjutnya juga
disarankan
Mutmainnah. (2013). Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan
Optimisme Masa Depan Pada
Mahasiswa Program Twinning Di
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Skripsi
(Tidak
Diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
menggunakan
metode lain selain kuantitatif
untuk pengumpulan data supaya
lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Permatasari, Ike Devi. (2011).
Hubungan Antara Dukungan
Sosial Keluarga Dan Persepsi
Terhadap Status Sosial Ekonomi
Dengan Harga Diri Pada Anak
Binaan Di Lembaga Studi
Kemasyarakatan (LSK) Bina
Bakat Surakarta. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Surakarta: Program
Studi
Psikologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Akhdhiat, H., & Marliani, R. (2011).
Psikologi
Hukum.
Bandung:
Pustaka Setia.
Aryatmi, S. (1985). Peranan
Keluarga
Memandu
Anak.
Jakarta: Rajawali.
Cahyasari, A. S., & Sakti, H. (2014).
Optimisme Kesembuhan Pada
Penderita Mioma Uteri. Psikologi
Undip , 13 No.1 , 21-33.
Primardi, A., & Hadjam, M. N.
(2010). Optimisme, Harapan,
Dukungan Sosial Keluarga, dan
Kualitas Hidup Orang Dengan
Epilepsi. Jurnal Psikologi , 3,
No.2, 123 - 133.
Direktorat
Jenderal
Pemasyarakatan.
(2015).
Retrieved September 18, 2015,
from
Sistem
Database
Permasyarakatan:
http://www.ditjenpas.go.id/
Seligman, M. E. (2006). Learned
Optimism. New York: Vintage
Books.
Kasmayati.
(2013).
Optimisme
Remaja Penyandang Cacat Akibat
Kecelakaan. EMPATHY Jurnal
Fakultas Psikologi , 2 No 1.
Shofia, F. (2009). Optimisme Masa
Depan
Narapidana.
Skripsi.
Retrieved Oktober 15 2014, from
http://etd.eprints.ums.ac.id/3603/
Komalasari, E. (2006). Dukungan
Sosial Pada Penderita Sakit
Jantung Di Rumah Sakit Harapan
20