EVALUASI IPAIR BERDASARKAN PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI KARYA MANDIRI BASO KABUPATEN AGAM.

EVALUASI IPAIR BERDASARKAN PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
PADA DAERAH IRIGASI KARYA MANDIRI BASO KABUPATEN AGAM

Oleh:

YUSHY
BP : 0911112055

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013

vii

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2013 di
Irigasi Karya Mandiri Baso Kabupaten Agam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi IPAIR petani pada daerah Irigasi Karya Mandiri. Penelitian ini
dilakukan melalui tahapan berikut: (1) Pengumpulan data primer dan sekunder, (2)
Analisis teknis, produksi dan ekonomis, (3) Evaluasi IPAIR. Data primer diperlukan

untuk analisis teknis sehingga didapatkan efisiensi irigasi, sedangkan data sekunder
yang digunakan yaitu data produksi, data curah hujan dan klimatologi. Data tersebut
diperlukan untuk analisis produksi dan ekonomis. Selanjutnya dilakukan evaluasi
IPAIR dengan nilai ekonomis air dan hubungannya dengan analisis teknis.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai efisiensi irigasi yang didapatkan sebesar
93%, nilai IPAIR petani sebesar Rp 226,8/m3/Ha selama 2 musim tanam, nilai
penetapan IPAIR berdasarkan BAMUS IPAIR sebesar Rp 14,1/m3/Ha untuk 2 musim
tanam dan nilai ekonomis air selama 2 musim tanam sebesar Rp 788/ m3/Ha.
Kata kunci : Irigasi Karya Mandiri, Nilai Ekonomis, IPAIR

1

I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Pengelolaan irigasi adalah salah satu sektor pendukung utama bagi
keberhasilan pembangunan pertanian, terutama dalam meningkatkan produksi pangan
khususnya padi. Dalam pengelolaan irigasi terdapat beberapa kendala yang dihadapi,

salah satunya adalah menurunnya kondisi dan fungsi jaringan irigasi. Penurunan
kondisi dan fungsi jaringan irigasi tersebut disebabkan oleh pengelolaan irigasi yang
sudah tidak optimal dalam mendukung kelancaran penyaluran air dari bendungan ke
petak-petak sawah, seperti kurangnya perawatan irigasi, perbaikan atau pemeliharaan
jaringan irigasi yang tertunda, kerusakan karena ulah manusia dan bencana alam,
umur irigasi yang sudah tua serta ketersediaan dana pemeliharaan yang kurang dan
lainnya.
Pengelolaan irigasi membutuhkan dana agar proses operasi dan pemeliharaan
irigasi berjalan dengan baik. Salah satu sumber dana dalam pengelolaan irigasi adalah
melalui partisipasi petani yang terbentuk dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A), partisipasi tersebut berupa Iuran Pengelolaan Air Irigasi (IPAIR). Melalui
P3A maka masalah pendanaan dalam operasi dan pemeliharaan irigasi dapat diatasi.
Selain itu dengan adanya P3A, masalah pengelolaaan air antar petani dapat
diselesaikan secara bersama.
Irigasi Karya Mandiri adalah sebuah irigasi semi teknis yang terdapat di
Kabupaten Agam. Irigasi Karya Mandiri dibangun pada tahun 1988 bersifat swadaya
yang beranggotakan 8 orang sebagai pendiri yang disebut dengan Kelompok Karya
Mandiri, dimana biaya pembangunan ditanggung oleh kelompok tersebut. Irigasi
tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemilik sawah dengan syarat memberikan 20% dari
hasil panen yang diairi oleh bendungan sebagai pengembalian modal yang

dikeluarkan oleh Kelompok Karya Mandiri selama waktu 30 tahun.
Irigasi Karya Mandiri ini mempunyai luas 91,34 Ha. Sebelum tahun 1988,
bendungan pada irigasi ini dibuat dari bambu yang disusun dengan daun-daun dan
tanah pada bagian atasnya. Penyediaan bahan-bahan dan pembuatan irigasi tersebut

2

dilakukan oleh seluruh petani secara gotong royong dan dikelola oleh sekelompok
petani yang berjumlah 16 orang yang disebut dengan Kelompok Enam Belas.
Pengelolaan irigasi yang telah dilakukan oleh Kelompok Enam Belas
dirasakan berjalan cukup baik, sehingga petani meningkatkan intensitas tanam pada
sawah menjadi dua kali setahun. Namun hal tersebut mengakibatkan peningkatan
kebutuhan terhadap air, sehingga frekuensi pembuatan empang dan pemeliharaan
saluran irigasi juga ikut meningkat. Ini artinya beban pengelolaan kelompok menjadi
semakin berat.
Peningkatan beban pengelolaan ini telah menyebabkan Kelompok Enam
Belas tidak cukup efektif lagi dalam melayani kebutuhan air petani. Akibatnya,
banyak diantara petani yang mengeluh atas kegiatan pengelolaan yang dilakukan
Kelompok Enam Belas ini karena kebutuhan air yang diperlukan petani tidak dapat
dipenuhi. Selain itu pengumpulan iuran dari petanipun menjadi tidak lancar lagi. Oleh

karena itu, Kelompok Enam Belas menyerahkan kembali pengelolaan jaringan irigasi
ini kepada petani melalui ninik mamak dan kepala desa. Pada akhirnya pengelolaan
irigasi diserahkan kepada Kelompok Karya Mandiri.
Peran serta Kelompok Karya Mandiri sangat berpengaruh pada irigasi Karya
Mandiri karena apabila bangunan ataupun saluran irigasi dalam kondisi rusak, maka
Kelompok Karya Mandiri bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Hal ini juga mempengaruhi kelangsungan hidup Kelompok Karya Mandiri
karena semakin meningkat hasil panen, maka semakin besar perolehan dana yang
didapat oleh kelompok tersebut untuk membiayai upah kerja mereka maupun dana
kas yang akan disimpan untuk pengelolaan irigas. Dana kas tersebut diperoleh dari
iuran petani sebesar 25%. Namun pada kenyataannya, tarif IPAIR yang telah
ditetapkan sebesar 20% dari hasil panen dirasakan terlalu besar oleh sebagian petani.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan evaluasi terhadap
pendanaan IPAIR dengan nilai ekonomis air irigasi. Upaya tersebut dilakukan untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan jaringan irigasi dan mengatasi masalah sistem
irigasi secara mandiri serta demi kelangsungan sistem irigasi tersebut sehingga
kegiatan pengelolaan jaringan irigasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

3


Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Evaluasi IPAIR Berdasarkan Pengelolaan Jaringan Irigasi Pada Daerah Irigasi
Karya Mandiri Baso Kabupaten Agam”.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi IPAIR pada daerah
Irigasi Karya Mandiri saat sekarang ini.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang pendanaan irigasi
2. Bermanfaat dalam menetapkan IPAIR yang akan datang
3. Merupakan contoh pengelolaan irigasi tanpa campur tangan pemerintah yang
dikelola oleh sekelompok orang dan petani secara iuran.