PERBEDAAN DAYA HAMBAT BEBERAPA JENIS PASTA GIGI MENGANDUNG BAHAN HERBAL TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans.

(1)

PERBEDAAN DAYA HAMBAT BEBERAPA JENIS PASTA

GIGI MENGANDUNG BAHAN HERBAL TERHADAP

PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

SKRIPSI

UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh:

NIDIA SALI PRATIWI

1010342011

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014


(2)

vii FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Maret 2014 NIDIA SALI PRATIWI

PERBEDAAN DAYA HAMBAT BEBERAPA JENIS PASTA GIGI MENGANDUNG BAHAN HERBAL TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

Isi + 57 halaman + 19 gambar + 5 tabel + 6 lampiran

ABSTRAK

Pencegahan karies dan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan pengontrolan plak secara teratur. Penggunaan pasta gigi dapat memberikan efek kimiawi terhadap pengontrolan plak. Pasta gigi herbal merupakan pasta gigi yang mengandung bahan tumbuh-tumbuhan yang diharapkan dapat menekan jumlah

Streptococcus mutans. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan

daya hambat beberapa jenis pasta gigi herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan jumlah sampel masing-masing perlakuan terdapat 10 cakram yang direndam dan ditanam pada media Blood agar yang mengandung

Streptococcus mutans. Penelitian ini menggunakan tiga jenis pasta gigi yang

mengandung bahan herbal yaitu siwak, daun sirih, dan cengkeh. Hasil pengujian daya hambat pasta gigi herbal ini menggunakan metode difusi agar.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata zona hambat yang paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri adalah pasta gigi herbal cengkeh. Hasil uji One

way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna diameter zona

hambat antara tiga jenis pasta gigi terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans

(p<0.05).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pasta gigi herbal terbukti memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Pasta gigi herbal cengkeh memiliki rata-rata zona hambat paling besar yaitu 16,075 mm dalam menghambat perumbuhan Streptococcus mutans.

Kepustakaan : 50 (2002-2013)


(3)

viii DENTISTRY FACULTY OF ANDALAS UNIVERSITY

Script, Maret 2014

NIDIA SALI PRATIWI

THE DIFFERENCE OF ZONE INHIBITION SEVERAL HERBAL TOOTHPASTE TOWARD THE GROWTH OF Streptococcus mutans

Contents + 57 pages + 19 images + 5 tables + 6 appendixes

ABSTRACT

Prevention of dental caries and periodontal disease can be eliminated by plaque controls regularly. Plaque controls can be done mechanically and chemically. The usage of herbal toothpaste is able to give chemical effect toward plaque control. Herbal toothpaste is a toothpaste containing herbal material that is expected to reduce the number of Streptococcus mutans. The aim of this study is to investigate the difference of zone inhibition several herbal toothpaste toward the growth of Streptococcus mutans.

This study was finished in Microbiology Laboratory of Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Barat.This study was experimental research using 10 samples of each discs that immersed and planted in Blood agar medium that contain Streptococcus mutans. This study used three types of herbal toothpastes such as siwak, piper beetles leaves, and clove herbal toothpaste. Zone inhibitions result of herbal toothpaste used agar diffusion method.

The result showed the average of zone inhibition that the most effective was clove herbal toothpaste. One way ANOVA test result showed there is a difference of several herbal toothpaste with the growth of Streptococcus mutans (p<0.05).

The conclution of this study is herbal toothpaste have antibacterial effect toward the growth of Streptococcus mutans. Herbal toothpaste containing clove has the widest inhibition zone 16 mm in inhibit the growth of Streptococcus mutans.

References : 50 (2002-2013)


(4)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan hasil interaksi dari bakteri, plak atau biofilm, dan diet yang difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam. Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak kariogenik pada permukaan gigi yang menyebabkan demineralisasi gigi (Putri M.H et al, 2009). Pada rongga mulut terdapat lebih dari 300 spesies bakteri, hanya beberapa bakteri yang ditemukan plak, salah satunya Streptococcus mutans yang merupakan organisme utama penyebab karies. Beberapa studi mengenai karies menyatakan bahwa patogenitas dari plak berhubungan dengan jumlah Streptococcus mutans (McDonald et al, 2004).

Permasalahan kesehatan rongga mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat di Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 menyatakan bahwa, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,06%. Berdasarkan laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007 bahwa indeks DMF-T untuk daerah Sumatera Barat adalah 5.25, yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan WHO, yaitu 3. Meningkatnya risiko karies di Indonesia salah satunya disebabkan karena cara penyikatan gigi yang tidak benar. Persentase penduduk Indonesia yang berperilaku benar dalam menggosok gigi masih sangat rendah, yaitu 7,3% (Riskesdas, 2007).


(5)

2 Studi klinis menunjukkan bahwa karies gigi adalah salah satu penyakit manusia yang utama disebabkan oleh mikroba rongga mulut (Marsh, 1994 di dalam He et al, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J. Clarke tahun 1924, Streptococcus mutans telah terbukti menjadi salah satu mikroba yang paling kompleks dalam tubuh manusia (He et al, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Keyes tahun 1960, memperlihatkan bahwa plak yang didominasi oleh Streptococcus mutans dan Lactobacillus

menyebabkan terbentuknya karies. Streptococcus mutans dan Lactobacilus

merupakan bakteri kariogenik karena mampu segera membentuk asam dari karbohidrat yang dapat difermentasikan. Bakteri tersebut dapat tumbuh dalam suasana asam dan melekat pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel. Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin, akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada permukaan gigi (Kidd, 2012).

Plak memegang peranan penting dalam etiologi karies dan penyakit periodontal. Pencegahan karies dan penyakit periodontal dengan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut menjadi tujuan utama dalam ilmu pencegahan kedokteran gigi. Pencegahan karies dan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan mencegah pembentukan plak dan pembersihan plak secara teratur. Usaha pengontrolan plak harus diarahkan pada dua tujuan yaitu membatasi jumlah

Streptococcus mutans untuk pencegahan karies serta memelihara kesehatan

gingiva dengan eliminasi plak pada area subgingiva secara mekanis maupun kimiawi (McDonald et al, 2004).


(6)

3 Pengontrolan plak secara kimiawi dengan menggunakan klorheksidin dapat menghambat pembentukan plak dan menekan flora rongga mulut. Klorheksidin merupakan senyawa kimiawi yang paling efektif untuk mengontrol plak, tetapi penggunaannya dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan ketidakseimbangan flora rongga mulut, perubahan warna gigi, dan deskuamasi gingiva (Kidd, 2005).

Pengontrolan plak secara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan gigi secara teratur. Pasta gigi merupakan bahan pembantu sikat gigi dalam menghambat pertumbuhan plak secara kimiawi (Putra, 2002 dalam Utami, 2012). Penggunaan pasta gigi sebagai bahan abrasif berfungsi untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi. Bahan antibakteri yang terdapat pada pasta gigi memberikan efek teraupetik sehingga dapat menekan Streptococcus mutans

sebagai penyebab terbentuknya karies (Darby et al, 2010).

Pasta gigi yang mengandung fluorida sebagai salah satu bahan kimia dalam pasta gigi dapat meningkatkan ion fluor pada permukaan gigi. Ion fluor tersebut akan menghambat kolonisasi bakteri (Manson,2012). Beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan fluorida dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan fluorosis dan apabila tertelan menyebabkan gangguan pencernaan (Singh, 2007).

Penggunaan bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan (herbal) merupakan salah satu pilihan sebagai antibakteri dalam pasta gigi yang aman untuk digunakan. Saat ini, berbagai produk kesehatan terutama untuk kesehatan rongga mulut cenderung menggunakan bahan alami sebagai bahan antibakteri untuk menggantikan


(7)

bahan-4 bahan kimia. Penelitian serta pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia telah banyak dilaksanakan oleh peneliti-peneliti. Obat-obat tradisional asli Indonesia dapat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan relatif tidak menimbulkan efek samping (Kusuma, 2010).

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai produsen pasta gigi membuat inovasi untuk menambahkan zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan gigi. Penambahan zat lain pada pasta gigi harus aman dan efektif, serta pemakaiannya telah disetujui oleh American Dental Association

(McDonald et al, 2004). Penambahan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan plak, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan beberapa jenis herbal yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba dan bahan tersebut aman untuk digunakan. Pasta gigi yang mengandung herbal saat ini banyak ditemukan dipasaran. Pasta gigi tersebut dalam kemasannya tercantum mengandung berbagai jenis ekstrak tumbuh-tumbuhan antara lain jeruk nipis, daun sirih, siwak dan cengkeh yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri plak (Sasmita et al, 2007).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat efek antibakteri dari siwak terhadap bakteri penyebab karies dan penyakit periodontal serta menghambat pembentukan plak. Siwak (Salvadora persica) mengandung bahan antiseptik, asam tanat, dan minyak atsiri yang meningkatkan kesehatan mulut dengan efek antibakteri dan mencegah penurunan pH saliva (Zaenab, et al 2004).


(8)

5 Pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih efektif dalam mengurangi plak dan gingivitis. Kandungan kimianya bersifat antiseptik karena daun sirih mengandung minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atisiri daun sirih disebabkan kandungan senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri (Kusuma, 2010). Ekstrak daun sirih memiliki minyak esensial yang terdiri dari senyawa fenol seperti kavikol, kavibetol, karvakrol, betlefenol, eugenol dan alkilpirokatekol. Fenol efektif menghambat pertumbuhan bakteri dan sebagian besar fungi dengan cara merusak spora. Fenol memiliki efek antibakteri sehingga dapat mengurangi bakteri Streptococcus mutans pada permukaan gigi (Tyasrini et al, 2004).

Minyak atsiri dari daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki aktivitas antibakteri dan antibiofilm. Kandungan aktif yang berperan sebagai antibakteri pada minyak atsiri cengkeh yaitu senyawa eugenol (Ardani et al,

2010). Berdasarkan penelitian Taufik et al menyatakan bahwa kemampuan penghambatan minyak cengkeh terhadap bakteri gram positif lebih baik dibanding bakteri gram negatif.

Mengingat daya antibakteri dari siwak, daun sirih, dan cengkeh yang digunakan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan pasta gigi herbal, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai perbedaan daya hambat pada pasta gigi herbal siwak, daun sirih, dan cengkeh terhadap pertumbuhan bakteri


(9)

6 1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi mengandung bahan herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi mengandung bahan herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal siwak terhadap pertumbuhan

Streptococcus mutans.

b. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal daun sirih terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

c. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal cengkeh terhadap pertumbuhan

Streptococcus mutans.

d. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal siwak, daun sirih dan cengkeh terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

1.4 Manfaat Penelitian a. Masyarakat

Memberi alternatif pilihan pasta gigi yang mengandung herbal kepada masyarakat.


(10)

7 b. Klinisi

Mengetahui pasta gigi herbal yang paling efektif untuk pasien dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dalam upaya pencegahan karies.

c. Peneliti

Mengetahui perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi mengandung bahan herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014 bertempat di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini membahas tentang perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Bakteri yang digunakan dalam penelitian adalah biakan bakteri Streptococcus mutans dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.


(1)

2 Studi klinis menunjukkan bahwa karies gigi adalah salah satu penyakit manusia yang utama disebabkan oleh mikroba rongga mulut (Marsh, 1994 di dalam He et al, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J. Clarke tahun 1924, Streptococcus mutans telah terbukti menjadi salah satu mikroba yang paling kompleks dalam tubuh manusia (He et al, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Keyes tahun 1960, memperlihatkan bahwa plak yang didominasi oleh Streptococcus mutans dan Lactobacillus menyebabkan terbentuknya karies. Streptococcus mutans dan Lactobacilus merupakan bakteri kariogenik karena mampu segera membentuk asam dari karbohidrat yang dapat difermentasikan. Bakteri tersebut dapat tumbuh dalam suasana asam dan melekat pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel. Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin, akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada permukaan gigi (Kidd, 2012).

Plak memegang peranan penting dalam etiologi karies dan penyakit periodontal. Pencegahan karies dan penyakit periodontal dengan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut menjadi tujuan utama dalam ilmu pencegahan kedokteran gigi. Pencegahan karies dan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan mencegah pembentukan plak dan pembersihan plak secara teratur. Usaha pengontrolan plak harus diarahkan pada dua tujuan yaitu membatasi jumlah Streptococcus mutans untuk pencegahan karies serta memelihara kesehatan gingiva dengan eliminasi plak pada area subgingiva secara mekanis maupun kimiawi (McDonald et al, 2004).


(2)

3 Pengontrolan plak secara kimiawi dengan menggunakan klorheksidin dapat menghambat pembentukan plak dan menekan flora rongga mulut. Klorheksidin merupakan senyawa kimiawi yang paling efektif untuk mengontrol plak, tetapi penggunaannya dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan ketidakseimbangan flora rongga mulut, perubahan warna gigi, dan deskuamasi gingiva (Kidd, 2005).

Pengontrolan plak secara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan gigi secara teratur. Pasta gigi merupakan bahan pembantu sikat gigi dalam menghambat pertumbuhan plak secara kimiawi (Putra, 2002 dalam Utami, 2012). Penggunaan pasta gigi sebagai bahan abrasif berfungsi untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi. Bahan antibakteri yang terdapat pada pasta gigi memberikan efek teraupetik sehingga dapat menekan Streptococcus mutans sebagai penyebab terbentuknya karies (Darby et al, 2010).

Pasta gigi yang mengandung fluorida sebagai salah satu bahan kimia dalam pasta gigi dapat meningkatkan ion fluor pada permukaan gigi. Ion fluor tersebut akan menghambat kolonisasi bakteri (Manson,2012). Beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan fluorida dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan fluorosis dan apabila tertelan menyebabkan gangguan pencernaan (Singh, 2007).

Penggunaan bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan (herbal) merupakan salah satu pilihan sebagai antibakteri dalam pasta gigi yang aman untuk digunakan. Saat ini, berbagai produk kesehatan terutama untuk kesehatan rongga mulut cenderung menggunakan bahan alami sebagai bahan antibakteri untuk menggantikan


(3)

bahan-4 bahan kimia. Penelitian serta pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia telah banyak dilaksanakan oleh peneliti-peneliti. Obat-obat tradisional asli Indonesia dapat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan relatif tidak menimbulkan efek samping (Kusuma, 2010).

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai produsen pasta gigi membuat inovasi untuk menambahkan zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan gigi. Penambahan zat lain pada pasta gigi harus aman dan efektif, serta pemakaiannya telah disetujui oleh American Dental Association (McDonald et al, 2004). Penambahan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan plak, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan beberapa jenis herbal yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba dan bahan tersebut aman untuk digunakan. Pasta gigi yang mengandung herbal saat ini banyak ditemukan dipasaran. Pasta gigi tersebut dalam kemasannya tercantum mengandung berbagai jenis ekstrak tumbuh-tumbuhan antara lain jeruk nipis, daun sirih, siwak dan cengkeh yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri plak (Sasmita et al, 2007).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat efek antibakteri dari siwak terhadap bakteri penyebab karies dan penyakit periodontal serta menghambat pembentukan plak. Siwak (Salvadora persica) mengandung bahan antiseptik, asam tanat, dan minyak atsiri yang meningkatkan kesehatan mulut dengan efek antibakteri dan mencegah penurunan pH saliva (Zaenab, et al 2004).


(4)

5 Pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih efektif dalam mengurangi plak dan gingivitis. Kandungan kimianya bersifat antiseptik karena daun sirih mengandung minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atisiri daun sirih disebabkan kandungan senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri (Kusuma, 2010). Ekstrak daun sirih memiliki minyak esensial yang terdiri dari senyawa fenol seperti kavikol, kavibetol, karvakrol, betlefenol, eugenol dan alkilpirokatekol. Fenol efektif menghambat pertumbuhan bakteri dan sebagian besar fungi dengan cara merusak spora. Fenol memiliki efek antibakteri sehingga dapat mengurangi bakteri Streptococcus mutans pada permukaan gigi (Tyasrini et al, 2004).

Minyak atsiri dari daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki aktivitas antibakteri dan antibiofilm. Kandungan aktif yang berperan sebagai antibakteri pada minyak atsiri cengkeh yaitu senyawa eugenol (Ardani et al, 2010). Berdasarkan penelitian Taufik et al menyatakan bahwa kemampuan penghambatan minyak cengkeh terhadap bakteri gram positif lebih baik dibanding bakteri gram negatif.

Mengingat daya antibakteri dari siwak, daun sirih, dan cengkeh yang digunakan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan pasta gigi herbal, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai perbedaan daya hambat pada pasta gigi herbal siwak, daun sirih, dan cengkeh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.


(5)

6 1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi mengandung bahan herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi mengandung bahan herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal siwak terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

b. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal daun sirih terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

c. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal cengkeh terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

d. Mengetahui daya hambat pasta gigi herbal siwak, daun sirih dan cengkeh terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

1.4 Manfaat Penelitian a. Masyarakat

Memberi alternatif pilihan pasta gigi yang mengandung herbal kepada masyarakat.


(6)

7 b. Klinisi

Mengetahui pasta gigi herbal yang paling efektif untuk pasien dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dalam upaya pencegahan karies.

c. Peneliti

Mengetahui perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi mengandung bahan herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014 bertempat di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini membahas tentang perbedaan daya hambat beberapa jenis pasta gigi herbal terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Bakteri yang digunakan dalam penelitian adalah biakan bakteri Streptococcus mutans dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Daya Hambat Pasta Gigi Yang Mengandung Propolis Dan Bunga Cengkeh Terhadap Streptococcus Mutans (In Vitro)

0 61 74

Perbandingan Efektifitas Pasta Gigi yang Mengandung Ekstrak Daun Sirih dan Fluor Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro)

3 89 73

Daya hambat pasta gigi berfluoride mengandung sodium bicarbonate dan pasta gigi berfluoride mangandung siwak terhadap pertumbuhan streptococcus mutans secara in vitro

0 5 77

DAYA HAMBAT PASTA GIGI YANG MENGANDUNG XYLITOL DAN PASTA GIGI TANPA XYLITOL TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus Mutans

0 6 6

Daya Hambat Seng Oksida Egenol Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans Dan Lactobacillus sp

0 4 56

Efek hambat berbagai pasta gigi terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans

0 7 64

PERBEDAAN ANTARA PASTA GIGI YANG TIDAK MENGANDUNG HERBAL DAN PASTA GIGI DENGAN TAMBAHAN Perbedaan Antara Pasta Gigi Yang Tidak Mengandung Herbal Dan Pasta Gigi Dengan Tambahan Herbal Dalam Mengurangi Plak Pada Remaja Di Panti Asuhan Yayasan Nur Hidayah

0 3 14

PERBEDAAN ANTARA PASTA GIGI YANG TIDAK MENGANDUNG HERBAL DAN PASTA GIGI DENGAN TAMBAHAN Perbedaan Antara Pasta Gigi Yang Tidak Mengandung Herbal Dan Pasta Gigi Dengan Tambahan Herbal Dalam Mengurangi Plak Pada Remaja Di Panti Asuhan Yayasan Nur Hidayah

0 1 10

PENDAHULUAN Perbedaan Daya Antibakteri Pasta Gigi Herbal Dan Pasta Gigi Non-Herbal Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans Secara In Vitro.

0 3 5

PERBEDAAN DAYA HAMBAT PASTA GIGI BERBAHAN HERBAL TERHADAP PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS MUTANS

0 0 8